Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

SIYASAH KHARIJIAH
Dosen pengampu : Abdullah, MA

DI SUSUN OLEH
SAMSUDIN GUNTARA : 202011006

JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM


FAKULTAS SYARI’AH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI LHOKSEUMAWE
2022
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Swt tuhan semesta alam,yang telah memberikan rahmat serta
bimbingan -nya  sehingga makalah FIQH SIYASAH   dengan  judul “SIYASAH KHARIJIAH” ini dapat
terselesaikan dengan baik dan tepat waktu.

            Shalawat dan salam semoga akan selalu tercurah limpahkan kepada junjungan kita,
Muhammad Rasulullah.beliau yang telah mengngkat kita dari alam kebodohan menujualam yang
penuh dengan ilmu pengetahuan seperti saat sekarang ini.

            Sudah menjadi tugas kami dalam menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas mata
kuliah FIQH SIYASAH . makalah ini merupakan sebuah kutipan dari beberapa materi di berbagai
sumber.

            Rasa terima kasih kami sampaikan kepada dosen pembimbing yang telah membimbing kami
dalam penulisan makalah ini.kami menyadari masih banyak kekurangan dalam makalah ini,oleh
karena itu,kami berharap berbagai masukan yang bersifat membangun dari
para pembaca.dan semoga makalah ini bermanfaat bagi seluruh pembaca.
DAFTAR ISI

KATA
PENGANTAR..............................................................................................................
DAFTAR
ISI..........................................................................................................................
BAB I :
PENDAHULUAN.......................................................................................................
1. LATAR BELAKANG.......................................................................................................................
2. RUMUSAN MASALAH.................................................................................................................
3. TUJUAN PENULISAN....................................................................................................................

BAB II :
PEMBAHASAN........................................................................................................
1. PENGERTIAN SIYASAH KHARIJIAH..............................................................................................
2. DASAR HUKUM SIYASAH KHARIJIAH..........................................................................................
3. KAJIAN SIYASAH KHARIJIAH........................................................................................................
4. TEORI UMUM HUBUNGAN INTERNASIONAL MENURUT ISLAM................................................
5. NETRALITAS SEBUAH NEGARA...................................................................................................
6. PRINSIP- PRINSIP DASAR HUBUNGAN INTERNASIONAL............................................................

BAB III :
KESIMPULAN........................................................................................................
DAFTAR
PUSTAKA...............................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG

Nabi Muhammad saw diutus untuk menyempurnakan akhlak. Kemuliaan akhlak


ini haruslah tercermin dalam berbagai segi kehidupan untuk mewujudkan bahwa
manusia adalah makhluk yang beradab dan memiliki aturan yang berbeda dengan
makhluk lain. Oleh sebab itu, dalam islam diatur pula hubungan antara sesama
manusia khususnya atau dalam lingkup paling besar hubungan antar negara.
Sebagaimana diketahui bahwa syarat terbentuknya suatu negara diataranya adalah
ada suatu wilayah, penduduk/masyarakat dan ada pemerintahan yang berdaulat.
Berbedanya wilayah dan penduduk yang mendiami, membuat perbedaan karakter
suatu negara, sehingga adanya suatu pembagian-pembagian mengenai negara.
Tidak hanya itu, kemajemukan penduduk suatu negara membuat adanya suatu
perbedaan yang dilihat dari berbagai faktor. Dalam islam, perbedaan penduduk ini
bisa dilihat dari agama yang dianutnya maupun wilayah tempat ia berdomisili.
Akibat dari suatu pembedan ini, berbeda pula hak maupun kewajiban yang diterima.
Maka oleh karna itu timbul pada saat ini berbagai macam masalah maka kami dapat
mengambil beberapa hal yang dapat kita pelajari yaitu :

2. RUMUSAN MASALAH
A.apa itu siyasah kharijiah ?
B. Apa dasar hukum siyasah kharijiah ?
C. Apa saja kajian siyasah kharijiah ?
D. Apa teori umum hubungan internasional dalam Islam ?
E. Apa saja prinsip hubungan internasional ?
3. TUJUAN PENULISAN

A.utuk mengetahui apa itu siyasah kharijiah

B. Untuk mengetahui dasar hukum siyasah kharijiah

C. Untuk mengetahui apa saja kajian siyasah kharijiah

D. Untuk mengetahui teori umum hubungan internasional dalam Islam

E. Untuk mengetahui apa saja prinsip hubungan internasional

BAB II
PEMBAHASAN
1. PENGERTIAN SIYASAH KHARIJIAH
Al-Siyasah kharijiah yang terjemah leksikalnya adalah politik kebangsaan telah
menjadi topik pemikir Islam masa klasik. Para ulama fikih menyebutnya sebagai siyar
yang oleh Khalid Ibarahim sebagai hukum Islam mengenai bangsa-bangsa. Tema
pembahasan bab siyar ini berkisar tentang perang (jihad), rampasan perang (ghonimah),
tawanan, gencatan senjata, dan lain-lain.

Manusia memiliki keinginan untuk hidup berdampingan secara damai dengan seluruh
bangsa yang ada di dunia. Keinginan itu merupakan cita-cita yang ideal bagi
kelangsungan hidup manusia di muka bumi demi tercapainya kemaslahatan. 1

Keinginan ini dapat terwjudkan dengan adanya perjanjian antarnegara serta dengan
adanya adat kebiasaan masyarakat internasional. Dua hal ini merupakan sumber
terpenting dalam mewujudkan perdamaian antarbangsa dan negara yang ada di dunia.

Secara etimologi kharijiah adalah (negara, kerajaan, kekuasaan). Secara terminologi


siyasah kharijiah ialah aturan-aturan yang mengatur kebijakan suatu negara dalam
hubungan internasional. Aturan-aturan tersebut telah ditetapkan oleh suatu negara
menyangkut hal-hal yang berkaitan dengan hubungan gatu warga negara atau negara
satu dengan yang lainnya.

2. DASAR HUKUM SIYASAH KHARIJIAH

Yang menjadi dasar hukum siyasah kharjiah ialah beberapa prinsip yang
disinggung oleh Al-Qur‘an. Prinsip-prinsip tersebut merupakan prinsip yang menyatakan
bahwa manusia merupakan satu kesatuan yang tak mungkin pecah walau pada
kenyataannya berbeda agama, ras, warna kulit, dan bangsa. Hal tersebut tercermin dalam
fiman Allah, “Manusia itu adalah umat yang satu. (Setelah timbul perselisihan), Maka
Allah mengutus para nabi, sebagai pemberi peringatan, dan Allah menurunkan bersama
mereka Kitab yang benar, untuk memberi keputusan di antara manusia tentang perkara
yang mereka perselisihkan.” (QS Al-Baqarah: 213) 2

Macam-macam suku bangsa merupakan sarana untuk saling kenal dan


mengembangkan rasa persaudaraan. Perbedaan yang terdapat di dunia ini merupakan
sarana untuk saling mengenal sehingga memunculkan sebuah bentuk kerjasama
antarsesama. Karena, tak bisa dipungkiri bahwa manusia atau suatu bangsa
membutuhkan bangsa lain dalam mengembangkan hidupnya. Maka, terjalinnya
hubungan antarnegara merupakan sebuah kebutuhan yang mesti terpenuhi oleh bangsa
dan negara mana pun.

3. KAJIAN SIYASAH KHARJIAH

1
Khalid Ibrahim, 1999, Teori Politik Islam, Surabaya: Risalah Gusti, hal. 131-132

2
Muhammad bin Ahmad. 1998. Al-Qowanin al-Fiqhiyyah. Beirut: dar al-Kutub
Siyasah dauliyah berkaitan dengan hubungan antara satu negara dengan negara
lain, maka yang menjadi konsentrasi ruang lingkup bahasannya ialah sebagai berikut :

Hubungan Internasional

Hubungan internasional ialah hubungan yang dilakukan oleh satu negara dengan negara
atau beberapa negara, baik regional (kawasan) maupun internasional. Hubungan
internasional merupakan kebutuhan yang mesti dipenuhi oleh setiap Negara.

Adanya kebutuhan dalam membina hubungan satu negara dengan negara lain
merupakan hal yang berdasarkan kepada perdamaian. Perdamaian menjadi dambaan
semua bangsa yang akan tercipta dengan pengertian antara bangsa-bangsa di dunia.
Maka, perdamaian merupakan asas dasar dari terjadinya hubungan internasional.

Adanya hubungan internasional dengan dasar perdamaian maka ada beberapa hal yang
menjadi konsekuensi dari hal tersebut.

1. Perang tidak dilakukan dan terjadi antarbangsa kecuali dalam keadaan yang
darurat dan terdesak, dan kategori darurat telah diatur serta disepakati.
2. Orang yang tidak ikut berperang tidak dapat diperlakukan sebagai musuh.
3. Segera menghentikan perang apabila salah satu pihak cenderung untuk
melaksanakan perdamaian.
4. Tawanan perang diperlakukan secara manusiawi.3

4. TEORI UMUM HUBUNGAN INTERNASIONAL MENURUT ISLAM

Perlu dipahami bahwa dalam konsep “Islam”, negara-negara dunia dikotak-kotakan


ke dalam dua kelompok, negara Islam dan negara non-Islam. Jadi yang dimaksud
dengan hubugan international di sini adalah hubugan negara Islam dan negara non-
Islam.

Kalil Ibrahim membuat sebuah konklusi bahwa ada dua teori umum menyangkut
hubungan ini. Pertama adalah teori yang mengatakan bahwa hubungan muslim dan
non-muslim berorientasi pada perang. Teori ini menyatakan bahwa umat Islam harus
terus ber-jihad melawan orang-orang kafir hingga mereka memeluk Islam. Menurut teori
ini, tidak ada perdamaian antara negara Islam dan negara non-Islam. Yang ada hanya
gencatan senjata sementara yang bersifat temporer. Dari sini muculah term dar al-salam
dan dar al-harb. Teori ini berdasarkan penafsiran Surat al-Taubat ayat 5 dan Surat al-
Baqoroh ayat 216.

Kedua adalah toeri yang mengatakan bahwa hubungan muslim dan non-muslim
harus berorientasi pada perdamaian. Pencetus teori ini mengatakan bahwa hubungan
perdamaian antara muslim dan non-muslim merupakan hal yang normal dan wajar.
Karena Islam sendiri cenderung pada perdamaian dan bukan perang. Jadi, orang kafir

3
Fathi ad-Durainy. 1982. Khosois at-Tasyri’ al-Islamy fi as-Siyasah wa al-Hukmi. Bairut: Muassasaah ar-Risalah.
Hlm. 355-363
selama tidak mendahului melakukan penyerangan atau mereka secara aktif mencegah
dakwah Islam, mereka tidak harus dimusuhi dan umat Islam tidak perlu canggung dalam
berinteraksi dengan mereka. Dari teori ini, term dar al-iman dan dar al-kafr dirumuskan. 4

Menurut keadaannya, hubungan internasional dapat dikategorikan kepada dua


macam.

Pertama, hubungan internasional yang dilakukan pada waktu damai. Perdamaian sangat
dijungjung tinggi oleh Islam. Perdamaian, menjaga, dan menghormati hak-hak orang lain
dikembangkan kepada tataran yang lebih luas.

Perdamaian tidak akan tercipta tanpa ada usaha dan peran aktif semua bangsa dalam
mewujudkannya. Usaha-usaha yang tercermin merupakan dalam mewujudkan dan
menjaga tatanan dunia yang penuh dengan perdamaian.

Islam sebagai agama yang ikut berperan dalam menciptakan perdamaian telah
menetapkan kewajiban-kewajiban yang perlu dilakukan oleh setiap orang dan negara
Islam dalam konteks hubungan internasional di waktu damai. Adapun hal-hal tersebut
antara lain. (1) Saling membantu dengan bangsa lain dalam berbagai bidang. (2)
Menghormati hak-hak bangsa dan negara lain. (3) Melaksanakan perjanjian yang telah
disepakati dan tidak melanggarnya.

Perjanjian internasional merupakan elemen yang sangat penting dalam konteks


hubungan internasional demi terjaganya kedamaian. Dengan demikian perjanjian yang
dilakukan hendaklah dapat mengikat pihak-pihak yang mengadakan perjanjian. Ada
beberapa syarat yang diajukan dalam sebuah perjanjian internasional, di antaranya :

(1) Pihak yang melakukan perjanjian hendaklah orang yang mempunyai wewenang,
seperti kepala Negara.
(2) Perjanjian didasari adanya kerelaan pihak-pihak yang mengadakan perjanjian.
Perjanjian hendaklah bersih dari unsur-unsur paksaan, penipuan, dan kesalahan.
(3) Lsi perjanjian hendaklah dilakukan secara tertulis dan dokumen perjanjian dimiliki
masing-masing pihak yang mengadakan perjanjian.
(4) Perjanjian disepakati dan dilaksanakan untuk ditaati.

Kedua, hubungan internasional yang dilakukan ketika perang. Hubungan internasional


juga dapat dilakukan ketika terjadi Peperangan. Hubungan internasional yang dilakukan
dalam keadaan perang merupakan salah satu upaya dalam menghentikan perang dan
mewujudkan perdamaian.

5. NETRALITAS SEBUAH NEGARA

Netralitas ialah sikap yang tidak ikut dan memihak kepada salah satu pihak yang
sedang bersengketa. Dalam realitasnya sikap ini sering dikembangkan oleh negara-
negara ketiga yang tidak ikut dalam persengketaan.
4
Khalid Ibrahim, hal. 129-130
Abu Zahrah berpendapat bahwa netralitas sesuai dengan ayat AlQuran surat An-Nisa‘
ayat 90, beliau menerangkan tentang adanya sikap netral terhadap dua pihak yang
bertikai.

Sikap netral yang digarisbawahi oleh Islam ialah sikap netral yang dimungkinkan ketika
ada dua pihak yang bersengketa dan salah satu dari dua pihak tersebut tidak ada
perjanjian damai dengan Negara muslim, atau kedua belah pihak telah mengadakan
perjanjian damai dengan negara muslim sebelumnya.

Hal demikian cukuplah beralasan. Pertama, karena pada dasarnya hubungan antara
negara muslim dengan non-muslim ialah perdamaian, maka selama tidak ada sebab
yang mewajibkan perang perdamaian wajib dipertahankan. Kedua, perang yang terjadi
antara kedua belah pihak yang bertikai bertujuan untuk kepentingan duniawi, maka
kedua belah pihak termasuk kepada pihak yang sama-sama zalim. Ketiga, masuknya
pihak ketiga kepada salah satu pihak yang bertikai merupakan tindakan yang dapat
diartikan dengan mendukung kezaliman.5

6. PRINSIP- PRINSIP DASAR HUBUNGAN INTERNASIONAL

Hubungan international, baik diplomasi atau perang harus mempunyai prinsip-


prinsip dasar yang kokoh. Prinsip-prinsip itu langsung dan tidak langsung termuat dalam
ajaran Islam. Fathi Al-Durainy mencoba menawarkan lima prinsip dasar yang mengatur
hubungan international, yaitu:

Perang dan gencetan senjata tidak boleh dilakukan secara individu harus berdasarkan
hasil instruksi presiden. Draft rancangan perdamaian tidak boleh bertentangan dengan
syariat. Perang menjadi kewajiban setiap individu muslim ketika musuh telah memasuki
dan menguasai wilayah Islam. Kewajiban perang akan selalu berlaku sampai tujuan
perang itu tercapai untuk melaksanakan hukum Allah.

Tawaran damai dari musuh tidak boleh diterima kecuali jika mereka memintanya karena
menyerah diri dan tidak berdaya, atau menerima kebenaran dan bersedia tunduk pada
keadilan dengan syarat kepala negara melihat kemaslahatan di dalamnya. 6

BAB III
KESIMPULAN

5
Muhammad bin Ahmad, 1998, al-Qowanin al-Fiqhiyyah, Beirut: dar al-Kutub, hal. 115

6
Ibrahim, Khalid. 1999. Teori Politik Islam. Surabaya
Siyasah kharijiah bermakna: kekuasaan Kepala Negara untuk mengatur negara
dalam hal hubungan Internasional, masalah territorial, nasionalitas, ektradisi, tahanan,
pengasingan tawanan politik, pengusiran warga negara asing. Selain itu, juga mengurusi
masalah kaum dzimmi, perbedaan agama, akad timbal balik dan sepihak dengan kaum
dzimmi, hudud dan qishash. Dasar-dasar Siyasah kharijiah, diantaranya adalah: kesatuan
umat manusia, al-‘adalah, musawah, karomah insaniyah, tasamuh, kerja sama
kemanusiaan, hurriyah, dan akhlakul karimah. Hubungan Internasional dibagi menjadi
dua yaitu hubungan Internasional dalam waktu damai dan hubungan internasional dalam
waktu perang.

Kebijakan internasional adalah kebijakan resmi antar negara yang dilakukan oleh
pejabat negara dengan otoritas tertinggi di tangan kepala negara (imam). Dan kebijakan
kepala imam terkait erat dengan sebuah kaidah fikih “ tashorruf al-imam manuth bi al-
maslahah (kebijakan imam diputuskan berdasarkan kemaslahatan negara).

DAFTAR PUSTAKA

Ad-Durainy, Fathi. 1982. Khosois at-Tasyri’ al-Islamy fi as-Siyasah wa al-Hukmi. Bairut: Muassasaah
ar-Risalah

Al-Bujairimi, Sulaima. 1995. Bujairimi ala al-Khotib. Beirut: Dar al-Fikr

Al-Mubarok, Muhammad. 1989. Nidzam al-Islam. Beirut: Dar al-Fikr

Al-Zuhaily, Wahbah. 2006. Al-Fiqhu Al-Islami wa Adillatuhu. Damaskus: Dar al-Fikr

Ambary, Hasan Muarif dkk. 1998, Ensiklopedi Islam. Jakarta: PT Ichtiar Baru van Hoeve
At-Tuwaijiri, Muhammad bin Ibarahim bin Abdullah. 2007. Ensiklopedi Islam al-Kamil. Jakarta: Darus
Sunnah

Ibrahim, Khalid. 1999. Teori Politik Islam. Surabaya: Risalah Gusti

Muhammad bin Ahmad. 1998. Al-Qowanin al-Fiqhiyyah. Beirut: dar al-Kutub

Anda mungkin juga menyukai