Anda di halaman 1dari 5

Puasa Sunnah

Puasa enam hari bulan Syawal


Puasa ini disyariatkan berdasarkan hadits Nabi SAW berikut:

‫عن أبي أيوب قال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم من صام رمضان ثم اتبعه ستا من شوال كان كصيام‬
)‫الدهرز (رواه مسلم‬

Dari Abi Ayyub r.a., Rasulullah SAW bersabda:”barang siapa puasa pada
bulan Ramadhan kemudian ia puasa pula enam hari pada bulan Syawal
adalah seperti puasa sepanjang masa.” (HR. Muslim)

Para ahli memahami hadits tersebut dengan mengaitkannya kepada hadits


yang menerangkan bahwa satu kebaikan dibalas dengan sepuluh kebaikan.
Jadi satu bulan (30 hari) berpuasa pada bulan Ramadhan sama nilainya
dengan sepuluh bulan (300 hari) berpuasa di luar Ramadhan, dan enam
hari berpuasa pada bulan Syawal sama nilainya dengan dua bulan (60 hari).
Dengan demikian jadilah puasanya seperti 12 bulan (1 tahun)

Puasa hari senin dan hari kamis


sebagaimana dianjurkan Nabi SAW melalui sabdanya:

)‫عن عا ئشة رضي هللا عنها كان النبي صلى هللا عليه وسلم يتحر صيام اإلثنين والخمس (زواه ابو داود‬

dari Aisyah r.a., bahwa Nabi SAW memilih waktu puasa pada hari senin dan
hari kamis. (HR. Abu Daud).

Pada hadits lain, hadits shahih yang menerangkan bahwa Nabi saw.
mementingkan untuk melakukannya, sabdanya: Amal-amal perbuatan
dilaporkan pada hari senin dan kamis, maka aku senang bila amalku
dilaporkan dalam keadaan aku sedang berpuasa; maksudnya dilaporkan
kepada Allah.[3]

Adapun dibawanya amal-amal tersebut oleh Malaikat, adalah satu kali


malam dan satu kali siang hari; dan tentang dibawanya pada bulan sya’ban
adalah dibelokkan pada pengertian, dibawanya amal satu tahun secara
keseluruhan. Puasa hari senin lebih Afdhal dari pada kamis, karena anya
kekhususan-kekhususan yang banyak dikemukakan oleh para Ulama[4]

Puasa pada hari ‘Arafah (9 Dzulhijjah)


bagi yang tidak sedang haji, sedangkan bagi orang yang haji puasa itu
tidak disunatkan, sebagaimana diterangkan dalam hadits berikut:

‫عن ابى قتادة أن النبي صلى هللا عليه وسلم قال ما من يوم أكثر من أن يعتق هللا فيه من النار من يوم‬
) ‫غرفة ( زواه مسلم‬

Dari Abi Qatadah, Nabi SAW bersabda: tiadalah dari hari yang paling
banyak Allah membebaskan hamba-Nya dari api neraka selain hari
‘Arafah (HR. Muslim).

Hukum puasa ini sunnah muakad. Dosa yang dilebur adalah dosa-dosa
kecil yang tidak ada sangkut pautnya dengan hak-hak Adam, sebab dosa
besar bisa dilebur hanya dengan bertaubat yang sah, sedangkan hak Adam
terserah pada kerelaan yang bersangkutan sendiri. Jikalau tak punya dosa
kecil maka kebajikan-kebajikannya akan ditambah.[5]

Puasa tiga hari setiap bulan (Ayyamul Bidh)


yaitu pada hari 13, 14 dan 15. Tapi bila dilaksanakan pada selain hari-hari
tersebut dipandang sah. Nabi SAW bersabda:

‫عن ابي ذر قال رسول هلل صلى هللا عليه وسلم يا أبا ذر إذا صمت من الشهر ثالثة فثم ثالثة عشرة‬
)‫وأربع عشرة وخمس عشرة (رواه أحمد والنسائى‬

Dari Abi Zarr, Nabi SAW. Bersabda: “Hai Abu Zarr, apabila engkau hendak
puasa tiga hari dalam sebulan, hendaklah engkau puasa pada hari ke 13, 14,
dan 15.” (HR. Ahmad dan Nasa’i)

Puasa hari ke-9 pada bulan Muharram (puasa


Tasu’a)
sebagaimana dijelaskan pada hadits:
)‫عن ابن عباس رضي هللا عنه لو بقيت على قابل ألصومّن التسع والعاشر (زواه مسلم‬

Dari Ibn Abbas, berkata:” Jika aku masih hidup sampai masa (bulan) depan,
aku akan melaksanakan puasa pada hari yang ke-9 dan 10
(Muharram).”(HR. Muslim)

Dari keterangan ini, bagi orang yang tidak bepuasa tasu’a disunnahkan
berpuasa pada tanggal 11-nya, bahkan telah berpuasa tanggal 9 sekalipun;
tersebut didalam Al-Umm : tidaklah mengapa, bila berpuasa pada tanggal
10 nya juga.[6]

Puasa pada hari ‘Asyura (10 Muharram)


sesuai dengan hadits Nabi berikut:

)‫عن قتادة قال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم صوم يوم عشوراء يكفر سئة ماضية (رواه مسلم‬

Dari Abi Qatadah, Rasulullah bersabda:”Puasa hari ‘Asyura itu menhapuskan


dosa satu tahun yang telah lalu.” (HR. Muslim)

Hukum puasa ini sunnah muakad. Diterangkan dalam haadits Muslim bisa
melebur dosa selama 1 tahun yang telah lewat. Adapun hadits-hadits
tentang bercelak mata, mandi, dan memakai harum-haruman di hari
‘Asyura adalah palsuan para pemalsu hadits[7]

Puasa bulan Sya’ban


Dalam hal ini Nabi Bersabda:

‫عن عائشة رضي هللا عنها قالت لم يكن النبي صلى هللا عليه وسلم يصوم أكثر من الشعبان (رواه‬
)‫الخمسة‬

Dari Aisyah berkata:”Nabi tidak berpuasa lebih banyak selain dari pada
bulan Sya’ban.” (HR. Al-Khamsah)

Terdapat suatu amalan yang dapat dilakukan di bulan ini yaitu amalan
puasa. Bahkan Nabishallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri banyak berpuasa
ketika bulan Sya’ban dibanding bulan-bulan lainnya selain puasa wajib di
bulan Ramadhan.
Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, beliau mengatakan,

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berpuasa, sampai kami


katakan bahwa beliau tidak berbuka. Beliau pun berbuka sampai kami
katakan bahwa beliau tidak berpuasa. Aku tidak pernah sama sekali melihat
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berpuasa secara sempurna sebulan
penuh selain pada bulan Ramadhan. Aku pun tidak pernah melihat beliau
berpuasa yang lebih banyak daripada berpuasa di bulan Sya’ban.” (HR.
Bukhari no. 1969 dan Muslim no. 1156)

‘Aisyah radhiyallahu ‘anha juga mengatakan,

“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak biasa berpuasa pada satu bulan
yang lebih banyak dari bulan Sya’ban. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
biasa berpuasa pada bulan Sya’ban seluruhnya.” (HR. Bukhari no. 1970 dan
Muslim no. 1156)

Puasa berselang hari (Puasa Daud)


yaitu puasa satu hari berbuka satu hari (Puasa Daud), sebagaimana hadits
Nabi SAW:

‫عن عبد هللا بن عمر أن النبي صلى هللا عليه وسلم قال أفضل الصيام صوم داود كان يصوم يوما ويفطر‬
)‫يوما (متفق عليه‬

Dari Abdullah bin Umar r.a., sesungguhnya Nabi SAW bersabda:”Puasa yang
lebih adalah puasa Nabi Daud, yaitu puasa satu hari dan buka puasa
satu.” (HR. Muttafaaq ‘alaih)

Puasa delapan hari bulan Dzulhijjah sebelum hari


‘Arafah (puasa Tarwiyah).
Hukum puasa ini sunnah muakad. Puasa ini dianjurkan baik kepada orang
yang sedang haji maupun yang bukan melaksanakan haji, karena dalam
sebuah riwayat yang diterima dan hafshah diterangkan bahwa amal yang
dilaksanakan 10 hari awal Dzulhijjah mempunyai keutamaan, termasuk
kedalamnya amal ibadah puasa. (HR. Abu Daud dan Nasa’i)
Puasa pada bulan-bulan yang terhormat (al-
asyhar al-hurum)
yaiitu bulan Dzulqadah, Dzulhijjah, Muharram dan Rajab. Dalam hal ini Nabi
SAW bersabda:

‫عن أبي هريرة رضي هللا عنه أن النبي صلى هللا عليه وسلم قال أفضل الصالة بعد المكتوبة جوف الليل‬
)‫وأفضل الصيام بعد زمضان شهز هللا المحترم (رواه مسلم‬

Dari Abi Hurairah ra., sesungguhnya Nabi SAW bersabda:”Shalat yang paling
baik setelah shalat yang diwajibkan adalah shalat ttengah malam dan puasa
yang lebih baik setelah bulan Ramadhan ialah puasa pada bulan-bulan
terhormat.” (HR. Muslim)

Menurut ahli fiqh Hanafiyah puasa yang dianjurkan itu ialah tiga setiap
bulan tersebut, yaitu hari Kamis, Jum’at dan Sabtu

Barangsiapa mengalami Talabbus (terkacaukan) dengan puasa sunnah atau


shalat sunnah, maka diperbolehkan memotong di tengah jalan (tidak
diteruskan sampai akhir); tidak boleh bila itu haji sunnah. Barangsiapa
Talabbus dengan melakukan qadla wajib, maka tidak boleh memotong di
tengah jalan

Haram melakukan puasa pada hari-hari Tasyriq (11, 12, 13 bulan Dzul
Hijjah), Idul Fitri, idul Adha, dan juga hari Syak bagi selain yang telah
membiasakan puasa pada hari-hari tertentu misalnya senin kamis, hari syak
yaitu tanggal 30 Sya’ban.

Anda mungkin juga menyukai