Pada tahun delapan puluhan sebelum terjadinya akad nikah atau perkawinan, jika
di desa atau di kampung, umumnya seorang laki-laki dan perempuan belum saling
mengenal. Sehingga itu ada pihak orang ketiga yang akan memperkenalkan atau
mempertemukan mereka apakah orang tersebut saudara, teman ataupun kerabat
terdekat. Istilah pertemuan untuk orang Jawa Timur yaitu nontoni atau lamaran.
Setelah itu ada pendekatan yaitu kapan pertemuan tersebut akan berlangsung
pada hari yang telah ditentukan oleh pihak laki-laki ataupun dari pihak perempuan
dan biasanya nontoni atau lamaran dilaksanakan di rumah perempuan. Dari pihak
laki-laki ditemani dengan beberapa orang yaitu sekitar empat sampai enam orang
untuk pergi ke rumah pihak perempuan. Di rumah perempuan, mereka saling
bertemu (yang mungkin sebelumnya mereka tidak pernah saling bertemu), saling
memandang dan saling berkomunikasi.
Singkat cerita, setelah beberapa hari kemudian dari pihak ketiga tersebut
bertanya kepada si laki-laki dan perempuan apakah mereka merasa cocok atau
tidak. Jika mereka merasa tidak cocok biasanya penolakan disampaikan secara
halus. Sebaliknya, jika mereka merasa cocok atau lamaran itu diterima, maka
akan dilanjutkan dengan pertemuan antara orang tua mereka. Selanjutnya, orang
tua dari pihak laki-laki ataupun dari pihak perempuan akan membicarakan tentang
kapan anak mereka akan dinikahi. Biasanya memerlukan waktu empat sampai enam
bulan untuk menentukan hari dan bulan yang baik. Pada adat pernikahan Jawa
Timur (Ngawi) untuk menentukan hari dan bulan yang baik, biasanya menggunakan
kapan hari atau bulan kelahiran dari masing-masing calon penganten, misalnya
pada hari senen paing, selasa keliwon dan seterusnya. Maka dicarilah hari yang
cocok untuk pelaksanaan pernikahan tersebut.
Sebelum hari pernikahan yang sebelumnya telah ditentukan, dari pihak calon
penganten laki-laki pergi ke rumah penganten perempuan untuk memberi
peningset. Peningset set ini bisa berupa kalung, gelang emas, ataupun uang bagi
seorang laki-laki yang mampu. Sebaliknya, jika seorang laki-laki tersebut tidak
mampu peningset bisa berupa baju dan kain yang akan diberikan untuk penganten
perempuan. Setelah itu dari kedua pihak (pihak laki-laki atau pihak perempuan)
akan menyebarkan undangan kepada saudara, teman ataupun kerabat terdekat
mereka, seperti pernikahan pada umumnya.