Anda di halaman 1dari 9

RISALAH

Karies Gigi Pada Murid Sekolah Dasar Di Kota Tebing Tinggi


Oleh
Drg Lili Marliana
Dokter Gigi UPT Puskesmas Sri Padang Kota Tebing Tinggi
Sumatera Utara

I. LATAR BELAKANG

Kesehatan gigi dan mulut merupakan salah satu bagian yang tidak dapat di
pisahkan dari kesehatan tubuh secara keseluruhan. Perawatan gigi dan mulut secara
keseluruhan di awali dari kebersihan gigi dan mulut masing-masing pribadi. Salah
satu penyakit yang dapat timbul akibat tidak menjaga kesehatan gigi dan mulut
adalah karies.

Karies gigi terbentuk karena ada sisa makanan yang dibiarkan menempel di
gigi, yang pada akhirnya menyebabkan pengapuran pada gigi. Gigi jadi keropos
dan akhirnya berlubang atau patah.Anak-anak yang giginya mengalami karies gigi
akan kehilangan daya kunyah, sehingga pencernaanya terganggu.Gigi yang terkena
karies dan tidak terawat dengan baik akan berdampak buruk dengan gigi sehat yang
lainnya dan akan menjadi gigi karies yang sebelumnya akan menjadi lebih parah.
Komplikasi dari gigi berlubang bisa terjadi bila kuman yang sudah masuk melewati
saraf dan masuk ke akar gigi. Peradangan tersebut menyebabkan keluarnya eksudat
(nanah) sebagai produk peradangan yang dikeluarkan oleh tubuh ke permukaan
gusi melalui saluran yang disebut fistel (fistula).Infeksi kronis (menahun) pada satu
atau lebih gigi primer, bisa menyebabkan kerusakan gigi permanen yang sedang
berkembang dibawahnya (Sumawinata, 2008).
Anak prasekolah masih memiliki kebiasaan makan yang khas pada masa
todler, seperti makanan ringan dan pemilih makanan yang berasa kuat (Wong,
2009). Anak prasekolah sangat wajar untuk mencoba makanan baru, terutama
makanan manis. Mereka tidak tahu sedikitpun tentang kesehatan gigi maupun gigi
mereka yang sudah keropos. Akan sangat dikhawatirkan jika mereka akan menuju
ke komplikasi karies gigi dan merasa minder dengan gambaran dirinya. Orang tua
seharusnya menjadi peran perlindungan kesehatan gigi anaknya. Mereka harus
mengetahui dan paham tentang karies gigi anaknya. Kelalaian orang tua karena
kurang mengerti akan perawatan karies gigi anaknya mengakibatkan gigi susu anak
telat untuk tanggal sehingga tidak menutup kemungkinan untuk gigi tetap
dibawahnya tumbuh di tempat yang tidak semestinya. Gigi yang tidak beraturan
akan mengakibatkan anak menjadi kurang percaya diri, pemalu, dan kurang aktif
dalam lingkungan sosial. Infeksi pada gigi dan gusi akan terjadi bila karies gigi
sama sekali tidak dirawat dan tidak diperhatikan benar. Kewajiban orang tua yang
menjaga kesehatan giginya dan gigi anaknya, serta kewajiban orang tualah yang
menjaga senyum anak-anaknya.
Untuk kasus gigi berlubang (karies) pada anak-anak biasanya di jumpai
pada usia pra sekolah dan sekolah. Menurut hasil rekapan penjaringan kesehatan
murid sekolah dasar Dinas Kesehatan Kota Tebing Tinggi, pada tahun 2014 dari
3381 murid yang dijaring terdapat 2018 murid yang menderita karies. Tahun 2015
dari 3369 murid yang di jaring terdapat 2243 murid yang menderita karies. Tahun
2016 dari 3219 yang di jaring terdapat 1727 murid yang menderita karies. Untuk
hasil wawancara pada saat penjaringan dilakukan, di dapati hanya sebagian murid
yang melaksanakan sikat gigi malam hari sebelum tidur. Dan juga ditemui
kegemaran murid untuk memakan makanan yang manis dan lunak, sehingga hal ini
dapat mempengaruhi kebersihan gigi dan mulut mereka.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Karies gigi adalah suatu proses penghancuran setempat jaringan kalsifikasi


yang dimulai pada bagian permukaan gigi melalui proses dekalsifikasi lapisan
email gigi yang diikuti oleh lisis struktur organik secara enzimatis sehingga
terbentuk kavitas (lubang) yang bila didiamkan akan menembus email serta dentin
dan dapat mengenai bangian pulpa (Dorland, 2010). Karies gigi merupakan proses
kerusakan gigi yang dimulai dari enamel terus ke dentin. Proses tersebut terjadi
karena sejumlah faktor (multiple factors) di dalam rongga mulut yang berinteraksi
satu dengan yang lain. Faktor-faktor tersebut meliputi faktor gigi, mikroorganisme,
substrat dan waktu (Chemiawan, 2004).
Etiologi Terjadinya Karies Gigi
Karies terjadi bukan disebabkan karena satu kejadian saja seperti penyakit menular
lainnya tetapi disebabkan serangkaian proses yang terjadi selama beberapa kurun
waktu. Karies dinyatakan sebagai penyakit multifaktorial yaitu adanya beberapa
faktor yang menjadi penyebab terbentuknya karies (Chemiawan, 2004).

Ada tiga faktor utama yang memegang peranan yaitu faktor host atau tuan rumah,
agen atau mikroorganisme, substrat atau diet dan ditambah faktor waktu,yang
digambarkan sebagai tiga lingkaran yang bertumpang-tindih.

Untuk terjadinya karies, maka kondisi setiap faktor tersebut harus saling
mendukung yaitu tuan rumah yang rentan, mikroorganisme yang kariogenik,
substrat yang sesuai dan waktu yang lama (Chemiawan, 2004).

Faktor RisikoTerjadinya Karies Gigi

Faktor risiko karies gigi adalah faktor-faktor yang memiliki hubungan sebab akibat
terjadinya karies gigi atau faktor yang mempermudah terjadinya karies gigi.
Beberapa faktor yang dianggap sebagai faktor risiko adalah pengalaman karies gigi,
kurangnya penggunaan fluor, oral higiene yang buruk, jumlah bakteri, saliva serta
pola makan dan jenis makanan (Sondang, 2008).

Prevalensi Karies Gigi pada Anak


Usia 5-12 tahun merupakan kelompok usia yang rentan terhadap karies. Anak-anak
lebih cenderung suka terhadap makanan yang mengandung banyak gula, sedangkan
gula merupakan sumber diet terbesar yang dapat menyebabkan karies. Kebiasaan
makan diantara waktu makan juga sangat berpengaruh terhadap karies pada anak-
anak. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang menyatakan bahwa banyaknya
asupan gula harian lebih besar hubungannya dibanding dengan frekuensi makan
makanan yang mengandung gula.
Hubungan gula dalam snack dengan karies lebih besar dibanding total diet karena
snack lebih sering dimakan dalam frekuensi tinggi dan makanan kariogenik yang
sering dimakan di antara dua waktu makan yang mempunyai ciri-ciri pH rendah,
mengandung gula tinggi dan lengket. Hampir semua anak menyukai makanan
minuman kariogenik yang merupakan faktor resiko terhadap karies. Selain itu,
anak-anak juga cenderung malas membersihkan rongga mulutnya sehingga plak
dapat dengan mudah terbentuk yang akhirnya menyebabkan karies (Hamrun,2009).

Kejadian karies gigi lebih banyak ditemukan pada anak-anak usia sekolah dasar.
Usia yang paling rentan terhadap kejadian gigi berlubang antara 4-10 tahun yaitu
pada gigi primer, sedangkan pada gigi sekunder antara usia12-18 tahun (Wong,
dkk, 2009).

Pencegahan Karies Gigi


Karies gigi adalah penyakit yang dapat dicegah. Pencegahan ini meliputi seluruh
aspek kedokteran gigi yang dilakukan oleh dokter gigi, individu dan masyarakat
yang mempengaruhi kesehatan rongga mulut. Sehubungan dengan hal ini,
pelayanan pencegahan difokuskan pada tahap awal, sebelum timbulnya penyakit
(pre-patogenesis) dan sesudah timbulnya penyakit (patogenesis) (Angela, 2005).

Hugh Roadman Leavell dan E Guerney Clark (Leavell dan Clark) dari Universitas
Harvard dan Colombia membuat klasifikasi pelayanan pencegahan tersebut atas 3
yaitu pencegahan primer, sekunder dan tersier (Rethman,2000).

a. Pencegahan Primer : dengan cara penyuluhan cara menyikat gigi dan cara
pemakaian dental floss (benang gigi). Untuk anak sekolah dasar yang paling
mudah untuk di terapkan adalah teknik sirkuler atau fones technic.
b. Pencegahan Sekunder : contohnya penambalan lesi karies.
c. Pencegahan Tersier : seperti pembuatan prothesa gigi untuk mencegah
kehilangan fungsi dari gigi.
Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS)
UKGS adalah bagian integral dari Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) yang
melaksanakan pelayanan kesehatan gigi dan mulut secara terencana, pada para
murid terutama muridSekolah Tingkat Dasar (STD) dalam suatu kurun waktu
tertentu, diselenggarakan secara berkesinambungan melalui paket UKS yaitu paket
minimal, paket standar dan paket optimal (Amaniah, 2009).

Kegiatan UKGS
1.Kegiatan promotif, meliputi:
a.Pelatihan guru dan tenaga kesehatan dalam bidang kesehatan gigi.
b.Pendidikan atau penyuluhan kesehatan gigi dan mulut dilakukan
oleh guru atau tenaga kesehatan.

2.Kegiatan preventif, meliputi:


a.Sikat gigi masal minimal untuk kelas I, II dankelas III dengan
memakai pasta gigi yang mengandung fluor minimal 1 kali per bulan.
b.Penjaringan kesehatan gigi dan mulut.

3.Kegiatan kuratif, meliputi:


a.Pengobatan darurat untuk menghilangkan rasa sakit
b.Pelayanan medik gigi dasar
c.Pencabutan gigi sulung yang sudah waktunya tanggal
d.Rujukan bagi yang memerlukan (Amaniah, 2009)

Karies gigi yang sering di jumpai pada murid sekolah dasar merupakan suatu
permasalahan yang sering terjadi. Untuk Kota Tebing Tinggi pada pelaksanaan
penjaringan yang setiap tahun dilakukan di dapati hasil sebagai berikut :
NO TAHUN SASARAN JUMLAH JUMLAH PERSENTASE
YANG YANG %
TERJARING MENDERITA
KARIES
1 2014 3647 3381 2108 62,34
2 2015 3630 3369 2243 66,57
3 2016 3450 3219 1727 53,65
Tabel 1. Hasil rekapan penjaringan kesehatan murid sekolah dasar Dinas Kesehatan
Kota Tebing Tinggi

PERSENTASE KARIES PADA MURID SD BERDASARKAN


HASIL PENJARINGAN KESEHATAN
DI KOTA TEBING TINGGI

2016
53.65
2015
66.57
2014
63,34
0 10 20 30 40 50 60 70

Gambar 1. Persentase karies pada murid SD berdasarkan hasil penjaringan di Kota


Tebing Tinggi

Menurut hasil pemeriksaan berkala yang dilaksanakan pada murid sekolah dasar
kelas II sampai dengan kelas VI pada wilayah kerja Puskesmas Sri Padang di dapati
hasil sebagai berikut :

Total murid Murid yang Murid yang


diperiksa mengalami karies
Penjaringan 2014 169 147 ( 87%) 104(71%)
(kelas I)
Berkala 2015 158 145 (92%) 123 (85%)
(kelas II)
Berkala 2016 156 136 (87%) 110 (81%)
(kelas III)
Tabel 2. Data penjaringan 2014 dan pemeriksaan berkala 2015 kelas II, serta
pemeriksaan berkala 2016 kelas III.
Total murid Murid yang Murid yang
diperiksa mengalami karies
Penjaringan 2015 176 165 (94%) 156 (95%)
(kelas I)
Berkala 2016 178 147 (83%) 137 (93%)
(kelas II)
Tabel 3. Data penjaringan 2015 dan pemeriksaan berkala 2016 kelas II

HA SI L PE ME RI KSA A N BE RK A LA 2 0 1 5 DA N 2 0 1 6
DI BA NDI NG K A N DE NG A N HA SI L PE NJA RI NG A N 2 0 1 4
murid yg di periksa murid yg karies
92%
87%

87%
85%

81%
71%

PENJARINGAN 2014 (KLS I) BERKALA 2015 (KLS II) BERKALA 2016 (KLS III)

Gambar. 2. Persentase hasil pemeriksaan berkala 2015 dan 2016


dibandingkan
HASIL PEMERIKSAAN BERKALA DIBANDINGKAN HASIL
PENJARINGAN KESEHATAN
96%
94%
92%
90%
88%
86%
84%
82%
80%
78%
76%
penjaringan 2015 (kls I) berkala 2016 (kls II)

murid yg diperiksa murid yg karies

Gambar 3. Hasil pemeriksaan berkala 2016 dibandingkan dengan hasil


penjaringan 2015

Dari hasil analisa data dapat disimpulkan bahwa masih tingginya angka karies pada
murid sekolah dasar di Kota Tebing Tinggi.

III. INOVASI

Untuk mengatasi tingginya anka karies pada murid Sekolah Dasar di Kota
Tebing Tinggi, Puskesmas Sri Padang Kota Tebing Tinggi telah melaksanakan
beberapa kegiatan UKGS, antara lain :

 Melaksanakan penjaringan kesehatan murid sekolah dasar dan tingkat


lanjutan setiap tahunnya.
 Melaksanakan pemeriksaan berkala kepada murid SD setiap tahunnya.
 Melaksanakan kegiatan sikat gigi massal.
 Melaksanakan pelatihan dokter kecil / dokter gigi kecil.
 Melaksanakan pencabutan gigi sulung yang memang sudah waktunya
tanggal di pusksemas.
 Melaksanakan penyuluhan kesehatan gigi dan mulut kepada guru
IV. KESIMPULAN

Ada beberapa kesimpulan yang dapat di ambil dari permasalahan yang telah di
kemukakan antara lain :

1. Waktu menyikat gigi yang baik adalah pagi hari setelah sarapan dan
malam hari sebelum tidur.
2. Teknik menyikat gigi yang paling mudah untuk di lakukan anak-anak
adalah teknik Sirkuler (Fones Technic).
3. Hendaknya selektif dalam pemilihan makanan yang baik untuk
kesehatan gigi dan mulut.
4. Perlunya dukungan dari orang tua untuk perubahan perilaku anak dalam
hal menyikat gigi.
5. Hendaknya rutin untuk memeriksakan gigi dan mulut ke dokter gigi
atau puskesmas minimal 6 bulan sekali.
6. Dalam pelaksanaan kegiatan penjaringan dan pemeriksan berkala di
dapati beberpa hambatan antara lain : hanya sebagian anak saja yg
datang ke puskesmas untuk menindaklanjuti hasil pemeriksaan yang
telah di berikan. Hal ini mungkin di karenakan masih banyak anak-anak
yang takut untuk berobat ke dokter gigi ataupun dikarenakan kesibukan
orangtua sehingga tidak sempat membawa anaknya ke puskesmas.

Anda mungkin juga menyukai