Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


MENGANALISIS HUKUM DAN SIKAP HUKUM
TRANSFUSI DARAH
DOSEN PENGAMPU : Muh.Addarunnafis ,S.Pd.,M.Pd

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 4
1. NURUL AULYA ( 2304030)
2. SAHBIL (2304038)
3.RENDY RAHMAWAN (2304034)
4.RISMAN MUFLIHUN (2304035)
5.ADAM JULFA (2304046)

PRODI SISTEM DAN TEKNOLOGI INFORMASI

UNIVERSITAS MBOJO BIMA


2023
A. PENDAHULUAN

Manusia merupakan makhluk sosial yang notabenenya mengharuskan seseorang


manusia itu untuk menolong manusia yang lain, apalagi itu terkait dengan masalah
nyawa. Tentunya hal itu dilakukan sesuai dengan kemampuan dan tidak merugikan
pihak mana pun.

Transfusi darah merupakan salah satu wujud kepedulian kita kepada sesama manusia.
Secara sosiologis, masyarakat telah lazim melakukan donor darah untuk kepentingan
pelaksanaan transfusi, baik secara sukarela maupun dengan menjual kepada yang
membutuhkannya.

Keadaan ini perlu ditentukan status hukumnya atas dasar kajian ilmiah. Masalah
transfusi darah adalah masalah baru dalam hukum Islam, karena tidak ditemukan
hukumnya dalam fikih pada masa-masa pembentukan hukum Islam. Al- Qur'an dan
Hadis pun sebagai sumber hukum Islam, tidak menyebutkan hukumnya, sehingga
pantaslah hal ini disebut sebagai masalah ijtihadi guna untuk mengetahui hukum
transfusi darah menurut Islam.1

1
Lenny Herlina, PENDIDIKAN AGAMA ISLAM INTERDISIPLINER BERMUATAN MODERASI UNTUK
DISIPLIN ILMU KEDOKTERAN dan KESEHATAN,(Jakarta: KENCANA 2022),hlm.126
B. ISI
1. Pengertian

a. Menurut bahasa

Transfusi darah adalah proses mentransfer darah atau darah berbasis produk dari
satu orang ke dalam sistem peredaran darah orang lain.2

Dalam bahasa Indonesia, pelayanan transfusi darah adalah upaya pelayanan


kesehatan berupa pemberian darah/komponen darah kepada pasien untuk tujuan
penyembuhan penyakit dan atau pemilihan kesehatan3

b. Menurut istilah

transfusi darah adalah proses pemindahan darah dari seseorang yang sehat (donor)
ke orang sakit (resipien), dimana darah yang dipindahkan dapat berupa darah
lengkap dan komponen darah.Transfusi darah dilakukan untuk menyelamatkan
pasien dalam keadaan darurat tertentu.4

c. Menurut ahli

Kata transfusi darah adalah terjemahan dari “blood transfution” yang berasal dari
bahasa Inggris. Seorang dokter dari Arab menerjemahkan dengan “pemindahan
darah yang disebabkan suatu kebutuhan medis”.
2
Umi Ulfiyah, Memahami Seluk Beluk Transfusi Darah dan Bank Darah (Jakarta: Adhi Aksara Abadi
Indonesia 2014) hlm.4
3
https://id.wikipedia.org/wiki/Transfusi_darah, di akses pada 12 Oktober 2023, pukul 11.30
4
https://rsudza.acehprov.go.id/tabloid/2016/10/13/transfusi-darah/, di akses pada 12 Oktober 2023 pukul
11.50
Kemudian diartikan dengan istilah “memindahkan lalu menuangkan darah” oleh
Dr. Ahmad Sofyan. Lalu kemudian dirumuskannya definisi transfusi darah dengan
makna, “memindahkan-menuangkan darah artinya memasukkan darahnya melalui
pembuluh darah kepada orang lain yang dibantunya”

Adapun definisi transfusi darah menurut Syekh Al-Husain Muhammad Makhluf


mengatakan yaitu “Transfusi darah merupakan mengambil manfaat dari darah
seseorang, yaitu yang sehat tubuhnya lalu dipindahkannya ke tubuh orang yang
sakit karena untuk mempertahankan hidup”.5

Menurut Keperawatan :

Transfusi darah atau blood transfution (bahasa Inggris) adalah memindahkan darah
dari seseorang kepada orang lain dalam rangka menyelamatkan jiwanya. Darah
adalah jaringan cair yang terdiri dari dua bagian, yaitu cairan yang disebut dengan
plasma dan sel darah.6

2. Dalil ( Al-Qur’an/Hadis)

Mufti Syafi' mengatakan bahwa melakukan transfusian darah ke dalam peredaran tubuh
orang lain adalah haram hukumnya, karena darah adalah benda najis.Dasar yang beliau
jadikan pijakan dalam mengeluarkan fatwa ini adalah pendapatnya Imam as-Syafi'i dalam
kitab al-Um sebagai berikut: “Jika seseorang memasukkan darah ke dalam kulitnya,
kemudian darah itu berkembang (fanabata ‘alaih), maka darah tersebut wajib dikeluarkan
dan ia wajib mengganti shalatnya yang sudah ia lakukan setelah memasukkan darah
tersebut."

Dalil lain tentang kenajisan darah manusia adalah hadis Bukhari dan Muslim dari Asma’
ra., ia berkata:

5
Heny Lutfiana Hamdi, Achmad fageh,”TRANFUSI DARAH DALAM TIMBANGAN FIKIH: Antara Najis
dan Masalah Prespektif Kaidah al- Darat Yuzal”,Vol.15 No.1,(Juni 2021),hlm.15
6
https://repository.uin-suska.ac.id/3557/3/BAB%20II.pdf, di akses pada 12 Oktober 2023, pukul 12.07
:
‫َف َق َل ْت ْح َد َن ُي ُب َث ْو َب َه ْن َد ْل َح ْي َض َك ْي َف‬
‫ا‬ ‫ا‬ ‫ي‬ ‫ا‬ ‫ا‬ ‫ا‬ ‫وسلم‬ ‫عليه‬ ‫هللا‬ ‫صلى‬ ‫ي‬ ‫َج اَء ْت اْم َر َأ ٌة َل ى الَّن‬
‫ِة‬ ‫ِم ِم‬ ‫ِص‬ ‫ِإ‬ ‫ِب‬ ‫ِإ‬
‫َت ْص َن ُع‬

‫ َت ْح ُتُه ُث َّم َتْق ُر ُص ُه اَمْلا ُث َّم َت ْن َص ُح ُه ُث َّم ُت َص‬: ‫؟ َق اَل‬


‫ِّل ي ِف ْي ِه‬ ‫ِب ِء‬ ‫ِب ِه‬

“Seorang wanita datang kepada Nabi saw dan berkata:” Salah seorang dari kami
pakaiannya terkena darah haidh, apa yang harus ia perbuat?” Nabi saw bersabda:
“kupas dan lepaskan darah itu lalu kerok dengan ujung jari dan kuku sambil dibilas air,
kemudian cuci dan shalat dengannya" (HR. Bukhari Muslim)

Bahwa wanita tersebut diperintahkan oleh Nabi saw untuk mencucinya sebelum ia shalat
menggunakan pakaian itu adalah dalil kenajisan darah. Adapun dalil keharaman memakan
dan meminumnya adalah firman Allah swt:

‫َل ْل ْن‬ ‫َل ُك َمْل َة‬


]173/‫[البقرة‬... ‫ِإ َّن َم ا َح َّر َم َع ْي ْم ا ْي َت َو الَّد َم َو ْح َم ا ِخ ِز ير‬

"Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging babi......."


(QS. Al- Baqarah[02]:173).

‫ْن‬ ‫َأ َل‬ ‫َأ‬ ‫ُق ْل اَل َأ ُد َم ُأ َي َل َّي ُم َح َّر ًم َع َل َط َي ْط َع ُم ُه اَّل َأ ْن َي ُك َن َم ْي َت ًة‬
‫ْو َد ًم ا َم ْس ُف وًح ا ْو ْح َم ِخ ِز ٍري‬ ‫و‬ ‫ِإ‬ ‫ا ى اِع ٍم‬ ‫ِج ِف ي ا وِح ِإ‬
‫َغ‬ ‫َف َم اْص َط َّر َغ ْي َر َب ا َو اَل َع ا َف َّن‬ ‫َف َّنُه ْج ٌس َأ ْو ْس ًق ُأ َّل َغ ْي َّل‬
/‫َرَّب َك ُف وٌر َر ِح يٌم [األنعام‬ ‫ِإ‬ ‫ٍد‬ ‫ِغ‬ ‫ِف ا ِه ِل ِر ال ِب ِن‬
‫ِه‬ ‫ِه‬ ‫ِإ ِر‬
]145

Katakanlah: "Tiadalah aku peroleh dalam wahyu yang diwahyukan kepadaku, sesuatu
yang diharamkan bagi orang yang hendak memakannya, kecuali kalau makanan itu
bangkai, atau darah yang mengalir atau daging babi -karena sesungguhnya semua itu
kotor- atau binatang yang disembelih atas nama selain Allah. Barang siapa yang dalam
keadaan terpaksa sedang dia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas,
maka sesungguhnya Tuhanmu Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS al-An’am
[6]: 145)
Dari ayat di atas jelas bahwa darah haram untuk dikonsumsi karena darah dan semacamnya
itu adalah rijsun (kotor). Kenajisan tersebut dikuatkan oleh Nabi dalam sabdanya yang
diriwayatkan oleh Imam al- Bukhari dari Jabir bin Abdullah ra., bahwa ia mendengar
Rasulullah saw pada hari Fath Mekah pada saat di Mekah Beliau bersabda:

‫َّل َأ َأ‬ ‫َف‬ ‫ْل ْن‬ ‫َمْل‬ ‫ْل َخ‬ ‫َّن الَّل َه َو َر ُس وَل ُه َح َّر َم‬
‫َبْيَع ا ْم ِر َو ا ْي َت ِة وا ِخ زيِر واألصنام ِق يَل َي ا َر ُس وَل ال ِه َر ْي َت شُح وم امليتة‬ ‫ِإ‬
‫َو ُي ْذ َه ُن َه ا اْل ُج ُل وُد َو َي ْس َت ْص ُح َه ا الَّن اُس َف َق اَل اَل ُه َو َح َم ُث َق ُس ُل‬ ‫َف َّن َه ا ُي طَل ي َه ا الَّس ْف ُن‬
‫َر ا َّم اَل َر و ِهللا‬ ‫ِب ِب‬ ‫ِب‬ ‫ِب‬ ‫ِإ‬
‫َد َذ َك َق َت َل َّل ُه ْل َيُه َد َّن َّل َه َّمَل َح َّر َم ُش ُح َم َم ُل ُه ُث َّم َب ُع ُه َف َأ َك ُل‬ ‫َص َّل ى الَّل ُه َع َل ْي َو َس َّل َم‬
‫وا‬ ‫ا و‬ ‫و ها ج و‬ ‫ِع ن ِل ا ال ا و ِإ ال ا‬ ‫ِه‬
‫َث َم َنُه‬

"Sesungguhnya Allah dan Rasul-Nya mengharamkan menjual khamr, bangkai, babi dan
berhala. Lalu dikatakan: ya Rasulullah bagaimana pendapatmu dengan lemak bangkai,
itu bisa untuk memvernish kapal, melumasi kulit dan dipakai orang untuk penerangan".
Maka Rasul saw bersabda: "tidak, lemak bangkai itu haram" kemudian pada saat
demikian Rasulullah saw bersabda: "celakalah Yahudi, ketika Allah mengharamkan lemak
hewan lalu mereka jadikan samin kemudian mereka jual dan mereka makan harganya."
(HR. Bukhari27)
Ketidak bolehan ini karena manusia dilarang mencari kesembuhan dengan benda najis,
sebab banyak sekali anjuran dari Rasul untuk berobat dengan benda yang suci. Dasar yang
mereka jadikan dalil adalah hadis Nabi saw:

‫َف‬ ‫ُك‬ ‫َق‬


‫اَل َر ُس وُل هللا صلى هللا عليه وسلم إن هللا أنَزَل الَّد اَء َو الَّد َو اة َو َج َع َل ِل ِّل َد اٍء َد واَء َتَد اَو ْو ا‬

‫وال تداووا بحرام‬


"Rasulullah saw bersabda: Allah menurunkan penyakit dan obat, dan Dia menjadikan
bagi setiap penyakit ada obatnya, maka berobatkal kalian dan jangan berobat dengan
barang haram. "(HR. Abi Daud)

Maka dari itu, darah tidak bisa dibuat sebagai alat untuk menyembuhkan penyakit sebab
dengan berobat menggunakan darah maka dia sama saja berobat dengan yang diharamkan
oleh Allah dan Rasulnya. Dalam hal ini, Ibnu Mas'ud berkata bahwa Allah tidak akan
menjadikan kesembuhan pada kalian dengan apa-apa yang Dia haramkan.
Berbeda dengan pandangan di atas bahwa boleh melakukan transfusi darah dengan alasan
dharurat demi menjaga kehidupan manusia (hifd an- Nafs). Dasar yang dijadikan dalil
adalah analogi antara air susu dan darah. Air susu keluar secara alamiah (ketika bayi
menetek pada payudara ibunya) dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari tubuh
ibu. Air susu berfungsi sebagai makanan bagi bayi setelah masuk ke dalam perutnya.
Sementara syari'at sangat mengakui arti pentingnya ASI bagi bayi. Adapun darah diambil
dari tubuh manusia dengan jarum, tanpa mengiris bagian tubuh ditransfusikan ke dalam
tubuh orang lain untuk menjaga kehidupan bagi orang yang sudah emergensi. Dengan
demikian, meskipun darah merupakan benda najis, namun mendonorkan darah untuk
ditrasfusikan ke orang lain hukumnya ja'iz (boleh) karena dharurat. Sama halnya dengan
memanfaatkan benda najis sebagai obat.

Allah berfirman:

‫َّن َم ا َح َّر َم َع َل ْي ُك ُم اَمْلْي َت ُة َو الَّد َم َو َل ْح َم اْل ْن ي َو َم ا ُأ َّل َغ ْي هللا َف َم اْص َط َّر َغ ْي َر َب ا َو اَل َع اٍد َف اَل ْث َم‬
‫ِإ‬ ‫ِغ‬ ‫ِن‬ ‫ِه ِب ِه ِل ِر‬ ‫ِخ ِز ِر‬ ‫ِإ‬
‫ُف‬ ‫َغ‬ ‫َهللا‬ ‫َّن‬ ‫َل‬ ‫َع‬
]173 /‫وٌر َر ِح يٌم [البقرة‬ ‫ِه ِإ‬
‫ْي‬

"Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai,darah, daging babi, dan


binatang yang (ketika disembelih) disebut (nama) selain Allah. Tetapi barang siapa dalam
keadaan terpaksa (memakannya) sedang dia tidak menginginkannya dan tidak (pula)
melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun
lagi Maha Penyayang." (QS. Al-Baqarah[02]:173).

Menurut Mufti Syafi',pembolehan ini harus memenuhi beberapa ketentuan berikut:


a. Transfusi hanya boleh dilakukan ketika ada kebutuhan mendesak untuk itu. Artinya
harus ada kekawatiran dari seorang dokter yang kompeten di bidangnya bahwa
pasien sedang terancam jiwanya dan tidak ada jalan lain untuk menyelamatkannya
kecuali dengan transfusi darah.
b. Ketika tidak terdapat kondisi yang membahayakan nyawa pasien, dan dalam
pandangan dokter ahli pasien tersebut tidak akan sembuh kecuali dengan
ditransfusikan darah.
Dalil lain yang mendukung kebolehan transfusi darah adalah kaidah-kaidah fiqh, antara
lain:

‫اَملْش ُق ُة َت ْج ِل ُب الَّتْي ِس يَر‬

"Kesulitan dapat mendatangkan pada kemudahan. "

Agama Islam membolehkan hal-hal yang makruh dan yang haram bila berhadapan dengan
hajat dan darurat.Dalam konteks jual beli darah untuk kebutuhan transfusi sangat besar
manfaatnya. Yaitu untuk menjaga dan menyelamatkan nyawa seseorang. Allah berfirman:

‫َف َك َأ َأ‬ ‫َأ‬


]32/ ‫َو َم ْن ْح َي اَه ا َّن َم ا ْح َي ا الَّن اَس َج ِم يًع ا [املائدة‬

"Dan barang siapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia
telah memelihara kehidupan manusia semuanya." (QS. Al- Maidah[05]: 32]

Yang demikian itu sesuai pula dengan tujuan Syari'at Islam, yaitu bahwa sesungguhnya
Syari'at Islam itu baik dan dasarnya ialah hikmah dan kemaslahatan bagi umat manusia,
baik di dunia maupun di akhirat.

Kemaslahan yang terkandung dalam mempergunakan darah dalam transfusi adalah untuk
menjaga keselamatan jiwa seseorang yang merupakan hajat manusia dalam keadaan
darurat, karena tidak ada bahan lain yang dapat dipergunakan untuk menyelamatkan
jiwanya. Sebagaimana kaidah fiqh:
‫ُت ُح َمْلْح ُظ َر‬
‫الضروريات ِب ي ا و اِت‬

"Kondisi-kondisi darurat dapat memperbolehkan pada hal-hal yang dilarang. "

Kondisi darurat bisa membolehkan hal-hal yang dilarang dan bisa menghapus dosa dari
perbuatan tersebut. Jadi transfusi darah sudah menjadi alternatif terakhir dari pengobatan
untuk menjaga dan menyelamatkan kehidupan manusia. Maka dalam hal ini najis pun
seperti darah, boleh dipergunakan untuk mempertahankan hidup manusia.
‫ال خراَم َم َع الَّض ُر َو َر َو اَل َك َر اَه ًة َم َع ْل َح َج‬
‫ا ا ِة‬ ‫ٍة‬

Artinya: “tidak ada keharaman dalam darurat, tidak ada kemakruhan dalam hajat”

Kedudukan kaidah tersebut menjelaskan bahwa Agama Islam membolehkan hal-hal yang
haram bila berhadapan dengan hajat manusia dan darurat. Dengan demikian transfusi darah
untuk menyelamatkan seorang pasien dibolehkan karena hajaat dan keadaan darurat.7

3. Hukum
a. Menurut Lembaga MUI

Fatwa MUI perihal Donor Darah dan Transfusi Darah Para Alim Ulama Indonesia yang
meninjau soal Transfusi Darah dan ilmu Kedokteran dan Hukum Agama Islam, telah
menuangkan keputusannya dalam fatwa Nomor 6 Tahun 1956 tertanggal 2 Oktober
1956 dari Majelis Pertimbangan Kesehatan dan Syara' Depkes RI, telah memutuskan
sebagai berikut:

1) Bahwa yang diharamkan mengenai darah dalam Al-Qur'an adalah memakan dan
meminumnya yaitu memasukkan melalui kerongkongan.

2) Alim ulama berpendapat bahwa haramnya darah adalah beralasan karena darah itu
najis. Dari penyelidikan limu Kedokteran sekarang ternyata Darah yang
dikeluarkan dengan suntikan pemindahan darah sudah diperiksa dari segi dan
dipilih sangat bermanfaat untuk jadi obat. Diantara penyakit ada yang tidak dapat
diobati kecuali dengan satu satunya jalan yaitu dengan menambahkan darah yang
sehat dan cocok kepada darah seseorang yang sakit yaitu penyakit kekurangan
darah(Anemia) luka parah karena kecelakaan, operasi besar dan sebagainya.
Memasukkan darah dengan suntikan pemindahan darah, tidaklah sama dengan
memasukkannya dengan jalan memakan dan meminumnya baik salurannya
maupun akibat atau hasilnya.
7
Saini,”Donor dan Jual Beli Darah untuk Transfusi Perspektif Hukum Islam Respon Hukum Islam terhadap
Praktik Donor dan Transfusi Darah serta jual Beli Darah untuk Transfusi dalam bingkai Hifd an-
Nafs(menjaga jiwa)” Vol.4 No.1,( Juni 2022)hlm 9-13
3) Berobat dengan darah boleh hukumnya karena tidak ada nash yang sharih dari Al-
Qur'an dan Hadist mengenai Haramnya darah buat jadi obat, Najisnya darah,
Larangan berobat dengan najis.

4) Karena darah itu ada manfaatnya bahkan ada kalanya orang berobat dengan darah
dengan jalan memindahkan darah yang sehat dan cocok maka tetaplah pengobatan
dengan pemindahan darah(transfusi) itu boleh hukumnya.

5) Dalam keadaan darurat yang tidak ada obat lagi kecuali darah sehingga si sakit
hanya dapat diselamatkan jiwanya dengan pemindahan darah maka pengobatan
dengan darah itu tidak saja boleh bahkan wajib hukumnya.

6) Darah hukumnya haram/diminum dan atau najis bila dari padanya diambil manfaat
yang halal menurut hukum syara' tidak untuk dimakan/diminum, umpamanya untuk
penambah darah orang yang menderita penyakit kurang darah (jadi obat) boleh
dihibahkan (diberikan dengan cuma-cuma) atau diberikan dengan penggantian
kerugian.8

b. Menurut Nahdlatul Ulama


Pada tahun 1941, NU mengeluarkan fatwa yang membolehkan transfusi darah karena
dianggap sebagai ikhtiar untuk menolong atau mengobati orang sakit.
Para pelaku peperangan sebagian besar mengalami pendarahan hebat disebabkan
terkena tembak maupun serangan yang lain. Hal ini menjadi perhatian para ulama
Indonesia yang tergabung di MIAI (al-Majlisul Islami A’la Indonesia) untuk membahas
bagaimana hukum transfusi darah untuk kepentingan perang dan penjajahan.

MIAI merupakan wadah semua kelompok umat Islam Indonesia yang didirikan oleh
KH Abdul Wahab Chasbullah dan KH Ahmad Dahlan (tokoh NU yang pernah menjadi
wakil Hadratussyekh Hasyim Asy’ari dalam kepengurusan NU 1926) pada 12-15 Rajab
1356 H (18-21 September 1937) di Pondok Kebon dalem Surabaya, Jawa Timur.
Kedua tokoh pendiri NU itu dibantu oleh KH Mas Mansur Pimpinan Muhammadiyah
serta W. Wondoamiseno dari Syarikat Islam (SI).
Kedua tokoh pendiri NU itu dibantu oleh KH Mas Mansur Pimpinan Muhammadiyah
serta W. Wondoamiseno dari Syarikat Islam (SI).
Para tokoh NU berperan penting dalam kemajuan badan federasi perkumpulan Islam
itu. Agenda cukup sentral dalam organisasi tersebut di antaranya Kongres Al-Islam.
8
https://www.academia.edu/20338506/Fatwa_MUI_perihal_Donor_Darah_dan_Transfusi_Darah, di akses
pada 14 Oktober 2023, pukul 21.16
Namun, para tokoh NU mengubah istilah tersebut dengan Kongres Muslimin Indonesia
(KMI) untuk menunjukkan bahwa umat Islam di Indonesia kuat meski terbagi menjadi
beberapa kelompok.
Singkatnya, puncak perjuangan MIAI terlihat pada KMI ketiga pada 5-8 Juli 1941 di
Solo, Jawa Tengah. Kongres ini didahului sidang pleno Dewan MIAI untuk membahas
persoalan penting dan mendesak di antaranya, 1) perubahan tata negara; 2) soal milisi;
dan Bloodtransfoesie (pemindahan/transfusi darah).
untuk persoalan bloodtransfoesie terjadi perbedaan pendapat yang cukup sengit antara
Persatuan Islam (Persis), PB PII, dan HBNO.
Dalam perdebatan tersebut, Persis membolehkan bloodtransfoesie karena hal itu (sama
halnya dengan) ikhtiar menolong atau mengobati orang sakit, terutama yang
kekurangan darah dengan cara memindahkan darah dari orang yang sehat kepada orang
yang sakit. Namun, atas persoalan bloodtransfoesie ini, HBNO dan PB PII memberikan
dua alternatif.

Pertama, pemindahan darah ke lain tubuh yang kekurangan darah guna pengobatan,
maka hukumnya seperti pemberian. Kedua, jika karena pemberian itu akan terjadi
suatu perkara terlarang, misalnya untuk peperangan yang tidak diridhoi Allah SWT,
maka hukumnya terlarang atau tidak diperbolehkan. Dengan kata lain, hukumnya
haram.

Atas argumen syar'i dari HBNO, Kongres Muslimin Indonesia ketiga itu berakhir
dengan keputusan bulat, yakni melarang atau mengharamkan bloodtransfoesie untuk
kepentingan membantu peperangan Belanda, dan mengharamkan milisi-diestplicht
karena perbuatan tersebut berarti membantu penjajah. Sedangkan mengenai perubahan
tata negara, menuntut Indonesia berparlemen atas dasar pijakan nilai-nilai agama. 9

c. Menurut Muhammadiyah

Muhammadiyah belum mengeluarkan fatwa spesifik tentang Transfusi darah. Namun


dilihat dari urgensinya, donor darah dalam hukum Islam tidak lepas dari unsur
kemaslahatan yang bersifat dharury, yaitu menyelamatkan jiwa manusia dalam keadaan
darurat. Sebab jika tidak menggunakan sesuatu yang diharamkan, yaitu darah (benda
najis), maka seseorang akan meninggal. Dalam hal ini, orang sakit yang kekurangan
darah harus dibantu dengan donor darah.10

9
https://www.nu.or.id/fragmen/fatwa-nu-tahun-1941-soal-hukum-transfusi-darah-1DDGd, di akses pada 14
Oktober 2023, pukul 21.52
d. Menurut Hukum Positif (Hukum Negara)

Hukum transfusi darah di Indonesia di atur oleh peraturan perundangan-undangan.


pada Pasal 33 ayat 2 UU tersebut menyebutkan bahwa transplantasi organ dan atau
jaringan tubuh serta transfusi darah dilakukan hanya untuk tujuan kemanusiaan dan
dilarang untuk tujuan komersial.11
Peraturan pemerintah republik Indonesia, Nomor 18 tahun 1980 tentang Transfusi
darah, presiden republik Indonesia

Menimbang:
a. bahwa usaha transfusi darah adalah merupakan bagian dari tugas Pemerintah di
bidang pelayanan kesehatan rakyat dan merupakan suatu bentuk pertolongan yang
sangat berharga kepada umat manusia.
b. bahwa berdasarkan ilmu pengetahuan kedokteran, satu-satunya sumber darah
yang paling aman untuk keperluan transfusi darah adalah darah manusia.
c. bahwa pada waktu ini banyak diselenggarakan usaha transfusi darah dengan pola
yang bermacam-macam, yang dapat membahayakan kesehatan terhadap para
penyumbang maupun baik pemakai darah.
d. bahwa oleh karena itu perlu ditetapkan Peraturan Pemerintah tentang Transfusi
Darah.
Mengingat:
1.10 Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945.
2. Undang-undang Nomor 9 Tahun 1960 tentang Pokok-pokok
Kesehatan(Lembaran Negara Tahun 1960 Nomor 131,Tambahan Lembaran Negara
Nomor 2068); 3. Undang-undang Nomor 6 Tahun 1963 tentang Tenaga Kesehatan
(Lembaran Negara Tahun 1963 Nomor 79, Tambahan Lembaran Negara Nomor
2576).
4. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1963 tentang Farmasi (Lembaran Negara Tahun
1963 Nomor 81, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2580).
Menetapkan: peraturan pemerintah tentang Transfusi Darah BAB I
10
https://web.suaramuhammadiyah.id/2015/12/03/hukum-donor-darah-dalam-islam/, di akses pada 15
Oktober 2023,pukul 03.36
11
Ketentuan umum Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan :
a. Transfusi Darah adalah tindakan medis memberikan darah kepada seorang
penderita, yang darahnya telah tersedia dalam botol atau kantong plastik.
b.Usaha transfusi darah adalah segala tindakan yang dilakukan dengan tujuan untuk
memungkinkan penggunaan darah bagi keperluan pengobatan dan pemulihan
kesehatan yang mencakup masalah-masalah pengadaan, pengolahan,dan
penyampaian darah kepada orang sakit.
c. Darah adalah darah manusia atau bagian- bagiannya yang diambil dan diolah
secara khusus untuk tujuan pengobatan dan pemulihan kesehatan.
d. Penyumbang darah adalah semua orang yang memberikan darah untuk maksud
dan tujuan transfusi darah.
e. Menteri adalah Menteri Kesehatan Republik Indonesia.12

e. Menurut PHDI (Parisada Hindu Dharma Indonesia)

Pesamuhan Sabha Pandita Parisada Hindu Dharma Indonesia yang digelar di Jakarta
menghasilkan keputusan yang menyangkut transplantasi.Dengan kalimat yang
sederhana inti dari keputusan itu adalah “transplantasi adalah yadnya yang utama dan
sangat mulia” Disebut utama dan mulia karena dengan memberikan donor dari organ
tubuh seseorang maka ada orang lain yang berkesempatan menikmati hidup yang
normal. Membantu kehidupan seseorang tentulah yadnya yang sangat mulia.

Transplantasi itu sederhananya adalah memberikan donor dari organ tubuh. Donor ini
bisa berupa alat vital seseorang termasuk juga darah. Karena itu berdonor darah
bukanlah perbuatan yang dilarang dalam Hindu, apalagi kenyataannya sudah banyak
yang melakukannya. 13
Dari penjelasan di atas bisa kita simpulkan bahwa hukum transfusi darah menurut
PHDI boleh, karena yadnya bagi umat Hindu adalah wajib hukumnya, karena Tuhan
dalam menciptakan Alam Semesta beserta isinya juga dengan yadnya. 14 Oleh karena

12
https://jdih.setkab.go.id/PUUdoc/3145/PP0181980.htm, di akses pada 15 Oktober 2023, pukul 03.42
13
https://phdi.or.id/artikel.php?id=transplantasi-adalah-yadnya-mulia, di akses pada 15 Oktober 2023,pukul
07.23
14
https://kemenag.go.id/hindu/donor-darah-dalam-pandangan-hindu-2y8msx, di akses pada 15 Oktober 2023,
pada pukul 08.44
itu, tidak ada larangan bagi umat non-muslim untuk mendonorkan darahnya pada
seorang muslim yang sedang sakit.15

4. Hikmah/Ibrah

Hikmah dari Perspektif Kesehatan

1. Meningkatkan kadar hemoglobin pada keadaan anemia Mengganti darah yang


hilang karena perdarahan, misalnya perdarahan saat melahirkan.
2. Mengganti kehilangan plasma darah, misalnya pada luka bakar.
3. Mencegah dan mengatasi perdarahan karena kekurangan/kelainan komponen
darah, misalnya pada penderita thalasemia.
4. Meningkatkan kadar Hb (Hemoglobin) pada keadaan anemia.16

C. SIMPULAN

Ada beberapa ahli fiqih yang menghukumi transfusi darah ada yang tidak
memperbolehkan dan ada yang membolehkannya dengan beberapa argumentasi.
Alasan mereka yang melarang dikarenakan darah adalah benda najis dan bisa
membahayakan pada tubuh. Sementara argumentasi mereka yang membolehkan
transfusi darah karena darurat, sebagai obat dan tidak membahayakan kepada pasien.
Namun Transfusi darah dibutuhkan untuk menolong seseorang dalam keadaan darurat,
sebagaimana keterangan Qaidah fiqhiyah yang berbunyi: “Perkara hajat (kebutuhan)
menempati posisi darurat (dalam menetapkan hukum islam), baik bersifat umum
maupun khusus”. Dan dalam kaidah Fiqhiyah selanjutnya yang berbunyi : “Tidak ada
yang haram bila berhadapan dengan yang hajat(kebutuhan)”. Kebutuhan hanya untuk
ditransfer kepada pasien saja. Hal ini sesuai dengan maksud Qaidah Fiqhiyah yang
berbunyi :”Sesuatu yang dibolehkan karena keadaan darurat, (hanya diberlakukan)
untuk mengatasi kesulitan tertentu”. Tindakan Transfusi darah juga di perbolehkan
karena dapat menyelamatkan jiwa seseorang.

15
https://kemenag.go.id/tanya-jawab-fiqih/bagaimana-hukum-transfusi-darah-dari-non-muslim-nn5MT, di
akses pada 15 Oktober 2023, pukul 08.56
16
https://rs-soewandhi.surabaya.go.id/transfusi-darah-manfaat-dan-resikonya-untuk-pasien/ di akses pada 15
Oktober 2023,pukul 14.54
Dalam hukum negara Indonesia yang di atur dalam pada Pasal 33 ayat 2 UU tersebut
menyebutkan bahwa transplantasi organ dan atau jaringan tubuh serta transfusi darah
dilakukan hanya untuk tujuan kemanusiaan dan dilarang untuk tujuan komersial.

DAFTAR PUSTAKA

Lenny Herlina, PENDIDIKAN AGAMA ISLAM INTERDISIPLINER BERMUATAN


MODERASI UNTUK DISIPLIN ILMU KEDOKTERAN dan KESEHATAN,(Jakarta:
KENCANA 2022),hlm.126
Umi Ulfiyah, Memahami Seluk Beluk Transfusi Darah dan Bank Darah (Jakarta: Adhi
Aksara Abadi Indonesia 2014) hlm.4
https://id.wikipedia.org/wiki/Transfusi_darah, di akses pada 12 Oktober 2023, pukul 11.30
https://rsudza.acehprov.go.id/tabloid/2016/10/13/transfusi-darah/, di akses pada 12 Oktober
2023 pukul 11.50
Heny Lutfiana Hamdi, Achmad fageh,”TRANFUSI DARAH DALAM TIMBANGAN
FIKIH: Antara Najis dan Masalah Prespektif Kaidah al- Darat Yuzal”,Vol.15 No.1,(Juni
2021),hlm.15
https://repository.uin-suska.ac.id/3557/3/BAB%20II.pdf, di akses pada 12 Oktober 2023,
pukul 12.07
Saini,”Donor dan Jual Beli Darah untuk Transfusi Perspektif Hukum Islam Respon
Hukum Islam terhadap Praktik Donor dan Transfusi Darah serta jual Beli Darah untuk
Transfusi dalam bingkai Hifd an-Nafs(menjaga jiwa)” Vol.4 No.1,( Juni 2022)hlm 9-13
https://www.academia.edu/20338506/
Fatwa_MUI_perihal_Donor_Darah_dan_Transfusi_Darah, di akses pada 14 Oktober 2023,
pukul 21.16
https://www.nu.or.id/fragmen/fatwa-nu-tahun-1941-soal-hukum-transfusi-darah-1DDGd,
di akses pada 14 Oktober 2023, pukul 21.52
https://web.suaramuhammadiyah.id/2015/12/03/hukum-donor-darah-dalam-islam/, di akses
pada 15 Oktober 2023,pukul 03.36
Lenny Herlina, PENDIDIKAN AGAMA ISLAM INTERDISIPLINER BERMUATAN
MODERASI UNTUK DISIPLIN ILMU KEDOKTERAN DAN KESEHATAN (Jakarta:
KENCANA 2022),hlm.125
https://jdih.setkab.go.id/PUUdoc/3145/PP0181980.htm, di akses pada 15 Oktober 2023,
pukul 03.42
https://phdi.or.id/artikel.php?id=transplantasi-adalah-yadnya-mulia, di akses pada 15
Oktober 2023,pukul 07.23
https://kemenag.go.id/hindu/donor-darah-dalam-pandangan-hindu-2y8msx, di akses pada
15 Oktober 2023, pada pukul 08.44
https://kemenag.go.id/tanya-jawab-fiqih/bagaimana-hukum-transfusi-darah-dari-non-
muslim-nn5MT, di akses pada 15 Oktober 2023, pukul 08.56
https://rs-soewandhi.surabaya.go.id/transfusi-darah-manfaat-dan-resikonya-untuk-pasien/
di akses pada 15 Oktober 2023,pukul 14.54

Anda mungkin juga menyukai