Anda di halaman 1dari 19

KARYA TULIS ILMIAH

BUTIR-BUTIR PENGAMALAN NILAI PANCASILA SILA KE-1

DI SUSUN OLEH

KELOMPOK 1

Aditia Devan Dani (D1B023156)

Eric Sebastian (D1B023164)

Muhammad Rafly Hamdani (D1B023167)

Rafiq Ardra Tirandes (D1B023173)

Deko Rachmanda Putra (D1B023177)

DOSEN PENGAMPU

Dr. Husda Marwan, S.P, M.P.

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS JAMBI

2023
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Pentingnya Pancasila sebagai Dasar dan Ideologi Negara

Lima sila dalam Pancasila menunjukkan ide-ide fundamental tentang manusia


serta seluruh realitas, yang diyakini kebenarannya Oleh bangsa Indonesia dan
bersumber pada watak dan kebudayaan Indonesia yang melandasi berdirinya
negara Indonesia (Kaelan, 1996: 92).

Nilai yang terkandung dalam sila pertama pancasila adalah tentang kata
ketuhanan. Banyak diantara kita yang masih salah paham dalam mengartikan
makna dari sila yang pertama ini. Arti dari Ketuhanan Yang Maha Esa adalah
Tuhan Yang jumlahnya hanya satu. Namun, jika kita coba membahas dari bahasa
lain, misalnya bahasa Sanskerta. Kata “Maha” dapat berarti mulia. Sedangkan
kata “Esa” yang berarti keberadaan yang mutlak. Negara Indonesia memberikan
kebebasan beribadah sesuai dengan keyakinan dan kepercayaan yang dianut oleh
setiap individu. Pada sila pertama ini menjadi sumber yang paling mendasar
sebagai nilai-nilai kehidupan bangsa Indonesia. Segala macam aspek
penyelenggaraan negara harus memuat nilai-nilai yang berasal dari Tuhan
(Wahyuningsih, 2014).

1.2 Butir-Butir Pengamalan Sila Pancasila Sila Ke-1


1. Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaannya dan ketaqwaannya
terhadap Tuhan Yang Maha Esa.Maksudnya adalah bagian dari
Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 Indonesia. Ini menggarisbawahi
komitmen Indonesia untuk mengakui keberadaan Tuhan sebagai landasan
moral dan spiritual dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara.
2. Manusia Indonesia percaya dan taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa,
sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing menurut dasar
kemanusiaan yang adil dan beradab.Maksudnya adalah Butir tersebut
mencerminkan prinsip bahwa penduduk Indonesia memiliki keyakinan dan
ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, sesuai dengan agama dan
kepercayaan masing-masing. Hal ini didasarkan pada nilai-nilai
kemanusiaan yang adil dan beradab, menggarisbawahi toleransi dan
kerukunan antaragama serta keberagaman yang ada di Indonesia.
3. Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama antara
pemeluk agama dengan penganut kepercayaan yang berbeda-beda
terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Butir tersebut menyiratkan pentingnya
mengembangkan sikap hormat, menghormati, dan bekerja sama antara
pemeluk agama dan penganut kepercayaan yang berbeda-beda terhadap
Tuhan Yang Maha Esa. Pesan ini menekankan nilai toleransi, saling
menghargai, dan kolaborasi di tengah keberagaman agama dan
kepercayaan untuk menciptakan harmoni dalam masyarakat.
4. Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan
kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.Butir tersebut bermaksud
untuk mendorong pembinaan kerukunan hidup di antara sesama umat
beragama dan penganut kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Intinya, tujuan dari butir ini adalah menciptakan hubungan yang harmonis
dan damai antarindividu dengan latar belakang agama atau kepercayaan
yang berbeda
5. Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah masalah
yang menyangkut hubungan pribadi manusia dengan Tuhan Yang Maha
Esa.Butir tersebut menyatakan bahwa agama dan kepercayaan terhadap
Tuhan Yang Maha Esa adalah masalah yang berkaitan dengan hubungan
pribadi manusia dengan Tuhan. Ini menekankan bahwa urusan keagamaan
adalah aspek intim dan personal dalam kehidupan seseorang,
memperlihatkan pentingnya kebebasan individu untuk menjalani
keyakinan spiritualnya dengan Tuhan Yang Maha Esa.
6. Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan menjalankan
ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing.Butir
tersebut bermaksud untuk mendorong pengembangan sikap saling
menghormati terkait kebebasan menjalankan ibadah. Ini menggarisbawahi
pentingnya menghormati hak setiap individu untuk menjalankan ibadah
sesuai dengan keyakinan dan kebebasan beragama mereka. Pesan ini
mendukung toleransi dan penghargaan terhadap keragaman praktik
keagamaan.
7. Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang
Maha Esa kepada orang lain.Butir tersebut menyiratkan prinsip bahwa
tidak boleh ada paksaan terhadap orang lain untuk mengikuti suatu agama
atau kepercayaan tertentu terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Ini
menegaskan pentingnya menghormati kebebasan individu dalam memilih
dan menjalankan keyakinan spiritual mereka tanpa adanya tekanan atau
pemaksaan dari pihak lain.

1.3 Tujuan Penulisan Karya Ilmiah dan Studi Kasus


1. Untuk megetahui implementasi butir-butir Pancasila sila ke-1 dalam
peraturan dan kebijakan pemerintah.
2. Untuk mengetahui tantangan dalam Masyarakat untuk mengimplementasi
butir-butir Pancasila sila ke-1.
3. Untuk mengetahui peran dan fungsi sila Pancasila sila ke-1.
BAB II

IMPLEMENTASI BUTIR-BUTIR PANCASILA SILA KE-1 DALAM


PERATURAN DAN KEBIJAKAN PEMERINTAH

2.1. Butir ke-2 Manusia Indonesia percaya dan taqwa terhadap tuhan yang maha
esa, sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing menurut dasar
kemanusiaan yang adil dan beradab.

Pendidikan Keagamaan dalam Peraturan Pemerintah No. 55 tahun 2007


adalah pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk dapat menjalankan
peranan yang menuntut penguasaan pengetahuan tentang ajaran agama dan/atau
menjadi ahli tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan ilmu agama
dan mengamalkan ajaran agamanya.
Fungsi Pendidikan Agama dalam Peraturan Pemerintah No. 55 tahun 2007
tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan adalah untuk membentuk
manusia Indonesia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
serta berakhlak mulia dan mampu menjaga kedamaian dan kerukunan hubungan
inter dan antarumat beragama.
Tujuan Pendidikan Agama menurut Peraturan Pemerintah No. 55 tahun
2007 tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan adalah untuk
berkembangnya kemampuan peserta didik dalam memahami, menghayati, dan
mengamalkan nilai-nilai agama yang menyerasikan penguasaannya dalam ilmu
pengetahuan, teknologi dan seni.

Pembahasan:
Pada peraturan pemereintah No.55 tentang adalah pendidikan yang
mempersiapkan peserta didik untuk dapat menjalankan peranan yang menuntut
penguasaan pengetahuan tentang ajaran agama dan/atau menjadi ahli tentang
Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan ilmu agama dan mengamalkan
ajaran agamanya.
Pada peraturan tersebut juga memfokuskan pada perkembangan
Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan adalah untuk membentuk manusia
Indonesia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta
berakhlak mulia dan mampu menjaga kedamaian dan kerukunan hubungan inter
dan antarumat beragama.

2.2. Butir ke-3 Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama


antara pemeluk agama dengan penganut kepercayaan yang berbeda-beda terhadap
tuhan yang maha esa.
Kebijakan pemerintah dalam menegakkan implementasi Pancasila sila ke
1 di butir yang ke tiga yang berbunyi " Mengembangkan sikap hormat
menghormati dan bekerjasama antara pemeluk agama dengan penganut
kepercayaan yang berbeda-beda terhadap tuhan yang maha esa’’.seperti yang
tercantum pada peraturan pemerintah sebagai berikut.

Undang-Undang Nomor 1/PNPS/1965 tentang Pencegahan


Penyalahgunaan dan/atau Penodaan Agama, yang bertujuan untuk mencegah
terjadinya benturan antarumat beragama dan memelihara ketenteraman serta
ketertiban masyarakat. Negara berkewajiban membuat peraturan perundang-
undangan yang melarang siapa pun melakukan pelecehan terhadap ajaran agama
atau kepercayaan lain. Pemerintah harus membimbing dan membina warga
negaranya agar saling menghormati satu sama lain, serta memberlakukan
peraturan yang adil tanpa memandang satu agama lebih tinggi dari lainnya.

Pembahasan:
Pada peraturan pemerintah ini menjelaskan dan membimbing warga
negara untuk saling toleransi dalam beragama,saling menghargai antar sesama
suku walaupun berbeda,serta melarang siapapun melakukan pelecehan terhadap
ajaran agama masing-masing. ]Pemerintah menerapakan masyarakat untuk selalu
menghargai walaupun memiliki kepercayaan yang berbeda.Serta menjegah
penyalahgunaan dana/penodaan agama agar tidak terjadi konflik anatar agama dan
memelihara ketentraman serta ketertiban Masyarakat.
2.3. Butir ke-6 Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan
menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing.

Kebebasan beragama dan menganut kepercayaan juga diatur dalam Pasal


22 UU HAM yang berbunyi:

Setiap orang bebas memeluk agamanya masing-masing dan beribadat


menurut agamanya dan kepercayaannya itu. Negara menjamin kemerdekaan
setiap orang memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut
agamanya dan kepercayaannya itu. Berkaitan dengan kebebasan beragama dan
menganut kepercayaan, Pasal 18 ICCPR mengatur bahwa setiap orang berhak atas
kebebasan berpikir, berkeyakinan dan beragama.

Hak ini mencakup kebebasan untukmenganut agama atau kepercayaan


atas pilihannya sendiri, dan tidak seorang pun dapat dipaksa sehingga terganggu
kebebasannya untuk menganut atau menetapkan agama atau kepercayaan
pilihannya.

UU Nomor 39 Tahun 1999 tentang HAM dan UU Nomor 1/PNPS/1965


tentang Pencegahan Penyalahgunaan dan/atau Penodaan Agama. Pembatasan
terhadap kebebasan menjalankan dan menentukan agama atau keyakinan
seseorang menurut Pasal 18 ayat (3) ICCPR hanya dapat dibatasi oleh ketentuan
berdasarkan hukum, dan yang diperlukan untuk melindungi keamanan, ketertiban,
kesehatan, atau moral masyarakat.

Pembahasan:

Pada implementasi butir ke 6 ini pemerintah menghimbau Masyarakat


untuk saling menghargai dalam menjalankan ibadah keagamaan nya masing-
masing,serta setiap warga negara Indonesia bebas dalam memeluk dan memilih
agama dan kepercayaan masing-masing.
BAB III

TANTANGAN DALAM MASYARAKAT UNTUK


MENGIMPLEMENTASIKAN BUTIR-BUTIR PANCASILA SILA KE-1

2.1. Butir ke 2 : Manusia Indonesia percaya dan taqwa terhadap Tuhan Yang
Maha Esa, sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing menurut
dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.
Jakarta, CNN Indonesia -- Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)
menyetorkan uang rampasan senilai Rp16,2 miliar ke kas negara terkait
dengan penanganan kasus korupsi bantuan sosial (bansos) Covid-19 yang
menyeret eks Menteri Sosial Juliari Peter Batubara dan kawan-kawan. "Jaksa
eksekutor KPK Rusdi Amin dan Andry Prihandono telah melakukan
penyetoran ke kas negara uang rampasan senilai Rp16,2 miliar dalam perkara
terpidana Juliari P Batubara dkk berdasarkan putusan majelis hakim
Pengadilan Tipikor yang berkekuatan hukum tetap," ujar Kepala Bagian
Pemberitaan KPK Ali Fikri, Senin (29/8).
Uang rampasan tersebut merupakan barang bukti yang turut
diamankan tim KPK saat melakukan operasi tangkap tangan (OTT) terhadap
terpidana Matheus Joko Santoso yang merupakan Pejabat Pembuat Komitmen
(PPK) di Kementerian Sosial. Undang-undang 20 tahun 2001 tentang
perubahan atas undang-undang nomor 31 tahun 1999 tentang pemberantasan
tindak pidana korupsi.

 Bagaimana pendapat anda terhadap orang/kelompok yang melakukan


tindakan yang tidak sesuai dengan butir ke-2 pada sila Ketuhanan
Yang Maha Esa :
Menurut pendapat kami Korupsi adalah suatu kejahatan untuk
memperkaya diri sendiri maupun orang lain yang dilakukan secara
melawan hukum akibat rasa ketidakpuasaan yang dapat merusak
menghancurkan semangat pembangunan bangsa yang adil yang dapat
menyesengsarakan rakyat. Berdasarkan hal tersebut terlihat bahwa
begitu kejamnya tindak pidana korupsi. Korupsi juga sangat tidak
dibenarkan dalam sila Ketuhanan Yang Maha Esa karena telah
mengambil hak orang lain yang hukkumnya haram.
 Bagaimana seharusnya sikap warga negara untuk mengamalkan butir
ke 2 sila Ketuhanan Yang Maha Esa :
1. Melaporkan kepada pihak yang berwajib.
2. Tidak menirunya karena hal itu adalah perbuatan tidak terpuji dan
melanggar aturan negara.
3. Mengingatkannya agar tidak mengulanginya lagi.
4. Selalu taat kepada Tuhan Yang Maha Esa dan tau apa sanksi jika
melakukannya.

2.2. Butir ke 3 : Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama


antara pemeluk agama dengan penganut kepercayaan yang berbeda-beda terhadap
Tuhan Yang Maha Esa.

Agama merupakan salah satu komponen penting bagi masyarakat


Indonesia.Slogan “Ketuhanan yang Maha Esa” menjadi salah satu bagian
dalam Pancasila. Agama dan masyarakat Indonesia bagaikan dua sisi “mata
uang” yang tidak dapat dipisahkan. Indonesia menjadi negara yang paling
religius di Asia Pasifik dengan lebih dari 83% penduduk Indonesia meyakini
bahwa agama merupakan suatu hal yang penting. Peringkat Indonesia berada
di atas negara-negara Eropa dengan rata-rata 30% penduduk yang
mengganggap agama merupakan komponen yang penting.Konotasi tentang
agama sebagai konteks penting dalam kehidupan memang erat dengan
masyarakat ketimuran.

Konflik agama yang bersifat horizontal-sentrisme dapat berujung


terhadap krisis kemanusian apabila terjadi dalam skala besar. Pembunuhan,
pembantaian, perampasan dan jenis persekusi lainnya terhadap umat agama
tertentu akan menciderai kemanusiaan apabila dibiarkan dalam waktu yang
berlarut-larut. Sementara itu, kurun waktu 2017-2019 terdapat 27 kasus
konflik keagamaan yang terkait terorisme berjumlah satu kasus, konflik isu
komunal (antaragama) sebanyak 14 kasus, dan 12 kasus konflik terkait isu
sektarian (interagama). Konflik agama komunal merupakan konflik yang
“paling eksis” di tengah masyarakat.

Upaya untuk tidak secara langsung melabeli dan mengeneralisir agama


tertentu sebagai dalang intoleransi di Indonesia perlu ditekankan.Tujuannya
agar tidak menyimpan dendam dan steryotype yang tidak berkesudahan.
Direktur Institut Dialog Antar Iman, Elga Sarapung menegaskan bahwa
fundamentalisme sempit seperti radikalisme, ekstrimisme hingga toleransi
tidak hanya terjadi pada umat muslim saja, semua agama memiliki
permasalahan yang sama. Hanya saja di Indonesia yang mencolok adalah
agama islam. Kemencolokan tersebut bukan semerta-merta menjadi dasar
untuk upaya mengeneralisasi umat agama tertentu. Konflik agama akan
berimplikasi terhadap keamanan negara sebagaimana yang terjadi di beberapa
negara di dunia.

Solusi berkesinambungan menjadi upaya yang dibutuhkan untuk


menyudahi drama konflik keagamaan yang tak kunjung berakhir.Adapun
terdapat empat solusi yangd dapat diterapkan.Pertama, penguatan edukasi
kebaragaman di institusi Pendidikan dan tokoh masyarakat. Edukasi
keberagaman di institusi Pendidikan berupaya untuk mencegah paham
intoleransi dan ekstrimisme di kalangan kaum muda agar tidak menjadi bibit
konflik agama masa depan. Kedua, kejelasan aturan dan keseriusan
pemerintah dalam menegakan persatuan sebelum terciptanya
kesatuan.Kejelasan dan keserisusan ini tidak hanya berupa produk hukum
semata.Ketiga, pemantapan riset dan dialog antar umat
beragama.Pendayagunaan unsur scientific dalam memecahkan kasus konflik
agama perlu menjadi perhatian.Terakhir, penguatan sosialisasi umat
beragama. Penguatan sosialisasi ini tidak hanya terbatas untuk kegiatan seperti
dialog dan audiensi Forum Kerukunan Umat Bergama (FKUB) saja. Tetapi,
merambah hingga akar rumput agar lebih inklusif.

 Bagaimana pendapat anda terhadap orang/kelompok yang melakukan


tindakan yang tidak sesuai dengan butir ke-3 pada sila Ketuhanan
Yang Maha Esa :

Perbedaan yang ada di antara manusia sudah seharusnya disikapi


dengan rasa penerimaan karena perbedaan adalah kehendak
Tuhan.Sikap toleransi harus dikedepankan dalam kehidupan untuk
menghadapi perbedaan.Rakyat Indonesia dapat hidup berdampingan
dengan tenteram dan damai di atas perbedaan. Menghargai satu sama
lain Memandang masyarakat dan kebudyaan sendiri lebih baik,
sehingga menimbulkan sikap merendahkan kebudayaan lain. Sikap ini
mendorong konflik antarkelompok. Terjadinya konflik ras, antarsuku,
atau agama. Terjadinya kemunduran suatu bangsa dan negara, karena
pemerintah sulit membangun kebijakan.

 Bagaimana seharusnya sikap warga negara untuk mengamalkan butir


ke 3 sila Ketuhanan Yang Maha Esa :

Tidak memaksakan kehendak diri sendiri kepada orang lain. Peduli


terhadap lingkungan sekitar. Tidak mementingkan suku bangsa
sendiri atau sikap yang menganggap suku bangsanya lebih baik.
Tidak menonjolkan suku, agama, ras, golongan, maupun budaya
tertentu.

2.3. Butir ke-6 : Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan


menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing.
Penetapan status tersangka terhadap seorang ketua RT di Lampung
dalam kasus pembubaran jemaat Gereja Kristen Kemah Daud (GKKD)
dinilai Setara Institute dan Pesatuan Gereja-gereja Indonesia (PGI) sebagai
“preseden baik” menyangkut pelanggaran kebebasan beragama dan
berkeyakinan.

Direktur Riset Setara Institute, Halili Hasan, mengatakan tindakan


Polda Lampung yang menetapkan Wawan Kurniawan sebagai tersangka
karena telah menghentikan dan membubarkan ibadah jemaat Gereja
Kristen Kemah Daud (GKKD), “tidak banyak terjadi”.

Pasalnya, selama ini yang ada hanya “pembiaran”.

“Kita berharap tentu saja akan ada dua hal, yaitu ada keadilan bagi korban
dan ada efek jera terhadap kelompok-kelompok intoleran itu sehingga kita
tidak berharap akan ada pengulangan intoleransi seperti yang terjadi di
Lampung itu,” kata Halili kepada BBC News Indonesia, Jumat (17/03).
PGI pun mengapresiasi penetapan tersanga terhadap Wawan. Sekretaris
Umum PGI, Jacky Manuputty, mengatakan langkah itu membuktikan
bahwa “negara hadir untuk menegakkan aturan dan konstitusi.”

 Bagaimana pendapat anda tentang berita seorang ketua RT yang


membubarkan ibadah gereja dilampung yang bertentangan dengan
butir ke-6

Hal yang dilakukan oleh ketua RT tersebut adalah hal yang salah karena ia
telah melanggar HAM (Hak Asasi Manusia) terutama dalam beribadah.
Ketua RT tersebut tidak memberi toleransi atas keberagaman agama di
Indonesia. Dalam hidup bermasyarakat terutama dalam hal perbedaan
agama sebaiknya harus besar jiwa toleransi,saling menghargai namun
ketua RT tersebut memberikan contoh yang buruk bagi masyarakatnya dan
tidak pantas dilakukan sebagai seorang ketua RT
 Bagaimana seharusnya sikap warga negara untuk mengamalkan butir
ke 6 sila Ketuhanan Yang Maha Esa :

Kita sudah ketahui bahwa Indonesia memiliki beragam agama dan


kepercayaan seharusnya sebagai warga negara Indonesia kita harus saling
menghormati,toleransi yang tinggi atas perbedaan agama tersebut karna
setiap agama memiliki alasan tersendiri dan memiliki waktu tersendiri
untuk beribadah kepada tuhan yang maha esa
BAB IV

KESIMPULAN

Indonesia adalah negara yang berlandaskan nilai-nilai pancasila. Pancasila


sebagai dasar filosofis, hukum dan pembenaran bagi seluruh pemerintahan negara.
Semua aspek hidup berdampingan, termasuk kehidupan beragama, dilandasi oleh
nilai-nilai Pancasila. Indonesia yang berketuhanan yang satu merupakan kekhasan
negara bangsa Indonesia, yang bukan merupakan negara agama maupun negara
sekuler. Prinsip Ketuhanan Yang Maha Esa mengedepankan nilai kebebasan
beragama. Semua warga negara memiliki hak istimewa untuk berpartisipasi dalam
agama dan mempraktikkannya secara bebas sesuai dengan keyakinan mereka. Ini
adalah hak dasarnya sebagai manusia dan warga negara Indonesia.

Adanya kepercayaan dan agama yang majemuk, seiring dengan perkembangan


kebebasan beragama di Indonesia, sebenarnya sudah ada di era pra kemerdekaan,
jauh sebelum era kemerdekaan, dan kini di era reformasi untuk memperkuat hak
asasi manusia. Saat ini, hak atas kebebasan beragama dipersoalkan. Karena zaman
kebebasan adalah zaman dimana hak asasi manusia ditegakkan, termasuk hak
untuk bertindak dan melakukan segala sesuatu untuk hak asasi manusia.

Hak asasi manusia beragama orang lain. Makna hidup berdampingan antar umat
beragama adalah mewujudkan kehidupan masyarakat yang rukun dalam damai
dan saling bermusuhan, sehingga agama menjadi faktor pemersatu bangsa
Indonesia dan secara tidak langsung turut serta dalam stabilitas dan kemajuan
negara.
DAFTAR PUSTAKA

BBC News Indonesia. (2021 Maret 19). Ketua RT jadi tersangka karena bubarkan
ibadah gereja Lampung: 'Berharap kelompok intoleran jera'
https://www.bbc.com/indonesia/articles/c72qw7p1z3po.am
p. Diakses pada 15 November 2023

cnnindonesia.com/nasional/20220829120626-12-840274/kpk-setor-rp162-miliar-
ke-kas-negara-dari-kasus-korupsi-bansos.Diakses pada
tanggal 15 November 2023.

Elriza Vinkasari, Toleransi Antar Umat Beragama Di Indonesia, 2020

Kaelan,(1996: 92).Implementasi Pancasila Sebagai Dasar Negara Dalam


Kehidupan Masyarakat.Jurnal Ilmu Hukum,5,(2).

pskp.or.id/2020/08/06/konflik-agama-dan-krisis-intoleransi-tantangan-atau-
mimpi-buruk-keberagaman-indonesia/. Diakses pada
tanggal 15 November 2023.

Wahyuningsih, 2014. Implementasi Pancasila Sebagai Dasar Negara Dalam


Kehidupan Masyarakat.Jurnal Ilmu Hukum,5,(2).
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai