Anda di halaman 1dari 16

Risalah dan Istighfarot

Asyuro

oleh
K.H.M. Ihya’ Ulumiddin

1
2
RISALAH ASYURO

Hari Asyuro adalah hari ke-10 dari


bulan Muharram. Bulan Muharram
temasuk empat bulan mulia yang
tidak diperkenankan berperang dan
menumpahkan darah di dalamnya. Ia
secara khusus disebut Syahrullah
(bulannya Allah) Al-Asham (yang tuli),
karena di bulan itu tidak didengar
dentingan senjata.
Bulan Muharram adalah bulan
pertama dalam penanggalan Hijriyah.
Menurut Ibnu Jauzi, hal ini karena di
dalam bulan itu terdapat hari Asyuro.
Hari Asyuro bagi ummat Islam adalah
hari yang sangat monumental.
Menurut keterangan Dr. As-Sayyid
Muhammad Alawi Al-Maliki dengan
sandaran yang jelas, hari itu:
3
• Allah  menurunkan Nabi Adam
uke dunia,
• Allah  menerima taubat Nabi
pertama itu akibat kesalahannya
memakan buah yang terlarang,
• Allah  menerima taubat kaum
Nabi Yunus,
• Berlabuhnya perahu Nabi Nuh 
di bukit Al-Judiyyi (terletak di Ar-
menia sebelah selatan, berbatasan
dengan Mesopotamia), serta
• Kemenangan Nabi Musa  dan
tenggelamnya Fir’aun.
(Lihat Dzikrayat wa Munasabat, 51).

Hari Asyuro secara formal perlu


diadakan utuk mengingatkan umat
akan hari-hari yang dimuliakan oleh
Allah . Atas dasar inilah khalifah adil
Dinasti Umayyiah Umar bin Abdul Azis
(99-102H) memerintahkan supaya

4
masyarakat pada hari Asyuro
berkumpul di surau-surau atau masjid-
masjid untuk beristighfar memohon
ampun kepada Allah .
Amalan utama untuk mem-
peringati peristiwa peristiwa besar
tersebut menurut Nabi Muhammad 
adalah berpuasa. Puasa Asyuro
menurut beliau bernilai menghapus
dosa (baca: dosa dosa kecil) setahun
yang telah berlalu. Keutamaan puasa
Asyura’ menjadi sangat jelas bila
sejarah tasyri’-nya yang terbagi
menjadi empat fase ditelusuri:
1. Fase di Makkah sebelum hijrah.
Nabi  secara pribadi telah ber-
puasa Asyura’ tanpa memerintah-
kan satupun sahabat melakukan-
nya. Dan memang periode Makkah
orientasi utamanya adalah
penanaman Aqidah.

5
2. Fase ketika beliau pertama kali
menginjakkan kaki di Madinah.
Beliau mendapati orang orang
Yahudi melakukan puasa Asyuro
untuk memperingati kemenangan
Nabi Musa  atas Fir’aun, maka
beliau bersabda, “Aku lebih berhak
terhadap kemenangan Nabi Musa
daripada kalian, wahaiorang orang
Yahudi.” Lalu beliau perintahkan
sahabat untuk berpuasa Asyuro.
Menurut Ulama’ Ushul Fiqih, suatu
perintah bila tidak mengarah
kepada sunnah berarti wajib.
Dengan demikian, puasa yang
diwajibkan pertama kali dalam Is-
lam adalah puasa Asyuro. Hal ini
diperkuat bahwa Nabi 
memerintahkan seseorang dari
Bani Aslam untuk mengumumkan:
“Barangsiapa telah makan, maka

6
berpuasalah (di sisa harinya), dan
barang siapa belum makan, maka
berpuasalah, karena hari ini hari
Asyuro.” (H.R. al-Bukhari-Muslim)
3. Fase setelah turun kewajiban
puasa Ramadhan pada bulan
Sya’ban tahun ke-2 Hijriyah. Pada
saat itu puasa Asyuro berubah
hukum menjadi mubah,
berdasarkan hadits: “Barangsiapa
suka, hendaklah ia berpuasa dan
barangsiapa suka, hendaklah ia
berbuka.” (H.R. al-Bukhari-Muslim).
Dalam hal ini, puasa Asyuro telah
memberikan pendidikan prapuasa
yang bernilai besar sehingga
menjadikan ibadah puasa
Ramadhan sebulan penuh bagi
sahabat tidak terasa berat.
4. Fase terakhir, hukum puasa Asyuro
adalah Sunnah Muakkad dan

7
dianjurkan berpuasa satu hari
sebelum atau sesudahnya agar
berbeda dengan praktik Yahudi.
Rasulullah  telah berazam kuat
untuk melakukan puasa Taasu’a
(tanggal 9 Muharram), namun
beliau kedahuluan wafat. Pada fase
ini diterangkan nilai puasa Asyuro
menghapus dosa setahun lampau,
sebagaimana puasa ‘Arafah
menghapus dosa dua tahun.

Hari Asyuro adalah momentum


yang tepat sekali untuk bertaubat dan
kembali kepada Allah , membaca
istighfar (berharap ampunan) itulah
intinya, tidak sekedar membacanya di
lisan, namun menerapkan/melaksana-
kan dalam kehidupan nyata.
Demikianlah dahulu dilakukan oleh
Nabiyullah Adam , Nabiyullah

8
Nuh , Nabiyullah Musa , dan
Nabiyullah Yunus. Istighfar sendiri
dimaklumi memiliki dua dimensi:
dimensi vertikal dan dimensi
horisontal. Dimensi vertikal yakni
dengan mengakui segala kesalahan
yang berkaitan dengan keteledoran
kepada Allah . Sedangkan dimensi
horisontal erat kaitannya dengan
mengakui segala kesalahan yang
dilakukan kepada sesama manusia
berikut lingkungannya. Seandainya
semua unsur masyarakat melakukan
istighfar dengan dua dimensinya ini,
bukankah akan melenyapkan sebagi-
an besar dosa-dosa tindakan maksiat
yang akan menghancurkan dirinya.
Amalan-amalan lain yang utama
dilakukan di hari Asyuro adalah:
a. memberikan nafkah yang lebih
banyak daripada biasanya bagi

9
suami kepada istrinya,
b. bershadaqah,
c. mengasihi anak yatim.

Akhirnya melihat keutamaan di


atas bisa jadi hari Asyuro merupakan
salah satu dari hembusan-hembusan
(nafahat) Allah Ar-Rahman, maka
hendaklah hembusan itu disambut
dengan perasaan gembira dan niat
sungguh-sungguh (shidqun niat).
Sebab, barang siapa yang mendapat
hembusan itu, maka ia tidak akan
celaka selamanya (H.R. ath-Thabarani).

10
11
12
13
14
Istighfarot Hari Asyuro

♦ Robbana dholamna anfusana wa illam taghfir


lana watarhamna lanakuunanna minal
khosiriin 10 x.
♦ Wa illa taghfirli watarhamni akum minal
khosiriin 10 x.
♦ Robbi inni dholamtu nafsi faghfirli 10x.
♦ Laa ilaaha illaa anta Subhanaka innii kuntu
minad dhoolimiin 10x.
♦ Alloohumma anta robbii laa -ilaaha -illaa anta
dholamtu nafsii wa’taroftu bi dzambii faghfirlii
innahuu laa yaghfirud-dzunuuba illaa anta
15x.
♦ Alloohummaa anta robbii laa ilaaha illa
anta kholaqtanii wa ana ‘abduka wa ana ‘ala
‘ahdika wa wa’dika mastatho’tu a-’uudu bika
min syarri ma shona’tu abu’u laka bini’matika
‘alayya wa abu’u bidzambii faghfirlii fainnahuu
laa yaghfirud dzunuuba illa anta 15 x.
♦ Astaghfirulloha robbal baroyaa astaghfirulloha
minal khothoyaa 40 x
♦ Astaghfirulloha innahu kaanaa ghoffaro 100 x
♦ Robbighfirli waliwaalidayya 40 x
♦ Astaghfirullohal ‘adhim alladzi laa ilahaillahu
1x
♦ Subhanaalloh wabihamdihi subhanallohil
‘adhim 1 x

15
♦ Subhanallohi mil’al miizaan wa muntahal ‘ilmi
wa mablaghor-ridlo wa zinatal ‘arsyi.
♦ Alhamdulillaahi mil’al miizaan wa muntahal
‘ilmi wa mablaghor-ridlo wa zinatal ‘arsyi.
♦ Alloohu akbar mil’al miizaan wa muntahal
‘ilmi wa mablaghr-ridlo wa zinatal ‘arsyi.
♦ Laa malja’a walaa manja’a minalloohi ilaa
ilaihi.
♦ Subhaanalloh ‘adadas syaf’i wal-watri wa
‘adada kalimaatillaahit-taammaati kullihaa
♦ Alhamdulillaahi ‘adadas syaf’i wal-watri wa
‘adada kalimaatillaahit-taammaati kullihaa
♦ Alloohu akbar ‘adadas syaf’i wal-watri wa
‘adada kalimaatillaahit-taammaati kullihaa
♦ As’alukas-salaamah birohmatika yaa arhamar
roohimiin
♦ wa laa hawlaa walaa quwwata illaa billaahil
‘aliyyil ‘adhiim.
♦ Ya Muhawwilal-ahwaal hawwil haalana ila
ahsanil-ahwal bihawlika wa quwwatika ya
‘Azizu ya Muta’aal 3x
♦ Allohumma inna hadzihi sanatun jadiidatun wa
syahrun jadiidun fa a’tina allohumma khoiroha
wa khoiro ma fiiha, washrif ‘anna syarroha wa
syarro ma fiiha wa syarro fitnatiha wa
muhdatsatiha wa syarron-nafsi wal hawa wasy-
syaithoonir-rojiim 11x
♦ Wa shollalloohu ‘alaa sayyidinaa
muhammadin wa ‘alaa aalihii wa shohbihii wa
sallam wal hamdu lillaahi robbil ‘aalamiin.

16

Anda mungkin juga menyukai