Pada tahun ini (2022 M./1443 H.) terjadi perbedaan dalam penentuan awal bulan
Zulhijah antara pemerintah Indonesia dengan Saudi Arabia dan salah satu ormas di
negeri ini. Perbedaan ini berdampak pada kegamangan sebagian umat Islam terkait
puasa Arafah dan lain-lain. Penyebabnya adalah ketidaksingkronan antara wukuf di
Arafah dengan 9 Zulhijah di negeri kita, bagi yang mengikuti pemerintah. Dewan
Syariah Pusat (DSP) Partai Keadilan Sejahtera (PKS) merasa perlu memberikan
penjelasan mengenai tiga persoalan, yaitu: ketentuan memasuki awal bulan Zulhijah,
puasa Arafah atau 9 Zulhijah, dan Idul Adha serta pelaksanaan ibadah kurban.
2 |Bayan tentang Awal Zulhijah, Puasa Arafah, Serta Idul Adha dan Pelaksanaan Ibadah
Kurban, 2 Zulhijah 1443 H./1 Juli 2022 M.
C. IDUL ADHA DAN PELAKSANAAN IBADAH KURBAN
Pelaksanaan Idul Adha dilaksanakan secara otomatis pada tanggal 10 Zulhijah dan
ibadah kurban bisa dilaksanakan sejak tanggal 10 hingga 13 Zulhijah berdasarkan
ketetapan awal bulan Zulhijah.
1. Jika awal bulan Zulhijah sudah ditetapkan, kapan dianjurkan puasa Arafah, hari
Idul Adha, dan hari Tasyrik secara otomatis dapat diketahui.
2. Setiap orang harus secara konsisten berpegang pada penetapan awal Zulhijah
yang diikutinya karena akan berdampak pada haramnya melakukan ibadah
puasa, yaitu tanggal 10 Zulhijah. Sedangkan ibadah puasa pada tanggal 11-13
Zulhijah sebagian ulama mengharamkannya namun sebagian lain
memandangnya sebagai perbuatan yang makruh.
3. Bagi orang yang berniat untuk melaksanakan ibadah kurban, disunahkan untuk
tidak memotong kuku dan mencukur rambutnya. Hukum melakukan kedua
perbuatan ini adalah, sebagaimana dalam mazhab Imam Syafi’i yang diikuti oleh
banyak ulama kontemporer.
Demikian bayan ini disampaikan untuk menjadi rujukan bagi partai, anggota, serta umat
Islam secara umum dalam menyikapi perbedaan dalam penetapan awal bulan Zulhijah
dalam kaitannya dengan puasa tanggal 9 Zulhijah yang juga disebut sebagai puasa
Arafah, Idul Adha, dan pelaksanaan ibadah kurban. Mudah-mudahan Allah Swt.
memberikan taufik dan hidayah sehingga kita dapat menunaikan amal-amal terbaik
pada sepuluh hari pertama di bulan ini.
3 |Bayan tentang Awal Zulhijah, Puasa Arafah, Serta Idul Adha dan Pelaksanaan Ibadah
Kurban, 2 Zulhijah 1443 H./1 Juli 2022 M.
Lampiran Naskah Akademis:
AWAL ZULHIJAH, PUASA ARAFAH, SERTA IDUL ADHA DAN
PELAKSANAAN IBADAH KURBAN
Pada tahun ini (2022 M./1443 H.) terjadi perbedaan dalam penentuan awal bulan
Zulhijah antara pemerintah Indonesia dengan Saudi Arabia dan salah satu ormas di
negeri ini. Perbedaan ini berdampak pada kegamangan sebagian umat Islam terkait
puasa Arafah dan lain-lain. Penyebabnya adalah ketidaksingkronan antara wukuf di
Arafah dengan 9 Zulhijah di negeri kita, bagi yang mengikuti pemerintah. Dewan
Syariah Pusat (DSP) Partai Keadilan Sejahtera (PKS) merasa perlu memberikan
penjelasan mengenai tiga persoalan, yaitu: ketentuan memasuki awal bulan Zulhijah,
puasa Arafah atau 9 Zulhijah, dan Idul Adha serta pelaksanaan ibadah kurban.
4 |Bayan tentang Awal Zulhijah, Puasa Arafah, Serta Idul Adha dan Pelaksanaan Ibadah
Kurban, 2 Zulhijah 1443 H./1 Juli 2022 M.
Orang yang mengikuti keputusan pemerintah Indonesia bahwa awal Zulhijah jatuh
pada hari Jumat, 1 Juli 2022, berarti tanggal 9 Zulhijahnya jatuh pada hari Sabtu,
9 Juli 2022. Perbedaan itu sah dalam pelaksanaan ibadah dalam Islam. Perbedaan
ini pernah terjadi antara penduduk Madinah dengan syam dalam memulai puasa
Ramadan. Masing-masing berpegang pada hasil rukyahnya sendiri. Diriwayatkan,
pada akhir bulan Kuraib datang ke Madinah dan berkata kepada Ibn Abbas bahwa
Muawiyah dan penduduk Syam memasuki Ramadan pada hari Jumat berdasarkan
rukyah di Syam. Ibn Abbas berkata,
َ َ َ َ ُْ َّ َل ِك َّنا َ َرأ ْي َن ُاه َل ْي َل َة
ُ الس ْب ِت َف َال َن َز
ُ ال َن
وم َح َّتى نك ِم َل ثال ِث َين أ ْو ن َر ُاه
ُ ص
“Akan tetapi, kami melihatnya pada malam Sabtu. Kami terus berpuasa, hingga
kami selesaikan selama 30 hari atau kami melihat hilal Syawal.”
Kuraib berkata, “Tidakkah cukup rukyahnya Muawiyah dan orang Syam?” Ibnu
Abbas menjawab, “Tidak. Inilah yang diperintahkan oleh Rasulullah saw. kepada
kami.” (Muslim, no. 1087).
3. Hasil ijtihad pemerintah Saudi Arabia dalam menentukan awal bulan Zulhijah
tidak mengikat umat Islam di Indonesia. Demikian pula hasil ijtihad suatu ormas
tidak mengikat para pihak yang tidak menjadi bagian darinya.
An-Nawawi berkata, “Hadits Kuraib dari Ibnu Abbas menjadi dalil bahwa
pendapat yang kuat di kalangan mazhab Syafi’i, penglihatan rukyah (hilal) tidak
berlaku secara umum. Ia berlaku khusus untuk orang-orang yang terdekat, yaitu
selama masih dalam jarak belum diqasharnya shalat.” (Syarh Shahih Muslim,
7/175).
Syeikh Utsaimin, ulama Saudi Arabia, memfatwakan bahwa jika terjadi perbedaan
pendapat antara pemerintah negaranya dengan negara lain, penduduk negara lain
harus mengikuti keputusan pemerintahnya. Menurutnya, rukyah bisa berbeda
sesuai perbedaan titik penglihatan hilal (mathali). Misalnya, jika hilal telah dilihat
di Makkah dan hari ini di Makkah tanggal 9 Dzulhijjah, tetapi di negeri lain hilal
telah dilihat sehari sebelumnya, maka hari ini di tempat itu adalah tanggal 10
Zulhijah. Konsekwensinya, penduduk negeri tersebut tidak boleh berpuasa hari ini
karena bagi mereka sudah memasuki hari raya Idul Adha. Begitu pula berlaku
sebaliknya. Masing-masing mengikuti tanggal hijriahnya sendiri. Inilah pendapat
yang kuat (rajih) karena Nabi saw. bersabda, “Jika kamu melihatnya (hilal),
berpuasalah. Jika kamu melihatnya (hilal bulan Syawal), berhari rayalah.” Hal
ini sama dengan penentuan waktu shalat. Umat Islam sepakat bahwa mereka
menggunakan waktu terbit fajar dan terbenamnya matahari sendiri, sesuai lokasi
5 |Bayan tentang Awal Zulhijah, Puasa Arafah, Serta Idul Adha dan Pelaksanaan Ibadah
Kurban, 2 Zulhijah 1443 H./1 Juli 2022 M.
negeri mereka. Penetapan waktu bulanan sama seperti penetapan waktu harian.
(Utsaimin, Majmu Fatawa wa Rasail, No. 405).
4. Dewan Syariah Pusat menghormati keputusan semua pihak yang memiliki otoritas
dalam menentukan awal bulan Zulhijah, baik pemerintah maupun ormas. Namun,
karena pasti harus mengambil salah satunya, kami mengikuti ulil amri yang dalam
hal ini diwakili oleh Kementrian Agama RI.
a. Keharusan mengikuti Ulil Amri, yaitu pemerintah. Allah Swt. berfirman,
َ َ َ َ ْۚ ُ َْ ُ َّ َّللا َو َا ِط ْي ُعوا
َ ﴿ ٰٰٓي َا ُّي َها َّالذ ْي َن ٰا َم ُن ْٰٓوا َاط ْي ُعوا ه
الر ُس ْو َل َوا ِولى اْل ْم ِر ِم ْنك ْم ف ِا ْن ت َن َاز ْع ُت ْم ِف ْي ش ْي ٍء ف ُر ُّد ْو ُه ِ ِ
ً َْ َ َ ٰ ْٰ ْ َ ه َ َّ ُ ْ ْ ُ ْ ُ ْ ُ ْ ُ ْ َ ه
﴾ ࣖ اّٰلل َوال َي ْو ِم اْل ِخ ِۗ ِر ذ ِل َك خ ْي ٌر َّوا ْح َس ُن تأ ِو ْيال
ِ َّللا والرسو ِل ِان كنتم تؤ ِمنون ِب ِ ِالى
Wahai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nabi
Muhammad) serta ululamri (pemegang kekuasaan) di antara kamu. Jika
kamu berbeda pendapat tentang sesuatu, kembalikanlah kepada Allah (Al-
Qur’an) dan Rasul (sunahnya) jika kamu beriman kepada Allah dan hari
Akhir. Yang demikian itu lebih baik (bagimu) dan lebih bagus akibatnya (di
dunia dan di akhirat). (An-Nisa'/4:59)
b. Keharusan mengikuti pilihan mayoritas umat Islam. Rasulullah saw. bersabda,
َ َ َ ُ ْ ُ َ ْ َ ُ ْ ْ َ َ ُ ُ َ َ ْ َ ُ ْ َّ
ض ُّحو َن
َ ض َحى َي ْو َم ُت
ْ األالصوم يوم تصومون وال ِفطر يوم تف ِطرون و
“Berpuasa pada hari ketika mayoritas kamu berpuasa. Hari raya Idul Fitri
pada hari ketika mayoritas kamu melakukan Idul Fitri. Idul Adha pada hari
ketika mayoritas kamu beridul Adha.” (At-Tirmidzi, no. 697).
Menurut At-Tirmidzi, hadits ini menjelaskan bahwa ketentuan berpuasa dan
berbuka mengikuti jamaah dan mayoritas umat Islam (At-Tirmidzi, no. 697).
Pendapat ini dikuatkan oleh Al-Munawi (At-Taisir Bisyarhi Al-Jami As-
Shaghir, 2/208).
c. Pemihakan pada keputusan pemerintah dicontohkan oleh Abdullah bin Masud
dengan Khalifah Utsman bin Affan mengenai shalat jamak dan qashar di Mina.
Abdullah bin Mas’ud mengikuti pendapat Utsman, meskipun berbeda dengan
sunah yang dia dapatkan dari Rasulullah saw.
Dari Abdullah bin Yazid, Utsman bin Affan melaksanakan shalat di Mina
empat rakaat. Abdullah bin Masud mengingkarinya seraya berkata, “Aku dulu
shalat bersama Nabi saw. dua rakaat (qasar), begitu pula bersama Abu Bakar
dan Umar. Akan tetapi, Abdullah bin Masud sendiri melaksanakan shalat
empat rakaat. Sebagian orang bertanya kepadanya, “Engkau mengingkari apa
yang dilakukan oleh Utsman, tetapi engkau sendiri melaksanakan shalat empat
6 |Bayan tentang Awal Zulhijah, Puasa Arafah, Serta Idul Adha dan Pelaksanaan Ibadah
Kurban, 2 Zulhijah 1443 H./1 Juli 2022 M.
rakaat (mengikutinya)?” Abdullah bin Masud berkata, “Perselisihan itu
buruk.” (Abu Dawud, 2/1960).
7 |Bayan tentang Awal Zulhijah, Puasa Arafah, Serta Idul Adha dan Pelaksanaan Ibadah
Kurban, 2 Zulhijah 1443 H./1 Juli 2022 M.
Rasulullah saw. biasa berpuasa tanggal 9 Zulhijah, hari Asyura, tiga hari
setiap bulan, Senin pertama setiap bulan, dan dua kali Kamis. (An-Nasa'i,
No. 2417, hadits sahih)
f. Kegiatan wukuf di Arafah yang dilakukan Rasulullah saw. hanya terjadi pada
waktu haji wadak dan itu terjadi pada tahun 10 H. (Tarikh Khalifah bin
Khayat, hal. 94; Tafsir Ibn Katsir, 6/378), meskipun orang jahiliah
melakukannya. Sementara itu, puasa Arafah dan shalat Idul Adha sudah
disyariatkan sejak tahun ke-2 Hijriyah (Bulughul Amani, 6/119;
Subulussalam, 1/60). Hal ini menunjukkan bahwa patokan puasa Arafah
adalah tanggal 9 Zulhijah, bukan kegiatan wuquf di Arafah.
g. Dalam sejarah, haji pernah tidak dilaksanakan selama 40 kali karena berbagai
sebab, seperti konflik dan bencana. Meskipun begitu, ibadah puasa Arafah
dan Idul Adha tetap berlangsung seperti biasa.
h. Di antara ulama yang secara tegas menyebutkan bahwa puasa Arafah
berkaitan dengan tanggal 9 Zulhijah adalah Al-Kharasyi dan Ibn Abidin.
Al-Kharasyi mengatakan bahwa puasa Arafah ditentukan oleh tanggal 9
Zulhijah, bukan karena wuquf di Arafah. Dia berkata, ”Yang dimaksud
dengan lafal Arafah bukan tempat wukuf, tetapi waktu wukuf, yaitu 9
Zulhijah.” (Syarh Mukhtashar Al-Khalil, 2/234). Begitu pula dengan Ibn
Abidin. Dia mengatakan bahwa puasa Arafah terkait tanggal 9 Zulhijah,
bukan tempatnya. Menurutnya, jika disebut ‘arafah, artinya nama hari.
Namun, jika disebut ‘arafaat, artinya nama tempat (Hasyiyah Ibnu ‘Abidin,
2/177).
8 |Bayan tentang Awal Zulhijah, Puasa Arafah, Serta Idul Adha dan Pelaksanaan Ibadah
Kurban, 2 Zulhijah 1443 H./1 Juli 2022 M.
2. Setiap orang harus secara konsisten berpegang pada penetapan awal Zulhijah
karena tanggal 10 Zulhijah haram melaksanakan ibadah puasa. Sedangkan
ibadah puasa pada tanggal 11-13 Zulhijah sebagian ulama mengharamkannya,
namun sebagian lain memandangnya sebagai perbuatan yang makruh.
3. Bagi orang yang berniat untuk melaksanakan ibadah kurban, disunahkan untuk
tidak memotong kuku dan mencukur rambutnya. Hukum melakukan kedua
perbuatan ini adalah, sebagaimana dalam mazab Imam Syafi’i yang diikuti oleh
banyak ulama kontemporer.
َ َ َ ُ ْ َ َ َ ُ ْ َ ُ ُ ٌ َّ ْ ُ ُ َ ْ َ ُ ْ َ ْ َ َ َ َ َ َ ُ ُ َ ْ َ َ َ َ َ ُ ْ َ
ض ِح َى فال َيأخذ َّن ش ْع ًرا َوْل َي ْق ِل َم َّن ِإذا دخل العشر و ِعنده أض ِحية ي ِريد أن ي:عن أ ِم سلمة ترفعه قال
ُ
ظ ُف ًرا
Ummu Salamah berkata, Rasulullah bersabda, “Jika masuk sepuluh hari
pertama (bulan Zulhijah) dan dia memiliki hewan kurban yang akan disembelih,
janganlah dia mengambil rambut dan memotong kuku.” (Muslim, 6/1977)
Demikian bayan ini disampaikan untuk menjadi rujukan bagi partai, anggota, serta umat
Islam secara umum dalam menyikapi perbedaan dalam penetapan awal bulan Zulhijah
dalam kaitannya dengan puasa Arafah, Idul Adha, dan pelaksanaan ibadah kurban.
Mudah-mudahan Allah Swt. memberikan taufik dan hidayah sehingga kita dapat
menunaikan amal-amal terbaik pada sepuluh hari pertama di bulan ini.
9 |Bayan tentang Awal Zulhijah, Puasa Arafah, Serta Idul Adha dan Pelaksanaan Ibadah
Kurban, 2 Zulhijah 1443 H./1 Juli 2022 M.