Anda di halaman 1dari 6

Makna “Ilah” (Bagian ke-2, Selesai)

Aqidah
7/12/2011 | 12 Muharram 1433 H | Hits: 791
Oleh: Tim Kajian Manhaj Tarbiyah

Ilustrasi (dawah.ws)

3. Al-Ilah

dakwatuna.com - Al-ilah dengan ma’rifat yaitu sembahan yang sejati hanyalah hak Allah saja, tidak boleh
diberikan kepada selainNya. Allah SWT berfirman,

ِ ‫اح ٌد ۖ اَّل إِ ٰلَهَ إِاَّل هُ َو الرَّحْ ٰ َمنُ الر‬


١٦٣﴿ ‫َّحي ُم‬ ِ ‫﴾ َوإِ ٰلَهُ ُك ْم إِ ٰلَهٌ َو‬

“Dan Tuhanmu adalah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan melainkan Dia Yang Maha Pemurah lagi
Maha Penyayang.” (QS. Al-Baqarah: 163)

Allah adalah ilah yang esa, tiada Ilah selain Dia, dengan kemurahan dan kasih sayang-Nya yang teramat
luas. Oleh karena itu ayat di atas dilanjutkan dengan penjabaran mengenai contoh kemurahan dan kasih
sayang-Nya:

‫اس َو َما أَن َز َل هَّللا ُ ِمنَ ال َّس َما ِء ِمن َّما ٍء فَأَحْ يَا بِ ِه‬
َ َّ‫ك الَّتِي تَجْ ِري فِي ْالبَحْ ِر بِ َما يَنفَ ُع الن‬
ِ ‫ار َو ْالفُ ْل‬
ِ َ‫ف اللَّ ْي ِل َوالنَّه‬
ِ ‫اختِاَل‬ْ ‫ض َو‬ِ ْ‫ت َواأْل َر‬ ِ ‫إِ َّن فِي خَ ْل‬
ِ ‫ق ال َّس َما َوا‬
١٦٤﴿ َ‫ت لِّقَوْ ٍم يَ ْعقِلُون‬ ٍ ‫ض آَل يَا‬ ِ ْ‫ب ْال ُم َس َّخ ِر بَ ْينَ ال َّس َما ِء َواأْل َر‬
ِ ‫اح َوالس ََّحا‬ ِ ‫ث فِيهَا ِمن ُك ِّل دَابَّ ٍة َوتَصْ ِر‬
ِ َ‫يف الرِّ ي‬ َ ْ‫﴾اأْل َر‬
َّ َ‫ض بَ ْع َد َموْ تِهَا َوب‬

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang
berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit
berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi itu
segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh
(terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan.” (QS. Al-Baqarah:
164)

Tanda-tanda kebesaran Allah SWT di atas tidak disadari oleh kebanyakan manusia, kecuali mereka yang
memikirkannya.

Dalam menjadikan Allah sebagai Al-ilah terkandung empat pengertian yaitu al marghub, al mahbub, al
matbu’ dan al marhub.

a. Al-Marghub yaitu Dzat yang senantiasa diharapkan. Karena Allah selalu memberikan kasih sayangNya
dan di tangan-Nyalah segala kebaikan. Sebagaimana dalam firman-Nya,

١٨٦﴿ َ‫َان ۖ فَ ْليَ ْستَ ِجيبُوا لِي َو ْلي ُْؤ ِمنُوا بِي لَ َعلَّهُ ْم يَرْ ُش ُدون‬ ُ
ِ ‫﴾ َوإِ َذا َسأَلَكَ ِعبَا ِدي َعنِّي فَإِنِّي قَ ِريبٌ ۖ أ ِجيبُ َد ْع َوةَ ال َّد‬
ِ ‫اع إِ َذا َدع‬
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku
adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka
hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar
mereka selalu berada dalam kebenaran.” (QS. Al-Baqarah: 180)

Dalam ayat lain Allah SWT juga berfirman,

ِ ‫ال َربُّ ُك ُم ا ْدعُونِي أَ ْستَ ِجبْ لَ ُك ْم ۚ إِ َّن الَّ ِذينَ يَ ْستَ ْكبِرُونَ ع َْن ِعبَا َدتِي َسيَ ْد ُخلُونَ َجهَنَّ َم د‬
٦٠﴿ َ‫َاخ ِرين‬ َ َ‫﴾ َوق‬

“Dan Tuhanmu berfirman: “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya
orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan
hina dina”.” (QS. Al-Ghaafir: 60)

Oleh karena itu hanya Allah yang diharap, karena Ia Maha Memberi dan mengabulkan doa hamba-hamba-
Nya. Seperti dalam kisah Nabi Zakaria AS dan istrinya, ketika itu mereka sudah lama tidak dikaruniai anak.
Lalu Nabi Zakaria AS berdoa kepada Allah SWT, dan Allah mengabulkan doanya. Kisah ini terekam dalam
Al-Qur’an,

ِ ‫﴾ فَا ْست ََج ْبنَا لَهُ َو َوهَ ْبنَا لَهُ يَحْ يَ ٰى َوأَصْ لَحْ نَا لَهُ زَ وْ َجهُ ۚ إِنَّهُ ْم َكانُوا يُ َس‬٨٩﴿ َ‫ارثِين‬
‫ار ُعونَ فِي‬ ِ ‫َوزَ َك ِريَّا إِ ْذ نَاد َٰى َربَّهُ َربِّ اَل تَ َذرْ نِي فَرْ دًا َوأَنتَ خَ ْي ُر ْال َو‬
ِ ‫ت َويَ ْدعُونَنَا َر َغبًا َو َرهَبًا ۖ َو َكانُوا لَنَا‬
٩٠﴿ َ‫خَاش ِعين‬ ْ
ِ ‫﴾الخَ ْي َرا‬

“Dan (ingatlah kisah) Zakaria, tatkala ia menyeru Tuhannya: “Ya Tuhanku janganlah Engkau membiarkan
aku hidup seorang diri dan Engkaulah Waris Yang Paling Baik.” Maka Kami memperkenankan doanya,
dan Kami anugerahkan kepada nya Yahya dan Kami jadikan istrinya dapat mengandung. Sesungguhnya
mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik
dan mereka berdoa kepada Kami dengan harap dan cemas. Dan mereka adalah orang-orang yang khusyu’
kepada Kami.” (QS. Al-Anbiyaa’: 90).

b. Al-Mahbub, Dzat yang amat sangat dicintai karena Dia yang berhak dipuja dan dipuji. Dia telah
memberikan perlindungan, rahmat dan kasih sayang yang berlimpah ruah kepada hamba-hambanya. Oleh
karena itu Allah adalah kecintaan orang yang beriman dengan kecintaan yang amat sangat, sebagaimana
dalam firman-Nya,

ِ ‫ۗ والَّ ِذينَ آ َمنُوا أَ َش ُّد ُحًب©¨ًّا هَّلِّل‬


َ

“… Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah …” (QS. Al-Baqarah: 165)

Sehingga ketika disebut nama Allah, maka gemetarlah hati mereka.

٢﴿ َ‫ت َعلَ ْي ِه ْم آيَاتُهُ زَ ا َد ْتهُ ْم إِي َمانًا َو َعلَ ٰى َربِّ ِه ْم يَت ََو َّكلُون‬ ْ َ‫﴾إِنَّ َما ْال ُم ْؤ ِمنُونَ الَّ ِذينَ ِإ َذا ُذ ِك َر هَّللا ُ َو ِجل‬
ْ َ‫ت قُلُوبُهُ ْم َوإِ َذا تُلِي‬

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati
mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada
Tuhanlah mereka bertawakkal.” (QS. Al-Anfaal: 2)

Oleh karena itu orang-orang beriman senantiasa mencintai Allah SWT di atas segala kecintaan. Hal ini
tersirat dalam ayat Al-Qur’an,

ِ ‫ضوْ نَهَا أَ َحبَّ إِلَ ْي ُكم ِّمنَ هَّللا‬


َ ْ‫قُلْ إِن َكانَ آبَا ُؤ ُك ْم َوأَ ْبنَا ُؤ ُك ْم َوإِ ْخ َوانُ ُك ْم َوأَ ْز َوا ُج ُك ْم َوع َِشي َرتُ ُك ْم َوأَ ْم َوا ٌل ا ْقتَ َر ْفتُ ُموهَا َوتِ َجا َرةٌ ت َْخ َشوْ نَ َك َسا َدهَا َو َم َسا ِكنُ تَر‬
٢٤﴿ َ‫اسقِين‬ ِ َ‫﴾ َو َرسُولِ ِه َو ِجهَا ٍد فِي َسبِيلِ ِه فَت ََربَّصُوا َحتَّ ٰى يَأْتِ َي هَّللا ُ بِأ َ ْم ِر ِه ۗ َوهَّللا ُ اَل يَ ْه ِدي القَوْ َم الف‬
ْ ْ

“Katakanlah: “jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri, kaum keluargamu, harta


kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang
kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka
tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya”. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-
orang yang fasik.” (QS. At-Taubah: 24)

c. Al-Matbu’, yang selalu diikuti atau ditaati. Semua perintahNya siap dilaksanakan dengan segala
kemampuan, sedangkan semua laranganNya akan selalu dijauhi. Sebagaimana dalam firman-Nya,

ِ ‫ۖ فَفِرُّ وا إِلَى هَّللا‬

“Maka segeralah kembali kepada (mentaati) Allah….” (QS. Adz-Dzaariyat: 50)

Selalu mengikuti hidayah atau bimbinganNya dengan tanpa pertimbangan. Allah saja yang sesuai diikuti
secara mutlak, dicari dan dikejar keridhaanNya. Nabi Ibrahim AS teladan kita mencontohkan hal ini, dia
menuju Allah SWT untuk memperoleh bimbingan dan hidayahNya untuk diikuti. Sebagaimana yang
terekam dalam ayat Al-Qur’an berikut ini,

٩٩﴿ ‫﴾ َوقَا َل إِنِّي َذا ِهبٌ إِلَ ٰى َربِّي َسيَ ْه ِدي ِن‬

“Dan Ibrahim berkata: “Sesungguhnya aku pergi menghadap kepada Tuhanku, dan Dia akan memberi
petunjuk kepadaku.” (QS. Ash-Shaaffaat: 99)

d. Al-Marhub, yaitu sesuatu yang sangat ditakuti. Hanya Allah saja yang berhak ditakuti secara syar’i.
Takut terhadap kemarahanNya, takut terhadap siksaNya, dan takut terhadap hal-hal yang akan membawa
kemarahanNya.

Dalam catatan sejarah, kaum Bani Israil diperintahkan Allah SWT untuk hanya takut kepada-Nya,

ِ ُ‫ت َعلَ ْي ُك ْم َوأَوْ فُوا بِ َع ْه ِدي أ‬


َ ‫وف بِ َع ْه ِد ُك ْ¨م َوإِي‬
٤٠﴿‫َّاي فَارْ هَبُو ِن‬ ُ ‫﴾يَا بَنِي إِ ْس َرائِي َل ْاذ ُكرُوا نِ ْع َمتِ َي الَّتِي أَ ْن َع ْم‬

“Hai Bani Israil, ingatlah akan nikmat-Ku yang telah Aku anugerahkan kepadamu, dan penuhilah janjimu
kepada-Ku, niscaya Aku penuhi janji-Ku kepadamu; dan hanya kepada-Ku-lah kamu harus takut (tunduk).”
(QS. Al-Baqarah: 40)

Dalam ayat lain Allah SWT juga berfirman bahwa hanya Allah sajalah yang berhak ditakuti oleh orang-
orang beriman ketimbang takut kepada orang-orang yang merusak sumpah dan orang-orang yang
memerangi,

١٣﴿ َ‫ق أَن ت َْخ َشوْ هُ إِن ُكنتُم ُّم ْؤ ِمنِين‬


ُّ ‫اج ال َّرسُو ِل َوهُم بَ َد ُءو ُك ْم أَو ََّل َم َّر ٍة ۚ أَت َْخ َشوْ نَهُ ْم ۚ فَاهَّلل ُ أَ َح‬
ِ ‫﴾أَاَل تُقَاتِلُونَ قَوْ ًما نَّ َكثُوا أَ ْي َمانَهُ ْم َوهَ ُّموا بِإ ِ ْخ َر‬

“Mengapakah kamu tidak memerangi orang-orang yang merusak sumpah (janjinya), padahal mereka telah
keras kemauannya untuk mengusir Rasul dan merekalah yang pertama mulai memerangi kamu?
Mengapakah kamu takut kepada mereka padahal Allah-lah yang berhak untuk kamu takuti, jika kamu
benar-benar orang yang beriman.” (QS. At-Taubah: 13)

Oleh karena itu para dai adalah orang-orang yang tidak takut kepada seorang pun. Rintangan dan tantangan
apa pun yang mereka hadapi, mereka tidak takut, karena mereka hanya takut kepada Allah SWT. Dan rasa
takut ini bukan membuat mereka lari, tetapi justru membuatnya selalu mendekatkan diri kepada Allah dan
menjadikan-Nya sebagai pelindung atas segala rintangan dan tantangan yang dihadapinya, sebagaimana
dalam firman-Nya,

٣٩﴿ ‫ت هَّللا ِ َويَ ْخ َشوْ نَهُ َواَل يَ ْخ َشوْ نَ أَ َحدًا إِاَّل هَّللا َ ۗ َو َكفَ ٰى بِاهَّلل ِ َح ِسيبًا‬
ِ ‫﴾الَّ ِذينَ يُبَلِّ ُغونَ ِر َسااَل‬

“(yaitu) orang-orang yang menyampaikan risalah-risalah Allah, mereka takut kepada-Nya dan mereka
tiada merasa takut kepada seorang(pun) selain kepada Allah. Dan cukuplah Allah sebagai Pembuat
Perhitungan.” (QS. Al-Ahzaab: 39)
4. Al-Ma’bud

Al-ma’bud merupakan sesuatu yang disembah secara mutlak. Karena Allah adalah satu-satunya Al-Ilah,
tiada syarikat kepadaNya, maka Dia adalah satu-satunya yang disembah dan diabdi oleh seluruh kekuatan
yang ada pada manusia.

Oleh karena itu tidak boleh ada pencampur-adukan dalam hal agama, apalagi aqidah, sebagaimana dalam
firman-Nya,

‫﴾ لَ ُك ْم ِدينُ ُك ْم‬٥﴿ ‫﴾ َواَل أَنتُ ْم عَابِ ُدونَ َما أَ ْعبُ ُد‬٤﴿ ‫﴾ َواَل أَنَا عَابِ ٌد َّما َعبَدتُّ ْم‬٣﴿ ‫﴾ َواَل أَنتُ ْم عَابِ ُدونَ َما أَ ْعبُ ُد‬٢﴿ ‫ُون‬
¨َ ‫﴾ اَل أَ ْعبُ ُد َما تَ ْعبُد‬١﴿ َ‫قُلْ يَا أَيُّهَا ْال َكافِرُون‬
٦﴿ ‫ين‬ ِ ‫﴾ َولِ َي ِد‬

“Katakanlah: “Hai orang-orang kafir, Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu
bukan penyembah Tuhan yang aku sembah. Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu
sembah, dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah. Untukmu agamamu,
dan untukkulah, agamaku”.” (QS. Al-Kaafiruun: 1-6)

Dan pada setiap umat, Allah SWT selalu mengutus rasul-Nya. Mereka diutus dengan risalah pengabdian
pada Allah saja dan menjauhi segala yang diabdi selain Allah.

َ‫ۖ ولَقَ ْد بَ َع ْثنَا فِي ُك ِّل أُ َّم ٍة َّر ُسواًل أَ ِن ا ْعبُدُوا هَّللا َ َواجْ تَنِبُوا الطَّا ُغوت‬
َ

“Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): “Sembahlah Allah
(saja), dan jauhilah Thaghut itu”, …” (QS. An-Nahl: 36)

Dalam ayat lain Allah SWT memerintahkan seluruh manusia agar mengabdi hanya kepadaNya saja dengan
tidak mengambil selain Allah sebagai tandingan-tandingan.

٢١﴿ َ‫﴾يَا أَيُّهَا النَّاسُ ا ْعبُدُوا َربَّ ُك ُم الَّ ِذي خَ لَقَ ُك ْم َوالَّ ِذينَ ِمن قَ ْبلِ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم تَتَّقُون‬

“Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar
kamu bertaqwa, …” (QS. Al-Baqarah: 21)

Pengakuan Allah SWT sebagai al-Ma’bud dibuktikan dengan penerimaan Allah sebagai pemilik segala
loyalitas, pemilik ketaatan dan pemilik hukum. Penjelasannya adalah sebagai berikut:

a. Pemilik kepada segala loyalitas, perwalian atau pemegang otoritas atas seluruh makhluk termasuk
dirinya. Dengan demikian loyalitas mukminin hanya diberikan kepada Allah dengan kesadaran, dan loyalitas
yang diberikan pada selain Nya adalah kemusyrikan. Ayat berikut menjelaskan mengenai pernyataan
seorang mukmin, bahwa wali (pemimpin) nya hanya Allah saja,

َ ‫﴾إِ َّن َولِيِّ َي هَّللا ُ الَّ ِذي نَ َّز َل ْال ِكت‬


١٩٦﴿ َ‫َاب ۖ َوه َُو يَت ََولَّى الصَّالِ ِحين‬

“Sesungguhnya pelindungku ialah Allah Yang telah menurunkan Al Kitab (Al-Qur’an) dan Dia melindungi
orang-orang yang saleh.” (QS. Al-A’raaf: 196)

Jika manusia berwalikan kepada Allah, maka Allah akan mengeluarkan dirinya dari kegelapan jahiliyah
menuju cahaya Islam.

ِ ُّ‫ت إِلَى الن‬


‫ور‬ ُّ َ‫ۖ هَّللا ُ َولِ ُّي الَّ ِذينَ آ َمنُوا ي ُْخ ِر ُجهُم ِّمن‬
ِ ‫الظلُ َما‬

“Allah Pelindung orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran)
kepada cahaya (iman)…” (QS. Al-Baqarah: 257)
b. Pemilik tunggal hak untuk ditaati oleh seluruh makhluk di alam semesta. Seorang mukmin meyakini
bahwa ketaatan pada hakikatnya untuk Allah saja. Dengan kata lain, hak menciptakan dan hak memerintah
hanyalah milik Allah, sebagaimana dalam firman-Nya,

٥٤﴿ َ‫ك هَّللا ُ َربُّ ْال َعالَ ِمين‬ َ َ‫ق َواأْل َ ْم ُر ۗ تَب‬
َ ‫ار‬ ُ ‫﴾أَاَل لَهُ ْال َخ ْل‬

“… Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam.”
(QS. Al-A’raaf: 54)

Dengan demikian seorang mukmin menyadari sepenuhnya bahwa mentaati mereka yang mendurhakai Allah
adalah kedurhakaan terhadap Allah. Dalam hadits disebutkan bahwa mukmin hanya akan taat pada sesuatu
yang diizinkan Allah, Rasul dan ulil amri. Dan mukmin tidaklah akan mentaati perintah maksiat kepada
Allah.

c. Pemilik tunggal kekuasaan di alam semesta. Dialah yang menciptakan dan berhak menentukan aturan
bagi seluruh ciptaanNya, sebagaimana dalam surat Al-A’raaf ayat 54 di atas bahwa hak menciptakan dan
hak memerintah hanyalah milik Allah.

Dengan demikian, menentukan hukum dan undang-undang hanyalah hak Allah, sebagaimana tertuang dalam
ayat berikut,

‫َما تَ ْعبُ ُدونَ ِمن دُونِ ِه إِاَّل أَ ْس َما ًء َس َّم ْيتُ ُموهَا أَنتُ ْم َوآبَا ُؤ ُكم َّما أَن َز َل هَّللا ُ بِهَا ِمن س ُْلطَا ٍن ۚ إِ ِن ْال ُح ْك ُم إِاَّل هَّلِل ِ ۚ أَ َم َر أَاَّل تَ ْعبُدُوا إِاَّل إِيَّاهُ ۚ ٰ َذلِكَ الدِّينُ ْالقَيِّ ُم َو ٰلَ ِك َّن‬
٤٠﴿ َ‫اس اَل يَ ْعلَ ُمون‬ ِ َّ‫﴾أَ ْكثَ َر الن‬

“Kamu tidak menyembah yang selain Allah kecuali hanya (menyembah) nama-nama yang kamu dan nenek
moyangmu membuat-buatnya. Allah tidak menurunkan suatu keterangan pun tentang nama-nama itu.
Keputusan itu hanyalah kepunyaan Allah. Dia telah memerintahkan agar kamu tidak menyembah selain
Dia. Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”.” (QS. Yusuf: 40)

Hanya hukum dan undang-undangNya saja yang adil dan Allah mewajibkan manusia melaksanakan hukum-
hukumNya.

ْ َ‫ُورةٌ أ‬
‫نزَلنَاهَا َوفَ َرضْ نَاهَا‬ َ ‫س‬

“(Ini adalah) satu surat yang Kami turunkan dan Kami wajibkan (menjalankan hukum-hukum yang ada di
dalam)nya…” (QS. An-Nuur: 1)

Sehingga orang-orang beriman menerima Allah sebagai pemerintah dan kerajaan tunggal di alam semesta
dan menolak kerajaan manusia. Sedangkan mereka yang menolak aturan atau hukum Allah adalah kafir,
zhalim dan fasik, sebagaimana sejarah kaum-kaum terdahulu yang direkam dalam Al-Qur’an berikut ini,

ِ ‫إِنَّا أَنزَ ْلنَا التَّوْ َراةَ فِيهَا هُدًى َونُو ٌر ۚ يَحْ ُك ُم بِهَا النَّبِيُّونَ الَّ ِذينَ أَ ْسلَ ُموا لِلَّ ِذينَ هَادُوا َوال َّربَّانِيُّونَ َواأْل َحْ بَا ُر بِ َما ا ْستُحْ فِظُوا ِمن ِكتَا‬
‫ب هَّللا ِ َو َكانُوا َعلَ ْي ِه‬
‫س‬ َ ‫﴾ َو َكتَ ْبنَا َعلَ ْي ِه ْم فِيهَا أ َّن النف‬٤٤﴿ َ‫اخ َشوْ ِن َواَل تَ ْشتَرُوا بِآيَاتِي ثَ َمنًا قَلِياًل ۚ َو َمن لَّ ْم يَحْ ُكم بِ َما أَن َز َل هَّللا ُ فَأُو ٰلَئِكَ هُ ُم ْال َكافِرُون‬
ْ َّ َ ْ ‫اس َو‬
َ َّ‫ُشهَدَا َء ۚ فَاَل ت َْخ َش ُوا الن‬
ُ ‫ق بِ ِه فَهُ َو َكفَّا َرةٌ لَّهُ ۚ َو َمن لَّ ْم يَحْ ُكم بِ َما أَنزَ َل هَّللا‬ ُ ُ
َ ِ‫نف َواأْل ُذنَ بِاأْل ُذ ِن َوالس َِّّن بِال ِّسنِّ َو ْال ُجرُو َح ق‬ ِ َ ‫س َو ْال َع ْينَ بِ ْال َع ْي ِن َواأْل َنفَ بِاأْل‬
َ َ‫صاصٌ ۚ فَ َمن ت‬
َ ‫ص َّد‬ ِ ‫بِالنَّ ْف‬
ِّ ً ُ ‫إْل‬ َّ
َ ‫ص ِّدقا ل َما بَ ْينَ يَ َد ْي ِه ِمنَ التوْ َرا ِة ۖ َوآتَ ْينَاهُ ا ِ ن ِجي َل فِي ِه هُدًى َونو ٌر َو ُم‬
َ‫ص ِّدقا ل َما بَ ْين‬ ِّ ً َ ‫ار ِهم بِ ِعي َسى ا ْب ِن َمرْ يَ َم ُم‬ َ َ َّ َ َّ
ِ ‫﴾ َوقف ْينَا َعل ٰى آث‬٤٥﴿ َ‫ك هُ ُم الظالِ ُمون‬ َ ِ‫فَأُو ٰلَئ‬
٤٧﴿ َ‫اسقُون‬ ٰ ُ
ِ َ‫﴾ َو ْليَحْ ُك ْم أَ ْه ُل اإْل ِ ن ِجي ِل بِ َما أَن َز َل هَّللا ُ فِي ِه ۚ َو َمن لَّ ْم يَحْ ُكم بِ َما أَن َز َل هَّللا ُ فَأولَئِكَ هُ ُم ْالف‬٤٦﴿ َ‫﴾يَ َد ْي ِه ِمنَ التَّوْ َرا ِة َوهُدًى َو َموْ ِعظَةً لِّ ْل ُمتَّقِين‬

“Sesungguhnya Kami telah menurunkan Kitab Taurat di dalamnya (ada) petunjuk dan cahaya (yang
menerangi), yang dengan Kitab itu diputuskan perkara orang-orang Yahudi oleh nabi-nabi yang menyerah
diri kepada Allah, oleh orang-orang alim mereka dan pendeta-pendeta mereka, disebabkan mereka
diperintahkan memelihara kitab-kitab Allah dan mereka menjadi saksi terhadapnya. Karena itu janganlah
kamu takut kepada manusia, (tetapi) takutlah kepada-Ku. Dan janganlah kamu menukar ayat-ayat-Ku
dengan harga yang sedikit. Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, maka
mereka itu adalah orang-orang yang kafir. Dan Kami telah tetapkan terhadap mereka di dalamnya (At
Taurat) bahwasanya jiwa (dibalas) dengan jiwa, mata dengan mata, hidung dengan hidung, telinga dengan
telinga, gigi dengan gigi, dan luka-luka (pun) ada qishaashnya. Barangsiapa yang melepaskan (hak
qishaash)nya, maka melepaskan hak itu (menjadi) penebus dosa baginya. Barangsiapa tidak memutuskan
perkara menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang zhalim. Dan Kami
iringkan jejak mereka (nabi nabi Bani Israil) dengan Isa putra Maryam, membenarkan Kitab yang
sebelumnya, yaitu: Taurat. Dan Kami telah memberikan kepadanya Kitab Injil sedang di dalamnya (ada)
petunjuk dan cahaya (yang menerangi), dan membenarkan kitab yang sebelumnya, yaitu Kitab Taurat. Dan
menjadi petunjuk serta pengajaran untuk orang-orang yang bertaqwa. Dan hendaklah orang-orang
pengikut Injil, memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah di dalamnya. Barangsiapa tidak
memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang
fasik.” (QS. Al-Maaidah: 44-47).

Secara ringkas, materi “Makna Ilah” bagian ke-1 dan bagian ke-2 dapat dilihat pada bagan di bawah ini:

Rasmul Bayan materi tarbiyah "Makna Ilah"

– Selesai

(hdn)

Sumber: http://www.dakwatuna.com/2011/12/17176/makna-ilah-bagian-ke-2-selesai/#ixzz1glWcVhNd

Anda mungkin juga menyukai