Anda di halaman 1dari 8

‫سنَا‬ِ ُ‫ش ُر ْو ِر َأ ْنف‬

ُ ْ‫وذ بِاهللِ ِمن‬ ُ ‫ َونَ ُع‬،ُ‫ستَ ْغفِ ُره‬ ْ َ‫ِإنَّ ا ْل َح ْم َد هَّلِل ِ نَ ْح َم ُدهُ َون‬
ْ َ‫ست َِع ْينُهُ َون‬
.ُ‫ي لَه‬ َ ‫ضلِ ْل فَالَ َها ِد‬ ْ ُ‫ض َّل لَهُ َو َمنْ ي‬ ِ ‫ َمنْ يَ ْه ِد هللاُ فَالَ ُم‬،‫ت َأ ْع َمالِنَا‬ ِ ‫سيَِّئا‬ َ ْ‫َو ِمن‬
ُ‫س ْولُه‬ُ ‫ش َه ُد َأنَّ ُم َح َّم ًدا َع ْب ُدهُ َو َر‬
ْ ‫ش ِر ْيكَ لَهُ َوَأ‬
َ َ‫ش َه ُد َأنَّ الَ ِإلَهَ ِإالَّ هللاُ َو ْح َدهُ ال‬ ْ ‫َأ‬
‫سلَّ َم َو َعلَى آلِ ِه‬ َ ‫صلَّى ا هللُ َعلَ ْي ِه َو‬
َ ‫س ْولِنَا ُم َح َّم ٍد‬ ُ ‫سلِّ ْم َعلَى نَبِيِّنَا َو َر‬ َ ‫ص ِّل َو‬ َ ‫اَللَّ ُه َّم‬
‫ان ِإلَى يَ ْو ِم ال ِّد ْي ِن‬
ٍ ‫س‬ َ ‫ص َحابِ ِه َو َمنْ تَبِ َع ُه ْم بِِإ ْح‬ ْ ‫َوَأ‬
‫ق ِم ْن َها َز ْو َج َها‬َ َ‫اح َد ٍة َو َخل‬ ٍ ‫اس اتَّقُوا َربَّ ُك ْم الَّ ِذي َخلَقَ ُك ْم ِمنْ نَ ْف‬
ِ ‫س َو‬ ُ َّ‫يَا َأيُّ َها الن‬
َّ‫ون بِ ِه َواَأل ْر َحا َم ِإن‬َ ُ‫سا َءل‬ َ َ‫سا ًء َواتَّقُوا هَّللا َ الَّ ِذي تَت‬ َ ِ‫ث ِم ْن ُه َما ِر َجاالً َكثِيراً َون‬ َّ َ‫َوب‬
َ ‫هَّللا َ َك‬
ً ‫ان َعلَ ْي ُك ْم َرقِيبا‬
‫ون‬
َ ‫سلِ ُم‬ ْ ‫ق تُقَاتِ ِه َواَل تَ ُموتُنَّ ِإاَّل َوَأ ْنتُ ْم ُم‬
َّ ‫ين َآ َمنُوا اتَّقُوا هَّللا َ َح‬َ ‫يَا َأيُّ َها الَّ ِذ‬
‫صلِ ْح لَ ُك ْم َأ ْع َمالَ ُك ْم َويَ ْغفِ ْر‬ْ ُ‫ ي‬، ‫س ِدي ًدا‬ َ ‫ين َآ َمنُوا اتَّقُوا هَّللا َ َوقُولُوا قَ ْواًل‬ َ ‫يَا َأيُّ َها الَّ ِذ‬
‫از فَ ْو ًزا َع ِظي ًما‬
َ َ‫سولَهُ فَقَ ْد ف‬ ُ ‫م َو َمنْ يُ ِط ِع هَّللا َ َو َر‬Yْ ‫لَ ُك ْم ُذنُوبَ ُك‬
‫َأ َّما بَ ْع ُد‬
Hadirin yg berbahagia
Marilah kita senantiasa dapat meningkatkan takwa kepada Allah, dalam arti kita berusaha
mengerjakan segala perintah-Nya dan meninggalkan segala larangan-Nya.

Sehingga semakin bertambah umur, kita akan semakin bertambah amal kebaikannya.
, semakin baik, semakin takwa. Sebagaimana sabda beliau :

ُ‫ال ُع ْم ُرهُ َو َحس َُن َع َملُه‬


َ َ‫اس َم ْن ط‬
ِ َّ‫َخ ْي ُر الن‬
Artinya : “Sebaik-baik manusia adalah orang yang semakin panjang umurnya, semakin baik
perbuatannya”. (HR At-Tirmidzi).

Begitulah, sehingga hidup senantiasa di dalam kebaikan, gemar beramal shalih, berlomba dalam
kebajikan, memberikan yang terbaik itulah yang seharusnya kita camkan di dalam dada iman kita
masing-masing. Sebagaimana dengan kasih sayang-Nya, Allah meminta kita untuk giat berlomba
dalam kebaikan, melalui untaian ayat-ayat suci-Nya :
ِ ‫ت َأي َْن َما تَ ُكونُوا يَْأ‬
‫ت بِ ُك ُم هَّللا ُ َج ِميعًا ِإ َّن‬ ِ ‫َولِ ُكلٍّ ِوجْ هَةٌ هُ َو ُم َولِّيهَا فَا ْستَبِقُوا ْال َخي َْرا‬
‫هَّللا َ َعلَى ُكلِّ َش ْي ٍء قَ ِدي ٌر‬
Artinya : “Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka
berlomba-lombalah kalian (dalam berbuat) kebaikan. Di mana saja kalian berada pasti Allah
akan mengumpulkan kalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala
sesuatu.” (QS Al-Baqarah [2]: 148).

Hadirin yang berbahagia.

Dalam semua amal kebaikan itu, agar diterima Allah, maka harus disertai dengan keikhlasan.
Agama ini dibangun di atas dasar realisasi ibadah yang merupakan tujuan manusia diciptakan.
Sementara hakikat ibadah itu sendiri tidak akan ada kecuali disertai dengan keikhlasan.

Keikhlasan dalam ibadah itu, bagaikan ruh dalam badan. Badan tanpa ruh, berarti bangkai yang
tidak bernilai. Demikian pula amalan, jika dilakukan tanpa keikhlasan maka tidak ada nilainya.

Allah menyebutkan di dalam ayat:

p‫صاَل ةَ َويُْؤ تُوا‬ َ ‫ين لَهُ ال ِّد‬


َّ ‫ين ُحنَفَا َء َويُقِي ُموا ال‬ َ ‫ص‬ِ ِ‫َو َما ُأ ِمرُوا ِإاَّل لِيَ ْعبُ ُدوا هَّللا َ ُم ْخل‬
‫ين ْالقَيِّ َم ِة‬
ُ ‫ك ِد‬ َ ِ‫ال َّز َكاةَ َو َذل‬
Artinya: “Padahal mereka tidak disuruh, kecuali supaya beribadah kepada Allah dengan
memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka
mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.” (QS. Al-
Bayyinah [98]: 5).

Ikhlas, bermakna berbiabadah, beramal hanya karena ingin mengharap ridha Allah. Seperti
firman-Nya:

‫ف نُْؤ تِي ِه َأجْ رًا َع ِظي ًم‬


َ ‫هللا فَ َس ْو‬
ِ ‫ت‬ َ ِ‫َو َمن يَ ْف َعلْ َذل‬
َ ْ‫ك ا ْبتِ َغآ َء َمر‬
ِ ‫ضا‬
Artinya: “Dan barangsiapa yang berbuat demikian karena mencari keridhaan Allah, maka kelak
Kami memberi kepadanya pahala yang besar.” (QS An-Nisa’ [4]: 114).
Dalam aqidah ikhlas bermakna bersih dari syirik. Sebagaimana firman-Nya:

‫ان يَرْ جُو لِقَا َء َربِّ ِه‬ ِ ‫ي َأنَّ َما ِإ ٰلَهُ ُك ْم ِإ ٰلَهٌ َو‬
َ ‫اح ٌد ۖ فَ َم ْن َك‬ َ ‫قُلْ ِإنَّ َما َأنَا بَ َش ٌر ِم ْثلُ ُك ْم ي‬
َّ َ‫ُوح ٰى ِإل‬
‫صالِحًا َواَل يُ ْش ِر ْك بِ ِعبَا َد ِة َربِّ ِه َأ َح ًدا‬ َ ‫فَ ْليَ ْع َملْ َع َماًل‬
Artinya: “Katakanlah, “Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kalian, yang
diwahyukan kepadaku, “Bahwa sesungguhnya Tuhan kalian itu adalah Rabb Yang Esa”.
Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal
yang shaleh dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadah kepada
Tuhannya.” (QS Al-Kahfi [18]: 110).

Dalam hadits dari Umar bin Khathab Radhiyallahu ‘Anhu yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari
dan Muslim, Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:

‫ت ِهجْ َرتُهُ ِإلَى ُد ْنيَا‬


ْ َ‫ فَ َم ْن َكان‬,‫ َوِإنَّ َما لِ ُكلِّ ا ْم ِرٍئ َما نَ َوى‬,‫ت‬ ِ ‫ِإنَّ َما اَْأل ْع َما ُل بِالنِّيَّا‬
َ َ‫ فَ ِهجْ َرتُهُ ِإلَى َما ه‬,‫ َأ ْو ِإلَى ا ْم َرَأ ٍة يَ ْن ِك ُحهَا‬,‫ُص ْيبُهَا‬
‫اج َر ِإلَ ْي ِه‬ ِ ‫ي‬
Artinya: “Sesungguhnya setiap amalan tergantung dari niatnya. Dan sesungguhnya setiap orang
hanya akan mendapatkan apa yang ia niatkan. Barangsiapa hijrahnya untuk mendapatkan dunia
atau untuk wanita yang ingin ia nikahi, maka hijrahnya kepada apa yang ia berhijrah kepadanya.”
(HR Bukhari dan Muslim).

Al-Khatthabi berkata, “Makna hadits ini, keabsahan amalan dan keberadaan konsekuensinya
ditentukan oleh niatnya. Jadi, sesungguhnya niatlah yang mengarahkan amalan.”

Al-Hafizh Ibnu Rajab rahimahullah berkata, “Makna al-a’malu bin niyat adalah amalan itu
menjadi baik atau rusak, diterima atau ditolak, diberi pahala atau tidak, tergantung niatnya. Jadi,
hadits ini menjelaskan tentang hukum syar’i yaitu baik buruknya suatu amalan tergantung baik
dan buruknya niat.”

Jadi, kalau ada niat buruk, niat jahat, niat maksiat, maka segala cara, upaya dan tipu daya ia
kerjakan bahkan rencanakan. Apalagi ada kesempatan. Maka semakin sempurnalah
kejahatannya. Maka, selalulah berniat dan beritikad baik. Sehingga jika ada sesuatu yang tidak
bersdesuaian denbgan hatinya, banyak rintangan dan cemoohan menghadang, ada kesempatan
berbuat maksiat. Ia tetap istiqamah dalam kebaikannya, karena adanya jiwa yang ikhlas.

Ini dikarenakan, keikhlasan mempunyai kedudukan yang sangat tinggi dalam agama. Ikhlas
dalam arti juga bersih dari dendam, dengki, dan khianat.

Dalam hal ini, Abu Idris berkata, “Seseorang tidak akan bisa mencapai hakikat ikhlas, sampai ia
tidak suka dipuji oleh seorang pun atas amalan yang dikerjakannya untuk Allah ‘Azza wa Jalla”.

Al-Fudhail menyebutkan, “Meninggalkan amalan karena manusia adalah riya’, dan mengerjakan


suatu amalan karena manusia adalalah syirik. Ikhlas adalah jika Allah ‘Azza wa
Jalla menyelamatkanmu dari keduanya.”

Ya’qub juga mengatakan, “Orang yang ikhlas adalah orang yang dapat merahasiakan
kebaikannya, sebagaimana ia merahasiakan keburukannya.”

Fudhail bin Iyadh mengatakan, “Meninggalkan amal karena manusia adalah riya’ dan beramal
karena manusia adalah syirik. Dan ikhlas adalah apabila Allah menyelamatkan Anda dari
keduanya.”

Imam Al Ghazali menyimpulkan, “Semua orang pasti akan binasa kecuali orang yang berilmu.
Orang yang berilmu pun akan binasa kecuali orang yang beramal. Orang yang beramal juga akan
binasa kecuali orang yang ikhlas.”

Seorang ‘alim juga mengatakan, “Ilmu itu laksana benih, sedangkan amal laksana tanaman, dan
air adalah ikhlas.”

Hadirin yang berbahagia.

Sekarang, bagaimana caranya agar kita tetap istiqamah dalam keikhlasan?


Di antara caranya adalah seperti banyak disampaikan para Ulama Salafus Sholih, yaitu menerima
ketentuan Allah dengan ridha dan baik sangka, memberi tanpa mengharap kembali, memaafkan
suatu kezaliman saat mampu memberikan balasan, menyambung silaturahim kepada orang yang
membencinya dan beramal sama baiknya, baik ketika bersama-sama maupun saat sendirian.

Juga mengakui segala kekurangan diri, siap menerima masukan dan koreksi demi kebaikan, tidak
merasa paling berjasa, mendoakan kebaikan orang lain sekalipun orang itu berbuat buruk kepada
kita, dan sebagainya.

Tentang latihan ikhlas, dengan gemar memberi, bershadaqah tanpa berharap kembali, ini
dikisahkan, bahwa ‘Ali bin Al-Hushain pernah membawa sekantong roti di atas pundaknya pada
malam hari. Lalu ia bershadaqah dengannya. Namun tanpa disadarinya, ada sahabatnya yang
tahu dan menanyakannya. Kemudian ia berkata, “Sesungguhnya shadaqah secara rahasia akan
memadamkan kemurkaan Allah Subhanahu wa Ta’ala”.

Itulah kesuksesan ibadah, seperti dikatakan Muhammad bin Ali At-Tirmidzi, “Kesuksesan di
akhirat itu bukan karena banyaknya amalan. Sesungguhnya kesuksesan di sana itu dengan
mengikhlaskan amalan dan memperbaikinya.”

Hadirin rahimakumullah.

Begitu pentingnya keikhlasan ini, ia disetarakan dengan doa dan shalat. Seperti disebutkan di
dalam hadits:

ِ َ‫صالَتِ ِه ْم َوِإ ْخال‬


‫ص ِه ْم‬ َ ِ‫ص ُر هَّللا ُ هَ ِذ ِه اُأل َّمةَ ب‬
َ ‫ض ِعيفِهَا بِ َد ْع َوتِ ِه ْم َو‬ ُ ‫ِإنَّ َما يَ ْن‬
Artinya : “Sesungguhnya Allah menolong umat ini adalah dengan sebab doa, shalat, dan
keikhlasan orang-orang yang lemah dari umat ini.” (HR An-Nasa’i).

Dalam perjuangan umat Islam, yang merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan, satu
Jama’ah dan dengan satu Imaamnya, maka semuanya harus memiliki jiwa keikhlsan dalam
kehidupan berjamaah. Ikhlas memimpin dan ikhlas dipimpin, ikhlas menasihati dan ikhlas pula
dinasihati.
Ikhlas seperti ketika Panglima Khalid bin Walid diberhentikan dari jabatannya dengan hormat
oleh Khalifah Umar bin Khattab, karena khawatir kultus individu dari umat. Maka, Khalid tetap
berjuang di jalan Allah. Ketika ditanya, mengapa tetap berjuang dengan sungguh-sungguh,
padahal sudah tidak menjabat sebagai panglima perang lagi. Ia menjawab dengan ikhlas, “Saya
berjuang bukan karena Umar, tapi karena Tuhannya Umar”.

Itulah makna ikhlas. Seperti juga disebutkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam
menyebutkan di dalam sabdanya:

َ ‫اص َحةُ َأِئ َّم ِة ْال ُم ْسلِ ِم‬


‫ين‬ َ َ‫ث الَ يُ َغلُّ َعلَ ْي ِه َّن قَ ْلبُ ُم ْسلِ ٍم ِإ ْخالَصُ ْال َع َم ِل هَّلِل ِ َو ُمن‬ ٌ َ‫ثَال‬
‫وم َج َما َعتِ ِه ْم فَِإ َّن ال َّد ْع َوةَ تُ ِحيطُ ِم ْن َو َراِئ ِه ْم‬
ِ ‫َولُ ُز‬
Artinya: “Hati seorang mukmin tidak akan dimasuki dendam dengan sebab tiga perkara (yaitu)
ikhlas dalam amal untuk Allah; memberi nasehat kepada para pemimpin kaum muslimin;
menetapi jamaah mereka, karena sesungguhnya doa mereka meliputinya.” (HR. Tirmidzi dan
Ibnu Majah).

Demikianlah, semoga Allah karuniakan kita jiwa-jiwa yang ikhlas, serta kekuatan Jama’ah
karena keikhlasan imaam dan para makmumnya. Aamiin yaa robbal ‘aalamiin. ‫"اول "ه‬

ٍ ‫َأق ْو ُل هَ َذا القَ ْو َل َوَأ ْستَ ْغفِ ُر هللاَ لِ ْي َولَ ُك ْم َولِ َساِئ ِر ال ُمْؤ ِمنِي َْن ِم ْن ُكلِّ َذ ْن‬
ُ‫ب فَا ْستَ ْغفِر ُْوه‬
َ ‫ يَ ْغفِرْ لَ ُك ْم ِإنَّهُ هُ َو ال َغفُ ْو ُر‬.
‫الر ِح ْي ُم‬
‫هّٰلِل‬
‫ت‬ ‫سنَا َو ِمنْ َ‬
‫سيَِّئا ِ‬ ‫ش ُر ْو ِر َأ ْنفُ ِ‬
‫ستَ ْغفِ ُرهُ‪َ ،‬ونَ ُع ْو ُذ ِباهللِ ِمنْ ُ‬ ‫ست َِعينُهُ َونَ ْ‬ ‫ِإنَّ ا ْل َح ْم َد ِ نَ ْح َم ُدهُ َونَ ْ‬
‫ي لَهُ‬ ‫ضلِ ْل فَاَل َها ِد َ‬ ‫ض َّل لَهُ َو َمنْ يُ ْ‬ ‫‪َ،‬أ ْع َمالِنَا‪َ ،‬منْ يَ ْه ِد هللاُ فَاَل ُم ِ‬
‫س ْولُهُ‪،‬‬
‫سيِّ َدنَا ُم َح َّم ًدا َع ْب ُدهُ َو َر ُ‬ ‫ش َه ُد َأنَّ َ‬ ‫ش ِر ْيكَ لَهُ‪َ ،‬وَأ ْ‬ ‫ش َه ُد َأنْ اَّل ِإ ٰلهَ ِإاَّل هللاُ َو ْح َدهُ اَل َ‬
‫َأ ْ‬
‫ق ا ْل َو ْع ِد اَأْل ِم ْي ِن‬‫صا ِد ِ‬ ‫سلِّ ْم َع ٰلى َ‬
‫سيِّ ِدنَا ُم َح َّم ِد ِن ال َّ‬ ‫ص ِّل َو َ‬ ‫‪،‬اَللهم َ‬
‫آل ا ْلبَ ْي ِ‬
‫ت‬ ‫ت ا ْل ُمْؤ ِمنِ ْي َن‪َ ،‬و ِ‬‫ض اللهم عَنْ ُأ َّم َها ِ‬ ‫ار َ‬ ‫سلِ ْي َن‪َ ،‬و ْ‬‫َو َع ٰلى ِإ ْخ َوانِ ِه النَّبِيِّ ْي َن َوا ْل ُم ْر َ‬
‫ان َو َعلِ ٍّي‪َ ،‬و َع ِن اَأْلِئ َّم ِة‬ ‫اش ِد ْي َن‪َ ،‬أبِ ْي بَ ْك ٍر َو ُع َم َر َو ُع ْث َم َ‬
‫الطَّا ِه ِر ْي َن‪َ ،‬و َع ِن ا ْل ُخلَفَا ِ‪Y‬ء ال َّر ِ‬
‫صالِ ِح ْي َن‪َ .‬أ َّما بَ ْع ُد‬‫‪، ‬ا ْل ُم ْهتَ ِد ْي َن‪َ ،‬أبِ ْي َحنِ ْيفَةَ َو َمالِ ٍك َوالشَّافِ ِع ِّي َوَأ ْح َم َد َو َع ِن اَأْل ْولِيَا ِء َوال َّ‬
‫س ْي ِبتَ ْق َوى هللاِ ا ْل َعلِ ِّي ا ْل َع ِظ ْي ِم فَاتَّقُ ْوهُ‪َ ،‬وا ْعلَ ُم ْوا َأنَّ هللاَ‬ ‫ص ْي ُك ْم َونَ ْف ِ‬‫سلِ ُم ْو َن‪ُ ،‬أ ْو ِ‬ ‫فَيَا َأيُّ َها ا ْل ُم ْ‬
‫ساَل ِم َع ٰلى نَبِيِّ ِه ا ْل َك ِر ْي ِم فَقَا َل‪ِ :‬إنَّ هَّللا َ َو َماَل ِئ َكتَهُ‬ ‫صاَل ِة َوال َّ‬ ‫َأ َم َر ُك ْم بَِأ ْم ٍر َع ِظ ْي ٍم‪َ ،‬أ َم َر ُك ْم بِال َّ‬
‫سلِّ ُموا تَ ْ‬
‫سلِي ًما‬ ‫صلُّوا َعلَ ْي ِه َو َ‬ ‫ين آ َمنُوا َ‬ ‫ون َعلَى النَّبِ ِّي يَا َأ ُّي َها الَّ ِذ َ‬ ‫صلُّ َ‬ ‫‪،‬يُ َ‬
‫ٰ‬
‫سيِّ ِدنَا ِإ ْب َرا ِه ْي َم‬‫صلَّ ْيتَ َع ٰلى َ‬ ‫سيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد َك َما َ‬ ‫آل َ‬ ‫سيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد َو َع ٰلى ِ‬ ‫ص ِّل َع ٰلى َ‬ ‫اَللّ ُه َّم َ‬
‫سيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد َك َما بَا َر ْكتَ‬ ‫آل َ‬ ‫سيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد َو َع ٰلى ِ‬ ‫سيِّ ِدنَا ِإ ْب َرا ِه ْي َم َوبَا ِركْ َع ٰلى َ‬ ‫آل َ‬ ‫َو َع ٰلى ِ‬
‫سيِّ ِدنَا ِإ ْب َرا ِه ْي َم‪ ،‬فِ ْي ا ْل َعالَ ِم ْي َن ِإنَّكَ َح ِم ْي ٌد َم ِج ْي ٌد‬‫آل َ‬ ‫سيِّ ِدنَا ِإ ْب َرا ِه ْي َم َو َع ٰلى ِ‬ ‫‪َ .‬ع ٰلى َ‬
‫ٰ‬
‫ت اَأْل ْحيَا ِء ِم ْن ُه ْم َواَأْل ْم َوا ِ‬
‫ت‬ ‫ت وا ْل ُمْؤ ِمنِ ْي َن َوا ْل ُمْؤ ِمنَا ِ‬ ‫سلِ َما ِ‬ ‫سلِ ِم ْي َن َوا ْل ُم ْ‬‫‪،‬اَللّ ُه َّم ا ْغفِ ْر لِ ْل ُم ْ‬
‫اللهم ا ْدفَ ْع َعنَّا ا ْلبَاَل َء َوا ْل َغاَل َء َوا ْل َوبَا َ‪Y‬ء َوا ْلفَ ْحشَا َء َوا ْل ُم ْن َك َر َوا ْلبَ ْغ َي‬
‫ش َداِئ َد َوا ْل ِم َح َن‪َ Y،‬ما ظَ َه َر ِم ْن َها َو َما بَطَ َن‪ِ ،‬منْ بَلَ ِدنَا َه َذا َخا َّ‬
‫صة ً‬ ‫ف ا ْل ُم ْختَلِفَةَ َوال َّ‬ ‫سيُ ْو َ‬ ‫َوال ُّ‬
‫سلِ ِم ْي َن َعا َّمةً‪ِ ،‬إنَّ َك َعلَى ُك ِّل ش ْ‬
‫َي ٍء قَ ِد ْي ٌر‬ ‫َو ِمنْ بُ ْل َدا ِن ا ْل ُم ْ‬
‫ان َوِإ ْيتَا ِء ِذي ا ْلقُ ْربَى ويَ ْن َهى َع ِن الفَ ْحشَا ِء‬ ‫س ِ‬‫ِعبَا َد هللاِ‪ ،‬إنَّ هللاَ يَْأ ُم ُر بِا ْل َعد ِْل َواإْل ْح َ‬
‫َوا ْل ُم ْن َك ِر َوالبَ ْغ ِي‪ ،‬يَ ِعظُ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم تَ َذ َّك ُر ْو َن‪ .‬فَاذ ُك ُروا هللاَ ا ْل َع ِظ ْي َم يَ ْذ ُك ْر ُك ْم َوا ْ‬
‫ش ُك ُر ْوهُ َعلَى‬
‫ضلِ ِه يُ ْع ِط ُك ْم َواتَّقُ ْوهُ يَ ْج َع ْل لَ ُك ْم ِمنْ َأ ْم ِر ُك ْم َم ْخ َر ًجا‪َ ،‬ولَ ِذ ْك ُر‬
‫سَألُ ْوهُ ِمنْ فَ ْ‬
‫نِ َع ِم ِه يَ ِز ْد ُك ْم َوا ْ‬
‫‪.‬هللاِ َأ ْكبَ ُر‬

Anda mungkin juga menyukai