Anda di halaman 1dari 5

RAHASIA BESAR DIBALIK 10 MUHARRAM

Bismillah…

Tahun baru Islam (1 Muharram) telah kita lewati bersama pada hari Kamis, 15 November
2012 dan tidak lama lagi akan kita jumpai hari paling bersejarah bagi SELURUH
MAKHLUK (yaitu 10 Muharram).

*Tanggal 10 Muharram tahun ini bertepatan dengan hari Sabtu, tanggal 24 November 2012.

Dari Ibnu Abbas ra. berkata Rasulullah saw. bersabda: "Siapa yang berpuasa pada hari
‘Asyura (10 Muharram) maka Allah SWT akan memberi kepadanya pahala 10.000 malaikat
dan sesiapa yang berpuasa pada hari ‘Asyura (10 Muharram) maka akan diberi pahala
10.000 orang berhaji dan berumrah, dan 10.000 pahala orang mati syahid, dan barang siapa
yang mengusap kepala anak-anak yatim pada hari tersebut maka Allah SWT akan menaikkan
dengan setiap rambut satu derajat. Dan sesiapa yang memberi makan kepada orang yang
berbuka puasa pada orang mukmin pada hari ‘Asyura, maka seolah-olah dia memberi
makan pada seluruh umat Rasulullah saw. yang berbuka puasa dan mengenyangkan perut
mereka."

Lalu para sahabat bertanya Rasulullah saw.: "Ya Rasulullah saw, adakah Allah telah
melebihkan hari ‘Asyura daripada hari-hari lain?" Maka berkata Rasulullah saw: " Ya,
memang benar, Allah Ta’ala menjadikan langit dan bumi pada hari ‘Asyura, menjadikan laut
pada hari ‘Asyura, menjadikan bukit-bukit pada hari ‘Asyura, menjadikan Nabi Adam dan
juga Hawa pada hari ‘Asyura, lahirnya Nabi Ibrahim juga pada hari ‘Asyura, dan Allah
SWT menyelamatkan Nabi Ibrahim dari api juga pada hari ‘Asyura, Allah SWT
menenggelamkan Fir'aun pada hari ‘Asyura, menyembuhkan penyakit Nabi Ayyub a.s pada
hari ‘Asyura, Allah SWT menerima taubat Nabi Adam pada hari ‘Asyura, Allah SWT
mengampunkan dosa Nabi Daud pada hari ‘Asyura, Allah SWT mengembalikan kerajaan
Nabi Sulaiman juga pada hari ‘Asyura, dan akan terjadi hari kiamat itu juga pada hari
Asyura!".

Dari hadits tersebut terdapat setidaknya 12 kejadian besar dibalik 10 Muharram.

Hadits lainnya:

Artinya: “Ia adalah hari mendaratnya kapal Nuh di atas gunung “Judi” lalu Nuh berpuasa
pada hari itu sebagai wujud rasa syukur.” (Hadits Riwayat Ahmad)

Dari berbagai referensi, maka keistimewaan/keutamaan 10 Muharam berlaku:

1. Nabi Adam bertaubat kepada Allah dan dipertemukan dengan Siti Hawa..

2. Nabi Idris diangkat oleh Allah ke langit.

3. Nabi Nuh diselamatkan Allah keluar dari perahunya sesudah bumi ditenggelamkan selama
enam bulan.

4. Nabi Ibrahim diselamatkan Allah dari pembakaran Raja Namrud.


5. Allah menurunkan kitab Taurat kepada Nabi Musa.

6. Nabi Yusuf dibebaskan dari penjara.

7. Penglihatan Nabi Ya’kub yang kabur dipulihkkan Allah.

8. Nabi Ayub dipulihkan Allah dari penyakit kulit yang dideritainya.

9. Nabi Yunus selamat keluar dari perut ikan paus setelah berada di dalamnya selama 40 hari
40 malam.

10. Laut Merah terbelah dua untuk menyelamatkan Nabi Musa dan pengikutnya dari tentera
Firaun.

11. Kesalahan Nabi Daud diampuni Allah.

12. Nabi Sulaiman dikaruniakan Allah kerajaan yang besar.

13. Nabi Isa diangkat ke langit.

14. Nabi Muhammad saw. terbebas dari racun orang-orang Yahudi.

15. Hari pertama Allah menciptakan alam.

16. Hari Pertama Allah menurunkan rahmat.

17. Hari pertama Allah menurunkan hujan.

18. Allah menjadikan 'Arsy.

19. Allah menjadikan Luh Mahfuz.

20. Allah menjadikan alam.

21. Allah menjadikan Malaikat Jibril.

Di dalam Kitab Hadits Riyadhus Shalihin, Al-Imam An-Nawawi -rahimahullah-


membawakan beberapa hadits berkenaan dengan puasa sunnah pada bulan Muharram, yaitu
puasa hari ‘ASYURA (10 Muharram) dan TASU’A (9 Muharram), yaitu:

1. Dari Ibnu Abbas, “Bahwa Rasulullah saw. berpuasa pada hari ‘Asyura dan
memerintahkan untuk berpuasa padanya.” (Muttafaqun ‘Alaihi).

* 'muttafaq 'alaihi' secara bahasa berarti disepakati atasnya. Istilah ini biasanya digunakan
untuk hadits yang diriwayatkan dan disepakati keshahihannya oleh 2 imam hadits besar:
Imam Al-Bukhâri dan Imam Muslim, jadi tingkat keshahihannya menempati posisi ‘paling
shahih’.
2. Dari Abu Qatadah, bahwa Rasulullah saw. ditanya tentang puasa hari ‘Asyura. Beliau
menjawab, “(Puasa tersebut) menghapuskan dosa (dosa-dosa kecil) satu tahun yang lalu.”
(HR. Muslim)

3. Dari Ibnu Abbas beliau berkata: “Rasulullah saw. bersabda, “Apabila (usia)ku sampai
tahun depan, maka aku akan berpuasa pada (hari) kesembilan.” (HR. Muslim)

Hadits populer:

"Dan puasa pada hari Arafah –aku mengharap dari Allah- menghapuskan (dosa) satu tahun
yang telah lalu dan satu tahun yang akan datang. Dan puasa pada hari ‘ASYURA (tanggal
10 Muharram) –aku mengharap dari Allah menghapuskan (dosa) satu tahun yang telah
lalu.” [Shahih riwayat Imam Muslim, Abu Dawud , Ahmad , Baihaqi, dan lain-lain]

----------------------------------------------------------------

Nah, yang menjadi beberapa kekeliruan adalah tentang bagaimana cara menyelisihi orang
kafir/Yahudi (KARENA mereka juga berpuasa pada tanggal 10 Muharram). Dan ini terbukti
ketika penulis pernah 1 rumah dengan teman non muslim, ternyata mereka juga ikut berpuasa
pada tanggal 10 Muharram.

Beberapa hadits tentang hal ini:

1. "Orang-orang Quraisy biasa berpuasa pada hari Asyura di masa jahiliyyah, Rasulullah
saw. pun melakukannya pada masa jahiliyyah. Tatkala beliau sampai di Madinah, beliau
berpuasa pada hari itu dan memerintahkan umatnya untuk berpuasa." (Hadits Shahih
Riwayat Bukhari, Ahmad, Muslim, Tirmidzi, Abu Daud, Ibnu Majah, Nasa’i dalam Al-
Kubra, Al-Humaidi, Al-Baihaqi, Abdurrazaq, Ad-Darimy, Ath-Thohawi dan Ibnu Hibban
dalam Shahihnya)

2. "Nabi saw. tiba di Madinah, kemudian beliau melihat orang-orang Yahudi berpuasa pada
hari ‘Asyura. Beliau bertanya: "Apa ini?" Mereka menjawab: "Sebuah hari yang baik, ini
adalah hari dimana Allah menyelamatkan Bani Israil dari musuh mereka, maka kami
berpuasa pada hari itu sebagai wujud syukur. Maka beliau Rasulullah menjawab: "Aku lebih
berhak terhadap Musa daripada kalian (Yahudi), maka kami akan berpuasa pada hari itu
sebagai bentuk pengagungan kami terhadap hari itu." (Hadits Shahih Riwayat Bukhari,
Muslim, Abu Daud, Nasa’i dalam Al-Kubra, Ahmad, Abdurrazaq, Ibnu Majah, Baihaqi, Al-
Humaidi, Ath-Thoyalisi)

Dua hadits ini menunjukkan bahwa suku Quraisy berpuasa pada hari ‘Asyura di masa
jahiliyah, dan “sebelum hijrah” pun Nabi saw. telah mengerjakannya. Kemudian sewaktu tiba
di Madinah, beliau temukan orang-orang Yahudi berpuasa pada hari itu, maka Nabi-pun
berpuasa dan mendorong umatnya untuk berpuasa.

Pada tanggal 9 Muharram (disebut hari Tasu’a) dinamakan “sunnah taqririyah” dimana
Rasulullah belum sempat menjalankan ibadah puasa ini. Orang Yahudi juga berpuasa pada
tanggal 10 Muharram karena sebagai rasa syukur atas diselamatkan Nabi Musa as. dari
Fir’aun, kemudian Rasulullah juga berpuasa pada tanggal 10 Muharram, tetapi salah seorang
sahabat ada yang bertanya kepada Rasulullah saw. mengapa kita menyamai umat nabi Musa
as. Kemudian Rasulullah SAW menjawab puasa tanggal 10 Muharram ini adalah hakku dan
untuk membedakannya maka tahun depan aku akan berpuasa 2 hari (Tasu’a dan ‘Asyura)
tetapi Rasulullah belum sempat menjalankannya (karena wafat).

Dari berbagai riwayat dan pendapat, ada 4 Cara Menyikapi Puasa ‘Asyura:

1. Berpuasa tiga hari pada 9, 10, dan 11 Muharram.

2. Berpuasa pada hari 9 dan 10 Muharram.

3. Berpuasa pada hari 10 dan 11 Muharram seandainya pada tanggal 9 Muharram nya tidak
berpuasa.

4. Berpuasa pada hari ‘Asyura (10 Muharram) saja, sebagian saja ulama memakruhkannya
karena Nabi saw. memerintahkan untuk menyelisihi Yahudi, namun sebagian ulama yang
lain memberi keringanan (tidak menganggapnya makruh).

PENJELASANNYA:

(1) BERPUASA 9,10, dan 11 Muharram

“Puasalah kalian hari ‘Asyura dan SELISIHILAH orang-orang Yahudi padanya (maka)
puasalah sehari sebelumnya dan sehari setelahnya.” (HR. Ahmad dan Al Baihaqi.

Didhaifkan oleh As Syaikh Al-Albany di Dha’iful Jami’. Ibnul Qayyim berkata (dalam
Zaadud Ma'al): "Ini adalah derajat yang paling sempurna." Syaikh Abdul Haq ad-Dahlawi
mengatakan:"Inilah yang utama."

Ibnu Hajar di dalam Fathul Baari juga mengisyaratkan keutamaan cara ini. Dan termasuk
yang memilih pendapat puasa tiga hari tersebut (9, 10 dan 11 Muharram) adalah Asy-
Syaukani dalam Nailul Authar dan Syaikh Muhamad Yusuf Al-Banury dalam Ma’arifus
Sunan.

Namun ulama-ulama yang memilih cara seperti ini adalah dimaksudkan untuk lebih hati-
hati. Ibnul Qudamah di dalam Al-Mughni menukil pendapat Imam Ahmad yang memilih cara
seperti ini (selama tiga hari) pada saat timbul kerancuan dalam menentukan awal bulan.

*Meskipun hadits tersebut dha’if, tetapi secara umum boleh diamalkan jika itu HANYA
TERKAIT FADHILAH AMAL yang tidak menyangkut aqidah dan hukum.

Inilah tiga syarat penting diperbolehkannya beramal dengan hadits-hadits dha’if dalam
keutamaan amal;

- Hadits itu tidak sampai derajat maudlu’ (=palsu).

- Orang yang mengamalkannya ‘mengetahui’ bahwa hadits itu adalah dha’if.

- Tidak memasyhurkannya sebagaimana halnya beramal dengan hadits shahih.


(2) BERPUASA 9 dan 10 Muharram

MAYORITAS HADITS menunjukkan cara ini. Juga pada Kitab Hadits Riyadhus Shalihin
pun hanya dibahas mengenai puasa 9 dan 10 Muharram, dan tidak dikutip dalil satu pun
tentang puasa 11 Muharram di sana.

(3) BERPUASA 10 dan 11 Muharram

"Berpuasalah pada hari Asyura dan SELISIHILAH orang Yahudi, puasalah sehari
sebelumnya atau sehari setelahnya.”

Hadits marfu' ini tidak shahih karena ada illat (cacat). Ibnu Rajab berkata (Lathaiful Ma'arif
hal 49): "Dalam sebagian riwayat disebutkan “atau sesudahnya” maka kata ‘atau’ di sini
mungkin karena keraguan dari perawi atau memang menunjukkan kebolehan…."

Al-Hafidz berkata dalam Fathul Baari: "Dan ini adalah akhir perkara Rasulullah saw.,
dahulu beliau suka menyocoki ahli kitab dalam hal yang tidak ada perintah, lebih-lebih bila
hal itu menyelisihi orang-orang musyrik. Maka setelah Fathu Makkah dan Islam menjadi
termahsyur, beliau suka MENYELISIHI AHLI KITAB SEBAGAIMANA DALAM HADITS
SHAHIH. Maka ini (masalah puasa ‘Asyura) termasuk dalam hal itu. Bisa menambah sehari
sebelum atau sesudahnya untuk menyelisihi ahli kitab."

(4) BERPUASA 10 Muharram saja

Cukup jelas

--------------------------------------------

(referensi: Websites, Hadits Riyadhus Shalihin, 1001 Kisah Teladan, , Kitab Hisnul Muslim
e-book)

Anda mungkin juga menyukai