Untuk memenuhi
oleh:
Doni Nurdiansyah
Jhon Frentin
Meldianto
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ilmiah tentang “STUDI KASUS BERKAITAN
DENGAN SILA PERTAMA”.
Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.
Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
BAB I
PENDAHULUAN
2. Untuk menjelaskan tentang makna dan arti sila ketuhanan yang maha esa.
3. Untuk menjelaskan butir-butir sila pertama.
BAB II
PEMBAHASAN
Sila ini adalah “Sumber Rohani” yang mengandung arti dan makna
perlunya diberlakukan Kewajiban Asasi Manusia Saling Asih, Saling Asah,
Saling Asuh, karena Tuhan Yang Maha Esa itu bersifat Maha Belas Kasih.
Sila ini menghendaki agar para agamawan bersatu dalam wadah/lembaga
untuk menebarkan dan mensuburkan watak berbelas kasih satu sama lain
antara semua warga Republik Indonesia secara menyeluruh dan mereata, oleh
karena Tuhan menurunkan Agama-agama itu walaupun berlain-lain coraknya
semua agama itu bertitik-temu pada ajarannya “Berbelas kasihanlah antara
sesama manusia” yang berasal dari satu Bapak (Adam) dan satu Ibu (Hawa)
BHINEKA (beraneka-rupa), tetapi TUNGGAL IKA (sama seajaran). Sila
pertama dari dasar negara Indonesia berbunyi Ketuhanan Yang Maha Esa.
Sila tersebut merupakan sila yang paling mendasar bagi sila-sila lainnya.
Masalah ketuhanan dan kepercayaan seseorang tidak dapat diganggu gugat
karena merupakan hal yang paling hakiki yang dimiliki manusia. Ketuhanan
dan kepercayaan adalah sesuatu yang sangat sakral dan memiliki makna yang
sangat mendalam. Setiap manusia pasti memiliki kepercayaannya
masing-masing, yang jika dia memiliki iman atau keyakinan yang kuat atas
apa yang dipercayainya maka akan tetap ia pertahankan apa pun yang terjadi.
Sehingga, tidak pantas jika kita menganggu atau mengusik kepercayaan orang
lain. Kita wajib menghormati dan menghargai kepercayaan orang lain,
sehingga orang lain pun akan mnghormati dan menghargai kepercayaan yang
yang kita anut. Dengan adanya sikap saling menghormati dan menghargai
kepercayaan masing-masing tersebut, maka akan tercipta kedamaian dan
ketentraman. Dengan saling menghormati tidak akan terjadi perpecahan yang
hanya akan membawa keburukan bagi semua. Sikap saling menghormati dan
menghargai sesama inilah yang seharusnya kita kembangkan agar tidak
terjadi perpecahan dan kerusuhan yang berakibat pada kondisi keamanan
negara. Sebagai bangsa yang menjunjung tinggi Pancasila sebagai pandangan
hidup, sudah seharusnya kita menghayati dengan sungguh-sungguh dan
mengamalkan sila pertama Pancasila tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan mengamalkannya, kita akan menyadari bahwa setiap manusia berhak
memiliki kepercayaannya masing-masing dan kita tidak boleh memaksakan
keyakinan kita pada orang lain. Kerukunan beragama jangan hanya semboyan
yang kosong, tetapi kaum agamawan mesti bersatu sebagai tenaga-tenaga ahli
yang berfungsi menghidup suburkan moral warga negara untuk saling
mengasihi (asih), saling membimbing dan mendidik (asah) dan saling
melayani dan melindungi (asuh). Jangan seperti sekarang, ikut adu-domba
kekuatan dengan menebarkan “Kebencian” dan “Permusuhan”. Tidak satu
agama pun yang tidak mengajarkan moral belas kasih-sayang manusia kepada
sesama manusia. Adapun dalam hal hubungan dengan tuhan, masing-masing
menurut caranya sendiri-sendiri, itulah hak asasinya. Tetapi kewajiban asasi
manusia terhadap manusia tidak boleh tidak, mesti saling asih, saling asah,
saling asuh, dalam kebersamaan hidup sepersamaan. Begitulah mestinya sila
“ketuhanan yang maha esa” diwujudkan.Sebagai ajaran filsafat, pancasila
mencerminkan nilai dan pandangan mendasar dan hakiki rakyat indonesia
dalam hubungannya dengan sumber kesemestaan, yakni Tuhan Yang Maha
Esa sebagai asas fundamental dalam kesemestaan yang kemudiaan juga
dijadikan fundamental kenegaraan yaitu negara berdasarkan atas Ketuhanan
Yang Maha Esa.
1. Percaya dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama
dan kepercayaannya masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil
dan beradab.
2. Manusia Indonesia percaya dan taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa,
sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing menurut dasar
kemanusiaan yang adil dan beradab.
5. Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah masalah
yang
1. Ahok dalam pidatonya di Pulau seribu lidahnya entah sengaja atau tidak
keceplosan bilang : "Jangan Mau dibodohin Pakai Surat Almaidah 51" dan
lain-lain, depan dan belakangnya tidak perlu saya tulis, karena yang
menggemparkan Dunia hanyalah kalimat itu.
5. Hari demi hari ormas islam menunggu hasil laporan yang sudah
disampaikan ke Pihak Kepolisian tanpa adanya gejolak masa sama sekali.
Hingga satu minggu lebih tidak ada reaksi kongkreet dari Pihak Kepolisian,
akhirnya Jihad Alqur'an Perdana Pada Tanggal 14 Nopember 2016 dijakarta
digelar yang dipelopori oleh para ulama' bukan hanya FPI, dengan jumlah
masa kurang lebih 150 ribu orang.
6. Hari demi hari ditunggu tidak ada langkah memuaskan dari Pihak
Penegak Hukum, bahkan sempat muncul di media entah benar atau salah,
bahwa Proses Hukum Ahok ditunda hingga setelah Pilkada.
7. Ormas Islam tidak mau tahu, ini tidak ada sangkut pautnya dengan
Pilkada, Pada hari jumat berikutnya tepatnya Jumat, 21 Oktober 2016, aksi
demo damai digelar lagi namun tidak di Jakarta melainkan di sebagian besar
kota besar di seluruh Indonesia : Surabaya, Malang dan lain sebagainya.
Demo berlangsung damai dan tertib hampir disemua kota tidak ada tindakan
anarkisme sama sekali.
8. Hingga tahap ini, belum ada satupun kalimat yang disampaikan oleh
Presiden RI menanggapi hal ini, dan setelah itu, bukan hanya jumat, pada
hari-hari lain aksi damai di beberapa kota besar yang selalu melibatkan ribuan
hingga puluhan ribu peserta demo sering digelar. Ormas tetap sangat sabar
dan menjunjung tinggi aturan hukum di Indonesia, semua aksi hanya sebatas
menyampaikan aspirasi dan memberikan tekanan pada pemerintah agar
segera memproses hukum Ahok.
10. Hingga akhirnya pada hari ini, Senin, 31 Oktober 2016, Presiden Jokowi
mengeluarkan statement yang kami baca dari media online terpercaya, kami
tidak tertarik untuk untuk mendengar selain, "Oke, Tangkap Ahok Sang
Penista Alqur'an". Namun sudah sesuai perkiraan Presiden Jokowi bilang :
"Demo itu boleh asal tidak Memaksakan Kehendak", itu intinya, yang lain
tidak penting. Di hari yang sama hari ini juga, Ketua Partai Penguasa
Megawati Sukarno Putri juga angkat bicara, sama, sudah sesuai perkiraan, dia
bilang : "Ini Republik Indonesia, tidak bisa diInjak-injak", ya begitulah,
namun sama sekali kami tidak kaget, kalimat ibu megawati itu benar, namun
salah sasaran, harusnya kalimat itu ditujukan pada ahok dan pemerintah yang
melindunginya.
Pengkajian Kasus :
Mari kita bersihkan Pikiran kita dari tendensi, kebencian dan kecintaan
pada perorangan atau golongan, mari kita singkirkan sementara rasa benci
kita pada ahok, rasa suka kita pada ahok, rasa benci kita pada fpi, rasa suka
kita pada fpi, mari kita merenung dan berpikir jernih atas nama Bangsa
Indonesia dan atas nama Umat Islam, dan setelah pikiran bersih mari kita
bertanya pada diri sendiri, SIAPA SEBENARNYA YANG SALAH?
Menurut pendapat saya sebagai umat beragama yang berpedoman pada
kitabnya lalu kitabnya di lecehkan oleh orang lain apakah dapat di toleransi
dengan mudah. Ahok telah melecehkan Al-Qur’an sedang Al Qur’an
merupakan kitab suci umat beragama . Agamalah yang mengajarkan
keyakinan akan ketuhanan , sedangkan kita lihat dalam literatur bangsa kita
bahwa dasar negara kita yaitu pancasila yang pada sila pertamanya berbunyi
KETUHANAN YANG MAHA ESA . Tidak menutup kemungkinan bahwa
Ahok telah menodai apa kandugan dari Pancasila .
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Makna sebenarnya dari Sila Ketuhanan yang maha Esa adalah bahwa
segala aspek penyelenggaraan hidup bernegara harus sesuai dengan nilai-nilai
yang berasal dari Tuhan.
Faktor lainnya yaitu, lembaga keagamaan di Indonesia seringkali masih
menguntungkan agama-agama tertentu. Hal ini tentu saja memunculkan rasa
ketidakadilan terhadap penganut agama yang tidak dominan dan memacu
terjadinya konflik antar umat beragama.
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
http://mafiaindonesia.com/2010/06/bukti-pelanggaran-terhadap-5-sila.html
http://verkay11-rickyt.com/2009/12/arti-dari-sila-pertama-pancasila.html
http://garduopini.com/2010/03/29/internalisasi-pancasila-pluralisme-agama-dalam
-%E2%80%9Cketuhanan-yang-maha-esa%E2%80%9D/
http://icecreamcocholate.com/2012/02/penyimpangan-nilai-pancasila.html
http://punkestoe.com/2009/02/02/sikap-posotif-terhadap-nilai-nilai-pancasila/