Anda di halaman 1dari 16

“STUDI KASUS BERKAITAN DENGAN SILA PERTAMA”

Untuk memenuhi

Tugas mata kuliah Bahasa Indonesia

oleh:

Doni Nurdiansyah

Jhon Frentin

Meldianto

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KENDEDES MALANG


PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN

TAHUN PELAJARAN 2017/2018

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ilmiah tentang “STUDI KASUS BERKAITAN
DENGAN SILA PERTAMA”.

Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.
Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang “STUDI


KASUS BERKAITAN DENGAN SILA PERTAMA” ini dapat memberikan
manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Malang, 14 Mei 2018


Penulis

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada alinea ke empat Pembukaan UUD 1945 disebutkan bahwa dasar


negara Indonesia adalah keseluruhan nilai yang dikandung Pancasila.
Pancasila bukan hanya dasar negara yang bersifat statis, melainkan juga
dinamis karena Pancasila pun menjadi pandangan hidup, filsafat bangsa,
ideologi nasional, kepribadian bangsa, dan sumber dari segala sumber tertib
hukum, tujuan negara, perjanjian luhur bangsa Indonesia, yang menuntut
pelaksanaan dan pengamanannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara. Mengingat hal tersebut, maka mengamalkan dan
mengamankan Pancasila sebagai Dasar Negara mempunyai sifat
imperatif/memaksa. Setiap warga negara Indonesia harus tunduk dan taat
kepadanya.

Namun sekarang ini, seiring dengan perkembangan zaman dan kemajuan


teknologi, nilai-nilai luhur pancasila mulai dilupakan masyarakat Indonesia.
Sendi-sendi kehidupan di masyarakat sudah banyak yang tidak sesuai dengan
nilai-nilai luhur Pancasila.
Salah satu sila dari kelima sila tersebut yang terus diperbincangkan dan
dipersoalkan ialah tentang persoalan Sila Ketuhanan (hal ini tentu saja bukan
berarti bahwa keempat sila lainnya tidak ada permasalahannya). Upaya untuk
menciptakan toleransi dalam rangka menciptakan kerukunan antar umat
beragama mengalami berbagai macam hambatan. Bahkan sangat rentan untuk
terjadinya konflik yang tentu saja akan membawa dampak atau pengaruh
yang besar terhadap bangsa Indonesia. Hanya karena soal perbedaan
keyakinan (agama), dapat menimbulkan perpecahan dan bahkan
menimbulkan perbedaan ideologi, meski Pancasila adalah Ideologi bangsa
dan negara Republik Indonesia.

Melihat kenyataan-kenyataan yang terjadi tersebut, melalui makalah ini


penulis akan mengungkapkan betapa pentingnya membaca, memahami dan
mengaplikasikan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, terutama pada sila
‘Ketuhanan Yang Maha Esa’ tersebut.

1.2 Rumusan Masalah

Penulis telah menyusun beberapa masalah yang akan dibahas dalam


karya tulis ini sebagai batasan dalam pembahasan bab isi. Beberapa masalah
tersebut antaralain:

1. Apakah pengertian sila ketuhanan yang maha esa?

2. Apakah makna dan arti sila ketuhanan yang maha esa?

3. Apakah butir-butir sila pertama?

4. Apakah contoh kasus sila pertama?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Untuk menjelaskan tentang pengertian sila ketuhanan yang maha esa.

2. Untuk menjelaskan tentang makna dan arti sila ketuhanan yang maha esa.
3. Untuk menjelaskan butir-butir sila pertama.

4. Untuk menjelaskan contoh kasus sila pertama.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN SILA KETUHANAN YANG MAHA ESA

Sila ini adalah “Sumber Rohani” yang mengandung arti dan makna
perlunya diberlakukan Kewajiban Asasi Manusia Saling Asih, Saling Asah,
Saling Asuh, karena Tuhan Yang Maha Esa itu bersifat Maha Belas Kasih.
Sila ini menghendaki agar para agamawan bersatu dalam wadah/lembaga
untuk menebarkan dan mensuburkan watak berbelas kasih satu sama lain
antara semua warga Republik Indonesia secara menyeluruh dan mereata, oleh
karena Tuhan menurunkan Agama-agama itu walaupun berlain-lain coraknya
semua agama itu bertitik-temu pada ajarannya “Berbelas kasihanlah antara
sesama manusia” yang berasal dari satu Bapak (Adam) dan satu Ibu (Hawa)
BHINEKA (beraneka-rupa), tetapi TUNGGAL IKA (sama seajaran). Sila
pertama dari dasar negara Indonesia berbunyi Ketuhanan Yang Maha Esa.
Sila tersebut merupakan sila yang paling mendasar bagi sila-sila lainnya.
Masalah ketuhanan dan kepercayaan seseorang tidak dapat diganggu gugat
karena merupakan hal yang paling hakiki yang dimiliki manusia. Ketuhanan
dan kepercayaan adalah sesuatu yang sangat sakral dan memiliki makna yang
sangat mendalam. Setiap manusia pasti memiliki kepercayaannya
masing-masing, yang jika dia memiliki iman atau keyakinan yang kuat atas
apa yang dipercayainya maka akan tetap ia pertahankan apa pun yang terjadi.
Sehingga, tidak pantas jika kita menganggu atau mengusik kepercayaan orang
lain. Kita wajib menghormati dan menghargai kepercayaan orang lain,
sehingga orang lain pun akan mnghormati dan menghargai kepercayaan yang
yang kita anut. Dengan adanya sikap saling menghormati dan menghargai
kepercayaan masing-masing tersebut, maka akan tercipta kedamaian dan
ketentraman. Dengan saling menghormati tidak akan terjadi perpecahan yang
hanya akan membawa keburukan bagi semua. Sikap saling menghormati dan
menghargai sesama inilah yang seharusnya kita kembangkan agar tidak
terjadi perpecahan dan kerusuhan yang berakibat pada kondisi keamanan
negara. Sebagai bangsa yang menjunjung tinggi Pancasila sebagai pandangan
hidup, sudah seharusnya kita menghayati dengan sungguh-sungguh dan
mengamalkan sila pertama Pancasila tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan mengamalkannya, kita akan menyadari bahwa setiap manusia berhak
memiliki kepercayaannya masing-masing dan kita tidak boleh memaksakan
keyakinan kita pada orang lain. Kerukunan beragama jangan hanya semboyan
yang kosong, tetapi kaum agamawan mesti bersatu sebagai tenaga-tenaga ahli
yang berfungsi menghidup suburkan moral warga negara untuk saling
mengasihi (asih), saling membimbing dan mendidik (asah) dan saling
melayani dan melindungi (asuh). Jangan seperti sekarang, ikut adu-domba
kekuatan dengan menebarkan “Kebencian” dan “Permusuhan”. Tidak satu
agama pun yang tidak mengajarkan moral belas kasih-sayang manusia kepada
sesama manusia. Adapun dalam hal hubungan dengan tuhan, masing-masing
menurut caranya sendiri-sendiri, itulah hak asasinya. Tetapi kewajiban asasi
manusia terhadap manusia tidak boleh tidak, mesti saling asih, saling asah,
saling asuh, dalam kebersamaan hidup sepersamaan. Begitulah mestinya sila
“ketuhanan yang maha esa” diwujudkan.Sebagai ajaran filsafat, pancasila
mencerminkan nilai dan pandangan mendasar dan hakiki rakyat indonesia
dalam hubungannya dengan sumber kesemestaan, yakni Tuhan Yang Maha
Esa sebagai asas fundamental dalam kesemestaan yang kemudiaan juga
dijadikan fundamental kenegaraan yaitu negara berdasarkan atas Ketuhanan
Yang Maha Esa.

2.2 MAKNA DAN ARTI SILA KETUHANAN YANG MAHA ESA

Makna sila ini adalah:

1. Percaya dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama
dan kepercayaannya masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil
dan beradab.

2. Hormat dan menghormati serta bekerjasama antara pemeluk agama dan


penganut-penganut kepercayaan yang berbeda-beda sehingga terbina
kerukunan hidup.

3. Saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama


dan kepercayaan masing-masing.

4. Tidak memaksakan suatu agama atau kepercayaannya kepada orang lain.

Arti sila ini adalah :

1. Mengandung arti pengakuan adanya kuasa prima (sebab pertama) yaitu


Tuhan yang Maha Esa
2. Menjamin penduduk untuk memeluk agama masing-masing dan
beribadah menurut agamanya.

3. Tidak memaksa warga negara untuk beragama.

4. Menjamin berkembang dan tumbuh suburnya kehidupan beragama.

5. Bertoleransi dalam beragama, dalam hal ini toleransi ditekankan dalam


beribadah menurut agamanya masing-masing.

6. Negara memberi fasilitator bagi tumbuh kembangnya agama dan iman


warga negara dan mediator ketika terjadi konflik agama.

Secara filosofis Ketuhanan Yang Maha Esa terkandung dalam sila


pertama Pancasila yang berkedudukan sebagai dasar filsafat negara Indonesia,
sehingga sila pertama tersebut sebagai dasar filosofis bagi kehidupan
kebangsaan dan kenegaraan dalam hal hubungan negara dengan agama.
Dalam peraturan perundang-undangan Indonesia bukan mengatur ruang
akidah umat beragama melainkan mengatur ruang publik warga negara dalam
hubungan antar manusia. Sebagai contoh berbagai produk peraturan
perundangan dalam hukum positif Islam, misalnya UU RI No. 41 tentang
Wakaf, UU RI No. 38 tentang Pengelolaan Zakat, ini mengatur tentang wakaf
dan zakat pada domein kemasyarakatan dan kenegaraan. Secara filosofis
relasi ideal antara negara dengan agama, prinsip dasar negara berdasar
Ketuhanan Yang Maha Esa, yang berarti setiap warga negara bebas
berkeyakinan atau memeluk agama sesuai dengan keyakinan dan
kepercayaannya. Kebebasan dalam pengertian ini berarti bahwa keputusan
beragama dan beribadah diletakkan pada domain privat atau pada tingkat
individu. Dapat juga dikatakan bahwa agama perupakan persoalan individu
dan bukan persoalan negara. Negara dalam hubungan ini cukup menjamin
secara yuridis dan memfasilitasi agar warga negara dapat menjalakan agama
dan beribadah dengan rasa aman, tenteram dan damai. Akan tetapi
bagaimanapun juga manusia membentuk negara tetap harus ada regulasi
negara khususnya dalam kehidupan beragama. Regulasi tersebut diperlukan
dalam rangka memberikan perlindungan kepada warga negara. Regulasi
tersebut berkaitan dengan upaya-upaya melindungi keselamatan masyarakat
(public savety), ketertiban masyarakat (public order), etik dan moral
masyarakat (moral public), kesehatan masyarakat (public healt) dan
melindungi hak dan kebebasan mendasar orang lain (the fundamental right
and freedom orders). Regulasi yang dilakukan oleh negara terhadap
kebebasan warga negara dalam memeluk agama, nampaknya masih
memerlukan pengembangan lebih lanjut. Misalnya dalam KUHAP, hanya
dimuat dalam beberapa pasal saja misalnya Pasal 156 yang mengatur tentang
kebencian dan penghinaan pada suatu agama,

2.3 INTI SILA KETUHANAN YANG MAHA ESA

Sila Ketuhanan Yang Maha Esa ini nilai-nilainya meliputi menjiwai


keempat sila lainnya. Dalam sila Ketuhanan Yang Maha Esa terkandung nilai
bahwa negara yang didirikan adalah sebagai pengenjawantahan tujuan
manusia sebagai mahkluk Tuhan Yang Maha Esa. Oleh karena itu segala hal
yang berkaitan dengan pelaksanaan dan penyelenggaraan negara bahkan
moral negara, moral penyelenggaraan negara, politik negara, pemerintahan
negara, hukum dan peraturan perundang-undanganan negara, kebebasan dan
hak asasi warga negara harus dijiwai nilai-nilai Ketuhanan Yang Maha Esa.
Hal tersebut berdasarkan pada hakikat bahwa pendukung pokok negara
adalah manusia, karena negara adalah sebagai lembaga hidup bersama
sebagai lembaga kemanusian dan manusia adalah sebagai mahluk Tuhan
Yang Maha Esa, sehingga adanya manusia sebagai akibat adanya Tuhan
Yang Maha Esa sebagai kuasa prima. Tuhan adalah sebagai asal mula segala
sesuatu, adanya Tuhan adalah mutlak, sempurna dan kuasa, tidak berubah,
tidak terbatas serta pula sebagai pengatur tata tertib alam.

2.4 BUTIR-BUTIR SILA PERTAMA


1. Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaannya dan ketaqwaannya
terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

2. Manusia Indonesia percaya dan taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa,
sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing menurut dasar
kemanusiaan yang adil dan beradab.

3. Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama antara


pemeluk agama dengan penganut kepercayaan yang berbeda-beda terhadap
Tuhan Yang Maha Esa.

4. Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan


kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

5. Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah masalah
yang

6. menyangkut hubungan pribadi manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa.

7. Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan menjalankan


ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing.

8. Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang


Maha Esa kepada orang lain.

2.5 Contoh Kasus

KASUS AHOK di TUNTUT ATAS PENISTAAN AGAMA

SEKILAS KRONOLOGI KEJADIAN,

1. Ahok dalam pidatonya di Pulau seribu lidahnya entah sengaja atau tidak
keceplosan bilang : "Jangan Mau dibodohin Pakai Surat Almaidah 51" dan
lain-lain, depan dan belakangnya tidak perlu saya tulis, karena yang
menggemparkan Dunia hanyalah kalimat itu.

2. Ada seorang pengguna facebook yang bernama Buni Yani yang


mengunggahnya ke Facebook, namun tidak utuh melainkan dipotong, entah
apa pertimbangannya, mungkin agar yang menonton segera tahu bahwa ada
kalimat penghinaan pada kitab suci didalam video itu.

3. Kemudian setelah video itu beredar, akhirnya beberapa ormas islam


antara lain FPI, Pemuda Muhammadiyyah dan beberapa lainnya melakukan
langkah hukum dengan melaporkan kasus itu ke Pihak Kepolisian, tingkat
keramaian media kala itu semakin bertambah.

4. MUI sebagai Majelis Ulama Indonesia kemudian ikut mempelajari video


itu, apa benar ada penistaan atau tidak?, akhirnya MUI Secara resmi
memutuskan bahwa pernyataan ahok itu terbukti Menistakan Alqur'an.

5. Hari demi hari ormas islam menunggu hasil laporan yang sudah
disampaikan ke Pihak Kepolisian tanpa adanya gejolak masa sama sekali.
Hingga satu minggu lebih tidak ada reaksi kongkreet dari Pihak Kepolisian,
akhirnya Jihad Alqur'an Perdana Pada Tanggal 14 Nopember 2016 dijakarta
digelar yang dipelopori oleh para ulama' bukan hanya FPI, dengan jumlah
masa kurang lebih 150 ribu orang.

6. Hari demi hari ditunggu tidak ada langkah memuaskan dari Pihak
Penegak Hukum, bahkan sempat muncul di media entah benar atau salah,
bahwa Proses Hukum Ahok ditunda hingga setelah Pilkada.

7. Ormas Islam tidak mau tahu, ini tidak ada sangkut pautnya dengan
Pilkada, Pada hari jumat berikutnya tepatnya Jumat, 21 Oktober 2016, aksi
demo damai digelar lagi namun tidak di Jakarta melainkan di sebagian besar
kota besar di seluruh Indonesia : Surabaya, Malang dan lain sebagainya.
Demo berlangsung damai dan tertib hampir disemua kota tidak ada tindakan
anarkisme sama sekali.

8. Hingga tahap ini, belum ada satupun kalimat yang disampaikan oleh
Presiden RI menanggapi hal ini, dan setelah itu, bukan hanya jumat, pada
hari-hari lain aksi damai di beberapa kota besar yang selalu melibatkan ribuan
hingga puluhan ribu peserta demo sering digelar. Ormas tetap sangat sabar
dan menjunjung tinggi aturan hukum di Indonesia, semua aksi hanya sebatas
menyampaikan aspirasi dan memberikan tekanan pada pemerintah agar
segera memproses hukum Ahok.

9. Pada hari Jumat berikutnya yaitu Jumat, 28 Oktober 2016 bertepatan


dengan Peringatan Hari Sumpah Pemuda, Aksi demo damai digelar lagi
serentak hampir disemua kota besar, kecuali jakarta dan Surabaya, Aksi demo
damai dilakukan melibatkan ribuan hingga puluhan ribu peserta umat islam
dari berbagai ormas, sama, tujuannya adalah menyampaikan aspirasi dan
dorongan agar Pemerintah segera memproses hukum ahok. Hingga tahap ini
pun, belum ada statement meyakinkan dari Presiden RI, kami sudah tidak
pernah menunggu statement Kapolri karena kami meyakini hanya cukup satu
kata dari Presiden RI semua beres, ahok ditangkap dan gejolak mereda.

10. Hingga akhirnya pada hari ini, Senin, 31 Oktober 2016, Presiden Jokowi
mengeluarkan statement yang kami baca dari media online terpercaya, kami
tidak tertarik untuk untuk mendengar selain, "Oke, Tangkap Ahok Sang
Penista Alqur'an". Namun sudah sesuai perkiraan Presiden Jokowi bilang :
"Demo itu boleh asal tidak Memaksakan Kehendak", itu intinya, yang lain
tidak penting. Di hari yang sama hari ini juga, Ketua Partai Penguasa
Megawati Sukarno Putri juga angkat bicara, sama, sudah sesuai perkiraan, dia
bilang : "Ini Republik Indonesia, tidak bisa diInjak-injak", ya begitulah,
namun sama sekali kami tidak kaget, kalimat ibu megawati itu benar, namun
salah sasaran, harusnya kalimat itu ditujukan pada ahok dan pemerintah yang
melindunginya.

Pengkajian Kasus :

Mari kita bersihkan Pikiran kita dari tendensi, kebencian dan kecintaan
pada perorangan atau golongan, mari kita singkirkan sementara rasa benci
kita pada ahok, rasa suka kita pada ahok, rasa benci kita pada fpi, rasa suka
kita pada fpi, mari kita merenung dan berpikir jernih atas nama Bangsa
Indonesia dan atas nama Umat Islam, dan setelah pikiran bersih mari kita
bertanya pada diri sendiri, SIAPA SEBENARNYA YANG SALAH?
Menurut pendapat saya sebagai umat beragama yang berpedoman pada
kitabnya lalu kitabnya di lecehkan oleh orang lain apakah dapat di toleransi
dengan mudah. Ahok telah melecehkan Al-Qur’an sedang Al Qur’an
merupakan kitab suci umat beragama . Agamalah yang mengajarkan
keyakinan akan ketuhanan , sedangkan kita lihat dalam literatur bangsa kita
bahwa dasar negara kita yaitu pancasila yang pada sila pertamanya berbunyi
KETUHANAN YANG MAHA ESA . Tidak menutup kemungkinan bahwa
Ahok telah menodai apa kandugan dari Pancasila .

Sampai setelah meledaknya Demo oleh umat beragama yang tersinggung


serta karena statement dari pembela Ahok yang membuat Indonesia saat ini
memanas . memang sangatlah sensitive jika membicarakan yang menyangkut
SARA . Tentu sebagai Ahok harus meminta maaf dan menanggung rsiko
yang telah ia lakukan .

Sangat disayangkan bila Pemerintah tidak memproses dengan tegas apa


yan telah di lakukan Ahok, bahkan belum ada tindakan tegas yang
memproses kasus ahok ini yang membuat belum meredanya ketegangan di
masyarakat .

Terlebih pada ORMAS yang sangat dominan dengan agamanya yang


mudah untuk di provokator sangatlah membuat miris . saya berharap kasus ini
cepat selesai agar semuanya bisa kembali kondusif .
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari pembahasan di atas, dapat kita simpulkan bahwa penyebab


terjadinya penyimpangan sila ‘Ketuhanan Yang Maha Esa’ di Indonesia salah
satunya adalah kerena pancasila sebagai Ideologi, falsafah, dasar negara, serta
sebagai pandangan hidup, tidak dapat dipahami dan dihayati secara
menyeluruh oleh bangsa ini.

Makna sebenarnya dari Sila Ketuhanan yang maha Esa adalah bahwa
segala aspek penyelenggaraan hidup bernegara harus sesuai dengan nilai-nilai
yang berasal dari Tuhan.
Faktor lainnya yaitu, lembaga keagamaan di Indonesia seringkali masih
menguntungkan agama-agama tertentu. Hal ini tentu saja memunculkan rasa
ketidakadilan terhadap penganut agama yang tidak dominan dan memacu
terjadinya konflik antar umat beragama.

3.2 Saran

Warga Indonesia seharusnya lebih bisa memahami makna sebenarnya


dari pancasila (di setiap sila, bukan hanya sila pertama saja). Perbedaan
agama juga seharusnya tidaklah menjadi penghalang setiap warga Indonesia
untuk tetap berinteraksi satu sama lain, saling menghormati, dan saling
membantu antar sesama tanpa mempedulikan perbedaan yang ada.

Lembaga keagamaan di Indonesia juga seharusnya tidak menguntungkan


agama-agama tertentu. Keadilan terhadap umat beragama harus lebih
diperhatikan agar tidak terjadi konflik lagi antar umat beragama di Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

http://mafiaindonesia.com/2010/06/bukti-pelanggaran-terhadap-5-sila.html

http://verkay11-rickyt.com/2009/12/arti-dari-sila-pertama-pancasila.html

http://garduopini.com/2010/03/29/internalisasi-pancasila-pluralisme-agama-dalam
-%E2%80%9Cketuhanan-yang-maha-esa%E2%80%9D/
http://icecreamcocholate.com/2012/02/penyimpangan-nilai-pancasila.html

http://punkestoe.com/2009/02/02/sikap-posotif-terhadap-nilai-nilai-pancasila/

Anda mungkin juga menyukai