BAB I
PENDAHULUAN
ثَّ َاح َد ٍة َّو َخلَ َق ِم ْن َها َز ْو َج َها َوبِ س َّو ٍ َّاس َّات ُق ْوا َربَّ ُك ُم الَّ ِذ ْي َخلَ َق ُك ْم ِّم ْن َّن ْف
ُ ٰياَُّي َها الن
ٓ
ۤءل ُْو َن بِهٖ َوااْل َ ْر َح َام ۗ اِ َّن ال ٰلّهَ َكا َن ِ َّ ٰ
َ ۤء ۚ َو َّات ُقوا اللّهَ الذ ْي تَ َسا
ِ ِ
ً م ْن ُه َما ِر َجااًل َكث ْي ًرا َّون َسا
ِ
Umat Islam khususnya adat Jawa masih sangat patuh dan taat terhadap
aturan-aturan adat yang berlaku, mereka selalu mengikutinya meskipun,
terkadang ada yang sesuai dan ada yang tidak sesuai dengan aturan seperti
aturan-aturan adat dapat menghasilkan sistem budaya dan berimplikasi pada
1
Idris Ramulyo, Tinjauan Beberapa Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Dari Segi Hukum
Perkawinan Islam. (Jakarta; Ind-Hillco, 1996), 1.
2
Q.S An-Nisa(3):1
1
2
3
Muhammad Ziad Mubarok, “Tradisi Larangan Perkawinan Adat Jawa dalam Perspektif hukum
Islam Studi Kasus Tradisi Kebo Balik Kandang Pada Masyarakat Desa Sugihwaras Kecamatan
Pambon Kabupaten Nganjuk Jawa Timur”, (Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah,
2017).
4
Ibid.
3
5
Nur Rofiah, Faqihuddin Abdul Qadir, Alissa Wahid dkk, Fondasi Keluarga Sakinah, (Jakarta:
Subdit Bina Keluarga Sakinah Direktorat Bina KUA dan Keluarga Sakinah Ditjen Bimas Islam
Kemenag RI, 2017)
4
9
Ibid.
6
B. RUMUSAN MASALAH
Merujuk dari latar belakang masalah tadi, penulis merumuskan
permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana Praktik hitungan weton sebagai pemilihan jodoh di
Dsn.Bobosan desa Kemiri Kecamatan Kandangan Kabupaten
Kediri?
2. bagaimana pandangan hukum islam terhadap penggunaan weton
sebagai pemilihan jodoh?
C. TUJUAN PENELITIAN
1. Untuk menegetahui praktik perhitungan weton sebagai pemilihan
jodoh di Dsn.Bobosan Desa Kemiri Kecamatan Kandangan
Kabupaten Kediri.
2. Untuk mengetahui pandangan hukum islam terhadap penggunaan
weton sebagai pemilihan jodoh.
D. KEGUNAAN PENELITIAN
Penelitian yang berjudul “TRADISI PERHITUNGAN WETON
SEBAGAI PEMILIHAN JODOH DI TINJAU DARI HUKUM
ISLAM(STUDI KASUS DSN.BOBOSAN DS.KEMIRI
KEC.KANDANGAN KAB.KEDIRI)” adalah bentuk dari keingintahuan
peneliti mengenai hukum dari Perhitungan Weton dan setiap penelitian
harus mempunyai kegunaan bagi pemecahan suatu masalah yang diteliti.
Untuk itu suatu penelitian setidaknya mampu memberikan kegunaan
praktis dalam kehidupan masyarakat.
Hasil dari penelitian ini, diharapkan dapat bermanfaat, sekurang-
kurangnya dalam 2 (dua) hal di bawah ini:
1. Manfaat secara Teoritis
Dengan penelitian yang peneliti lakukan ini diharapkan menjadi salah
satu bagian dari suatu subangsih pemikirian untuk memperkaya
khazanah intlektual perpustakaan secara akademis dalam karya ilmiah
di Jurusan Hukum Keluarga Fakultas Agama Islam Universitas Hasyim
Asy’ari.
7
10
Ahmad Rofiq, Hukum Perdata Islam di Indonesia, Cet. II,(Depok: Raja grafindo,
2015), 7.
8
Masyarakat Dusun
Bobosan Desa Kemiri
Kec. Kandangan
Kab. Kediri : Orang-orang yang hidup dan tinggal di Dusun
Bobosan Desa Kemiri Kec. Kandangan Kab.
Kediri.
Dari definisi istilah diatas, maka dapat diambil sebuah pemahaman
bahwa esensi dari
penelitian ini adalah suatu usaha untuk menganalisa perhitungan weton
sebagai pemilihan
jodoh di masyarakat Dusun Bobosan Desa Kemiri Kec. Kandangan Kab.
Kediri. Dalam penelitian ini penulis berusaha mencari tahu bagaimana
proses perhitungan weton sebagai pemilihan jodoh, kemudian menarik
kesimpulan dalam pandangan hukum Islam.
F. KAJIAN PUSTAKA
Bagian ini memuat uraian secara setimatis mengenai hasil penelitian
terdahulu (prior research) tentang persoalan yang akan dipakai. Peneliti
mengemukakan dan menguatkan dengan tegas bahwa masalah yang akan
dibahas belum pernah diteliti sebelumnya. Untuk itu, tinjauan kritis
terhadap kajian terdahulu perlu dilakukan dalam bagian ini, sehingga dapat
ditentukan dimana posisi penelitian yang akan dilaksanakan.12
Berdasarkan pengertian tersebut, penulis mengutip beberapa skripsi
yang berkaitan dengan persoalan yang akan diteliti sehingga akan terlihat,
11
https://m.detik.com/d-4891144/asal-usul-ramalan-jodoh-berdasarkan-weton-menurut pakar-
budaya-jawa. di akses pada tanggal 11 Februarijanuari 2022, pukul 21:39 WIB
12
Zuhairi, Et.Al, Pedoman Karya Ilmiah, Edisi Revisi, (Jakarta: RaJawali Pers,2016), h 39.
9
dari sisi mana penelitian membuat suatu karya ilmiah. Disamping itu akan
suatu perbedaan tujuan yang dicapai. Maka kutipan hasil penelitian yang
telah lalu yang terkait diantaranya:
1. Sri Mardiani Puji Astuti, Institut Agama Islam Negeri Raden Intan
lampung. Tahun 2017 dengan judul “Tinjauan Hukum Islam Tentang
Tradisi Penentu Hari Nikah dalam Primbon Jawa di Desa Rantau
jaya Udik II Kecamatan Sukadana Kabupaten Lampung Timur”
Dalam pembahasan ini disebutkan bahwa, masyarakat adat Jawa
dalam memilih hari dilangsungkannya perkawinan dalam pratiknya
penentuan hari nikah ini dilakukan saat acara petunangan antara calon
mempelai, tokoh adat Jawa terlebih dahulu menanyakan kepada pihak
calon pengantian akan nikah pada bulan apa, jika bulan yang
diinginkan menurut tokoh adat adalah bulan yang diperbolehkan untuk
melangsungkan perkawinan, kemudian mencari hari baik untuk
melaksanakan ijab kabul, karena adat ini menentukan bulan dan hari
baik yang bisa terhindar dari hal-hal buruk saat berlangsungnya acara
perkawinan.
2. Miftah Nur Rohman, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Ponorogo.
Tahun 2016 dengan judul “Perhitungan Weton Pernikahan Menurut
Adat Jawa Dalam Presepektif Maslahah Di Desa Bibrik Kecamatan
Jiwan Kabupaten Madiun”
Hasil dari penelitian ini yaitu peneliti menitik beratkan pada
teori maslahah yang akan terjadi kedepannya sebagai bentuk
penghindaran terhadap hal-hal yang akan membahayakan keluarga dan
jiwa manusia itu sendiri. Meskipun segala macam bentuk marabahaya
ataupun keselamatan itu memang mutlak hak prerogratif dari Allah
Swt. Namun tidak ada salahnya tradisi seperti ini dijadikan sebagai
sebuah pertimbangan dalam melaksanakan perkawinan, selagi tradisi
ini tidak bertentangan atau menyimpang ajaran Islam.
3. Lailatul Maftuhah, “Pandangan masyarakat Islam Terhadap Dasar
Tradisi Weton sebagai Perjodohan di Desa Karangagung Glagah
10
BAB I : PENDAHULUAN
Pendahuluan merupakan tahap awal dari penulisan
skripsi yang terdiri dari beberapa sub, diantaranya adalah
latar belakang masalah yanga menjelaskan latar belakang
penelitian, untuk apa dan siapa saja yang mengarahkan
penelitian, dirumuskan dalam rumusan masalah, dan
sebagai penegendali agar tujuan penelitian tidak
menyimpang dari pembahasan masalah yang telah
dirumuskan dibuatlah tujuan penelitian, sekaligus dengan
kegunaan penelitian, yang menjelaskan manfa’at dari hasil
penelitian, kemudian dilanjut dengan penegasan judul,
yang dimaksudkan agar judul yang di angkat dapat benar-
benar difahami dan sebagai penelusuran atau penelaahan
kepustakaan dibuatkanlah kajian pustaka. Disamping itu
agar penulis skripsi ini lebih sistimatis, maka terakhir
berisikan sistematika pembahasan.
BAB II : LANDASAN TEORI
Bab ini menjelaskan mengenai perkawinan yang
12
LANDASAN TEORI
1. Pengertian Perkawinan
Perkawinan dalam literatur fiqh berbahasa Arab disebut dengan
dua kata, yaitu nikah dan zawaj bisa diartikan aqdu al-tazwil yang
artinya akad nikah. Juga bisa diartikan (wath’u al-zaujah) bermakna
menyetubuhi istri. Kedua kata ini yang terpakai dalam kehidupan
sehari-hari orang Arab dan banyak terdapat pada Al-Qur‟an dan hadis
Nabi. Kata na-ka-ha banyak terdapat pada Al-Qur‟an dengan arti
kawin, seperti dalam surat an-Nisa‟ ayat 3:
ث َو ُر ٰب َع ۚ فَاِ ْن ِخ ْفتُ ْم اَاَّل َت ْع ِدلُْوا ِ واِ ْن ِخ ْفتم اَاَّل ُت ْق ِسطُوا ىِف الْيت ٰٰمى فَانْ ِكحوا ما طَاب لَ ُكم ِّمن الن
َ ِّساۤء َمْثىٰن َوثُٰل
َ َ ْ َ َ ُْ َ ْ ُْ َ
ۗ اَّل ٓ ٰ
٣ك اَ ْدنى اَ َت ُع ْولُْوا ِ ٰ ِ
َ ت اَمْيَانُ ُك ْم ۗ ذل
ْ اَْو َما َملَ َك ًَف َواح َدة
Dan jika kamu takut tidak akan berlaku adil terhadap anak
yatim, maka kawinilah perempuan-perempuan lain yang kamu
senangi, dua, tiga, atau empat orang, dan jika kamu takut tidak akan
berlaku adil, cukup satu orang.13
13
Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia Antara Fiqh Munakahat dan
Undang-Undang Perkawinan (Jakarta: Kencana, 2011), h. 35.
14
Sohari sabrani,Fiqih Munakahat:Kajian Fikih Nikah Lengkap (Jakarta: RaJawali Pres,2004), h.
7.
15
Ibid.
14
15
16
Abdur Rahman Ghazali, fiqh munakahat (Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, 2003), h 8.
16
17
Thobibatussaadah, Tafsir ayat hukum keluarga 1, (Yogyakarta: Idea Press,2013), hal.4-5
18
Ibid., H 46
17
nikah.19
4. Tujuan Perkawinan
Tujuan perkawinan menurut agama Islam ialah untuk memenuhi
petunjuk agama dalam rangka mendirikan keluarga yang harmonis,
sejahtera dan bahagia. Harmonis dalam menggunakan hak dan
kewajiban anggota keluarga, sejahtera artinya terciptanya ketenangan
lahir dan batin disebabkan terpenuhinya keperluan hidup lahir dan
batinnya, sehingga timbullah kebahagiaan, yakni kasih sayang antara
angota keluarga.
Sebagaimana dalam Al-Qur‟an surat Ar-Ruum ayat 21:
وِمن ءايَٰتِ ِهۦٓ َأ ْن َخلَ َق لَ ُكم ِّمن َأن ُف ِس ُكم َْأز ٰو ًجا لِّتَس ُكنُ ٓو ۟ا ِإلَْي َها و َج َعل َبْينَ ُكم َّمو َّد ًة ورمْح َةً ۚ ِإ َّن ىِف
ََ َ َ َ ْ َ ْ ْ َ ْ َ
٢١ ٰت لَِّق ْوٍم َيَت َف َّك ُرو َن
ٍ ك َلءاي
َ َ َ َذل
ِٰ
27
http://www.mykepoh.cf/2015/09/sejarah-dan-asal-usul-primbon-dalam.html?m=1. Diunduh
pada tanggal 4 mei 2022.
24
28
https://www.booombastis.com/pentingnya-weton/47326. Diunduh pada tanggal 5 Mei 2022.
25
calon menantu bernama Aly. Zendi kelahiran jumat pon. Jumat pon
bernilai 6 + 7 = 13. 13 : 9= 1 sisa 4. Sedangkan Aly lahir pada hari
selasa wage. Selasa wage bernilai 3+4= 7. 7: tidak bisa di bagi
sembilan, maka dikatakan sisa 7. Jadi Zendi memiliki sisa 4,
sedangkan Aly memiliki sisa 7. Ramalanya adalah akan baik rezekinya
dan awet sampai tua. Nilai sisa antara mempelai pria dan wanita
tersebut bisa dibolak-balik, maksudnya bila mempelai pria sisa 5 dan
mempelai wanita sisa 2, akan sama hasil ramalanya dengan apabila
mempelai pria sisa 2 dan mempelai wanita sisa 5.29
29
M. Hariwijaya, Tata Cara Penyelenggaraan Perkawinan Adat Jawa,.h. 8
26
30
Abdurrahmat Fathani, Metodologi Penelitian Dan Teknik Penyusunan Skripsi, (Jakarta Rineka
Cipta, 1986),H.29
30
31
B. Lokasi Penelitian
Di sini peneliti memilih lokasi penelitian di Dusun Bobosan
Desa Kemiri Kecamatan Kandangan Kbupaten Kediri, di tempat ini
mayoritas masyarakat masih menggunakan tradisi nenek moyang pada
khususnya dalam tradisi perhitungan Weton sebagai pemiliohan jodoh.
Hal ini berdasarkan beberapa pertimbangan: pertama pra-research
yang dilakukan oleh peneliti, dimana peneliti merasa jadi lebih penting
ketika peneliti melihat potret budaya dan tradisi di masyarakat Dusun
bobosan Desa Kemiri Kecamatan Kandangan Kabupaten Kediri pada
saat ini kebudayaan itu sudah mulai tidak diketahui oleh generasi muda
daerah itu sendiri apalagi dikenal ditengah-tengah kehidupan dikota
metropolitan.
Pemilihan tempat ini sebagai lokasi penelitian menurut peneliti
sangatlah tepat. Lebih dari itu, peneliti juga beranggapan bahwa
tempat ini sebagai representasi dari masyarakat Kelurahan Dusun
Bobosan Desa kemiri yang masih melakukan dan melestarian tradisi
Weton sebagai pemilihan jodoh.
C. Jenis Data
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan
kualitatif, yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif
berupa data-data tertulis atau lisan dari orang-orang yang pelakunya
diamati.31
Data primer adalah data yang diambil dari sumber data primer
atau sumber pertama lapangan. Data ini meliputi:
a. Letak geografis Dusun Bobosan Desa Kemiri Kecamatan
Kandangan Kbupaten Kediri sebagai obyek penelitian.
b. Praktek proses perhitugan Weton pada masyarakat Dusun Bobosan
Desa Kemiri Kecamatan Kandangan Kbupaten Kediri.
31
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Cet-14, (Bandung: CV. Alfabeta,
2011), 52.
32
32
Suharsimi Arikunto, Prosedur penelitian suatu praktek, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006), H.129
33
33
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D, (Bandung:Alfabeta,2012),H.224
34
34
Kartini Kartono, Pengantar Metodologi Research Sosial, (Bandung: Masdar Maju, 1990),H.32
35
35
Bambang Setiyadi, Metode Peneltian Untuk Mengajjaran Bahasa Asing:Pendekatan Kuantitatif
Dan Kualitatif, (Yogyakarta: Graha Ilmu,2006),H.249
36
Beni Ahmad Saebani, Metodologi Penelitian, (Bandung :Pustaka Setia, 2008),H.59
37
Sutrisno Hadi, Metode Research Jilid 1, (Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM,1984),H.40
36
data tersebut.38
b. Metode induktif, yaitu suatu analisis data pada proses logika yang
brangkat dari data empirik lewat observasi menuju kepada suatu
teori. Dengan kata lain induksi merupakan proses pengorganisasian
fakta-fakta atau hasil pengaamtan yang terpisah-pisah menjadi
suatu hubungan atau generalisasi. Sehingga penulis dapat
mengetahui kebenaran dari setiap materi yang di kaji. 39
Dengan demikian, kesimpulan dalam penelitian kualitatif dapat
menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi
mungkin jika tidak, karena telah seperti dikemukakan bahwa masalah
dari rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat
sementara dan akan berkembang setelah peneliti ada di lapangan.
Bedasarkan keterangan di atas maka dalam menganalisa data,
penulis menggunakan data yang telah diperoleh kemudian data
tersebut di analisa dengan menggunakan cara berfikir induktif yang
berangkat dari informasi tentang masyarakat Dusun Bobosan Desa
Kemiri Kecamatan Kandangan Kabupaten Kediri yang masih percaya
akan suatu adat Jawa mengenai perhitungan Weton perkawinan.
38
Husein Umar, Metode Penelitia untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, (Jakarta: Raja grafindo persada),
28.
39
Syaifuddin Azwar, Metode Penelitian, Cet- 6, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), 40.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Sejarah Desa Kemiri
Desa Kemiri merupakan salah satu desa di wilayah Kecamatan
Kandangan, yang keberadaannya telah ada sejak sebelum jaman
penjajahan. Berdasarkan riwayat yang berkembang dan diwariskan
secara turun menurun, mengenai sejarah singkat berdirinya Desa
Kemiri , disini kami tidak dapat memberikan penjelasan yang pasti.
Dari cerita para orang tua atau para sesepuh yaitu awalnya dulu adalah
sebuah hutan yang semua adalah pohon buah kemiri, maka dinamakan
Desa Kemiri. Orang pertama yang meninggal dan di makamkan di desa
kemiri dipanggil mbah Ki Rono Pakel yang kini makamnya di
keramatkan dan masih dipakai jika ada kegiatan adat bersih desa atau
event-event tertentu.
Tanggal atau tahun kelahiran dari Desa Kemiri secara resmi
belum dapat ditentukan karena banyaknya kesimpangsiuran cerita
yang berkembang di masyarakat tentang asal muasal Desa Kemiri.
Beberapa menyatakan (mengaitkan) dengan masa kerajaan
Mataram Hindu (setelah masa kejayaan Kerajaan Mataram
Hindu), Pada saat masih jaman penjajahan Belanda di desa kemiri,
Pemerintah Belanda pada saat itu mempercayai salah satu
masyarakat atau tokoh masyarakat yang bernama
A.Astrohadiwiryo sebagai pemimpin. Kemudian digantikan oleh
Sumojoyo, juga tidak diketahui mulai tahun berapa beliau
memimpin. Pada tahun 1989 samapai dengan tahun 1997 Desa
Kemiri dipimpin oleh Mochmad Cholil Ridwan sebagai Kepala
Desa Kemudian pada tahun berikutnya yaitu pada tahun 1998
sampai tahun 2007 dijabat oleh Eko Wahyu Rahmawati lalu di
Tahun 2008 sampai 2014 dijabat oleh Sasi Goemono dan sekarang
37
38
1. A.Astrohadiwiryo
2. Sumojoyo
3. Mochamad Cholil Ridwan Tahun ( 1989 – 1997 )
4. Eko Wahyuni Rahmawati Tahun ( 1998 – 2007 )
5. Sasi Goemono Tahun ( 2008 – 2014 )
6. Sunaji Tahun ( 2013- 2019 )
7. Sunaji Tahun ( 2020 – 2025 )
40
Arsip Kelurahan Desa Kemiri Kecamatan Kandanagn Kabupaten Kediri.
41
Ibid.
39
b. Misi
40
42
Ibid.
42
- Jalan : + 10 Km
- Lapangan Sepak Bola : dst disesuaikan dengan keadaan desa
Kemiri
c. Iklim
- Curah hujan : 26,5 Mm/th
- Jumlah Bulan Hujan : 6 Bulan
- Suhu Rata-rata Harian : 30 Derajat Celcius
4. Kondisi Masyarakat Desa Kemiri
Jumlah penduduk Desa Kemiri yang terdapat 2 Dusun yaitu
Dusun Kemiri dan Dusun Bobosan keseluruhan berjumlah 1974
jiwa, terdiri dari 1019 laki-laki dan 955 perempuan. Jumlah kepala
keluarga di Desa Astomulyo sebanyak 647 KK. Secara umum
penduduk desa Kemiri bermata pencaharian petani, buruh tani,
karyawan dan lain-lain.
JUMLAH PENDUDUK
JUMLAH
NO. NAMA DUSUN JUMLA
RT/RW LAKI-LAKI PEREMPUAN KK
H
1 KEMIRI
- Ketua RT Mar 01/01 59 67 126 45
dianto
- Ketua RT Har 02/01 72 64 136 38
tono Wibowo
- Ketua RT Jon 03/01 71 59 130 38
o
- Ketua RT Git 01/02 65 57 122 45
o Siswoko
- Ketua RT Riy 02/02 98 86 184 41
anto
- Ketua RT Sai 03/02 86 68 154 69
ful
- Ketua RT Bes 01/03 53 50 103 34
ari
- Ketua RT Mub 02/03 77 67 144 40
in Efendi
- Ketua RT Sla 03/03 47 57 104 37
met Harianto
43
Tabel 3
Tingkat pendidikan Desa Kemiri
TK
3 Tingkat 187 185 372
pendidikan
penduduk usia 7
– 18 tahun yang
sedang sekolah
4 Penduduk tamat 53 57 110
SD/sederajat
5 Penduduk tamat 143 147 290
SMA/sederajat
6 Penduduk tamat 5 2 7
D-1/sederajat
7 Penduduk tamat 11 14 25
D-3/sederajat
8 Penduduk tamat 3 1 4
S-2/sederajat
9 Penduduk tamat 2 2 4
SLB
diartikan sebagai gabungan antara hari dan pasaran saat bayi dilahirkan ke
dunia. Misalnya Senin Pon, Rabu Wage, Jumat Legi atau lainnya. Weton
juga sering kali dihubungkan dengan ramalan mengenai karakter dan
kepribadian seseorang.
Perhitungan weton perkawinan saat ini masih dilakukan oleh
sebagian masyarakat di Dusun Bobosan Desa kemiri hal ini terlihat dari
beberapa orang yang akan menikahkan anaknya meminta tolong untuk
menghitung weton anaknya tersebut kepada orang yang dianggap bisa
menghitungnya. Hal ini juga termasuk adat atau tradisi yang harus dijaga
dari nenek moyangnya terdahulu.
Adapun hasil penelitian ini peneliti melakukan wawancara bersama
subjek dan informan penelitian. Subjek dalam penelitian ini adalah 2 orang
tokoh adat, dan informan 2 pasangan calon pengantin, yakni calon
pengantin melaksanakan perhitungan weton baik yang sudah menikah
maupun yang belum menikah. Berikut pemaparan hasil wawancara
terhadap subjek dan informan sebagai rinciannya seperti yang telah penulis
sebutkan di atas yang telah ditetapkan sebagai subjek dalam penelitian ini.
Adapun informasi pertama penulis peroleh :
a. Subjek I
Nama : Lasiman (tokoh adat Jawa)
Umur : 71 tahun
Pekerjaan : Tani
Sardianto adalah salah satu tokoh adat atau tetua yang ada di
Dusun Bobosan Desa kemiri. Dalam hal ini, Penulis melakukan
wawancara secara langsung bersama Subjek pada tanggal 11 Mei 2022
di kediaman beliau, di Dusun Bobosan Desa Kemiri. pada pukul 19.10
WIB. penulis menanyakan apa itu weton ?
“weton iku pitungan dino kelahiran. Kabeh wong Jowo sak
pangkoh iki ijek nggae, Weton ki tradisi Jawa. penting wong Jowo.
Misale awakmu karo calonmu lahire dino opo kelairane di jodone
diitung-itung ketemu piro di goleki dino seng apik nikah e dino iki
48
ngunu to”.
Dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai berikut :
“weton itu adalah perhitungan hari lahir. Orang Jawa ini yang ada
di pangkoh pasti semua masih menggunakan ini. Weton adalah tradisi
Jawa yang pasti orang Jawa. Misalnya kamu sama calonmu lahirnya
hari apa kelahirannya di cocokkan dan di hitung ketemu berapa di cari
hari yang bagus untuk nikah”.
Apa latar belakang perhitungan weton dalam tradisi pernikahan di
Dusun Bobosan Desa Kemiri Kecamatan Kandangan Kbupaten Kediri.
Adapun informasi penulis peroleh sebagai berikut :
“Awal mula enek itung-itungan weton iku enek ket jaman nenek
moyang kerajaan mbien. Seng jelas nek wong iku jowo mesti gawe kui
mergo kui ki tradisine wong jowo. Tapi saiki yo akeh wong jowo seng
ora nggae kui yo enek, kabeh gari melu lingkungan, karena orang
Jawa itu menang milih makane pas arep nikah kudu mileh dino karo
itungan kui digae. Karo ngindari mbah-mbah seng wes ninggal ndisek.
Sebenarnya manusia iku hanya berencana Allah Swt yang
menentukan.”43
Dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai berikut :
“awal mula perhitungan weton itu ada sejak zaman nenek moyang
kerajaan dahulu. Yang jelas orang jawa pasti menggunakan itu sebab itu
adalah tradisinya orang jawa. Tapi sekarang juga banyak orang jawa
yang tidak menggunakan itu, semua itu tinggal mengikuti lingkungan,
karena orang jawa itu menang milih, makanya setiap ingin menikah
harus memilih hari dan perhitungan yang digunakan. Dan juga
menghindari kakek-kakek yang sudah meninggal dunia dulu.
Sebenarnya manusia hanya berencana Allah Swt yang menentukan”.
Apakah perhitungan weton perlu dilakukan, mengapa ?
“nek uwong kui Jowo mesti gae pitungan iki, soale tradisi iki wes
turun temurun di gae karo masyarakat Jowo. Mbien pas aku karo
43
Lasiman,Tokoh Adat, Wawancara oleh Aly Faqih
49
bojoku nikah yo sempat dijalokne itungan ngnokui karo mbah kami trus
bar oleh saran e wongtuo rampung dan hasile apik”.
Dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai berikut :
”Kalau orang Jawa pasti menggunakan perhitungan ini, soalnya
tradisi ini sudah turun temurun dilaksanakan oleh masyarakat Jawa.
Dahulu ketika kami ingin menikah juga sempat dimintakan hitungan
weton ini kepada mbah kami begitu saran orang tua selesai dan hasilnya
Sri/baik.”.
Bagaimana dampak atau manfaat menentukan Weton di Dusun
Bobosan Desa Kemiri Kecamatan Kandangan Kabupaten Kediri?
“dadi uwong Jowo kudu paham syarat nek enek seng ditinggal siji
ae kui engko bakalan enek balak e seng ora-ora. Tapi teko dampak iki
nek ora digae jane yo sek dadi angen-angen nek didelok teko jaman
saiki, dadi antisipasine cah saiki kan wes podo pacaran dadi teko kunu
iso dadi saling ngerti sifat salah sijine, masio ora nggawe weton tak
piker ora dadi masalah jek iso ae diatasi”.
Dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai berikut:
“sebagai orang Jawa harus memahami persyaratan itu karena jika
ditinggal satu saja maka akan terjadi balak yang tak disangka-sangka.
Namun dengan dampak jika tidak menggunakan itu sebenarnya masih
menjadi misteri jika dilihat pada jaman sekarang, sebagai antisipasinya
anak jaman sekarang ketika ingin menikah sebelumnya sudah menjalin
hubungan yang disebut pacaran, nah maka dari itu dari situlah keduanya
dapat saling mengenal satu sama lain, meskipun tidak menggunakan
weton saya kira masalah ini masih bisa diatasi.”44
b. Subjek II
Nama : Jiman (tokoh adat Jawa)
Umur : 79 Tahun
Perkerjaan : Tani
Jiman adalah salah satu tokoh adat atau tetua yang ada di Desa
44
Ibid
50
seng digae tani kae. ki ket bien seng biasa ditunjuk dadi tetua ne deso
iki termasuk e wong-wong wes percoyo karo mbah gae ngitung itungan
iki mergo buktine kae mbah nikahne anak karo putu ne mbah seng enek
5 gae itungan weton, gek hasile kabeh kui ora enek opo-opo yo sampek
saiki jek apik ae. Terus kae seng elek mbah yo eruh dewe mergo si A
cerai kan mergo itungan weton e ora pas”
Dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai berikut :
“Jaman kerajaan Majapahit itu weton sudah ada, mbah lupa tahun
berapa tapi saurunge jaman kerajaan majapahit weton itu dilatar
belakangi oleh nenek-nenek zaman dahulu yang menggunakan seperti
itu, dan itukan sudah ada sebelum islam datang awalnya dari agama
Hindu yang sudah datang pertama lebih dulu. Mbah Gimun yang
menjadi tetua di Desa Kanamit Jaya termasuk orang yang percaya
penuh terhadap tradisi hitungan weton, ini terbukti menikahkan anak-
anaknya serta cucu-cucunya yang berjumlah 5 memakai hitungan weton
dan alhasil semuanya ke-5 anak tersebut tidak terjadi apa-apa dan baik-
baik saja. Serta yang menurut beliau buruk yakni ditunjukkan pula
kepada peneliti bahwa si A bercerai dahulu karena memang hasilnya
tidak pas.”.
52
45
Jiman,Tokoh Adat, Wawancara oleh Aly Faqih
54
perhitungan tersebut ?
“Iyaa, saya yakin, karena ini merupakan tradisi yang sudah
diyakini oleh banyak orang”
Bagaimana jika hitungan tersebut tidak sesuai ?
“Yaa tidak apa-apa kan kita melakukan perhitungan dan
penentuan hari nikah hanya sebatas mengikuti tradisi saja,
selebihnya kita pecayakan kepada Allah Swt”. Apakah perhitungan
weton perlu dilaksanakan ?
“Tergantung, nek dirasa perlu yo mesti gae”
Dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai berikut :
“tergantung orangnya, kalau dirasa perlu biasanya
menggunakan perhitungan weton ini”.46
b. Informan II
Nama : Abidin
Umur : 22 Tahun
Pekerjaan : Tukang Bangunan
Pendidikan : Tamat SLTA/SMA
Abidin merupakan salah satu calon pasangan pengantin laki-
laki yang melaksanakan perhitungan weton di Dsusun Bobosan Desa
Kemiri. Dalam hal ini, Penulis melakukan wawancara secara
langsung bersama Subjek pada tanggal 18 April 2022 di kediaman
calon di Dusun Bobosan Desa Kemiri pada pukul 16.20 WIB.
Pertanyaan pertama yakni mengenai perhitungan weton. Yakni :
Apa arti weton menurut Anda ?
“Weton itu adalah perhitungan hari kelahiran ketika seseorang
dilahirkan kedunia maka sejak saat itu ia memiliki weton”
Apakah ada orang tertentu yang menghitungkan untuk suatu
acara ?
“Enek, biasane ngunukui tetua di Desa seng wes yang faham
tentang weton”
46
Sisti Komisatun,Informan, Wawancara oleh Aly Faqih
58
47
Abidin,informan,Wawancara oleh Aly Faqih
59
48
Suryan,Informan,Wawancara oleh Aly Faqih
BAB V
ANALISIS PERHITUNGAN WETON DI TINJAU DARI PRESPEKTIF
HUKUM ISLAM
A. Analisa Perhitungan Weton sebagai pemilihan jodoh di Masyarakat
Dusun Bobosan Desa Kemiri Kecamatan Kandangan Kabupaten
Kediri
Perbincangan tentang islam dan kebudayaan khususnya Jawa
tidak akan pernah terlepas dari pengaruh budaya. Inilah yang perlu
dicermati dengan pandangan yang tidak mengesampingkan faktor
sosio cultural masyarakat islam. Demikian pula dengan nilai-nilai
islam, para pendakwah dahulu pada jaman wali songo, penyampaian
ajaran yang mereka lakukan sangat luwes dan halus dengan
menyesuaikan nilai budayanya. Jika ditelusuri lebih dalam banyak para
wali yang memasukkan budaya Jawa dibingkis dengan ajaran-ajaran
islam. Sebagaimana halnya dengan tradisi perhitungan weton
menjelang dilangsungkan pernikahan merupakan sesuatu yang sulit
dihilangkan, karena tradisi sudah ada sejak jaman dahulu yang
diwariskan oleh nenek moyang hingga turun temurun sampai sekarang.
Karena sudah menjadi kebiasaan maka hal ini selalu digunakan
menjelang pernikahan.
Islam sebagai agama rahmatan lil‟alamin menyadari dari hal
tersebut. Islam bukan untuk merusak atau membuang tradisi, akan
tetapi untuk meluruskan hal-hal yang dinilai bertentangan dengan
akidah islam. Meskipun melewati proses yang panjang, namun itu
mutlak dilakukan karena islam agama yang indah akan toleran dan
tetap menghargai nilai-nilai yang telah ada di budaya masyarakat.
Dengan demikian manusia harus mampu menyelaraskan antara
kenyataan alam dan realitas sosial.
Sebagaimana kebiasaan dalam masyarakat Jawa mempunyai
fungsi dan tujuan selayaknya dalam menghitung weton pada
pelaksanaan pernikahan, tujuan dari pernikahan adalah agar
mendapatkan kebahagiaan serta keberkahan hidup. Demi untuk
menuju ketenteraman dari tujuan tersebut warga Dusun Bobosan Desa
60
61
Kemiri maka ada berbagai bentuk usaha salah satunya yakni dengan
melihat kecantikan, harta, keturunan, dan agama. Salah satu yang
menjadi pertimbangan adalah adat istiadat keyakinan masyarakat yang
mempunyai pengaruh dalam mencapai keluarga yang bahagia serta
harmonis yaitu dengan memperhitungkan hitungan weton untuk
mempelai yang akan melaksanakan nikah. Dari data yang di dapat oleh
peneliti ternyata weton merupakan tradisi yang berpengaruh dalam
masyarakat di Dusun Bobosan Desa Kemiri Kecamatan Kandangan
Kabupaten Kediri. Dalam penentuan hari baik dengan menggunakan
perhitungan weton ada beberapa hal yang perlu diketahui terlebih
dahulu sebelum mencari hari baik sebenarnya, antara lain
mengumpulkan kedua pasangan calon pengantin dengan beberapa
syarat yaitu hari dan tanggal lahir kedua pasangan tersebut begitu juga
dengan perhitungan weton di Dusun Bobosan Desa Kemiri Kecamatan
Kandangan Kabupaten Kediri.
Pada dasarnya menyesuaikan tradisi dengan hukum islam di
tengah-tengah masyarakat bukan berarti harus dihilangkan tradisinya.
Sebenarnya tradisi tidak berubah. Hal ini sesuai jika ditinjau dengan
teori sosio cultural masyarakat islam bahwa para masyarakat yang
akan melaksanakan pernikahan disana banyak yang faham dengan
ajaran islam namun karena masyarakat mempunyai pandangan tertentu
dalam menentukan kebiasaan yang sudah turun temurun dilaksanakan
oleh orang tua zaman dahulu yang sudah ada dan hal ini tentu
bertentangan dengan syara‟, karena masyarakat melakukan adat
tersebut sebagai bentuk tradisi kebiasaan yang sudah lama terjadi dan
menjadi kebiasaan Masyarakat di Dusun Bobosan Desa Kemiri
Kecamatan Kandangan Kabupaten Kediri.
Dalam hukum islam, pandangan dalam ilmu fiqh adalah tradisi
atau kebiasaan ini disebut juga dengan ‘Urf yang dapat dijadikan suatu
dalil didukung dengan salah satu kaidah dalil hukum islam. ‘Urf secara
etimologi berarti ma‟rifah dan irfan, dari kata arafa fulan fulanan
62
49
Abdul Hayy Abdul Al, Pengantar Ushul Fikih, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2014), h.325.
50
A. Basiq Djalil, Ilmu, Ilmu Ushul Fiqih 1 dan 2, (Jakarta: Kencana, 2010), h.161.
51
Miftahul Arifin dan A. Faisal Hag, Ushul Fiqh Kaidah-Kaidah Penetapan Hukum Islam,
(Surabaya: Citra Media, 1997), h. 146.
52
Muhammad Abduh Tuasikal, Tanpa Judul, https://rumaysho.com/8197-kaedah fikih-16hukum-
adat-kebiasaan-manusia-asalnya boleh.html. (Diakses pada tanggal 23 Mei 2022 pukul 05:40
WIB).
63
العادة ما استمر الناس عليه على حكم املعقول وعا دواليه مرة أخر ' ی
53
Abdul mudjib, Kaidah-kaidah Ilmu Fiqih (Qawaidul Fiqhiyyah), (Jakarta : Kalam mulia, 2004),
h.44.
64
54
Abdul Wahhab Khallaf, Ilmu Ushul Fiqh, (Semarang :Cet I, 1994), h.124
55
Abd. Rahman Dahlan, Ushul Fiqh, (Jakarta: Amzah, 2011), h. 215.
65
56
Abdul mudjib, Kaidah-kaidah Ilmu Fiqih (Qawaidul Fiqhiyyah), (Jakarta : Kalam mulia, 2004),
h.25
57
Ibid. h.26
66
حدثنا أبو بكر بن أبي شيبت ومسدد المعنى قاال حدثنا يحي عن عبيداهلل بن
: قال,األخنس عن الوليد بن عبداهلل عن يوسف بن مالك عن ابن عباس رضي اهلل عنهما
67
السخ ِر ِ ِ م ِن اقْتبس ِعل-قال رسول اهلل صلى اهلل عليه وسلم
َّ من
َ ًس ُشعبَة
َ َْم من النُّجوم اقْتَب
ً َ ََ
حسن: زاد )رواه ابو داود قال األلباني
َ اد َما
َ َز
58
Diriwiyatkan oleh Abu Daud, Sunan Abu Daud, Kitab Al-Tibb, Bab fi al-Kahin, j.4, (No.3905),
Hadist Hasan.
68
59
Q.S an-Naml(27):65
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sebagai akhir dari pembahasan ini, maka penulis menarik kesimpulan
sebagai berikut:
1. Praktik Perhitungan weton dalam pemilihan jodoh di pernikahan adat
Jawa merupakan sebuah ungkapan masyarakat Jawa dalam
melestarikan adat dan menghormati warisan budaya para leluhur atau
nenek moyang. Selain itu, bagi mereka penggunaan pelaksanaan tradisi
perhitungan weton ini di dalam pernikahan merupakan bentuk kehati-
hatian dan mencari kemantapan hati dalam penyelenggaraan suatu
pernikahan hajat besar dan sakral. Karena jika dilanggar dipercaya
akan mendapatkan marabahaya di dalam rumah tangganya. Namun
bagi sebagian masyarakat yang tidak percaya terhadap pelaksanaan
tradisi perhitungan ini karena dari keyakinan mereka masing-masing
bahwa segala bentuk ramalan itu tidak diperbolehkan di dalam syariat
islam, sehingga mereka percaya kepada takdir Allah Swt yang telah
mengatur alam semesta dan seisinya dengan ketentuannya.
2. Penggunaan perhitungan weton ini dalam pemilihan jodoh merupakan
sebuah adat, karena ketika di analisis kebiasaan ini termasuk pada ‘Urf
shohih yang mana tradisi ini dapat diterima masyarakat. Dalam hukum
Islam, perhitungan weton tersebut bertentangan dengan ajaran agama,
karena akan meramalkan masadepan merupakan hal yang musyrik,
karena hanya Allah lah yang maha mengetahui masadepan. Apabila
masyarakat hanya menggunakan perhitungan weton untuk kehati-
hatian dalam menjalani kehidupan dan ditidak sepenuhnya percaya
maka boleh-boleh saja dilakukan.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, setelah melakukan penelitian
terkait perhitungan weton dalam tradisi pernikahan di Dusun Bobosan
Desa Kemiri Kecamatan Kandangan Kbupaten Kediri, penulis mempunyai
69
70
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an dan Terjemahannya. Departemen Agama RI. Semarang: Toha Putra,
1989.
Abu Zahra, Muhammad. 2016. Usul Fiqih, Jakarta: PT.Pustaka Firdaus.
Abidin, Aminuddin dan Slamet. 1999.Fikih Munakahat 1, Bandung : CV Pustaka
Setia.
Amin, M. Darori. 2000. Islam dan Kebudayaan Jawa. Yogyakarta: Gana Media.
Ahmad, Saebani Beni. 2008. Metodologi Penelitian. Bandung :Pustaka Setia.
Azwar, Syaifuddin. 2005. Metode Penelitian, Cet- 6, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur penelitian suatu praktek, (Jakarta: PT
Rineka Cipta,
Dahlan, Abd Rahman. 2011. Ushul Fiqh, Jakarta: Amzah.
Fathani, Abdurrahmat. 1986. Metodologi Penelitian Dan Teknik Penyusunan
Skripsi, Jakarta Rineka Cipta,
Ghozali, Abdul Rahman. 2003. Fiqh Munakahat. Jakarta: Kencana Prenada
Media Group.
Ghozali, Abdul Rahman. 2014. Fiqih Munakahat. Jakarta: Kencana,.
Ghozali, Abdul Rahman. 2015. Fiqih Munakahat. Jakarta: Prenada Medi
a Group.
https://m.detik.com/d-4891144/asal-usul-ramalan-jodoh-berdasarkan-weton-
menurut pakar-budaya-jawa
https://www.booombastis.com/pentingnya-weton/47326.
https://rumaysho.com/8197-kaedah-fikih-16hukum-adat-kebiasaan-manusia-
asalnya boleh.html.
Hayy, Abdul Abdul Al. 2014. Pengantar Ushul Fikih, (Jakarta: Pustaka Al-
Kautsar.
Ibrahim. 2015. Metodologi Penelitian Kualitatif (Panduan Penelitian, Beserta
Contoh Proposal Kualitatif), Bandung: Alfabeta.
Mudjib, Abdul. 2004. Kaidah-kaidah Ilmu Fiqih (Qawaidul Fiqhiyyah), Jakarta :
Kalam mulia.
72
Muslim Bin Al-Haj, Abi Husain, Shohih Muslim, Beirut Kibanon : Darul Fikri,Tt,
No.2230.
Nashiruddin Al Albani Muhammad. 2006. Shahih Sunan An-Nasa‟I, Jakarta
Selatan : Pustaka Azzam.
Nur Rofiah, Faqihuddin Abdul Qadir, Alissa Wahid dkk. 2017. Fondasi Keluarga
Sakinah, (Jakarta: Kemenag RI.
Purwadi. 2005. Upacara Tradisional Jawa, Yogyakarta : Pustaka Pelajar,
R. Tanojo, PrimbonSabdoPandito Bahasa Indonesia, Suarabaya : Karyautama.
R. Gunasasmita. 2009. Kitab Primbon jawa Serbaguna, Jakarta : Narasi.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Cet-14,
(Bandung: CV. Alfabeta.
Syarifuddin, Amir. 2008. Ushul Fiqh. Jakarta: Kencana.
Syarifudin, Amir. 2011. Hukum Perkawinan Islam di Indonesia. Jakarta:
Kencana,
Syarifuddin, Amir. 2014. Ushul Fiqih jilid, 2, Jakarta: Kencana Perdana Media
Group.
Sudi Yatmana dan R. Danang Sutawijaya. 1995. Upacara Penganten tatacara
Kejawen, Semarang :CV Aneka Ilmu,
Setiyadi, Bambang. 2006. Metode Peneltian Untuk Mengajjaran Bahasa
Asing:Pendekatan Kuantitatif Dan Kualitatif, Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sufyan, Ahmad. 2008. ‘Urf dan Justifikasinya dalam Analisis Hukum Fiqh Al-
Mu’Amalat, Jurnal Syariah, Jilid XVI.
Sabrani, Sohari. 2004. Fiqih Munakahat:Kajian Fikih Nikah Lengkap , Jakarta:
RaJawali Pres.
Setiady, Tolib. 2013. Intisari hukum adat indonesia dalam kajian kepustakaan,
Bandung: Alfabeta.
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan, Pasal 1
Umam Khairul, dkk. 2002. Ushul Fiqh I, Bandung : CV. Pustaka Setia, Cet II.
Wahhab, Abdul Khallaf. 1994. Ilmu Ushul Fiqh, Semarang :Cet I.