Anda di halaman 1dari 4

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Saudara Sepersusuan

Rad}a‘ah secara bahasa adalah proses menyedot puting, baik hewan manupun manusia.
Sedangkan menurut syara‟ yaitu dengan sampainya air susu manusia pada lambung anak
kecil yang belum genap berumur dua tahun. Selain itu rad}a‘ah menurut syara‟ juga
didefiniskan penyedotan anak yang menyusu pada puting manusia dalam waktu tertentu.
Rad}a‘ah merupakan perbuatan yang dilakukan satu kali dalam penyusuan,

B. Dasar hukum saudara sepersusuan


ِ ۚ ‫''ٱل َم ۡع ُر‬
‫وف‬ ۡ ‫ضا َع ۚةَ َو َعلَى ۡٱل َم ۡولُو ِد لَهۥُ ِر ۡزقُ ُهنَّ َو ِك ۡس َوتُ ُهنَّ ِب‬ َ ‫ض ۡعنَ َأ ۡو ٰلَ َدهُنَّ َح ۡولَ ۡي ِن َكا ِملَ ۡي ۖ ِن لِ َم ۡن َأ َرا َد َأن يُتِ َّم ٱل َّر‬
ِ ‫َو ۡٱل ٰ َولِ ٰ َدتُ يُ ۡر‬
‫ص'ااًل عَن‬ َ ِ‫'كَ فَ'ِإ ۡن َأ َرادَا ف‬ ۗ 'ِ‫ث ِم ۡث' ُل ٰ َذل‬ ٞ ُ‫ضٓا َّر ٰ َولِ' َد ۢةُ بِ َولَ' ِدهَا َواَل َم ۡول‬
ِ ‫'ود لَّهۥُ بِ َولَ' ِد ِۚۦه َو َعلَى ۡٱل' َوا ِر‬ َ ُ‫س ِإاَّل ُو ۡس َع َه ۚا اَل ت‬ ٌ ‫اَل تُ َكلَّفُ نَ ۡف‬
َ ‫'اح َعلَ ۡي ُكمۡ ِإ َذا‬
‫س 'لَّمۡ تُم َّمٓا َءات َۡيتُم‬ َ 'َ‫ض ' ُع ٓو ْا َأ ۡو ٰلَ' َد ُكمۡ فَاَل ُجن‬
ِ ‫'اح َعلَ ۡي ِه َم' ۗ'ا َوِإ ۡن َأ َردتُّمۡ َأن ت َۡست َۡر‬ َ 'َ‫َش 'ا ُو ٖر فَاَل ُجن‬ َ ‫اض ِّم ۡن ُه َم''ا َوت‬
ٖ ‫تَ ' َر‬
ِ َ‫ٱعلَ ُم ٓو ْا َأنَّ ٱهَّلل َ بِ َما ت َۡع َملُونَ ب‬
‫ير‬ٞ ‫ص‬ ِ ۗ ‫بِ ۡٱل َم ۡع ُر‬
ۡ ‫وف َوٱتَّقُو ْا ٱهَّلل َ َو‬
Para ibu hendaklah menyusui anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi orang
yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban bagi ayah untuk memberi
makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara yang maruf. Tidaklah satu jiwa
dibebani kecuali sekadar kemampuannya. Janganlah seorang ibu mengalami
kemudlaratan karena anaknya, demikian pula seorang ayah. Dan pewaris anak itu pun
memiliki kewajiban yang sama. Apabila keduanya ayah dan ibu ingin menyapih si anak
sebelum dua tahun dengan kerelaan keduanya dan dengan musyawarah, maka tidak ada
dosa atas keduanya.

Selain itu tidak termasuk seperti halnya warisan, kewajiban memberi nafkah dan
memerdekakan budak dan hal-hal yang berhubungan dengan nasab, sehingga hukum
mahram dan sebagainya disebabkan melihat pada orang yang menyusui, sehingga
kerabatnya termasuk kerabat orang yang menyusu, maka kerabat orang yang menyusui
selain daripada anak-anaknya tidak ada hubungan diantara mereka dengan orang yang
disusui, maka tidak ada ketentuan hukum diantara mereka.

C. Rukun dan Syarat rada‘ah

Rukun : Wanita yang menyusui menurut beberapa pendapat para ulama disyaratkan
adalah seorang wanita, baik dewasa, dalam keadaan haid, hamil atau tidak. Akan tetapi
ulama berbeda pendapat tentang air susu dari wanita yang sudah meninggal.

Syarat :

a. Air susu yang diberikan kepada anak susuan harus dihasilkan dari hubungan yang sah.

1
Maksudnya adalah jika air susu itu mengalir bukan disebabkan karena nikah melainkan
dari hubungan zina, maka air susu tersebut tidak menyebabkan kemahraman.

b. Air susu harus berasal dari seorang wanita baik masih perawan maupun sudah
berkeluarga atau janda. Dan keduanya halal untuk menikah karena tidak terhitung
saudara, sedangkan persaudaraan itu cabang dari keibuan. Jika tidak ada pangkal maka
tidak ada cabang.14

Ulama Syafi‟iyah mensyaratkan wanita yang menyusui itu masih hidup atau sudah
cukup umur atau baligh yaitu mencapai usia sekitar tujuh tahun dari hitungan hijriyah.
Akan tetapi mayoritas ulama tidak mensyaratkan syarat tersebut maksudnya meskipun
air susu wanita yang sudah meninggal dan air susu dari anak kecil yang belum mampu
melakukan senggama. Akan tetapi jika air susunya diminum dengan alasan karena air
susu itu akan menjadi daging dan air susu itu tidak mati.

c. Air susu itu masuk kerongkongan anak, baik melalui isapan langsung dari putting
payudara maupun melalui alat penampung susu seperti gelas, botol dan lain-lain.

d. Masuknya air susu boleh melalui jalan mulut ataupun lewat hidung. Menurut
Hanafiyah dan Syafi‟yah dalam pendapat azhar, dan Hanabilah dalam nas Imam Ahmad
pengharaman nikah tidak berlaku jika masuknya air susu dengan cara suntikan atau
penetesan air susu ke mata, hidung, atau luka ditubuh karena hal tersebut tidak termasuk
rad}a‘ah dan tidak disebut juga menyuplai makanan sehingga dalam hal itu tidak
ditetapkan sebagai hukum rad}a‘ah. Air susu yang diminum tidak tercampurkan dengan
apapun, maka, jika yang lebih banyak adalah susu wanita tersebut maka diharamkan
menikah dari keduanya. Menurut Hanafiyah dan Malikiyah jika air susu tercampur
dengan cairan lain dan yang dominan air susunya maka haram dinikahi.

e. Meneteknya masih dalam usia bayi, kesepakatan ulama empat madzab jika yang
menetek sudah besar maka tidak termasuk dalam hukum rad}a‘ah dan batasanya hingga
usia dua tahun. Dalil mayoritas ulama yang berpendapat bahwa hukum rad}a‘ah hanya
berlaku bagi bayi adalah sebagai berikut. Pada ayat itu menjelaskan bahwa
sempurnakanya masa menyusui adalah dua tahun.

D. Hikmah Pengharaman Akibat Sepersusuan

a. Salah satu akibat susuan dikarenakan karena beberapa bagian tubuh


manusia terbentuk dari susu. Sebagaimana yang disebutkan dalam hadis
Sesungguhnya pembesaran tulang dan penumbuhan daging akibat pasokan
makanan yang berupa susu.
2
E. Kadar Susu yang Mengharamkan Nikah

a. Syarat dan Ketentuan Saudara Sepersusuan dalam Alquran :

- Ibu yang menyusui (ibu susuan), Saudara-saudara sepersusuan, Perempuan-perempuan yang


haram dikawini karena senasab haram juga dikawini karena sepersusuan, berdasarkan sabda
Rasulullah SAW ; Diharamkan karena susuan apa yang diharamkan karena nasab, (Hadis
Muttafaq „Alaih).
b. Batasan menyusu yang dapat mengharamkan perkawinan : Hanifah dan Malik berpendapat
bahwa tidak ada ukuran tertentu untuk mengharamkan pernikahan, banyak atau sedikit asalkan
sudah diketahui dengan jelas anak itu menyusu, maka sudah cukup menjadikan ia anak susuan.
Diriwayatkan Imam Ahmad berpendapat bahwa batasan penyusuan tersebut adalah minimal tiga
kali menyusu barulah menjadi anak susuan. Abdullah bin Mas‟ud, Abdullah bin Zubair, Syafi‟i
dan Hambali berpendapat bahwa ukurannya adalah paling sedikit lima kali menyusu.

3
BAB III PENUTUP

A. Simpulan
Dari penjelasan di atas, maka Penulis dapat menyimpulkan bahwa
dari segi agama, terdapat istilah saudara sepersusuan, yang berarti bila dua bayi
menyusu dari ibu yang sama, maka 'dianggap menjadi seperti saudara'. Itu
sebabnya, dianjurkan agar saat berbagi ASI, hanya dilakukan pada bayi-bayi yang
sama jenis kelaminnya.
Syarat seseorang bisa menjadi saudara sepersusuan :
Menurut Imam Syafi'i dan Imam Ahmad, untuk dapat dikatakan menjadi orang
saudara sepersusuan ialah lima kali menyusu penuh hingga kenyang setiap kali
bayi itu menyusu.

Rukun-rukun Radha’ah :
1. Rukun Pertama : Wanita yang menyusukan
Wanita yang menyusukannya yaitu perempuan, sebagai istri atau telah bercerai, sama
ada seorang janda atau seorang gadis, baik perempuan muslimah atau perempuan kafir,
berakal atau gila.

2. Rukun Kedua : Susu


Makanan yang keluar dari tubuh perempuan sehingga anak dapat memakannya, sama
ada anak itu memakannya dengan menyusu dari puting susu, atau diminumkan
kepadanya. Baik ia diminum melalui mulut sebagaimana kebanyakan atau disiramkan
melalui hidungnya sehingga masuk ke dalam otak dan perutnya.

DAFTAR PUSTAKA

https://123dok.com/article/rukun-rukun-radha-ah-dan-syarat-syaratnya.ydelw6lq
https://bincangsyariah.com/kolom/mengenal-aturan-saudara-sepersusuan-dalam-
islam/
http://digilib.uinsby.ac.id › ...PDF
BAB II SAUDARA SEPERSUSUAN A. Rad}a'ah atau Sepersusuan 1 ...

Anda mungkin juga menyukai