Anda di halaman 1dari 13

TAHUN BARU ISLAM

Roda zaman selalu berputar


Patamorgana dunia
Selalu silih berganti
Hari berganti menjadi minggu
Minggu berganti menjadi bulan
Bulan berganti pula menjadi tahun
Begitu juga dengan kehidupan dunia yang fana ini
Keindahan alam semakin hancur
Perdamaian dunia semakin pupus
Dihujani dengan perang saudara
Kemiskinan dan kelaparan dimana mana
Yang kaya tak mau peduli pada mereka
Dan kebodohan meraja lela
Alim ulama, satu persatu mulai tiada
ALLAHU AKBAR .. ALLAHU AKBAR
WALILLAHI ILHAM
YA ALLAH.. YA ROBBI
Kami mohon pertolongan darimu
Berikan kami jalan kemudahan
Dihari yang penuh rahmat ini
Engkau datangkan tahun baru islam
Tahun penuh hikmah
Kami sambut dengan tangan terbuka
Semoga ditahun baru ini
Membawa kemajuan dan perubahan
Yang buruk menjadi lebih baik
Yang miskin mendapat uluran tangan yang dermawan
Yang bodoh terhapuskan...
Para alim ulama tiada disia-siakan
SELAMAT DATANG TAHUN BARU ISLAM
DOA TAHUN BARU

Sedikit demi sedikit waktu tlah berlalu


Banyak kisah yang telah tercipta
Banyak cerita yang telah dijalani
Suka dan duka
Senyum dan tawa
Dan pastinya banyak kesalahan yang dibuat
Hari ini
Bulan telah terganti
Tahun pun telah berganti dengan yang baru
Sebagai tahun baru islam
Tahun baru untuk semua umat islam di dunia
Di hari ini
Mencoba untuk merenungi apa yang telah terjadi
Banyak kisah cerita yang dijalani
Banyak kesalahan yang pastinya telah dilakukan
Hanya doa yang bisa dipanjatkan
Hanya mimpi dan harapan yang selalu tercipta
Semoga ditahun baru ini
Semuanya akan menjadi lebih baik lagi
Selamat tahun baru islam
Semoga ditahun ini kita lebih memperkuat islam kita
Semakin mendekatkan diri pada Lillahi Robby
Memperbaiki kesalahan-kesalahan
Menjadi sosok dan pribadi yang lebih baik lagi
KISAH PENETAPAN AWAL TAHUN BARU ISLAM

“Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di
waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram (Maksudnya ialah:
bulan Zulkaidah, Zulhijjah, Muharram dan Rajab). Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka
janganlah kamu menganiaya diri (Maksudnya janganlah kamu menganiaya dirimu dengan
mengerjakan perbuatan yang dilarang, seperti melanggar kehormatan bulan itu dengan
mengadakan peperangan) kamu dalam bulan yang empat itu, dan perangilah kaum musyrikin itu
semuanya sebagaimana merekapun memerangi kamu semuanya, dan ketahuilah bahwasanya
Allah beserta orang-orang yang bertakwa”. (QS. Al Taubah: 36) Muharram merupakan bulan
yang sangat berpengaruh pada sejarah kehidupan umat Islam. Suatu bulan yang menjadi
pembuka tahun dalam kalender Islam, Hijriyah. Suatu bulan yang penuh barokah dan rahmah,
karena bermula dari bulan inilah –menurut dunia Islam- berlakunya segala kejadian alam ini.
Bulan Muharram juga termasuk salah satu dari empat bulan yang dimuliakan Allah dalam al
Qur’an (Al Taubah: 36). Secara otomatis bulan Muharam merupakan bulan yang menyimpan
banyak sejarah kehidupan umat.

Dalam sejarahnya, Khalifah Umar bin Khattab (13-23 H/634-644 M) pernah menerima surat dari
Gubernurnya di Bashra Abu Musa Al Asy’ari yang menyebutkan pada awal suratnya berbunyi:
“……menjawab surat Tuan yang tidak tertanggal…..”. Perkataan pendek yang tampaknya tidak
begitu penting telah menarik perhatian Khalifah Umar, yaitu perlunya umat Islam mempunyai
penanggalan yang pasti. Hingga akhirnya diadakan musyawarah khusus untuk menentukan
kapan awal tahun baru Islam. Dalam musyawarah yang dihadiri oleh para tokoh-tokoh
terkemuka dari kalangan sahabat itu, muncul beberapa usulan untuk menentukan kapan
dimulainya tahun baru Islam. Di antara usulan tersebut terdapat pendapat yang mengatakan
penanggalan Islam dihitung dari peristiwa penyerangan Abrahah terhadap Ka’bah, yang dikenal
dengan sebutan “Amul Fiil” (tahun Gajah) dan itu sudah sering dipakai. Ada yang menyarankan
penanggalan Islam dihitung dari turunnya wahyu pertama kepada Rasulullah SAW, di mana
waktu itu beliau secara resmi dilantik oleh Allah SWT sebagai Nabi dan Rasul untuk seluruh
umat. Ada juga yang mengusulkan penanggalan Islam dihitung dari wafatnya Rasululah saw,
dengan alasan pada waktu itu diturunkan wahyu terakhir yang menegaskan bahwa Islam sebagai
agama yang sempurna. Dan ada pula yang berpendapat bahwa penanggalan Islam dihitung dari
hijrahnya Rasullah saw dari Mekah ke Madinah, dengan alasan karena peristiwa itu merupakan
pintu masuk kehidupan baru bagi Rasulullah SAW dan umatnya dari dunia kemusyrikan menuju
dunia tauhid (Islam). Setelah lama musyawarah bersama dengan berbagai pendapat dan
argumentasi masing-masing, akhirnya disepakati bahwa usulan terakhir itu yang diterima
(penanggalan Islam dihitung dari hijrahnya Rasullah saw dari Mekah ke Madinah), yang
kemudian diumumkan oleh khalifah bahwa tahun baru Islam dimulai dari Hijrah Rasulullah Ssw
dari Makkah ke Madinah.
ٌ‫ض ِم ْنها أ َ ْر َبعَة‬
َ ‫ت َو ْاْل َ ْر‬ ِ ‫سماوا‬ َّ ‫َّللاِ يَ ْو َم َخلَقَ ال‬
َّ ‫ب‬ ِ ‫ش ْهرا ً في ِكتا‬ َ ‫عش ََر‬ َ ‫َّللاِ اثْنا‬
َّ َ‫ور ِع ْند‬ ُّ ‫إِ َّن ِعدَّة َ ال‬
ِ ‫ش ُه‬
‫س ُك ْم َو قاتِلُوا ْال ُم ْش ِركينَ َكافَّةً َكما يُقاتِلُو َن ُك ْم َكافَّةً َو ا ْعلَ ُموا‬ ْ َ‫ِين ْالقَ ِي ُم فَال ت‬
َ ُ‫ظ ِل ُموا في ِه َّن أَ ْنف‬ ُ ‫ُح ُر ٌم ذ ِل َك الد‬
َ‫َّللاَ َم َع ْال ُمتَّقين‬
َّ ‫(أ َ َّن‬36)
“Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah ialah dua belas bulan, dalam
ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan
haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri
kamu dalam bulan yang empat itu, dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya
sebagaimana mereka pun memerangi kamu semuanya; dan ketahuilah bahwasanya
Allah beserta orang-orang yang bertakwa”. (Q.S. at-Taubah/ 9: 36).

Q.S. at-Taubah/ 9: 36 menyebutkan bahwa bilangan bulan di sisi Allah swt adalah 12
bulan, dan diantaranya terdapat empat bulan haram. Para ulama dan ahli tafsir
bersepakat, yang dimaksudkan sebagai empat (4) bulan haram tersebut adalah bulan
Muharram, Dzul Qa’dah, Dzul Hijjah dan Rajab.
Dalam memperingati tahun baru islam, umat Muslim dianjurkan untuk puasa 1 Muharram. Puasa
guna memperingati 1 Muharram sendiri hukumnya sunnah muthlaq. Hal ini berdasarkan Hadist
Riwayat Muslim nomor 1163 yang berbunyi:
"Puasa yang paling utama setelah (puasa) Ramadhan adalah puasa pada bulan Allah
yakni Muharram. Sementara salat yang paling utama setelah salat wajib adalah salat
malam."

1. Puasa Asyura
Puasa memperingati 1 Muharram dilaksanakan pada tanggal 10 Muharram. Ada
banyak keutamaan yang bisa diperoleh dari menjalankan puasa, seperti menghapus dosa.

Berdasarkan Hadist Riwayat Muslim nomor 1162 "Nabi Shallallahu 'alaihi wa


sallam ditanya mengenai keutamaan puasa Arafa? Beliau menjawab, "Puasa Arafa akan
menghapus dosa setahun yang lalu dan setahun yang akan datang." Beliau juga ditanya
mengenai keistimewaan puasa 'Asyura? Beliau menjawab, "Puasa 'Asyura akan
menghapus dosa setahun yang lalu."

2. Puasa Tasu'ah
Sebelum melaksanakan puasa Asyura sebagai peringatan 1 Muharram, umat
Muslim dianjurkan melakukan puasa Tasu'ah, yakni pada tanggal 9 Muharram. Puasa ini
dilakukan untuk menyelisihi orang Yahudi yang berpuasa pada tanggal 10 Muharram.
Menyambut Tahun Baru Hijriyah

Dalam menghadapi tahun baru hijriyah atau bulan Muharram, sebagian kaum muslimin
salah dalam menyikapinya. Bila tahun baru Masehi disambut begitu megah dan meriah,
maka mengapa kita selaku umat Islam tidak menyambut tahun baru Islam semeriah tahun
baru masehi dengan perayaan atau pun amalan?

Satu hal yang mesti diingat bahwa sudah semestinya kita mencukupkan diri dengan ajaran
Nabi dan para sahabatnya. Jika mereka tidak melakukan amalan tertentu dalam
menyambut tahun baru Hijriyah, maka sudah seharusnya kita pun mengikuti mereka dalam
hal ini. Bukankah para ulama Ahlus Sunnah seringkali menguatarakan sebuah kalimat,

َ َ‫َيرا ً ل‬
‫سبَقُ ْونَا ِإلَ ْي ِه‬ ْ ‫لَ ْو َكانَ خ‬

“Seandainya amalan tersebut baik, tentu mereka (para sahabat) sudah mendahului kita
melakukannya.”[9] Inilah perkataan para ulama pada setiap amalan atau perbuatan yang
tidak pernah dilakukan oleh para sahabat. Mereka menggolongkan perbuatan semacam ini
sebagai bid’ah. Karena para sahabat tidaklah melihat suatu kebaikan kecuali mereka akan
segera melakukannya.[10]

Ingin tahu selengkapnya.


Yuk KLIK: https://rumaysho.com/719-kekeliruan-dalam-menyambut-awal-tahun-baru-
hijriyah.html

Amalan Keliru dalam Menyambut Awal Tahun Hijriyah

Amalan Pertama: Do’a awal dan akhir tahun

Amalan seperti ini sebenarnya tidak ada tuntunannya sama sekali. Amalan ini tidak pernah
dilakukan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, para sahabat, tabi’in dan ulama-ulama
besar lainnya. Amalan ini juga tidak kita temui pada kitab-kitab hadits atau musnad.
Bahkan amalan do’a ini hanyalah karangan para ahli ibadah yang tidak mengerti hadits.

Yang lebih parah lagi, fadhilah atau keutamaan do’a ini sebenarnya tidak berasal dari wahyu
sama sekali, bahkan yang membuat-buat hadits tersebut telah berdusta atas nama Allah
dan Rasul-Nya.
Jadi mana mungkin amalan seperti ini diamalkan.[11]

Amalan kedua: Puasa awal dan akhir tahun


Sebagian orang ada yang mengkhsuskan puasa dalam di akhir bulan Dzulhijah dan awal
tahun Hijriyah. Inilah puasa yang dikenal dengan puasa awal dan akhir tahun. Dalil yang
digunakan adalah berikut ini.

ُ‫سنَة‬
َّ ‫ َوا ْفتَت َ َح ال‬، ‫ص ْو ٍم‬
َ ‫اض َيةَ ِب‬ َّ ‫ َوأ َ َّو ِل يَ ْو ٍم ِمنَ ال ُم َح َّر ِم فَقَ ْد َخت ََم ال‬، ‫الح َّج ِة‬
ِ ‫سنَةَ ال َم‬ ِ ‫آخ َر َي ْو ٍم ِم ْن ذِي‬
ِ ‫ام‬ َ ‫َم ْن‬
َ ‫ص‬
ً‫سنَة‬
َ َ‫ارة ٌ خ َْم ِسيْن‬َ َ‫ َج َع َل هللاُ لَهُ َكف‬، ‫ص ْو ٍم‬ َ ‫ال ُم ْست َ ْق ِبلَةُ ِب‬

“Barang siapa yang berpuasa sehari pada akhir dari bulan Dzuhijjah dan puasa sehari pada
awal dari bulan Muharrom, maka ia sungguh-sungguh telah menutup tahun yang lalu
dengan puasa dan membuka tahun yang akan datang dengan puasa. Dan Allah ta’ala
menjadikan kaffarot/tertutup dosanya selama 50 tahun.”

Amalan Ketiga: Memeriahkan Tahun Baru Hijriyah

Merayakan tahun baru hijriyah dengan pesta kembang api, mengkhususkan dzikir jama’i,
mengkhususkan shalat tasbih, mengkhususkan pengajian tertentu dalam rangka
memperingati tahun baru hijriyah, menyalakan lilin, atau membuat pesta makan, jelas
adalah sesuatu yang tidak ada tuntunannya. Karena penyambutan tahun hijriyah semacam
ini tidak pernah dicontohkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, Abu Bakr, ‘Umar,
‘Utsman, ‘Ali, para sahabat lainnya, para tabi’in dan para ulama sesudahnya. Yang
memeriahkan tahun baru hijriyah sebenarnya hanya ingin menandingi tahun baru masehi
yang dirayakan oleh Nashrani. Padahal perbuatan semacam ini jelas-jelas telah menyerupai
mereka (orang kafir). Secara gamblang Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫شبَّهَ بِقَ ْو ٍم فَ ُه َو ِم ْن ُه ْم‬


َ َ ‫َم ْن ت‬

”Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari mereka”[13]

Ingin tahu selengkapnya.


Yuk KLIK: https://rumaysho.com/719-kekeliruan-dalam-menyambut-awal-tahun-baru-
hijriyah.html
Tahun Baru Islam merupakan suatu hari yang penting bagi umat Islam karena menandai peristiwa
penting yang terjadi dalam sejarah Islam yaitu memperingati penghijrahan Nabi Muhammad saw.
dari Kota Mekkah ke Madinah pada tahun 622 Masehi. Peristiwa bersejarah itu terjadi pada 1
Muharram tahun baru bagi kalender Hijriyah. Namun Tahun Hijrah Rasulullah SAW dari Mekah ke
Madinah itu diambil sebagai awal perhitungan bagi kalender Hijriyah.
Kalender Hijriyah secara resmi belum dimulai ketika zaman Rasulullah S.A.W. Kalender ini hanya
dimulai pada zaman Khalifah Arrasyidin kedua yaitu Umar al-Faruq R.A. Ada beberapa saran dari
para sahabat untuk penetapan tanggal bagi Madinah ketika itu, ada yang mengusulkan tahun Islam
dimulai ketika kelahiran Nabi Muhammad SAW, ada yang mengusulkan awal tanggal Islam
ditetapkan pada hari Rasulullah diangkat sebagai nabi dan rasul tetapi pandangan yang
menyarankan awal tanggal Islam pada tanggal hijrah Nabi SAW.
Penetapan ini adalah untuk mengenangkan betapa pentingnya tanggal hijrah yang menjadi
perubahan paradigma dalam sejarah agama Islam yang mana pertama kali dalam sejarah Islam
seorang nabi dan rasul membentuk pemerintah dengan segala kesulitan dan berhasil membuat
hubungan diplomatik dengan beberapa negara serta menyampaikan dakwah Islam secara global
sehingga Islam tersebar ke merata dunia.

Sejumlah umat muslim di Indonesia menyambut Tahun Baru Islam atau 1 Muharram 1441
Hijriyah, Sabtu (31/08/2019). Beragam cara dilakukan untuk menyambut Tahun Baru Islam. Di
Solo, Pedagang pasar Triwindu mengikuti Kirab Jenang Suro di Pasar Triwindu untuk
menyambut 1 Muharram 1441 H. Sedangkan di Jakarta warga melakukan pawai obor elektrik di
sepanjang Jalan MH Thamrin. Doa bersama yang diikuti ribuan umat juga dilakukan sebagai
wujud rasa syukur sekaligus pengharapan kehidupan yang lebih baik seiring pergantian tahun.
tirto.id/ANTARA FOTO

Baca selengkapnya di artikel "Menyambut Tahun Baru Islam di Penjuru


Nusantara", https://tirto.id/ehlH

Peristiwa hijrahnya Nabi Muhammad saw. dan para sahabatnya dari Makkah ke
Madinah sekitar 15 abad lalu menandai awal penanggalan tahun tersebut. Selama
kurun 13 tahun dakwah beliau di Kota Makkah tidak mendapatkan sambutan
yang menggembirakan. Yang justru beliau hadapi adalah cercaan, hinaan, dan
intimidasi dari kaum musyrikin dan kuffar Quraisy. Akibatnya, perkembangan
Islam di Makkah sangat lambat.

Oleh karena itu, Nabi diperintahkan oleh Allah meninggalkan kota kelahirannya
Makkah dan hijrah ke Madinah yang kemudian dikenal dengan Madinah al-
Munawwarah (kota yang disinari cahaya keislaman). Di kota inilah Nabi dan para
sahabat Muhajirin mendapat sambutan yang hangat dari penduduk asli Madinah
(sahabat Anshar). Di kota ini pula Nabi berhasil membangun masyarakat madani
(civil society), yaitu sebuah potret masyarakat ideal (khaira ummah).

Kemudian, dari Kota Madinah ini juga, Nabi bersama para sahabatnya (Muhajirin
dan Anshar) bangkit melakukan dakwah menyebarkan Islam. Akhirnya, dalam
waktu yang relatif singkat, agama Islam berkembang secara meluas ke seluruh
Jazirah Arab, serta mampu menembus berbagai pelosok dunia. Dengan demikian,
maka peristiwa hijrah merupakan salah satu tonggak penting bagi perkembangan
Islam. Oleh karena itu, tidak mengherankan manakala Khalifah Umar menjadikan
peristiwa tersebut sebagai awal perhitungan tahun baru Islam, yang kemudian
dikenal dengan tahun baru Hijriyyah.

Esensi Hijrah adalah adanya keinginan kuat Nabi Muhammad saw. dan para
sahabatnya untuk berubah; berubah dari masyarakat yang selalu ditindas,
dizalimi, dan dianiaya, menjadi masyarakat yang bebas dan merdeka menjalankan
ajaran agama yang mereka yakini tanpa penindasan, intimidasi, teror, dan
beragam ancaman lainnya dari musyrikin Quraisy saat itu.

Peristiwa tersebut mengajarkan kita untuk tidak diam dan berhenti dalam kondisi
yang sama sekali tidak memberikan peluang kepada kita untuk melakukan
perubahan ke arah yang lebih baik. Nabi Muhammad saw. yakin betul kalau
penolakan yang dilakukan oleh "borjuis" Quraisy pada waktu itu tidak akan
menguntungkan masa depan dakwahnya. Maka Nabi pun mengambil inisiatif
(tentu saja dibimbing oleh wahyu) untuk mengalihkan medan perjuangan dari
Makkah ke Madinah.

Muhamad Iqbal, penyair dan filsuf Pakistan, dalam magnum opus-nya yang
terkenal, Reconstruction of Religious Thought in Islam, pernah berkata bahwa
hidup ini seluruhnya berisi perubahan. Tesis Iqbal ini senada dengan apa yang
diungkapkan kiai mbeling, Emha Ainun Nadjib, dengan redaksi bahasa yang agak
berbeda. Ia mengatakan bahwa esensi kehidupan adalah hijrah (perpindahan).
Dengan demikian, hijrah merupakan gerakan dan loncatan besar manusia yang
meniupkan semangat perubahan dalam pandangan masyarakat. Pada gilirannya
hijrah menggerakkan dan memindahkan mereka dari lingkungan yang beku
(jumud) menuju tangga kemajuan dan kesempurnaan.

Kalau kita sepakat dengan tesis kedua tokoh tersebutbahwa seluruh isi dunia
adalah perubahan, maka yang kini kecil bisa menjadi besar. Yang sekarang kuat
bisa menjadi lemah. Yang sekarang berkuasa akan menjadi yang dikuasai. Yang
sekarang miskin bisa menjadi kaya. Yang sekarang pahlawan bisa menjadi
"bajingan". Yang sekarang cantik bisa menjadi jelek. Dan masih banyak fenomena
perubahan yang terjadi pada pelbagai aspek kehidupan yang tidak mungkin
terekam di kertas yang kecil ini.

Karena dunia ini berisi perubahan, maka kehidupan dunia adalah kehidupan yang
selalu bergerak dalam proses; "proses menjadi". Oleh karena itu, apa yang sudah
ada di masa lalu sama sekali tidak berarti, dan bisa musnah oleh sesuatu yang kita
lakukan saat ini. Dan apa yang kita lakukan saat ini juga tidak berarti apa-apa, jika
esok kita melakuakan sesuatu yang bisa menghapuskan apa yang kita amalkan
hari ini. Itu sebabnya, al-Quran tidak menyuruh kita untuk melihat ke belakang,
tetapi menganjurkan agar pandangan kita senantiasa diarahkan ke masa depan.
Adapun apa yang telah terjadi di masa lalu harus dijadikan pijakan untuk
malngkah di masa yang akan datang. Allah berfirman, ”Wahai orang-orang yang
beriman, bertakwalah kepada Allahdan hendaklah setiap diri memperhatikan apa
yang akan dilakukan untuk hari esok(akhirat), dan bertakwalah kepada Allah.
Sungguh Allah Maha Teliti terhadap apa yang kamu kerjakan.”(Q.S. Al
Hasyar[59]:18).

Jadi, kalau memang seseorang terus menerus bergerak dalam proses, maka apa
yang dimiliki dan amalkan hari ini tidak bisa dijadikan ukuran bagi baik atau
tidaknya kehidupan seseorang. Penentuannya adalah akhir kehidupan (maut)
yang dengan itu tidak ada lagi yang disebut hari esok.

Agaknya pertandingan sepakbola sangat tepat untuk menggambarkan proses


perubahan yang terjadi pada manusia. Satu tim belum bisa dikatakan memenangi
pertandingan dan tim yang lain belum bisa divonis kalah, sebelum wasit yang
memimpin pertandingan meniupkan peluit tanda pertandingan berakhir. Itu
sebabnya, Islam melarang seseorang bersikap takabur dan menyombongkan diri
dengan apa yang sekarang dimiliki dan diamalkan. Sebab jika kehidupannya
belum berakhir, maka semua itu tidak bisa dijadikan penentu apa-apa. Sebaliknya
Islam pun mengutuk sikap putus asa dan pesimistis karena hal tersebut
merupakan wujud ketidakpercayaan terhadap perubahan yang sudah menjadi
sunnatullah.

Jadi, yang terpenting dan paling menentukan seseorang pada kehidupan yang
datang adalah titik akhir kehidupan yang dalam istilah keagamaan disebut husnul
khatimah (baik akhirnya) dan su-ul khatimah (buruk akhirnya). Karena semua
orang tidak tahu batas akhir kehidupannya, maka ia mesti berhati-hati menjaga
amal baik yang telah dilakukannya selama ini agar tidak menjadi “hangus”. Dan
bagi yang selama ini masih merasa berlumuran dosa, hendaknya ia bersegera
bertobat sebab siapa tahu ia akan segera berpindah menuju alam selanjutnya.

Pertannyaannya adalah dari mana perubahan itu mesti dimulai? Allah


memberikan kebebasan kepada kita untuk melakukan perubahan, selama
perubahan yang kita lakukan bisa dipertanggungjawabkan dan tidak keluar
dari pakem yang telah ditetapkan Allah swt. Allah berfirman, “Sesungguhnya Allah
tidak akan mengubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang mengubah
apa apa yang pada diri mereka.” (Q.S.ar-Ra’d [13]:11)
Tahun Baru Islam merupakan hari yang bersejarah bagi umat islam di seluruh dunia.
Pada awalnya, tahun baru islam digunakan untuk memperingati peristiwa hijrah Nabi Muhammad SAW
dari kota Mekkah ke Madinah pada 622 Masehi.

Artikel ini telah tayang di tribunbatam.id dengan judul Sejarah Tahun Baru Islam 1 Muharram, Peringatan
Perjalanan Nabi Muhammad dari Mekkah ke Madinah. Sejarah tahun baru islam bermula dari
kebingungan umat islam pada masa itu dalam menentukan tahun. Pada zaman sebelum Nabi
Muhammad SAW, orang orang Arab tidak menggunakan tahun untuk menandai suatu peristiwa.
Atas usulan dari Ali Bin Abi Thalib, kalender Hijriyah Islam dimulain dari peristiwa hijrah Nabi Muhammad
dari Mekkah ke Madinah.
Atas usulan dari Ali Bin Abi Thalib inilah, akhirnya sejarah kalender islam untuk pertama kali dibuat.
Makna Tahun Baru Islam
Peristiwa hijrah Nabi Muhammad dari Makkah ke Madinah menjadi awal mula lahirnya Islam sebagai
agama yang berjaya.
Hijrah merupakan tonggak kebangkitan Islam yang semula diliputi suasana dan situasi yang tidak
kondusif di Mekkah.
Hijrah mengandung semangat perjuangan tanpa putus asa dan rasa optimisme yang tinggi, yaitu
semangat berhijrah dari hal-hal yang buruk kepada yang baik.
Dalam konteks masa kini, peristiwa hijrah dimaknai sebagai penanaman nilai dan semangat berhijrah
untuk diri sendiri.
Berani meninggalkan sesuatu yang buruk dan beralih kepada kebaikan.
7 tradisi unik menyambut Tahun Baru Islam 1 Muharram di Indonesia :

1. Kirab Kebo Bule Kirab Kebo Bule merupakan tradisi yang dilakukan warga Surakarta. Dalam
tradisi Tahun Baru Islam, beberapa ekor kebo bule (kerbau berwarna putih) diarak keliling kota.
Masyarakat Surakarta percaya, kerbau ini merupakan turunan Kebo Bule Kyai Slamet dan dianggap
keramat. Kerbau-kerbau tersebut berperan sebagai Cucuking Lampah (pemandu kirab) dan diikuti
oleh para keluarga keraton yang membawa pusaka, diikuti dengan barisan warga Surakarta di
belakangnya. Uniknya, warga akan berlomba-lomba menyentuh badan kebo bule dan berebut untuk
mendapatkan kotorannya yang katanya dapat membawa berkah.

2. Mubeng Beteng Tradisi ini merupakan simbol refleksi dan instropeksi diri orang Jawa pada malam
1 Suro Tahun Baru yang dirayakan di Yogyakarta. Islam yang dilakukan oleh ratusan abdi dalem
mengelilingi Keraton Yogyakarta dan diikuti oleh warga. Selama mengelilingi keraton, mereka harus
melakukan tapa bisu (tidak berbicara atau bersuara) serta tidak makan, minum, atau merokok dan
jarak yang ditempuh kurang lebih lima kilometer.

3. Upacara Tabot Dirayakan oleh masyarakat Bengkulu, untuk mengenang kepahlawanan serta
meninggalnya cucu Nabi Muhammad SAW, Husein bin Ali Abu Thalib. Upacara ini terpengaruhi oleh
upacara Karbala di Iran. Perayaan Tahun Baru Islam ini telah dilakukan sejak tahun 1685 oleh Syeh
Burhanuddin yang dikenal juga sebagai Imam Senggolo. Masyarakat percaya, apabila perayaan
Tahun Baru Islam ini tidak mereka selenggarakan maka musibah dan malapetaka akan menimpa
mereka.

4. Ledug Suro Merupakan tradisi yang dilakukan warga Magetan, Jawa Timur. Masyakarat
menggelar tradisi Ledug Suro dengan ‘ngalub berkah bolu rahayu’. Upacara ini diawali dengan kirab
Nayoko Projo dan Bolu Rahayu yang nantinya menjadi sasaran rebutan warga. Warga
mempercayai, bolu tahayu dapat membawa keberuntungan dan berkah.

5. Nganggung Tradisi ini dirayakan oleh umat muslim di Bangka Belitung. ‘Nganggung’ dalam
bahasa daerah warga setempat berarti makan bersama. Warga akan mengelar acara dimana
mereka akan makan bersama-sama. Layaknya perayaan Idul Fitri dan Idul Adha, kebersamaan
diangkat menjadi tradisi Tahun Baru Islam. Warga dari seluruh penjuru Bangka berdatangan untuk
bersilaturahmi sekaligus bertamu ke rumah-rumah warga. Bagi tuan rumah semakin banyak tamu
yang datang maka rizki yang diperoleh akan semakin banyak. Makanan layaknya peryaan Idul Fitri
disediakan untuk menjamu tamu yang datang.

Anda mungkin juga menyukai