Asal usul Tahun baru Islam dimulai ketika seorang Gubernur Abu Musa Al-Asyari
menuliskan surat yang diberikan kepada Khalifah Umar Bin Khatab RA. Kepada
pemimpin tersebut, Ia mengaku bingung perihal surat yang tidak memiliki tahun. Hal
inilah yang menyulitkannya saat penyimpanan dokumen atau pengarsipan. Kondisi
inilah yang mendasari dibuatnya kalender Islam, yang mana saat itu Umat Muslim
masih mengadopsi peradaban Arab pra-Islam tanpa angka tahun, hanya sebatas
bulan dan tanggal.
Sejarah tahun baru Islam berawal dari kebimbangan umat Islam saat menentukan
tahun. Pada zaman sebelum Nabi Muhammad SAW, orang-orang Arab tidak
menggunakan tahun dalam menandai peristiwa apa pun. Tapi, hanya menggunakan
hari dan bulan sehingga cukup membingungkan.
Sebagai contoh, pada waktu itu Nabi Muhammad lahir pada tahun Gajah. Hal ini
menjadi bukti bahwa pada waktu itu kalangan masyarakat Arab tidak menggunakan
angka dalam menentukan tahun. Berawal dari sini, para sahabat Rasulullah SAW
pun berkumpul untuk menentukan kalender Islam. Salah satunya yang hadir adalah
Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, dan Thalhan bin Ubaidillah.
Total 12 bulan dalam sistem penanggalan Islam juga tercantum dalam Al Quran
surat At Taubah ayat 36-37 :
Salah satu bulan yang paling utama dalam kalender Islam adalah Muharram. Kata
Muharam sendiri, berasal dari kata yang diharamkan atau dipantang dan dilarang.
Ini bermakna pelarangan untuk melakukan peperangan atau pertumpahan darah,
dan dianggap sharam.
Secara etimologis Muharam berarti bulan yang diutamakan dan dimuliakan. Makna
bahasa ini memang tidak terlepas dari realitas empirik dan simbolik yang melekat
pada bulan itu, karena Muharam sarat dengan berbagai peristiwa sejarah baik
kenabian maupun kerasulan. Muharam dengan demikian merupakan momentum
sejarah yang sarat makna. Disebut demikian karena berbagai peristiwa penting
dalam proses sejarah terakumulasi dalam bulan itu.
Dalam Alqur'an Surah At-Taubah ayat 36, Allah mengabarkan 4 bulan agung (bulan-
bulan haram) yang wajib dimuliakan yaitu Dzulqa'dah, Dzulhijjah, Muharram dan
Rajab. Pada bulan-bulan ini umat Islam dilarang menganiaya diri sendiri dan
sebaliknya dianjurkan memperbanyak amal saleh. Allah menjadikan empat bulan ini
(Dzulqa'dah, Dzulhijjah, Muharram dan Rajab) sebagai bulan haram (asyhurul-
hurum). Siapa yang beramal saleh pada bulan tersebut maka Allah akan
melipatgandakan pahalanya. Sebaliknya siapa yang berbuat maksiat pada bulan-
bulan itu maka dosanya berlipat pula.
Muharam adalah bulan yang spesial, dikarenakan bulan pembuka dalam kalender
Hijriyah. Rasulullah SAW bahkan menyebut Muharam sebagai bulan Allah karena
keutamaannya.
Momentum tahun baru hijriyah mengandung semangat perjuangan tanpa putus asa
dan rasa optimisme yang tinggi, yaitu semangat berhijrah dari hal yang baik ke yang
lebih baik lagi. Rasulullah SAW dan para sahabatnya telah melawan rasa sedih dan
takut dengan berhijrah. Hijrah mengandung semangat persaudaraan, seperti yang
dicontohkan Rasulullah SAW saat beliau mempersaudarakan kaum Muhajirin dan
kaum Anshar. Bahkan beliau telah membina hubungan baik dengan beberapa
kelompok Yahudi yang hidup di Madinah dan sekitarnya pada waktu itu.
Makna awal tahun baru islam juga memiliki makna yang mendalam bagi setiap
muslim karena Makna tersebut lahir dari menegaskan kembali pentingnya
menerapkan akhlak mulia dalam kehidupan yang bersumber dari Al-Quran.
Momentum awal tahun baru Islam bagi kaum Muslimin agar terus mampu dalam
berkreasi, menjunjung tinggi hak asasi manusia, menjunjung tinggi nilai-nilai
toleransi, menciptakan birokrasi yang modern, yang transparan, rapi dan bersih
Tetapi, kenyataannya dalam kehidupan sekarang makna Tahun Baru Islam menjadi
sesuatu pelajaran yang seolah tertinggal, tertutupi oleh meriahnya perayaan Tahun
Baru Masehi yang memang sudah tradisi untuk dirayakan secara meriah oleh
seluruh umat di dunia. Maka sudah sepantasnyalah seluruh umat muslim diseluruh
penjuru dunia untuk memaknai Tahun Baru Islam untuk berbenah diri (muhasabah
diri) sejauh mana bekal yang disiapkan untuk menghadapi kehidupan setelah
kematian, selalu mencerminkan akhlak mulia, memiliki semangat baru untuk
merancang dan menjalani kehidupan kearah yang lebih baik.
Salah satu makna penting implementasi cinta setidaknya di masa pandemi ini kita
bisa mencintai diri dan keluarga serta masyarakat dengan menerapkan standar
protokol kesehatan. Cintailah sesama dengan menggunakan masker, rajin cuci
tangan dan menjaga jarak.
"Sebaik-baik puasa setelah puasa Ramadhan adalah pada bulan Allah yang
bernama Muharram". (HR. Muslim)
"Dan puasa di hari 'Asyura saya berharap kepada Allah agar dapat
menghapuskan (dosa) setahun yang lalu." (HR Muslim)
3. Memperbanyak Sedekah
MTsN 2 GARUT
KABUPATEN GARUT