Anda di halaman 1dari 6

Khutbah Pertama

‫وها مِب َا ُكْنتُ ْم َت ْع َملُو َن‬ ِ ِ ِ ‫هِل‬ ِ َّ ِ ِ


َ ‫ودوا أَ ْن تْل ُك ُم اجْلَنَّةُ أُو ِرثْتُ ُم‬ُ ُ‫ت ُر ُس ُل َربِّنَا بِاحْلَ ِّق َون‬ ْ َ‫ي لَ ْواَل أَ ْن َه َدانَا اللَّهُ لََق ْد َجاء‬ َ ‫احْلَ ْم ُد للَّه الذي َه َدانَا ََذا َو َما ُكنَّا لَن ْهتَد‬
.ُ‫َن حُمَ َّمداً َعْب ُدهُ َو َر ُس ْولُه‬ َّ ‫ك لَهُ َوأَ ْش َه ُد أ‬ َ ْ‫أَ ْش َه ُد أَ ْن الَ إِلَهَ إِالَّاهللُ َو ْح َدهُ الَ َش ِري‬
‫ان إِىَل َي ْوِم ال ّديْن‬ ٍ ‫اَللَّهم ص ِّل وسلِّم على حُمَم ٍد وعلى آلِِه ِوأَصحابِِه ومن تَبِعهم بِِإحس‬
َ ْ ْ َُ ْ َ َ َ ْ ََ ّ َ ْ َ َ َ ُّ
‫ث ِمْن ُه َما ِر َجااًل َكثِ ًريا َونِ َساءً َو َّات ُقوا اللَّهَ الَّ ِذي تَ َساءَلُو َن بِِه َواأْل َْر َح َام إِ َّن‬ َّ َ‫اح َد ٍة َو َخلَ َق ِمْن َها َز ْو َج َها َوب‬
ِ‫سو‬ ِ ِ َّ
َ ٍ ‫َّاس َّات ُقوا َربَّ ُك ُم الذي َخلَ َق ُك ْم م ْن َن ْف‬ ُ ‫يَا أَيُّ َها الن‬
‫اللَّهَ َكا َن َعلَْي ُك ْم َرقِيبًا‬
ِ ‫اطالً وارز ْقنَا‬ ِ ِ ِ ‫مِب‬
ُ‫اجتنَابَه‬
ْ ُ ْ َ َ‫ َوأ ََرنَا البَاط َل ب‬،ُ‫اعه‬ َ َ‫ َوأ ََرنَا احلَ َّق َح ّقاً َو ْار ُز ْقنَا اتِّب‬،ً‫ َو ِز ْدنَا عْلما‬،‫ َوا ْن َف َعنَا َا َعلَّ ْمَتنَا‬،‫اللّ ُه َّم َعلِّ ْمنَا َما َيْن َف ُعنَا‬
Amma ba’du …
Ma’asyirol muslimin rahimani wa rahimakumullah …
Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam, yang memerintahkan kita untuk terus bertakwa kepada-
Nya.
Pada hari Jumat penuh berkah ini, kita diperintahkan bershalawat kepada Nabi akhir zaman, Nabi
kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Dalam surah Al-Baqarah disebutkan,


ِ ‫ض حاَل اًل طَيِّبا واَل َتتَّبِعوا خطُو‬
ِ َ‫ات الشَّيط‬
‫ان ۚ إِنَّهُ لَ ُك ْم َع ُد ٌّو‬ ِ ‫َر‬ ‫أْل‬‫ا‬ ‫يِف‬ ‫َّا‬ ‫يا أَيُّها النَّاس ُكلُوا مِم‬
ْ َ ُ ُ َ ً َ ْ ُ َ َ
ٌ ِ‫ُمب‬
‫ني‬
“Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah
kamu mengikuti  langkah-langkah syaitan; karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang
nyata bagimu.” (QS. Al-Baqarah: 168)
 
Pertama : Akan membuat kurang semangat dalam beramal saleh
Dalam ayat disebutkan,
ِ‫ات واعملُوا صاحِل ا إِيِّن مِب ا َتعملُو َن عل‬
ِ ‫الرسل ُكلُوا ِمن الطَّيِّب‬
‫يم‬
ٌ َ َ ْ َ ً َ ْ
َ َ َ َ ُ ُ ُّ ‫يَا أَيُّ َها‬
“Hai rasul-rasul, makanlah dari makanan yang thayyib (yang baik), dan kerjakanlah amal yang
saleh. Sesungguhnya Aku Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al Mu’minun: 51).
Ibnu Katsir rahimahullah berkata, “Allah Ta’ala pada ayat ini memerintahkan para rasul ‘alaihimush
sholaatu was salaam untuk memakan makanan yang halal dan beramal saleh. Penyandingan dua
perintah ini adalah isyarat bahwa makanan halal adalah yang menyemangati melakukan amal saleh.”
(Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim, 5:462).
 
Kedua: Memakan harta haram adalah kebiasaan buruk orang Yahudi.
Sebagaimana dimaksudkan dalam ayat berikut tentang kebiasaan mereka memakan riba,
ِ ‫َّاس بِالْب‬ ِ ِّ ‫َخ ِذ ِه ُم‬ ِ ِ ِ ِ‫ات أ ُِحلَّت هَل م وب‬
ٍ ‫فَبِظُْل ٍم ِمن الَّ ِذين هادوا حَّرمنَا علَي ِهم طَيِّب‬
‫اط ِل ۚ َوأ َْعتَ ْدنَا‬َ ِ ‫الربَا َوقَ ْد نُ ُهوا َعْنهُ َوأَ ْكل ِه ْم أ َْم َو َال الن‬ ْ ‫ َوأ‬,‫صدِّه ْم َع ْن َسبِ ِيل اللَّه َكث ًري‬َ َ ُْ ْ َ ْ َْ ْ َ ُ َ َ َ
ِ ِ ِ ِ
‫يما‬ َ ‫لْل َكاف ِر‬
ً ‫ين مْن ُه ْم َع َذابًا أَل‬
“Maka disebabkan kezaliman orang-orang Yahudi, Kami haramkan atas (memakan makanan) yang
baik-baik (yang dahulunya) dihalalkan bagi mereka, dan karena mereka banyak menghalangi
(manusia) dari jalan Allah. Dan disebabkan mereka memakan riba, Padahal Sesungguhnya mereka
telah dilarang daripadanya, dan karena mereka memakan harta benda orang dengan jalan yang batil.
Kami telah menyediakan untuk orang-orang yang kafir di antara mereka itu siksa yang pedih .”
(QS. An-Nisaa’: 160-161)
Ibnu Katsir mengatakan bahwa Allah telah melarang riba pada kaum Yahudi, namun mereka
menerjangnya dan mereka memakan riba tersebut. Mereka pun melakukan pengelabuan untuk bisa
menerjang riba. Itulah yang dilakukan mereka memakan harta manusia dengan cara yang batil.
(Lihat Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim, 3: 273)
Siapa yang mengambil riba bahkan melakukan tipu daya dan akal-akalan supaya riba itu menjadi
halal, berarti ia telah mengikuti jejak kaum Yahudi. Dan inilah yang sudah diisyaratkan oleh
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Ketiga: Badan yang tumbuh dari harta yang haram akan berhak disentuh
api neraka
Yang pernah dinasihati oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pada Ka’ab,
‫َّار أ َْوىَل بِِه‬ ِ ِ ٍ ِ ‫يا َكعب بن عجرةَ إِنَّه الَ يربو حَل م نَب‬
ُ ‫ت م ْن ُس ْحت إالَّ َكانَت الن‬
َ َ ٌ ْ ُ َْ ُ َ ْ ُ َ ْ ُ ْ َ
“Wahai Ka’ab bin ‘Ujroh, sesungguhnya daging badan yang tumbuh berkembang dari sesuatu yang
haram akan berhak dibakar dalam api neraka.” (HR. Tirmidzi)
 
Keempat: Doa sulit dikabulkan
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
‫صاحِلًا} َوقَ َال َت َعاىَل {يَا أَيُّ َها‬ ِ ِ ُّ ‫ َوإِ َّن اهللَ أ ََمَر امل ْؤ ِمنِنْي َ مِب َا أ ََمَر بِِه امل ْر َسلِنْي َ َف َق َال {يَا أَيُّ َها‬،ً‫ب الَ َي ْقبَ ُل إِالَّ طَيِّبا‬
َ ‫الر ُس ُل ُكلُ ْوا م َن الطَّيِّبَات َو ْاع َملُوا‬ ِ
ٌ ِّ‫إ َّن اهللَ طَي‬
ُ ُ
‫ َو َمطْ َع ُمهُ َحَر ٌام َو َمْلبَ ُسهُ َحَر ٌام‬،‫ب‬
ِّ ‫ب يَا َر‬ ِّ ‫ يَا َر‬:‫الس َم ِاء‬
َّ ‫ث أَ ْغَبَر مَيُُّد يَ َديِْه إِىَل‬ َّ ‫الر ُج َل يُ ِطْي ُل‬
َ ‫الس َفَر أَ ْش َع‬ َّ ‫ات َما َر َز ْقنَا ُك ْم} مُثَّ ذَ َكَر‬ ِ ‫الذين آمنُوا ُكلُوا ِمن طَيِّب‬
َ ْ َ َ ْ ِّ
ِ ِ
‫اب لَه‬ ُ ‫ي بِاحلََرام فَأَىَّن يُ ْستَ َج‬ َ ‫َوغُذ‬
‘Sesungguhnya Allah Ta’ala itu baik (thayyib), tidak menerima kecuali yang baik (thayyib). Dan
sesungguhnya Allah memerintahkan kepada kaum mukminin seperti apa yang diperintahkan
kepada para Rasul. Allah Ta’ala berfirman, ‘Wahai para rasul, makanlah dari makanan yang baik-
baik, dan kerjakanlah amal shalih.’ (QS. Al-Mu’minun: 51). Dan Allah Ta’ala berfirman, ‘Wahai
orang-orang yang beriman! Makanlah dari rezeki yang baik yang Kami berikan kepadamu.’ (QS.
Al-Baqarah: 172). Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan seseorang yang
lama bepergian; rambutnya kusut, berdebu, dan menengadahkan kedua tangannya ke langit, lantas
berkata, ‘Wahai Rabbku, wahai Rabbku.’ Padahal makanannya haram, minumannya haram,
pakaiannya haram, dan ia dikenyangkan dari yang haram, bagaimana mungkin doanya bisa
terkabul.” (HR. Muslim, no. 1015)
Empat sebab terkabulnya doa sudah ada pada orang ini yaitu:
1. Keadaan dalam perjalanan jauh (safar).
2. Meminta dalam keadaan sangat butuh (genting).
3. Menengadahkan tangan ke langit.
4. Memanggil Allah dengan panggilan “Yaa Rabbii” (wahai Rabb-ku) atau memuji Allah
dengan menyebut nama dan sifat-Nya, misalnya: “Yaa Dzal Jalaali wal Ikraam” (wahai Rabb yang
memiliki keagungan dan kemuliaan), “Yaa Mujiibas Saa’iliin” (wahai Rabb yang Mengabulkan doa
orang yang meminta kepada-Mu), dan lain-lain.
Namun dikarenakan harta haram membuat doanya sulit terkabul.

 
Kelima: Harta haram membuat kaum muslimin jadi mundur dan hina
Dalam hadits disebutkan,
‫الز ْر ِع َوَتَر ْكتُ ُم اجْلِ َه َاد َسلَّ َط اللَّهُ َعلَْي ُك ْم ذُالًّ الَ َيْن ِز ُعهُ َحىَّت َت ْر ِج ُعوا إِىَل ِدينِ ُك ْم‬
َّ ِ‫اب الَْب َق ِر َو َر ِضيتُ ْم ب‬ ِ ِ
َ ‫إِ َذا َتبَ َاي ْعتُ ْم بِالْعينَة َوأ‬
َ َ‫َخ ْذمُتْ أَ ْذن‬
“Jika kalian berjual beli dengan cara ‘inah (salah satu transaksi riba), mengikuti ekor sapi
(maksudnya: sibuk dengan peternakan), ridha dengan bercocok tanam (maksudnya: sibuk dengan
pertanian) dan meninggalkan jihad (yang saat itu fardhu ‘ain), maka Allah akan menguasakan
kehinaan atas kalian. Allah tidak akan mencabutnya dari kalian hingga kalian kembali kepada agama
kalian.” (HR. Abu Daud, no. 3462. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini sahih. Lihat
‘Aunul Ma’bud, 9:242).
 
Keenam: Karena harta haram banyak musibah dan bencana terjadi
Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ِ ‫الربا يِف َقري ٍة َف َق ْد أَحلُّوا بِأَْن ُف ِس ِهم ع َذاب‬
‫اهلل‬ ِّ ‫إِذَا ظَ َهَر‬
َ َ ْ َْ َ ْ َ ِّ ‫الزناَ َو‬
“Apabila telah  marak perzinaan  dan praktek ribawi di suatu negeri, maka sungguh penduduk
negeri tersebut telah menghalalkan diri mereka untuk diadzab oleh Allah.” (HR. Al-Hakim. Beliau
mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih. Imam Adz-Dzahabi mengatakan, hadits ini shahih.
Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan lighoirihi sebagaimana disebut dalam Shahih
At-Targhib wa Tarhib, no. 1859)
 
Ketujuh, PERTANDA DEKATNYA KIAMAT,
KETIKA MANUSIA TIDAK LAGI PEDULI HALAL HARAM
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam jauh-jauh hari sudah mengatakan,

‫ أ َِم ْن َحالٍَل أ َْم ِم ْن َحَر ٍام‬، ‫ال‬ ‫مِب‬ ِ ‫لَيَأْتِنَي َّ َعلَى الن‬
َ ‫َّاس َز َما ٌن الَ يُبَاىِل الْ َم ْرءُ َا أ‬
َ ‫َخ َذ الْ َم‬
“Akan datang suatu zaman di mana manusia tidak lagi peduli dari mana mereka mendapatkan
harta, apakah dari usaha yang halal atau yang haram.” (HR. Bukhari no. 2083, dari Abu Hurairah
radhiyallahu ‘anhu).

Demikian khutbah pertama ini.

‫العلِْي ُم‬ ِ ‫أَُقو ُل َقويِل ه َذا َواسَت ْغ ِفر اهلل يِل ولَ ُكم ولِسائِِر املسلِ ِم إِنَّه هو‬
َ ‫السمْي ُع‬
َ َ ُ ُ َ ‫ْ ْ َ َ ْ ُ َ َ ْ َ َ ُ ْ نْي‬
 
Khutbah Kedua

Hamdalah, Solawat, Waiat Taqwa

Kalau kita perhatikan hadits Nabi, maka sesungguhnya zaman itu telah terjadi pada kita saat ini, di
mana manusia banyak terjerumus dalam perkara haram. Baik dia sebagia pegawai, maupun
wiraswasta.

Seorang pegawai yang bekerja di tempat ribawi, maka itu haram, korupsi, suap-menyuap, dan lain
sebagainya.

Dalam kehidupan bersocial, mencuri, menambah batas-batas tanah yang bukan haknya, dan lain
sebagainya, perjudian, pelacuran, ini semua haram.

Terlebih dalam jual beli, terjadi penipuan, seperti mengurangi takaran atau timbangan, menutupi
aib barang, menjual barang yang tidak sesuai dengan yang diiklankan.

Kita diperintahkan untuk memakan yang halal dan menjauhi yang haram sebagaimana dalam doa
yang diajarkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

‫ك َع َّم ْن ِس َو َاك‬ ِ ْ ‫ وأَ ْغنِيِن بَِف‬، ‫اللَّه َّم ا ْك ِفين حِب الَلِك عن حر ِامك‬
َ ‫ضل‬ َ َ ََ ْ َ َ َ ُ
“Ya Allah cukupkanlah aku dengan yang halal dan jauhkanlah aku dari yang haram, dan
cukupkanlah aku dengan karunia-Mu dari bergantung pada selain-Mu.” (HR. Tirmidzi)
Dan ingat rezeki yang halal walau sedikit itu pasti lebih berkah. Abul ‘Abbas Ahmad bin ‘Abdul
Halim bin Taimiyyah Al-Harrani (Wafat: 728 H) rahimahullah pernah berkata,

‫ب َومَيْ َح ُقهُ اللَّهُ َت َعاىَل‬ ِ ِِ ِ ِ ِ‫والْ َقل‬


ُ ‫يل م ْن احْلَاَل ل يُبَ َار ُك فيه َواحْلََر ُام الْ َكثريُ يَ ْذ َه‬
ُ َ
“Sedikit dari yang halal itu lebih bawa berkah di dalamnya. Sedangkan yang haram yang jumlahnya
banyak hanya cepat hilang dan Allah akan menghancurkannya.” (Majmu’ah Al-Fatawa, 28:646)

Oleh karena itu wajib atas kita mengetahi mana yang halal dan haram, agar tidak terjatuh ke
dalamnya.
‘Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu pernah mengatakan,

ِّ ‫َم ْن اجَّتََر َقْب َل أَ ْن َيَت َف َّقهَ ْارتَطَ َم يِف‬


‫الربَا مُثَّ ْارتَطَ َم مُثَّ ْارتَطَ َم‬
“Barangsiapa yang berdagang namun belum memahami ilmu agama, maka dia pasti
akan terjerumus dalam riba, kemudian dia akan terjerumus ke dalamnya dan terus menerus
terjerumus.”
‘Umar bin Al-Khaththab radhiyallahu ‘anhu juga mengatakan,

‫اَل يَبِ ْع يِف ُسوقِنَا إِاَّل َم ْن قَ ْد َت َف َّقهَ يِف الدِّي ِن‬


"Jangan berjualan di pasar ini para pedagang yang tidak mengerti dien (muamalat)" ‫رواه الترمذي‬
Maka jelaslah bagi seorang muslim, mempelajari ilmu halal haram, jauh lebih penting dari sekedar
belajar ilmu bisnis, marketing, ekonomi dan semisalnya.

‫اعلَْي ِه َو َسلِّ ُم ْوا تَ ْسلِْي ًما‬ ِ ِ‫اِ َّن اهلل ومالَئ‬


َ ‫لى النَّىِب ْ يَاَ يُّ َهاالَّذيْ َن َآمُن ْو‬
َ ‫اصلُّ ْو‬ َ ‫ع‬
َ ‫ن‬
َ ‫و‬
ْ ُّ‫صل‬
َ ُ‫ي‬ ُ‫ه‬‫ت‬
َ ‫ك‬َ ََ َ
ِ ِ ٍ ِ ٍ
‫ك‬ َ َّ‫ إِن‬،‫ت َعلَى إِ ْبَراهْي َم َو َعلَى ِآل إِ ْبَراهْي َم‬ َ ‫صلَّْي‬
َ ‫ص ِّل َعلَى حُمَ َّمد َو َعلَى آل حُمَ َّمد َك َما‬ َ ‫اَللَّ ُه َّم‬
،‫ت َعلَى إِ ْبَر ِاهْي َم َو َعلَى ِآل إِْبَر ِاهْي َم‬ ٍ ٍ
َ ‫ َوبَا ِر ْك َعلَى حُمَ َّمد َو َعلَى ِآل حُمَ َّمد َك َما بَ َار ْك‬.‫مَح ْي ٌد جَم ْي ٌد‬
ِ ِ
‫ك مَحِ ْي ٌد جَمِ ْي ٌد‬
َ َّ‫إِن‬
‫ك مَسِ ْي ٌع‬ ِ ‫ات األَحي ِاء ِمْنهم واألَمو‬ ِ َ‫املؤ ِمن‬ ِ ‫الله َّم ا ْغ ِفر لِْلمسلِ ِم واملسلِم‬
َ َّ‫ات إِن‬ َْ َ ْ ُ َْ ْ ‫املؤ ِمنِنْي َ َو‬
ْ ‫ات َو‬ َ ْ َ َ ‫ْ ُ ْ نْي‬ ُ
‫َّع َو ِة‬
ْ ‫ب الد‬ ُ ٌْ‫ي‬
ْ
ِ‫قَ ِريب جُم‬
‫الساَل ِم‪ ،‬وجَنِّنَا ِمن الظُّلُم ِ‬
‫ات إِىَل‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫اللَّه َّم أَلِّف ب ُقلُوبِنا‪ ،‬وأ ِ‬
‫َ َ‬ ‫ات َبْيننَا‪َ ،‬و ْاهدنَا ُسبُ َل َّ َ‬ ‫َصل ْح َذ َ‬ ‫ُ ْ َنْي َ َ َ ْ‬
‫صا ِرنَا‪َ ،‬و ُقلُوبِنَا‪،‬‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫ش َما ظَ َهَر مْن َها َو َما بَطَ َن‪َ ،‬وبَا ِر ْك لَنَا يِف أَمْسَاعنَا‪َ ،‬وأَبْ َ‬ ‫النُّو ِر‪َ ،‬و َجنِّْبنَا الْ َف َواح َ‬
‫ك أَنْت الت ََّّواب َّ ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫يم‬
‫الرح ُ‬ ‫ُ‬ ‫ب َعلَْينَا إِنَّ َ َ‬ ‫َوأ َْز َواجنَا‪َ ،‬وذُِّريَّاتنَا‪َ ،‬وتُ ْ‬
‫ني إِ َم ًاما‬ ‫ِ ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫ب لَنَا م ْن أ َْز َواجنَا َوذُِّريَّاتنَا ُقَّر َة أ َْعنُي ٍ َو ْ‬
‫اج َع ْلنَا ل ْل ُمتَّق َ‬ ‫َربَّنَا َه ْ‬
‫ِ‬ ‫اللَّ ُه َّم إنَّا نَ ْسأَلُ َ‬
‫اف ‪ ،‬والغىَن‬ ‫والع َف َ‬
‫والت َقى ‪َ ،‬‬ ‫ك اهلَُدى ‪ُّ ،‬‬
‫اب النَّا ِر‬ ‫الد ْنيا حسنةً ويِف اآْل ِخر ِة حسنةً وقِ‬ ‫ِ يِف‬
‫َ‬ ‫ذ‬‫َ‬ ‫ع‬
‫َ‬ ‫ا‬‫َ‬‫ن‬ ‫َ َ ََ َ‬ ‫َربَّنَا آتنَا ُّ َ َ َ َ َ‬
‫ان إِىَل َي ْوِم ال ّديْن‬
‫وصلَّى اهلل علَى نَبِِّينَا حُمَ َّم ٍد وعلَى آلِِه وصحبِ ِه و َمن تَبِعهم بِِإحس ٍ‬
‫َ َ ْ َ ْ َُ ْ ْ َ‬ ‫ََ‬ ‫َ َ َُ‬
‫آخر د ْعوانَا أ َِن احْل م ُد هلل ر ِّ ِ‬ ‫وِ‬
‫ب الْ َعالَمنْي َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َ ُ َ‬‫َ‬

Anda mungkin juga menyukai