Anda di halaman 1dari 12

ANALISIS KEPRIBADIAN SOEHARTO MENGGUNAKAN TEORI ​INDIVIDUAL

PSYCHOLOGY ​ADLER

TUGAS ANALISIS KEPRIBADIAN TOKOH


Mata Kuliah Psikologi Kepribadian I

Abigail Ruth Deborah Sinurat


190110190069

JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR, 2020
I. Rangkuman Biografi Soeharto
Soeharto, atau yang dikenal sebagai Pak Harto, adalah seseorang yang namanya dikenal
di bidang politik dan militer Indonesia. Ia juga dikenal sebagai Presiden kedua Republik
Indonesia. Ia adalah Presiden Republik Indonesia dengan masa jabatan terlama, yaitu selama 31
tahun, sejak dilantik pada Maret 1967 hingga mengundurkan diri pada 21 Mei 1998.
Ia lahir di desa Kemusuk, sebuah desa terpencil di Argomulyo, Godean, Yogyakarta, 8
Juni 1921, saat masa penjajahan Belanda. Ayahnya, Kertosudiro, adalah seorang petani dan
pembantu lurah, sedangkan ibunya adalah seorang wanita desa biasa bernama Sukirah. Ia
merupakan anak pertama dari pasangan Kertosudiro-Sukirah. Ayahnya telah memiliki dua anak
dari pernikahan sebelumnya.
Soeharto tidak tumbuh dalam keluarga yang kaya dan megah, ia tumbuh sebagaimana
anak-anak yang tinggal di pedesaan Jawa. Rumahnya saat itu bahkan tidak dilengkapi dengan
listrik atau perairan. Saat menceritakan mengenai masa kecilnya, Soeharto menyebutkan bahwa
masa kecilnya sangat sederhana, jauh dari kata ​layak.
Selama masa kecilnya, dibandingkan tinggal dengan kedua orang tuanya, Soeharto lebih
banyak tinggal bersama wali. Pada buku ​Soeharto: The Life and Legacy of Indonesia’s Second
President ​karya Retnowati Abdulgani-Knapp, Soeharto tumbuh dengan berganti-ganti pengasuh.
Belum sampai Soeharto berusia 40 hari, ia sudah dititipkan ke Mbah Kromodiryo, bidan yang
membantu kelahirannya, akibat ibu Soekarno yang sakit-sakitan karena psikisnya yang tidak
begitu sehat. Sakitnya ini disebabkan pernikahannya dengan Kertosudiro yang tidak bahagia.
Tidak serasi, kedua orang tua Soeharto bercerai tak lama setelah itu. Beberapa tahun kemudian,
Sukirah kembali menikah dengan seorang laki-laki bernama Atmoprawiro, dan ayahnya menikah
dengan wanita lain dan mendapatkan empat anak.
Meskipun bercerai, Soeharto saat itu tetap tinggal dengan Mbah Kromodiryo.
Atmoprawiro, suami baru Sukirah, menganggap Soeharto seperti anaknya sendiri, dan kemudian
meminta Soeharto tinggal dengan mereka. Pada usia 4 tahun, Soeharto tinggal dengan
Atmoprawiro dan Sukirah.
Pada buku biografi ​Suharto: A Political Biography, d​ isebutkan bahwa pada usia 8 tahun,
Kertosudiro kemudian mengambil Soeharto dan menitipkannya pada adik perempuan dari
ayahnya, yang bersuamikan seorang mantri tani, bernama Prawirowiharjo, agar diberikan
pendidikan yang lebih baik. Keluarga Prawirowiharjo tinggal di Wonogiri, daerah di Solo.

1
Menyediakan pendidikan yang layak dan memberikan sosok figur ayah, Prawirowiharjo
kemudian menjadi ​rolemodel ​dari Soeharto. Soeharto juga belajar banyak mengenai pertanian
dari Prawirowiharjo. Namun, tidak sampai setahun tinggal bersama bibinya, Soeharto dibawa
pulang oleh Atmoprawiro karena dirindukan Sukirah. Setahun kemudian, setelah diberikan
persetujuan oleh Atmoprawiro dan Sukirah, Soeharto kembali tinggal bersama keluarga
Prawirowiharjo lagi untuk melanjutkan sekolah.
Setelah tamat sekolah rendah, ia melanjutkan pendidikan di sekolah lanjutan rendah di
Wonogiri dan tinggal di rumah Citratani, saudara perempuannya yang menikah dengan pegawai
pertanian. Saat keluarga Citratani meretak, Soeharto terpaksa pindah dan tinggal dengan
Hardjowiyono, kerabat ayahnya, yang adalah pensiunan Kereta Api. Ia harus kembali ke rumah
Prawirowiharjo setelahnya karena tidak mampu membeli baju untuk sekolah.
Dalam tulisannya, ketika berbicara mengenai masa kecilnya, Soeharto menyebutkan
bahwa semasa kecil, ia mengalami penderitaan yang mungkin tidak orang lain alami. Status
sosialnya yang sangat rendah membuat Soeharto sempat diejek ​“den bagus tahi mabul” ​atau
“tahi kering” ​oleh teman-temannya. Dalam autobiografi Soeharto yang disusun oleh G.
Dwipayana, ​Pikiran, Ucapan, dan Tindakan Saya, ​Soeharto menggambarkan ibunya sebagai ibu
muda yang memikirkan masalah-masalah rumah tangga. Kebanyakkan buku sejarah Soeharto
juga mencatat bahwa Sukirah mengalami masalah mental, yang kemungkinan mengganggu
perkembangan hubungannya dengan Soeharto.
Setelah lulus dari sekolah, Soeharto sempat bekerja sebagai bank desa. Di sini, ia bekerja
sebagai juru tulis yang berkeliling desa untuk mencatat hutang atau penduduk yang
menginginkan pinjaman. Demi mempertahankan pekerjaannya, ia rela dan giat belajar mengenai
pembukuan. Namun, pada akhirnya, ia mengalami kesialan karena sarung lusuh yang ia pakai
menyangkut di roda sepeda yang ia gunakan. Ia diolok-olok dan dihina, kemudian berhenti dari
pekerjaan tersebut, dan kembali menjadi pengangguran.
Soeharto tidak lantas berhenti berjuang begitu saja. Jalannya mulai mulus saat ia
bergabung dengan Royal Netherlands East Indies Army atau KNIL pada tahun 1940. Ia juga
belajar di sekolah militer yang didirikan oleh Belanda di Gombong, dekat Yogyakarta. Di sini ia
lulus sebagai lulusan terbaik, dan terpilih menjadi prajurit teladan di Sekolah Bintara, Gombong.
Kemudian pada 5 Oktober 1945, Soeharto resmi menjadi anggota TNI. Di kemiliteran, ia
memulai kariernya dari pangkat sersan tentara KNIL, komandan PETA, komandan resimen

2
dengan pangkat Mayor dan komandan batalyon dengan pangkat Letnan Kolonel. Pada tahun
1949, ia berhasil menjadi pimpinan pasukan merebut kembali Yogyakarta dari penguasaan
Belanda. Ia juga sempat menjadi Pengawal Panglima Besar Sudirman dan Panglima Mandala
saat pembebasan Irian Barat.
Pada 26 Desember 1947, Soeharto menikahi Siti Hartinah di Solo. Siti Hartinah, atau
yang akrab disapa Tien, adalah seorang anak Mangkunegaran, ia berasal dari keluarga
bangsawan. Pernikahan ini dikaruniai enam anak. Pada awalnya, Soeharto sempat ragu menikahi
Tien karena gadis itu berasal dari keluarga ningrat, sementara dirinya tidak. Sosok Tien menjadi
salah satu faktor besar yang berada di belakang kesuksesan Soeharto saat dirinya berkuasa.
Beberapa kali, Tien menjadi sumber kebijakan yang dikeluarkan Soeharto. Pada tahun 1950, saat
Soeharto, yang kala itu masih memegang jabatan sebagai letnan kolonel, dikirim bertugas ke
Sulawesi untuk memberhentikan pemberontakan Andi Aziz. Saat itu, tiba-tiba, Tien muncul dan
berpesan bahwa istri-istri prajurit yang ditinggal bertugas ke Sulawesi khawatir kalau suami
mereka kawin lagi selama bertugas. Esok harinya, saat upacara apel, Soeharto memperingatkan
dengan tegas agar para prajurit setia kepada istri mereka. Pada buku ​Anak Desa: Biografi
Presiden Soeharto, ​dituliskan bahwa kemudian Soeharto menegaskan pesan Tien itu dan
menjadikannya aturan militer. Peraturan Pemerintah No. 10/1983, yang membatasi praktik
poligami oleh PNS, juga bersumber dari Tien. Tien juga ikut berpartisipasi dalam beberapa
proyek pembangunan di masa kepemimpinan Soeharto, seperti proyek Perpustakaan Nasional,
RS Harapan Kita, hingga Taman Mini Indonesia Indah. Bahkan, salah satu alasan Soeharto turun
dari jabatannya sebagai presiden adalah karena Tien yang tidak ingin Soeharto menjabat lagi.
Pada tahun 1965, Soeharto mengambil alih pimpinan Angkatan Darat, saat peristiwa
G-30-S/PKI terjadi. Pada Maret 1966, ia menerima Surat Perintah 11 Maret dari Soekarno, yang
kala itu masih menjabat sebagai presiden, yang isinya adalah permintaan untuk mengembalikan
keamanan dan ketertiban. Setelah situasi politik memburuk, pada Maret 1967, melalui Sidang
Istimewa MPRS, Soeharto ditunjuk sebagai Presiden Republik Indonesia. Setahun setelahnya,
pada Maret 1968, Soeharto memenangkan Pemilu lagi. Selama masa kepemimpinan Soeharto,
ekonomi Indonesia bertumbuh rata-rata 7% setiap tahunnya dan standar kehidupan masyarakat
pun meningkat. Soeharto menekankan pendidikan dan program literasi untuk menyatukan
kelompok etnis dan pulau di Indonesia yang berbeda-beda dengan Bahasa Indonesia. Pemerintah
saat itu juga mencetuskan program perencanaan keluarga untuk menurunkan angka pertumbuhan

3
penduduk di Indonesia, dan menjadi yang paling sukses di Asia saat itu. Namun, pada tahun
1990-an, korupsi dan favoritisme yang ia lakukan mulai terkuak, meskipun pertumbuhan
ekonomi di Indonesia terus meningkat. Pada tahun 1997, Indonesia mengalami krisis moneter,
yang membuat seluruh rakyat Indonesia mengalami krisis finansial.
Soeharto menjadi presiden dengan masa jabatan terpanjang, hingga mengundurkan diri
pada 21 Mei 1998, setelah demonstrasi besar-besaran yang menyebabkan kerusuhan massa, di
mana ia dituntut untuk turun dari jabatannya. Soeharto kemudian menyerahkan jabatannya
sebagai Presiden Republik Indonesia kepada wakilnya, B.J. Habibie.
Soeharto menutup usia pada 27 Januari 2008, pukul 13.10, di Rumah Sakit Pusat
Pertamina, Jakarta Selatan, akibat gagal jantung kongestif, setelah 24 hari dirawat. Ia meninggal
pada usia 86 tahun.

II. ​ dler
Rangkuman Teori ​Individual Psychology A
Alfred Adler (1870 - 1937) mencetuskan teori ​individual psychology. ​Teorinya disebut
individual psychology ​karena memandang masing-masing individu sebagai pribadi yang unik,
dan merupakan konfigurasi yang unik antara motif, nilai, minat, dan sifat. Teori ini merupakan
teori yang beraliran psikodinamika, namun terdapat beberapa perbedaan dari teori yang
dicetuskan Freud. Pertama, Adler memandang individu termotivasi karena pengaruh sosial dan
keinginan mereka untuk superioritas atau kesuksesan, berbeda dengan Freud yang menganggap
seluruh motivasi manusia berakar dari seks dan agresi. Kedua, Adler mempercayai bahwa
manusia bertanggung jawab atas siapa mereka, sementara Freud berpendapat bahwa manusia
tidak memiliki pilihan dalam pembentukan kepribadiannya. Ketiga, Adler menganggap bahwa
perilaku saat ini terbentuk karena pandangan orang tersebut terhadap masa depan mereka,
berbeda dengan Freud yang menekankan bahwa perilaku saat ini disebabkan oleh pengalaman
masa lalu. Terakhir, Adler percaya bahwa orang yang sehat secara psikologis dapat menyadari
perilaku mereka dan apa penyebab mereka melakukan hal tersebut, serta memandang kesadaran
sebagai pusat dari kepribadian, sementara Freud menekankan komponen ketidaksadaran
(​unconsciousness) ​dalam perilaku dan pusat kepribadian. Pendapat Adler yang menekankan
kesadaran sebagai pusat kepribadian menyebabkan teori ​individual psychology ​menjadi perintis
dari ​ego-oriented psychology.

4
A. Konsep Dasar
1. Fictional Finalism
Salah satu prinsip dalam teori Adler adalah persepsi subjektif setiap orang
membentuk perilaku dan kepribadiannya. Persepsi subjektif ini disebut sebagai
fictions, ​atau ekspektasi atau cita-cita terhadap masa depan. Setiap orang memiliki
kekuatan untuk menciptakan ​fictional goal, ​yang merupakan konstruksi dari
hereditas dan lingkungan. ​Final goal ​dari seseorang mengurangi kesakitan
perasaan inferioritas.
2. Striving for Superiority
Prinsip utama dalam teori Adler adalah dorongan di balik terjadinya perilaku
manusia adalah keinginan mencapai superioritas atau kesuksesan. Keinginan
mencapai superioritas ini membuat orang secara kontinu mencoba menjadi lebih
baik dalam meraih tujuannya. ​Striving force ​dari individu sudah ada sejak lahir,
namun memerlukan pengembangan.
3. Inferiority Feeling
Inferioritas adalah perasaan yang muncul karena kekurangan psikologis atau
sosial yang dirasakan secara subjektif oleh individu, maupun perasaan akibat
adanya kelemahan atau cacat fisik. Menurut Adler, setiap orang memulai
kehidupan dengan perasaan inferioritas ini, yang kemudian memotivasi setiap
individu untuk mencapai superioritas. Perasaan inferioritas pada individu bukan
berarti ada sesuatu yang abnormal di dalam individu tersebut, melainkan ada
dorongan yang menyebabkan seseorang mengejar kesempurnaan.
4. Social Interest
Adler menjelaskan bahwa nilai dari setiap aktivitas manusia harus dilihat dari
pandangan ​social interest. Social interest, ​terjemahan dari ​Gemeinschaftsgefuhl
dalam bahasa Jerman, diartikan sebagai perasaan satu dengan kemanusiaan.
Orang dengan ​social interest ​yang berkembang ingin meraih tidak hanya
superioritas untuk diri sendiri, melainkan untuk semua orang. ​Social interest y​ ang
dimiliki seseorang berasal dari relasi ibu dan anak selama masa awal kehidupan,
dan dipengaruhi cara pengasuhan orang tua. Tugas seorang ibu adalah
mengembangkan ikatan yang mendorong pematangan ​social interest ​anak lewat

5
hubungan yang sehat. Tugas seorang ayah adalah menunjukkan sikap peduli
terhadap istri dan orang-orang di sekitarnya. Setelah usia 5 tahun, kepribadian
anak lebih dipengaruhi oleh lingkungan daripada hereditas.
5. Life Style
Salah satu prinsip dalam teori Adler adalah struktur kepribadian yang konsisten
berkembang menjadi ​style of life ​dari seseorang. Menurut Adler, ​life style ​adalah
rasa dari kehidupan seseorang dan mencakup tujuan, sikap terhadap dunia, konsep
diri, dan perasaan kepada orang lain. ​Life style a​ dalah hasil interaksi hereditas,
lingkungan, dan kekuatan kreatif seseorang. ​Life style ​seseorang sepenuhnya
mapan pada usia 4 atau 5 tahun. Setelahnya, perilaku seseorang berkisar di sekitar
life style-​nya.
6. The Creative Power of The Self
Prinsip terakhir dalam teori Adler adalah orang memiliki ​creative power y​ ang
menempatkan mereka untuk mengontrol kehidupan mereka sendiri, dan
bertanggung jawab untuk tujuan akhir mereka, menentukan metode dalam
mencapai tujuan, serta juga ikut berperan dalam perkembangan ​social interest​.
​ embuat setiap orang sebagai individu yang bebas.
Creative power m

B. Birth Order
Dalam terapi, Adler hampir selalu menanyakan mengenai keluarga pasien, seperti urutan
kelahirannya, jenis kelamin dari saudara-saudaranya, dan jarak usia mereka. Adler
kemudian menjelaskan kecenderungan karakteristik yang dimiliki oleh individu, sesuai
dengan urutan kelahirannya dalam keluarga.
a. Anak Sulung
Adler berpendapat bahwa anak sulung memiliki perasaan kekuatan dan
superioritas, kecenderungan ​overprotective, ​dan kecemasan yang tinggi, akibat
pengalaman menjadi anak satu-satunya selama beberapa waktu, kemudian
mengalami penurunan takhta akibat kelahiran saudaranya. Anak sulung bersifat
nurturing d​ an baik dalam mengorganisasikan sesuatu.

6
b. Anak Tengah
Menurut Adler, anak tengah memulai kehidupan dalam situasi yang lebih baik
​ nak tengah bersifat
untuk mengembangkan kerja sama dan ​social interest. A
sangat termotivasi, kooperatif, dan kompetitif dalam tingkat yang sedang. Namun,
anak tengah juga dapat menjadi sangat kompetitif dan mudah patah semangat.
c. Anak Bungsu
Adler mempercayai bahwa anak bungsu adalah yang paling berisiko menjadi anak
bermasalah. Mereka cenderung memiliki perasaan inferioritas yang kuat dan
mudah kehilangan kepercayaan diri. Namun, mereka sangat termotivasi untuk
melebihi pencapaian saudara-saudaranya yang lebih tua.
d. Anak Tunggal
Anak tunggal memiliki posisi di mana ia tidak berkompetisi dengan siapapun.
Mereka bersifat dewasa, namun mereka mengembangkan perasaan superioritas
yang berlebihan dan konsep diri yang terlalu tinggi. Adler mengatakan bahwa
anak tunggal mungkin kekurangan perasaan ingin kerja sama dan ​social interest,
serta ingin orang lain melindungi mereka.

III. Analisis Kepribadian Tokoh


a. Dinamika Kepribadian
Perasaan inferioritas atau ​feeling of inferiority ​Soeharto mungkin muncul sejak
masa kecilnya. Status sosialnya yang rendah dan ejekan dari teman-temannya mungkin
menjadi salah satu penyebab timbulnya perasaan inferioritas dalam diri Soeharto.
Diketahui juga bahwa ia mundur dari pekerjaannya sebagai juru tulis bank desa karena
masalah sepele, sarungnya menyangkut di sepeda yang ia gunakan.
Ketidakadilan-ketidakadilan yang Soeharto alami ini mungkin menghasilkan perasaan
inferioritas dalam dirinya dan kemudian membangkitkan keinginan mengejar
superioritas.
Keinginan Soeharto mencapai superioritas atau ​striving for superiority ​dapat
dilihat dari awal ia berkarir. Perasaan inferioritas akibat merasa rendah ini
membangkitkan keinginan Soeharto mencapai sesuatu yang lebih tinggi. Soeharto tidak

7
lantas menyerah dengan keadaan, ia justru gigih mengejar kesuksesan. Terbukti dari saat
ia mendaftar sebagai tentara KNIL. Keinginannya mencapai superioritas terus menerus
bertahan, dilihat dari bagaimana ia tidak pernah kehilangan kegigihan dalam kariernya di
bidang militer dan terus menerus naik pangkat. Statusnya sebagai murid terbaik saat
belajar di sekolah militer, segudang prestasi yang ia raih saat berkarier di bidang militer,
dan predikatnya sebagai presiden dengan masa jabatan terlama juga menjadi bukti
bagaimana Soeharto sangat berorientasi pada kekuasaan dan kesuksesan.
Bagaimana seseorang memilih jalan untuk meraih superioritas dibentuk oleh
fictional final goal d​ ari seseorang. Ketidakmampuan orangtua Soeharto membiayai
pendidikannya memaksa Soeharto harus berjuang melawan kesulitan untuk melanjutkan
hidup. Meskipun begitu, sebelum ayahnya menitipkan Soeharto di rumah
Prawirowiharjo, ayahnya berpesan agar Soeharto bekerja supaya tidak berhenti
mengenyam pendidikan dan dapat melanjutkan pendidikannya dengan biaya sendiri.
Sesuai prinsip Adler, lingkungan dapat memengaruhi ​final goal d​ ari seseorang. Dalam
hal ini, pesan ayahnya mungkin membentuk persepsi Soeharto terhadap masa depannya,
bahwa ia dapat memiliki kesempatan mengenyam pendidikan dan melanjutkan hidup.
Persepsi ini yang mungkin kemudian membentuk pola perilaku Soeharto yang pantang
menyerah meski diterjang banyak kejadian tidak mengenakan dalam hidupnya dan
mengembangkan dirinya.
Social interest y​ ang dimiliki Soeharto terbilang rendah. Meskipun pada awalnya
ia merasa kasihan dengan para petani di desa karena ia pernah merasakan posisi mereka
dan berjanji akan memberi kehidupan yang lebih layak bagi petani tersebut, Soeharto
tetap berakhir bertindak sesuai kebutuhan sendiri. Terlihat dari beberapa
keputusan-keputusan besarnya yang ditujukan untuk mementingkan diri sendiri dan
mempertahankan kekuasaannya, bukan untuk kesejahteraan rakyat. Selama masa
kepemimpinannya, ia melakukan korupsi dan favoritisme, di mana keluarga dan
kerabatnya diberikan peranan di proyek-proyek tertentu, yang kemudian menghasilkan
kesenjangan yang besar antara orang kaya dan miskin saat itu dan menghasilkan
hutang-hutang negara yang tidak sedikit.
Sesuai teori Adler, ​social interest s​ eseorang pada awalnya sangat dipengaruhi
oleh hubungan anak dengan orang tua. Rendahnya ​social interest y​ ang dimiliki oleh

8
Soeharto mungkin dipengaruhi oleh hubungannya dengan Sukirah, ibunya, yang tidak
begitu dekat dan baik. Diketahui sejak lahir, Soeharto terus berpindah pengasuh dan
tempat tinggal karena Sukirah memiliki penyakit mental yang menjadikannya tidak dapat
secara penuh mengasuh Soeharto selayaknya ibu pada umumnya. Hal ini menyebabkan
regangnya hubungan antara Sukirah dan Soeharto, serta membuat Soeharto kekurangan
rasa sayang yang dibutuhkan oleh seorang anak. Hubungan Soeharto dengan ayahnya
juga tidak begitu dekat. Ayahnya, Kertosudiro, adalah sosok yang senang berjudi dan
memiliki sikap yang tidak begitu baik. Meskipun ayahnya memberi pesan agar Soeharto
terus semangat mengejar kesuksesan, Soeharto tidak pernah menyatakan bahwa ia dekat
dengan ayah kandungnya. Soeharto bahkan mengatakan bahwa ia mendapatkan figur
ayah dari Prawirowiharjo, paman yang menyekolahkannya, bukan dari Kertosudiro, ayah
kandungnya sendiri.
Persepsi Soeharto yang terus mengejar kesuksesan membentuk ​life style ​atau
polanya berpikir dan berperilaku. Soeharto adalah pribadi yang gigih dan tekun, terlihat
dari bagaimana ia tidak pernah menyerah mengejar mimpinya keluar dari kemiskinan
untuk hidup yang lebih baik. Ia sangat mengejar superioritas, terlihat dari bagaimana ia
berhasil meraih predikat terbaik di sekolah militer. Sebelumnya, ia rela belajar
pembukuan agar dapat bekerja dengan baik di bank desa. Pengejarannya terhadap
superioritas juga terlihat dari bagaimana ia melakukan korupsi dan manipulasi uang
negara saat masa jabatannya sebagai presiden. Walaupun sudah banyak harta, ia tidak
pernah puas.
Sesuai dengan prinsip Adler, lingkungan dapat memengaruhi ​life style s​ eseorang.
Dibesarkan di keluarga dengan budaya Jawa yang kental, Soeharto diketahui sangat
​ erilakunya agak kaku. Saat berkenalan dengan
menjunjung kesantunan dan ​mannerism. P
Tien, ia mengaku bahwa ia sangat ragu dan butuh dorongan dari bibinya. Sebagai seorang
pemimpin, Soeharto adalah orang yang tegas dan menuntut kepatuhan. Ia juga tidak
menyukai kritik yang menjatuhkannya. Ia diketahui dapat menyuruh bawahannya untuk
menculik dan membunuh orang yang mengkritik atau membuatnya kesal. Soeharto
bahkan diketahui pernah menutup sebuah perusahaan penerbitan yang melayangkan
kritik terhadapnya.

9
Soeharto dapat mengontrol apa yang terjadi dalam kehidupannya dan menentukan
langkah meraih kesuksesan, menunjukkan dirinya memiliki ​creative power. ​Soeharto
sendiri yang menentukan langkahnya keluar dari status menganggur. Ia sendiri yang
memutuskan untuk bekerja di bank desa, kemudian terus mencari pekerjaan baru saat
harus berhenti bekerja di bank desa. Ia sendiri yang memilih untuk masuk ke sekolah
militer dan kemudian memulai karier di bidang militer, sebelum akhirnya menjabat
sebagai presiden. Hal ini menunjukkan Soeharto sebagai individu yang bebas dan
memegang kendali atas hidupnya sendiri.

b. Kaitan Urutan Kelahiran dengan Kepribadian


Sesuai urutan kelahirannya, Soeharto merupakan anak tunggal di keluarganya.
Meskipun memiliki banyak saudara tiri, ia tetap menjadi anak satu-satunya dari pasangan
Sukirah-Kertosudiro. Berdasarkan penjelasan Adler mengenai sifat-sifat anak tunggal,
Soeharto memiliki kelebihan yang baik, yaitu gigih dan dewasa, terutama dalam konteks
dunia sosial. Soeharto tekun dalam mempelajari sesuatu, terlihat dalam bagaimana ia
menghadapi dunia militer hingga mendapatkan pangkat yang tinggi. Meskipun latar
belakangnya tidak begitu baik, ia tidak pernah menyerah saat berusaha mendapatkan hal
yang ia inginkan. Ia mandiri, tekun, serta ulet. Celaan dari orang lain tidak lantas
membuat dirinya berhenti berjuang.
Namun, seperti yang dinyatakan Adler, anak tunggal biasanya kekurangan ​social
interest. Hal ini dapat dilihat dari bagaimana ia melakukan korupsi yang membuat
banyak hutang negara dan mengeluarkan beberapa kebijakan yang hanya menguntungkan
diri sendiri dan orang terdekatnya, serta mempertahankan kekuasaannya, bukannya
dibandingkan kesejahteraan rakyat.
Anak tunggal juga memiliki keinginan dilindungi oleh orang lain. Keinginannya
untuk dilindungi oleh orang lain dapat diamati dari bagaimana keterkaitannya terhadap
dan bagaimana Tien sering memengaruhi keputusannya sebagai penguasa. Keberadaan
Tien membuatnya aman, hingga ke tahap yang ia sangat mengikuti pendapat Tien dalam
pembuatan keputusannya.

10
DAFTAR PUSTAKA

Abdulgani-Knapp, R. (2007). ​Soeharto: The Life and Legacy of Indonesia's Second President​.
Kata Hasta Pustaka.
Dwipayana, G. (1989). ​Soeharto: Pikiran, Ucapan dan Tindakan Saya.​ Citra Lamtoro Gung
Persada.
The Editors of Encyclopaedia Britannica. (2020, June 4). ​Suharto​. Britannica. Retrieved
December 10, 2020, from https://www.britannica.com/biography/Suharto
Elson, R. E. (2001). ​Suharto: A Political Biography.​ Cambridge University Press.
Feist, J., Feist, G. J., & Roberts, T.-A. (2018). ​Theories of Personality (Ninth Edition ed.).
McGraw-Hill Education.
Firdausi, F. A. (2018, February 14). ​Siti Hartinah, Pengerem Ambisi Berkuasa Soeharto​. tirto.id.
Retrieved December 11, 2020, from
https://tirto.id/siti-hartinah-pengerem-ambisi-berkuasa-soeharto-cELn
Roeder, O. G. (1987). ​Anak Desa: Biografi Presiden Soeharto.​ Gunung Agung.

11

Anda mungkin juga menyukai