KEHIDUPAN BERAGAMA
Disusun Oleh :
ROBY NUGRAHA
FIKRI MUHAMMAD AFRIZAL
FRANS BRANDO MARAMIS
MUHAMAD ANDIKA
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini tentang pengarahan dalam Pancasila and Citizenships.
Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai referensi dan kerja sama rekan rekan kelompok yang mau
bekerjasama menyusun makalah ini dengan sebaik baiknya, sehingga dapat
memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak
terima kasih kepada semua pihak dan berbagai sumber referensi yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat, maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang pancasila
sebagai paradigma pembangunan kehidupan beragama untuk rekan rekan semua
dapat memberikan pemahaman serta manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca,
dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari hari.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Kata pengantar......................................................................................................................i
Daftar isi...............................................................................................................................ii
BAB I: PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang.................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................................................4
C. Tujuan Makalah...............................................................................................................4
BAB II: LANDASAN TEORI..............................................................................................6
A. pancasila sebagai paradigma pengembangan kehidupan beragama..............................6
B. Pancasila penting sebagai paradigma pengembangan kehidupan beragama.................10
C. Mengaplikasikan pancasila menjadi paradigma Kehidupan Beragama........................11
D. Pluralisme Agama yang ada di Indonesia.....................................................................12
E. Kerukunan Umat Beragama di Indonesia.....................................................................10
F. Solusi Konflik Antar Umat Beragama di Indonesia.....................................................16
BAB III: MASALAH DAN DISKUSI................................................................................21
A. Permasalahan Agama dan Sosial di Tolikara...............................................................16
B. kehidupan antarumat beragama di Indonesia terbaik di dunia.....................................18
BAB IV: PENUTUP............................................................................................................26
A. KESIMPULAN............................................................................................................26
B. SARAN.........................................................................................................................27
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2. Manusia Indonesia percaya dan takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sesuai
dengan agama dan kepercayaannya masing-masing menurut dasar kemanusiaan
yang adil dan beradab.
3. Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama antara pemeluk
agama dengan penganut kepercayaan yang berbeda-beda terhadap Tuhan Yang
Maha Esa.
4. Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan kepercayaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
5. Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah masalah yang
menyangkut hubungan pribadi manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa.
6. Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai
dengan agama dan kepercayaannya masing-masing.
7. Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha
Esa kepada orang lain.
Sila pertama dari Pancasila adalah Ketuhanan Yang Maha Esa. Kalimat pada sila
pertama ini tidak lain menggunakan istilah dalam bahasa Sansekerta ataupun bahasa
Pali.
Kata ketuhanan yang berasal dari kata tuhan yang diberi imbuhan ke- dan –an
bermakna sifat-sifat tuhan. Dengan kata lain ketuhanan berarti sifat-sifat tuhan atau
sifat-sifat yang berhubungan dengan tuhan.
Kata Maha berasal dari bahasa Sansekerta atau Pali yang bisa berarti mulia atau
besar (bukan dalam pengertian bentuk). Kata Maha bukan berarti sangat. Kata “esa”
juga berasal dari bahasa Sansekerta atau Pali. Kata “esa” bukan berarti satu atau
tunggal dalam jumlah. Kata “esa” berasal dari kata “etad” yang lebih mengacu pada
pengertian keberadaan yang mutlak atau mengacu pada kata “ini”.
Dari penjelasan yang disampaikan di atas dapat dikesimpulan bahwa arti dari
Ketuhanan Yang Maha Esa bukanlah berarti Tuhan Yang Hanya Satu, bukan
mengacu pada suatu individual yang kita sebut Tuhan Yang jumlahnya satu. Tetapi
2
sesungguhnya Ketuhanan Yang Maha Esa berarti Sifat-sifat Luhur atau Mulia Tuhan
yang mutlak harus ada. Jadi yang ditekankan pada sila pertama dari Pancasila ini
adalah sifat-sifat luhur atau mulia, bukan Tuhannya.
Negara Indonesia didirikan atas landasan moral luhur, yaitu berdasarkan
Ketuhanan Yang Maha Esa yang sebagai konsekuensinya, maka negara menjamin
kepada warga negara dan penduduknya untuk memeluk dan untuk beribadah sesuai
dengan agama dan kepercayaannya, seperti pengertiannya terkandung dalam:
1) Pembukaan UUD 1945 alinea ketiga, yang antara lain berbunyi: “Atas berkat
rahmat Allah Yang Maha Kuasa….” dari bunyi kalimat ini membuktikan bahwa
negara Indonesia bukan negara agama, yaitu negara yang didirikan atas landasan
agama tertentu, melainkan sebagai negara yang didirikan atas landasan Pancasila
atau negara Pancasila.
2) Pasal 29 UUD 1945
3) Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa
4) Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya
masing-masing dan untuk beribadah menurut agamanya dan kepercayaannya
3
pada apa yang benar baik dan adil. Dasar ini merupakan pengikat moril bagi
pemerintah dalam menyelenggarakan tugas-tugas Negara, seperti memajukan
kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi dan keadilan sosial.
2) Negara menjamin kemerdekaan tiap penduduk untuk beribadat menurut agama
dan kepercayaannya (pasal 29 ayat 2 UUD 1945).Jaminan kemerdekaan
beragama yang secara yuridis constitutional ini membawa konsekuensi
pemerintah sebagai berikut:
a) Pemerintah wajib memberi dorongan dan kesempatan terhadap kehidupan
keagamaan yang sehat.
b) Pemerintah memberi perlindungan dan jaminan bagi usaha-usaha penyebaran
agama, baik penyebaran agama dalam arti kualitatif maupun kuantitatif.
c) Pemerintah melarang adanya paksaan memeluk/meninggalkan suatu agama.
d) Pemerintah melarang kebebasan untuk tidak memilih agama.
Pengakuan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, kehidupan beragama bangsa
Indonesia tidak bisa dipisahkan dengan sila-sila yang lain. Oleh karena itu
kehidupan beragama harus dapat membawa persatuan dan kesatuan bangsa,
harus dapat mewujudkan nilai-nilai kemanusiaan yang adil dan beradap, harus
dapat menyehatkan pertumbuhan demokrasi, sehingga membawa seluruh rakyat
Indonesia menuju terwujudnya keadilan dan kemakmuran lahir dan batin. Dalam
hal ini berarti bahwa sila pertama memberi pancaran keagamaan, memberi
bimbingan pada pelaksanaan sila-sila yang lain.
3) Sebagai sarana untuk mewujudkan kesatuan dan persatuan bangsa, maka asas
kebebasan memelu agama ini harus diikuti dengan asas toleransi antar pemeluk
agama, saling menghargai dan menghormati antara pemeluk agama yang satu
dengan pemeluk agama yang lain dalam menjalankan ibadah menurut agama
mereka masing-masing.
4
4) Kehidupan beragama tidak bisa dipisahkan sama sekali dari kehidupan
duniawi/kemasyarakatan. Agama sebagai alat untuk mengatur kehidupan di
dunia, sehingga dapat mencapai kehidupan akhirat yang baik. Semakin kuat
keyakinan dalam agama, semakin besar kesadaran tanggungjawabnya kepada
Tuhan bangsa dan Negara, semakin besar pula kemungkinan terwujudnya
kesejahteraan, kemakmuran dan keadilan bagi bangsa itu sendiri
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apakah yang dimaksud dengan Pancasila sebagai Paradigma Pengembangan
Kehidupan Beragama?
2. Kenapa Pancasila penting sebagai Paradigma Pengembangan di Kehidupan
Beragama?
3. Bagaimana Mengaplikasikan Pancasila sebagai Paradigma Pengembangan
Kehidupan Beragama?
4. Bagaimana keadaan Pluralisme dan Kehidupan Beragama di Indonesia saat ini?
5. Bagaimana cara mengatasi atau menyelesaikan konflik atau masalah yang
terjadi di antara umat beragama?
1.3 TUJUAN
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan Pancasila Sebagai Pengembangan
Kehidupan Beragama
2. Mengetahui Kenapa perlu adanya Pancasila sebagai Paradigma Pengembangan
di Kehidupan Beragama
3. Mengetahui cara untuk mengaplikasikan Pancasila Sebagai Pengembangan
Kehidupan Beragama
4. Mengetahui Keadaan Pluralisme dan Kehidupan Beragama di Indonesia
5. Mengetahui cara mengatasi dan menyelesaikan konflik atau masalah yang
terjadi di antara umat beragama
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Paradigma Pengembangan
Paradigma sebagai alat bantu para illmuwan dalam merumuskan apa yang
harus dipelajari, apa yang harus dijawab, bagaimana seharusnya dalam
menjawab dan aturan-aturan yang bagaimana yang harus dijalankan dalam
mengetahui persoalan tersebut
6
Sedangkan kata Pengembangan (development) menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI) yaitu proses, cara, perbuatan mengembangkan ataun
menjadi/mengarah bertambah sempurna
7
Pancasila merupakan dasar negara Indonesia, Sementara negara
merupakan organisasi atau persekutuan hidup manusia, dengan demikian
pancasila sebagai landasan dan tolak ukur dari penyelenggaraan bernegara
termasuk dalam melaksanakan pembangunan.
Visi
8
Misi
9
Secara lengkap pentingnya dasar Ketuhanan ketika dirumuskan oleh
founding fathers negara kita dapat dibaca pada pidato Ir. Soekarno pada 1 Juni
1945, ketika berbicara mengenai dasar negara (philosophische grondslag)
yang menyatakan, “Prinsip Ketuhanan! Bukan saja bangsa Indonesia ber-
Tuhan, tetapi masing-masing orang Indonesia hendaknya ber-Tuhan.
Tuhannya sendiri. Yang Kristen menyembah Tuhan menurut petunjuk Isa Al
Masih, yang Islam menurut petunjuk Nabi Muhammad s.a.w, orang Budha
menjalankan ibadatnya menurut kitab kitab yang ada padanya. Tetapi marilah
kita semuanya ber-Tuhan. Hendaknya Negara Indonesia ialah negara yang
tiap-tiap orangnya dapat menyembah Tuhannya dengan leluasa. Segenap
rakyat hendaknya ber-Tuhan. Secara kebudayaan yakni dengan tiada
“egoisme agama”. Dan hendaknya Negara Indonesia satu Negara yang ber-
Tuhan” (Zoelva, 2012).
10
Pancasila memberikan dasar nilai yang fundamental bagi umat bangsa
Indonesia untuk hidup secara damai dalam kehidupan beragama di Negara
Indonesia.
Negara memberikan kebebasan kepada warganya untuk memeluk dan
menjalankan agamanya sesuai dengan keyaninan dan kepercayaannya masing –
masing, yang menunjukkan bahwa dalam Negara Indonesia memberikan
kebebasan untuk berkehidupan agama dan menjamin atas demokrasi di bidang
agama karena setiap agama memiliki hak – hak dan dasar masing – masing.
11
Manusia sebagai makhluk yang ada di dunia ini seperti halnya makhluk lain
diciptakan oleh penciptaannya. Pencipta itu adalah Causa Prima yang mempunyai
hubungan dengan yang diciptakannya. Manusia sebagai makhluk yang dicipta wajib
menjalankan perintah Tuhan dan menjauhi laranganNya. Dalam konteks bernegara,
maka dalam masyarakat yang berdasarkan Pancasila, dengan sendirinya dijamin
kebebasan memeluk agama masing-masing. Sehubungan dengan agama itu perintah
dari Tuhan dan merupakan sesuatu yang harus dilaksanakan oleh manusia sebagai
makhluk yang diciptakan oleh Tuhan, maka untuk menjamin kebebasan tersebut di
dalam alam Pancasila seperti kita alami sekarang ini tidak ada pemaksaan beragama,
atau orang memeluk agama dalam suasana yang bebas, yang mandiri. Oleh karena itu
dalam masyarakat Pancasila dengan sendirinya agama dijamin berkembang dan
tumbuh subur dan konsekuensinya diwajibkan adanya toleransi beragama.
12
Hal yang harus dilakukan untuk menebarkan kesadaran pluralisme agama di
masyarakat adalah:
Kerukunan umat beragama adalah suatu bentuk sosialisasi yang damai dan
tercipta berkat adanya toleransi agama. Kerukunan umat beragama bertujuan
untuk memotivasi dan mendinamisasikan semua umat beragama agar dapat ikut
serta dalam pembangunan bangsa dan menjadi hal yang sangat penting untuk
mencapai sebuah kesejahteraan hidup dinegeri ini.
13
b. Persoalan intern umat beragama dapat diselesaikan dengan
semangat kerukunan atau tenggang rasa dan kekeluargaan
2. Kerukunan antar umat beragama
a. Keputusan Menteri Agama No.70 tahun 1978 tentang pensyiaran agama
sebagai rule of game bagi pensyiaran dan pengembangan agama untuk
menciptakan kerukunan hidup antar umat beragama.
b. Pemerintah memberi perintah pedoman dan melindungi kebebasan
memeluk agama dan melakukan ibadah menurut agamanya masing-
masing.
c. Keputusan Bersama Mendagri dan Menag No.l tahun 1979 tentang tata
cara pelaksanaan pensyiaran agama dan bantuan luar negeri bagi lembaga
keagamaan di Indonesia.
1. Sifat dari masing-masing agama, yang mengandung tugas dakwah atau misi
14
2. Kurangnya pengetahuan para pemeluk agama akan agamanya sendiri dan
agama pihak lain
3. Minimnya rasa menghargai para pemeluk agama lain, sehingga kurang
menghormati bahkan memandang rendah agama lain
4. Kaburnya batas antara sikap memegang teguh keyakinan agama dan
toleransi dalam kehidupan masyarakat
5. Kecurigaan masing-masing akan kejujuran pihak lain, maupun antara umat
beragama dengan pemerintah, dan
6. Kurangnya saling pengertian dalam menghadapi masalah perbedaan
pendapat (Ajat Sudrajat, 2008:151)
15
Indonesia harus berpartisipasi secara langsung dalam pembangunan negara
Indonesia, bersama pemeluk agama lain. Islam tidak membenarkan umat
Islam bersikap eksklusif dalam tugas dan kewajiban bersama sebagai anggota
warga negara Indonesia.
Manusia Indonesia satu bangsa, hidup dalam satu negara, satu ideologi
yaitu Pancasila, hal tersebut sebagai titik tolak pembangunan. Perbedaan suku,
adat dan agama bukanlah menjadi tombak permusuhan melainkan untuk
memperkokoh persatuan. Kerukunan umat beragama dapat menjamin stabilitas
sosial sebagai syarat mutlak pembangunan. Selain itu kerukunan juga dapat
dikerahkan dan dimanfaatkan untuk kelancaran pembangunan.
A. Solusi dari konflik antar umat beragama yang terjadi di Indonesia, antara lain:
1. Meningkatkan pemahaman dan pengalaman sila Ketuhanan Yang Maha
Esa Prinsip tata cara Pengamalan Sila Pertama Pancasila berikut ini:
a. Bangsa Indonesia percaya dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing menurut
kemanusiaan yang adil dan beradab.
b. Hormat menghormati dan bekerjasama antara pemeluk agama
dan penganut-penganut kepercayaan yang berbeda-beda.
c. Saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan
agama dan kepercayaannya.
16
d. Tidak memaksakan sesuatu agama dan kepercayaan kepada orang lain.
Kebebasan memeluk agama adalah salah satu hak yang paling asasi
diantara hak-hak asasi manusia, sebab kebebasan agama itu langsung
bersumberkan kepada martabat manusia sebagai mahluk Tuhan. Manusia
selain merupakan mahluk ciptaan Tuhan juga merupakan mahluk sosial,
yang berarti bahwa manusia memerlukan pergaulan dengan manusia
lainnya. Setiap manusia perlu bersosialisasi dengan anggota masyarakat
lainnya. Bangsa Indonesia yang beraneka agama, menjalankan ibadahnya
masing-masing dimana pemeluk melaksanakan ajaranNya sesuai dengan
norma agamanya. Agar tidak terjadi pertentangan antara pemeluk agama
yang berbeda, maka hendaknya dikembangkan sikap toleransi beragama.
(http://verkay11-ricky.blogspot.com)
17
a. Dialog Parlementer. Dialog ini dilakukan dengan melibatkan tokoh-
tokoh umat beragama di tingkat dunia.
b. Dialog Kelembagaan. Dialog ini dilakukan dengan melibatkan
Organisasi-organisasi keagamaa.
c. Dialog Teologi. Tujuannya adalah untuk membahas persoalan-persoalan
teologis –filosofi.
d. Dialog dalam Masyarakat. Dialog ini dilakukan dalam bentuk
kerjasama dari komunitas agama yang plural yang menggarap dan
menyelesaikan masalah-masalah praktis dalam kehidupan sehari-hari.
e. Dialog Kerohanian. Tujuannya adalah untuk mengembangkan dan
memperdalam kehidupan spiritual di antara berbagai agama. ( Ajat
Sudrajat, 2009:158 ) .
C. Meningkatkan rasa toleransi
18
dengan eksisnya berbagai agama samawi maupun agama ardli dalam
kehidupan umat manusia ini.
Salah satu wujud dari toleransi hidup beragama adalah menjalin dan
memperkokoh tali silaturahmi antar umat beragama dan menjaga hubungan
yang baik dengan manusia lainnya. Pada umumnya, manusia tidak dapat
menerima perbedaan antara sesamanya, perbedaan dijadikan alasan untuk
bertentangan satu sama lainnya. Perbedaan agama merupakan salah satu
faktor penyebab utama adanya konflik antar sesama manusia.
19
e. Informasi yang adil tentang agama lain. Mungkin ini merupakan
kelanjutan kontak diatas, namun bisa juga terjadi karena banyaknya media
massa yang tidak mengenal batas kelompok
f. Sikap pemerintah, seperti negara Pancasila, yang tidak memperlakukan
umat-umat beragama degan berat sebelah
g. Pendidikan yang tidak hanya mempertemukan beberapa anak pemeluk
agama yang berbeda-beda namun juga mencerahkan pikiran dan
memungkinkannya untuk membuka diri terhadap orang lain. (Hamdan
Farchan, 1999:5)
h. Segala macam bentuk ketidakadilan struktural agama harus dihilangkan
atau dibuat seminim mungkin.
i. Saling mentautkan hati di antara umat beragama, mempererat persahabatan
dengan saling mengenal lebih jauh, serta menumbuhkan kembali kesadaran
bahwa setiap agama membawa misi kedamaian.
j. Perlu dikembangkan adanya identitas bersama (common identity) misalnya
kebangsaan (nasionalisme-Indonesia) agar masyarakat menyadari
pentingnya persatuan dalam berbangsa dan bernegara.
k. Kesenjangan sosial dalam hal agama harus dibuat seminim mungkin, dan
sedapat - dapatnya dihapuskan sama sekali.
(http://denaizzkakakecil.wordpress.com/)
20
BAB III
Aksi penyerangan ini juga disebut Komat bukan spontanitas, namun sudah
direncanakan secara sistematis. "Ini bukan kriminal biasa. Diduga ada upaya sengaja
menciptakan, mengusik kehidupan beragama secara sistematis. Faktanya ada massa
yang mengepung jemaah shalat Id dari tiga titik. Ada suara komando untuk
menyerang," kata Fadlan dalam jumpa pers di Jakarta, Jumat (31/7/2015).
TPF juga menemukan fakta lain bahwa lahan Mushola Baitul Muttaqin yang
terbakar dalam insiden, memiliki sertifikat resmi. Dia membantah Mushola tersebut
tidak berizin. "Ini sekaligus mematahk an anggapan bahwa masjid ini berdiri di atas
tanah ulayat," ucapnya.
Kesimpulan yang disampaikan Komat tidak jauh berbeda dengan yang pernah
disampaikan Kapolri Jenderal Badrodin Haiti, beberapa waktu lalu. Menurut
Badrodin, kerusuhan itu sengaja dipersiapkan oleh auktor intelektual.
21
"Kerusuhan itu ada yang men-setting. Tapi kita belum bisa memastikan adanya
pihak asing dalam kejadian itu. Tapi ada beberapa orang luar dari wilayah itu terlibat
dalam kerusuhan. Aktor intelektualnya kita masih cari," ucap Badrodin.
Hingga saat ini, penyidik dari Polda Papua telah menetapkan dua orang sebagai
tersangka terkait insiden Tolikara.
Polri juga telah memeriksa Ketua GIDI Wilayah Tolikara Pendeta Nayus Wenda
dan sang sekretaris, Pendeta Marthen Jingga. Keduanya merupakan orang yang
menandatangani surat pemberitahuan yang ditujukan ke umat Islam di Tolikara itu.
Penyebab terjadinya :
Kenapa peristiwa itu terjadi? Menurut Badrodin, peristiwa bermula dari surat
edaran tentang pelarangan bagi umat Islam melaksanakan solat Idul Fitri. Setelah
ditelusuri, surat edaran tersebut dikeluarkan oleh Dewan Pekerja Wilayah Gereja
Injili di Indonesia (GIDI) Tolikara, Papua.
22
"Isi surat tersebut tentang pemberitahuan pada semua umat islam di Tolikara
yang ditandatangani oleh pendeta dan sekeretarisnya, isinya itu adalah dalam rangka
pelaksanaan seminar internasional dan Kebaktian Kebangunan Rohani (KKR) remaja
GIDI," ujar Badrodin kepada wartawan di rumah dinas Kepala Badan Intelijen
Negara, Jakarta, Kamis (23/7).
Saat surat edaran GIDI dikeluarkan, Badrodin mengaku, Kepala Polisi Resor
Tolikara telah melakukan konfirmasi dan berkordinasi dengan Presiden GIDI. Akan
tetapi, presiden GIDI menyatakan surat edaran tersebut tidak resmi, karena tidak
ditandatangani langsung olehnya.
23
Awalnya, Suryadharma mengutip pandangan mantan Presiden Polandia, Lech
Walesa, ketika bertemu Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tahun 2010. Saat itu,
lanjutnya, Lech Walesa menyebut negara-negara Barat harus belajar kepada
Indonesia tentang kerukunan.
"Indonesia terdiri dari lebih 17.000 pulau, ada 1.200 suku, 720 bahasa daerah,
berbagai macam agama, adat istiadat, dan budaya. Dari sisi demografis, Indonesia
terpencar dalam bentangan Nusantara. Tapi Indonesia tetap pertahankan kesatuan,
tidak terpecah belah seperti Yugoslavia, Uni Soviet," kata Suryadharma saat jumpa
pers di Kantor Kementerian Agama, Jakarta, Selasa (9/7/2013).
24
Menurutnya, setelah mendengar kesimpulan yang disampaikannya, para tamu
terperangah. Suryadharma mengatakan, mereka terkejut karena sudah mendapat
masukan sepihak bahwa kehidupan umat beragama di Indonesia buruk. Ia memberi
contoh lain, yaitu sikap presiden dan wakil presiden yang selalu ikut merayakan hari
besar semua agama maupun kepercayaan.
"Saya bertanya kepada tamu, coba tolong tunjukkan ke saya negara mana
yang seperti Indonesia? Tidak ada yang bisa dia sebutkan. Ada negara mayoritas
Islam, tapi tidak berikan perhatian yang sama seperti Indonesia terhadap agama
minoritas. Ada negara yang mayoritas Nasrani juga tidak berikan penghormatan
kepada agama minoritas di negara itu. Indonesia adalah negara yang sangat hormati
pluralitas, tapi hal-hal seperti ini tidak pernah diungkap," pungkas Suryadharma.
25
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
26
kehidupan beragama yang penuh perdamaian, saling menghargai dan menghormati,
serta saling mencintai sebagai manusia yang beradab. Mengenai kerukunan umat
beragama, kerukunan umat beragama adalah suatu bentuk sosialisasi yang damai
dan tercipta berkat adanya toleransi agama. Kerukunan umat beragama bertujuan
untuk memotivasi dan mendinamisasikan semua umat beragama agar dapat ikut
serta dalam pembangunan bangsa dan menjadi hal yang sangat penting untuk
mencapai sebuah kesejahteraan hidup dinegeri ini.
4.2 SARAN
1. Sebagai Negara yang beraneka ragam sudah seharusnya diperlukan sikap yang
baik untuk menjalankan kehidupan beragama sesuai pancasila dengan
mengamalkan nilai-nilai pancasila.
2. Lebih menghargai setiap perbedaan agama yang ada agar terciptanya masyarakat
yang harmonis dan sejahtera.
3. Hendaknya kemauan untuk mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila secara
baik ditumbuhkan dalam diri pribadi manusia Indonesia, ditanamkan dalam jiwa
pemuda Indonesia, lalu diterapkan dalam kehidupan sehari-hari agar dapat
menjadi insan yang pancasilais.
27
DAFTAR PUSTAKA
http://www.pengertianahli.com/2014/03/pengertian-paradigma-apa-itu-
paradigma.html#
https://id.wikipedia.org/wiki/Agama
https://id.wikipedia.org/wiki/Paradigma
http://kbbi.web.id/kembang
www.kompas.com