Anda di halaman 1dari 29

Kajian Surah Al-Hajj Ayat 37 :

” “Refleksi Nilai-Nilai Idul Adha

Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, M.Pd.


Ahad, 17 Juli 2022/ 17 Zulhijjah 1443 H
‫‪QS. Al-Hajj: 37‬‬
‫الل َه ُل ُح ْو ُم َه ا َواَل د َم ۤاُؤ َه ا َو ٰلكنْ‬
‫َ ْ َّ َ َ ّٰ‬
‫لن ينال‬
‫َ ُِ‬ ‫ِ‬ ‫َ‬ ‫ُ‬
‫َّ‬ ‫ٰ‬ ‫ۗ‬ ‫ُ‬
‫َّي َناله التق ٰو ى منك ْم كذ ِلك َس خ َرها لكمْ‬
‫َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫َّ‬ ‫ُ‬
‫ِ‬ ‫َ‬
‫ّٰ َ َ ٰ َ َ ٰ ُ ْ َ َ ّ‬ ‫ُ‬ ‫ّ‬ ‫ُ‬
‫ِلتك ِبروا الله عل ى م ا هدىكم ۗ وب ِش ِر‬
‫امْل ُ ْحسن ْينَ‬
‫ِ ِ‬
Artinya
Daging (hewan kurban) dan darahnya itu sekali-kali tidak akan
sampai kepada Allah, tetapi yang sampai kepada-Nya adalah
ketakwaan kamu. Demikianlah Dia menundukkannya untukmu agar
kamu mengagungkan Allah atas petunjuk yang Dia berikan
kepadamu. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang
yang berbuat baik.
(QS. Al-Hajj: 37)
Asbabunnuzul
Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dari Ibnu Juraij berkata bahwa orang-orang
Arab pada masa Jahiliah gemar membalur atau melumuri Baitullah dengan
daging unta dan darahnya. Kemudian para sahabat Rasulullah yang melihat hal
tersebut langsung berkata, Kamilah yang lebih berhak untuk melumuri
Baitullah itu.” Maka kemudian Allah menurunkan surah Al-Hajj ayat 37,
“Daging (hewan kurban) dan darahnya itu sekali-kali tidak akan sampai kepada
Allah, tetapi yang sampai kepada-Nya adalah ketakwaan kamu” (Jalal al-Din al-
Suyuti, Lubab al-Nuqul fi Asbab al-Nuzul, Beirut: Muassasah al-Kutubal-
Tsaqafiyah, 2002, hlm. 177)
Interpretasi Para Mufasir
 Wahbah Az-Zuhaili dalam Tafsir Al-Wajiz menandaskan bahwa daging-daging dan
darah hewan-hewan kurban itu sekali-kali tidak dapat mencapai dan terangkat di sisi
Allah, tetapi ketakwaan kamulah yang akan sampai kepada Allah. Allah akan memberi
balasan atas ketakwaanmu.

 Allah telah menundukkan hewan tersebut untuk kalian seluruhnya wahai manusia, baik
dalam keadaan disembelih ataupun di luar penyembelihan, bahwa sejatinya Allah telah
menundukkannya sejak manusia itu diciptakan. Oleh karena itu, hendaknya kalian
mampu untuk mensyukuri nikmat tersebut atas diciptakannya dan kalian dapat
memiliki hewan-hewan tersebut, begitu pula kalian harus mensyukuri bahwa Allah telah
memberikan kesempatan untuk menegakkan salah satu sarana mendekatkan diri
kepada-Nya. Kebaikan-kebaikan yang kalian lakukan pasti akan kembali kepada diri
kalian sendiri, baik didunia maupun di akhirat (Muhammad Mutawalli al-Sya’rawi,
Tafsir al- Sya’rawi, hlm. 9825)
Interpretasi Para Mufasir

Dalam kitab Tafsir Hidayatul Insan bi


Tafsiril Qur’an dijelaskan bahwa pada
ayat ini terdapat dorongan untuk berbuat
ikhlas, baik dalam ibadah kurban maupun
dalam ibadah lainnya, bukan untuk
berbangga, riya atau karena kebiasaan.
Semua ibadah yang tidak disertai keikhlasan
seperti jasad tanpa ruh.
Kandungan Ayat
Kandungan yang terdapat pada surah Al-Hajj ayat 37 adalah Allah
menegaskan tujuan berkurban, ialah untuk mendekatkan diri kepada Allah
dan mencari keridaan-Nya. Dekat kepada Allah dan keridaan-Nya tidak
akan diperoleh dari daging-daging binatang yang disembelih dan tidak pula
dari darahnya yang telah ditumpahkan, akan tetapi semuanya itu akan
diperoleh bila kurban itu dilakukan dengan niat yang ikhlas, dilakukan
semata-mata karena Allah dan sebagai syukur atas nikmat-nikmat yang
tidak terhingga yang telah dilimpahkan-Nya kepada hamba-Nya.
Nilai-Nilai Pendidikan

Mendidik menjadi seorang yang bertakwa dan taat atas


perintah Allah .

Senantiasa menyadari bahwa apa yang kita miliki adalah milik


Allah dan akan kembali kepada Allah.

Mendidik menjadi hamba yang bersyukur dan ikhlas dalam


beramal dengan tujuan hanya mencari rida Allah.

Mendidik menjadi hamba memiliki hablumminallah dan


hablumminannas yang tinggi.
Refleksi Nilai-Nilai Idul Adha
Refleksi nilai-nilai Idul Adha artinya
melihat kembali dan merenungkan
berbagai hal yang terjadi pada kejadian
besar yang mengandung pesan moral dan
nilai-nilai penting dari hari raya besar
Islam yaitu Idul Adha.
Idul Adha
‘Idul Adha dikenal dengan sebutan hari raya kurban. Allah berfirman di
dalam surah Al-Kautsar tentang anjuran untuk berkurban :
َّ‫ ن‬. ‫ص ِّل ل َرب َك َو ْان َح ْر‬ َ َ َ ْ َ َ َ ‫َأ‬
َ ‫ ف‬. ‫َّنا ْعط ْيناك الك ْوث َر‬
‫ِإ‬ ِّ َ ْ ِ َ ُ َ ‫َ َئ‬ ‫ِإ‬
ُ‫ شا ِن ك هو األبتر‬.
Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak.
Maka dirikanlah salat karena Tuhanmu dan berkurbanlah. Sesungguhnya
orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus.
(QS. Al Kautsar: 1-3)
Berbahagialah mereka yang mampu beribadah kurban, sebab ini adalah anugerah

َ ‫َأ‬
istimewa di mana kebaikan ini kelak menjadi saksi di hari kiamat.
ً َ َ ْ َّ َ ْ َ َ َ ُ ْ َ َ َ َّ ‫َأ‬ َ َ َ ْ َ
‫عن عاِئ شة َّن الن ِبىَّ ﷺ ما ع ِمل ابن آدم يوم النح ِر عمال ح َّب‬
ُ ْ َ ‫ْأ‬
َ‫الل ِه َع َّز َو َجلَّ ِم ْن ه َر َاق ِة َدم َو َّن ُه َل َي ِت ى ي ْو َم ال ِق َي َام ِة بق ُرو ِنه ا‬ َّ َ
ِ ‫ِإ‬ ٍ ِ ‫ِإ ل ى‬
َ َ َّ َ َ َ َّ
َ‫َو ظال ِف َه ا َو ش َعاره ا َو َّن الد َم ل َيق ُع ِمن الل ِه َع َّز َو َجلَّ ب َمكان ق ْبل‬ َ ْ ‫َأ‬ َ ْ ‫َأ‬
ٍ ِ َ ‫ِإ‬ َ ِ ‫َأل‬ َ ‫َأ‬
ْ
ً‫ن يقع على ا ْرض فط ُيبوا ب َها نفسا‬ َ َ َ َ ْ
ِ ِ ِ
Dari ‘Aisyah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidaklah pada hari nahr
manusia beramal suatu amalan yang lebih dicintai oleh Allah daripada
mengalirkan darah dari hewan kurban. Ia akan datang pada hari kiamat dengan
tanduk, kuku, rambut hewan kurban tersebut. Dan sungguh, darah tersebut akan
sampai kepada (rida) Allah sebelum tetesan darah tersebut jatuh ke bumi, maka
bersihkanlah jiwa kalian dengan berkurban.” (HR .Tirmidzi)
Hadis tersebut mengandung pesan bahwa
 Ibadah yang paling utama pada hari raya Idul Adha adalah menyembelih
hewan kurban karena Allah.

 Ibadah kurban yang dilaksanakan pada hari raya Idul Adha sampai hari
tasyrik, tiada lain bertujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah.
 Kurban juga berarti menghilangkan sikap egoisme, nafsu serakah, dan sifat
individual dalam diri seorang muslim.
 Dengan berkurban, diharapkan seseorang akan memaknai hidupnya untuk
mencapai rida Allah semata.
‫‪Ibadah Kurban adalah Syiar Allah‬‬
‫‪Allah berfirman:‬‬
‫ُ‬ ‫َ‬ ‫َّ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫ُ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬
‫َوال ُبدن جعلناه ا لك ْم ِمن شعاِئ ر الل ِه لك ْم ِفيه اَ‬
‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬
‫ِ‬
‫َ ْ ٌ َ ْ ُ ُ ْ َ َّ َ َ ْ َ َ َ َّ َ َ‬
‫خير ۖ فاذكروا اس م الل ِه عليه ا ص واف ۖ فِإ ذا‬
‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫َأ‬
‫َو َج َب ْت ُج ُن ُوب َه ا َف ُك ُلوا م ْن َه ا َو طع ُموا القانعَ‬
‫َ‬
‫َِ ُ َ َّ ُ ِ َ ُ ِ‬
‫َوامْل ُ ْع َت َّر ۚ َك َٰذل َك َس َّخ ْرَن َاها لك ْم ل َعلك ْم ت ْشك ُرونَ‬
‫ِ‬
Artinya
Dan telah Kami jadikan untuk kamu unta-unta itu sebahagian
dari syiar Allah, kamu memperoleh kebaikan yang banyak
padanya, maka sebutlah olehmu nama Allah ketika kamu
menyembelihnya dalam keadaan berdiri (dan telah terikat).
Kemudian apabila telah roboh (mati), maka makanlah
sebahagiannya dan beri makanlah orang yang rela dengan apa
yang ada padanya (yang tidak meminta-minta) dan orang yang
meminta. Demikianlah Kami telah menundukkan unta-unta itu
kepada kamu, mudah-mudahan kamu bersyukur.
(QS. Al-Hajj: 36)
Refleksi Nilai
1. Refleksi Nilai Ketulusan dan Loyalitas
Dalam konteks sejarah, Hari Raya Kurban berarti
refleksi atas ketulusan dan loyalitas Nabi Ibrahim
terhadap perintah-perintah Allah SWT.

Ali Syariati, dalam bukunya ‘Hajj’ memadahkan


bahwa ibadah ritual Kurban bukan sekadar memiliki
makna bagaimana manusia mendekatkan diri kepada
Allah SWT tetapi juga mendekatkan diri kepada
sesama manusia, terutama mereka yang tergolong
sebagai kaum duafa dan marginal.
Allah berfirman :

ُ َّ َ ‫َأ‬ ً ‫َأ‬
َ‫َو َم ْن ْح َس ُن دين ا ّم َّم ْن ْس ل َم َو ْج َه ُه ۥ لله َوهو‬
ِ ِ ِ ِ
َ َ َّ َ ً َ َ َٰ ْ َ َّ َ َ َّ َ ٌ ْ ُ
‫مح ِس ن واتبع ِملة ِإ بر ِهيم ح ِنيف ا ۗ واتخذ‬
‫َّ ُ ْ َٰ َ َ اًل‬
‫الله ِإ بر ِهيم خ ِلي‬
Dan siapakah yang lebih baik agamanya daripada orang yang dengan
ikhlas berserah diri kepada Allah, sedang dia mengerjakan kebaikan,
dan mengikuti agama Ibrahim yang lurus? Dan Allah telah memilih
Ibrahim menjadi kesayangan(-Nya).
(QS. An-Nisa’: 125)
2. Refleksi Nilai Kedermawanan
Esensi berkurban bukanlah sebatas menyembelih hewan kurban tetapi
refleksi dan nilai kedermawanan dan empati terhadap sesama.

Bahkan Rasulullah mengancam kepada orang yang mampu tapi tidak


berkurban.
َ َّ َ ُ َّ َ َ ْ َ َ ِّ َ ُ ْ َ َ ً َ َ َ َ َ ْ َ
‫من وجد سعة فلم يضح فال يقربن مصالنا‬
Barang siapa mendapatkan kelapangan tetapi tidak berkurban, maka
janganlah dia mendekati tempat salat kami.”
(HR. Ahmad dan Ibn Majah).
3. Refleksi Nilai Hidayah
Disyari’atkannya Idul Adha dan keutamaannya merupakan di antara
refleksi nilai hidayah yang diperoleh orang-orang yang beriman.

Tingkatan hidayah disebutkan di dalam kitab Syifa’ Al ‘Alil Fi Masail Al


Qadha’ wal Qadar wal Hikmah wa at Ta’lil, Oleh Ibnul Qayyim Al
Jauziyah Al Hanbali, bahwa untuk menentukan kemampuan manusia
dalam menjalankan petunjuk dan mampu membedakan dari kesesatan ada
empat yaitu :
Tingkatan Hidayah
kitab Syifa’ Al ‘Alil Fi Masail Al Qadha’ wal Qadar wal Hikmah wa at Ta’lil

Tingkatan Pertama : Penciptaan manusia (makhluk),


persamaan derajat manusia, takdir dan hidayah yang Allah
berikan kepada setiap manusia.

Tingkatan Kedua : hidayah Al Irsyad (kecerdasan) dan


hidayah petunjuk Allah kepada orang yang mukallaf.
Hidayah ini disebut juga dengan adanya para Nabi dan
Rasul yang Allah utus sebagai pembawa syariat.
Tingkatan Hidayah
kitab Syifa’ Al ‘Alil Fi Masail Al Qadha’ wal Qadar wal Hikmah wa at Ta’lil

Tingkatan Ketiga : hidayah taufik, ilham yang diberikan


Allah kepada manusia, juga dengan kemampuan manusia
dalam melakukan segala kehendaknya.

Tingkatan Keempat : adanya surga dan neraka, ini adalah


hidayah dari Allah. Allah akan memberikan ganjaran kepada
manusia bagi yang beriman dan beramal saleh akan
dimasukkan ke dalam surga dan bagi orang-orang yang
ingkar terhadap syariat-Nya akan dimasukkan ke dalam
neraka-Nya.
4. Refleksi Nilai Tawakal dan Sabar
َّٰ َ ّ ٌّ ُ ْ ْ َ َ َ ْ َ َ َٰ ْ َ
Allah berfirman :
َ‫ٱلصبرين‬
ِ ِ ‫وِإ سم ِعيل وِإ د ِريس وذا ٱل ِكف ِل ۖ كل ِمن‬
Dan (ingatlah kisah) Ismail, Idris dan Dzulkifli. Semua mereka
termasuk orang-orang yang sabar.
(QS. al-Anbiyā : 85)
Pesan Moral yang terkandung di dalam Idul Adha

Pertama, ketundukan Ibrahim a.s kepada Rabbnya membawa


pesan moral kepada kita semua untuk senantiasa taat dan patuh
terhadap aturan Undang-undang yang telah digariskan dalam
Al-Qur’an dan hadis.

Kedua, dibebankannya ibadah haji ini bagi umat Islam yang


mampu dan mendistribusikan dagingnya kepada kaum lemah
menyiratkan pesan substansial kepada kita agar selalu
bersemangat membantu meringankan penderitaan orang lain.
Pesan Moral yang terkandung di dalam Idul Adha

Ketiga, menyembelih hewan berarti menyembelih sifat-


sifat kebinatangan seperti egois, serakah, rakus, menindas,
tidak mengenal aturan, norma atau etika dan bertengkar
bahkan membunuh hanya demi keuntungan sesaat,
memperkaya diri sendiri, menindas yang lemah dan arogan.

Keempat, disunahkan menggemakan takbir sampai waktu


ashar di akhir hari tasyrik (tanggal 13 Dzulhijjah)
memperlihatkan kepada kita bahwa hanya Allah-lah yang
memiliki kekuasaan Agung.
Hikmah Kurban di Hari Raya Idul Adha
1. Kurban untuk bersyukur kepada Allah
Kurban dikerjakan dalam rangka untuk bersyukur kepada Allah, atas segala
nikmat kehidupan yang sudah diberikan Allah.
Allah berfirman :
ُ ُ ْ َ ‫اَل‬ َ ۟ ُ ُ ْ َ ْ ُ ْ ُ ْ ‫َأ‬ ٓ ُ ُْ َ
‫فاذكرو ِنى ذكركم واشكروا ِلى و تكفرو ِن‬
“Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu,
dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-
Ku". (QS. Al-Baqarah : 152)
2. Supaya setiap mukmin mengingat kesabaran Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail
Kesabaran dan ketaatan Nabi Ibrahim dan Ismail dapat menjadi teladan bagi umat Islam.
Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail dalam peristiwa penyembelihan sudah membuktikan
kecintaannya kepada Allah lebih didahulukan daripada menuruti hawa nafsu dan
syahwatnya.

Allah berfirman :
َ‫الصابرين‬ َ ُ َّ َ ْ ُ َ ‫ُْؤ‬
َّ ‫َيا َب ِت اف َع ْل َما ت َم ُر َستجد ِني ن ش َاء الله من‬ْ ‫َأ‬
ِ ِ ِ ‫ِإ‬ ِ
"Hai Bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan
mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar".
(QS Ash-Shaffât:102).
3. Kurban dilakukan dalam rangka untuk
meraih takwa
Allah berfirman :
ُ‫وم َه ا َواَل د َماُؤ َه ا َو َلك ْن َي َن ُاله‬
ُ َّ َ َ َ ْ َ
ُ‫الل َه ُلح‬ ‫لن ينال‬
ِ ِ
ْ ُ ْ َ ْ َّ
.....‫التقوى ِمنكم‬
”Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak
dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari
kamulah yang dapat mencapainya..... “
(QS. Al-Hajj : 37)
Doa
َ َ َ ْ َ َ ُّ َ َ ُ ْ َ ُ ‫َ َّ ُ َّ ْ َأ ْ َأ‬
َ‫ َو ْالغنى‬،‫اف‬
ِ ‫ والعف‬،‫ والتـقى‬،‫اللـهم ِإ ِّني سـ لك الهدى‬.
Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu petunjuk,
ketakwaan, kesucian (dijauhkan dari hal-hal yang tidak baik), dan
kecukupan.”
HR. Muslim (no. 2721)
Terima Kasih

‫شكراجزيال‬
DONASI

“Majelis Taklim Al-Falaq”


No. Rek. 1900512000 (Kode: 451)

BSI

Anda mungkin juga menyukai