Anda di halaman 1dari 9

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Al-Qur’an merupakan wahyu serta mukjizat terbesar yang Allah SWT.
Wahyukan kepada baginda nabi Muhammad SAW. al-Qur’an mengcover semua
permasalahan serta petunjuk bagi segenap manusia, bahkan lebih dari itu, dalam
al-Qur’an juga terdapat kisah tentang sebelum alam dan manusia diciptakan
hingga akhir dari kehidupan semua makhluk.
Al-Qur’an merupakan satu-satunya mukjizat yang sangat kompleks dan
berperan sebagai penyempurna dari kitab-kitab sebelumnya. Al-Qur’an tidak
hanya memberikan petujuk dalam hal ibadah, tapi juga menjadi sumber
pengetahuan baik yang bersifat Fisik, metafisik maupun yang bersifat konkret.
Al-Qur’an juga menjadi salah satu bukti kerasulan nabi Muhammad SAW.
karna al-Qur’an merupakan kitab yang serat akan sastra yang tidak mungkin akan
dikarang atau disusun oleh nabi Muhammad yang ‘Ummy. Al-Qur’an diturunkan
dalam bahasa Arab, sehingga bahasa Arab menjadi bahasa persatuan umat Islam
sedunia. Karena tiada suatu bacaan pun sejak mengenal tulis baca dapat
menandingi al-Qur’an al-Karim. Allah swt. menurunkan al-Qur’an dengan penuh
kebenaran dan keseimbangan sesuai dengan ayat yang tertera dalam Q.S Al-Syura
42:17. Oleh karena itu kesempurnaan al-Qur’an tidak diragukan lagi dan salah
satu kemukjizatan dari al-Qur’an itu sendiri ialah kesempurnaan dan keindahan
kata-katanya.
Salah satu ayat dalam al-Qur’an yang memiliki nilai keindahan sastra dan
butuh penafsiran adalah Ayat Misykat yang terdapat pada surah an-Nur ayat 35
berikut ini;
‫ٱُهَّلل ُن وُر ٱلَّس َٰم َٰو ِت َو ٱَأۡلۡر ِۚض َم َث ُل ُن و ِهۦ َك ِم ۡش َكٰو ٖة ِفيَه ا ِم ۡص َباٌۖح‬
‫ِر‬
‫ّي ُيوَقُد ِم ن َش َج َر ٖة‬ٞ ‫ب ُد ِّر‬ٞ‫ٱۡل ِم ۡص َباُح ِفي ُز َج اَج ٍۖة ٱلُّز َج اَج ُة َك َأَّنَها َكۡو َك‬
‫ُّم َٰب َر َك ٖة َز ۡي ُتوَن ٖة اَّل َش ۡر ِقَّيٖة َو اَل َغ ۡر ِبَّي ٖة َيَك اُد َز ۡي ُتَه ا ُيِض ٓي ُء َو َل ۡو َلۡم‬
‫ر ُّنوٌر َع َلٰى ُنوٖۚر َيۡه ِد ي ٱُهَّلل ِلُنوِرِهۦ َم ن َيَش ٓاُۚء َو َيۡض ِر ُب ٱُهَّلل‬ٞۚ‫َتۡم َس ۡس ُه َنا‬
‫م‬ٞ‫ٱَأۡلۡم َٰث َل ِللَّناِۗس َو ٱُهَّلل ِبُك ِّل َش ۡي ٍء َع ِلي‬
Artinya : Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan
cahaya Allah, adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang di
dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakan-
akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan
minyak dari pohon yang berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak
di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat(nya), yang
minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api.
Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya-
Nya siapa yang dia kehendaki, dan Allah memperbuat perumpamaan-
perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.
(QS. an-Nur 24:35)

Dalam penafsiran ringkas oleh Kementerian Agama (KEMENAG)


Republik Indonesia, Allah adalah pemberi cahaya, karenanya dia menurunkan Al-
Qur'an untuk menjadi cahaya bagi kehidupan manusia. Allah adalah pemberi
cahaya pada langit dan bumi, baik cahaya material yang kasat mata maupun
cahaya immaterial seperti keimanan, pengetahuan, dan lainnya. Perumpamaan
kecerlangan cahaya-Nya yang menerangi hati orang-orang mukmin seperti sebuah
lubang yang tidak tembus sehingga tidak diterpa angin yang dapat memadamkan
cahaya, dan membantu mengumpulkan cahaya lalu memantulkannya; yang di
dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam tabung kaca dan tabung kaca itu
bagaikan bintang yang berkilauan, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon
yang diberkahi, yaitu pohon zaitun, yang tumbuh tidak di timur dan tidak pula di
barat, sehingga pohon itu selalu mendapat sinar matahari sepanjang hari.
Kejernihan minyaknya saja hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh
api. Cahaya di atas cahaya, berlapis-lapis; pelita adalah cahaya, demikian pula
kaca dan minyak yang begitu jernih, sehingga sempurnalah sinarnya. Allah
memberi petunjuk kepada cahaya-Nya bagi orang yang dia kehendaki, yaitu siapa
saja yang mengikuti petunjuk Al-Qur'an, dan Allah membuat perumpamaan-
perumpamaan bagi manusia agar mereka mudah memahami kandungannya dan
mengambil pela-jaran darinya hingga akhirnya mau beriman. Dan Allah maha
mengetahui segala sesuatu.1
Selain dari penafsiran ringkas dalam al-Qur’an terjemah dari KEMENAG
diatas, banyak sekali ulama’-ulama’ dari masa ke masa yang menafsirkan dan
menjelaskan kajian Tafsir dari surat An-Nur ayat 35 tersebut. Diantaranya adalah,
Hujjatul Islam, Imam Al-Ghazali dalam kitab Misykatul Anwaar, Syaikh Prof. Dr.
Wahbah az-Zuhaili dalam kitab Tafsir Al-Wajiz dan tak terkecuali, ahli Tafsir
tanah air Prof. Dr. AG. KH. Muhammad Quraish Shihab, Lc., M.A. dalam Tafsir
Al-Misbah.
Seperti pernyataan Ibnu Khaldun, bahwa al-Qur’an diturunkan dalam
retorika dan stilistika bahasa Arab. Karenanya sangat mudah bagi orang Arab
untuk memahami makna kata dan kalimat yang ada dalam susunan al-Qur’an.
Ibnu Qutaibah dalam risalahnya “al-Masa’il wa al-Ajwibah’’ menyatakan ada
perbedaan tingkat kualitas keabsahan diantara masyarakat Arab, karena tidak
semua masyarakat Arab mampu memahami makna kata dan kalimat yang ada
dalam al-Qur’an. Ada sebagian dari mereka yang sulit memahami makna kata dan
kalimat yang ada dalam al-Qur’an dan begitu juga sebaliknya.2
Terma Nur dalam al-Qur'an dengan bentuk derivasinya terulang sebanyak
49 kali, yang sebagiannya menjadi ungkapan simbolik (metaforis) yang menunjuk
kepada beberapa makna. Imam al-Ghazali dalam kitab Misykat al-Anwar
memberikan pemaparan yang komprehensif disertai doktrin esoterik tentang surah
an-Nur ayat 35 tersebut dengan corak tashawwuf. Ahmad Musṭafa al-Maraghi
atau yang dikenal dengan sebutan imam al-Maraghi merupakan seorang mufasir
dengan pemikiran inovatif dan visioner. dalam kitabnya, Tafsir al-Maraghi beliau
juga menafsirkan surah an-Nur ayat 35 dengan corak Adabi Ijtima’I (Sastra-

1
Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (JAKARTA: CV. PUSTAKA
JAYA ILMU, 2012), h. 166.
2
Luthfi Hamidi, Pemikiran Tishihiko Izutsu Tentang Semantik al-Qur’an, disertasi,
(Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2009), h .1-2.
Sosiologis) sehingga dapat memberikan pemaparan dengan Bahasa yang cukup
sederhana agar mudah dimengerti.
Sebagaimana telah diketahui, bahwa untuk memahami makna al-Qur’an
baik secara tersurat maupun tersirat, dibutuhkan penguasaan ilmu gramatika
Bahasa Arab yang mumpuni seperti, Nahwu, Shorrof, Balaghah, Mantiq dan lain
sebagainya. Selain dari itu, juga diperlukan pemahaman yang mendalam terkait
dengan Asbabun Nuzul (sebab-sebab diturunkannya ayat tersebut).
Para Mufassir memiliki corak penafsiran yang berbeda-beda sesuai dengan
bidang keilmuannya, seperti Imam Al-Ghazali yang memiliki corak penafsiran
para Mutashawwifiin (sufi) dan Imam al_maraghi dengan corak Adabi Ijtima’I
(Sastra-Sosiologis) demikian pula dengan para mufassir lainnya yang memiliki
corak penafsiran yang beragam dalam menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an.
Dewasa ini, salah satu Mufassir tanah air, Prof. Dr. AG. KH. Muhammad
Quraish Shihab, Lc., M.A. juga menulis kitab Tafsir al-Misbah yang menurut
hemat penulis menarik untuk dikaji pandangan dan corak tafsirnya terhadap surah
an-Nur ayat 35.
Dari uraian diatas penulis tertarik untuk mengkaji kata Misykat dalam
surah nuur ayat 35 dengan menggunakan penafsiran Quraish Shihab, sehingga
bisa memunculkan pesan-pesan yang dinamik dari kosa kata al-Qur’an yang
terkandung didalamnya dengan penelaahan analisis dan metodologis terhadap
konsep-konsep yang tampak memainkan peran dalam membentuk visi Qur’anik
terhadap alam semesta. Dipilihnya Misykat sebagai objek penelitian, karena kata
tersebut memiliki istilah penting dalam al-Qur’an yang sering kali kurang
dipahami oleh kebanyakan orang dan Q. S Nuur ayat 35 juga disebut sebagai ayat
Misykat.
Berdasarkan latar belakang diatas peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian terkait dengan “MAKNA MISYKAT DALAM QS. AN-NUR AYAT
35 DALAM TAFSIR AL-MISBAH KARYA Prof. Dr. AG. KH. Muhammad
Quraish Shihab, Lc., M.A.”

B. Rumusan Masalah
 Bagaimana penafsiran Prof. Dr. AG. KH. Muhammad Quraish
Shihab, Lc., M.A. terhadap QS. An-Nur Ayat 35?
 Bagaimana Corak penafsiran Prof. Dr. AG. KH. Muhammad Quraish
Shihab, Lc., M.A. dalam memaparkan tafsir QS. An-Nur Ayat 35?

C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk;
1. Mengetahui penafsiran Prof. Dr. AG. KH. Muhammad Quraish
Shihab, Lc., M.A. terhadap QS. An-Nur ayat 35.
2. Mengetahui Corak penafsiran Prof. Dr. AG. KH. Muhammad Quraish
Shihab, Lc., M.A. dalam memaparkan Tafsir QS. An-Nur ayat 35.
Kegunaan Penelitian
A. Memberikan wawasan khususnya bagi penulis dan umumnya bagi
pembaca.
B. Menambah khazanah ilmu pengetahuan dan pemikiran.
C. Untuk mendapatkan gelar sarjana strata satu (S1) di jurusan Ilmu al-
Qur’an dan Tafsir Fakultas Syari’ah dan Ilmu Hukum.

D. Pembatasan Istilah
Adapun guna menghindari kesalah pahaman dalam mengartikan judul ini
ada baiknya dibuat batasan istilah:
A. Kata Misykat, berasal dari akar kata yang terdiri atas Mim – Syin - Kaf
– Wau – Ta’ Marbuthoh yang memiliki arti lubang yang tak tembus.
B. Quraish Shihab adalah salah satu mufasir kontemporer yaang berasal
dari Indonesia, beliau mempunyai kitab tafsir yaitu Tafsir al-Mishbah
yang terdiri dari 15 volume. Dalam menafsirkan al-Qur’an ia
menggunakan metode Tahlili yayng menjelaskan makna ayat-ayat al-
Qur’an dari berbagai aspeknya, dan terkadang dalam ayat lain ia juga
menggunakan metode maudhu’i.

E. Tinjauan Pustaka
Penulis ketahui, penelitian yang membahas tentang kata Nuur dalam al-
Qur’an dalam sudah ada. Akan tetapi dari penelitian sebelumnya, belum ada yang
membahas tentang Penafsiran Quraish Shihab Terhadap Ayat-ayat Tentang kata
nuur. Adapun yang penulis temukan dari tinjauan pustaka sebagai berikut.
Skripsi yang berjudul ‘’Makna Al-Nūr Dan Al-Zhulumāt Dalam Al-
Qur’an (Kajian Munasabah Ayat-Ayat Al-Qur’an)’’ yang ditulis oleh Mohd
Ameer Iqbal, dalam skripsinya bahwa menjelaskan bagaimana penafsiran para
mufassir tentang al-Nur dan al-Zhulumat dan juga menjelaskan mengapa kata al-
Nur dan al-Zhulumat selalu beriringan dalam al-Qur’an.
Skripsi‘Makna Semantis Kata An-Nuur Dan Azh-Zhulumat Dalam Al-
Qur’an Menurut Tafsir Al-Ibriz Dan Implikasi Pemaknaannya Dalam
Pembelajaran Semantik Bahasa Arab’ yang di susun oleh Ainul Farida dari
Universitas Negeri Malang, dalam skripsinya ia mengumpulan ayat ayat al-Qur’an
tentang nuur dan azh-Zhulumat kemudian mengidentifikasi makna yang
terkandung dalam kata nuur dan azh-zhulumat dengan mengacu pada kitab tafsir
al-Ibriz.
Skripsi ‘’Penafsiran Ayat-Ayat Nur Dalam Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azim
Karya Sahal Bin ‘Abdullah Al-Tustari’’ Yang Di Susun Oleh Miftahul Ulum Dari
Uin Sunan Kalijaga Yogyakarta, dalam skripsi ini ia mengemukakan ayat-ayat nur
dalam al-Qur’an kemudian menjelaskan bagaimana penafsiran Sahal bin
‘Abdullah Al-Tustari tentang nur yang ada dalam tafsirnya.
Dari banyaknya skripsi yang membahas tentang kata nuur dalam al-
Qur’an, belum ada yang membahas tentang Penafsiran Quraish Shihab Terhadap
Ayat-ayat Tentang kata nuur jadi dapat dikatakan bahwa penelitian ini adalah
yang baru dan belum ada judul sebelumnya yang membahas tentang Penafsiran
Kata Misykat Dalam Surah nuur Ayat 35 Menurut Quraish Shihab Dalam
Tafsir al-Mishbah.

F. Metode Penelitian
Metode Penelitian merupakan suatu cara ilmiah untuk mendapatkan data
yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan, atau dibuktikan, suatu
pengetahuan tertentu, sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk
memahami, memecahkan, dan mengantisipasi masalah dalam bidang tertentu. 3

1. Jenis Penelitian
Dilihat dari jenis penelitian skripsi ini adalah library research yaitu usaha
memperoleh data di dalam kepustakaan. Yakni meneliti buku-bukubyang
berkaitan dengan permasalahaan yang ada dengan pembahasan yang dibahas
dalalm skripsi ini. Berdasarkan penelitian analisis data, penelitian ini menggunkan
pendekatan kualitatif, yaitu pendekatan yang dilakukan dengan meneliti buku-
buku yang berkaitan dengan masalah pembahasan.
Metode ini digunakan untuk mencari data yang bersangkutan dengan teori
yang dikemukakan oleh para ahli (baik dalam bentuk penelitian atau karya tulis)
untuk mendukung dalam penulisan sebagai landasan teori ilmiah. Metode ini,
penulis gunakan dengan jalan membaca, menelaah buku-buku dan artikel yang
berkaitan dengan tema penelitian.

2. Sumber Data
Dalam penelitian ini ada dua jenis sumber data yang dibutuhkan penulis
yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder
a. Sumber Data Primer yaitu buku-buku dan bahan lainnya yang secara
langsung dan utuh memuat tentang objek penelitian. Dalam hal ini, penulis
menggunakan kitab Tafsir al-Misbah..
b. Sumber data Sekunder yaitu data pelengkap yang di butuhkan dalam
penelitian sebagai data pendukung dalam menguji kevaliditasan data primer yang
di peroleh dari buku-buku yang berkaitan dengan penafsiran Al-Qur’an.

3. Tehnik Pengumpulan Data


Adapun teknik yang dipakai dalam pengumpulan data adalah dengan
menggunakan metode kepustakaan: Library Research, yakni mencari dari

3
Ahmad Nizar Rangkuti, Metode Penelitian Pendidikan, (Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, PTK, dan Penelitian Pengembangan), (Bandung: Cita Pustaka Media, 2014), h.13
berbagai pustaka untuk diklasifikasikan menurut materi yang akan dibahas sesuai
dengan pokok permasalahan.

4. Pengolahan dan Analisis Data


Pengolahan dan analisis data dipergunakan kualitatif. Setelah data
terkumpul maka dilaksanakan pengolahan dan analisis data dengan tehnik berikut:
a. Editing Data, yaitu menyusun redaksi menjadi suatu susunan kalimat
yang sistematis.
b. Reduksi Data, yaitu memeriksa kelengkapan data untuk mencari yang
masih kurang dan mengesampingkan yang tidak relevan.
c. Deskripsi Data, yaitu menguraikan data dan secara sistematis secara
induktif dan deduktif sesuai dengan sistematika pembahasan.
d. Penarikan Kesimpulan, yaitu merangkum uraian-uraian data dalam
beberapa kalimat yang mengandung suatu pengertian secara singkat dan padat.

G. Sistematika Pembahasan
Dalam penelitian, supaya pembahasan tersusun secara penulisan sistematis
dan tidk keluar dari pokok pembahasan yang akan diteliti. Penulis menyususn
sistematikan pembahasan sebagai berikut:

BAB I : Pendahuluan terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah,


tujuan dan kegunaan penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian,
dan sistematika pembahasan.
BAB II : Membahas tentang kata misykat menurut ulama, dan Quraish Shihab,
derivasi kata misykat dalam al-Qur’an, dan juga menjelaskan isi pokok
surah nuur.
BAB III : Membahas tentang biografi Quraish Shiahb, karier intelektualnya,
karya-karyanya, metode penafsiran dan corak penafsiran.
BAB IV : Penafsiran Quraish Shihab terhadap kata yang ada dalam surah nuur
ayat 35 dalam Tafsir al-Misbah.
BAB V : Penutup, Dalam bab terakhir ini berisi tentang kesimpulan-kesimpulan
yang menjawab dari rumusan masalah yang telah peneliti sebutkan di
belakang dan di akhiri dengan saran-saran.

Anda mungkin juga menyukai