MENUJU KELUARGA
SEHAT DAN SEJAHTERA
Oleh :
Drs. H. Ahmad Anas, M.SI
Kepala Seksi Bimas Islam Kemenag Kab. Demak
• PESERTA :
• Mendapatkan materi dasar mengenai pengetahuan dan keterampilan
berumah tangga, sebagai bekal untuk mengarungi sebuah kehidupan rumah
tangga. Suscatin juga mengindikasikan bahwa mereka mengikuti suscatin
karena benar benar ingin mendapatkan ilmu seputar perkawinan.
3
MATERI SUSCATIN
• Tata cara dan prosedur perkawinan
• Pengetahuan agama
• Peraturan perundang undangan di bidang perkawinan
dan keluarga
• Kesehatan dan reproduksi
• Manajemen keluarga
• Psikologi perkawinan dan keluarga
• Hak dan kewajiban suami isteri
4
PENTINGNYA KESEHATAN
• Semua Lapisan Masyarakat Membutuhkan
Kesehatan :
- Orang Tua harus Sehat untuk Kelangsungan Hidupnya;
- Jamaah Haji harus Sehat untuk Menunjang Ritual Hajinya;
- Jamaah Sholat harus Sehat untuk Menjaga Ibadahnya;
- Remaja harus Sehat untuk Menjaga Aktivitasnya;
- Anak harus Sehat untuk Menjaga Tumbuh kembangnya;
- Ibu Menyusui harus Sehat Menjaga Nutrisi Bayinya;
- Ibu Hamil harus Sehat untuk Menjaga Janinnya;
- Catinpun harus Sehat untuk Menyiapkan “Pekerjaan
Besarnya”,
5
Ternyata semua butuh sehat …….
• Al-aqlussalim fil-jismissalim
• Men sana in corpore sano
6
ARTI PENTING KESEHATAN BAGI CATIN
7
ARTI PENTING PENGETAHUAN AGAMA
BAGI CATIN
• Adab Bersenggama;
• Kewajiban Mandi Besar;
• Doa-doa penting menuju Keluarga Sakinah;
• Pondasi dalam Hidup Berumah-tangga;
• Menjaga Keseimbangan Hidup;
• Mengedepankan Pengetahuan Agama/ Iman
dalam Menghadapi setiap Problematika
Kehidupan Berumah-tangga.
8
Catinpun Harus Mengetahui
Prosedur Menikah ….
9
PRINSIP HUKUM ISLAM
• Islam adalah agama rahmah yang sesuai dengan fitrah
manusia (QS. Al-Anbiya’/21:107); ‘mudah, memberi
kemudahan, dan tidak membebani (QS. Al-Baqarah/2:
185, Al-Mu’minun/23:78, An-Nisa’/4:28).
• Hukum/syariat Islam menjunjung tinggi ‘maslahat’
dengan lima prinsip vital yang harus dipelihara (adh-
dharurat al-khams) atau maqashid asy-syariah: Agama
(ad-din), jiwa (an-nafs), akal (al-’aql), keturunan (an-
nasl), dan harta (al-mal).
• Syariat Islam menafikan segala bentuk ‘dharar dan
dhirar (bahaya/membahayakan) dalam praktik
kehidupan.
10
ISLAM BICARA TENTANG KESPRO
oleh
Menstruasi (Qs. Al Baqarah [2]: 222)
Proses kejadian manusia (Qs. [32]: 8-9)
Fase hamil & menyusui (Qs. Luqman [31]: 14)
Larangan berhubungan seks di luar nikah (Qs. An
Nur [24]: 33)
12
2) Islam telah menetapkan standar pemeliharaan
kesehatan reproduksi remaja, melalui prosedur:
Pertama, menjaga kebersihan sebagai fitrah dan
barometer keimanan (termasuk alat reproduksi).
Kedua, menghindari berkhalwat. “Janganlah sekali-
kali seorang lelaki berdua-duaan dengan seorang
perempuan di tempat yang sepi kecuali ada mahram
baginya”. (HR. Bukhari). Larangan tersebut adalah
tindakan preventif (pencegahan) agar terhindar dari
perzinahan atau kerentanan atas tindakan kekerasan
seksual lainnya; misalnya pelecehan seksual atau
kekerasan dalam masa pacaran (dating rape).
13
Ketiga, menikah jika sudah siap dan mampu secara
fisik dan mental. Allah berfirman:
ْ َاحا َحتَّى يُ ْغنِيَ ُه ُم هَّللا ُ ِمنْ ف
ضلِ ِه َ ف الَّ ِذ
َ ين اَل يَ ِج ُد
ً ون نِ َك ْ ََو ْلي
ِ ِستَ ْعف
“Dan orang-orang yang tidak mampu kawin hendaklah menjaga
kesuciannya, sehingga Allah memampukan mereka dengan
karunia-Nya.” (QS. An-Nur/24: 33).
Rasulullah saw. bersabda:
َ َوَأ ْح، ص ِر
ص ُن ُّ فَِإنَّهُ َأ َغ، طا َع ا ْلبَا َءةَ فَ ْليَتَ َز َّو ْج
َ َض ِل ْلب َ َستْ ب َم ِن ا ِ شبَا َّ ش َر ال
َ يَا َم ْع
فَِإنَّهُ لَهُ ِو َجا ٌء، ص ْو ِم َّ ستَ ِط ْع فَ َعلَ ْي ِه بِال
ْ َ َو َمنْ لَ ْم ي، ج ِ لِ ْلفَ ْر
“Wahai para pemuda! Barangsiapa diantara kalian
berkemampuan untuk nikah, maka nikahlah, karena nikah itu
lebih menundukkan pandangan, dan lebih membentengi farji
(kemaluan). Dan barangsiapa yang tidak mampu, maka
hendaklah ia puasa (shaum), karena shaum itu dapat
membentengi dirinya.“ (HR. Bukhari dan Muslim).
14
Keempat, melakukan hubungan seksual dengan persetujuan
pasangan (suami atau isteri). Perlu disadari, hubungan seksual
dalam pernikahan harus menjadi kerelaan suami dan isteri.
Jangan sampai ada pihak yang merasa dipaksa melakukannya,
sehingga terjadi ‘perkosaan’ dalam hubungan perkawinan (marital
rape) dengan alasan apapun. Sebab Islam telah mengajarkan
berlaku santun kepada pasangan (mu’asyarah bil ma’ruf).
ِ ضلُو ُه َّن ِلتَ ْذ َهبُوا بِبَ ْع
ض َ ِّين آ َمنُوا اَل يَ ِح ُّل لَ ُك ْم َأنْ تَ ِرثُوا الن
ُ سا َء َك ْر ًها َواَل تَ ْع َ يَا َأ ُّي َها الَّ ِذ
ِ اش ُروهُنَّ بِا ْل َم ْع ُر
وف ِ ش ٍة ُمبَيِّنَ ٍة َو َع ِ َين ِبف
َ اح َ َِما آتَ ْيتُ ُموهُنَّ ِإاَّل َأنْ يَْأت
“Hai orang-orang yang beriman, tidak halal bagi kamu
mempusakai wanita dengan jalan paksa dan janganlah kamu
menyusahkan mereka karena hendak mengambil kembali
sebagian dari apa yang telah kamu berikan kepadanya, terkecuali
bila mereka melakukan pekerjaan keji yang nyata . Dan
bergaullah dengan mereka secara patut.” (QS. An-Nisa’/4: 19).
15
Kelima, menjauhi perilaku berganti-ganti pasangan.
Berganti-ganti pasangan, adalah satu perilaku yang
sangat rentan menularkan Penyakit Menular Seksual
(PMS). Larangan ini disebutkan dalam firman Allah,
“Dan janganlah kamu mendekati zina karena ia adalah
perbuatan yang keji dan seburuk-buruknya jalan”.
(QS. Al-Isra’/17: 32).
Sering gonta-ganti pasangan baik dengan cara ‘jajan,
perselingkuhan, kawin-cerai, maupun poligami, dapat
berdampak pada terjadinya penyakit menular seksual
baik kepada laki-laki maupun perempuan. Sementara
perempuan sendiri lebih berisiko tertular karena
bentuk alat reproduksinya bersifat lebih terbuka
sehingga rentan tertular PMS, termasuk oleh
suaminya sendiri.
16
MATURNUWUN
Wallahu a’lam
Semoga bermanfaat!
17