Anda di halaman 1dari 124

Tuntunan

Puasa Ramadhan
Dan
Berhari Raya
(Eksklusif Dengan Disertai Hadits-Hadits Lemah Dan
Palsu Seputar Ramadhan)

Abdullah bin Abdul Hamid Usman


Buku Saku
Tuntunan Puasa Ramadhan
Dan
Berhari Raya
(Eksklusif Dengan Disertai Hadits-Hadits Lemah Dan
Palsu Seputar Ramadhan)

Oleh: Abdullah bin Abdul Hamid Usman


Editor: al-Ustadz Abdul Hamid Usman
Kata pengantar: al-Ustadz Ahmad Sabiq Abu Yusuf, Lc

Penerbit:
Yayasan Abu Hurairoh Sengata
bekerjasama dengan
Pemkab. Kutai Timur
Kata Pengantar
Al-Ustadz Ahmad Sabiq Abu Yusuf Hafidzohullah
(Pemimpin Redaksi Majalah al-Mawaddah)

‫ا‬ ‫ا ا‬

،‫َ ِ ُ ُ َو َ ْ َ ْ ِ ُه‬ ْ َ ‫َو‬ ‫إ َِّن ا ْ َ ْ َ ِ ّٰ َ ْ َ ُ ُه‬


ُ ْ
ِ‫َِئאت‬ ِ ‫َא و‬ ِ ُ ْ َ‫أ‬ ِ‫َو َ ُ ْ ُذ ِא ّٰ ِ ِ ْ ُ ْور‬
ّ َ ْ َ ُ
ْ َ ‫ َو‬، ُ َ َّ َ ُ َ َ ُ ّٰ ‫ َ ْ َ ْ ِ ِه ا‬، ‫أَ ْ َ א ِ َא‬
َّ ‫ُ ْ ِ ْ َ َ َ ِאد َي َ ُ َو أَ ْ َ ُ أَ ْن َ ِإ ٰ َ ِإ‬
‫ا ّٰ ُ َو ْ َ ُه َ َ ِ ْ َכ َ ُ َو أَ ْ َ ُ أَ َّن ُ َ َّ ً ا‬

ُ ُ ْ ُ ‫َ ْ ُ ُه َو َر‬
: ُ ْ َ ‫أَ َّ א‬
Puasa adalah sebuah syariat Islam yang agung
nan mulia. Dia dilakukan pada bulan mulia, di

Kata Pengantar 5
dalamnya terdapat malam yang lebih baik dari seribu
bulan. Karenanya Alloh tidak hanya mensyariat-
kannya pada umat Islam ini, tapi juga pada umat-
umat sebelumnya.
Namun, ironisnya masih banyak kaum muslimin
yang belum mengilmui dengan baik syariat puasa
ini. Sehingga banyak pelanggaran yang diterjang,
banyak kemuliaan yang ditinggalkan. Memang, para
ulama’ sudah banyak yang menorehkan pena untuk
membahas masalah puasa ini. Namun rata-rata
dengan pembahasan yang panjang lebar. Yang mana
itu membuat sebagian kaum muslimin pada zaman
sekarang yang mungkin karena berbagai hal tidak
sempat untuk menelaahnya. Kiranya pada zaman
sekarang ini, yang semuanya serba instan dan praktis,
dibutuhkan penyajian ilmu pun secara praktis.
Oleh karenanya, apa yang dilakukan oleh saudara
kami yang mulia al-Akh Abdullah bin Abdul Hamid
Usman, yang sudah sangat kami kenal dengan baik
ilmu dan akhlaknya selama menuntut ilmu agama
di Ma’had Al Furqon al-Islami gresik jawa timur
dengan menyusun buku saku tentang sifat puasa
Nabi shollallohu alaihi wasallam adalah merupakan
amal kebajikan yang kami berharap kepada Alloh
semoga menjadikannya sebagai amal yang sangat
bermanfaat untuk kaum muslimin.
Semoga Alloh memberikan balasan kebaikan
kepada penulisnya, kedua orang tuanya, para
6 Tuntunan Puasa Ramadhan dan Berhari Raya
masyayikh dan gurunya, serta siapapun yang menye-
barkannya juga tak lupa kepada segenap kaum
muslimin. Amin.
Semoga sholawat serta salam senantiasa ter-
curahkan kepada Nabi Muhammad, keluarga sahabat
serta pengikutnya dengan baik sampai hari kiamat.

Gresik, 17 Sya’ban 1431H

Ust. Ahmad Sabiq AbuYusuf,Lc


PemimpinRedaksia majallah Al Mawaddah

Kata Pengantar 7
8 Tuntunan Puasa Ramadhan dan Berhari Raya
‫)‪Muqoddimah (Pembukaan‬‬

‫ا‬ ‫ا ّٰ ا‬

‫و‬ ‫ه و‬ ‫‪،‬‬ ‫إن ا‬


‫א و ئאت‬ ‫ور أ‬ ‫ه‪ ،‬و ذ א ّٰ‬ ‫و‬
‫‪،‬و‬ ‫ه ا ّٰ‬ ‫أ א א‪،‬‬
‫إ إ ا ّٰ و ه‬ ‫أن‬ ‫אدي ‪ ،‬وأ‬
‫‪.‬‬ ‫ه ور‬ ‫ًا‬ ‫أن‬ ‫כ ‪ ،‬وأ‬

‫آ ا ا ا ا ّٰ‬ ‫‪ :‬آ אا‬ ‫א‬ ‫אل ا ّٰ‬


‫ن‬ ‫إ وأ‬ ‫א و‬

‫א ا אس ا ا ر כ ا ي‬ ‫‪:‬‬ ‫א‬ ‫و אل‬

‫)‪Muqoddimah (Pembukaan‬‬ ‫‪9‬‬


‫א زو א‬ ‫ةو‬ ‫وا‬ ‫כ‬
‫א ر א כ ا و אء وا ا ا ّٰ ا ي‬ ‫و‬
‫כ رכ א‬ ‫وا ر אم إن ا ّٰ כאن‬ ‫אء ن‬

‫ا‬ ‫آ ا ا ا ا ّٰ و‬ ‫ آ א ا‬:‫و אل أ א‬
‫כ ذ כ‬ ‫כ أ אכ و‬ ‫ا‬
‫א‬ ‫אز زا‬ ‫ا ّٰ ور‬ ‫و‬

: ‫أא‬

‫ي ي‬ ‫ا‬ ‫כ אب ا ّٰ و‬ ‫قا‬ ‫نأ‬


‫א א‬ ‫ر‬ ‫و ا‬ ‫و‬ ّٰ ‫ا‬
‫وכ‬ ‫وכ‬ ‫אت‬ ‫نכ‬
‫ا אر‬
Segala puji hanya bagi Allah Rabb semesta alam.
Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada
junjungan dan teladan sepanjang zaman Rasulullah

10 Tuntunan Puasa Ramadhan dan Berhari Raya


Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam juga kepada
keluarga beliau, sahabat, serta pengikutnya yang setia
selalu menjajaki perjalanan dalam naungan Sunnah
beliau hingga akhir zaman. Amma ba’du
Bulan Ramadhan yang penuh berkah telah me-
naungi kita, bulan yang didalamnya Allah melim-
pahkan berbagai karunia kepada hamba-hamba-
Nya. Derajat orang-orang yang berpuasa diangkat
dan kesalahan-kesalahan mereka dihapuskan. Pada
bulan ini Allah juga melimpahkan kemurahan
berupa berbagi macam karunia dan keutamaan.
Inilah sebuah bulan, yang karenanya Allah
membuka pintu-pintu surga dengan selebar-lebar-
nya, dan menutup pintu-pintu neraka dengan
serapat-rapatnya. Sebuah bulan yang didalamnya
syaithan-syaithan dibelenggu sehingga mereka tidak
dapat menjalankan tipu daya mereka sebagaimana
yang biasa mereka lakukan diluar bulan Ramadhan.
Sebuah bulan yang Allah mengkhususkan didalam-
nya sebuah malam yang agung, malam yang lebih
utama dari pada seribu bulan. Orang yang tidak
mendapatkan kebaikan darinya, maka sesungguhnya
ia telah terhalang dari banyak kebaikan.
Sajian kali ini akan mengangkat permasalahan
puasa dibulan Ramadhan dan fatwa fatwa ulama
seputar ramadhan dan tata cara berhari Raya serta
hal-hal yang berkaitan dengan keduanya. Buku ini
sengaja kami susun secara ringkas dalam bingkai
Muqoddimah (Pembukaan) 11
buku saku namun insya Allah tetap dalam kemasan
yang padat dan ilmiyah. Dengan mangacu pada dua
sumber hukum dalam Islam yaitu al-Qur’an dan as-
Sunnah disertai kitab-kitab para Ulama yang telah
dikenal keilmuannya baik dari Imam Madzhab
empat maupun selain mereka. agar memudahkan
para pembaca sekalian untuk mencari permasalahan
yang dinginkan dari hukum puasa secara ringkas
beserta dalil-dalilnya yang shahih serta hal-hal yang
terjadi padanya dalam lingkup ibadah yang setiap
tahunnya kita laksanakan ini.
Rasa syukur juga kami sampaikan kepada kedua
orangtuaku yang telah membesarkan dan membim-
bingku dengan keikhlasan mereka hingga kami bisa
menempuh pendidikan dan terus menuntut ilmu
sampai sekarang, semoga yang mereka curahkan
sejak saya masih dalam kandungan hingga saat ini
dibalas oleh Allah dengan pahala yang berlipat.
Juga kepada seluruh Masyaikh dan Asatitzah kami
yang telah mendidik kami hingga sekarang, terutama
kepada Ustadzuna al-Fadhil Ahmad Sabiq Abu Yusuf,
Lc yang telah mendukung kami dan memberikan kata
pengantarnya pada buku kecil kami ini.
Dan kepada seluruh Keluarga, Sahabat dan Teman
dekat kami, kami ucapkan JAZAKUMULLOHU
KHOIRON KATSIRO. Semoga Allah merapatkan
barisan kita dalam agama ini dan mempertemukan

12 Tuntunan Puasa Ramadhan dan Berhari Raya


kita kembali di Jannah-Nya nan kekal abadi. Amiin
Ya Robbal ‘Alamiin..
Terakhir tiada gading yang tak retak, tiada kitab
yang sempurna kecuali kitab Allah; bila dari kalangan
pembaca mendapatkan kekeliruan dalam buku ini,
maka hati ini sangat terbuka, dada ini sangat lapang,
dan tangan ini terbentang untuk menerima segala
saran dan kritikan yang bersifat membangun, karena
sifat seorang mukmin adalah saling menasehati dan
berwasiat dalam kebenaran dan kesabaran.
Kepada Allah saja saya memohon agar amal
ini hanya ikhlas kepada-Nya serta mengharapkan
wajah-Nya. Untuk bisa saya petik buahnya pada hari
yang tidak lagi bermanfaat harta benda dan anak
keturunan kecuali yang datang kepada Allah dengan
hati yang bersih.
Ditulis Oleh Hamba
Yang Mengharapkan Ampunan Rabb-Nya.

Abdullah bin Abdul Hamid Usman


Sengata, 16 Sya’ban 1431 H/ 28 Juli 2010 M

Muqoddimah (Pembukaan) 13
14 Tuntunan Puasa Ramadhan dan Berhari Raya
Daftar Isi

Kata Pengantar __________________________ 5


Muqoddimah (Pembukaan) _______________ 11
Daftar Isi _______________________________ 15
BAB 1: Menyambut Kedatangan
Ramadhan ______________________________ 21
BAB 2: Hukum Puasa Ramadhan __________ 26
BAB 3: Keutamaan Bulan Ramadhan _______ 28
1. Bulan Al-Qur’an _____________________ 28
2. Didalamnya Terdapat Lailatul Qadr ______ 29
3. Setan-Setan Dibelenggu, Pintu-Pintu Neraka
Ditutup Dan Pintu-Pintu Surga Dibuka
Selebar-Lebarnya. ____________________ 30
BAB 4: Keutamaan Puasa Di Bulan
Ramadhan ______________________________ 32
1. Di Ampuni Dosa-Dosa Orang Yang Berpuasa
Didalamnya _________________________ 32
2. Puasa Dapat Memasukkan Pelakunya
Kedalam Surga. ______________________ 33
3. Orang Yang Berpuasa Akan Mendapatkan
Dua Kebahagiaaan. ___________________ 33

Daftar Isi 15
4. Allah Akan Langsung Membalas Pahala
Orang Yang Berpuasa. _________________ 33
5. Puasa Dan Al-Qur’an Akan
Memberikan Syafaat Bagi Orang Yang
Menjalankannya. _____________________ 33
6. Orang Yang Berpuasa Akan Masuk
Kedalam Surga Dari Pintu Khusus Yang
Diberi Nama Pintu Ar-Royyan. __________ 34
7. Bau Mulut Orang Yang Berpuasa Lebih
Harum Dari Pada Minyak Kesturi. _______ 35
BAB 5: Kapankah Umat Islam Mulai
Berpuasa _______________________________ 36
BAB 6: Siapakah Yang Wajib Berpuasa?? ___ 40
BAB 7: Orang-Orang Yang Tidak Berpuasa
Dan Hukum Yang Berkaitan Dengan
Mereka _________________________________ 42
1. Kelompok Yang Tidak Boleh Meninggalkan
Puasa ______________________________ 42
2. Kelompok Orang Yang Boleh Berbuka Atau
Berpuasa. ___________________________ 42
3. Orang Yang Tidak Boleh Baginya
Berpuasa ___________________________ 48
BAB 8: Rukun-Rukun Puasa _______________ 49
1. Niat _______________________________ 49

16 Tuntunan Puasa Ramadhan dan Berhari Raya


2. Menahan Diri Dari Segala Hal Yang
Membatalkan Puasa Mulai dari Terbit Fajar
Hingga Matahari Tenggelam ___________ 50
BAB 9: Enam Hal Yang Membatalkan
Puasa __________________________________ 54
1 & 2: Makan dan Minum Dengan Sengaja ___ 54
3. Muntah Dengan Sengaja ________________ 55
4 & 5: Datang Bulan (Haidh) dan Nifas ______ 55
6. Bersetubuh (Jima’) ____________________ 56
7. Mengeluarkan Mani Dengan Sengaja
(Onani/Masturbasi) ___________________ 57
BAB 10: Adab-Adab Berpuasa _____________ 59
1. Makan Sahur ________________________ 59
2. Tidak Melakukan Perbuatan Sia-Sia,
Perkataan Kotor, Atau Perbuatan Lain Yang
Mengurangi Nilai Puasa _______________ 61
3. Memperbanyak Sedekah dan Mempelajari
Al-Qur’an ___________________________ 62
4. Menyegerakan Berbuka Puasa __________ 63
5. Berbuka Dengan Sesuatu Yang Disebutkan
Hadits Di Bawah Ini __________________ 63
6. Berdoa Saat Berbuka Dengan Mengucapkan
Do’a Dalam Hadits Berikut _____________ 64
BAB 11: Hal-Hal Yang Diperbolehkan Bagi
Orang Yang Berpuasa ____________________ 66
1. Mandi Untuk Menyegarkan Badan_______ 66
2. Mandi Junub Setelah Terbit Fajar _______ 66

Daftar Isi 17
3. Bercumbu Dan Berciuman Dengan
Istrinya ____________________________ 67
4. Bersiwak (Sikat Gigi), Berkumur dan
Memasukkan Air kedalam Hidung _______ 67
5. Mencicipi Makanan ___________________ 68
6. Transfusi Darah dan Suntikan Yang
Tidak Dimaksudkan Sebagai Pengganti
Makanan ___________________________ 69
7. Berbekam __________________________ 70
BAB 12: Puasa-Puasa Sunnah _____________ 71
1. Puasa Enam Hari Pada Bulan Syawwal ____ 71
2. Puasa Hari Arafah Bagi Orang Yang Tidak
Berhaji _____________________________ 72
3. Puasa Hari ‘Asyura (Tgl 10 Bulan Muharram)
Serta Sehari Sebelumnya ______________ 72
4. Puasa Di Bulan Sya’ban ________________ 73
5. Puasa Hari Senin dan Kamis ____________ 73
6. Puasa Tiga Hari Pada Setiap Bulan _______ 74
7. Puasa Daud (Berpuasa Sehari Dan
Berbuka Sehari) ______________________ 74
8. Sepuluh Hari Di Bulan Dzul Hijjah ______ 75
BAB 13: Hari-Hari Yang Dilarang
Mengerjakan Puasa Di Dalamnya __________ 76
1. Dua Hari Raya (Hari Raya ‘Idul Fithri Dan
‘Idul Adha) __________________________ 76
2. Hari Taysriq (tgl 11, 12, 13 Dzul Hijjah) ___ 77

18 Tuntunan Puasa Ramadhan dan Berhari Raya


3 & 4: Mengkhususkan Hari Jum’at & Sabtu
Untuk Berpuasa _____________________ 78
5. Hari Syakk (Meragukan) ________________ 78
9. Puasa Terus Menerus Selama Setahun _____ 79
BAB 14: Rahasia-Rahasia Puasa ___________ 80
BAB 15: Meneladani Rasulullah Dalam
Berhari Raya ____________________________ 84
Definisi ‘Ied ___________________________ 84
Petunjuk Cara Berhari Raya ______________ 84
BAB 16: Pertanyaan-Pertanyaan Yang
Berkaitan Dengan Puasa Dan Berhari
Raya ___________________________________ 88
1. Orang Yang Meninggal Yang Mempunyai
Tanggungan Puasa ___________________ 88
2. Mimpi Basah Saat Berpuasa ____________ 89
3. Berapakah Umur Wajib Bagi Anak-Anak
Untuk Berpuasa _____________________ 90
4. Cara Membayar Fidyah ________________ 90
5. Cara Membayar Qadha’ Puasa __________ 91
6. Darah Haidh Yang Keluar Melewati Batas
Kebiasaannya _______________________ 92
7. Merasakan Sakit Pertanda Akan Haidh
Namun Darah Tidak Keluar ____________ 92
8. Hukum Melihat Hilal Senidirian ________ 93
9. Hukum Puasa Bagi Penduduk Yang
Negerinya Berbeda Mathla’nya Dengan
Saudi Arabia ________________________ 95

Daftar Isi 19
10. Hukum Jima’ (Berhubungan Badan)
Dengan Istri Di Siang Hari Dibulan
Ramadhan _________________________ 98
11. Waktu Pelaksanaan Shalat ‘Ied __________ 99
12. Jika Hari Raya Idul Fitri Bertepatan Dengan
Hari Jum’at ________________________ 100
BAB 17: Hadits Lemah Dan Palsu Seputar
Ramadhan _____________________________ 103
Urgensi Ilmu Sanad ______________________ 103
Hadits Pertama __________________________ 104
Hadits Kedua ___________________________ 105
Hadits Ketiga ___________________________ 107
Hadits Keempat _________________________ 111
Hadits Kelima ___________________________ 113
Hadits Keenam __________________________ 115
Hadits Ketujuh __________________________ 116
Hadits Kedelapan ________________________ 116
Hadits Kesembilan _______________________ 117
Hadits Kesepuluh ________________________ 118
Hadits Kesebelas _________________________ 120
Hadits Keduabelas _______________________ 122
Penutup _______________________________ 124

20 Tuntunan Puasa Ramadhan dan Berhari Raya


BAB 1:
MENYAMBUT KEDATANGAN
RAMADHAN

Islam adalah agama yang sangat ilmiah. Setiap


amalan, keyakinan, atau ajaran yang disandarkan
kepada Islam harus memiliki dasar hukum dari Al
Qur’an dan Hadits Nabi shallallahu’alaihi wa sallam
yang otentik.
Sehingga kita tidak boleh melaksanakan suatu
ibadah dengan perasaan (anggapan) bahwa amalan
itu adalah baik tanpa ada dalilnya yang shahih. Se-
orang ulama yang pernah menjabat sebagai ketua
Al Lajnah Ad Da-imah Lil Buhuts wal Ifta’ (Komisi
Fatwa di Saudi Arabia) yaitu Syaikh ‘Abdul Aziz bin
‘Abdillah bin Baz pernah ditanya:
“Apakah ada amalan-amalan khusus yang disya-
riatkan untuk menyambut bulan Ramadhan?”
Syaikh –rahimahullah- menjawab:
“Bulan Ramadhan adalah bulan yang paling
utama dalam setahun. Karena pada bulan tersebut
Allah subhanahu wa ta’ala menjadikan amalan puasa
sebagai suatu kewajiban dan menjadikannya sebagai

Menyambut Kedatangan Ramadhan 21


salah satu rukun Islam yaitu rukun Islam yang keem-
pat. Umat Islam pada bulan tersebut disyariatkan
untuk menghidupkannya dengan berbagai amalan.
Mengenai wajibnya puasa Ramadhan, Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

َ ‫אد ِة أَ ْن‬ ٍ َ َ َ ‫ُ ِ ا ِ ْ َ ُم‬


َ َ َ ْ َ
‫ َو ِإ َ ِאم‬، ِ ّٰ ‫َ َّ ً ا َر ُ ُل ا‬ ُ َ ُ
َ‫ِإ ٰ َ ِإ َّ ا ّٰ وأ َّن‬
، ‫אن‬ َ َ َ ‫ َو َ ْ ِم َر‬، ‫َّ َכ ِאة‬ ‫אء ا‬ِ ‫ و ِإ‬، ‫َ ِة‬
َ َ َّ ‫ا‬
ِ ‫و ِا‬
َْ ّ َ َ
”Islam dibangun di atas lima perkara: persaksian
bahwa tidak ada sesembahan yang berhak
disembah selain Allah dan Muhammad adalah
utusan-Nya, menegakkan shalat, menunaikan
zakat, berpuasa di bulan Ramadhan, dan
menunaikan haji ke Baitullah.” (Muttafaqun
‘alaih. HR. Bukhari no. 8 dalam Al Iman, Bab
“Islam dibangun atas lima perkara”, dan Muslim
no. 16 dalam Al Imam, Bab “Rukun-rukun
Islam”)
Nabi ‘alaihis shalaatu was salaam bersabda,

‫אن ِإ َ א ًא َوا ْ ِ َ א ًא ُ ِ َ ُ َ א‬
َ َ َ ‫אم َر‬
َ َ ْ َ
َ
22 Tuntunan Puasa Ramadhan dan Berhari Raya
ِ ِ ْ ‫َ َ َّ م ِ َذ‬
ْ َ
“Barangsiapa melakukan puasa di bulan
Ramadhan karena iman dan mengharap gan-
jaran dari Allah, maka dosa-dosanya yang
telah lalu akan diampuni.” (HR. Bukhari no.
2014 dalam Shalat Tarawih, Bab “Keutamaan
Lailatul Qadr”, dan Muslim no. 760 dalam Shalat
Musafir dan Qasharnya, Bab “Motivasi Qiyam
Ramadhan”)
Aku tidak mengetahui ada amalan tertentu untuk
menyambut bulan Ramadhan selain seorang muslim
menyambutnya dengan bergembira, senang dan
penuh suka cita serta bersyukur kepada Allah karena
sudah berjumpa kembali dengan bulan Ramadhan.
Semoga Allah memberi taufik dan menjadikan kita
termasuk orang yang menghidupkan Ramadhan
dengan berlomba-lomba dalam melakukan amalan
shalih.
Berjumpa lagi dengan bulan Ramadhan sung-
guh merupakan nikmat besar dari Allah. OIeh
karena itu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa
memberikan kabar gembira kepada para sahabat
karena datangnya bulan ini. Beliau menjelaskan
keutamaan-keutamaan bulan Ramadhan dan janji-
janji indah berupa pahala yang melimpah bagi orang
yang berpuasa dan menghidupkannya.

Menyambut Kedatangan Ramadhan 23


Disyariatkan bagi seorang muslim untuk
menyambut bulan Ramadhan yang mulia dengan
melakukan taubat nashuhah (taubat yang sesung-
guhnya), mempersiapkan diri dalam puasa dan
menghidupkan bulan tersebut dengan niat yang
tulus dan tekad yang murni.” [Pertanyaan di Majalah
Ad Da’wah, 1284, 5/11/1411 H. Sumber : Majmu’
Fatawa Ibnu Baz, 15/9-10]
...........................................................................................
Demikian penjelasan dari Syaikh Ibnu Baz
-rahimahullah-. Dari penjelasan singkat di atas dapat
kita ambil pelajaran bahwa tidak ada amalan-amalan
khusus untuk menyambut bulan Ramadhan selain
bergembira dalam menyambutnya, melakukan
taubat nashuhah, dan melakukan persiapan untuk
berpuasa serta bertekad menghidupkan bulan
tersebut.
Oleh karena itu, tidaklah tepat ada yang
meyakini bahwa menjelang bulan Ramadhan adalah
waktu utama untuk menziarahi kubur orang tua atau
kerabat (yang dikenal dengan “nyadran”). Kita boleh
setiap saat melakukan ziarah kubur agar hati kita
semakin lembut karena mengingat kematian. Namun
masalahnya adalah jika seseorang mengkhususkan
ziarah kubur pada waktu tertentu dan meyakini
bahwa menjelang Ramadhan adalah waktu utama
untuk nyadran atau nyekar. Ini sungguh suatu

24 Tuntunan Puasa Ramadhan dan Berhari Raya


kekeliruan karena tidak ada dasar dari ajaran Islam
yang menuntunkan hal ini.
Juga tidaklah tepat amalan sebagian orang
yang menyambut bulan Ramadhan dengan mandi
besar terlebih dahulu. Amalan seperti ini juga tidak
ada tuntunannya sama sekali dari Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam. Lebih parahnya lagi mandi
semacam ini (yang dikenal dengan “padusan”) ada
juga yang melakukannya campur baur laki-laki
dan perempuan dalam satu tempat pemandian. Ini
sungguh merupakan kesalahan yang besar karena
tidak mengindahkan aturan Islam. Bagaimana
mungkin Ramadhan disambut dengan perbuatan
yang bisa mendatangkan murka Allah?!
Begitu pula dengan maaf memaafkan menjelang
ramadhan, ini pun suatu amalan yang tidak tepat.
Karena maaf memaafkan boleh kapan saja. Lantas
mengapa dikhususkan menjelang Ramadhan? Apa
dasarnya?
Semoga dengan bertambahnya ilmu, kita
semakin baik dalam beramal. Semoga Allah selalu
memberikan kita ilmu yang bermanfaat, mem-
berikan kita rizki yang thoyib dan memberi kita
petunjuk untuk beramal sesuai tuntunan.

Menyambut Kedatangan Ramadhan 25


BAB 2:
HUKUM PUASA RAMADHAN

Puasa di bulan Ramadhan wajib bagi setiap


Muslim, bahkan termasuk rukun dari rukun-rukun
dalam Agama Islam, yang tidak berdiri Agama
kecuali dengannya.
Allah ta’ala berfirman:

9876543
A@?>=<;:
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan
atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan
atas orang-orang sebelum kamu agar kamu ber-
takwa.” {QS. al-Baqarah; 183}
Juga sebagaimana sabda Rasulullah shallallaahu
‘alahi wa sallam yang diriwayatkan dari Ibnu Umar
radhiyallaahu ‘anhuma:

َ ‫אد ِة أَ ْن‬ ٍ ِ ِ
َ َ َ ، ْ َ َ َ ‫َ ُم‬ ْ ‫َ ا‬ ُ
‫ َو ِإ َ ِאم‬،ِ ّٰ ‫َوأَ َّن ُ َ َّ ً ا َر ُ ْ ُل ا‬ ُ ّٰ ‫َ ِإ َّ ا‬ ٰ ‫ِإ‬
26 Tuntunan Puasa Ramadhan dan Berhari Raya
ِ ‫ و ِإ‬،‫َ ِة‬
‫ َو َ ْ ِم‬، ِ ‫ َو َ ِّ ْا‬،‫אء ا َّ َכ ِאة‬
َْ َْ َ َّ ‫ا‬
.‫אن‬
َ َ َ ‫َر‬
“Islam itu dibangun di atas lima perkara (pon-
dasi); (1) kesaksian bahwa tiada ilah (sesem-
bahan) yang berhak diibadahi dengan benar
melainkan Allah dan bahwa Muhammad adalah
Rasulullah, (2) mendirikan shalat, (3) menu-
naikan zakat, (4) haji ke baitullah (ka’bah), dan
(5) berpuasa di bulan Ramadhan. (HR. Bukhari
& Muslim (Muttafaq ‘alaih)
Dan seluruh ummat Islam dari zaman ke zaman
pun telah sepakat akan kewajiban puasa Ramadhan
ditilik dari 2 hal:
 Pertama: Bahwa puasa di bulan Ramadhan meru-
pakan salah satu rukun dari rukun-rukun Islam.
 Kedua: Mereka pun sepakat bahwa orang yang
mengingkari hukum wajibnya puasa Ramadhan
berarti telah kafir keluar dari agama Islam
(murtad).1

1 Al-Ifshah karya Ibnu Hubairah (1/232), al-Mughni


(3/285), dan al-Majmu’ (6/252).

Hukum Puasa Ramadhan 27


BAB 3:
KEUTAMAAN BULAN RAMADHAN

Ramadhan merupakan bulan yang penuh dengan


kebaikan dan keberkahan. Allah subhanahu wata’ala
melimpahkan dibulan ini beberapa keutamaan,
sebagaimana yang akan dijelaskan sebagai berikut.
1. Bulan Al-Qur’an
Allah Ta’ala berfirman:

nmlkjih
u ts r q p o
º ... zy x w v
“(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan
Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan
(permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi
manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai
petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan
yang bathil). karena itu, Barangsiapa di antara
kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di

28 Tuntunan Puasa Ramadhan dan Berhari Raya


bulan itu, Maka hendaklah ia berpuasa pada
bulan itu.. {QS. Al-Baqarah; 185}
2. Didalamnya Terdapat Lailatul Qadr
Keberadaan Laialatul Qadr adalah tersembunyi
dan tidak bisa dipastikan dengan tepat waktunya, hal
ini agar seorang hamba senantiasa berusaha keras
untuk beribadah dan mencarinya di setiap malam,
dengan harapan pada suatu malam ia beribadah,
bertetapatan dengan turunnya malam itu.
Tanda-Tanda Malam Lailatul Qadr;
Malam lailatul qadr dapat diketahui hanya
dengan tanda-tanda tertentu yang telah dijelaskan
oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam
banyak hadits shahihnya, adapun diantara tanda-
tanda malam Lailaitul Qadr adalah,
 Udara pada malam itu sangat baik dan suasananya
sangat tenang
 Matahari terbit keesokan harinya dalam keadaan
bersih dan tidak terik
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda:

‫אر ٌة‬
َ َ َ ،ٌ َ ِ َ ،ٌ َ ْ َ ٌ َ ْ َ ِ‫َ ْ َ ُ ا ْ َ ْ ر‬
‫ْ ِ ُ ا َّ ْ ُ َ ِ َ َ َ א‬
ْ ُ ،ٌ‫َو َ َאرِ َدة‬

Keutamaan Bulan Ramadhan 29


.‫َ ِ َ ُ َ ْ َاء‬
َ ْ
“Lailatul Qadr adalah malam yang sangat
tenang, cerah, tidak panas dan tidak dingin.
Matahari dipagi harinya menjadi lemah lagi
nampak kemerah-merahan.” (HR. Muslim)
 Terkadang seseorang dapat menjumpainya dalam
mimpinya, sebagaimana yang terjadi pada beberapa
sahabat
3. Setan-Setan Dibelenggu, Pintu-Pintu Neraka Ditutup
Dan Pintu-Pintu Surga Dibuka Selebar-Lebarnya.
Pada bulan yang berkah ini, kejahatan dimuka
bumi ini menjadi sedikit, sebab jin-jin yang jahat
dibelenggu dengan rantai, sehingga mereka tidak
bisa leluasa untuk menggoda manusia sebagaimana
leluasanya mereka pada bulan-bulan yang lain, sebab
konsentrasi kaum Muslimin tertuju pada amaliyah-
amaliyah ibadah kepada Allah subhaanahu wata’ala.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Apabila malam pertama bulan Ramadhan tiba,
maka setan-setan dan jin-jin (yang jahat) dibe-
lenggu, pintu-pitnu neraka ditutup sehingga
tidak ada satupun darinya terbuka, dan pintu-
pintu surga dibuka sehingga tidak ada satupun
yang tertutup. Kemudian ada seorang penyeru
memanggil-manggil; “Wahai pencari kebaikan,

30 Tuntunan Puasa Ramadhan dan Berhari Raya


sambutlah, dan wahai pencari kejelekan,
kurangilah, dan Allah membebaskan orang-
orang dari api neraka pada setiap malamnya.”
(HR. at-Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Khuzaimah,
Hadits Hasan)

Keutamaan Bulan Ramadhan 31


BAB 4:
KEUTAMAAN PUASA
DI BULAN RAMADHAN

Puasa Ramadhan mempunyai banyak keuta-


maan, diantaranya:
1. Di Ampuni Dosa-Dosa Orang Yang Berpuasa
Didalamnya
Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam yang bersumber dari Sahabat Abu
Hurairah radhiyallaahu ‘anhu, beliau bersabda:

ِ ِ
ُ َ َ ُ ،‫אن ِإ ْ َ א ًא َوا ْ َ א ًא‬
َ َ َ ‫אم َر‬ َ َ ْ َ
. ِ ِ ْ ‫َ א َ َ َّ َم ِ ْ َذ‬
“Barang siapa berpuasa di bulan Ramadhan
dengan keimanan dan penuh pengharapan,
niscaya di ampunilah dosa-dosanya yang telah
lalu.” (Shahih, HR. Bukhari dan Ibnu Majah)

32 Tuntunan Puasa Ramadhan dan Berhari Raya


2. Puasa Dapat Memasukkan Pelakunya Kedalam
Surga.
Sebagaimana telah datang sebuah riwayat dari
Abu Umamah radhiyallaahu ‘anhu, ia berkata,
aku bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam, “Wahai Rasulullah, tunjukkan kepadaku
sebuah amalan yang dapat memasukkanku kedalam
surga, Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
menjawab, “Hendaknya kamu berpuasa, karena
puasa itu tidak ada tandingan (pahala)nya.” (Shahih.
HR. an-Nasaa’I, Ibnu Hibban, al-Hakim)
3. Orang Yang Berpuasa Akan Mendapatkan Dua
Kebahagiaaan.

4. Allah Akan Langsung Membalas Pahala Orang Yang


Berpuasa.

5. Puasa Dan Al-Qur’an Akan Memberikan Syafaat


Bagi Orang Yang Menjalankannya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

، ِ َ ‫אن ِ ْ َ ِ َ ْ َم ا ْ ِ א‬ ِ ِ ْ ‫ا ِ אم وا ْ ُ آ ُن‬
َ َ ْ َ ُ َ ّ
َ ْ
‫אم‬ َ ِ
َ َ َّ ‫ أ ْي َر ِّب َ َ ْ ُ ُ ا‬:‫אم‬ ُ َ ّ ‫َ ُ ْ ُل ا‬
ِ ِ ِ ِ
ُ ُ ْ َ َ :‫ َو َ ُ ْ ُل ا ْ ُ ْ آ ُن‬، ْ ْ ْ ّ َ َ ‫َوا َّ ْ َ َة‬
Keutamaan Puasa di Bulan Ramadhan 33
ِ َّ َ َ :‫ َ َאل‬، ِ ِ ِ ِّ َ َ ، ِ َّ ‫ا َّ م ِא‬
.‫אن‬ َ ُ ْ ْ ْ ْ َ ْ
“Puasa dan al-Qur’an itu akan memberikan
Syafa’at kepada seorang hamba pada hari kiamat
nanti. Puasa akan berkata: “Wahai Tuhanku
saya telah menahannya dari makan dan nafsu
syahwat, karenanya perkenankan aku untuk
memberikan Syafa’at kepadanya”, dan al-Qur’an
pun berkata: “Saya telah menahannya dari tidur
pada malam hari, karenanya perkenankan
aku untuk memberi Syafa’at kepadanya.”
Beliau bersabda, “Maka Syafa’at keduanya
pun diperkenankan.” (Hasan. HR. Ahmad, al-
Hakim, dan Abu Nu’aim)
6. Orang Yang Berpuasa Akan Masuk Kedalam Surga
Dari Pintu Khusus Yang Diberi Nama Pintu Ar-
Royyan.
Nabi bersabda” Sesungguhnya di Surga, ada
sebuah pintu yang bernama ar-Royyan. Kesanalah
masuknya orang-orang yang gemar berpuasa pada
hari kiamat, dan pintu itu tidaklah dimasuki selain
mereka. Disana ada yang menyeru, ‘manakah orang-
orang yang gemar berpuasa itu?’ mereka pun lantas
berdiri, dan tak seorangpun memasukinya selain
mereka. Setalah mereka semua masuk, di tutuplah
pintu itu dan tak seorang pun dapat memasukinya.”

34 Tuntunan Puasa Ramadhan dan Berhari Raya


7. Bau Mulut Orang Yang Berpuasa Lebih Harum Dari
Pada Minyak Kesturi.
Sebagaimana penjelasan Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam tatkala beliau berkata tentang bau
mulut orang yang berpuasa,” Demi Dzat yang jiwa
Muhammad berada dalam genggamannya, sesung-
guhnya bau mulut orang yang berpuasa di hari
kiamat kelak labih wangi bagi Allah daripada aroma
minyak (kesturi). (Shahih. HR. Bukhari dan Muslim)

Keutamaan Puasa di Bulan Ramadhan 35


BAB 5:
KAPANKAH UMAT ISLAM
MULAI BERPUASA

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

‫ا ِ ؤ ِ ِ وأَ ِ وا ِ ؤ ِ ِ ِن‬
َّ ُ ْ َ َ ْ ُ ْ ُ ْ َ َ ْ ُ ْ ُ ْ ُ
َ َ ْ َ ‫َ َ ْ ُכ ْ َ َ ْכ ِ ُ ْ ا‬
. َ ِ َ َ ‫אن‬
ْ
“Berpuasalah jika kalian telah melihatnya (hilal),
dan ber-Hari Rayalah- jika melihatnya (hilal),
jika hilal tersebut tertutup bagi kalian, maka
genapkanlah bulan Sya’ban menjadi tiga puluh
hari ” (Shahih. HR. Bukhari dan Muslim)
Menurut Hadits di atas, Umat Islam tidak bisa
memasuki bulan Ramadhan kecuali dengan dua
cara:
1. Melihat Hilal 2

2 Bulan yang menunjukkan datangnya bulan Ramadhan,


bulan ini hanya dapat dilihat jika kita berada di tanah
lapang atau pinggir pantai yang tidak ada penghalang
antara pandangan kita dengan hilal tersebut, bulan ini

36 Tuntunan Puasa Ramadhan dan Berhari Raya


1. Menggenapkan bulan Sya’ban (bulan sebelum
bulan Ramadhan), menjadi 30 hari.
Yang dimaksud dengan melihat hilal disini ialah
melihat hilal secara langsung pada tanggal 29 bulan
sya’ban, dan jika hilal tersebut tidak dapat di lihat
disebabkan karena adanya mendung atau gumpalan
asap yang tebal maka kita memakai cara yang kedua,
yaitu dengan menyempurnakan bulan Sya’ban
menjadi 30 hari3. Wallohu a’lam.4
Disini timbul pertanyaan, berapa jumlah orang
yang bisa dijadikan syarat untuk melihat hilal??
Awal bulan Ramadhan hanya di tentukan
dengan melihat hilal, meskipun yang melihat hanya
satu orang yang terpercaya.

muncul saat menjelang terbenamnya matahari dan hanya


muncul beberapa saat saja.
3. Di dalam Islam hitungan hari dalam setiap bulan hanya
berkisar antara 29 atau 30 hari saja, hal ini sebagaimana
sabda Rasulullah shallallaahu ‘alahi wa sallam,

‫ِإ َّא أُ َّ ٌ أُ ِّ ٌ َ َ ْכ ُ ُ َو َ َ ْ ُ ُ ا َّ ْ َ َכ َ ا‬
ُ َّ
...‫َو َ َכ َ ا‬
“Sesungguhnya kita adalah ummat yang ummi, tidak
pandai menulis juga berhitung, satu bulan adalah
sekian dan sekian…(yakni terkadang 29 hari atau
kadangkala 30 hari)..{HR. Bukhari dan Muslim}”
4. Shahih Fikih Sunnah, hal 146.

Kapankah Umat Islam Mulai Berpuasa 37


Sebagaimana kisah Ibnu Umar radhiyallahu
‘anhu, ia berkata: “Orang-orang sedang mengamati
hilal, lalu aku mengabari Rasulullah shallallaahu
‘alahi wa sallam bahwa aku melihatnya. Beliau
kemudian berpuasa dan menyuruh orang-orang ikut
berpuasa bersama beliau.” (Shahih. HR. Abu Dawud)
Apakah sama menentukan awal bulan Ramadhan
dengan menentukan awal bulan Syawwal?
Ya, kedua-duanya sama-sama harus di tentukan
dengan melihat hilal atau menggenapkannya
menjadi 30 hari, hanya sisi perbedaannya adalah
jika bulan Ramadhan dapat di tentukan cukup hanya
dengan satu orang saksi saja, namun bulan Syawwal
tidak bisa di tentukan, kecuali minimal dengan dua
orang saksi yang terpercaya.
Catatan:
Barangsiapa yang menyaksikan hilal seorang
diri saja, maka ia tidak boleh berpuasa kecuali semua
orang juga telah berpuasa. Pun dia tidak boleh ber-
hari-raya kecuali orang-orang juga merayakan
hari raya. Hal ini sebagaimana sabda Rasulullah
shallallaahu ‘alahi wa sallam,

ِ ‫م‬ ِ ‫ وا‬،‫م ا אس‬ ‫ا م م‬


ُ ْ ُ َ ْ َ ُ ْ ْ َ ُ َّ ُ ْ ُ َ َ ْ َ ُ ْ َّ
.‫אس‬ ِ ْ ‫م‬ َ
ُ َّ ‫ا‬ ُ َ ْ َ َ ْ ْ ‫ َوا‬،‫אس‬
ُ َّ ‫ا‬

38 Tuntunan Puasa Ramadhan dan Berhari Raya


“Hari puasa adalah hari dimana manusia semua
berpuasa, dan Hari Raya ‘Idul Fitri adalah hari
dimana manusia semua berbuka dan Hari Raya
Kurban adalah hari dimana manusia semua
berkurban.” (Shahih. HR. Bukhari dan Muslim)

Kapankah Umat Islam Mulai Berpuasa 39


BAB 6:
SIAPAKAH YANG WAJIB
BERPUASA??

Para ulama bersepakat bahwa orang yang wajib


berpuasa harus terpenuhi syarat-syarat sebagai
berikut:
1. Muslim
2. Berakal
3. Sehat, dan
4. Menetap

 Muslim; maka orang yang kafir (asli atau murtad),


maka tidak sah puasanya sebelum ia mengucapkan
dua kalimat syahadat.
 Berakal; maka orang yang kurang akalnya (strees)
atau gila maka tidak sah puasanya sampai ia sadar
kembali.
 Sehat; orang yang sakit tidak wajib berpuasa,
tetapi jika ia tetap berpuasa maka puasanya tetap
sah, namun jika ia memaksakan untuk berpuasa,
lalu akan memperparah penyakitnya atau

40 Tuntunan Puasa Ramadhan dan Berhari Raya


memperlambat kesembuhannya maka tidak sah
puasanya karena Nabi shallallaahu ‘alahi wa sallam
bersabda:

.‫َ َ َر َو َ ِ َار‬
َ َ
“Tidak boleh melakukan sesuatu yang
berbahaya atau saling membahayakan.”
(Hasan. HR. Ibnu Majah dan ad-
Daruqtuhni, juga Imam Malik dalam
kitabnya al-Muwaththa’ secara mursal dari
Yahya)
 Menetap; orang yang dalam perjalanan tidak wajib
baginya untuk berpuasa, tetapi ia boleh memilih
antara tetap berpuasa atau membatalkannya saja.
Dalil yang menunjukkan tidak wajibnya puasa
bagi orang sakit atau orang yang sedang dalam
perjalanan, adalah firman Allah Ta’ala,

MLKJIHGFE
...PO N
“Maka Barangsiapa diantara kamu ada yang
sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka),
Maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari
yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain..”
{QS.al-Baqarah; 184}

Siapakah yang Wajib Berpuasa 41


BAB 7:
ORANG-ORANG YANG TIDAK
BERPUASA DAN HUKUM YANG
BERKAITAN DENGAN MEREKA

Orang yang tidak berpuasa pada bulan


Ramadhan terbagi menjadi tiga kelompok:
1. Kelompok yang tidak boleh meninggalkan
berpuasa.
2. Kelompok yang di perbolehkan berbuka atau
berpuasa.
3. Kelompok yang tidak boleh baginya berpuasa.
1. Kelompok Yang Tidak Boleh Meninggalkan Puasa
Mereka adalah seorang Muslim yang telah
baligh & berakal, sehat, mukmin, dan wanita yang
suci dari haid dan nifas. (sebagaimana penjelasan di
bab ‘siapakah yang wajib berpuasa’)
2. Kelompok Orang Yang Boleh Berbuka Atau
Berpuasa.

42 Tuntunan Puasa Ramadhan dan Berhari Raya


 Orang Yang Sedang Sakit Namun Tidak
Mempengaruhi Puasanya
Orang sakit terbagi menjadi tiga kondisi:
1. Dia hanya menderita sakit ringan dan tidak
mempengaruhi puasanya, seperti demam
ringan, sakit kepala biasa, sakit gigi dan
lainnya. Maka orang seperti ini tidak patut
untuk membatalkan puasanya
2. Apabila sakitnya itu menyebabkan ia tidak
mampu berpuasa, namun sakitnya tersebut
bukan penyakit yang menahun, sehingga
sewaktu-waktu dapat hilang atau sembuh,
maka ia boleh untuk tidak berpuasa namun
wajib mengqadha’nya jika ia telah sembuh
di hari selain bulan Ramadhan sebelum
datang Ramadhan berikutnya.
3. Orang sakit yang jika berpuasa akan
dapat menambah parah penyakitnya, atau
paling tidak kesembuhannya akan men-
jadi tertunda atau sakitnya itu merupakan
sakit yang menahun dan tak kunjung sem-
buh, atau sakit parah yang susah untuk
disembuhkan seperti penyakit saraf, sakit
gula (diabetes) atau sakit ginjal (namun
harus ada keterangan dari dokter yang
dipercaya) yang menyatakan bahwa jika
berpuasa dapat menimbulkan bahaya

Orang-orang yang Tidak Berpuasa dan... 43


berlebih bagi dirinya, maka yang demi-
kian boleh untuk tidak berpuasa dan ia
tidak wajib mengganti puasanya dan hanya
memberi makan satu orang miskin setiap
harinya. Hal ini sesuai dengan firman Allah
‘azza wa jalla:

P O N M LK J I
RQ
“Dan janganlah kamu membunuh
dirimu sendiri. Sesungguhnya Allah
adalah Maha Penyayang kepadamu.”
{QS. An-Nisa; 29}
 Musafir
Orang yang musafir (sedang dalam per-
jalanan) mempunyai dua kondisi:
1. Kondisi Pertama; Puasa akan memberat-
kannya dan menghalanginya untuk ber-
aktifitas (melakukan kebaikan).
Maka jika demikian, sebaiknya
ia tidak berpuasa sebab telah datang
riwayat dari Jabir radhiyallaahu ‘anhu, ia
berkata, “Pada saat Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam dalam perjalanan, beliau
melihat kerumunan orang dan seorang
laki-laki yang tengah kepayahan maka
44 Tuntunan Puasa Ramadhan dan Berhari Raya
beliau bertanya, “Ada apa ini?” Para
sahabat menjawab, “dia sedang berpuasa.”
Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda,

. ِ َ َّ ‫ِ َ ا ْ ِ ِ ا َّ ْ ُم ِ ا‬ َ َْ
ّ
“Tidak termasuk kebaikan, berpuasa
ketika safar (perjalanan)” (HR.
Bukhari dan Muslim)
2. Kondisi Kedua; Puasa tidak memberat-
kannya dan tidak menghalanginya untuk
beraktifitas (melakukan kebaikan).
Orang yang dalam kondisi demikian
maka hal tersebut dikembalikan kepada
diri masing-masing. Apakah ia ingin
melanjutkan puasanya ataukah tidak.
Dari Abu Sa’id al-Khudri radhiyallaahu
‘anhu, ia berkata, “Kami pernah ikut perang
bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam pada bulan Ramadhan. Diantara
kami ada yang berpuasa, namun diantara
kami juga ada yang berbuka (tidak berpuasa).
Yang berpuasa tidak mencela yang berbuka,
dan yang berbuka pun tidak mencaci yang
berpuasa. Mereka memandang siapa yang
mampu, maka berpuasa lebih baik baginya,

Orang-orang yang Tidak Berpuasa dan... 45


akan tetapi siapa yang tidak kuat, maka
berbuka lebih baik baginya.” (Hasan. HR.
Ahmad)
‘Namun manakah yang lebih utama,
berbuka atau berpuasa???’
Seandainya ia tidak berpuasa, maka hal
itu tidak mengapa. Sebab di perbolehkannya
berbuka puasa bagi mereka adalah meru-
pakan suatu bentuk keringanan dari Allah
‘azza wajalla. Namun jika mereka tetap mau
mengambil hukum asalnya (yaitu tetap ber-
puasa), maka itu lebih baik. Sebagaimana
firman Allah subhanahu wata’ala,

f e d cb a ` _
g
“Dan berpuasa itu lebih baik bagi kamu,
jika kamu mengetahui” (QS. Al-Baqarah.
184)
 Wanita Hamil Dan Wanita Yang Menyusui
Apabila wanita hamil mengkhawatirkan
keselamatan dan kesehatan janinnya, atau
wanita menyusui yang mengkhawatirkan
bayinya, dia khawatir air susunya akan
menjadi sedikit atau hilang sama sekali

46 Tuntunan Puasa Ramadhan dan Berhari Raya


karena alasan berpuasa, maka tidak ada
perbedaan pendapat ulama bahwa keduanya
boleh untuk tidak berpuasa, sesuai sabda
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:

ِ ‫َ َّ َو َ َّ َو َ َ َ ِ ا ْ ُ َ א‬ َ ّٰ ‫إ َِّن ا‬
ِ ِ ‫َّ َ ِة َو َ ِ ا ْ ُ َ א ِ ِ َوا ْ َ א‬ ‫َ ْ ا‬
َ
.‫ِ ا َّ ْ َم‬ ِ ْ ‫وا‬
ُْ َ
“Sesungguhnya Allah subhanahu wa
ta’ala memberikan keringanan bagi
musafir untuk melakukan setengah shalat
(mengqashar shalatnya), dan (meringan-
kan) untuk berpuasa bagi musafir, wanita
hamil dan wanita menyusui.” (Shahih.
[Shahih Sunan at-Tirmidzi] (no. 574),
Muslim [II/ 787]
Dan bagi keduanya di wajibkan mem-
bayar fidyah dengan memberi makan satu
orang miskin setiap hari yang ia tinggalkan,
sebagaimana firman Allah subahaanahu
wata’ala:

U T S R Q
g ... WV
Orang-orang yang Tidak Berpuasa dan... 47
“… Dan wajib bagi orang-orang yang
berat menjalankannya (jika mereka tidak
berpuasa) membayar fidyah, (yaitu):
memberi Makan seorang miskin... {QS.
Al-Baqarah; 184}
3. Orang Yang Tidak Boleh Baginya Berpuasa
 Wanita yang haidh dan nifas
 Orang yang sudah lanjut usia dan tidak mampu
untuk berpuasa
Para ulama bersepakat bahwa orang
yang sudah sangat tua dan tidak mampu
berpuasa boleh untuk meninggalkan puasa
di bulan Ramadhan, dan tidak ada kewajiban
mengqadha’ puasanya. Wallhu a’lam. Mereka
hanya diwajibkan memberi makan kepada
satu orang miskin setiap harinya, dan inilah
pendapat mayoritas para Ulama.5
 Orang sakit yang tidak bisa lagi diharap lagi
kesembuhannya.
Orang seperti ini memiliki hukum yang
sama seperti orang yang sudah tua renta dan
pikun.

5 Shahih fikih sunnah, oleh asy-Syaikh Abdul Malik Kamal


bin as-Sayyid Salim, hal. 204.

48 Tuntunan Puasa Ramadhan dan Berhari Raya


BAB 8:
RUKUN-RUKUN PUASA

1. Niat
Dasarnya adalah firman Allah Ta’ala:

ponmlkjih
x w v ut s r q
y
“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya
menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan
kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang
lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan
menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah
agama yang lurus.” {QS. al-Bayyinah; 5}
Juga sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam,
yang bersumber dari sahabat mulia Umar bin Khattab
radhiyallaahu ‘anhu, ia berkata, “Aku mendengar
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

Rukun-rukun Berpuasa 49
‫אت َو ِإ َّ َ א ِ ُכ ّ ِ ا ْ ٍئ َ א‬ ِ ّ ِ ‫אل אا‬ َ ْ ‫ِإ َّ א ا‬
َ َّ ْ ُ َ ْ َ
ِ ِ ‫َכא َ ْ ِ ُ ِإ َ ا ّٰ ِ ور‬
ْ ُ َ َ ُ َ ْ ْ َ َ ‫َ َى‬
ِ ِِ ِ
ُ ُ َ ْ ْ َ ‫َ ِ ْ َ ُ ُ ِإ َ ا ّٰ َو َر ُ ْ َو َ ْ َכא‬
َ ‫ِ ُ ْ َ א ُ ِ ْ ُ َ א أَ ِو ا ْ َ َء ٍة َ ْ ِכ ُ َ א َ ِ ْ َ ُ ُ ِإ‬
ِ َ ‫א א ِإ‬
ْ ََ َ َ
“Sesungguhnya setiap perbuatan tergantung pada
niatnya. Dan sesungguhnya setiap orang hanya
memperoleh (sesuai) apa yang ia niatkan. Maka
barangsiapa yang hijrahnya menuju (keridhaan)
Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya itu kepada
(keridhaan) Allah dan Rasul-Nya. Dan barang
siapa yang hijrahnya karena dunia yang ingin di
raihnya atau karena seorang wanita yang ingin
ia nikahi, maka hijrahnya itu kearah apa yang ia
tuju”. (Shahih. HR. Bukhari dan Muslim)
Niat berpuasa di bulan Ramadhan haruslah di
lakukan sebelum fajar pada setiap malamnya.6
Hal ini berdasarkan hadits Hafshah radhiyallaahu
‘anha, dia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda:
6 Hal ini di syaratkan bukan hanya dari madzhab Syafi’i,
namun juga dari madzhab Maliki dan Hanbali.

50 Tuntunan Puasa Ramadhan dan Berhari Raya


‫אم‬ ِ َ َ ِ ْ َ ‫אم َ ْ َ ْا‬ ِ ِ
َ َ َ َ ّ ‫َ ْ َْ ُ ْ ِا‬
َُ
“Barangsiapa yang tidak meniatkan puasa (di
bulan Ramadhan) sebelum fajar, maka tidak ada
puasa baginya.”7
Hikmah diberlakukannya niat ini lantaran mung-
kin saja seseorang tidak makan dan minum karena
sudah menjadi kebiasaannya, atau karena tidak ada
gairah (nafsu makan), atau karena sakit, atau sedang
menjalani sebuah latihan dan lain sebagainya, karena

7 Para Ulama berbeda pendapat, apakah hal ini (meniatkan


puasa di malam hari) juga berlaku bagi puasa sunnah,
namun pendapat yang rajih (kuat) InsyaAllah adalah
pendapat tidak wajibnya hal tersebut pada puasa sunnah
karena telah datang beberapa riwayat yang menyatakan
Rasulullah pernah bertanya kepada Aisyah radhiyallaahu
‘anha,

‫َ ْ ِ ْ َ ُכ َ ٌء؟؟‬
ْ ْ
“Apakah kamu mempunyai sesuatu (untuk di makan
hari ini)??”
Kami menjawab, “tidak”, maka beliau berkata,
ِ ‫َ ِ ِّ ِإ َذ ْن‬
.‫אء ٌم‬ َ ْ
“Jika demikian maka aku berpuasa.”

Rukun-rukun Berpuasa 51
sebuah perbuatan yang bentuknya sama belum tentu
hakikatnya sama pula, seperti orang yang sedang
mencuci anggota tubuhnya persis seperti seseorang
yang sedang berwudhu’, maka orang pertama tidak
dianggap melakukan ibadah jika apa yang ia lakukan
itu tidak diniatkan berwudhu’, dan menjadi sebuah
ibadah jika diniatkan untuk berwudhu, oleh karena
itu puasa itu tidak dianggap sah kecuali dengan
menentukan niat berpuasa sebelumnya.
Al-Imam An-Nawawi berkata, “Puasa
(Ramadhan) tidak sah kecuali dengan adanya niat...”8
2. Menahan Diri Dari Segala Hal Yang Membatalkan
Puasa Mulai dari Terbit Fajar Hingga Matahari
Tenggelam
Allah Ta’ala berfirman:

C BA @ ? > = < ;
KJIHGFED
j UT S R Q P ON M L
“…Maka sekarang campurilah mereka dan ikuti-
lah apa yang telah ditetapkan Allah untukmu,
dan Makan minumlah hingga terang bagimu

8 Raudhah ath-Thalibin (2/350).

52 Tuntunan Puasa Ramadhan dan Berhari Raya


benang putih dari benang hitam, Yaitu fajar.
kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai
(datang) malam…” {QS. Al-Baqarah; 187}

Rukun-rukun Berpuasa 53
BAB 9:
ENAM HAL
YANG MEMBATALKAN PUASA

1 & 2: Makan dan Minum Dengan Sengaja


Jika seseorang yang berpuasa, makan atau minum
di sebabkan lupa, maka ia tidak wajib mengqhada’
dan tidak pula membayar kaffarat (tebusan/denda),
bahkan ia boleh melanjutkan puasanya.
Dari Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu, Nabi
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

‫ َ َאل‬: ‫ا ّٰ ُ َ ْ ُ َ َאل‬ ِ ‫َة ر‬ َ


َ َ َ ْ َ ُ ْ ِ‫َ ْ أ‬
ِ : َّ ‫َ ِ و‬ ِ
َ َ ْ َ َ َ َ ْ َ ُ ّٰ ‫َر ُ ْ ُل ا ّٰ َ َّ ا‬
ِ
ُ َ ْ َ َّ ُ ْ َ ‫َ ِ َب‬ ‫َو ُ َ َ ِאئ َ َ َכ َ أَ ْو‬
ٌ
‫َ ِ َّ َ א أَ ْ َ َ ُ ا ّٰ ُ َو َ َ ُאه‬
“Barangsiapa lupa bahwa dirinya sedang ber-
puasa kemudian ia makan dan minum, maka
hendaklah ia menyempurnakan puasanya.
54 Tuntunan Puasa Ramadhan dan Berhari Raya
Karena sesungguhnya Allah hanya ingin mem-
berinya makan dan minum.” (Shahih. HR.
Bukhari dan Muslim)
3. Muntah Dengan Sengaja
Apabila seseorang muntah bukan karena ke-
inginannya sendiri (dengan tidak sengaja), maka
ia tidak wajib mengqhada’ dan tidak pula terkena
kaffarat.
Dari Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu, Nabi
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

ِ َ ‫אء َو‬ ِ
ٌ َ َ َْ َ َ ْ َ َ ‫َ ْ َذ َر َ ُ ا َ ْ ُء‬
. ِ ْ ْ َ ‫ا ْ َ َ َ ْ ًا‬
َ
“Barang siapa muntah, maka ia tidak wajib
mengqhada’ (mengganti dihari yang lain). Akan
tetapi barang siapa yang muntah dengan sengaja,
maka ia wajib mengqadha’.” (Shahih. HR. at-
Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Abu Dawud)
4 & 5: Datang Bulan (Haidh) dan Nifas
Haidh adalah darah alami yang secara rutin
keluar dari rahim wanita pada hari-hari tertentu.
Jika seorang wanita mendapati haidnya, maka
ia tidak boleh berpuasa, sekalipun hal itu (haidh
dan nifas) terjadi beberapa menit menjelang waktu

Enam Hal yang Membatalkan Puasa 55


berbuka puasa. Dan ia harus mengganti puasanya di
hari yang lain sejumlah hari yang ditinggalkannya.
Hal ini telah menjadi kesepakatan di antara para
Ulama.
Terkecuali apabila puasanya tersebut adalah
puasa sunnah, maka hukum menggantinya juga
sebatas sunnah, tidak wajib.
Sebaliknya, jika pada waktu malam seorang
wanita telah suci dari haidh, meskipun sucinya
itu hanya sesaat sebelum terbit fajar, maka ia wajib
berpuasa pada hari itu. Sebab, hal yang meng-
halanginya dari puasa sudah tidak ada. Puasanya
pada hari itu tetap sah meskipun ia mandi setelah
fajar (shalat subuh).9
6. Bersetubuh (Jima’)
Jika seseorang melakukannya dengan istrinya
disiang hari bulan Ramadhan secara sengaja, maka
ia wajib membayar kaffarat sebagaimana disebutkan
hadits di bawah ini:
Dari Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu, ia ber-
kata, “Tatkala kami sedang duduk-duduk di sekitar
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, datanglah
seorang laki-laki. Dia lalu berkata, ‘Wahai Rasulullah,
celakalah saya.’ Beliau bertanya,’ ada apa denganmu?’

9 Majaalisu Syahri Ramadhaan, oleh asy-Syaikh


Muhammad bin Shalih al-Utsaimin, hal. 98.

56 Tuntunan Puasa Ramadhan dan Berhari Raya


dia berkata,’ saya telah berjima’ (bersetubuh dengan)
istri saya, padahal saya sedang berpuasa. Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam pun bersabda, ‘Apakah
engkau memiliki seorang budak yang dapat engkau
bebaskan?’ dia berkata, ‘tidak.’ Beliau bertanya lagi,
‘Apakah engkau mampu berpuasa selama dua bulan
berturut-turut?’ dia menjawab, ‘tidak.’ Nabi lantas
diam sejenak. Pada saat itu juga, Nabi shallallaahu
‘alahi wa sallam di bawakan sekeranjang berisi
kurma. Beliau bertanya, ‘Mana orang yang bertanya
tadi?’ dia menjawab, ‘saya.’ Beliau berkata, ‘Ambillah
(sekeranjang kurma) ini bersedekahlah dengannya.’
Laki-laki tadi berkata, ‘Apakah kepada orang yang
lebih miskin daripada saya, wahai Rasulullah? Demi
Allah, tidak ada keluarga di daerah ini yang lebih
miskin daripada keluarga saya.’ Nabi shallallaahu
‘alahi wa sallam pun tertawa hingga gigi geraham
beliau terlihat. Lantas beliau bersabda, ‘Berikanlah
(kurma ini) pada keluargamu.” (Shahih. HR. Bukhari
dan Muslim)
7. Mengeluarkan Mani Dengan Sengaja (Onani/
Masturbasi)
Yakni mengeluarkan mani dengan sengaja tanpa
melakukan hubungan intim, seperti melakukan
masturbasi dengan tangan, bersentuhan atau dengan
cara apapun dengan tujuan ingin mengeluarkan
air mani dengan syahwat. Apabila hal-hal tersebut

Enam Hal yang Membatalkan Puasa 57


mengakibatkan keluarnya mani secara sengaja dalam
keadaan ingat bahwa dirinya sedang berpuasa, maka
puasanya batal dan harus mengqadha’nya, menurut
pendapat mayoritas para Ulama.10
Sebab prilaku tersebut sangat bertentangan
dengan banyak hadits yang menganjurkan kita untuk
menahan syahwat. Jika hal tersebut tidak mengapa,
maka hilanglah esensi hikmah kita berpuasa di bulan
ini, yaitu menundukkan syahwat kita. Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
ِِ ِ
َ ْ َ َ ِ َ َ َ ‫َ َ ْع َ ْ َل ا ُّ ْورِ َو ْا‬ َْ ْ َ
ِ
ُ َ ‫ْ أَ ْن َ َ َع َ َ א َ ُ َو َ َ ا‬ ً َ ‫َא‬
“Barang siapa yang tidak mau meninggalkan
perkataan dusta atau perbuatan keji, maka
Allah tidak butuh (pada puasanya), sekalipun
ia meninggalkan makan dan minum.” (Shahih.
HR. Bukhari, Abu Dawud, at-Tirmidzi)

10 Silahkan lihat penjelasannya lebih luas di kitab, Raudhah


at-Thalibin (2/361), al-Umm (2/86), al-Mughni (3/48),
ad-Dur al-Mukhtar (2/104), al-qawanij al-Fiqhiyyah (81),
dan kasyaf al-Qana’ (2/352).

58 Tuntunan Puasa Ramadhan dan Berhari Raya


BAB 10:
ADAB-ADAB BERPUASA

Dianjurkan bagi orang yang sedang berpuasa


untuk melaksanakan amalan-amalan berikut secara
rutin:
1. Makan Sahur
Dari Anas radhiyallaahu ‘anhu, dari Nabi
shallallaahu ‘alahi wa sallam, beliau bersabda:

ٌ ‫َ َ َّ ُ ْوا َ َِّن ِ ا َّ ُ ْ رِ َ َ َכ‬


“Bersahurlah kalian, karena di dalam sahur itu,
terdapat keberkahan.” (Shahih. HR. Bukhari dan
Muslim)
Makan sahur bisa di lakukan meskipun dengan
seteguk air. Berdasarkan hadits dari Abdullah bin
Amr radhiyallaahu ‘anhu ia berkata, “Rasulullah
shallallaahu ‘alahi wa sallam bersabda:
ٍ ِ
‫אء‬ َ َ ْ ُ ِ ْ َ ‫َ َ َّ ُ ْوا َو‬
“Bersahurlah kalian sekalipun dengan seteguk

Adab-adab Berpuasa 59
air.” (Hasan. HR. Ibnu Hibban (3764), ia me-
miliki syahid (hadits pendukung) dalam riwayat
Ahmad (3/12)
Dan dalam sahur ini, dianjurkan bagi kita
untuk mengakhirkan waktunya sampai menjelang
waktu Shalat Subuh. Dari Anas dari Zaid bin Tsabit
radhiyallaahu ‘anhu ia berkata, “Kami pernah
makan sahur bersama Nabi shallallaahu ‘alahi wa
sallam. Lantas kami beranjak untuk shalat. Aku pun
bertanya, “Berapa jarak antara makan sahur dengan
adzan itu? “ Dia menjawab, “Sekitar (bacaan) lima
puluh ayat.”11
Apabila terdengar adzan padahal di tangannya
masih ada makanan atau minuman, maka ia boleh
menghabiskannya terlebih dahulu. Dalilnya adalah
hadits dari Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu, ia
berkata, “Rasulullah shallallaahu ‘alahi wa sallam
bersabda:

11 Jika demikian, maka kemungkinan jaraknya sekitar


25-30 menit sebelum adzan subuh. Hal ini sangat di
anjurkan, sebab kebanyakan kaum Muslimin, mereka
bangun sahurnya pada pertengahan malam, sehingga
setelah sahur mereka kembali lagi ketempat tidur mereka,
hingga akhirnya mereka ketiduran bahkan sampai tidak
melaksanakan shalat subuh berjama’ah, padahal shalat
subuh hukumnya wajib di banding makan sahur yang
hanya merupakan sunnah saja..fana’udzu billah…

60 Tuntunan Puasa Ramadhan dan Berhari Raya


،‫َ ِ ِه‬ َ َ ‫ِإ َذا َ ِ َ أَ َ ُ ُכ ْ ا ِ ّ َ ُاء َوا ْ ِ َ ُאء‬
ِ
ُ َ َ ‫َ َ َ َ ْ ُ َ َّ َ ْ َ َ א‬
“Jika salah seorang diantara kalian mendengar
kumandang adzan, padahal wadah (tempat ma-
kanan atau minuman) masih berada di tangan-
nya, maka janganlah meletakkan makanannya
sampai ia menghabiskannya.” (Shahih. HR. Abu
Dawud, dan Al-Hakim)
2. Tidak Melakukan Perbuatan Sia-Sia, Perkataan
Kotor, Atau Perbuatan Lain Yang Mengurangi Nilai
Puasa
Dari Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu,
ia berkata bahwa Rasulullah shallallaahu ‘alahi
wasallam bersabda, “Jika seseorang sedang menjalani
hari-hari puasanya, maka janganlah berkata keji,
berteriak-teriak, dan janganlah melakukan perbuatan
Jahiliyah lainnya. Bila ada orang yang mencaci, atau
menantangnya (untuk bertengkar atau berkelahi),
hendaklah ia berkata, “Sesungguhnya aku sedang
berpuasa”. (Shahih. HR. Bukhari dan Muslim)
Masih dari Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu,
ia berkata, “Rasulullah shallallaahu ‘alahi wa sallam
bersabda:

Adab-adab Berpuasa 61
ِِ ِ
َ ْ َ َ ِ َ َ َ ‫َ َ ْع َ ْ َل ا ُّ ْورِ َو ْا‬ َْ ْ َ
ِ
ُ َ ‫ْ أَ ْن َ َ َع َ َ א َ ُ َو َ َ ا‬ ً َ ‫َא‬
“Barang siapa yang tidak mau meninggalkan
perkataan dusta atau perbuatan keji, maka
Allah tidak butuh (pada puasanya), sekalipun
ia meninggalkan makan dan minum.” (Shahih.
HR. Bukhari, Abu Dawud, at-Tirmidzi)
3. Memperbanyak Sedekah dan Mempelajari Al-
Qur’an12
Dari Ibnu Abbas radhiyallaahu ‘anhu, ia berkata,
“Nabi shallallaahu ‘alahi wa sallam adalah orang
yang paling pemurah di antara manusia. Beliau lebih
pemurah lagi saat bulan Ramadhan, yaitu tatkala
berjumpa dengan Jibril ‘alaihis salam. Dahulu Jibril
‘alaihis salam menghampiri beliau setiap malam
bulan Ramadhan hingga menjelang pagi. Nabi
shallallaahu ‘alahi wa sallam menyetor bacaan al-
Qur’an kepadanya. Setelah menemui Jibril, beliau
lebih pemurah lagi, bahkan di banding angin yang

12 Mengenai hal ini, kami menyarankan kepada pembaca


untuk membaca sebuah buku ‘Air Mata Pembaca al-
Qur’an’ oleh Muhammad Syauman ar-Ramli {Pustaka
AQWAM, Solo}.

62 Tuntunan Puasa Ramadhan dan Berhari Raya


menawarkan kesejukan.”13
4. Menyegerakan Berbuka Puasa
Dari Sahl bin Sa’d, Rasulullah shallallaahu ‘alahi
wa sallam bersabda:

ِ ‫اا‬ ‫ال ا אس ِ ٍ א‬
ُ ْ ْ ْ ُ َّ َ َ ْ َ ُ َّ ُ َ َ َ
“Manusia senantiasa dalam kebaikan selama
mereka masih menyegerakan berbuka.”14
5. Berbuka Dengan Sesuatu Yang Di Sebutkan Hadits
Di Bawah Ini
Dari Anas radhiyallaahu ‘anhu, ia berkata,

ِ ‫و‬ ِ َ ّٰ ‫אن ر ُل ا ّٰ ِ َّ ا‬
ُ ْ ُ َ َّ َ َ ْ َ ُ َ ُ َ َ ‫َכ‬
‫َ ِْن َ َ ُכ‬ ِّ ‫אت َ َ أَن‬ ٍ ُ ‫َ ر‬
ْ َ َ ُ ْ ْ َ ُ َ
‫َ َ ات َ َ א‬ ‫אت َ َ َ ات َ ِْن َ َ ُכ‬ ٍ ُ ‫ر‬
َ ْ َ َ ُ
‫َ َ ات ِ َ אء‬
“Nabi shallallaahu ‘alahi wa sallam berbuka
dengan beberapa butir Ruthab (kurma masak
yang belum dijemur) sebelum shalat. Jika tidak

13 Shahih. HR. Bukhari dan Muslim.


14 Shahih. HR. Bukhari dan Muslim.

Adab-adab Berpuasa 63
ada Ruthab, beliau berbuka dengan Tamr
(kurma kering/biasa). Jika tidak ada juga, beliau
meminum beberapa teguk air.” (Hasan Shahih.
HR. Abu Dawud, at-Tirmidzi)
Mengapa harus sesuatu yang manis-manis
terlebih dahulu???
Sesuatu yang manis akan lebih dapat diterima
dan dapat memberikan kekuatan pada saat perut
kosong. Adapun air, karena setelah melakukan
puasa, akan terjadi semacam kekeringan dalam
hati, jika dibasahi dengan air terlebih dahulu, maka
makanan yang disantap setelahnya akan lebih dapat
bermanfaat. Terlebih lagi kurma dan air memiliki
keistimewaan khusus dan pengaruh tersendiri
bagi kesehatan tubuh yang tidak banyak diketahui,
kecuali oleh dokter spesialis hati. Wallohu a’lam.15
6. Berdoa Saat Berbuka Dengan Mengucapkan Do’a
Dalam Hadits Berikut
Dari Ibnu Umar radhiyallaahu ‘anhu, ia berkata,
“Jika Rasulullah shallallaahu ‘alahi wa sallam

15 Zaadul ma’ad (2/50 dan 51).


Untuk mendapatkan keterangan lebih luas, silahkan
merujuk kitab yang kami sebutkan diatas atau sebuah
buku yang berjudul ‘Air untuk menjaga kesehatan dan
menyembuhkan penyakit’, oleh F. Batmanghelidj, M.D.
{PENERBIT GRAMEDIA, 2007}.

64 Tuntunan Puasa Ramadhan dan Berhari Raya


berbuka, beliau mengucapkan:

َ ْ ‫َذ َ َ ا َّ ُ َوا ْ َ َّ ِ ا ْ ُ ْو ِق َو َ َ ا‬
ُ ْ َ ُ َ
.ُ ّٰ ‫إ ِْن َ َאء ا‬
“Dahaga telah hilang, dan tenggorokan telah
terbasahi. Dan pahala telah di tetapkan, Insya
Allah.” (Hasan. HR. Abu Dawud)

Adab-adab Berpuasa 65
BAB 11:
HAL-HAL YANG DIPERBOLEHKAN
BAGI ORANG YANG BERPUASA

1. Mandi Untuk Menyegarkan Badan


Dari Abu Bakr bin Abdurrahman, dari beberapa
Sahabat Nabi shallallaahu ‘alahi wa sallam, ia berkata,
“di Araj”16, Saya melihat Rasulullah shallallaahu ‘alahi
wa sallam yang sedang berpuasa mengguyurkan air
ke atas kepalanya. Beliau ingin menghilangkan rasa
dahaga atau panasnya.”
2. Mandi Junub Setelah Terbit Fajar
Hal ini sebagaimana yang di ceritakan oleh
Aisyah dan Ummu Salamah radhiyallaahu ‘anhuma,

ُ ِ ْ ُ ‫אن‬
َ ‫َ َכ‬ َّ َ ‫َ َ ْ ِ َو‬ ُ ّٰ ‫َ َ َّ ا‬ ِ َّ ‫أَ َّن ا‬
‫ُ ْ ُم‬ ِ ‫ِ אع‬ ِ ً‫ُ א‬
َ ‫َ ْ َ ُ َو‬ َّ ُ ٍ َ ْ ُ

16 Sebuah perkampungan yang berjarak 78 mil dari


Madinah ke arah Mekah.

66 Tuntunan Puasa Ramadhan dan Berhari Raya


“Bahwasanya Nabi shallallaahu ‘alahi wa sallam
pernah mandapati fajar telah terbit padahal
beliau dalam keadaan Junub karena bercampur
dengan istrinya, kemudian beliau mandi dan
berpuasa.” (Shahih. HR. Bukhari dan Muslim)
3. Bercumbu Dan Berciuman Dengan Istrinya
Hal ini berdasarkan cerita yang shahih dari
‘Aisyah radhiyallaahu ‘anha, Aisyah menceritakan
bahwa,

ِ ‫ِאئ و א‬ ِ
ُ َُ َ ٌ َ َ ُ ‫אن َر ُ ُل ا ّٰ ُ َ ِّ ُ َو‬
َ ‫َכ‬
ِ ِ ‫ِ ِر‬ ‫ِאئ و ِכ أَ ככ‬ ‫و‬
ْ ْ ُ ُ َ ْ ُ َّ َ َ ٌ َ َ ُ َ
“Dulu Nabi pernah mencium dan memelukku,
padahal ketika itu Nabi tengah berpuasa, hanya
saja beliau adalah orang yang paling kuat
menahan nafsunya di antara kalian.”
Perkataan Aisyah ini mengisyaratkan kepada
kita bahwa jika seorang suami termasuk orang yang
tidak kuat menahan nafusnya, selayaknya untuk
menjauhi hal tersebut diatas. syaddan lidz dzarii’ah
(untuk menutup celah-celah kejelekan)
4. Bersiwak (Sikat Gigi), Berkumur dan Memasukkan
Air kedalam Hidung
Hanya saja Rasulullah melarang berlebih-

Hal-hal yang Diperbolehkan bagi Orang yang Berpuasa 67


lebihan memasukkannya ketika sedang berpuasa.
Dari Laqith bin Shabrah, ia berkata, Rasulullah
shallallaahu ‘alahi wa sallam bersabda:

‫אق ِإ َّ أَ ْن َ ُכ ْ َن َ ِאئ ً א‬
ِ َ ِْ ِ ‫وאِ ْ ِ ا‬
ْ ََ
“Bersungguh-sungguhlah ketika memasukkan air
kedalam hidung (istinsyaq), kecuali jika engkau
sedang berpuasa.” (Shahih. HR. at-Tirmidzi)
5. Mencicipi Makanan
Mencicipi makanan bagi seorang ibu misalnya,
di bolehkan oleh Agama kita, namun dengan catatan
tidak sampai masuk ke tenggorokan. Hal tersebut
di dasarkan pada riwayat shahih dari Ibnu abbas
radhiyallaahu ‘anhu, ia berkata:

‫א‬ ‫أَو ا‬ ‫َ ْ َس أَ ْن َ ُ ْو َق ا‬
ْ َ َ َ ْ َّ ْ َّ َ
‫ِאئ‬ ‫و‬
ٌ َ َ ُ َ ُ َْ َ ْ ُ َْ
“Tidak mengapa seseorang mencicipi cuka atau
yang lainnya selama tidak dimasukkan kedalam
kerongkongannya, sedangkan dia dalam keadaan
berpuasa.” (Hasan, HR. Bukhari dan Baihaqi)
Peringatan: Merupakan sesuatu yang diper-
bolehkan apabila seorang ibu rumah tangga misal-
nya, ingin menyiapkan makanan agar dipakai untuk

68 Tuntunan Puasa Ramadhan dan Berhari Raya


berbuka, namun hal itu sangat disayangkan apabila
hari-hari didalam bulan Ramadhan hanya di gunakan
untuk menyibukkan diri menyiapkan makanan buka
puasa, sehingga tidak memberi kesempatan bagi
dirinya untuk meraih pahala sebanyak-banyaknya
dibulan suci ini. Padahal Allah subhaanahu wata’ala
telah banyak menjanjikan keutamaan dan ganjaran
bagi mereka (laki-laki dan perempuan) yang ber-
upaya menghidupkan waktu-waktu yang berjalan di
bulan suci ini.
6. Transfusi Darah dan Suntikan Yang Tidak Dimaksud-
kan Sebagai Pengganti Makanan
Landasan bagi di perbolehkannya hal-hal ter-
sebut adalah sebuah kaidah yang menyatakan “segala
sesuatu dikembalikan kepada hukum asalnya”, bahwa
semua itu diperbolehkan dengan catatan penggunaan
barang-barang tersebut tidak berfungsi sebagai peng-
ganti makanan yang akan mengeyangkan tubuh,
atau paling tidak akan menjadikan tubuh kita tidak
merasa lapar dengan penggunaannya. wallohu ‘alam.
Juga mirip dengannya adalah obat tetes
mata, inhaler, celak, menyemir rambut. memakai
kosmetik atau alat-alat kecantikan modern saat ini,
maka semua hal tersebut tidak membatalkan puasa
seseorang.

Hal-hal yang Diperbolehkan bagi Orang yang Berpuasa 69


7. Berbekam
Pada awalnya berbekam adalah termasuk per-
buatan yang membatalkan puasa, kemudian dihapus
hukumnya. Karena disana terdapat beberapa riwayat
yang menjelaskan bahwa Nabi shallallaahu ‘alahi
wa sallam pernah berbekam padahal beliau sedang
berpuasa.
Sebagaimana terdapat pada riwayat Ibnu Abbas,
bahwa beliau berkata:

ِ ِ َ
َ ُ ‫أ َّن ا َّ ِ َّ َ َّ ا ّٰ ُ َ َ ْ َو َ َّ َ ا ْ َ َ َ َو‬
ِ
‫אء ٌم‬ َ
“Sesungguhnya Nabi shallallaahu ‘alahi wa
sallam berbekam sedang beliau berpuasa.”17

17 Shahih. HR. Bukhari.

70 Tuntunan Puasa Ramadhan dan Berhari Raya


BAB 12:
PUASA-PUASA SUNNAH

Rasulullah shallallaahu ‘alahi wa sallam adalah


orang yang paling gemar berpuasa, bukan hanya di
bulan Ramadhan tetapi juga di luar bulan Ramadhan,
yang itu merupakan sunnah dari beliau, berikut
adalah puasa-puasa sunnah tersebut:
1. Puasa Enam Hari Pada Bulan Syawwal
Keutamaan puasa di bulan ini sangat besar,
sebagaimana yang disabdakan oleh Rasulullah
shallallaahu ‘alahi wa sallam:

ٍ َ ِ ‫ِ ًّא‬
‫ال‬ َّ ْ ُ َ َ ْ َ‫אن ُ َّ أ‬
َ َ َ ‫אم َر‬ َ َ ْ َ
ِ ِ َ ‫َכ‬
ْ َّ ‫אن َכ َ אم ا‬
“Barang siapa berpuasa di bulan Ramadhan
kemudian melanjutkannya dengan puasa enam
hari di bulan Syawwal, maka ia seperti berpuasa
selama setahun penuh.” (Shahih. HR. Muslim,
Abu Dawud, at-Tirmidzi)

Puasa-puasa Sunnah 71
2. Puasa Hari Arafah Bagi Orang Yang Tidak Berhaji
Dianjurkan bagi orang yang tidak melaksanakan
ibadah haji untuk berpuasa pada hari Arafah, sesuai
hadits dari Abu Qotadah,

ِ ‫ا ِ أَن כ‬ ِ ِ ِ
َ ّ َ ُ ْ ّٰ َ َ ُ َ ْ َ‫אم َ ْ م َ َ َ َ أ‬
ُ َ
‫َ َ ا َّ ِ َ ْ َ ُه‬ ِ
َ ‫ َوا‬، ُ َ ْ َ َّ ‫ا َّ َ َ ا‬
“Puasa di hari Arafah, aku mengharapkan
balasan dari Allah untuk mengampuni (dosa-
dosa) selama setahun sebelumnya dan tahun
berikutnya”. (Shahih. HR. Muslim)
3. Puasa Hari ‘Asyura (Tgl 10 Bulan Muharram) Serta
Sehari Sebelumnya.
Dianjurkan banyak berpuasa di bulan Muharram,
sesuai hadits Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu
bahwa Nabi shallallaahu ‘alahi wa sallam bersabda:

،‫אن َ ْ ا ّٰ ِ ا ْ ُ َ ِم‬ ‫ا ِ אم ر‬ َ‫أ‬


َّ ُ َ َ ََ َ َْ ُ َ ّ ُ َ ْ
ِ ْ َّ ‫َوأَ ْ َ ُ ا َّ َ ِة َ ْ َ ا ْ َ ِ ْ َ ِ َ َ ُة ا‬
“Sebaik-baik puasa setelah puasa Ramadhan
adalah (puasa) dibulan Muharram (bulan
Allah), dan sebaik-baik shalat setelah shalat
fardhu adalah shalat malam”. (Shahih. HR.

72 Tuntunan Puasa Ramadhan dan Berhari Raya


Muslim, Abu Dawud, an-Nasaa’i)
Dan anjuran puasa ini lebih di tekankan lagi
pada hari kesembilan dan kesepuluh.
4. Puasa Di Bulan Sya’ban
Pada bulan ini Rasulullah sangat memperbanyak
puasanya, sampai-sampai di ceritakan oleh ‘Aisyah
radhiyallaahu ‘anha ia berkata, “Aku tidak pernah
melihat Rasulullah shallallaahu ‘alahi wa sallam
menyempurnakan puasa sebulan penuh melainkan
di bulan Ramadhan. Dan tidaklah aku melihat beliau
berpuasa pada bulan tertentu melebihi puasanya di
bulan Sya’ban”. (Shahih. HR. Bukhari dan Muslim)
5. Puasa Hari Senin dan Kamis
Beliau pernah ditanya tentang puasa ini, maka
Beliau menjawab,

ُ َ ْ َ ْ ‫אن ُ ْ َ ُض ِ ْ ِ َ א ا‬
َ َ ‫אل‬ ِ ِ
َ ْ َ ‫َذا َכ‬
ِ ‫ وأُ ِ أَن ض‬، ِ َ ‫ر ِب ا ْ א‬
ْ َ َ َ َ ْ ُ ْ ُّ َ َ ْ َ ّ َ
‫وأَ א ِאئ‬
ٌ َ َ َ
“Pada dua hari itu segala amal perbuatan dipa-
parkan (dilaporkan) kepada Tuhan semesta
alam, dan aku ingin amal perbuatanku (dilapor-
kan) sedang aku dalam keadaan berpuasa.”

Puasa-puasa Sunnah 73
(Hasan. HR. an-Nasaa’I, Ahmad, al-Baihaqi)
6. Puasa Tiga Hari Pada Setiap Bulan
Sebagaimana yang diriwayatkan oleh Abu
Hurairah, dia berkata, “Kekasihku shallallaahu ‘alahi
wa sallam mewasiatkan kepadaku tiga perkara,
 Agar aku berpuasa tiga hari pada setiap bulan
 Melakukan dua raka’at shalat dhuha
 Dan shalat witir sebelum tidur.” (Shahih. HR.
Bukhari dan Muslim)
Tiga hari yang disunnahkan tersebut dianjurkan
agar bertepatan dengan ayyamul bidh (hari-hari
putih), yaitu tanggal 13, 14, 15 pada setiap bulannya,
sesuai sabda Nabi shallallaahu ‘alahi wa sallam:
“Dan berpuasalah tiga hari pada setiap bulan, ia
menyerupai dahr (setahun), hari-hari putih yaitu
hari ketigabelas, empatbelas, dan limabelas.”
(Shahih, dengan syawahidnya (hadits-hadits
pendukungnya). HR. an-Nasaa’i)
7. Puasa Daud (Berpuasa Sehari Dan Berbuka Sehari)
Dari Abdullah bin ‘Amr, ia berkata, Nabi
shallallaahu ‘alahi wa sallam bersabda,
“Puasa yang paling di cintai Allah adalah puasa
Nabi Daud. Yaitu satu hari berpuasa, sehari
berikutnya beliau berbuka (tidak berpuasa).”
(Shahih. HR. Bukhari dan Muslim).

74 Tuntunan Puasa Ramadhan dan Berhari Raya


8. Sepuluh Hari Di Bulan Dzul Hijjah
Dari Hunaid bin Khalid, dari istrinya, dari
beberapa istri Nabi, mereka berkata, “ Rasulullah
shallallaahu ‘alahi wa sallam berpuasa sembilan hari
di bulan Dzul Hijjah…” (Shahih. HR. Abu Dawud,
an-Nasaa’i)

Puasa-puasa Sunnah 75
BAB 13:
HARI-HARI YANG DILARANG
MENGERJAKAN PUASA DI
DALAMNYA

1. Dua Hari Raya (Hari Raya ‘Idul Fithri Dan ‘Idul Adha)
Tidak ada khilaf (perbedaan pendapat) di
kalangan para ulama tentang larangan berpuasa pada
dua hari ini, baik puasanya itu berupa puasa nadzar,
puasa sunnah, atau puasa karena kaffarat (denda)
dan lain sebagainya.
Hal tersebut sesuai dengan hadits Abu Ubaid
radhiyallaahu ‘anhu, dia menceritakan, “Aku pernah
menghadiri shalat ‘Ied bersama Umar bin Khattab,
lalu ia berkata,

ِ َ ّٰ ‫אن َ ر ل ا ّٰ ِ َّ ا‬ ِ ِ
ْ َ ُ َ ُ ُ َ َ َ ْ َ ‫َ َ ان‬
‫ م כ ِ ِ א ِ כ‬:‫ِ א ِ ِ א‬ ‫و‬
ْ ُ َ ْ ْ ُ َ َ َ ٌ ْ َ َ َ ْ َ َ َّ َ َ
‫ِככ‬ ِ ِ ِ ‫ْכ ن‬ ‫َوا ْ ُم ا‬
ُْ ُُ ْ ْ َ ُُ َ َ

76 Tuntunan Puasa Ramadhan dan Berhari Raya


“Rasulullah melarang berpuasa pada dua hari
ini, hari dimana kalian berbuka (tidak berpuasa)
setelah berpuasa, dan hari yang lainnya adalah
saat kalian memakan hewan pelaksanaan Haji
(Qurban) sembelihan kalian.” (Shahih. HR.
Bukhari dan Muslim)
2. Hari Taysriq (tgl 11, 12, 13 Dzul Hijjah)
Pada hari ini kaum Muslimin dilarang untuk
berpuasa, sesuai pendapat mayoritas dari kalangan
para Ulama, hal ini di jelaskan Oleh Nabi shallallaahu
‘alahi wa sallam dengan sabdanya:

‫אم أَ ْכ ٍ َو ُ ٍب‬ َ
ُ َّ ‫אم ا َّ ْ ِ ْ ِ أ‬
َ
ُ َّ ‫أ‬
ْ
“Hari-hari Tasyriq, adalah hari makan dan
minum.” (Shahih. HR. Muslim)
Dari riwayat Abu Murrah, mantan budak Ummu
Hani, dia bersama Abdullah bin Amr datang kepada
ayahnya, Amru bin ‘Ash radhiyallaahu ‘anhu. Lalu
‘Amr menyodorkan makanan kepada mereka berdua
seraya berkata, “Makanlah.” Dia berkata, “Saya
sedang berpuasa.” ‘’Amr berkata, “Makanlah, karena
hari ini adalah hari, dimana Rasulullah shallallaahu
‘alahi wa sallam menyuruh kami berbuka dan
melarang kami berpuasa.” (Shahih. HR. Abu Dawud)
Imam Malik menjelaskan, “yang dimaksud
adalah hari Tasyriq.”

Hari-hari yang Dilarang Mengerjakan Puasa di Dalamnya 77


3 & 4: Mengkhususkan Hari Jum’at & Sabtu Untuk
Berpuasa
Larangan mengkhususkan puasa pada hari
Jum’at, berdasarkan riwayat dari Abu Hurairah
radhiyallaahu ‘anhu, ia berkata, Aku mendengar
Nabi shallallaahu ‘alahi wa sallam bersabda,
“Janganlah salah seorang di antara kalian berpuasa di
hari Jum’at, kecuali telah berpuasa sehari sebelumnya
atau sesudahnya (Puasa Daud)” (Shahih. HR.
Bukhari dan Muslim)
Adapun larangan mengkhususkan puasa
pada hari sabtu, didasari oleh sebuah hadits dari
Abdullah bin Bisr as-Sulami dari saudarinya-yaitu
ash-Shamma’- bahwasanya Nabi shallallaahu ‘alahi
wa sallam bersabda, “Janganlah kalian berpuasa
pada hari Sabtu kecuali puasa yang di wajibkan oleh
kalian. Seandainya salah seorang diantara kalian
tidak mendapatkan makanan lain kecuali kulit buah
anggur, ataupun ranting pohon, maka hendaklah ia
mengunyahnya (agar puasanya batal).” (Shahih. HR.
Abu Dawud dan an-Nasaa’i)
5. 5 Hari Syakk (Meragukan)
Yaitu hari dimana seseorang ragu, apakah hari
ini sudah masuk Ramadhan ataukah belum, lalu
ia mendahului puasa satu atau dua hari sebelum
Ramadhan dengan alasan ingin berhati-hati.

78 Tuntunan Puasa Ramadhan dan Berhari Raya


Dari ‘Ammar bin Yasir radhiyallaahu ‘anhu, dia
berkata,

ِ ِ ِ
َ َ ْ َ َ ْ ‫אم ا َ ْ َم ا ي ُ َ ُّכ‬
َ َ ْ َ
ِ ِ ‫أَ א ا َ א‬
َ
“Barangsiapa berpuasa pada hari syakk (yang
diragukan), berarti ia telah mendurhakai Abu
Qasim shallallaahu ‘alahi wa sallam” (Shahih.
HR. Bukhari secara mu’allaq)
9. Puasa Terus Menerus Selama Setahun
Dari Ibnu Umar radhiyallaahu ‘anhu, tatkala
disebutkan mengenai orang yang menyambung
puasanya, maka Nabi shallallaahu ‘alahi wa sallam
bersabda kepadanya,

‫אم‬
َ َ ْ َ ‫אم‬
َ َ َ ، َ َ َ ‫אم ا‬
َ َ ْ َ ‫אم‬
َ َ َ
َ َ َ ْ ‫אم ا‬
َ َ ْ َ ‫אم‬ َ َ َ ,َ ََ ْ‫ا‬
“Tidak ada puasa bagi yang berpuasa selamanya,
tidak ada puasa bagi yang berpuasa selamanya,
tidak ada puasa bagi yang berpuasa selamanya.”
(Shahih. HR. Muslim)

Hari-hari yang Dilarang Mengerjakan Puasa di Dalamnya 79


BAB 14:
RAHASIA-RAHASIA PUASA

Ketahuilah wahai saudaraku seiman, tidak ada


suatu ibadah pun yang Allah syariatkan kepada
setiap Hamba-Nya, melainkan didalamnya terdapat
hikmah yang agung, meskipun tidak semua kita
mengetahuinya. Kebodohan kita terhadap suatu
hikmah dari sebuah ibadah tidak dapat dijadikan
dalil ataupun alasan bahwa ibadah tersebut tidak
mempunyai hikmah. Akan tetapi, hal itu menjadi
bukti atas kekurangan dan kelemahan kita untuk
mengetahui hikmah dan rahasia Allah ‘azza wa jalla.
Perhatikanlah firman Allah ta’ala,

Ï Î Í Ì Ë Ê É...
“…Dan tidaklah kamu diberi pengetahuan
melainkan sedikit”. {QS. Al-Israa’; 85}
Imam Ibnu Qudamah18 berkata,
“Ketahuilah, bahwasanya didalam ibadah puasa
itu terdapat bagian tertentu yang tidak terdapat di

18 Mukhtashar Minhaajul Qaashidin.

80 Tuntunan Puasa Ramadhan dan Berhari Raya


dalam ibadah lainnya. Yaitu dihubungkannya Ibadah
puasa ini dengan Allah Ta’ala, dimana Dia telah
berfirman dalam hadits Qudsi;

‫אم َ ِ َّ ُ ِ َو‬ ِ
َ َ ّ ‫آد َم َ ُ ِإ َّ ا‬
َ ِ ْ ‫ُכ ُّ َ َ ِ ا‬
ْ
ِ ِ ‫أ َ َא أ َ ِ ي‬
ْ ْ
“Setiap amalan anak Adam adalah untuknya,
kecuali puasa. Sesungguhnya itu adalah untukKu,
dan Aku-lah yang akan membalasnya.” (Shahih.
HR. Bukhari dan Muslim)
Kelebihan puasa dapat dilihat dalam dua makna:
Pertama, ibadah puasa adalah amalan yang ter-
sembunyi dan amalan bathin yang tidak bisa dilihat
oleh orang lain sehingga tidak mudah disusupi
penyakit riya’.
Kedua, puasa adalah media untuk menundukkan
musuh Allah. Sebab, sarana yang dipergunakan
musuh ini (syaithan) adalah syahwat. Sedangkan
syahwat akan menjadi kuat sebab makanan dan
minuman. Selagi lahan syahwat tetap subur, maka
syaithan dapat bebas berkeliaran dilahan gembalaan
yang subur tersebut. Akan tetapi jika syahwat dapat
ditinggalkan, maka jalan kesanapun akan menjadi
sulit.
Kemudian beliau melanjutkan:

Rahasia-rahasia Puasa 81
Puasa memiliki 3 tingkatan makna:
1. Puasa secara umum.
Yaitu menahan perut untuk tidak makan dan
minum serta menahan kemaluan untuk tidak
melampiaskan Syahwatnya.
2. Puasa secara khusus.
Yaitu menahan pandangan, menahan lidah,
pendengaran, tangan, kaki, dan seluruh anggota
tubuh dari perbuatan dosa.
3. Puasa yang lebih khusus dari yang khusus.
Yaitu puasanya hati dari hasrat-hasrat yang hina
dan pikiran-pikiran yang dapat menjauhkan
dirinya dari Allah subhaanahu wata’ala,
Hikmah lainnya ialah orang kaya akan menya-
dari seberapa besar nikmat kekayaan yang telah
Allah curahkan kepadanya, Allah telah memberikan
kepadanya nikmat makan, minum, jima’ (ber-
setubuh) pada saat banyak orang yang tidak menda-
patkannya. Alhasil, ia pun memuji dan bersyukur
kepada Allah atas nikmat dan kemudahan yang telah
diberikan-Nya.
Hikmah lainnya ialah puasa menghilangkan
kesombongan jiwa pelakunya sehingga ia akan men-
jadi orang yang tunduk kepada kebenaran dan ber-
sikap lembut terhadap sesama makhluk.
Hikmah lainnya ialah rasa lapar dan dahaga akan

82 Tuntunan Puasa Ramadhan dan Berhari Raya


menyempitkan pembuluh darah sehingga jalan-jalan
syaithan ditubuh manusia juga akan menyempit.
Sebab, syaithan berjalan di tubuh anak Adam melalui
pembuluh darah mereka.
Dan hikmah puasa lainnya adalah ia mengan-
dung faedah kesehatan yang dihasilkan dari pengu-
rangan makanan, dan pengistirahatan alat-alat
pencernaan untuk beberapa waktu tertentu, juga
pengendapan ampas-ampas yang berbahaya bagi
tubuh, dan banyak lagi. Wallohu a’lam.19

19 Majalisu Shaumi Ramadhan, oleh Syaikh Muhammad


bin Shalih al-Utsaimin.

Rahasia-rahasia Puasa 83
BAB 15:
MENELADANI RASULULLAH
DALAM BERHARI RAYA20

DEFINISI ‘IED
‘Ied berarti suatu hari ketika terjadi perkumpulan,
kata ini diambil dari kata ‘aada-ya’uudu (kembali)
Sebagaimana dikatakan oleh al-‘allaamah Ibnu
‘Abidin berkata; “Disebut ‘ied karena pada hari itu
Allah Ta’ala memiliki berbagai macam kebaikan”

PETUNJUK CARA BERHARI RAYA


1. Mandi untuk melaksanakan shalat ‘Ied.
2. Memakai pakaian terbaik pada Hari Raya ‘Ied.
Catatan: Maskud dari pakaian terbaik disini
bukan berarti mengharuskan pakaian tersebut
baru, dan juga bukan berarti harus yang mahal.
Dan dianjurkan untuk memakai pakaian yang
putih-putih, dan tidak memakai pakaian yang

20 Kami ringkas pembahasan ini dari kitab “ahkaamul


‘iidaini”, oleh asy-Syaikh Ali bin Hasan bin Ali al-Halabi

84 Tuntunan Puasa Ramadhan dan Berhari Raya


menampakkan aurat.
3. Makan beberapa butir kurma (jika ada) sebelum
berangkat shalat pada Hari Raya ‘Idul Fithri.
Sebagaimana yang diceritakan oleh sahabat
Anas radhiyallaahu ‘anhu, ia berkata:

ِ ِ
َّ َ ِ ْ ْ ‫אن َر ُ ْ ُل ا ّٰ َ َ ْ ُ ْو َ ْ َم ا‬
َ ‫َכ‬
ٍ َ َ ‫ْ ُכ‬
‫ات‬
ََ َ
“Pada hari ‘Idul Fitri, tidaklah Rasulullah
shallallaahu ‘alahi wa sallam berangkat, melain-
kan setelah beliau memakan beberapa butir
kurma.”21 Dalam riwayat yang lain disebutkan,
“Beliau memakannya dalam jumlah yang
ganjil.”22
4. Dan sebaliknya, tidak boleh makan terlebih dahulu
sebelum berangkat shalat pada Hari Raya ‘Idul
Adha.
Diriwayatkan dari Buraidah radhiyallaahu
‘anhu, ia berkata:

ُ ْ َ ‫אن َر ُ ْ ُل ا ّٰ ِ ِإ َذا َכ‬


‫אن َ ْ ُم ا ْ ِ ْ ِ َ َ ْ ْج‬ َ ‫َכ‬

21 Shahih. HR. Bukhari.


22 Shahih. HR. Bukhari yang di Mu’allaqkan dengan shigah
jazm.

Meneladani Rasulullah Dalam Berhari Raya 85


ْ ‫אن َ ْ ُم ا َّ ْ ِ َ ْ َ ْ ُכ‬
َ ‫ َو ِإ َذا َכ‬، َ ‫َ ْ ُכ‬ َّ َ
َ ََْ َّ َ
“Pada Hari ‘Idul Fitri, beliau shallallaahu ‘alahi
wa sallam tidak keluar hingga beliau makan
dan pada hari an-Nahr (‘Idul Adha) beliau tidak
makan, hingga beliau berkurban.” (Hasan. HR.
Ahmad)
5. Kembali dari Masjid atau Mushalla (lapangan
tempat pelaksanaan shalat) dengan jalan yang ber-
beda dari keberangkatan.
Dari Jabri radhiyallaahu ‘anhu, ia berkata:

َ ‫אن ا َّ ِ ُّ َ َّ ا ّٰ ُ َ َ ْ ِ َو َ َّ َ ِإ َذا َכ‬


‫אن َ ْ ُم‬ َ ‫َכ‬
ِ ْ ِ َّ ‫ِ ٍ َ א َ َ ا‬
ْ
“Pada Hari ‘Ied, Nabi membedakan jalan (yang
ditempuh antara saat berangkat dan kembali).”
(Shahih. HR. Bukhari)
6. Dianjurkan untuk berangkat ke Masjid atau
Lapangan dengan berjalan kaki
Jika tidak memungkinkan disebabkan
jaraknya jauh atau hujan misalnya, maka diper-
bolehkan memakai kendaraan.

86 Tuntunan Puasa Ramadhan dan Berhari Raya


Dari Ali bin Abi Thalib radhiyallaahu ‘anhu,
ia berkata,
“Termasuk yang dianjurkan adalah engkau
berangkat ke mushalla (lapangan tempat pelak-
sanaan shalat) dengan berjalan kaki….” (Hasan.
HR. at-Tirmidzi dan Ibnu Majah)

Meneladani Rasulullah Dalam Berhari Raya 87


BAB 16:
PERTANYAAN-PERTANYAAN YANG
BERKAITAN DENGAN PUASA DAN
BERHARI RAYA

1. ORANG YANG MENINGGAL YANG MEMPUNYAI


TANGGUNGAN PUASA
Pertanyaan: Bagaimana dengan orang yang
meninggal yang mempunyai tanggungan puasa??
Jawaban: Jika seseorang meninggal dengan
meninggalkan tanggungan puasa Ramadhan karena
sakit, maka hal ini tidak lepas dari dua kemungkinan.
Kemungkinan Pertama: penyakit yang
dideritanya itu terus berlanjut sampai ia meninggal
dunia dan ia tidak memiliki kemampuan untuk
mengqadha’ puasanya, maka tidak ada kewajiban
apapun baginya, tidak ada kewajiban mengqadha’
dan tidak pula ada kewajiban fidyah/memberi
makan, karena sebelumnya ia mempunyai halangan
untuk mengqadha’ puasanya.
Kemungkinan Kedua: ia telah sembuh dari
penyakitnya lalu datang bulan ramadhan berikutnya,

88 Tuntunan Puasa Ramadhan dan Berhari Raya


padahal ia belum mengqadha’ puasa ramadhan
yang pertama tadi, kemudian selepas ramadhan
ia meninggal, maka wajib bagi keluarganya untuk
memberi makan seorang miskin untuk setiap hari
yang ditinggalkan sang mayyit atas namanya. Seba-
gaimana sabda Rasulullah shallallaahu ‘alahi wa
sallam:

ِ ِ
ُ ُّ ‫אم َ ْ ُ َو‬
َ َ ,‫אت َو َ َ ْ َ ْ ٌم‬
َ َ ْ َ
“Barangsiapa yang mati, dan ia mempunyai
tanggungan puasa, maka hendaknya keluarganya
mempuasakan untuknya.” (Sahih. HR. Bukhari
dan Muslim)
wallohu a’lam.23

2. MIMPI BASAH SAAT BERPUASA


Pertanyaan: Apabila seseorang mimpi basah di
siang hari. Apakah dapat mempengaruhi puasanya?
Jawaban: Mimpi basah tidak dapat merusak dan
mempengaruhi puasa seseorang karena ia terjadi
bukan karena kehendak manusia. Walau demikian ia
wajib mandi junub apabila keluar mani.

23 Kitab Fatawa ad-Da’wah, Syaikh Ibnu Baaz, 2/159.

Pertanyaan-pertanyaan yang Berkaitan dengan Puasa... 89


3. BERAPAKAH UMUR WAJIB BAGI ANAK-ANAK UNTUK
BERPUASA
Pertanyaan: Kapankah anak laki-laki dan
perempuan diperintahkan untuk berpuasa?
Jawaban: Anak laki-laki dan perempuan disuruh
untuk berpuasa jikalau telah menginjak umur 7
tahun agar mereka terbiasa. Maka bagi para Wali
wajib memerintahkan mereka berpuasa sebagaimana
memerintahan mereka agar mendirikan shalat.
Kemudian manakala mereka telah baligh, maka
mereka telah wajib berpuasa.
Dan untuk mengetahui seorang anak telah
baligh atau belum , dapat melihat salah satu dari tiga
tanda, (1) telah berusia 15 Tahun, (2) Tumbuhnya
bulu disekitar kemaluan, dan (3) keluar mani karena
syahwat.
Adapun untuk anak perempuan di tambah
dengan yang tanda keempat, yaitu haidh. Apabila ia
telah mengalami haidh (menstruasi) maka ia telah
baligh, walaupun ia baru berumur 10 tahun.

4. CARA MEMBAYAR FIDYAH


Pertanyaan: Seseorang dikenakan membayar
fidyah berupa memberi makan satu orang miskin,
bagaimanakah cara pelaksanaanya?

90 Tuntunan Puasa Ramadhan dan Berhari Raya


Jawaban: Bagi orang yang membayar fidyah
dapat melakukan salah satu diantara dua cara sebagai
berikut:
1. Ia membuat dan menyiapkan makanan lalu
memanggil orang-orang miskin sebanyak hari yang
ia tinggalkan, dengan ukuran setiap orang miskin
berarti satu orang.
2. Boleh juga dengan makanan yang belum siap saji
(mentah): setiap orang miskin mendapat setengah
sha’ (1/4 kg) makanan setempat, namun untuk cara
ini, harus disertai sedikit lauk agar dapat dikatakan
memberi makan orang miskin.
Adapun waktu pelaksanaanya dapat me-
milih, jikalau mau ia dapat melakukannya pada
setiap hari (pada bulan Ramadhan). Jikalau
tidak, ia dapat melakukannya pada hari diluar
Ramadhan. Dan ia tidak boleh membayar duluan
labih awal sebelum masuk bulan Ramadhan.
Wallohu a’lam.

5. CARA MEMBAYAR QADHA’ PUASA


Pertanyaan: Apakah orang yang berkewajiban
membayar Qadha’ puasanya harus mengqadha’nya
dengan berturut-turut?
Jawaban: Boleh bagi orang yang mengqadha’
puasanya untuk membayarnya dengan terpisah
atau berturu-turut. Sebagaimana ia boleh menger-

Pertanyaan-pertanyaan yang Berkaitan dengan Puasa... 91


jakannya pada waktu kapanpun yang ia suka. Akan
tetapi dengan syarat sebelum masuk Ramadhan beri-
kutnya.

6. DARAH HAIDH YANG KELUAR MELEWATI BATAS


KEBIASAANNYA
Pertanyaan: Sebagian wanita ada yang menge-
luarkan darah haidnya diluar hari-hari kebiasaannya,
maka apakah ini mempengaruhi puasanya?
Jawaban: Apabila kebiasaan (datang bulannya)
memiliki waktu tertentu, lalu keluar darah di luar
waktu itu, maka darah ini adalah darah istihadhah
(darah yang keluar karena penyakit). Karenanya ia
tidak boleh meninggalkan shalat atau puasanya.
Adapun jika yang keluar itu darah hitam
sedangkan ia tidak memiliki kebiasaan tertentu,
maka ini adalah darah haidh, oleh karenanya ia tidak
boleh shalat atau berpuasa. Wallohu a’lam.

7. MERASAKAN SAKIT PERTANDA AKAN HAIDH NAMUN


DARAH TIDAK KELUAR
Pertanyaan: Apabila seorang wanita merasakan
sakit karena haidh atau karena ada terasa darah yang
bergerak dalam rahimnya, akan tetapi tidak keluar
sebelum matahari terbenam (saat buka puasa), maka
apakah puasanya sah ataukah ia wajib mengqadha’-
nya?

92 Tuntunan Puasa Ramadhan dan Berhari Raya


Jawaban: Apabila seorang wanita merasakan
sakit haidhnya atau merasa ada darah yang bergerak
dirahimnya, akan tetapi ia tidak sampai keluar
melainkan setelah terbenamnya matahari maka
puasanya pada hari itu tetap sah dan tidak wajib
diulangi.

8. HUKUM MELIHAT HILAL SENIDIRIAN


Pertanyaan: Bagaimana kita bisa menentukan
masuk dan keluarnya bulan ramadhan? Dan bagai-
mana hukum orang yang melihat hilal sendirian yang
merupakan tanda masuk dan keluarnya ramadhan
Jawaban: Masuk dan keluarnya bulan ramadhan
ditetapkan dengan dua saksi atau lebih. Dan bisa
ditetapkan masuknya bulan Ramadhan hanya
dengan satu saksi saja. Karena terdapat hadits sahih
dari Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhuma yang
menceritakan,

ّٰ ‫ت َر ُ ْ َل ا‬ ُ َْ ْ ََ ‫אس ا ِ َ َل‬ ُ َّ ‫َ َ َاءى ا‬


ِ ِ ‫אس ِ ِ א‬ ِ ‫אم َوأَ َ ا‬ َ َِ
َ َّ َ َ َ َ ُ ُ ْ ‫أ ّ َرأ‬
“Para Sahabat (berkumpul di suatu tempat)
berusaha melihat hilal, maka akupun melihatnya
lalu aku sampaikan hal tersebut kepada
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam. Maka
beliau berpuasa dan menyuruh para sahabat

Pertanyaan-pertanyaan yang Berkaitan dengan Puasa... 93


yang lain ikut berpuasa.” (Shahih. HR. Abu
Dawud)
Adapun untuk menentukan awal bulan syawwal,
maka harus dengan menghadirkan dua saksi,
sebagaimana dalam hadits,

‫ان َ ُ ْ ُ ْ ا َوأَ ْ ِ ْوا‬


ِ َ ِ ‫َ ِْن َ ِ َ َ א‬
ُ
“Jika ada dua orang yang menyaksikan (hilal)
maka berpuasa dan berbukalah.”
Juga ada sebuah hadits sahih bahwa rasulullah
menyuruh para manusia berpuasa hanya dengan
pengakuan Abdullah bin Umar, juga dengan penga-
kuan seorang arab pedalaman, beliau tidak meminta
orang lain yang memberikan pengakuan. Hikmah
dalam hal ini –Allahu a`lam- ihtiyath (berhati-hati)
dalam agama dalam masuk dan keluarnya bulan,
sebagaimana yang ditegaskan para ulama`. Dan
barangsiapa yang melihat hilal sendirian mengenai
keluar dan masuknya bulan, tetapi kesaksiannya ini
tidak diterapkan, maka ia tetap berpuasa bersama
manusia dan berbuka bersama mereka. Ia tidak
boleh menerapkan kesaksiannya itu menurut penda-
pat para ulama yang paling sahih. Karena nabi ber-
sabda,

،‫ا َّ ْ ُم َ ْ َم َ ُ ْ ُ ْ َن َو ْا ِ ْ َ ْ َم ُ ْ ِ ْو َن‬
ُ ُ
94 Tuntunan Puasa Ramadhan dan Berhari Raya
‫َ ْ َم ُ َ ُّ ْ َن‬ َ ْ َ ‫َو ْا‬
“Puasa adalah hari saat kalian berpuasa, idul
fitri adalah hari saat kalian berbuka, dan idul
adha adalah hari saat kalian berkurban.”

9. HUKUM PUASA BAGI PENDUDUK YANG NEGERINYA


BERBEDA MATHLA’NYA24 DENGAN SAUDI ARABIA
Pertanyaan: Bagaimana hukum bagi manusia
yang berpuasa jika mathla`nya berbeda? Apakah
penduduk negeri yang jauh seperti Amerika dan
Australia ketika tidak melihat bulan, diharuskan ber-
puasa saat penduduk Arab Saudi melihat bulan?
Jawaban: Yang benar adalah berpegang kepada
ru`yah (melihat hilal) bukan kepada perbedaan
mathla`, karena nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam
memerintahkan untuk berpegang kepada ru`yah
dan beliau tidak memperinci hal itu lagi. Yaitu dalam
sabda beliau yang berbunyi,

24 Yang dimaksud dengan mathla’ yaitu “saat terbitnya hilal


di suatu wilayah (negara)’. Seiring dengan perjalanan
bulan dan matahari, pergantian siang dan malam,
sehingga menyebabkan perbedaan terbitnya hilal di
masing-masing wilayah. Dan hal ini tidaklah mustahil
memunculkan perbedaan, manakala hendak menentukan
pelaksanaan perkara-perkara ibadah, seperti shaum, hari
‘Id ataupun haji, dan aktifitas ibadah lainnya.

Pertanyaan-pertanyaan yang Berkaitan dengan Puasa... 95


‫ ِن‬، ِ ِ َ ‫ِ ْؤ َ ِ ِ َوأَ ْ ِ ْوا ِ ْؤ‬ ‫ُ ْ ُ ْا‬
َّ ُ ْ َ ُ ُ ُ
ِ َ َ ‫َ َ ْכ ِ ُ ا ْا ِ َّ َة‬ ‫כ‬
َ ْ ْ ُ َْ َ
“Berpuasalah karena melihat hilal dan berbu-
kalah karena melihat hilal, jika hilal itu tidak
terlihat kalian, maka sempurnakan jumlah bulan
itu menjadi tiga puluh.” (Sahih. HR. Bukhari dan
Muslim)
Juga sabda beliau yang lain,

‫َ ُ ْ ُ ْ ا َ َّ َ ُوا ا ْ ِ َ َل أَ ْو ُ ْכ ِ ُ ا‬ َ
َ
‫َ ُوا ا ْ ِ َ َل أَ ْو‬ ‫ِ وا‬ ‫ و‬،‫ة‬ ِ ْ‫ا‬
َ َّ َ ْ ُ ْ ُ َ َ َ َّ
‫ِ ُ ا ا ْ ِ َّ َة‬ ‫ُ ْכ‬
“Jangan berpuasa sampai melihat hilal atau
menyempurnakan jumlah tanggal, dan jangan
berbuka sampai melihat bulan atau menyem-
purnakan jumlah tanggal.”
Dan Hadits-hadits seperti ini masih banyak lagi
jumlahnya.
Pada kedua hadits di atas Rasulullah tidak me-
nunjuk kepada perbedaan mathla`, padahal beliau
mengerti hal itu. Dan ada beberapa ulama yang ber-
pendapat bahwa setiap Negara tergantung kepada

96 Tuntunan Puasa Ramadhan dan Berhari Raya


ru`yah di Negara masing-masing, jika mathla`nya
berbeda. Mereka berdalil dengan perbuatan
Abdullah bin Abbas saat di Madinah yang tidak
mempedulikan ru`yah penduduk Syam.
Saat itu orang-orang Syam telah melihat bulan
di malam Jum`at, dan berpuasa berdasar dengan
ru`yah itu di zaman Mu`awiyah. Adapun penduduk
Madinah, mereka tidak melihat bulan kecuali di
malam sabtu. Abdullah bin Abbas, saat diberitahu
Kuraib bahwa penduduk Syam telah melihat bulan
dan berpuasa, ia berkata,

‫ا َّ ِ َ َ َ َ ُال َ ُ ْ ُم‬ َ َ َْ ‫َ ْ ُ َرأَ ْ אَ ُه‬


ْ
‫ُ ا ْ ِ َّ َة‬ ِ ‫ُ ْכ‬ ‫َ َ ُاه أَ ْو‬
َ َّ
“Kami telah melihatnya di malam sabtu, tapi
kami tetap berpuasa sampai melihat bulan atau
menyempurnakan jumlah.”
Juga berdalil dengan sabda nabi yang berbunyi,

ِ ِ ‫ا ِ ْؤ ِ ِ وأَ ْ ِ وا ِ ْؤ‬
َ ُ ُْ َ َ ُ ُْ ْ ُ
“Berpuasalah karena melihat hilal dan berbu-
kalah karena melihat hilal.” (Sahih. HR. Bukhari
dan Muslim)
Pendapat di atas memiliki kekuatan. Pendapat
ini juga dipilih oleh para anggota majlis Hai`ah

Pertanyaan-pertanyaan yang Berkaitan dengan Puasa... 97


kibar ulama` (Dewan Ulama` besar bagian fatwa) di
kerajaan Saudi Arabia, sesuai dengan penggabungan
dalil-dalil yang ada. Semoga Allah memberi taufik
kepada kita semua.25

10. HUKUM JIMA’ (BERHUBUNGAN BADAN) DENGAN


ISTRI DI SIANG HARI DIBULAN RAMADHAN
Pertanyaan: Bagaimana hukum seseorang
yang menyetubuhi isterinya di siang hari ramadhan
sementara ia berpuasa? Dan bolehkah bagi seorang
musafir untuk bersetubuh, jika ia tidak berpuasa?
Jawaban: Bagi orang yang bersetubuh di siang
hari ramadhan sementara ia wajib berpuasa, maka
baginya adalah kaffarah. Maksudnya adalah kaffarat
dzihar dengan kewajiban mengqadha` hari itu.
Juga bertaubat kepada Allah dari perbuatan yang
dikerjakannya.
Tapi, jika ia adalah musafir atau orang sakit
yang diperbolehkan untuk berbuka, maka tidak
mengapa ia melakukannya dan tidak ada kaffarat,
ia hanya wajib mengqadha` satu hari ia bersetubuh
padanya. Karena seorang musafir dan orang sakit,
diperbolehkan bagi mereka untuk berbuka, seperti

25 Tuhfatul Ikhwaan Bi Ajwibatin Muhimmatin Tata`allaqu


Bi Arkaan Al-Islam). Oleh : Syaikh Abdul Aziz bin
Abdullah bin Baaz Rahimahullah, Daar Thaibah, Riyadh,
Cet. 1, 1421 H/2000 M

98 Tuntunan Puasa Ramadhan dan Berhari Raya


bersetubuh dan pembatal puasa lainnya. Seperti
yang difirmankan Allah taala,

MLKJIHGFE
...PO N
“Maka Barangsiapa diantara kamu ada yang
sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka),
Maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari
yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain..”
{QS.al-Baqarah; 184}
Sedangkan hukum kaum wanita dalam hal ini,
sama seperti kaum lelaki. Jika seorang wanita wajib
mengerjakan puasa, maka wajib baginya membayar
kaffarat, serta mengqadha`. Tapi jika ia sedang
bepergian atau sakit, sehingga dibolehkan berbuka,
maka tidak ada kaffarat baginya.26

11. WAKTU PELAKSANAAN SHALAT ‘IED


Pertanyaan: Kapankah waktu yang tepat untuk
melaksanakan shalat ‘Ied?
Jawaban: Shalat ‘Ied dilaksanakan tatkala naik-
nya matahari sudah setinggi tombak sampai zawal
(tergelincirnya).
Syaikh Abu Bakar al-jazaairi berkata: “Waktu

26 Idem.

Pertanyaan-pertanyaan yang Berkaitan dengan Puasa... 99


shalat ‘Idul fitri dan ‘Idul Adha adalah dari naiknya
matahari setingg tombak sampai zawal (tergelin-
cirnya), adapun yang paling afdhal (utama), shalat
‘Idul Adha dikerjakan pada awal waktu agar ada
kesempatan bagi orang-orang untuk menyembelih
hewan kurban. Demikian pula mengakhirkan
shalat ‘Idul Fitri agar memungkinkan bagi orang-
orang untuk diberikan kesempatan membayar zakat
mereka.”27 Wallohu a’lam.

12. JIKA HARI RAYA IDUL FITRI BERTEPATAN DENGAN


HARI JUM’AT
Pertanyaan: Jika hari raya ‘Ied (Idul Fitri atau
Idul Adha) bertepatan dengan hari jum’at apa yang
harus kita lakukan?
Jawaban: Jika dua hari raya berkumpul (Hari
Raya Ied dan Hari Jum’at) berkumpul dalam satu hari,
maka kita disunnahkan untuk mengerjakan shalat
‘Ied dan boleh memilih untuk melaksanakan shalat
jum’at atau tidak melaksanakannya. Hal ini sesuai
dengan sebuah riwayat yang shahih dari Rasulullah.
Diceritakan bahwa Iyas bin Abi Ramlah berkata: “Aku
pernah menyaksikan Mu’awiyah sedang bertanya
kepada Zaid bin Arqam”. Beliau (Mu’awiyah)
bertanya: “Apakah engkau pernah menyaksikan
Rasulullah menghadiri dua hari raya (hari raya ‘Ied

27 Lihat kitab Minhajul Muslim (278).

100 Tuntunan Puasa Ramadhan dan Berhari Raya


dan hari Jum’at) yang berkumpul dalam satu hari?”
Dia (Zaid) menjawab: ‘Ya’. Mu’awiyah bertanya: “Lalu
apa yang beliau kerjakan?” Dia menjawab : “beliau
mengerjakan shalat ‘Ied dan memberi keringanan
terhadap shalat Jum’at, seraya bersabda:

ِ ّ َ ُ ْ َ ِّ َ ُ ‫َ ْ َ َאء أَ ْن‬
َ
“Barang siapa yang ingin shalat (Jum’at), hendak-
lah dia shalat.”28
Juga sabda beliau:

‫ َو َ ْ أَ َر َاد أَ ْن‬، ْ ِّ َ ْ َ َ ِّ َ ُ ‫َ ْ أَ َر َاد أَ ْن‬


ُ
ِ ِ
َ ْ ََْ َ ْ َ
“Barang siapa yang ingin menunaikan shalat
Jum’at, maka dipersilahkan untuk mengerjakan-
nya dan barang siapa yang tidak ingin menger-
jakannya, maka dipersilahkan untuk tidak
berangkat.”29

28 Shahih. HR. Abu Dawud, Kitab ash-Shalah, bab “Idza


waafaqa yaumul Jumu’ati Yaumul ‘Iid, Ibnu Majah,
Ahmad, al-Hakim, dinalia Shahih oleh Ibnu Khuzaimah
didalam kitab Shahihnya, dan disepakati keshahihannya
pula oleh Ahli Hadits pada zaman sekarang Syaikh al-
Albani Rahimahullahu Ta’ala.
29 Shahih. HR. Ibnu Abi Syaibah didalam kitabnya, al-

Pertanyaan-pertanyaan yang Berkaitan dengan Puasa... 101


Juga Ibnu Zubair berkata,
“Dua Hari Raya pernah berkumpul dalam satu
hari (Jum’at), lalu beliau menggabungkan keduanya
menjadi satu. Beliau mengerjakan dua rakaat shalat
‘Idul Fitri pada hari Jum’at itu, kemudian tidak me-
nambahkan shalat lagi sampai beliau mengerjakan
shalat ashar…”30

Mushannaf, dari sahabat Ali radhiyaallohu ‘anhu.


30 Shahih. HR. Abu Dawud.

102 Tuntunan Puasa Ramadhan dan Berhari Raya


BAB 17:
HADITS LEMAH DAN PALSU
SEPUTAR RAMADHAN

Wahai Saudaraku Seiman Dan Seaqidah Waspadai


Hadits Hadits Dhaif Dan Palsu Berikut Ini!
URGENSI ILMU SANAD
Karena pentingnya hal ini, tidak heran apabila
Abdullah bin Mubarak rahimahullah mengatakan
perkataan yang terkenal:

ِ ِ
ْ َ ‫ َو َ ْ َ ا ِ ْ َאد؛ َ َ َאل‬، ِ ْ ّ ‫َ ا‬ ‫אد‬
ُ َ ِْ ‫ا‬
‫َ َאء‬ ‫َא‬ ‫َ َאء‬
“Sanad adalah bagian dari agama. Jika tidak ada
sanad, maka orang akan berkata semaunya.” 31
Dengan adanya sanad, suatu perkataan tentang
ajaran Islam dapat ditelusuri asal-muasalnya.
Oleh karena itu, penting sekali bagi umat muslim

31 (Lihat dalam Muqaddimah Shahih Muslim, Juz I, halaman


12)

Hadits Lemah dan Palsu Seputar Ramadhan 103


untuk memilah hadits-hadits, antara yang shahih
dan yang dhaif, agar diketahui amalan mana yang
seharusnya diamalkan karena memang diajarkan
oleh Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam serta
amalan mana yang tidak perlu dihiraukan karena
tidak pernah diajarkan oleh beliau.
Berkaitan dengan bulan Ramadhan yang penuh
berkah ini, akan kami sampaikan beberapa hadits
lemah dan palsu mengenai puasa yang banyak
tersebar di masyarakat. Untuk memudahkan
pembaca, kami tidak menjelaskan sisi kelemahan
hadits, namun hanya akan menyebutkan kesimpulan
para pakar hadits yang menelitinya. Pembaca yang
ingin menelusuri sisi kelemahan hadits, dapat
merujuk pada kitab para ulama yang bersangkutan.

HADITS PERTAMA

‫ُ ْ ُ ْا َ ِ ُ ا‬
“Berpuasalah, kalian akan sehat.”
RIWAYAT HADITS: Hadits ini diriwayatkan
oleh Abu Nu’aim di Ath Thibbun Nabawi sebagaimana
dikatakan oleh Al Hafidz Al Iraqi di Takhrijul Ihya
(3/108), oleh Ath Thabrani di Al Ausath (2/225), oleh
Ibnu ‘Adi dalam Al Kamil Fid Dhu’afa (3/227).
HUKUM HADITS: Hadits ini dhaif (lemah),

104 Tuntunan Puasa Ramadhan dan Berhari Raya


sebagaimana dikatakan oleh Al Hafidz Al Iraqi di
Takhrijul Ihya (3/108), juga Al Albani di Silsilah
Adh Dha’ifah (253). Bahkan Ash Shaghani agak
berlebihan mengatakan hadits ini maudhu (palsu)
dalam Maudhu’at Ash Shaghani (51).
Keterangan: Jika memang terdapat penelitian
ilmiah dari para ahli medis bahwa puasa itu dapat
menyehatkan tubuh, makna dari hadits dhaif ini
benar, namun tetap tidak boleh dianggap sebagai
sabda Nabi shallallahu’alaihi wa sallam.

HADITS KEDUA

ِ ِ
‫אؤ ُه‬ َ َ ِ ‫َ ْ ُم ا َّ אئ‬
ُ َ ‫ َو ُد‬، ٌ ْ ِ ْ َ ُ ُ ْ ُ ‫ َو‬،‫אد ٌة‬
ٌ َ ‫ َو َ َ ُ ُ ُ َ א‬، ‫אب‬
ٌ َ َ ُْ
“Tidurnya orang yang berpuasa adalah ibadah,
diamnya adalah tasbih, do’anya dikabulkan, dan
amalannya pun akan dilipatgandakan pahala-
nya.”
RIWAYAT HADITS: Hadits ini diriwayatkan
oleh Al Baihaqi di Syu’abul Iman (3/1437)
HUKUM HADITS: Hadits ini dhaif,
sebagaimana dikatakan Al Hafidz Al Iraqi dalam
Takhrijul Ihya (1/310). Al Albani juga mendhaifkan
hadits ini dalam Silsilah Adh Dha’ifah (4696).

Hadits Lemah dan Palsu Seputar Ramadhan 105


Terdapat juga riwayat yang lain:

َ ‫אد ٍة َو إ ِْن َכ‬


َ َ ‫אن َرا ِ ً ا‬ َ َ
ِ ِ
ُ
‫ا َّ ِאئ‬
ِ ِ‫ِ ا‬
َ
“Orang yang berpuasa itu senantiasa dalam
ibadah meskipun sedang tidur di atas ranjang-
nya.” (Hadits ini diriwayatkan oleh Tammam
(18/172). Hadits ini juga dhaif, sebagaimana
dikatakan oleh Al Albani di Silsilah Adh Dhaifah
(653).
Yang benar, tidur adalah perkara mubah (boleh)
dan bukan ritual ibadah. Maka, sebagaimana
perkara mubah yang lain, tidur dapat bernilai ibadah
jika diniatkan sebagai sarana penunjang ibadah.
Misalnya, seseorang tidur karena khawatir tergoda
untuk berbuka sebelum waktunya, atau tidur untuk
mengistirahatkan tubuh agar kuat dalam beribadah.
Sebaliknya, tidak setiap tidur orang berpuasa
itu bernilai ibadah. Sebagai contoh, tidur karena
malas, atau tidur karena kekenyangan setelah sahur.
Keduanya, tentu tidak bernilai ibadah, bahkan bisa
dinilai sebagai tidur yang tercela. Maka, hendaknya
seseorang menjadikan bulan ramadhan sebagai ke-
sempatan baik untuk memperbanyak amal kebaikan,
bukan bermalas-malasan.

106 Tuntunan Puasa Ramadhan dan Berhari Raya


HADITS KETIGA

، ِ ‫א أَ א ا אس أَ כ‬
ٌ ْ َ ٌ ْ َ ٌ ْ َ ْ ُ َّ َ ْ َ ُ َّ َ ُّ َ
ِ ْ َ‫ِ ِ َ َ ٌ َ ِ أ‬
ُ ّٰ ‫ َ َ َ ا‬، ٍ ْ َ ْ ٌْ ْ ْ
..... ‫אم َ َ َ ُّ ً א‬ ِ ِ ِ ‫و‬، ِ ‫ِ א‬
ْ َ َ َ ً َ ْ َ َُ َ
( ِ ِ َ ‫َכ‬ َ ‫) ِإ‬...............................
‫َو ُ َ َ ْ أَ َّو ُ ُ َر ْ ُ ٌ َو و ْ ُ ُ َ ْ ِ ٌة َو‬
َ ٌ
. ِ‫آ ِ ُه ِ ْ ٌ ِ َ ا َّאر‬
ُ
“Wahai manusia, bulan yang agung telah men-
datangi kalian. Di dalamnya terdapat satu
malam yang lebih baik dari 1. 000 bulan. Allah
menjadikan puasa pada siang harinya sebagai
sebuah kewajiban, dan menghidupkan malam-
nya sebagai ibadah tathawwu’ (sunnah). Barang-
siapa pada bulan itu mendekatkan diri (kepada
Allah) dengan satu kebaikan, ia seolah-olah
mengerjakan satu ibadah wajib pada bulan
yang lain. Barangsiapa mengerjakan satu per-
buatan wajib, ia seolah-olah mengerjakan
70 kebaikan di bulan yang lain. Ramadhan
adalah bulan kesabaran, sedangkan kesabaran
itu balasannya adalah surga. Ia (juga) bulan

Hadits Lemah dan Palsu Seputar Ramadhan 107


tolong-menolong. Di dalamnya rezki seorang
mukmin ditambah. Barangsiapa pada bulan
Ramadhan memberikan hidangan berbuka
kepada seorang yang berpuasa, dosa-dosanya
akan diampuni, diselamatkan dari api neraka
dan memperoleh pahala seperti orang yang ber-
puasa itu, tanpa mengurangi pahala orang
yang berpuasa tadi sedikitpun” Kemudian para
sahabat berkata, “Wahai Rasulullah, tidak semua
dari kita memiliki makanan untuk diberikan
kepada orang yang berpuasa.” Rasulullah
Shallallahu’alaihi Wasallam berkata, “Allah
memberikan pahala tersebut kepada orang yang
memberikan hidangan berbuka berupa sebutir
kurma, atau satu teguk air atau sedikit susu.
Ramadhan adalah bulan yang permulaannya
rahmat, pertengahannya maghfirah (ampunan)
dan akhirnya pembebasan dari api neraka.”
RIWAYAT HADITS: Hadits ini diriwayatkan
oleh Ibnu Khuzaimah (1887), oleh Al Mahamili
dalam Amaliyyah (293), Ibnu ‘Adi dalam Al Kamil
Fid Dhu’afa (6/512), Al Mundziri dalam Targhib Wat
Tarhib (2/115)
HUKUM HADITS: Hadits ini didhaifkan oleh
para pakar hadits seperti Al Mundziri dalam At
Targhib Wat Tarhib (2/115), juga didhaifkan oleh
Syaikh Ali Hasan Al Halabi di Sifatu Shaumin Nabiy
(110), bahkan dikatakan oleh Abu Hatim Ar Razi

108 Tuntunan Puasa Ramadhan dan Berhari Raya


dalam Al ‘Ilal (2/50) juga Al Albani dalam Silsilah
Adh Dhaifah (871) bahwa hadits ini Munkar.
Yang benar, di seluruh waktu di bulan Ramadhan
terdapat rahmah, seluruhnya terdapat ampunan
Allah dan seluruhnya terdapat kesempatan bagi se-
orang mukmin untuk terbebas dari api neraka, tidak
hanya sepertiganya. Salah satu dalil yang menun-
jukkan hal ini adalah:

ِ ِ
ُ َ َ ُ ، ‫אن ِإ ْ َ א ًא َوا ْ َ א ًא‬
َ َ َ ‫אم َر‬ َ َ ْ َ
ِ ِ ْ ‫א َ َ َّ م ِ َذ‬
ْ َ َ
“Orang yang puasa Ramadhan karena iman
dan mengharap pahala, akan diampuni dosa-
dosanya yang telah lalu.” (HR. Bukhari no.38,
Muslim, no.760)
Dalam hadits ini, disebutkan bahwa ampunan
Allah tidak dibatasi hanya pada pertengahan
Ramadhan saja. Lebih jelas lagi pada hadits
yang diriwayatkan oleh At Tirmidzi, Rasulullah
shallallahu’alaihi wa sallam bersabda:

‫אن ُ ِّ َ ِت‬ ِ ٍ
َ َ َ ‫َ ْ ِ َر‬ ْ َ ْ َ ‫אن أَ َّو ُل‬
َ ‫ِإ َذا َכ‬
َ ِ ‫ َو َ َد ُة ا‬، ُ ِ ‫ا َّ א‬
‫اب‬ُ َ ْ ‫ َو ُ ّ َ ْ أ‬، ِّ ِ َ َ
‫اب‬ َ ِ
ُ َ ْ ‫ َو ُ ّ َ ْ أ‬،‫אب‬
ٌ َ ‫ َ َ ُ ْ َ ْ ِ ْ َ א‬، ِ‫ا َّאر‬
ْ
Hadits Lemah dan Palsu Seputar Ramadhan 109
:‫ َو ُ َ ِאدي ُ َ ٍאد‬،‫אب‬ ِ
ٌ َ ‫ُ ْ َ ْ ْ َא‬ ،ِ ‫ا‬
ْ َ َ َّ َ
، ِ ْ َ‫ َو َא َא ِ ا َّ ِ أ‬، ْ ِ ْ َ‫ِ أ‬ َ ‫َא َ א ِ َ ا‬
ْ ّ َ ْ
ٍ َ َ ُّ ‫ و َذ َכ ُכ‬، ِ‫ا אر‬ ِ ‫و ِ َّ ِ َ אء‬
ْ َ َّ َ ُ َُ َ
“Pada awal malam bulan Ramadhan, setan-
setan dan jin-jin jahat dibelenggu, pintu neraka
ditutup, tidak ada satu pintu pun yang dibuka.
Pintu surga dibuka, tidak ada satu pintu
pun yang ditutup. Kemudian Allah menyeru:
‘Wahai penggemar kebaikan, rauplah sebanyak
mungkin, wahai penggemar keburukan, tahanlah
dirimu’. Allah pun memberikan pembebasan
dari neraka bagi hamba-Nya. Dan itu terjadi
setiap malam” (HR. Tirmidzi 682, dishahihkan
oleh Al Albani dalam Shahih At Tirmidzi)
Adapun mengenai apa yang diyakini oleh seba-
gian orang, bahwa setiap amalan sunnah kebaikan
di bulan Ramadhan diganjar pahala sebagaimana
amalan wajib, dan amalan wajib diganjar dengan 70
kali lipat pahala ibadah wajib diluar bulan Ramadhan,
keyakinan ini tidaklah benar berdasarkan hadits
yang lemah ini. Walaupun keyakinan ini tidak benar,
sesungguhnya Allah ta’ala melipatgandakan pahala
amalan kebaikan berlipat ganda banyaknya, ter-
utama ibadah puasa di bulan Ramadhan.

110 Tuntunan Puasa Ramadhan dan Berhari Raya


HADITS KEEMPAT

‫َ َّ ا ّٰ ُ َ َ ِ َو َ َّ ِإ َذا‬ ِ ّٰ ‫אن ر َل ا‬
َ ْ ْ ُ َ َ ‫َכ‬
‫َ َכ ُ ْ ُ َو َ َ رِ ْز ِ َכ‬ ‫ ا‬: ‫أَ ْ َ َ َאل‬
َّ ُ َّ َ
ِ ‫ِإ כ أَ ا ِ ا‬ ِّ ِ ْ َ َ ‫ت‬ َ‫أ‬
ُ ْ ّ ُ ْ َّ َ ْ َ َّ َّ َ ُ ْ َ ْ
“Biasanya Rasulullah shallallahu’alaihi wa
sallam ketika berbuka membaca doa: Allahumma
laka shumtu wa ‘alaa rizqika afthartu fataqabbal
minni, innaka antas samii’ul ‘aliim.”
RIWAYAT HADITS: Hadits ini diriwayatkan
oleh Abu Daud dalam Sunan-nya (2358), Adz
Dzahabi dalam Al Muhadzab (4/1616), Ibnu Katsir
dalam Irsyadul Faqih (289/1), Ibnul Mulaqqin dalam
Badrul Munir (5/710)
HUKUM HADITS: Ibnu Hajar Al Asqalani
berkata di Al Futuhat Ar Rabbaniyyah (4/341) :
“Hadits ini gharib, dan sanadnya lemah sekali”.
Hadits ini juga didhaifkan oleh Asy Syaukani dalam
Nailul Authar (4/301), juga oleh Al Albani di Dhaif
Al Jami’ (4350). Dan doa dengan lafadz yang semisal,
semua berkisar antara hadits lemah dan munkar.
Sedangkan doa berbuka puasa yang tersebar
dimasyarakat dengan lafadz:

Hadits Lemah dan Palsu Seputar Ramadhan 111


ََ ‫ا َّ ُ َ َכ ُ ْ ُ َو َِכ َا َ ْ ُ َو‬
َّ
ِ ِ ‫ِ َכ א اَر ا ا‬ ُ ْ َ ْ َ‫رِ ْز ِ َכ ا‬
َ ْ َّ ُ َ ْ َ َ ْ َِ ‫ت‬
“Ya Allah, untuk-Mu aku berpuasa, kepada-Mu
aku beriman, atas rezeki-Mu aku berbuka, aku
memohon Rahmat-Mu wahai Dzat yang Maha
Penyayang.”
Hadits ini tidak terdapat di kitab hadits
manapun. Atau dengan kata lain, ini adalah HADITS
PALSU. Sebagaimana dikatakan oleh Al Mulla Ali Al
Qaari dalam kitab Mirqatul Mafatih Syarh Misykatul
Mashabih: “Adapun doa yang tersebar di masyarakat
dengan tambahan ‘wabika aamantu’ sama sekali
tidak ada asalnya, walau secara makna memang
benar.”
Yang benar, doa berbuka puasa yang dicontoh-
kan oleh Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam
terdapat dalam hadits:

‫ا ّٰ ُ َ َ ِ َو َ َّ ِإ َذا‬
َ ْ َّ َ ِ ّٰ ‫אن َر ُ ْ َل ا‬
َ ‫َכ‬
‫َ ُ َوا ْ َ َّ ِ ا ُ ْو ُق‬ َّ ‫أَ ْ َ َ َ َאل َذ َ َ ا‬
ُ
ُ ّٰ ‫َو َ َ ا ْ َ ْ إ ِْن َ َאء ا‬
ُ َ
“Biasanya Rasulullah Shallallahu’alaihi

112 Tuntunan Puasa Ramadhan dan Berhari Raya


Wasallam ketika berbuka puasa membaca doa:

‫ا‬ ‫ا وق و‬ ‫وا‬ ‫ا‬ ‫ذ‬


ّٰ ‫إن אء ا‬
(Dzahabaz zhamaa-u wabtalatil ‘uruqu wa
tsabatal ajru insyaa Allah)
Artinya: “Rasa haus telah hilang, kerongkongan
telah basah, semoga pahala didapatkan. Insya
Allah.”
Hadits ini diriwayatkan oleh Abu Daud (2357),
Ad Daruquthni (2/401), dan dihasankan oleh Ibnu
Hajar Al Asqalani di Hidayatur Ruwah, 2/232 juga
oleh Al Albani di Shahih Sunan Abi Daud.

HADITS KELIMA

ٍ ِ َ َ ‫ر‬ ِ ‫א‬ َ
َ ْ ‫אن ْ َ ْ ِ ُر‬ ََ ْ ً َْ ََ ْ‫َ ْ أ‬
ُ َّ ‫אم ا َّ ْ َ ُכ‬
َ َ ‫إن‬ ْ ‫َ ْ َ ْ ِ ِ َو‬
“Orang yang sengaja tidak berpuasa pada suatu
hari di bulan Ramadhan, padahal ia bukan
orang yang diberi keringanan, ia tidak akan
dapat mengganti puasanya meski berpuasa terus
menerus.”

Hadits Lemah dan Palsu Seputar Ramadhan 113


RIWAYAT HADITS: Hadits ini diriwayatkan
oleh Imam Al Bukhari di Al’Ilal Al Kabir (116),
oleh Abu Daud di Sunannya (2396), oleh Tirmidzi
di Sunan-nya (723), Imam Ahmad di Al Mughni
(4/367), Ad Daruquthni di Sunan-nya (2/441, 2/413),
dan Al Baihaqi di Sunan-nya (4/228).
HUKUM HADITS: Hadits ini didhaifkan oleh
Al Bukhari, Imam Ahmad, Ibnu Hazm di Al Muhalla
(6/183), Al Baihaqi, Ibnu Abdil Barr dalam At Tamhid
(7/173), juga oleh Al Albani di Dhaif At Tirmidzi
(723), Dhaif Abi Daud (2396), Dhaif Al Jami’ (5462)
dan Silsilah Adh Dha’ifah (4557). Namun, memang
sebagian ulama ada yang menshahihkan hadits ini
seperti Abu Hatim Ar Razi di Al Ilal (2/17), juga ada
yang menghasankan seperti Ibnu Hajar Al Asqalani
di Hidayatur Ruwah (2/329) dan Al Haitsami di
Majma’ Az Zawaid (3/171). Oleh karena itu, ulama
berbeda pendapat mengenai ada-tidaknya qadha
bagi orang yang sengaja tidak berpuasa.
Yang benar -wal ‘ilmu ‘indallah- adalah penje-
lasan Lajnah Daimah Lil Buhuts Wal Ifta (Komisi
Fatwa Saudi Arabia), yang menyatakan bahwa “Sese-
orang yang sengaja tidak berpuasa tanpa udzur syar’i,
ia harus bertaubat kepada Allah dan mengganti
puasa yang telah ditinggalkannya.” (Periksa: Fatawa
Lajnah Daimah no. 16480, 9/191)

114 Tuntunan Puasa Ramadhan dan Berhari Raya


HADITS KEENAM

ِ
ْ ٌ ْ ‫אن ا‬ َ َ َ ‫אن َ َِّن َر‬
َ َ َ ‫َ ُ ْ ُ ا َر‬ َ
‫אن‬ ِ
َ َ َ ‫אء ا ّٰ ِ َ َ א َ َو ِכ ْ ُ ُ ا َ ْ ُ َر‬ َ
َ ْ‫أ‬
“Jangan menyebut dengan ‘Ramadhan’ karena ia
adalah salah satu nama Allah, namun sebutlah
dengan ‘Bulan Ramadhan.”
RIWAYAT HADITS: Hadits ini diriwayatkan oleh
Al Baihaqi dalam Sunan-nya (4/201), Adz Dzaahabi
dalam Mizanul I’tidal (4/247), Ibnu ‘Adi dalam Al Kamil
Fid Dhu’afa (8/313), Ibnu Katsir di Tafsir-nya (1/310).
HUKUM HADITS: Ibnul Jauzi dalam Al
Maudhuat (2/545) mengatakan hadits ini palsu.
Namun, yang benar adalah sebagaimana yang
dikatakan oleh As Suyuthi dalam An Nukat ‘alal
Maudhuat (41) bahwa “Hadits ini dhaif, bukan
palsu”. Hadits ini juga didhaifkan oleh Ibnu ‘Adi
dalam Al Kamil Fid Dhu’afa (8/313), An Nawawi
dalam Al Adzkar (475), oleh Ibnu Hajar Al Asqalani
dalam Fathul Baari (4/135) dan Al Albani dalam
Silsilah Adh Dhaifah (6768).
Yang benar adalah boleh mengatakan ‘Ramadhan’
saja, sebagaimana pendapat jumhur ulama karena
banyak hadits yang menyebutkan ‘Ramadhan’ tanpa
‘Syahru (bulan)’.

Hadits Lemah dan Palsu Seputar Ramadhan 115


HADITS KETUJUH

ِ
‫אء‬ ِ َ َ َ ‫أَ َّن َ ْ َ َر‬
َ َّ ‫אن ُ َ َ ّ ٌ َ ْ َ ا‬
ِ ْ ِ ‫َوا َ ْر ِض َ ُ َ ُ إ ِ َ َכ ِאة ا‬
ْ
“Bulan Ramadhan bergantung di antara langit
dan bumi. Tidak ada yang dapat mengangkatnya
kecuali zakat fithri.”
RIWAYAT HADITS: Hadits ini disebutkan
oleh Al Mundziri di At Targhib Wat Tarhib (2/157).
Al Albani mendhaifkan hadits ini dalam Dhaif At
Targhib (664), dan Silsilah Ahadits Dhaifah (43).
HUKUM HADITS: Yang benar, jika dari hadits
ini terdapat orang yang meyakini bahwa puasa
Ramadhan tidak diterima jika belum membayar
zakat fithri, keyakinan ini salah, karena haditsnya
dhaif. Zakat fithri bukanlah syarat sah puasa
Ramadhan, namun jika seseorang meninggalkannya
ia mendapat dosa tersendiri.

HADITS KEDELAPAN

‫ َو َر َ َ א ُن‬، ‫ َو َ ْ אن َ ْ ِ ي‬، ِ ّٰ ‫َر َ َ ْ ا‬


َ ُ
ِ ُ‫َ أ‬
َّ ُ ْ
“Rajab adalah bulan Allah, Sya’ban adalah
116 Tuntunan Puasa Ramadhan dan Berhari Raya
bulanku, dan Ramadhan adalah bulan umatku.”
RIWAYAT HADITS: Hadits ini diriwayatkan
oleh Adz Dzahabi di Tartibul Maudhu’at (162, 183),
Ibnu Asakir di Mu’jam Asy Syuyukh (1/186).
HUKUM HADITS: Hadits ini didhaifkan oleh
di Asy Syaukani di Nailul Authar (4/334), dan Al
Albani di Silsilah Adh Dhaifah (4400). Bahkan hadits
ini dikatakan hadits palsu oleh banyak ulama seperti
Adz Dzahabi di Tartibul Maudhu’at (162, 183), Ash
Shaghani dalam Al Maudhu’at (72), Ibnul Qayyim
dalam Al Manaarul Munif (76), Ibnu Hajar Al
Asqalani dalam Tabyinul Ujab (20).

HADITS KESEMBILAN

ِ ٍ
ْ ‫اب‬ َ ‫َو‬ ‫َ َ ٍאم‬ َ َ ‫َ ِאئ ً א‬
َ ََ َ ْ َ
‫َ א َ אت‬ ِ ُ ‫َّ ْ َ َ ْ ِ ا َ َ ِئכ‬ َ ‫ََل‬
ٍ
ِ‫َ َ َ ا َ ْ ر‬ ِ ِ ِ َ َ َّ َ ‫אن َو‬ َ َ َ ‫َ ْ ِ َر‬
ْ ْ ْ
“Barangsiapa memberi hidangan berbuka puasa
dengan makanan dan minuman yang halal, para
malaikat bershalawat kepadanya selama bulan
Ramadhan dan Jibril bershalawat kepadanya di
malam lailatul qadar.”
RIWAYAT HADITS: Hadist ini diriwayatkan

Hadits Lemah dan Palsu Seputar Ramadhan 117


oleh Ibnu Hibban dalam Al Majruhin (1/300), Al
Baihaqi di Syu’abul Iman (3/1441), Ibnu ‘Adi dalam
Al Kamil Adh Dhuafa (3/318), Al Mundziri dalam At
Targhib Wat Tarhib (1/152)
HUKUM HADITS: Hadits ini didhaifkan oleh
Ibnul Jauzi di Al Maudhuat (2/555), As Sakhawi
dalam Maqasidul Hasanah (495), Al Albani dalam
Dhaif At Targhib (654)
Yang benar, orang yang memberikan hidangan
berbuka puasa akan mendapatkan pahala puasa
orang yang diberi hidangan tadi, berdasarkan hadits:

ِ ِ َ ‫א َכ‬
ُ َّ َ‫ َ ْ َ أ‬، ‫אن َ ُ ْ َ أَ ْ ِ ه‬ ً ‫َ ْ َ َ َ ِאئ‬
َ
‫أَ ْ ِ ا َّ ِאئ ِ َ ًئא‬ ْ
ِ
ُ َ ُْ َ
ْ
“Siapa saja yang memberikan hidangan berbuka
puasa kepada orang lain yang berpuasa, ia
akan mendapatkan pahala orang tersebut tanpa
sedikitpun mengurangi pahalanya.” (HR. At
Tirmidzi no 807, ia berkata: “Hasan shahih”)

HADITS KESEPULUH

. ِ ‫َ ِ ِإ َ ا ِ َ ِאد ا َ ْכ‬ َ ِ ِ ِ
َ ْ ‫َر َ ْ َא َ ا َ אد ا‬
ُ َ ِ : ‫؟ َ َאل‬
ِ ْ َ ‫אد ا‬ ‫ َو َ א ا ِ אد ا َכ‬: ‫َ א ْ ا‬
َْ ُ َ
118 Tuntunan Puasa Ramadhan dan Berhari Raya
“Kita telah kembali dari jihad yang kecil menuju
jihad yang besar.” Para sahabat bertanya:
“Apakah jihad yang besar itu?” Beliau bersabda:
“Jihadnya hati melawan hawa nafsu.”
RIWAYAT HADITS: Menurut Al Hafidz Al Iraqi
dalam Takhrijul Ihya (2/6) hadits ini diriwayatkan
oleh Al Baihaqi dalam Az Zuhd. Ibnu Hajar Al
Asqalani dalam Takhrijul Kasyaf (4/114) juga
mengatakan hadits ini diriwayatkan oleh An Nasa’i
dalam Al Kuna.
HUKUM HADITS: Hadits ini adalah hadits
palsu. Sebagaimana dikatakan oleh Syaikhul Islam
di Majmu Fatawa (11/197), juga oleh Al Mulla Ali
Al Qari dalam Al Asrar Al Marfu’ah (211). Al Albani
dalam Silsilah Adh Dhaifah (2460) mengatakan
hadits ini Munkar.
Hadits ini sering dibawakan para khatib dan
dikaitkan dengan Ramadhan, yaitu untuk menga-
takan bahwa jihad melawan hawa nafsu di bulan
Ramadhan lebih utama dari jihad berperang di
jalan Allah. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata,
“Hadits ini tidak ada asalnya. Tidak ada seorang
pun ulama hadits yang berangapan seperti ini, baik
dari perkataan maupun perbuatan Nabi. Selain itu
jihad melawan orang kafir adalah amal yang paling
mulia. Bahkan jihad yang tidak wajib pun merupakan
amalan sunnah yang paling dianjurkan.” (Majmu’
Fatawa, 11/197). Artinya, makna dari hadits palsu ini
Hadits Lemah dan Palsu Seputar Ramadhan 119
pun tidak benar karena jihad berperang di jalan Allah
adalah amalan yang paling mulia. Selain itu, orang
yang terjun berperang di jalan Allah tentunya telah
berhasil mengalahkan hawa nafsunya untuk mening-
galkan dunia dan orang-orang yang ia sayangi.

HADITS KESEBELAS

ّٰ ‫ا‬ ّٰ ‫ َ ِ ْ ُ َر ُ َل ا‬: َ ‫َ َאل َو ِائ‬


،‫ َ َ َ ا ّٰ ُ ِ َّא َو ِ ْ َכ‬: ُ ْ ُ َ ٍ ِ ‫َ ْ َم‬ ‫و‬
َّ ْ
‫َ َ َ ا ّٰ ُ ِ َّא َو ِ ْ َכ‬ : ‫אل‬
َّ
“Wa’ilah berkata, “Aku bertemu dengan
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam pada
hari Ied, lalu aku berkata: Taqabbalallahu minna
wa minka.” Beliau bersabda: “Ya, Taqabbalallahu
minna wa minka.”
RIWAYAT HADITS: Hadits ini diriwayatkan
oleh Ibnu Hibban dalam Al Majruhin (2/319), Al
Baihaqi dalam Sunan-nya (3/319), Adz Dzahabi
dalam Al Muhadzab (3/1246)
HUKUM HADITS: Hadits ini didhaifkan oleh
Ibnu ‘Adi dalam Al Kamil Fid Dhuafa (7/524), oleh
Ibnu Qaisirani dalam Dzakiratul Huffadz (4/1950),
oleh Al Albani dalam Silsilah Adh Dhaifah (5666).

120 Tuntunan Puasa Ramadhan dan Berhari Raya


Yang benar, ucapan ‘Taqabbalallahu Minna Wa
Minka’ diucapkan sebagian sahabat berdasarkan
sebuah riwayat:

ِ َ ّٰ ‫אب ر ِل ا ّٰ ِ َّ ا‬ َ‫אن أ‬ َ ‫َכ‬


ْ َ ُ َ ْ ُ َ ُ َ ْ
‫ل‬ ِ ِ ‫ِإذا ا ا م ا‬ ‫و‬
ْ ُ ُ َْ ُ َُْ ْ َ َْ ْ ََْ َ َ َّ َ َ
‫ َ َ َ ا ّٰ ُ ِ َّא َو ِ ْ َכ‬: ٍ ِ
َّ َْ
“Para sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam biasanya ketika saling berjumpa di
hari Ied mereka mengucapkan: Taqabbalallahu
Minna Wa Minka (Semoga Allah menerima
amal ibadah saya dan amal ibadah Anda)”
Atsar ini diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam
Al Mughni (3/294), dishahihkan oleh Al Albani dalam
Tamamul Minnah (354). Oleh karena itu, boleh
mengamalkan ucapan ini, asalkan tidak diyakini
sebagai hadits Nabi shallallahu’alaihi wa sallam.

HADITS KEDUABELAS

:‫ َو َ ْ ِ ُ ا ُ ُ ْ َء‬، ‫َ ْ ٌ ُ ْ ِ ا َّ ِאئ‬
ُ
،‫ وا َّ َ ِא َّ ْ َ ِة‬،ُ َ ِ َّ ‫ وا‬،ُ ِ ‫ َوا‬،‫ا ْ َכ ِ ُب‬
ُ ْ َْ
‫وا ِ ُ ا َ א ِ ُة‬
َ ْ َ
Hadits Lemah dan Palsu Seputar Ramadhan 121
“Lima hal yang membatalkan puasa dan mem-
batalkan wudhu: berbohong, ghibah, namimah,
melihat lawan jenis dengan syahwat, dan
bersumpah palsu.”
RIWAYAT HADITS: Hadits ini diriwayatkan
oleh Al Jauraqani di Al Abathil (1/351), oleh Ibnul
Jauzi di Al Maudhu’at (1131)
HUKUM HADITS: Hadits ini adalah hadits
palsu, sebagaimana dijelaskan Ibnul Jauzi di Al
Maudhu’at (1131), Al Albani dalam Silsilah Adh
Dhaifah (1708).
Yang benar, lima hal tersebut bukanlah PEM-
BATAL PUASA, namun PEMBATAL PAHALA
PUASA. Sebagaimana hadits:

، َ ْ َ ‫َ َ َ ِ ِ َوا‬ ‫َ ْ َ َ َ ْع َ ْ َل ا ُّ ْورِ َوا‬


ْ
ِ ِ
‫َ َ َ ّٰ َ א َ ً أَ ْن َ َ َع‬
ُ َ ‫َ َ א َ ُ َو َ َ ا‬ ْ
“Orang yang tidak meninggalkan perkataan
dusta dan mengamalkannya, serta mengganggu
orang lain, maka Allah tidak butuh terhadap
puasanya.” (HR. Bukhari, no. 6057)

122 Tuntunan Puasa Ramadhan dan Berhari Raya


PENUTUP

Inilah akhir dari kemudahan yang Allah berikan


kepada kami (penulis) untuk menghimpun sekaligus
menyusun pembahasan tentang puasa di bulan
Ramadhan beserta adab-adab berhari raya secara
ringkas disertai dengan pertanyaan-pertanyaan
yang kerap dibutuhkan jawabannya saat kita melak-
sanakan ibadah rutin setiap tahun ini. Sengaja kami
peringkasan pembahasan tentang puasa ini karena
jika kita kita menelaah kitab-kitab para Ulama ten-
tang hal ini maka dibutuhkan berjilid-jiliod untuk
mengumnpulkannya karena banyaknya pembahasan
dan khilaf (perbedaan pendapat) di dalamnya.
Saya persembahkan buku ini sebagai upaya
mengingatkan Kaum Muslimin secara umum dan
secara khusus bagi kami, sebagai tambahan ilmu
sehingga kita dapat memperbaiki ibadah kita dalam
rangka meraih predikat takwa yang telah Allah
janjikan dalam kitabnya, jika apa yang saya sampaikan
ada kekeliruan didalamnya , sesungguhnya yang
demikian itu dari diri saya sendiri dan dari syaithan.
Adapun jika benar, sesungguhnya kebenaran itu
datangnya dari Allah semata.
Penutup 123
Do’a penutup kami adalah

‫رب ا א‬ ‫ا‬
“Segala puji bagi Allah, Rabb sekalian Alam”

Buku ini disusun oleh


Abdullah bin Abdul Hamid Usman,
Sengata,
Pada tanggal 16 Sya’ban 1431 H/ 28 Juli 2010 M

124 Tuntunan Puasa Ramadhan dan Berhari Raya

Anda mungkin juga menyukai