َو َن ُع وُذ اِهلل ْن ُش ُر ْو َأ ْنُف َن ا َو ْن، َّن اْل َح ْم َد َّل َن ْح َم ُد ُه َو َن ْس َت ْي ُنُه َو َن ْس َتْغ ُر ُه
ِر ِس ِم ِب ِم ِف ِع ِل ِه ِإ
َس َئ َأ ْع َم َن َم ْن َي ْه ُهللا َف َال ُم َّل َل ُه َو َم ْن ُي ْض ْل َف َال َه َي َل ُه َأ ْش َه ُد َأ ْن َال
اِد ِل ِض ِد ِه ،اِل ا ِّي اِت
َأ َّم ا َب ْع ُد،. َو َأ ْش َه ُد َأ َّن ُم َح َّم ًد ا َع ْب ُد ُه َو َر ُس ْو ُل ُه، َل َه َّال ُهللا َو ْح َد ُه َال َش ْي َك َل ُه
ِر ِإ ِإ
Innal hamdalillah, nahmaduhu wanasta’inuhuu wanastaghfiruhu,, wa na’udzubillahi
min syuruuri anfusinaa wa min sayyiaati a’maalinaa, may-yahdihil laahu falaa
mudhillalah, wa-may yudhlil falaa haadiyalah, Asyhadu an-laa ilaa-ha illallaah,
wahdahula syariikalah, wa-asyhadu anna muhammadan ‘abduhu wa rosuluh, amma
ba’du.
Pada kesempatan kali ini, saya ingin menyampaikan sebuah kultum dengan topik
“Perbedaan Usia dalam Perkawinan”
Banyak wanita belia yang memilih suami dari kalangan pria ABG alias
“Angkatan Babe Gue,” ternyata mengalami proses kematangan emosional dan
intelegensia yang cepat. Pada wanita karir, terlihat pula adanya langkah-langkah karir
yang terarah.
Di pihak lain, wanita memilih nikah dengan jejaka tulen karena beberapa
alasan, antara lain : bisa menumbuhkan semangat, memberikan banyak pengalaman,
serta menumbuhkan motivasi karena pasangannya banyak bergerak aktif dan bisa
membuat awet muda.
Sedangkan alasan wanita menikahi pria yang lebih tua, biasanya karena kuat
secara ekonomis, punya karir bagus, serta mempunyai kepercayaan diri yang lebih
kuat. Pasangan seperti itu terkadang justru sangat kompak.
Idealnya, pasangan suami isteri memang harus sekufu (sepadan). Artinya, perbedaan
usia maupun status sosial dan pendidikan tidak terlalu jauh. Namun banyak alasan
orang menikah dengan pasangan yang tak seimbang. Nabi Muhammad saw sendiri,
ketika berusia 25 tahun, memilih wanita yang jauh lebih tua, yakni Siti Khaijah, 40
tahun. Kemudian ketika Nabi berusia 50 tahun, beliau menikah lagi dengan Siti
‘Aisyah yang baru berusia 13 tahun.
Kufu sendiri berasal dari kata kafa`ah, bermakna setara atau sama. Makna ini diambil
dari surat Al-Ikhlas ayat 4 yang berbunyi,
Artinya: Dan tidak ada sesuatu yang setara dengan Dia. (QS. Al-Ikhlas 112:4)
Menurut ajaran Islam, menikah itu prinsipnya ridha, suka sama suka, sehingga tidak
lagi mempertimbangkan faktor usia. Islam justru melarang nikah karena dipaksa atau
terpaksa, meskipun usianya sama-sama muda.
َو َكْيَف ِإْذ ُنَها َقاَل َأْن َقاُلوا َيا َر ُسوَل ِهَّللا اْلِبْك ُر َح َّتى ُتْسَتْأَذ َن ُتْسَتْأَم َر َو اَل ُتْنَك ُح ا ُتْنَك ُح اَأْلِّيُم َح َّتى
َتْس ُك َت
Pria berumur, menjadi “ayah” sekaligus suami asuh yang baik, sehingga bisa
memberikan rasa tenteram pada isterinya. Hal ini sangat membantu sang isteri dalam
membimbing dan mengasuh anak-anaknya. Dengan karir dan finansial yang mapan,
curahan perhatiannya sudah tak lagi terpecah-pecah.
Skinner juga menyebtukan, bagi wanita pekerja yang menikah dengan pria
berumur cenderung memiliki jenjang karir yang terarah, karena sang suami bisa
menjadi penuntun yang baik dan pengayom yang bijak.
Akan tetapi, ada beberapa kelemahan dari pria ini yang perlu diantisipasi.
Antara lain masalah kesehatan, suka bergaya hidup monoton, pencemburu, dan
motivasinya dalam menikahi wanita muda.
Dalam hal kesehatan, pria berumur memang sangat rentan. Apabila gangguan
kesehatan ini muncul, isteri akan banyak dituntut untuk menyediakan waktunya
mengurus suami. Sang isteri mesti banyak sabar dan rajin menganjurkan suaminya
memeriksakan kesehatan.
Dalam hal gaya hidup, pria berumur sering tampil monoton, sehingga bagi
isteri yang masih belia akan terasa membosankan. Suami lebih banyak betah di
rumah. Maka sang isteri harus sering mengajak suami pergi ke tempat rekreasi yang
cocok untuk usianya, atau memberinya semangat bahwa dia masih bertenaga untuk
tampil prima.
Rasa cemburu boleh jadi akan muncul dari seorang pria berumur terhadap
isterinya yang beruisa jauh lebih muda. Namun perasaan cemburu ini didasari oleh
ketakutan akan akan ancaman kesepian di hari tua. Oleh karena itu, sang isteri perlu
meyakinkan sang suami bahwa sikap dan perilakunya lebih diprioritaskan untuk
keluarganya.
Demikian pengajian kita hari ini, mari kita tutup pengajian ini dengan doa kafaratul
majlis..
Subhaabakallahumma wabihamdika ashadu anlaa ilaaha ilaaha illa anta astagfiruka
wa atuubu ilaik