Anda di halaman 1dari 73

i

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Perkawinan merupakan akad yang sangat sakral dan agung dalam


sejarah perjalanan hidup manusia yang dalam Islam disebut sebagai
mîthâqan ghalîdhan yaitu akad yang sangat kuat untuk mentaati perintah
Allah dan melaksanakannya merupakan ibadah. Adapun kata nikah menurut
arti asli ialah hubungan seksual tetapi menurut arti majazi (mathaporic) atau
arti hukum ialah akad (perjanjian) yang menjadikan halal hubungan seksual
sebagai suami istri antara seorang pria dengan seorang wanita.1
Sebagaimana firman Allah dalam surat An-Nisa’ ayat 01:

‫ث‬َّ َ‫اح َد ٍة َّو َخلَ َق ِم ْن َها َز ْو َج َها َوب‬ِ ‫س َّو‬ ٍ ‫َّاس َّات ُق ْوا َربَّ ُك ُم الَّ ِذ ْي َخلَ َق ُك ْم ِّم ْن َّن ْف‬
ُ ‫ٰياَُّي َها الن‬
ٓ
‫ۤءل ُْو َن بِهٖ َوااْل َ ْر َح َام ۗ اِ َّن ال ٰلّهَ َكا َن‬ ِ َّ ٰ
َ ‫ۤء ۚ َو َّات ُقوا اللّهَ الذ ْي تَ َسا‬
ِ ِ
ً ‫م ْن ُه َما ِر َجااًل َكث ْي ًرا َّون َسا‬
ِ

١ ‫َعلَْي ُك ْم َرقِ ْيبًا‬

"Wahai sekalian manusia! Bertakwalah kepada Tuhan


kamu yang telah menjadikan kamu (bermula) dari diri yang
satu (Adam) dan yang menjadikan daripada (Adam) itu
pasangannya (isterinya iaitu Hawa) dan juga yang
membiakkan dari keduanya zuriat keturunan, lelaki dan
perempuan yang ramai dan bertakwalah kepada Allah yang
kamu selalu meminta dengan menyebut-nyebut namaNya,
serta peliharalah hubungan (silaturahim) kaum kerabat,
karena sesungguhnya Allah sentiasa memerhati
(mengawas) kamu."(QS. Surah An-Nisa: 1)2

Umat Islam khususnya adat Jawa masih sangat patuh dan taat terhadap
aturan-aturan adat yang berlaku, mereka selalu mengikutinya meskipun,
terkadang ada yang sesuai dan ada yang tidak sesuai dengan aturan seperti
aturan-aturan adat dapat menghasilkan sistem budaya dan berimplikasi pada
1
Idris Ramulyo, Tinjauan Beberapa Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Dari Segi Hukum
Perkawinan Islam. (Jakarta; Ind-Hillco, 1996), 1.
2
Q.S An-Nisa(3):1

1
2

kehidupan nyata misalnya pada perkawinan, dimana dampak dari pengaruh


luar itu dapat menyebabkan adanya larangan adat.

Sifat kebudayaan yang terjadi di masyarakat mewujudkan aturan


aturan yang berbeda. Tidak menutup kemungkinan perbedaan itu terjadi
terhadap aturan adat dan aturan agama. Salah satu perbedaan yang
dijumpai dalam masyarakat adalah perkawinan. Agama Islam telah
memberikan yang jelas tentang perkawinan, akan tetapi pada
kenyataannya masih banyak ditemukan dalam pelaksanaan dan praktik
perkawinan yang berbeda dikalangan umat Islam.3
Tiap suku bangsa mempunyai sistem perkawinan ada yang berbeda.
Sistem perkawinan adat tersebut terbagi menjadi tiga macam, pertama
exogami, yaitu seorang pria dilarang menikah dengan wanita yang
semarga atau sesuku dengannya. Ia harus menikahi seorang wanita diluar
marganya (klan-patrilineal). Kedua endogimi, yaitu seorang pria
diharuskan menikahi wanita dalam lingkuangan kerabat (suku, klan atau
family) sendiri dan dilarang menikahi di luar kerabat. Ketiga eleutrogami,
yaitu seorang pria tidak dharuskan atau dilarang untuk menikahi wanita di
luar atau pun di dalam lingkungan kerabat atau suku melainkan dalam
batas-batas yang telah ditentukan dalam hukum Islam dan hukum
Perundang-Undangan yang berlaku di Indonesia, Sebuah adat atau tradisi
di dalamnyaterdapat nilai dan norma kehidupanyang sangat berguna untuk
mencari keseimbangan hidup. Nilai dan norma itu dibentuk sesuai
masyarakat setempat, yang pada akhirnya menjadi sebuah adat istiadat,
kepercayaan atau tradisi yang terdapat di dalam masyarakat pada
umumnya merupakan pencerminan nilai budi luhur untuk pencerminan
masyarakat itu sendiri.4
Islam meganjurkan bahwa berkeluarga adalah salah satu sarana

3
Muhammad Ziad Mubarok, “Tradisi Larangan Perkawinan Adat Jawa dalam Perspektif hukum
Islam Studi Kasus Tradisi Kebo Balik Kandang Pada Masyarakat Desa Sugihwaras Kecamatan
Pambon Kabupaten Nganjuk Jawa Timur”, (Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah,
2017).
4
Ibid.
3

menjaga kehormatan manusia. Setiap manusia, sebagai mana makhluk


lainnya, sejak lahir mempunyai status melekat sebagai hamba Allah.
Namun demikian, berbeda dengan makhluk lainnya, manusia mempunyai
amanah sebagai khalifah yang bertugas memakmurkan bumi. Status dan
amanah ini terus melekat dalam diri manusia sehingga pernikahan dan
keluarga pun tidak melenturkannya.5
Di masyarakat pada umumnya dalam melakukan suatu pernikahan
adalah diiringi dengan adanya tradisi-tradisi yang menyertainya.
Khususnya masyarakat jawa yang erat sekali dengan budaya kejawen
dimana tradisi yang diturunkan oleh orang-orang terdahulu diberlakukan
kepada anak cucunya. Penghitungan wetondino dan pasaran yang
dijadikan sebagai pedoman dalam melakukan kegiatan atau hajatan. Weton
sebagai ilmu ramal atau rujukan merupakan kearifan lokal yang hampir
ada dalam setiap lini kehidupan. Dan didalam hajatan pernikahan jawa,
Weton menjadi kebutuhan untuk melangsungkannya.
Budaya penghitungan yang tersebut di atas berkembang secara turun
temurun dan dipertahankan hingga masa modern ini. Sebagian dari mereka
tunduk dan patuh atas tradisi yang mereka miliki itu sebab mereka sangat
meyakini tradisi itu dan seakan mendarah daging dengan kekentalan
budaya tersebut.
Dalam hal yang disebutkan di atas, budaya yang diturunkan secara
turun temurun terangkum dalam suatu kitab Primbon. Primbon adalah
sekumpulan karifan lokal supaya seseorang mampu memahami dirinya,
sesamanya, dan alam makrokosmos maupun mikrokosmos tempat dia
hidup. Selama ratusan tahun kitab primbon menjadi pedoman sehari-hari
bagi orang jawa untuk mengartikan berbagai fenomena. Kandungan ilmu
dan ngelmu dalam primbon jawa akan membuat kita mengerti apa yang
tidak dimengerti orang lain. Ilmu atau ngelmu ini terbukti tetap relevan

5
Nur Rofiah, Faqihuddin Abdul Qadir, Alissa Wahid dkk, Fondasi Keluarga Sakinah, (Jakarta:
Subdit Bina Keluarga Sakinah Direktorat Bina KUA dan Keluarga Sakinah Ditjen Bimas Islam
Kemenag RI, 2017)
4

dalam berbagai situasi, dan berguna sepanjang masa.6


Hal-hal yang termuat didalam kitab primbon jawa diantaranya :
a. Sifat hari, pasaran, neptu, bulan, dan tahun.
b. Tabiat manusia menurut waktu kelahiran dan ciri fisik (letak tahi lalat,
bentuk kepala, bibir, dagu, raut wajah, dll
c. Aneka perhitungan tentang jodoh dan pernikahan, prosesi perkawinan
adat jawa.
d. Makna berbagai firasaat dari (mimpi, kedutan, hati yang tiba-tiba
berdebar, telinga berdenging, dll.
e. Arti dari fenomena alam dan lingkungan sekeliling (mulai dari gempa
bumi, lolongan anjing, perilaku kucing, tikus, kicau burung, datangnya
kupu-kupu, terjadinya halilintar, gerhana matahari dan bulan, dll.7
Weton atau hari lahir dalam budaya Jawa adalah suatu hal yang
sangat penting. Dalam ilmu perhitungan Jawa, sifat-sifat dan perjalanan
kehidupan seseorang bisa dibaca dari weton atau hari lahirnya. Dalam
falsafah Jawa, ilmu atau catatan tentang hal ini disebut juga sebagai “Ilmu
Titen” atau bahasa kerennya “Ilmu Observasi” atau ilmu yang didapat dan
disusun leluhur orang Jawa dulu dari hasil pengamatan kemudian dicatat,
dan jadilah semacam petunjuk hidup bagi orang-orang Jawa sekarang.
Setiap weton atau hari lahir mempunyai kelebihan dan
kekurangannya masing-masing. Misalkan, seorang yang lahir pada hari
Rabu berweton Wage, biasanya akan berwatak bisa dipercaya dan
gampang bergaul, namun mempunyai sifat peragu dalam menentukan
suatu hal di kehidupannya.8
Weton dino dan pasaran dipergunakan dalam berbagai macam
keperluan atau kepentingan masyarakat, seperti yang telah dsebutkan
diatas bahwasannya weton digunakan untuk mengetahui sifat atau watak
manusia serta yang yang paling banyak digunakan adalah untuk
menentukan hal-hal yang berkaitan dengan pernikahan, misalnya
6
R. Gunasasmita, Kitab Primbon jawa Serbaguna, (Jakarta : Narasi, 2009), Sampul.
7
Ibid.
8
R. Tanojo, PrimbonSabdoPandito Bahasa Indonesia, (Suarabaya : Karyautama, tt) Hal 2
5

penghitungan angka kelahiran untuk menentukan arah jodoh, rejeki yang


akan didapat seseorang serta kecocokan diantara keduanya. Pula
dalampemilihan hari baik dalam menghelat sebuah hajatan penting, dalam
prakteknya memiliki beberapa mahzhab (pandangan). Beberapa ada yang
memakai naga dina, naga sasi, dan naga tahun. Masing-masing naga
memiliki ketentuan arah mata angin tersendiri sesuai bulan
penyelenggaraan hajatan. Ada juga hitungan Jawa yang tanpa melalui
beberapa hitungan naga tersebut. Secara tradisional, besarnya kepercayaan
masyarakat terhadap hasil hitungan weton sebanding dengan dampak yang
ditimbulkan. Makin kuat kepercayaan, makin besar efek yang dihasilkan.
Dengan demikian ketentuan tersebut adalah diketergantungkan dari hari
lahir dengan nama pasaran yang mempunyai angka tersendiri dan setiap
orang mempunyai perhitungan yang berbeda-beda menurut hari dan
pasarannya.9
Maka dari itu penulis timbul suatu pertanyaan tetang bagaimana
tinjauan hukum Islam terhadap masyarakat dalam pemilihan jodoh
berdasarkan hitungan weton yang dalam penelitian ini penulis meneliti di
Dsn.Bobosan Ds.Kemiri Kec. Kandangan Kab.kediri.

9
Ibid.
6

B. RUMUSAN MASALAH
Merujuk dari latar belakang masalah tadi, penulis merumuskan
permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana Praktik hitungan weton sebagai pemilihan jodoh di
Dsn.Bobosan desa Kemiri Kecamatan Kandangan Kabupaten
Kediri?
2. bagaimana pandangan hukum islam terhadap penggunaan weton
sebagai pemilihan jodoh?
C. TUJUAN PENELITIAN
1. Untuk menegetahui praktik perhitungan weton sebagai pemilihan
jodoh di Dsn.Bobosan Desa Kemiri Kecamatan Kandangan
Kabupaten Kediri.
2. Untuk mengetahui pandangan hukum islam terhadap penggunaan
weton sebagai pemilihan jodoh.
D. KEGUNAAN PENELITIAN
Penelitian yang berjudul “TRADISI PERHITUNGAN WETON
SEBAGAI PEMILIHAN JODOH DI TINJAU DARI HUKUM
ISLAM(STUDI KASUS DSN.BOBOSAN DS.KEMIRI
KEC.KANDANGAN KAB.KEDIRI)” adalah bentuk dari keingintahuan
peneliti mengenai hukum dari Perhitungan Weton dan setiap penelitian
harus mempunyai kegunaan bagi pemecahan suatu masalah yang diteliti.
Untuk itu suatu penelitian setidaknya mampu memberikan kegunaan
praktis dalam kehidupan masyarakat.
Hasil dari penelitian ini, diharapkan dapat bermanfaat, sekurang-
kurangnya dalam 2 (dua) hal di bawah ini:
1. Manfaat secara Teoritis
Dengan penelitian yang peneliti lakukan ini diharapkan menjadi salah
satu bagian dari suatu subangsih pemikirian untuk memperkaya
khazanah intlektual perpustakaan secara akademis dalam karya ilmiah
di Jurusan Hukum Keluarga Fakultas Agama Islam Universitas Hasyim
Asy’ari.
7

2. Manfaat secara Praktis


a. Bagi peneliti: menjadikan penelitian ini sebagai pengalaman dalam
mencari sebuah kebenaran hukum yang berdasarkan dalil Naqli dan
Aqli, serta menambah tingkat penalaran, wawasan keilmuan, dan
pemahaman terhadap Tradisi Perhitungan Weton Sebagai pemilihan
jodoh di masyarakat Dsn.Bobosan Ds.Kemiri Kecamatan Kandangan
Kabupaten Kediri.
b. Bagi masyarakat: dengan adanya hasil penelitian ini, diharapkan
mampu memberikan bahan pertimbangan hukum terhadap masyarakat
Dsn.Bobosan Ds.Kemiri Kecamatan Kandangan Kabupaten Kediri.
E. PENEGASAN JUDUL
Untuk memudahkan dalam pembahasan yang peneliti akan teliti ini,
maka dipandang perlu adanya pembatasan pengertian agar tidak terjadi
kesalahpahaman dalam memahami judul yang ada ini, antara lain:
Hukum Islam : Peraturan-peraturan yang dirumuskan
berdasarkan wahyu Allah dan sunnah Rasul yang
diformulasikan kedalam keempat produk
pemikiran hukum, yakni fikih, fatwa, keputusan
pengadilan, dan undang-undang yang dipedomani
dan diberlakukan kepada umat Islam termasuk di
Indonesia, yang meliputi semua aspek kehidupan
manusia, fikih, ibadah, muamalah, hukum perdata,
pidana, ekonomi, politik dan hukum
Internasional.10
Weton : Hari lahir seseorang dengan pasarannya, yaitu
Legi, paing, pon, kliwon, dan wage. Weton juga
disebut sebagai kalender Jawa atau penanggalan
Jawa yang merupakan sistem penanggalan yang
digunakan oleh Kesultanan Mataram dan berbagai

10
Ahmad Rofiq, Hukum Perdata Islam di Indonesia, Cet. II,(Depok: Raja grafindo,
2015), 7.
8

kerajaan pecahannya serta yang mendapat


pengaruhnya. Penanggalan ini memiliki
keistimewaan karena memadukan sistem
penanggalan Islam, dan sistem penanggalan
Hindu.11

Masyarakat Dusun
Bobosan Desa Kemiri
Kec. Kandangan
Kab. Kediri : Orang-orang yang hidup dan tinggal di Dusun
Bobosan Desa Kemiri Kec. Kandangan Kab.
Kediri.
Dari definisi istilah diatas, maka dapat diambil sebuah pemahaman
bahwa esensi dari
penelitian ini adalah suatu usaha untuk menganalisa perhitungan weton
sebagai pemilihan
jodoh di masyarakat Dusun Bobosan Desa Kemiri Kec. Kandangan Kab.
Kediri. Dalam penelitian ini penulis berusaha mencari tahu bagaimana
proses perhitungan weton sebagai pemilihan jodoh, kemudian menarik
kesimpulan dalam pandangan hukum Islam.
F. KAJIAN PUSTAKA
Bagian ini memuat uraian secara setimatis mengenai hasil penelitian
terdahulu (prior research) tentang persoalan yang akan dipakai. Peneliti
mengemukakan dan menguatkan dengan tegas bahwa masalah yang akan
dibahas belum pernah diteliti sebelumnya. Untuk itu, tinjauan kritis
terhadap kajian terdahulu perlu dilakukan dalam bagian ini, sehingga dapat
ditentukan dimana posisi penelitian yang akan dilaksanakan.12
Berdasarkan pengertian tersebut, penulis mengutip beberapa skripsi
yang berkaitan dengan persoalan yang akan diteliti sehingga akan terlihat,
11
https://m.detik.com/d-4891144/asal-usul-ramalan-jodoh-berdasarkan-weton-menurut pakar-
budaya-jawa. di akses pada tanggal 11 Februarijanuari 2022, pukul 21:39 WIB
12
Zuhairi, Et.Al, Pedoman Karya Ilmiah, Edisi Revisi, (Jakarta: RaJawali Pers,2016), h 39.
9

dari sisi mana penelitian membuat suatu karya ilmiah. Disamping itu akan
suatu perbedaan tujuan yang dicapai. Maka kutipan hasil penelitian yang
telah lalu yang terkait diantaranya:
1. Sri Mardiani Puji Astuti, Institut Agama Islam Negeri Raden Intan
lampung. Tahun 2017 dengan judul “Tinjauan Hukum Islam Tentang
Tradisi Penentu Hari Nikah dalam Primbon Jawa di Desa Rantau
jaya Udik II Kecamatan Sukadana Kabupaten Lampung Timur”
Dalam pembahasan ini disebutkan bahwa, masyarakat adat Jawa
dalam memilih hari dilangsungkannya perkawinan dalam pratiknya
penentuan hari nikah ini dilakukan saat acara petunangan antara calon
mempelai, tokoh adat Jawa terlebih dahulu menanyakan kepada pihak
calon pengantian akan nikah pada bulan apa, jika bulan yang
diinginkan menurut tokoh adat adalah bulan yang diperbolehkan untuk
melangsungkan perkawinan, kemudian mencari hari baik untuk
melaksanakan ijab kabul, karena adat ini menentukan bulan dan hari
baik yang bisa terhindar dari hal-hal buruk saat berlangsungnya acara
perkawinan.
2. Miftah Nur Rohman, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Ponorogo.
Tahun 2016 dengan judul “Perhitungan Weton Pernikahan Menurut
Adat Jawa Dalam Presepektif Maslahah Di Desa Bibrik Kecamatan
Jiwan Kabupaten Madiun”
Hasil dari penelitian ini yaitu peneliti menitik beratkan pada
teori maslahah yang akan terjadi kedepannya sebagai bentuk
penghindaran terhadap hal-hal yang akan membahayakan keluarga dan
jiwa manusia itu sendiri. Meskipun segala macam bentuk marabahaya
ataupun keselamatan itu memang mutlak hak prerogratif dari Allah
Swt. Namun tidak ada salahnya tradisi seperti ini dijadikan sebagai
sebuah pertimbangan dalam melaksanakan perkawinan, selagi tradisi
ini tidak bertentangan atau menyimpang ajaran Islam.
3. Lailatul Maftuhah, “Pandangan masyarakat Islam Terhadap Dasar
Tradisi Weton sebagai Perjodohan di Desa Karangagung Glagah
10

Lamongan”. Mahasiswi UIN Sunan Ampel Surabaya Program Strata 1


Jurusan Studi Agama, Fakultas Ushuluddin dan Filsafat.
Skripsinya membahas tentang penerapan tradisi weton serta
bagaimana pandangan ulama terhadap tradisi weton sebagai
perjodohan. Dalam skripsinya menjelaskan bahwa dasar keyakinan
masyarakat menggunakan perhitungan Jawa dalam kegiatan
perkawinan.
4. Yuliana, “Persepsi Masyarakat Jawa Mengenai Penentuan Hari
Perkawinan di Desa Margosari Kec. Pagelaran Utara Kab.
Pringsewu”.
Mahasiswi Universitas Lampung, Program Studi Pendidikan
Sejarah. Penelitian ini mempunyai tujuan untuk mencari tahu
bagaimana Persepsi masyarakat Jawa mengenai Penentuan Hari
perkawinan, yang dalam penelitiannya mengemukakan bahwa ada 2
persepsi yakni masyarakat yang masih percaya dan masyarakat yang
tidak percaya tentang adanya tradisi tersebut.
5. Deni Ilfa Liana, “Keberadaan Tradisi Petung Weton Di Masyarakat
Desa Grinting, Kecamatan Bulakamba, Kabupaten Brebes”.
Skripsi Penelitian ini mempunyai tujuan untuk mencari tahu
bagaimana praktik tradisi petung dan ritual-ritual ketika melanggar
aturan tradisi tersebut serta faktor sosial budaya yang mendasari tradisi
petung weton. Hasil yang diperoleh yakni penulis mendapatkan data
praktik tersebut banyak masyarakat langgar karena perubahan sosial
dan budaya serta cinta. Dan makna dari ritual yang dilakukan oleh
masyarakat diantaranya adalah mencari keselamatan.
6. Yudi Arianto, skripsinya yang berjudul “Tradisi Perhitungan Dino
Pasaran dalam Perkawinan masyarakat Desa Klotok Kecamatan
Plumpang Kabupaten Tuban”, Program Magister Mahasiswa Sekolah
Pascasarjana Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim
Malang.
Tesisnya tersebut mengkaji perhitungan dino pasaran untuk
11

mencari hari baik perkawinan dan bagaimana hukum islam


memandang tradisi tersebut. Dan juga disini lebih ditekankan kepada
latar belakang masyarakat dalam mempraktekannya secara detail
tentang tinjauan Umum Pernikahan Adat Jawa mulai dari madik.
Tujuannya untuk perkenalan, mengetahui asal usul serta silsilah
keluarga masing-masing serta melihat apakah gadis tersebut sudah ada
yang meminang, sampai dengan upacara sepasaran.
G. SISTEMATIKA PEMBAHASAN
Dalam sistematika pembahasan penelitian ini terdiri dari VI bab,
dalam tiap-tiap bab terdiri dari pokok bahasan permasalahan yang
berhubungan dengan permasalahan yang peneliti ambil. Adapun
sistematika pembahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN
Pendahuluan merupakan tahap awal dari penulisan
skripsi yang terdiri dari beberapa sub, diantaranya adalah
latar belakang masalah yanga menjelaskan latar belakang
penelitian, untuk apa dan siapa saja yang mengarahkan
penelitian, dirumuskan dalam rumusan masalah, dan
sebagai penegendali agar tujuan penelitian tidak
menyimpang dari pembahasan masalah yang telah
dirumuskan dibuatlah tujuan penelitian, sekaligus dengan
kegunaan penelitian, yang menjelaskan manfa’at dari hasil
penelitian, kemudian dilanjut dengan penegasan judul,
yang dimaksudkan agar judul yang di angkat dapat benar-
benar difahami dan sebagai penelusuran atau penelaahan
kepustakaan dibuatkanlah kajian pustaka. Disamping itu
agar penulis skripsi ini lebih sistimatis, maka terakhir
berisikan sistematika pembahasan.
BAB II : LANDASAN TEORI
Bab ini menjelaskan mengenai perkawinan yang
12

meliputi Konsep Perkawinan Dalam Islam, Pengertian


Perkawinan, Dasar hukum Perkawinan, rukun dan syarat
Perkawinan, tujuan perkawinan, dan di lanjut dengan
pengertian hukum adat di Indonesia, adat dalam hukum
Islam, pengertian perhitungan Weton, kemudian fungsi
Dan Kegunaan Weton, dan dilanjut dengan perhitungan
Weton perkawinan. Hal ini sangat penting karena bab ini
merupakan pijakan awal untuk mengenal secara objektik
objek yang dikaji serta sebagai alat analisa atas bab
selanjutnya.
BAB III : METODE PENELITIAN
dalam hal ini memuat dan memaparkan tentang jenis
dan sifat penelitian, sumber data, serta teknik
pengumpulan data, dan di akhiri dengan teknik analisa
data. Dalam metode penelitian ini mempunyai tujuan agar
dapat dijadikan pedoman dalam penelitian, karena metode
penelitian mempunyai peran yang sangat urgen agar
kedepannya dapat memunculkan atau menghasilkan
sebuah hasil yang otentik serta pemaparan data yang rinci
dan jelas. Serta dapat menghantarkan penelitian sesuai
harapan peneliti.

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Pada bab ini memuat serta mengemukakan tentang
beberapa hal, di antaranya adalah deskripsi objek
penelitian, yang meliputi kondisi geografis, kondisi
masyarakat, kondisi sosial keagamaan, kondisi sosial
pendidikan. Kemudian hasil wawancara dari rumusan
masalah tentang perhitungan Weton sebagai pemilihan
jodoh di masyarakat Dusun Bobosan, Desa kemiri,
13

Kecamatan Kandangan, Kabupaten Kediri.


BAB V : ANALISIS PERHITUNGAN WETON DI TINJAU
DARI PRESPEKTIF HUKUM ISLAM
Bab ini menerapkan tentang bagaimana analisis
perhitungan Weton di tinjau dari hukum islam di
masyarakat Dusun Bobosan, Desa Kemiri, Kecamatan
Kandangan, Kabutpaten Kediri.
BAB VI : PENUTUP
Dalam bab ini akan memeuat kesimpulan dari
pembahasan dari penelitian ini dan diakhiri dengan saran-
saran dari peneliti terhadap objek peneliti serta pada
fakultas, atau bisa juga saran pada peneliti yang bersifat
membangun dan memotivasi peneliti.
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Konsep Perkawinan Dalam Islam

1. Pengertian Perkawinan
Perkawinan dalam literatur fiqh berbahasa Arab disebut dengan
dua kata, yaitu nikah dan zawaj bisa diartikan aqdu al-tazwil yang
artinya akad nikah. Juga bisa diartikan (wath’u al-zaujah) bermakna
menyetubuhi istri. Kedua kata ini yang terpakai dalam kehidupan
sehari-hari orang Arab dan banyak terdapat pada Al-Qur‟an dan hadis
Nabi. Kata na-ka-ha banyak terdapat pada Al-Qur‟an dengan arti
kawin, seperti dalam surat an-Nisa‟ ayat 3:
‫ث َو ُر ٰب َع ۚ فَاِ ْن ِخ ْفتُ ْم اَاَّل َت ْع ِدلُْوا‬ ِ ‫واِ ْن ِخ ْفتم اَاَّل ُت ْق ِسطُوا ىِف الْيت ٰٰمى فَانْ ِكحوا ما طَاب لَ ُكم ِّمن الن‬
َ ‫ِّساۤء َمْثىٰن َوثُٰل‬
َ َ ْ َ َ ُْ َ ْ ُْ َ
ۗ ‫اَّل‬ ٓ ٰ
٣‫ك اَ ْدنى اَ َت ُع ْولُْوا‬ ِ ٰ ِ
َ ‫ت اَمْيَانُ ُك ْم ۗ ذل‬
ْ ‫اَْو َما َملَ َك‬  ً‫َف َواح َدة‬
Dan jika kamu takut tidak akan berlaku adil terhadap anak
yatim, maka kawinilah perempuan-perempuan lain yang kamu
senangi, dua, tiga, atau empat orang, dan jika kamu takut tidak akan
berlaku adil, cukup satu orang.13

Dalam bahasa Indonesia, “perkawinan” berasal dari kata


“kawin”, yang menurut bahasa, artinya membentuk keluarga dengan
lawan jenis; melakukan hubungan kelamin atau bersetubuh.14 Istilah
kawin digunakan secara umum, untuk tumbuhan, hewan, dan manusia,
dan menunjukan proses generatif secara alami. Berbeda dengan itu,
kata nikah hanya digunakan pada manusia karena mengandung
keabsahan secara hukum nasional, adat istiadat, dan terutama menurut
agama. Maka nikah akad atau ikatan, karena dalam suatu proses
perkawinan terdapat ijab (pernyatan pemnyerahan dari pihak
perempuan) dan kabul (pernyataan pernerimaan dari pihak lelaki).
Selain itu, nikah bisa juga diartikan sebagai bersetubuh.15
Sedangkan dalam istilah hukum Islam perkawinan yaitu akad

13
Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia Antara Fiqh Munakahat dan
Undang-Undang Perkawinan (Jakarta: Kencana, 2011), h. 35.
14
Sohari sabrani,Fiqih Munakahat:Kajian Fikih Nikah Lengkap (Jakarta: RaJawali Pres,2004), h.
7.
15
Ibid.

14
15

yang ditetapkan syara‟ untuk membolehkan bersenang-senang antara


laki-laki dengan perempuan dan menghalalkan bersenang-senangnya
perempuan dengan laki-laki.16
2. Dasar Hukum Perkawinan
Hukum perkawinan yaitu hukum yang mengatur hubungan
antara manusia dan sesamanya yang menyangkut penyaluran
kebutuhan biologis antar jenis, hak dan kewajiban yang berhubungan
dengan akibat perkawinan tersebut.
Para imam-imam mazhab mempunyai perbedaan pendapat
tentang hukum perkawinan akan tetapi jika dilihat dari segi kondisi
orang yang melaksanakan serta tujuan melaksakan, maka melakukan
perkawinan itu dapat dikenakan hukum wajib, sunnat, haram, makruh
ataupun mubah.
a. Melakukan perkawinan hukumnya wajib.
Bagi orang yang telah mempunyai kemauan dan kemampuan
untuk kawin dan dikhawatirkan akan tergelincir pada perbuatan
zina seandainya tidak kawin maka hukum melakukan perkawinan
bagi orang tersebut adalah wajib.
b. Melakukan perkawinan hukumnya sunnat.
Orang yang telah mempunyai kemamuan dan kemampuan untuk
melangsungkan perkawinan, tetapi kalau tidak kawin tidak
dikhawatirkan akan berbuat zina, maka hukum melakukan
perkawinan bagi orang tersebut adalah sunnat.
c. Melakukan perkawinan hukumnya haram.
Bagi orang yang mempunyai keinginan dan tidak mempunyai
kemampuan serta tanggung Jawab untuk melaksanakan kewajiban-
kewajiban dalam rumah tangga sehingga apabila melangsungkan
perkawinan akan terlantarlah dirinya dan istrinya, maka hukum
melakukan perkawinan bagi orang tersebut adalah haram.
d. Melakukan perkawinan hukumnya makruh.

16
Abdur Rahman Ghazali, fiqh munakahat (Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, 2003), h 8.
16

Bagi orang yang mempunyai kemampuan untuk melakukan


perkawinan juga cukup mempunyai kemampuan menahan diri
sehingga tidak memungkinkan dirinya tergelincir berbuat zina
sekiranya tidak kawin. Hanya saja orang ini tidak mempunyai
keinginan yang kuat untuk dapat memenuhi kewajiban suami istri
dengan baik
e. Melakukan perkawinan yang hukumnya mubah.
Bagi orang yang mempunyai kemampuan untuk melaksanakan,
tetapi apabila tidak melakukannya tidak kwahatir akan berbuat zina
dan apabila melakukannya juga tidak melantarkan istri. Perkawinan
orang tersebut hanya didasarkan untuk memenuhi kesenangan
bukan dengan tujuan menjaga kehormatan agamanya dan membina
keluarga sejahtera.17
3. Rukun Dan Syarat Perkawinan
Rukun yaitu sesuatu yang mesti ada yang menentukan sah dan
tidaknya suatu pekerjaan (ibadah), dan sesuatu itu termasuk dalam
rangkain pekerjaan itu, seperti membasuh muka untuk wudhu dan
takbiratul ihram untuk sholat. Atau adanya calon pengantin
laki-laki/perempuan dalam perkawinan.
Menurut jumhur ulama sepakat bahwa rukun perkawinan itu
terdiri atas:
a. Adanya calon suami dan istri yang akan melakukan perkawinan.
b. Adanya wali dari pihak calon pengantin wanita.
c. Adanya dua orang saksi.
d. Sighat akad nikah, yaitu ijab kabul yang diucapkan oleh wali atau
wakilnya dari pihak wanita, dan diJawab oleh calon pengantin laki-
laki.18
Sedangkan syarat perkawinan merupakan dasar bagi sahnya
perkawinan. Apabila syarat-syaratnya terpenuhi, maka perkawinan itu

17
Thobibatussaadah, Tafsir ayat hukum keluarga 1, (Yogyakarta: Idea Press,2013), hal.4-5
18
Ibid., H 46
17

sah dan menimbulakan adanya segala hak dan kewajiban sebagai


suami istri.
a. syarat bagi calon pengantin laki-laki diantaranya:
1. Calon suami beragama Islam.
2. Terang (jelas) bahwa salon suami itu betul laki-laki.
3. Orangnya diketahui dan tertentu.
4. Calon mempelai laki-laki itu jelas halal kawin dengan caon
istri.
5. Calon suami rela (tidak dipaksa) untuk melakukan
perkawinan itu.
6. Tidak sedang melakukan ihram.
7. Tidak memiliki istri yang haram dimadu dengan calon istri.
8. Tidak sedang mempunyai istri 4.
b. Syarat bagi calon pengantin perempuan diantaranya:
1. Beragama Islam atau ahli kitab.
2. Terang bahwa ia wanita bukan khuntsa (banci).
3. Halal bagi calon suami.
4. Wanita itu tidak dalam ikatan perkawinan dan tidak masih
dalam “iddah”.
5. Tidak daam keadan ihram haji atau umroh.
c. Syarat bagi Wali diantaranya:
1. Wali hendaklah laki-laki.
2. Beragama Islam.
3. Baligh atau berakal.
4. Adil (tidak fasik).
d. Syarat bagi saksi perkawinan diantaranya:
1. Dua orang laki-laki.
2. Beragama islam.
3. Baligh, bukan anak-anak.
4. Merdeka, bukan budak.
5. Dapat melihat, mendengar serta paham akan maksud akad
18

nikah.19
4. Tujuan Perkawinan
Tujuan perkawinan menurut agama Islam ialah untuk memenuhi
petunjuk agama dalam rangka mendirikan keluarga yang harmonis,
sejahtera dan bahagia. Harmonis dalam menggunakan hak dan
kewajiban anggota keluarga, sejahtera artinya terciptanya ketenangan
lahir dan batin disebabkan terpenuhinya keperluan hidup lahir dan
batinnya, sehingga timbullah kebahagiaan, yakni kasih sayang antara
angota keluarga.
Sebagaimana dalam Al-Qur‟an surat Ar-Ruum ayat 21:

‫وِمن ءايَٰتِ ِهۦٓ َأ ْن َخلَ َق لَ ُكم ِّمن َأن ُف ِس ُكم َْأز ٰو ًجا لِّتَس ُكنُ ٓو ۟ا ِإلَْي َها و َج َعل َبْينَ ُكم َّمو َّد ًة ورمْح َةً ۚ ِإ َّن ىِف‬
ََ َ َ َ ْ َ ْ ْ َ ْ َ
٢١ ‫ٰت لَِّق ْوٍم َيَت َف َّك ُرو َن‬
ٍ ‫ك َلءاي‬
َ َ َ ‫َذل‬
ِٰ

“dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan


untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung
dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu
rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu
benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir”.20
Sebagaimana disampaikan oleh Abdulah Rahman Ghazali ialah
untuk memenuhi petunjuk agama dalam rangka mendirikan keluarga
yang harmonis, sejahtera dan bahagia.21
Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang
Perkawinan Pasal 1 menyebutkan bahwa:
“Perkawinan ialah ikatan lahir dan batin antara seorang pria dan
seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk
keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan
Ketuhanan Yang Maha Esa”.22
19
Ibid., H 50
20
Q.S Ar-Rum(30): 21
21
Abd. Rahman Ghazali, Fikih Munakahat., H 22
22
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan, Pasal 1
19

Tujuan perkawinan dalam Islam tidak hanya sekedar pada batas


pemenuhan nafsu biologis atau pelampiasan nafsu seksual, tetapi
memilki tujuan-tujuan penting yang berkaitan dengan sosial, psikologi,
dan agama. Yaitu :
1. Memelihara gen manusia
Perkawinan sebagai sarana untuk memelihara kelangsungan
gen manusia, alat reproduksi, dan regenerasi dari masa ke
masa. Dengan perkawinan inilah manusia akan dapat
memakmurkan hidup dan melaksanakan tugas sebagai
khalifah dari Allah. Untuk mencapai hal tersebut dapat
melalui nafsu seksual yang tidak harus melalui syariat,
namun cara tersebut dibenci agama. Demikian itu akan
menyebabkan terjadinya penganiayaan, saling menumpahkan
darah, dan menyia-nyiakan keturunan.
2. Perkawinan adalah tiang keluarga yang teguh dan kokoh
Di dalamnya terdapat hak-hak dan kewajiban yang sakral dan
religius. Seseorang akan merasa adanya tali ikatan suci yang
membuat tinggi sifat kemanusiaanya yaitu ikatan rohani dan
jiwa yang membuat ketinggian derajat manusia dan menjadi
mulia dari pada tingkat kebinatangan yang hanya menjalin
cinta syahwat antara jantan dan betina.
3. Nikah sebagai perisai diri manusia
Nikah dapat menjaga diri kemanusian dan menjauhkan dari
pelanggaran-pelanggaran yang diharamkan dalam agama.
Karena nikah memperbolehkan masing-masing pasangan
melakukan hajat biologisnya secara halal dan mubah.
Perkawinan tidak membahayakan bagi umat, tidak
menimbulkan keruskan, tidak berpengaruh dalam membentuk
sebab-sebab kebinatangan, tidak menyebabkan tersebarnya
kefasikan, dan tidak menjerumuskan para pemuda dalam
kebebasan.
20

4. Melawan hawa nafsu


Nikah menyalurkan nafsu manusia menjadi terpelihara,
melakukan maslahat orang lain dan melaksanakan hak-hak
isteri dan anak-anak dan mendidik mereka. Nikah juga
melatih kesabaran terhadap akhlak isteri dengan usaha yang
optimal memperbaiki dan memberikan petunjuk jalan
agama.semua manfaat perkawinan diatas tergolong perbuatan
yang memilki keutamaan yang agung.
5. Untuk mendapatkan anak keturunan bagi melanjutkan
generasi yang akan datang dan mendapatkan keluarga
bahagia yang penuh ketenangan hidup dan rasa kasih sayang,
serta menjaga dan mendik anak keturunan kita suapaya
menjadi orang yang baik dan berguna bagi bangsa dan
negara.23
B. Hukum Adat Di Indonesia
1. Pengertian Hukum Adat Indonesia
Kebanyakan para pakar menyebutkan, bahwa dikalangan
masyarakat adat jarang sekali digunakan atau dipakai istilah hukum
adat bahkan tidak dikenal secara serius. Dalam hal ini yang lazim
dipergunakan adalah istilah adat saja, dan ini pun berasal dari kata arab
yang artinya kebiasaan. Adat atau kebiasaan yaitu perilaku masyarakat
yang selalu dan senantiasa terjadi dalam kehidupan masyarakat sehari-
hari. Dengan demikian dapat dikatakan pula bahwa yang dimaksut
dengan hukum adat adaah hukum kebiasaan.24
Didalam undang-undang dasar 1945 tidak ada satu pasal pun
yang kaidahnya menunjukan pengertian hukum adat serta yang
mengatur mengenai istilah hukum adat. Namun dari beberapa bagian
dan pasal yang tercantum didalamnya dapat kita pahami bahwa
undang-undang dasar 1945 itu dijiwai oleh hukum adat dan
23
Amir Syarifuddin Garis-Garis Besar Fiqih (Jakarta: Kencana 2013) hal 80
24
Tolib setiady, Intisari hukum adat indonesia dalam kajian kepustakaan, (Bandung: Alfabeta,
2013), h. 5.
21

mengandung kaidah yang berasal dari hukum adat.


2. Adat Dalam Hukum Islam
Pada waktu islam datang dan berkembang di Arab, di sana
berlaku norma yang mengatur kehidupan bermuamalah yang telah
berlangsung lama yang disebut adat. Adat tersebut diterima dari
generasi sebelumnya dan diyakini serta dijalankan oleh umat dengan
anggapan bahwa perbuatan tersebut adalah baik untuk mereka.
Islam datang dengan seperangkat norma syara‟ yang mengatur
kehidupan muamalah yang harus dipatuhi umat Islam sebagai
konsekuensi dari keimanannya kepada Allah dan Rasul-Nya. Sebagian
adat yang lama itu ada yang selaras dan ada yang bertentangan dengan
hukum syara‟ yang datang kemudian. Adat yang bertentangan itu
dengan sendirinya tidak mungkin dilaksanakan oelh umat Islam secara
bersamaan dengan hukum syara‟. Pertemuan antara adat dan syari‟at
tersebut terjadilah pembenturan, penyerapan, dan pembauran antara
keduanya. Dalam hal ini yang diutamakan adalah proses penyeleksian
adat yang dipandang masih diperlukan untuk dilaksanakan. Adapun
yang dijadikan pedoman dalam menyeleksi adat lama itu adalah
kemaslahatan menurut wahyu. Berdasarkan hasil seleksi tersebut, adat
dibagi menjadi empat kelompok sebagai berikut:
a. Adat yang lama secara substansial dan dalam hal
pelaksanaannya mengandung unsur kemaslahatan.
Maksudnya dalam perbuatan itu terdapat unsur manfaat dan
tidak ada unsur mudaratnya; atau unsur manfaatnya lebih
besar dari unsur mudaratnya. Adat dalam bentuk ini
diterima sepenuhnya dalam hukum Islam.
b. Adat lama yang pada prinsipnya secara substansial
mengandung unsur maslahat (tidak mengandung unsur
mafsadat atau mudarat), namun dalam pelaksanaanya tidak
dianggap baik oleh Islam. Adat dalam bentuk ini dapat
diterima dalam Islam, namun dalam pelaksanaan
22

selanjutnya mengalami perubahan dan penyesuaian.


c. Adat yang lama pada prinsif dan pelaksanaannya
mengandung unsur mafsadat (merusak). Maksudnya, yang
dikandungnya hanya unsur perusak da tidak memiliki unsur
manfaatnya; atau ada unsur manfaatnya tetapi unsur
perusaknya lebih besar.
d. Adat atau „urf yang telah berlangsung lama, diterima oleh
orang banyak karena tidak mengandung unsur mafsadat
(perusak) dan tidak bertentangan dengan dalil syara‟ yang
datang kemudian, namun secara jelas belum terserap ke
dalam syara‟, baik secara langsung atau tidak langsung.25
C. Perhitungan Weton Di Perkawinan
1. Pengertian Perhitungan Weton
Dalam bahasa Jawa weton berasal dari kata “wetu” yang berarti
lahir atau keluar yang mendapat akhiran “an” sehingga berubah
menjadi kata benda. Namun ada juga yang mengartikan weton berarti
hari lahir seseorang dengan pasarannya, misal: Legi, Pahing, Pon,
Wage, Kliwon. Sedangkan terminologi weton adalah gabungan siklus
kalender matahari dengan penanggalan Jawa yang terdiri dari jumlah 5
hari dalam setiap siklus (legi, pahing, pon, wage, kliwon).26
Menurut masyarakat Jawa perhitungan weton perkawinan itu
sendiri yaitu menghitung hari lahir antara calon pengantin laki-laki
dengan hari lahir calon pengantin perempuan, perhitungan ini
bukanlah penentu apakah calon pengantin diterima atau tidak, akan
tetapi hal ini lebih dipahami sebagai ramalan nasib masa depan kedua
calon pengantin. Apabila perhitungannya menentukan nasib buruk bagi
para calon pengantin maka perkawinan tersebut dibatalkan, karena
mereka takut dengan kepercayaannya apabila masih melangsungkan
perkawinan tersebut.
25
Amir Syarifuddin, Ushul Fiqih Jilid 2, ( Jakarta: Kencana Prenadamedia Group, 2008), h. 416.
26
http://latansanasibaka.blogspot.co.id/2014/07/tinjauan-madzhab-syafii-terhadap.html. diunduh
pada tanggal 4 mei 2022.
23

Masyarakat Jawa menganut Animisme dan Dinamisme yang


memuliakan roh alam dan roh nenek moyang. Seperti yang diketahui
ramalan-ramalan Jawa dalam weton ini sering kita dengar dari orang-
orang tua Jawa. Sehingga pada waktu itu dianggap wajar apabila
semua kejadian atau peristiwa yang terjadi akan dihubungkan dengan
fenomena alam. Dengan begitu nenek moyang suku Jawa akan
terdorong untuk mempelajari gejala-gejala alam dan untuk
memudahkan dalam penyampaian kepada generasi selanjutnya maka
mereka menuliskannya dan kemudian dibukukan dalam kitab
primbon.27
2. Fungsi Dan Kegunaan Perhitungan Weton.
Bagi sebagian orang Jawa mengetahui weton amatlah sangat
penting, karena weton nantinya akan berhubungan dengan kegiatan-
kegiatan yang akan dilakukan atau peristiwa yang terjadi dalam
kehidupanya seperti berikut ini:
1. Menghitung cocok tidaknya pasangan.
Perhitungan dalam weton dilakukan berdasarkan angka-
angka tertentu yaitu dengan menghitung angka neptu (tanggal
lahir) dan pasaran kedua pasangan. Sisa dari perhitungan tersebut
yang menentukan apakah pasangan tersebut baik atau tidak.
2. Mengetahui watak dan perilaku seseorang.
Dalam adat Jawa, orang Jawa mengenal weton untuk
mengetahui karakter seseorang, artinya yaitu suatu peristiwa
termaksud karakter seseorang bisa ditentukan dengan mempelajari
waktu terjadinya sesuai dengan perputaran kalender tradisional.
Cara perhitungannya juga menggabungkan 7 hari dalam seminggu
dan 5 hari pasaran Jawa.
3. Menjauhkan kesialan.
Dalam Islam mengenal kewajiban berpuasa. Sedangkan

27
http://www.mykepoh.cf/2015/09/sejarah-dan-asal-usul-primbon-dalam.html?m=1. Diunduh
pada tanggal 4 mei 2022.
24

budaya Jawa juga memiliki adat puasa namun dilakukan setiap


weton seseorang. Selain untuk memperingati kelahiran, puasa ini
juga dilakukan agar selalu memperoleh keselamatan.
4. Agar selalu meraih kesuksesan.
Agar selalu meraih kesuksesan di masa depan, beberapa
orang Jawa biasanya akan melakukan selamatan pada peringatan
wetonya. Selamatan ini dilakukan sebagai rasa syukur dan agar
selalu meraih keselamatan dan kesuksesan.28
3. Perhitungan Weton Di Perkawinan
Untuk mengetahui kecocokan pasangan calon pengantin, jumlah
neptu hari lahir masing-masing orang dijumlahkan. Sisa dari
perhitungan tersebut yang menentukan apakah pasangan tersebut baik
atau tidak, maka di bawah ini akan di gambarkan tabel Weton hari dan
pasaran berserta nilainya.
Weton-weton yang dianjurkan cara menghitungnya adalah
sebagai berikut: weton atau hari kelahiran kedua mempelai dihitung
nilainya. Tabelnya sebagaimana di bawah ini:

No Nama hari Nilai Nama Nilai


pasaran
1. Ahad 5 Kliwon 8
2. Senin 4 Legi 5
3. Selasa 3 Pahing 9
4. Rabu 7 Pon 7
5. Kamis 8 Wage 4
6. Jum’at 6
7. Sabtu 9

Masing-masing mempelai dihitung jumlah wetonya. Misalnya


Pak bambang hendak mengkawinkan anaknya, zendi dengan seorang

28
https://www.booombastis.com/pentingnya-weton/47326. Diunduh pada tanggal 5 Mei 2022.
25

calon menantu bernama Aly. Zendi kelahiran jumat pon. Jumat pon
bernilai 6 + 7 = 13. 13 : 9= 1 sisa 4. Sedangkan Aly lahir pada hari
selasa wage. Selasa wage bernilai 3+4= 7. 7: tidak bisa di bagi
sembilan, maka dikatakan sisa 7. Jadi Zendi memiliki sisa 4,
sedangkan Aly memiliki sisa 7. Ramalanya adalah akan baik rezekinya
dan awet sampai tua. Nilai sisa antara mempelai pria dan wanita
tersebut bisa dibolak-balik, maksudnya bila mempelai pria sisa 5 dan
mempelai wanita sisa 2, akan sama hasil ramalanya dengan apabila
mempelai pria sisa 2 dan mempelai wanita sisa 5.29

No Pria Wanita Ramalanya Adalah


1 0 0 Lancar rezeki dan murah sandang
pangan.
2 8 0 Harus berhati-hati dalam menjaga
perasaan masing-masing agar tetap
utuh
3 8 8 Akan dikasihi oleh sesama.
4 7 0 Kekal keluarganya sampai kakek
nenek.
5 7 8 Harus waspada dengan kesalahan yang
diperbuat sendiri. Akan memiliki
banyak anak cucu.
6 7 7 Peran istri sering lebih menonjol. Laki-
laki harus pintar mengambil posisi dan
meningkatkan hasil kerja.
7 6 0 Setia dengan pasangan masing-masing.
8 6 8 Kurang cocok jika menjadi pemimpin
masyarakat. Tetapi dalam lingkungan

29
M. Hariwijaya, Tata Cara Penyelenggaraan Perkawinan Adat Jawa,.h. 8
26

keluarga sendiri ayem tentrem, damai.


9 6 7 Hidup rukun dan damai.
10 6 6 Banyak rintangan dan cobaan. Tetapi
pasangan yang kuat menjalani justru
akan menjadi semakin tegar dan kokoh.
11 5 0 Banyak rezeki banyak kawan. Mudah
mencari penghasilan, jika masing-
masing teguh pendirian dan setia.
12 5 8 Banyak rintangan dan cobaan. Tetapi
pasangan yang kuat menjalani justru
akan menjadi semakin tegar dan kokoh.
13 5 7 Banyak rezeki banyak kawan. Mudah
mencari penghasilan, jika masing-
masing teguh pendirian dan setia.
Harus pandai-pandai mengelola emosi.
14 4 0 Salah satu akan kalah dan menjadi
penurut. Tetapi hal ini tidak masalah
jika yantg satu tidak mengdzalimi yang
lain.
15 4 8 Setia dengan pasangan masing-masing.
Secara ekomoni bernasib kurang baik.
Tipe keuangan anda seperti pola
lingkaran berputar.
16 4 7 Setia dengan pasangan masing-masing.
Secara ekomoni bernasib kurang baik.
17 4 6 Disayang orang tua dan masyarakat.
Baik untuk menjadi tauladan meskipun
secara ekonomi biasa-biasa saja.
18 4 5 Banyak rencana yang ridak terlaksana
karena berbagai halangan. Tetapi tetapi
27

harus tetap optimis.


19 4 4 Harus baik-baik menjaga kesehatan
keluarga. Faktor kesehatan menjadi
urusan penting dalam rumah tangga
pasangan ini. Hati-hati dalam
mengelola keuangan.
20 3 0 Setia dengan pasangan masing-masing.
Secara ekomoni bernasib kurang baik.
Hati-hati terhadap kesehatan salah satu
angota keluarga.
21 3 8 Akan menjadi pasangan yang setia
seumur hidup. Masing-masing tidak
akan bisa mengingkari pasangannya.
22 3 7 Tahan uji dan kuat cobaan.
23 3 6 Akan banyak penghargaan dan
kemuliaan. Makmur secara ekonomi
dan sukses cita-citanya.
24 3 5 Hati-hati dengan kesetiaan pasangan
anda. Jika tahan uji, tidak akan terjadi
perceraian. Kehidupan pribadi masing-
masing pasangan jauh berbeda.
25 3 4 Akan menjadi pasangan yang setia
seumur hidup. Masing-masing tidak
akan bisa mengingkari pasangannya.
Secara ekonomi biasa-biasa saja.
26 2 4 Akan banyak penghargaan dan
kemuliaan. Makmur secara ekonomi
dan cenderung berlimpah.
27 2 3 Akan menjadi pasangan yang setia
walaupuntidak berumur panjang.
28 2 2 Selamat dan banyak rezeki. Tahan
28

godaan dan sehat-sehat saja. Tidak ada


penyakit yang berbahaya.
29 2 0 Selalu dinamis dan awet muda sampai
kakek nenek. Banyak rezeki jika
mengelola dengan baik.
30 2 5 Secara ekonomi baik-baik saja.
Kedudukan sosial terhormat, asalkan
tidak boleh sepihak dalam setiap
mengambil keputusan penting.
31 2 1 Bernasip dan banyak pilihan hidup.
Lancar dalam karir dan usaha.
32 1 8 Kesetiaan menjadi hal yang penting
menjelang usia perkawinan tahun ke-
5,10 dan 15. Tetapi setelah itu akan
menjadi pasangan yang ideal sampai
tua.
33 1 7 Harus menjaga hubungan baik dalam
kemasyarakatan. Pasangan ini akan
awet, apabila salah satu tidak
mengingkari yang lain.
34 1 6 Secara ekonomi kurang
menguntungkan bila suka hidup boros.
Jangan terlau royal agar bisa
membangun keluarga yang sejahtera.
35 1 4 Lingkungan dan keluarga anda akan
membantu apapun kesuliatan di masa
depan asalkan anda suka menanam
benih kebaikan.
36 1 2 Bernasip baik dan bnayak pilihan
hidup. Lancar dalam kairi dan usaha.
37 0 3 Setia dengan pasangan masing-masing.
29

Secara ekonomi bernasip biasa-biasa


saja. Rajinlah menjaga kesehatan.
38 0 2 Selalu dinamis dan awet muda sampai
kekek nenek. Banyak rezeki jika bisa
mengelola dengan baik.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research)
yaitu suatu penelitian yang dilakukan secara intensif, terperinci, dan
mendalam terhadap suatu objek tertentu dengan mempelajarinya
sebagai suatu kasus.
Penelitian lapangan (field research) dapat juga di anggap
sebagai metode untuk mengumpulkan data kualitatif, yakni dimaksud
untuk mempelajari secara mendalam mengenai suatu cara unit sosial
tersebut. Penelitian lapangan ini dilakukan secara langsung dimana
objek yang diteliti yaitu masyarakat adat Jawa Dusun Bobosan Desa
Kemiri Kecamatan Kandangan Kabupaten Kediri.
Penelitian ini bersifat deskriptif, penelitian deskriptif yaitu suatu
penelitian yang bermaksud mengadakan pemeriksaan data dan
pengukuran terhadap gejala-gejala tertentu.30
Penelitian deskriptif bertujuan menggambarkan secara tepat
sifat-sifat suatu individu, keadaan gejala, kelompok tertentu, atau
untuk menentukan frekuensi atau penyebaran suatu gejala dan gejala
lain dalam masyarakat.
Dari keterangan di atas dapat dipahami bahwa penelitian
deskriptif adalah penelitian yang menggambarkan situasi atau kejadian
secara sistematis, faktual dan akurat. Dengan penelitian deskripstif ini
peneliti dapat menggambarkan dan menguraikan kejadian-kejadian
yang terjadi pada masyarakat adat Jawa Dusun Bobosan Desa Kemiri
Kecamatan Kandangan Kabupaten Kediri.

30
Abdurrahmat Fathani, Metodologi Penelitian Dan Teknik Penyusunan Skripsi, (Jakarta Rineka
Cipta, 1986),H.29

30
31

B. Lokasi Penelitian
Di sini peneliti memilih lokasi penelitian di Dusun Bobosan
Desa Kemiri Kecamatan Kandangan Kbupaten Kediri, di tempat ini
mayoritas masyarakat masih menggunakan tradisi nenek moyang pada
khususnya dalam tradisi perhitungan Weton sebagai pemiliohan jodoh.
Hal ini berdasarkan beberapa pertimbangan: pertama pra-research
yang dilakukan oleh peneliti, dimana peneliti merasa jadi lebih penting
ketika peneliti melihat potret budaya dan tradisi di masyarakat Dusun
bobosan Desa Kemiri Kecamatan Kandangan Kabupaten Kediri pada
saat ini kebudayaan itu sudah mulai tidak diketahui oleh generasi muda
daerah itu sendiri apalagi dikenal ditengah-tengah kehidupan dikota
metropolitan.
Pemilihan tempat ini sebagai lokasi penelitian menurut peneliti
sangatlah tepat. Lebih dari itu, peneliti juga beranggapan bahwa
tempat ini sebagai representasi dari masyarakat Kelurahan Dusun
Bobosan Desa kemiri yang masih melakukan dan melestarian tradisi
Weton sebagai pemilihan jodoh.
C. Jenis Data
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan
kualitatif, yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif
berupa data-data tertulis atau lisan dari orang-orang yang pelakunya
diamati.31
Data primer adalah data yang diambil dari sumber data primer
atau sumber pertama lapangan. Data ini meliputi:
a. Letak geografis Dusun Bobosan Desa Kemiri Kecamatan
Kandangan Kbupaten Kediri sebagai obyek penelitian.
b. Praktek proses perhitugan Weton pada masyarakat Dusun Bobosan
Desa Kemiri Kecamatan Kandangan Kbupaten Kediri.

31
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Cet-14, (Bandung: CV. Alfabeta,
2011), 52.
32

c. Tinjauan hukum Islam terhadap tradisi perhitugan Weton pada


masyarakat Dusun Bobosan Desa Kemiri Kecamatan Kandangan
Kbupaten Kediri.
D. Sumber Data
Sumber data adalah subjek dari mana data-data diperoleh.
Berdasarkan pengertian tersebut dapat dimengerti bahwa yang
dimaksud dengan sumber data adalah dari mana peneliti akan
mendapatkan dan mengali informasi berupa data-data yang diperlukan
dalam penelitian.32
Adapun sumber data dibagi menjadi dua yaitu:
1. Sumber Data Primer
Sumber data primer yaitu data yang diperoleh langsung
dari lapangan, data primer dapat dikumpulkan langsung
melalui observasi, maupun wawancara dan diperoleh
langsung dari sumber pertama yakni prilaku warga
masyarakat melalui penelitian. Sumber data dalam penlitian
adalah informan yang berkaitan dengan judul penelitian ini,
dalam hal ini yaitu:
a. Bapak Mustofa, ibu Mudrikah, bapak Suroso dan ibu
Katiyah sebagai warga yang masih mempercayai Weton
perkawinan adat Jawa.
b. Tokoh adat atau tenaga pakar yang memahami
pelaksanaan pehitungan Weton perkawinan.
c. Dan sebagian masyarakat Dusun Bobosan Desa Kemiri
Kecamatan Kandangan Kabupaten Kediri yang bersuku
adat Jawa yang masih mempercayai perhitungan Weton.
2. Sumber Data Sekunder
Sumber data sekunder merupakan bahan-bahan atau
data yang menjadi pelengkap dari sumber data primer. Data
sekunder yang diperoleh dari sumber pustaka baik berupa

32
Suharsimi Arikunto, Prosedur penelitian suatu praktek, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006), H.129
33

buku-buku atau dokumen-dokumen yang berkaitan dengan


penelitian ini di antaranya jurnal penelitian tentang Weton
perkawinan dan dokumen-dokumen antara lain:
a. Fiqh Islami Wa adilatuhu karya Wahbah al-Zuhaili
b. Fiqih Munakahat oleh Abdul Rahman Ghozali.
c. Fiqih Munakahat, karya Abdul Aziz Muhammad
Azzam dan Abdul Wahab Sayyed Hawwas.
d. Hukum-hukum Fiqih Islam karya TM Hasbi Ash-
Shiddiqie.
e. Fiqh Sunnah karya Sayyid Sabiq
f. Kifayatul Akhyar karya al-Husaini
g. Hukum Perkawinan Islam di Indonesia karya Amir
Syarifudin
h. Intisari Hukum Adat Indonesia karya Tolib Setiadi
i. Buku-buku lainnya yang berkaitan dengan judul diatas.

E. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling
strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah
mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka
peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data
yang ditetapkan.33 Data adalah informasi yang di dapat melalui
pengukuran-pengukuran tertentu, untuk digunakan sebagai landasan
dalam menyusun argumentasi logis menjadi fakta.
Metode yang digunakan untuk mengumpulkan dan mencatat
data dalam penelitian yaitu gabungan penelitian dan lapangan. Melalui
penelitian kepustakaan data dikumpulkan dari bahan tertulis yang ada
hubunganya dengan judul penelitian. Maka metode yang peneliti
gunakan adalah sebagai berikut:
1. Observasi

33
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D, (Bandung:Alfabeta,2012),H.224
34

Menurut kartini kartono observasi adalah “studi yang


diupayakan dan sistematis tentang fenomena sosial dan gejala-
gejala alam dengan jalan pengamatan dan pencatatanterhadap
gejala-gejala yang diteliti”.34
Dalam penelitian ini penulis menggunakan observasi
langsung yaitu penulis melakukan pengamatan langsung tanpa
perantara terhadap objek yang diteliti. Dengan demikian penulis
melakukan metode observasi dengan mengumpulkan data-data
melalui pengamatan, mendengarkan dan mencatat secara sistematis
dan terencana atas hasil pengamatan yang dilakukan.
Data yang diperoleh dari metode observasi penulis
mengamati dan mencatat tentang perkembangan dan kejadian yang
dilakukan kalangan masyarakat Jawa dalam melaksanakan adatnya
tersebut sehingga kenapa masyarakat Jawa masih ada yang
memepercayai perhitungan Weton ketika akan melaksanakan
perkawinan.
2. Wawancara
Wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar
informasi dan ide melalui tanya Jawab, sehingga dapat di
kontruksikan makna dalam suatu data tertentu.Teknik
pengumpulan data ini mendasarkan diri pada laporan tentang diri
sendiri atau self report, atau setidak tidaknya pada pengetahuan
atau keyakinan pribadi.
Metode wawancara ini digunakan untuk mendapatkan data
tentang proses pelaksanaan penelitian ini. Adapaun yang peneliti
wawancarai dalam penelitian ini adalah bapak Mustofa, ibu
Mudrikah, bapak Suroso dan ibu Katiyah selaku warga Jawa yang
masih mempercayai perhitungan Weton perkawinan.
3. Dokumentasi
Dokumen merupakan sumber data yang mempunyai

34
Kartini Kartono, Pengantar Metodologi Research Sosial, (Bandung: Masdar Maju, 1990),H.32
35

kelebihan di banding dengan sumber data lainya. Dimana sumber


data ini relatif merupakan data alamiah dan mudah di peroleh,
dokumen ini adalah sumber yang mencari data mengenai hal-hal
atau variable berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah,
prasasti, notulen, rapat, agenda dan sebagainya.35
Metode dokumentasi untuk mencari data yang diperlukan
dalam penelitian yaitu sejarah berdirinya Dusun Bobosan Desa
Kemiri Kecamatan Kandangan Kabupaten Kediri.
F. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja
dengan data, mengorganisasi data, memilah-milahnya menjadi satuan
yang dapat dikelola, mensintesiskanya, mencari dan menemukan pola,
menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan
memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.36
Dalam mengarahkan data penelitian, penelitian ini
menggunakan cara berfikir induktif, yaitu suatu cara berfikir yang
berangkat dari fakta-fakta yang khusus dan kongkrit kemudian dari
fakta atau peristiwa yang khusus dan kongkrit tersebut di tarik secara
generalisasi yang mempunyai sifat umum.37
Setelah proses memperoleh data-data dari hasil observasi,
wawancara, dan dokumentasi, selanjutnya mengklarifikasi sesuai
dengan permasalahan yang diteliti, kemudian data-data tersebut
disusun dan dianalisa dengan metode kualitatif dengan teknik induktif
dan deskriptif, yang akan penulis paparkan sebagai berikut :
a. Deskriptif, ialah menggambarkan atau melukiskan secra sistematis,
faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat populasi dan
hubungan antara yang sedang diteliti, sehingga data akan dengan
baik dan sedrhana sehingga dapat memberikan arti tertentu atas

35
Bambang Setiyadi, Metode Peneltian Untuk Mengajjaran Bahasa Asing:Pendekatan Kuantitatif
Dan Kualitatif, (Yogyakarta: Graha Ilmu,2006),H.249
36
Beni Ahmad Saebani, Metodologi Penelitian, (Bandung :Pustaka Setia, 2008),H.59
37
Sutrisno Hadi, Metode Research Jilid 1, (Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM,1984),H.40
36

data tersebut.38
b. Metode induktif, yaitu suatu analisis data pada proses logika yang
brangkat dari data empirik lewat observasi menuju kepada suatu
teori. Dengan kata lain induksi merupakan proses pengorganisasian
fakta-fakta atau hasil pengaamtan yang terpisah-pisah menjadi
suatu hubungan atau generalisasi. Sehingga penulis dapat
mengetahui kebenaran dari setiap materi yang di kaji. 39
Dengan demikian, kesimpulan dalam penelitian kualitatif dapat
menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi
mungkin jika tidak, karena telah seperti dikemukakan bahwa masalah
dari rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat
sementara dan akan berkembang setelah peneliti ada di lapangan.
Bedasarkan keterangan di atas maka dalam menganalisa data,
penulis menggunakan data yang telah diperoleh kemudian data
tersebut di analisa dengan menggunakan cara berfikir induktif yang
berangkat dari informasi tentang masyarakat Dusun Bobosan Desa
Kemiri Kecamatan Kandangan Kabupaten Kediri yang masih percaya
akan suatu adat Jawa mengenai perhitungan Weton perkawinan.

38
Husein Umar, Metode Penelitia untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, (Jakarta: Raja grafindo persada),
28.
39
Syaifuddin Azwar, Metode Penelitian, Cet- 6, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), 40.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Sejarah Desa Kemiri
Desa Kemiri merupakan salah satu desa di wilayah Kecamatan
Kandangan, yang keberadaannya telah ada sejak sebelum jaman
penjajahan. Berdasarkan riwayat yang berkembang dan diwariskan
secara turun menurun, mengenai sejarah singkat berdirinya Desa
Kemiri , disini kami tidak dapat memberikan penjelasan yang pasti.
Dari cerita para orang tua atau para sesepuh yaitu awalnya dulu adalah
sebuah hutan yang semua adalah pohon buah kemiri, maka dinamakan
Desa Kemiri. Orang pertama yang meninggal dan di makamkan di desa
kemiri dipanggil mbah Ki Rono Pakel yang kini makamnya di
keramatkan dan masih dipakai jika ada kegiatan adat bersih desa atau
event-event tertentu.
Tanggal atau tahun kelahiran dari Desa Kemiri secara resmi
belum dapat ditentukan karena banyaknya kesimpangsiuran cerita
yang berkembang di masyarakat tentang asal muasal Desa Kemiri.
Beberapa menyatakan (mengaitkan) dengan masa kerajaan
Mataram Hindu (setelah masa kejayaan Kerajaan Mataram
Hindu), Pada saat masih jaman penjajahan Belanda di desa kemiri,
Pemerintah Belanda pada saat itu mempercayai salah satu
masyarakat atau tokoh masyarakat yang bernama
A.Astrohadiwiryo sebagai pemimpin. Kemudian digantikan oleh
Sumojoyo, juga tidak diketahui mulai tahun berapa beliau
memimpin. Pada tahun 1989 samapai dengan tahun 1997 Desa
Kemiri dipimpin oleh Mochmad Cholil Ridwan sebagai Kepala
Desa Kemudian pada tahun berikutnya yaitu pada tahun 1998
sampai tahun 2007 dijabat oleh Eko Wahyu Rahmawati lalu di
Tahun 2008 sampai 2014 dijabat oleh Sasi Goemono dan sekarang

37
38

Kepala Desa di jabat oleh Sunaji.40


Desa Kemiri terdiri dari 2 Dusun, yaitu : Dusun Kemiri dan
Dusun Bobosan yang saat ini sedang ada penelitian yang di teliti
oleh peneliti itu sendiri, Penetapan secara administratif, termasuk
penetapan nama, penetapan batas wilayah serta hal-hal lain yang
terkait dengan tata aturan penyelenggaraan Desa Kemiri tidak
cukup jelas kapan mulai ada.
Daftar nama-nama yang pernah menjabat sebagai Kepala Desa
Kemiri, sebagai berikut :

1. A.Astrohadiwiryo
2. Sumojoyo
3. Mochamad Cholil Ridwan Tahun ( 1989 – 1997 )
4. Eko Wahyuni Rahmawati Tahun ( 1998 – 2007 )
5. Sasi Goemono Tahun ( 2008 – 2014 )
6. Sunaji Tahun ( 2013- 2019 )
7. Sunaji Tahun ( 2020 – 2025 )

Sampai dengan saat ini sudah banyak pembangunan di Desa


Kemiri. Menginjak tahun 2009 ketika PNPM Mandiri Perdesaan
hadir di Kecamatan Kandangan, masyarakat desa Kemiri diberikan
kesempatan untuk mengusulkan 3 usulan yaitu Simpan Pinjam
Perempuan (SPP), Pembangunan Gedung TK, dan Talud Penahan
Jalan. Hingga berlanjut sampai dengan saat ini sudah banyak
pembangunan terutama fisik yang terlaksana di desa kemiri.41

40
Arsip Kelurahan Desa Kemiri Kecamatan Kandanagn Kabupaten Kediri.
41
Ibid.
39

2. Visi dan misi Desa Kemiri


a. Visi
Visi merupakan pandangan jauh ke depan, ke mana dan
bagaimana Desa Kemiri harus dibawa dan berkarya agar konsisten
dan dapat eksis, antisipatif, inovatif serta produktif. Visi adalah
suatu gambaran yang menantang tentang keadaan masa depan,
berisikan cita dan citra yang ingin diwujudkan, dibangun melalui
proses refleksi dan proyeksi yang digali dari nilai-nilai luhur yang
dianut oleh seluruh komponen stakeholder’s.
Cita-cita masa depan sebagai tujuan jangka panjang yang ingin
diraih Desa Kemiri merupakan arah kebijakan dari RPJM Desa
yang dirumuskan setiap enam tahun sekali. Cita-cita itulah yang
kemudian mengerucut sebagai Visi Desa. Pernyataan Visi Desa
Kemiri adalah :
“Terwujudnya masyarakat Desa kemiri yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, Damai dan
Sejahtera, Berbasis pertanian dan didukung perdagangan
serta penyelenggaraan pemerintahan desa yang professional”
Melalui visi ini diharapkan masyarakat menemukan gambaran
kondisi masa depan yang lebih baik (ideal) dan merupakan potret
keadaan yang ingin dicapai, dibanding dengan kondisi yang ada
saat ini. Melalui rumusan visi ini diharapkan mampu memberikan
arah perubahan masyarakat pada keadaan yang lebih baik,
menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk mengendalikan dan
mengontrol perubahan-perubahan yang akan terjadi, mendorong
masyarakat untuk meningkatkan kinerja yang lebih baik,
menumbuhkan kompetisi sehat pada anggota masyarakat,
menciptakan daya dorong untuk perubahan serta mempersatukan
anggota masyarakat.

b. Misi
40

Misi adalah rumusan umum mengenai upaya-upaya yang akan


dilaksanakan untuk mewujudkan visi. Misi berfungsi sebagai
pemersatu gerak, langkah dan tindakan nyata bagi segenap
komponen penyelenggara pemerintahan tanpa mengabaikan
mandat yang diberikannya.
Hakekat misi merupakan turunan dari visi yang akan
menunjang keberhasilan tercapainya sebuah visi. Dengan kata lain
Misi merupakan penjabaran lebih operatif dari Visi. Penjabaran
dari visi ini diharapkan dapat mengikuti dan mengantisipasi setiap
terjadinya perubahan situasi dan kondisi lingkungan di masa yang
akan datang dari usaha-usaha mencapai Visi desa selama masa
Enam tahun.
Untuk meraih Visi desa seperti yang sudah dijabarkan di atas,
dengan mempertimbangan potensi dan hambatan baik internal
maupun eksternal, maka disusunlah Misi desa sebagai berikut:

1. Melaksanakan/ mengamalkan ajaran agama dalam kehidupan


bermasyarakat, berbangsa dan bernegara sebagai wujud
peningkatan keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang
Maha Esa
2. Mengembangkan kehidupan bermasyarakat untuk terwujudnya
tatanan masyarakat yang taat kepada peraturan perundang-
undangan dalam rangka meningkatkan kehidupan masyarakat
yang aman,tertib,tentram, dan damai serta meningkatkan
persatuan dan kesatuan.
3. Terwujudnya peningkatan kualitas kehidupan masyarakat yang
ditandai terpenuhinya kebutuhan pangan, sandang, papan,
kesehatan, pendidikan dan lapangan kerja.
4. Pengembangan Industri dan Perdagangan berbasis Pertanian
serta berorientasi pada mekanisme pasar
5. Pemberdayaan ekonomi kerakyatan khususnya UMKM (Usaha
41

Menengah Kecil dan Mikro) yang berdaya saing tinggi


6. Pelayanan prima kepada masyarakat dengan jalan
meningkatkan kemajuan dan kemandirian melalui
penyelenggaraan pemerintahan yang Bersih, Transparan dan
Profesional.42
3. Kondisi Geografis
Desa Kemiri merupakan salah satu dari 12 desa di Wilayah
Kecamatan Kandangan yang terletak di tengah Wilayah
Kecamatan Kandangan, dan terdiri dari 2 ( dua ) Dusun, yaitu :
Dusun Kemiri dan Dusun Bobosan. Luas Wilayah Desa Kemiri
Kecamatan Kandangan adalah 203,59 Ha yang sebagian besar
digunakan untuk kegiatan petanian, sedangkan berdasarkan batas
wilayahnya Desa Kemiri berbatasan dengan beberapa Desa.
Sebelah utara berbatasan dengan Desa Kasreman, sebelah timur
berbatasan dengan Desa Kandangan, sebelah barat berbatasan
dengan Desa Karangtegah, dan sebelah selatan adalah Desa Kemiri
tersebut.
a. Orbitasi yaitu :
- Jarak tempuh ke Ibu Kota Provinsi : 100 km
- Jarak tempuh ke Ibu Kota Kecamatan : 3 km
- Jarak tempuh ke Ibu Kota Kabupaten : 39 km
- Waktu tempuh ke Ibu Kota Kabupaten : 1 jam
b. Luas Desa terdiri dari :
- Sawah : 156,81 Ha
- Tegal : 29,93 Ha
- Pemukiman : 24,71 Ha
- Hutan : - Ha
- Rawa-rawa : - Ha
- Perkantoran : 0,5 Ha
- Sekolah : 0,5 Ha

42
Ibid.
42

- Jalan : + 10 Km
- Lapangan Sepak Bola : dst disesuaikan dengan keadaan desa
Kemiri
c. Iklim
- Curah hujan : 26,5 Mm/th
- Jumlah Bulan Hujan : 6 Bulan
- Suhu Rata-rata Harian : 30 Derajat Celcius
4. Kondisi Masyarakat Desa Kemiri
Jumlah penduduk Desa Kemiri yang terdapat 2 Dusun yaitu
Dusun Kemiri dan Dusun Bobosan keseluruhan berjumlah 1974
jiwa, terdiri dari 1019 laki-laki dan 955 perempuan. Jumlah kepala
keluarga di Desa Astomulyo sebanyak 647 KK. Secara umum
penduduk desa Kemiri bermata pencaharian petani, buruh tani,
karyawan dan lain-lain.

JUMLAH PENDUDUK
JUMLAH
NO. NAMA DUSUN JUMLA
RT/RW LAKI-LAKI PEREMPUAN KK
H
1 KEMIRI          
- Ketua RT Mar 01/01 59 67 126 45
  dianto
- Ketua RT Har 02/01 72 64 136 38
  tono Wibowo
- Ketua RT Jon 03/01 71 59 130 38
  o
- Ketua RT Git 01/02 65 57 122 45
  o Siswoko
- Ketua RT Riy 02/02 98 86 184 41
  anto
- Ketua RT Sai 03/02 86 68 154 69
  ful
- Ketua RT Bes 01/03 53 50 103 34
  ari
- Ketua RT Mub 02/03 77 67 144 40
  in Efendi
- Ketua RT Sla 03/03 47 57 104 37
  met Harianto
43

- Ketua RT Kar 01/04 65 57 122 42


  iyono
    02/04 69 68 137 43
2 BOBOSAN          
- Ketua RT Muj 78 156 51
  01/01 78
iman
- Ketua RT Agu 65 127 42
  02/01 62
s Santoso
- Ketua RT Wid 45 97 35
  01/02 52
odo
- Ketua RT Sum 67 132 47
  02/02 65
adi
JUMLAH 1019 955 1974 647

Sumber Data: Monografi Desa kemiri Kecamatan Kandangan


44

Berdasarkan kepercayaan yang dianut oleh mayoritas


masyarakat desa Kemiri menunjukan bahwa sebagian besar
beragama Islam dengan jumlah keseluruhan 1974 orang dan hanya
114 warga yang menganut agama non Muslim. Menunjukan bahwa
nilai-nilai Islam masih melekat dalam masyarakat Desa Kemiri
Kecamatan Kandangan Kabupaten Kediri.
Tabel 2

No AGAMA LAKI-LAKI PEREMPUAN


1 Islam 1051 1059
2 Kristen 3 5
3 Hindu 2 5
4 Katholik 0 0
5 Budha 0 0
Jumlah 1056 1069

Tabel 3
Tingkat pendidikan Desa Kemiri

No PENDIDIKAN LAKI- PEREMPUAN JUMLAH


LAKI
1 Tingkat 23 25 48
pendidikan
penduduk usia 3
– 6 yang belum
masuk TK
2 Tingkat 43 44 87
pendidikan
penduduk usia 3
– 6 yang sedang
45

TK
3 Tingkat 187 185 372
pendidikan
penduduk usia 7
– 18 tahun yang
sedang sekolah
4 Penduduk tamat 53 57 110
SD/sederajat
5 Penduduk tamat 143 147 290
SMA/sederajat
6 Penduduk tamat 5 2 7
D-1/sederajat
7 Penduduk tamat 11 14 25
D-3/sederajat
8 Penduduk tamat 3 1 4
S-2/sederajat
9 Penduduk tamat 2 2 4
SLB

JUMLAH TOTAL PENDUDUK 997

Secara umum mata pencaharian warga masyarakat Desa


Kemiri dapat teridentifikasi ke dalam beberapa bidang mata
pencaharian seperti petani, buruh tani, PNS, karyawan swasta,
pedagang dan lain-lain. Menurut data yang didapatkan dapat dilihat
pada tabel di bawah ini :
Tabel 4
Jumlah penduduk berdasarkan mata penceharian

No JENIS PEKERJAAN LAKI- PEREMPUAN


LAKI
46

Petani 547 orang 123 orang


Buruh tani 173 orang 104 orang
Buruh migran 20 orang 0 orang
Pegawai negri sipil 7 orang 7 orang
Perawat swasta 0 orang 0 orang
TNI 3 orang 0 orang
POLRI 1 orang 0 orang
Karyawan perusahaan 2 orang 1 orang
swasta
Purnawirawan/pensiunan 5 orang 1 orang
JUMLAH TOTAL PENDUDUK 995 ORANG
Dari table diatas diperoleh hasil bahwa tingkat pendidikan di
Desa Kemiri pada tingkat Strata satu masih rendah. Dengan tingkat
pendidikan yang rendah maka masyarakat di Desa Kemiri masih
percaya dengan keyakinan yang diberikan dari leluhur-leluhur
mereka seperti dalam hal perkawinan ada sebuah tradisi yang
masih dianut dan dipercaya yaitu menggunakan perhitungan Weton
sebelum melaksanakan perkawinan. Mereka meminta bantuan
kepada orang yang dianggap bisa untuk menghitung Weton
tersebut dan hasil perhitungan itu apakah akan baik bagi kehidupan
dimasadepan keluarganya atau tidak. Kepercayan tentang
perhitungan Weton tersebut sudah lama digunakan dari nenek
moyang mereka.
B. Perhitungan Weton Perkawinan Sebagai pemilihan jodoh
Perkawinan merupakan suatu hal yang sangat sakral dilakukan
karena bukan hanya senyatukan dua orang saja akan tetapi dari kedua
belah keluarga, maka bagi masyarakat Jawa ada suatu tradisi sebelum
melaksanakan perkawinan yaitu mengitung weton dari kedua calon
mempelai, weton sendiri merupakan hal-hal yang tidak asing lagi. Weton
berasal dari kata “wetu” yang berarti lahir atau keluar yang mendapat
akhiran “an” sehingga berubah menjadi kata benda. Weton juga dapat
47

diartikan sebagai gabungan antara hari dan pasaran saat bayi dilahirkan ke
dunia. Misalnya Senin Pon, Rabu Wage, Jumat Legi atau lainnya. Weton
juga sering kali dihubungkan dengan ramalan mengenai karakter dan
kepribadian seseorang.
Perhitungan weton perkawinan saat ini masih dilakukan oleh
sebagian masyarakat di Dusun Bobosan Desa kemiri hal ini terlihat dari
beberapa orang yang akan menikahkan anaknya meminta tolong untuk
menghitung weton anaknya tersebut kepada orang yang dianggap bisa
menghitungnya. Hal ini juga termasuk adat atau tradisi yang harus dijaga
dari nenek moyangnya terdahulu.
Adapun hasil penelitian ini peneliti melakukan wawancara bersama
subjek dan informan penelitian. Subjek dalam penelitian ini adalah 2 orang
tokoh adat, dan informan 2 pasangan calon pengantin, yakni calon
pengantin melaksanakan perhitungan weton baik yang sudah menikah
maupun yang belum menikah. Berikut pemaparan hasil wawancara
terhadap subjek dan informan sebagai rinciannya seperti yang telah penulis
sebutkan di atas yang telah ditetapkan sebagai subjek dalam penelitian ini.
Adapun informasi pertama penulis peroleh :
a. Subjek I
Nama : Lasiman (tokoh adat Jawa)
Umur : 71 tahun
Pekerjaan : Tani
Sardianto adalah salah satu tokoh adat atau tetua yang ada di
Dusun Bobosan Desa kemiri. Dalam hal ini, Penulis melakukan
wawancara secara langsung bersama Subjek pada tanggal 11 Mei 2022
di kediaman beliau, di Dusun Bobosan Desa Kemiri. pada pukul 19.10
WIB. penulis menanyakan apa itu weton ?
“weton iku pitungan dino kelahiran. Kabeh wong Jowo sak
pangkoh iki ijek nggae, Weton ki tradisi Jawa. penting wong Jowo.
Misale awakmu karo calonmu lahire dino opo kelairane di jodone
diitung-itung ketemu piro di goleki dino seng apik nikah e dino iki
48

ngunu to”.
Dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai berikut :
“weton itu adalah perhitungan hari lahir. Orang Jawa ini yang ada
di pangkoh pasti semua masih menggunakan ini. Weton adalah tradisi
Jawa yang pasti orang Jawa. Misalnya kamu sama calonmu lahirnya
hari apa kelahirannya di cocokkan dan di hitung ketemu berapa di cari
hari yang bagus untuk nikah”.
Apa latar belakang perhitungan weton dalam tradisi pernikahan di
Dusun Bobosan Desa Kemiri Kecamatan Kandangan Kbupaten Kediri.
Adapun informasi penulis peroleh sebagai berikut :
“Awal mula enek itung-itungan weton iku enek ket jaman nenek
moyang kerajaan mbien. Seng jelas nek wong iku jowo mesti gawe kui
mergo kui ki tradisine wong jowo. Tapi saiki yo akeh wong jowo seng
ora nggae kui yo enek, kabeh gari melu lingkungan, karena orang
Jawa itu menang milih makane pas arep nikah kudu mileh dino karo
itungan kui digae. Karo ngindari mbah-mbah seng wes ninggal ndisek.
Sebenarnya manusia iku hanya berencana Allah Swt yang
menentukan.”43
Dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai berikut :
“awal mula perhitungan weton itu ada sejak zaman nenek moyang
kerajaan dahulu. Yang jelas orang jawa pasti menggunakan itu sebab itu
adalah tradisinya orang jawa. Tapi sekarang juga banyak orang jawa
yang tidak menggunakan itu, semua itu tinggal mengikuti lingkungan,
karena orang jawa itu menang milih, makanya setiap ingin menikah
harus memilih hari dan perhitungan yang digunakan. Dan juga
menghindari kakek-kakek yang sudah meninggal dunia dulu.
Sebenarnya manusia hanya berencana Allah Swt yang menentukan”.
Apakah perhitungan weton perlu dilakukan, mengapa ?
“nek uwong kui Jowo mesti gae pitungan iki, soale tradisi iki wes
turun temurun di gae karo masyarakat Jowo. Mbien pas aku karo

43
Lasiman,Tokoh Adat, Wawancara oleh Aly Faqih
49

bojoku nikah yo sempat dijalokne itungan ngnokui karo mbah kami trus
bar oleh saran e wongtuo rampung dan hasile apik”.
Dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai berikut :
”Kalau orang Jawa pasti menggunakan perhitungan ini, soalnya
tradisi ini sudah turun temurun dilaksanakan oleh masyarakat Jawa.
Dahulu ketika kami ingin menikah juga sempat dimintakan hitungan
weton ini kepada mbah kami begitu saran orang tua selesai dan hasilnya
Sri/baik.”.
Bagaimana dampak atau manfaat menentukan Weton di Dusun
Bobosan Desa Kemiri Kecamatan Kandangan Kabupaten Kediri?
“dadi uwong Jowo kudu paham syarat nek enek seng ditinggal siji
ae kui engko bakalan enek balak e seng ora-ora. Tapi teko dampak iki
nek ora digae jane yo sek dadi angen-angen nek didelok teko jaman
saiki, dadi antisipasine cah saiki kan wes podo pacaran dadi teko kunu
iso dadi saling ngerti sifat salah sijine, masio ora nggawe weton tak
piker ora dadi masalah jek iso ae diatasi”.
Dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai berikut:
“sebagai orang Jawa harus memahami persyaratan itu karena jika
ditinggal satu saja maka akan terjadi balak yang tak disangka-sangka.
Namun dengan dampak jika tidak menggunakan itu sebenarnya masih
menjadi misteri jika dilihat pada jaman sekarang, sebagai antisipasinya
anak jaman sekarang ketika ingin menikah sebelumnya sudah menjalin
hubungan yang disebut pacaran, nah maka dari itu dari situlah keduanya
dapat saling mengenal satu sama lain, meskipun tidak menggunakan
weton saya kira masalah ini masih bisa diatasi.”44
b. Subjek II
Nama : Jiman (tokoh adat Jawa)
Umur : 79 Tahun
Perkerjaan : Tani
Jiman adalah salah satu tokoh adat atau tetua yang ada di Desa

44
Ibid
50

Kemiri. Dalam hal ini, Penulis melakukan wawancara secara langsung


bersama subjek pada tanggal 15 Mei 2022 di kediaman beliau, di Desa
Kemiri. pada pukul 13.10 WIB. Dalam setiap awal pertanyaan, penulis
menanyakan apa arti weton menurut Anda ?
“Hari kelahiran kui jenenge weton. Nek Nasional e yo hari
kelahiran, upomono lahire minggu legi 10. Seng jenenge wong kawinan
lo kan seumur hidup to trus digolekne dino kan kabeh kui ono
peritungane, masalah peritungan dino cocok opo ora, nek ora cocok
kan makane ojo sampek dilanggar. Contohe wage pahing ora kenek
arane geyeng (coro arane ora seimbang), nek wage legi arane kenes
(ora manut peritungan urutan dino pasaran) kui ora kenek. Jaman
ndisek tapi nek saiki kan arane jaman wes kualek, dadi gari arep
percoyo opoora sampean tak ceritani”.
Dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai berikut :
“Hari kelahiran itu namanya weton, kalau hari nasionalnya itu hari
kelahiran, misalnya lahir pada hari minggu legi itu berarti 10. Jadi yang
namanya orang nikah itu untuk seumur hidup jadi dicarikan hari.
Karena semua itu ada perhitungannya. Masalah perhitungan cocok atau
tidak, jika tidak cocok makanya jangan sampai dilanggar. Sebagai
contoh wage dan pahing itu tidak bisa karena tidak seimbang, lalu wage
dan legi artinya tidak bisa karena tidak sesuai urutan hari pasaran.
Jaman dahulu tapi kalau sekarang namanya kan sudah jaman terbalik,
jadi terserah mau percaya atau tidak cerita ini”.
Apa latar belakang perhitungan weton dalam tradisi pemilihan
jodoh di Dusun Bobosan Desa Kemiri Kecamatan Kandangan
Kabupaten Kediri?
” Jaman kerajaan majapahit kae weton iki wes enek, Mbah lali
tahun piro, tapi saurunge, Mbah pek ewon. la weton kui dilatar
belakangi karo mbah-mbah mbien seng nganggokne ngonokui gek kui
kan wes enek sebelum islam teko awale to kui Hindu seng agama
pertama enek, seng model alat-alat teko batu, koyo kapak terus alat
51

seng digae tani kae. ki ket bien seng biasa ditunjuk dadi tetua ne deso
iki termasuk e wong-wong wes percoyo karo mbah gae ngitung itungan
iki mergo buktine kae mbah nikahne anak karo putu ne mbah seng enek
5 gae itungan weton, gek hasile kabeh kui ora enek opo-opo yo sampek
saiki jek apik ae. Terus kae seng elek mbah yo eruh dewe mergo si A
cerai kan mergo itungan weton e ora pas”
Dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai berikut :
“Jaman kerajaan Majapahit itu weton sudah ada, mbah lupa tahun
berapa tapi saurunge jaman kerajaan majapahit weton itu dilatar
belakangi oleh nenek-nenek zaman dahulu yang menggunakan seperti
itu, dan itukan sudah ada sebelum islam datang awalnya dari agama
Hindu yang sudah datang pertama lebih dulu. Mbah Gimun yang
menjadi tetua di Desa Kanamit Jaya termasuk orang yang percaya
penuh terhadap tradisi hitungan weton, ini terbukti menikahkan anak-
anaknya serta cucu-cucunya yang berjumlah 5 memakai hitungan weton
dan alhasil semuanya ke-5 anak tersebut tidak terjadi apa-apa dan baik-
baik saja. Serta yang menurut beliau buruk yakni ditunjukkan pula
kepada peneliti bahwa si A bercerai dahulu karena memang hasilnya
tidak pas.”.
52

Apakah perhitungan weton perlu dilakukan, mengapa ?


“Perlu, soale wes dadi tradisine wong Jowo. Mbah lo sering di
kongkon sampek neng Dusun sebelah, padahal neng kono yo ono
koncone mbah seng iso, tapi jek panggah nyelok mbah angger anak e
arepe dirabe ne ”
Dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai berikut :
“Perlu, karena sudah menjadi tradisi nya orang Jawa. Mbah juga
sering disuruh ke Dusun sebelah. Padahal disana juga ada teman mbah
yang bisa tapi kebanyakan mereka yang tetap nyuruh mbah untuk
menghitungkan.”
Bagaimana pelaksanaan proses Perhitungan Weton dan adakah
dampak ataupun manfaat dari perhitungan weton tersebut ?
“Pelaksanaane iku yo nek arepe intok jodoh to ketemu piro-piro
kui diitung Neptune karo calon bojone. Misalnya kamis wage, itungane
kan kamis 8 wage 4 12 jumlahe to, terus karo seloso pahing jumlahe 13
dadi digatukne 12 karo 13 kui berati 25. Artinya bisa panjang umur
dan harus kuat dengan keadaan hidup dalam rumah tangga. Jadi harus
tabah dan kuat iman. terus nek bar ngunu diitung meneh digae dino
ijaban e, biasane pelaksanaan iki ditentukan pas bar lamaran dadi
langsung rong keluarga iki mau rembukan di dadekne dino opo seng
pas karo dihadiri mbah. Na pas nengkunu mbah kongkon neng
keluargane seng wedok untuk milih dino ket minggu sampe senen nek
wes ketemu baru waktune mbah seng nentukne bulan karo pasarane,
lah kui didelok teko pasaran lahire calon nganten e kimau nek seng
wedok wage seng lanang legi berati dipilih salah sijine gek digolek i
neng bulan seng kenek digae nikahan. Nek masalah tahun e yo pas
neng bar lamaran kui ora ndadak sui-sui”.
Dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai berikut :
“pelaksanaanya itu ketika hendak mendapat jodoh ketemu berapa-
berapa itu di hitung Neptune dengan calon istri atau suami. Misalnya
kamis wage, perhitunganya kamis 8 wage 4 dan 12 jumlahnya, terus
53

dengan selasa pahing jumlahnya 13 jadi digabungkan 12 dengan 13 itu


berarti 25. Artinya bisa panjang umur namun harus kuat dengan
keadaan hidup dalam berumah tangga jadi harus tabah dan kuat iman.
Selanjutnya dihitung lagi untuk hari ijab qabulnya, biasanya dihadiri
oleh 2 keluarga dari pihak laki-laki dan perempuan waktune iso bar
lamaran trus di musyawarahkan untuk mencari hari yang dihadiri oleh
mbah juga, setelah itu mbah persilahkan keada pihak perempuan untuk
menentukan hari nya, setelah itu baru mbah yang menentukan bulan
dan hari pasarannya, jadi caranya dilihat dari hari kelahiran kedua calon
pengantin tadi, misalnya yang perempuan wage dan yang laki-laki legi
maka dipilih salah satunya yang ada pada bulan yang terdekat dan baik
untuk dilakukan pernikahannya. Jika untuk penentuan tahunnya itu
setelah lamaran dilakukan agar tidak lama-lama”.
Bagaimana dampak atau manfaat menentukan Weton di Dusun
Bobosan Desa Kemiri Kecamatan Kandangan Kabupaten Kediri?
“Dampak manfaat teko itung-itungane wong loro kii jumlahe piro
ngunukan kan terus ditelusuri meneh. Coro wonge ki ate usaha
gampang opo rekoso kui mau. Yo gatuk‟an kui mau, nek ora pas enek
carane yaitu gae sesajen, ben iso ngalangi balak seng elek”.
Dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai berikut :
“Dampak manfaat dari itung-itungannya orang berdua itu
jumlahnya berapa seperti itu terus ditelusuri lagi. Misalnya orang itu
mau membuat usaha gampang atau susah. Lalu di cocokkan. Kalau
tidak pas maka dibuatkan sesajen untuk menghalangi balak yang
buruk”.45
Berdasarkan hasil wawancara dengan mbah Jiman selaku orang
yang dianggap bisa menghitung perhitungan weton, ia mengatakan
bahwa weton perkawinan merupakan perhitungan hari kelahiran calon
suami/istri dan diambil pasarannya seperti pon, wage, kliwon, pahing,
legi. Mbah Jiman mengatakan bahwa ada tradisi sebelum menikah

45
Jiman,Tokoh Adat, Wawancara oleh Aly Faqih
54

menghitung wetonnya dulu disebagian masyarakat Dusun Bobosoan


Desa Kemiri ini, beliau dianggap bisa menghitung weton karena
merupakan sesepuh atau orang yang dituakan. Beliau mengatakan bisa
menghitung weton dari warisan orang tuanya dulu yang
mengajarkannya. Ketika melakukan perhitungan mbah panggih juga
pernah mengatakan ada yang tidak cocok dalam hitungannya seperti
hasilnya bagi kedua calon pengantin masadepan rumah tangganya akan
berantakan atau cerai. Mbah Jiman mengatakan bahwa perhitungan
weton ini hanya warisan nenek moyang saja untuk mewaspadai atau
menjaga-jaga rumah tangganya bukan warisan dari agama Islam. Ia
menambahkan bahwa masyarakat di Dusun Bobosan Desa Kemiri ini
masih lumayan banyak yang menggunakan weton karena merupakan
tradisi adat Jawa. Menurut mbah Jiman ada 8 kategori dari hasil
perhitungan antara lain:
1. Pegat artinya akan banyak atau sering menemui masalah
pada rumah tangganya yang berujung pada perceraian.
2. Ratu artinya akan jodoh sekali. Dihormati oleh tetangga,
orang sekitar, dan orang lain. Banyak orang yang iri dengan
keharmonisannya.
3. Jodoh artinya masing-masing pasangan akan sangat cocok.
Bisa menerima kekurangan dan kelebihan masing-masing.
Rumah tangga lancar sampai tua.
4. Topo artinya akan menemui banyak masalah pada awalnya
tetapi akan beroleh kenikmatan pada akhirnya.
5. Tinari artinya akan mudah dalam mencari rezeki dan tidak
akan pernah hidup kekurangan. Akan sering menemui
keberuntungan.
6. Padu artinya akan sering cekcok tentang masalah apapun.
Tetapi tidak sampai pada perceraian.
7. Sujanan artinya akan sering menemui masalah tentang
perselingkuhan antara keduanya atau salah satu dari mereka.
55

8. Pesthi artinya didalam rumah tangga bakal rukun dan adem


ayem sampai tua. Meskipun ada sedikit masalah, tetapi tidak
akan sampai merusak keharmonisan.
Adapun kalender Jawa yang biasa dibuat untuk menghitung Weton
yang biasanya sudah ada dan tertera pada kalender-kalender
masehi,untuk lebih jelasnya dalam menghitung, kali ini peneliti
membuat tabel yang di susun sesuai hari dan sepasaran berdasarkan
angka hitungan weton.
Menurut mbah Jiman dalam kalender Jawa itu setiap hari ada
angka atau nilainya begitu juga dengan pasaranya seperti:

No Nama Hari Nilai Nama Nilai


Pasaran
1 Ahad 5 Kliwon 8
2 Senin 4 Legi 5
3 Selasa 3 Pahing 9
4 Rabu 7 Pon 7
5 Kamis 8 Wage 4
6 Jumat 6
7 Sabtu 9
Sumber Data : Wawancara Mbah Jiman
Dalam hal ini, sebelum penulis menggali informasi utama
mengenai pandangan tokoh agama dan para pasangan pengantin di
Dusun Bobosan Desa Kemiri terhadap perhitungan Weton dalam
pemilihan jodoh. Informasi pertama penulis peroleh dari Informan
sebagai berikut :
a. Informan I
Nama : Siti Komisatun
Umur : 22 Tahun
Pekerjaan : Guru TK
Pendidikan: Tamat SLTA / SMA
56

Siti Komisatun merupakan salah satu calon pasangan


pengantin perempuan yang melaksanakan perhitungan weton di
Dusun Bobosan Desa Kemiri. Dalam hal ini, Penulis melakukan
wawancara secara langsung bersama Subjek pada tanggal 18 April
2022 di kediaman beliau, di Desa Kemiri pada pukul 16.20 WIB.
Apakah arti weton menurut Anda ?
“weton menurutku dino lahir. Karena weton itu kan sudah
tradisi di desa kita, jadi sudah menjadi kebiasaan yang biasa
dengan perhitungan seperti itu agar mengetahui kehidupan rumah
tangganya kelak berdasarkan karakter masing-masing.”
Dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai berikut :
“weton itu menurut saya hari kelahiran karena weton itu sudah
tradisi di desa kita, jadi sudah menjadi kebiasaan yang biasa dengan
perhitungan seperti itu agar mengetahui kehidupan rumah tangganya
kelak berdasarkan karakter masing-masing.”
Mengapa terjadi perhitungan weton, dan bagaimana latar
belakang timbulnya tradisi perhitungan weton ?
“asal mula enek e weton ket jaman para leluhur kita dulu”
Dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai berikut :
“Asal mula adanya weton dari para leluhur kita dahulu”.
Dalam hal apa saja weton diterapkan ?
“Biasane weton kui digae pas arepe acara nikahan”
Dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai berikut :
“biasanya weton itu digunakan untuk acara pernikahan”
Apakah ada orang tertentu yang menghitungkan untuk suatu
acara ?
“Ada, seperti tetua di Desa yang faham tentang weton”
Dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai berikut :
“Ada, seperti sesepuh di Desa yang faham tentang
perhitungan weton”.
Apakah Anda yakin dengan hasil yang diperoleh dari
57

perhitungan tersebut ?
“Iyaa, saya yakin, karena ini merupakan tradisi yang sudah
diyakini oleh banyak orang”
Bagaimana jika hitungan tersebut tidak sesuai ?
“Yaa tidak apa-apa kan kita melakukan perhitungan dan
penentuan hari nikah hanya sebatas mengikuti tradisi saja,
selebihnya kita pecayakan kepada Allah Swt”. Apakah perhitungan
weton perlu dilaksanakan ?
“Tergantung, nek dirasa perlu yo mesti gae”
Dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai berikut :
“tergantung orangnya, kalau dirasa perlu biasanya
menggunakan perhitungan weton ini”.46
b. Informan II
Nama : Abidin
Umur : 22 Tahun
Pekerjaan : Tukang Bangunan
Pendidikan : Tamat SLTA/SMA
Abidin merupakan salah satu calon pasangan pengantin laki-
laki yang melaksanakan perhitungan weton di Dsusun Bobosan Desa
Kemiri. Dalam hal ini, Penulis melakukan wawancara secara
langsung bersama Subjek pada tanggal 18 April 2022 di kediaman
calon di Dusun Bobosan Desa Kemiri pada pukul 16.20 WIB.
Pertanyaan pertama yakni mengenai perhitungan weton. Yakni :
Apa arti weton menurut Anda ?
“Weton itu adalah perhitungan hari kelahiran ketika seseorang
dilahirkan kedunia maka sejak saat itu ia memiliki weton”
Apakah ada orang tertentu yang menghitungkan untuk suatu
acara ?
“Enek, biasane ngunukui tetua di Desa seng wes yang faham
tentang weton”

46
Sisti Komisatun,Informan, Wawancara oleh Aly Faqih
58

Dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai berikut :


“Ada, biasanya seperti sesepuh di Desa yang sudah faham
tentang perhitungan weton”
Apakah Anda yakin dengan hasil yang diperoleh dari
perhitungan tersebut ?
“yakin saja sih, karena ini merupakan adat yang sudah beraku
cukup lama sehingga untuk melihat bukti dari yang sudah
membuktikan itu sudah bisa dilihat”.
Apakah perhitungan weton perlu dilaksanakan ?
“Tergantung, nek dirasa perlu yo mesti gae”
Dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai berikut :
“tergantung orangnya, kalau dirasa perlu biasanya
menggunakan perhitungan weton ini”.47
c. Informan III
Nama : Mbah Suryan
Umur : 80 Tahun
Pekerjaan : Petani
Mbah Suryan merupakan salah satu tokoh agama di Desa
Kemiri. Dalam hal ini, Penulis melakukan wawancara secara tidak
langsung di pada tanggal 21 Mei 2022 di Desa Kemiri. Penulis
mewawancarai Subjek mengenai perhitungan weton. Yakni :
Apa arti weton menurut Anda ? Dan bagaimana hukum islam
tentang adanya perhitungan weton ?
“Weton itu kan tradisi, jadi kita ya harus memaklumi dan
memahami itu untuk sekedar tahu saja, misalnya diterapkan di
kehidupan tandanya kita tidak percaya dengan rukun iman yang
wajib kita yakini. Hukum mempercayai weton juga menurut saya
mubah, artinya boleh-boleh saja menggunakan ini. Tapi balik lagi
bagi yang percaya dengan takdir Allah Insya Allah tidak
menggunakan ini, seperti saya dulu ketika akan menikah tidak

47
Abidin,informan,Wawancara oleh Aly Faqih
59

memakai dukun dalam penentuan hari nikahnya tapi mendatangi


kiyai untuk meminta pendapat. Dan saya menikah itu dahulu sesuai
sunnah Rasul yakni hari jumat, anak-anak saya juga seperti itu
karena pada zaman Rasulullah hari yang baik untuk melangsungkan
pernikahan adalah hari jumat seperti pada saat Rasulullah menikahi
istri-istrinya”.48
Dari paparan di atas setidaknya penulis dapat memahami
bahwa pelaksanaan weton itu sendiri dilihat dari hari lahir lalu
dihitung dari kedua tersebut hingga mendapatkan hasil kemudian
dampak dari perhitungan weton agar hidup sejahtera tanpa halangan
suatu apapun. Namun penting diketahui bahwa pernikahan itu harus
dilandasi dengan niat ibadah yang tentunya banyak hal-hal yang
perlu dipersiapkan secara matang. Jadi, kalau masalah weton itu
tergantung niat pribadi masing-masing, boleh percaya selagi ada
manfaatnya dan boleh juga tidak percaya jika hati merasa tidak
yakin.

48
Suryan,Informan,Wawancara oleh Aly Faqih
BAB V
ANALISIS PERHITUNGAN WETON DI TINJAU DARI PRESPEKTIF
HUKUM ISLAM
A. Analisa Perhitungan Weton sebagai pemilihan jodoh di Masyarakat
Dusun Bobosan Desa Kemiri Kecamatan Kandangan Kabupaten
Kediri
Perbincangan tentang islam dan kebudayaan khususnya Jawa
tidak akan pernah terlepas dari pengaruh budaya. Inilah yang perlu
dicermati dengan pandangan yang tidak mengesampingkan faktor
sosio cultural masyarakat islam. Demikian pula dengan nilai-nilai
islam, para pendakwah dahulu pada jaman wali songo, penyampaian
ajaran yang mereka lakukan sangat luwes dan halus dengan
menyesuaikan nilai budayanya. Jika ditelusuri lebih dalam banyak para
wali yang memasukkan budaya Jawa dibingkis dengan ajaran-ajaran
islam. Sebagaimana halnya dengan tradisi perhitungan weton
menjelang dilangsungkan pernikahan merupakan sesuatu yang sulit
dihilangkan, karena tradisi sudah ada sejak jaman dahulu yang
diwariskan oleh nenek moyang hingga turun temurun sampai sekarang.
Karena sudah menjadi kebiasaan maka hal ini selalu digunakan
menjelang pernikahan.
Islam sebagai agama rahmatan lil‟alamin menyadari dari hal
tersebut. Islam bukan untuk merusak atau membuang tradisi, akan
tetapi untuk meluruskan hal-hal yang dinilai bertentangan dengan
akidah islam. Meskipun melewati proses yang panjang, namun itu
mutlak dilakukan karena islam agama yang indah akan toleran dan
tetap menghargai nilai-nilai yang telah ada di budaya masyarakat.
Dengan demikian manusia harus mampu menyelaraskan antara
kenyataan alam dan realitas sosial.
Sebagaimana kebiasaan dalam masyarakat Jawa mempunyai
fungsi dan tujuan selayaknya dalam menghitung weton pada
pelaksanaan pernikahan, tujuan dari pernikahan adalah agar
mendapatkan kebahagiaan serta keberkahan hidup. Demi untuk
menuju ketenteraman dari tujuan tersebut warga Dusun Bobosan Desa

60
61

Kemiri maka ada berbagai bentuk usaha salah satunya yakni dengan
melihat kecantikan, harta, keturunan, dan agama. Salah satu yang
menjadi pertimbangan adalah adat istiadat keyakinan masyarakat yang
mempunyai pengaruh dalam mencapai keluarga yang bahagia serta
harmonis yaitu dengan memperhitungkan hitungan weton untuk
mempelai yang akan melaksanakan nikah. Dari data yang di dapat oleh
peneliti ternyata weton merupakan tradisi yang berpengaruh dalam
masyarakat di Dusun Bobosan Desa Kemiri Kecamatan Kandangan
Kabupaten Kediri. Dalam penentuan hari baik dengan menggunakan
perhitungan weton ada beberapa hal yang perlu diketahui terlebih
dahulu sebelum mencari hari baik sebenarnya, antara lain
mengumpulkan kedua pasangan calon pengantin dengan beberapa
syarat yaitu hari dan tanggal lahir kedua pasangan tersebut begitu juga
dengan perhitungan weton di Dusun Bobosan Desa Kemiri Kecamatan
Kandangan Kabupaten Kediri.
Pada dasarnya menyesuaikan tradisi dengan hukum islam di
tengah-tengah masyarakat bukan berarti harus dihilangkan tradisinya.
Sebenarnya tradisi tidak berubah. Hal ini sesuai jika ditinjau dengan
teori sosio cultural masyarakat islam bahwa para masyarakat yang
akan melaksanakan pernikahan disana banyak yang faham dengan
ajaran islam namun karena masyarakat mempunyai pandangan tertentu
dalam menentukan kebiasaan yang sudah turun temurun dilaksanakan
oleh orang tua zaman dahulu yang sudah ada dan hal ini tentu
bertentangan dengan syara‟, karena masyarakat melakukan adat
tersebut sebagai bentuk tradisi kebiasaan yang sudah lama terjadi dan
menjadi kebiasaan Masyarakat di Dusun Bobosan Desa Kemiri
Kecamatan Kandangan Kabupaten Kediri.
Dalam hukum islam, pandangan dalam ilmu fiqh adalah tradisi
atau kebiasaan ini disebut juga dengan ‘Urf yang dapat dijadikan suatu
dalil didukung dengan salah satu kaidah dalil hukum islam. ‘Urf secara
etimologi berarti ma‟rifah dan irfan, dari kata arafa fulan fulanan
62

irfanan. Makna asal bahasanya berarti ma‟rifah. Kemudian di pakai


untuk menunjukkan sesuatu yang dipatuhi, yang dipandang baik dan
diterima oleh akal sehat. Secara terminology atau syara‟ ‘Urf adalah
sesuatu yang dibiasakan oleh manusia dan mereka patuhi, berupa
perbuatan yang berlaku diantara mereka atau kata yang biasa mereka
ucapkan untuk menunjuk arti tertentu, dimana ketika mendengar kata
tersebut maka akal pikiran langsung tertuju pada satu pengertian
kepadanya bukan kepada yang lainnya.49 Urf menurut bahasa artinya
adat. “kebiasaan”, suatu kebiasaan yang terus menerus”.50
‘Urf yang dimaksud dalam ilmu ushul fiqh adalah :

‫ أو ترك ويسمى العادة‬،‫ أو فعل‬،‫ من قول‬،‫العرف هو ما تعارفه الناس وساروا عليه‬

Artinya: “urf ialah apa-apa yang telah dibiasakan oleh


masyarakat dan dijalankan terus menerus baik
berupa perkataan maupun perbuatan. ‘urf disebut
juga adat kebiasaan.51
Adapun „Urf menurut Ibnu Taimiyah adalah Adat adalah
kebiasaan manusia dalam dunia dalam urusan dunia mereka yang
mereka butuhkan. Hukum asal kebiasaan ini adalah tidak ada larangan
kecuali jika Allah melarangnya”.52
Begitu jelasnya bahwa adat istiadat yang berkembang di
kalangan masyarakat Jawa merupakan suatu kebiasaan yang mereka
butuhkan, dilihat dari segi hukumnya pun bahwa kebiasaan ini tidak
ada larangan kecuali jika Allah melarangnya. Maka menurut peneliti
adat ini merupakan sebuah kebiasaan yang telah lama digunakan oleh
masyarakat di Desa Kanamit Jaya. Sedangkan dalam kaidah „Urf

49
Abdul Hayy Abdul Al, Pengantar Ushul Fikih, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2014), h.325.
50
A. Basiq Djalil, Ilmu, Ilmu Ushul Fiqih 1 dan 2, (Jakarta: Kencana, 2010), h.161.
51
Miftahul Arifin dan A. Faisal Hag, Ushul Fiqh Kaidah-Kaidah Penetapan Hukum Islam,
(Surabaya: Citra Media, 1997), h. 146.
52
Muhammad Abduh Tuasikal, Tanpa Judul, https://rumaysho.com/8197-kaedah fikih-16hukum-
adat-kebiasaan-manusia-asalnya boleh.html. (Diakses pada tanggal 23 Mei 2022 pukul 05:40
WIB).
63

terdapat macam-macamnya yang tertuang dibawah ini :


Macam-macam „urf dilihat dari tiga segi yaitu:
a. Dari segi objek
1) ‘Urf al-lafzi (kebiasaan kebiasaan yang menyangkut
ungkapan) masyarakat dalam mempergunakan lafaz/
ungkapan tertentu dalam menggunakan sesuatu sehingga
makna ungkapan itu yang dipahami dan yang terlintas dalam
pikiran masyarakat.
Seperti halnya dengan perhitungan weton ini ketika
masyarakat melakukan hitungan kepada tokoh adat setempat
yang telah dipahami sejak zaman dahulu maka dengan adat
tersebut masyarakat telah menggunakan kebiasaan seperti
penentuan hari lahirnya yakni senin wage, legi, pahing, pon,
kliwon dst. Kemudian dihitung hingga mendapatkan hasil
yang telah dihitung.
2) ‘Urf al-amali yaitu kebiasaan masyarakat yang berkaitan
dengan perbuatan biasa atau mu‟amalah keperdataan. Seperti
halnya ketika perhitungan telah selesai dilakukan, maka tahap
keduanya yakni penyesuaian dengan hasilnya dan di pakai
hingga menikah.
Sebagaimana kaidah Urf :

‫العادة ما استمر الناس عليه على حكم املعقول وعا دواليه مرة أخر ' ی‬

Artinya : Al-‘Aadah ialah sesuatu


(perbuatan/perkataan) yang terus menerus dilakukan oleh
manusia, karena dapat diterima oleh akal, dan manusia
mengulang-ulanginya terus menerus”53
‫العادة شريعة حمكمة‬

53
Abdul mudjib, Kaidah-kaidah Ilmu Fiqih (Qawaidul Fiqhiyyah), (Jakarta : Kalam mulia, 2004),
h.44.
64

Artinya: “Adat Merupakan syariat kebiasaan yang


dikukuhkan sebagai hukum”54
Maksud dari kaidah di atas adalah apa yang dipandang baik oleh
kaum bermanfaat dan tidak bertentangan dengan syara‟ dalam
muamalat dan munakahat juga dikembalikan kepada adat kebiasaan
yang berlaku. Sedangkan adat kebiasaan yang bertentangan dengan
nash-nash syara‟, tentu tidak boleh dijadikan dasar hukum.
Adapun pemakaiannya, ‘urf adalah sesuatu yang sudah menjadi
kebiasaan di kalangan ahli ijtihad atau bukan ahli ijtihad, baik yang
berbentuk kata-kata atau perbuatan. Dan sesuatu hukum yang
ditetapkan atas dasar ‘urf dapat berubah karena kemungkinan adanya
perubahan ‘urf itu sendiri atau perubahan tempat, dan zaman.
Sebagaimana kaidah fikih :
‫احلكم يتغري بتغري األزمنة واألمكنة واألخوال واألشخاص والبيئات‬

Artinya : “ketentuan hukum dapat berubah dengan


terjadinya perubahan waktu, tempat, keadaan, individu, dan
perubahan lingkungan”.55
Berdasarkan keterangan di atas pelaksanaan hitungan weton
yang diyakini oleh masyarakat. Perhitungan tersebut bersifat sebagai
salah satu bentuk kehati-hatian demi kebaikan bersama ditengah-
tengah masyarakat sebagai tradisi yang bertahun-tahun silam telah
dijalankan dari warisan nenek moyang zaman dulu. Sehingga, bukan
berarti tradisi ini bersifat kaku dan tidak ada toleransi dan dapat
membatalkan pernikahan. Sebenarnya tradisi perhitungan ini bersifat
fleksibel ketika kepercayaan membuat ketakutan para masyarakat, Hal
demikian tentu menambah keyakinan terhadap masyarakat bahwa
perhitungan weton ini dipercaya akan menjadi patokan dalam rumah
tangga yang akan diarungi kedepannya. Hal ini tentu bertentangan

54
Abdul Wahhab Khallaf, Ilmu Ushul Fiqh, (Semarang :Cet I, 1994), h.124
55
Abd. Rahman Dahlan, Ushul Fiqh, (Jakarta: Amzah, 2011), h. 215.
65

dengan hukum islam dengan kemaslahatan yang dipertimbangkan.


Perhitungan weton yang merupakan hal yang mubah / boleh
sebagaimana kaidah:
‫األصل يف األشياء األباحة حىت يدل الدليل على التحرمي‬

Artinya : “Hukum yang pokok dari segala sesuatu


adalah boleh, sehingga terdapat dalil yang
mengharamkannya”56
Dalam kaidah tersebut memberi isyarat bahwa segala sesuatu
yang tidak ada ketegasan dalil tentang halal haramnya, maka harus
dikembalikan kepada asalnya yaitu boleh.57
Dari paparan diatas setidaknya peneliti dapat memahami
terjadinya praktik perhitungan weton sebagai pemilihan jodoh di
Dusun Bobosan Desa Kemiri Kecamatan Kandangan Kabupaten
Kediri. Pertama, tradisi yang sudah ada sejak zaman dahulu dan
menjadi turun temurun hingga sekarang. Kedua Perhitungan weton
tersebut diyakini akan berdampak pada keluarga yang hendak menikah
yakni jika perhitungan weton tersebut terhitung baik, maka keluarga
akan diberikan ketenteraman, keselamatan, dan kelancaran rezekinya.
Akan tetapi, jika perhitungan weton tidak baik, maka akan berdampak
pada keluarga yang tidak baik. Ketiga, hitungan weton meskipun
merupakan adat istiadat, namun untuk percaya kepada dampak tersebut
kembali pada pribadi masing-masing serta menyesuaikan dengan
hukum islam dari tradisi tersebut.
B. Tinjauan Hukum Islam Terhadap Perhitungan Weton sebagai
pemilihan jodoh di Dusun Bobosan Desa Kemiri Kecamatan
Kandangan Kabupaten Kediri
Perhitungan weton merupakan himpunan berbagai prediksi
nasib (ramalan) yang berkembang pada masyarakat Jawa yang sudah

56
Abdul mudjib, Kaidah-kaidah Ilmu Fiqih (Qawaidul Fiqhiyyah), (Jakarta : Kalam mulia, 2004),
h.25
57
Ibid. h.26
66

dikenal sejak berabad-abad tahun lamanya. Sebagian kalangan


meyakini sebagai pengetahuan, hasil olah pengalaman para leluhur
Jawa mengenai berbagai segi kehidupan. Weton terkenal dalam
menjelaskan makna dari lahir sesorang. Weton merupakan gabungan
hari dalam kalender nasional/masehi (senin, selasa dan seterusnya) dan
hari dalam penanggalan Jawa yang disebut hari pasaran (legi, pahing,
pon, wage dan kliwon).
Agama islam tidak menentang tradisi bahkan menghormatinya,
sepanjang tradisi itu tidak bertentangan dengan syara‟ dan sesuai
dengan prinsip-prinsip islam. Namun jika sudah membahas tentang
ramalan maka hal tersebut dilarang dalam islam. Maka dari itu barang
siapa yang mendatangi dukun tersebut telah merampas akidah umat
islam dengan cara yang batil maka di haramkan olehnya melakukan
perbuatan tersebut. Selain dari ramalan yang sifatnya ghaib atau
separuh ghaib (tercampur dengan tipu daya manusia itu sendiri),
ramalan juga ada yang bersumber dari ilmu pengetahuan. Hasil
observasi atau pengamatan pada data-data atau fenomena-fenomena
yang terjadi serta perilaku-perilaku tertentu yang kemudian dikalkulasi
dengan menggunakan metodologi keilmuan Hal tersebut bisa
menghasilkan ramalan yang sering kita sebut sebagai prediksi,
estimasi, atau proyeksi akan kejadian yang akan datang. Kedua,
apabila sampai membenarkan atau meyakini ramalan tersebut, maka
dianggap telah mengkufuri Al-qur‟an yang menyatakan hanya di sisi
Allah Swt pengetahuan ghaib.
Disebutkan bahwasanya ilmu sihir atau ilmu ramal dalam dalil
yang diriwayatkan oleh Daud dalam kitab sunannya dengan sanad dari
Ibnu Abbas bahwa Rasulullah Saw bersabda :

‫حدثنا أبو بكر بن أبي شيبت ومسدد المعنى قاال حدثنا يحي عن عبيداهلل بن‬
:‫ قال‬,‫األخنس عن الوليد بن عبداهلل عن يوسف بن مالك عن ابن عباس رضي اهلل عنهما‬
67

‫السخ ِر‬ ِ ِ ‫ م ِن اقْتبس ِعل‬-‫قال رسول اهلل صلى اهلل عليه وسلم‬
َّ ‫من‬
َ ً‫س ُشعبَة‬
َ َ‫ْم من النُّجوم اقْتَب‬
ً َ ََ
‫ حسن‬: ‫زاد )رواه ابو داود قال األلباني‬
َ ‫اد َما‬
َ ‫َز‬

Artinya : “Telah menceritakan kepada kami Abu Bakr bin Abu


Syaibah dan musaddad secara makna, mereka berkata ; telah
menceritakan kepada kami Yahya dari ; Ubaidullah bin Al-Akhnas
dari Al-Walid bin Abdullah dari Yusuf bin Mahik dari Ibnu Abbas ia
berkata, Rasulullah Saw bersabda, “Barang Siapa mengambil ilmu
perbintangan, maka ia berarti telah mengambil salah satu cabang sihir,
akan bertambah dan terus bertambah”. (H.R Abu Daud berkata
Albani : Hasan)58
Jika calon sepasang suami istri tidak percaya sama sekali
terhadap hasil perhitungan weton, maka sebaiknya tidak perlu
menggunakannya. Karena yang mengatur takdir hidup manusia adalah
Allah Swt. Sehingga di dalam al-Qur‟an dijelaskan siapa saja yang
setuju dengan ilmu ghaib. Maka ia termasuk golongan kaahin (tukang
ramal) dan orang yang berserikat di dalamnya. Karena ilmu ghaib
hanya menjadi hak prerogatif.

58
Diriwiyatkan oleh Abu Daud, Sunan Abu Daud, Kitab Al-Tibb, Bab fi al-Kahin, j.4, (No.3905),
Hadist Hasan.
68

Allah Swt sebagaimana disebutkan dalam ayat :


‫ب اِاَّل ال ٰلّهُ ۗ َو َما يَ ْشعُُر ْو َن اَيَّا َن يُْب َعثُ ْو َن‬ ِ ‫الس ٰم ٰو‬
ِ ‫ت َوااْل َْر‬
َ ‫ض الْغَْي‬ َّ ‫قُ ْل اَّل َي ْعلَ ُم َم ْن ىِف‬
”Katakanlah (Muhammad), “Tidak ada seorang pun di langit
dan di bumi yang mengetahui perkara ghaib, kecuali Allah Swt, dan
mereka tidak mengetahui kapan akan dibangkitkan ”.59
Berdasarkan uraian diatas menurut pendapat peneliti bahwa
pelaksanaan terjadinya perhitungan weton dalam tradisi pernikahan di
Dusun Bobosan Desa Kemiri merupakan sebuah tradisi yang tidak bisa
dicabut akarnya begitu saja, seperti halnya tradisi ramalan ini.
Dikarenakan tradisi yang ada di Dusun Bobosan Desa Kemiri sudah
lama dijalankan oleh masyarakat. Padahal seyogiaya perhitungan
weton ini terdapat unsur menyekutukan Allah meskipun dalam
pelaksanaan sebagai bentuk kehati-hatian masyarakat setempat dalam
melaksanakan pernikahan namun masyarakat pun meyakini akan hasil
dari perhitungan tersebut yakni akan menambah keharmonisan rumah
tangga dan lain-lain.
Maka jelaslah bahwa dalam islam pernikahan itu adalah untuk
menyempurnakan separuh agama, dan sudah dipastikan rezeki atasnya,
bukan dengan mendatangi para dukun untuk meramalkan kehidupan
masa depan dengan menggunakan perhitungan yang jelas sangat ribet
dan membuang waktu dengan sia-sia, bahkan kebenarannya pun tidak
bisa dipertanggung jawabkan. Oleh sebab itu, daripada menggunakan
tradisi tersebut lebih baik senantiasa berdoa dan memantaskan diri.

59
Q.S an-Naml(27):65
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sebagai akhir dari pembahasan ini, maka penulis menarik kesimpulan
sebagai berikut:
1. Praktik Perhitungan weton dalam pemilihan jodoh di pernikahan adat
Jawa merupakan sebuah ungkapan masyarakat Jawa dalam
melestarikan adat dan menghormati warisan budaya para leluhur atau
nenek moyang. Selain itu, bagi mereka penggunaan pelaksanaan tradisi
perhitungan weton ini di dalam pernikahan merupakan bentuk kehati-
hatian dan mencari kemantapan hati dalam penyelenggaraan suatu
pernikahan hajat besar dan sakral. Karena jika dilanggar dipercaya
akan mendapatkan marabahaya di dalam rumah tangganya. Namun
bagi sebagian masyarakat yang tidak percaya terhadap pelaksanaan
tradisi perhitungan ini karena dari keyakinan mereka masing-masing
bahwa segala bentuk ramalan itu tidak diperbolehkan di dalam syariat
islam, sehingga mereka percaya kepada takdir Allah Swt yang telah
mengatur alam semesta dan seisinya dengan ketentuannya.
2. Penggunaan perhitungan weton ini dalam pemilihan jodoh merupakan
sebuah adat, karena ketika di analisis kebiasaan ini termasuk pada ‘Urf
shohih yang mana tradisi ini dapat diterima masyarakat. Dalam hukum
Islam, perhitungan weton tersebut bertentangan dengan ajaran agama,
karena akan meramalkan masadepan merupakan hal yang musyrik,
karena hanya Allah lah yang maha mengetahui masadepan. Apabila
masyarakat hanya menggunakan perhitungan weton untuk kehati-
hatian dalam menjalani kehidupan dan ditidak sepenuhnya percaya
maka boleh-boleh saja dilakukan.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, setelah melakukan penelitian
terkait perhitungan weton dalam tradisi pernikahan di Dusun Bobosan
Desa Kemiri Kecamatan Kandangan Kbupaten Kediri, penulis mempunyai

69
70

saran sebagai berikut :


1. Kepada masyarakat pemuda pemudi Dusun Bobosan Desa Kemiri agar
memahami tradisi perhitungan weton dalam pernikahan masyarakat
Jawa. Dengan melestarikan tersebut maka kebudayaan lokal akan tetap
terjaga dan tradisi dapat diwariskan kepada generasi yang akan datang.
Namun dalam menjalankan tradisi perhitungan weton dalam pemilihan
jodoh, ada baiknya masyarakat tidak terpaku berlebihan terhadap hasil
dari perhitungan tersebut dan hanya sebagai bentuk ikhtiar dalam
mencari yang terbaik untuk melangsungkan pernikahan. Sehingga, tidak
menimbulkan kepercayaan yang berlebihan terhadap hasil perhitungan
yang telah diperoleh dari para tokoh adat tersebut.
2. Kepada para tokoh adat penulis menyarankan agar lebih tegas dalam
memberikan pengetahuan dan penjelasan tentang pelaksanaan
perhitungan weton. Dengan begitu, maka lebih memudahkan peneliti
dan pengguna dalam memahami penjelasan.
Begitu pula kepada tokoh agama, hendaknya dalam penyampaian dan
kepastian hukum islam tentang perhitungan weton dalam pernikahan
Jawa yang diperbolehkan sesuai dengan kaidah ‘Urf Sehingga
masyarakat Jawa dapat melestarikan budaya dengan keyakinan tanpa
dibingungkan dengan hukum islam.
71

DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an dan Terjemahannya. Departemen Agama RI. Semarang: Toha Putra,
1989.
Abu Zahra, Muhammad. 2016. Usul Fiqih, Jakarta: PT.Pustaka Firdaus.
Abidin, Aminuddin dan Slamet. 1999.Fikih Munakahat 1, Bandung : CV Pustaka
Setia.
Amin, M. Darori. 2000. Islam dan Kebudayaan Jawa. Yogyakarta: Gana Media.
Ahmad, Saebani Beni. 2008. Metodologi Penelitian. Bandung :Pustaka Setia.
Azwar, Syaifuddin. 2005. Metode Penelitian, Cet- 6, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur penelitian suatu praktek, (Jakarta: PT
Rineka Cipta,
Dahlan, Abd Rahman. 2011. Ushul Fiqh, Jakarta: Amzah.
Fathani, Abdurrahmat. 1986. Metodologi Penelitian Dan Teknik Penyusunan
Skripsi, Jakarta Rineka Cipta,
Ghozali, Abdul Rahman. 2003. Fiqh Munakahat. Jakarta: Kencana Prenada
Media Group.
Ghozali, Abdul Rahman. 2014. Fiqih Munakahat. Jakarta: Kencana,.
Ghozali, Abdul Rahman. 2015. Fiqih Munakahat. Jakarta: Prenada Medi
a Group.
https://m.detik.com/d-4891144/asal-usul-ramalan-jodoh-berdasarkan-weton-
menurut pakar-budaya-jawa
https://www.booombastis.com/pentingnya-weton/47326.
https://rumaysho.com/8197-kaedah-fikih-16hukum-adat-kebiasaan-manusia-
asalnya boleh.html.
Hayy, Abdul Abdul Al. 2014. Pengantar Ushul Fikih, (Jakarta: Pustaka Al-
Kautsar.
Ibrahim. 2015. Metodologi Penelitian Kualitatif (Panduan Penelitian, Beserta
Contoh Proposal Kualitatif), Bandung: Alfabeta.
Mudjib, Abdul. 2004. Kaidah-kaidah Ilmu Fiqih (Qawaidul Fiqhiyyah), Jakarta :
Kalam mulia.
72

Muslim Bin Al-Haj, Abi Husain, Shohih Muslim, Beirut Kibanon : Darul Fikri,Tt,
No.2230.
Nashiruddin Al Albani Muhammad. 2006. Shahih Sunan An-Nasa‟I, Jakarta
Selatan : Pustaka Azzam.
Nur Rofiah, Faqihuddin Abdul Qadir, Alissa Wahid dkk. 2017. Fondasi Keluarga
Sakinah, (Jakarta: Kemenag RI.
Purwadi. 2005. Upacara Tradisional Jawa, Yogyakarta : Pustaka Pelajar,
R. Tanojo, PrimbonSabdoPandito Bahasa Indonesia, Suarabaya : Karyautama.
R. Gunasasmita. 2009. Kitab Primbon jawa Serbaguna, Jakarta : Narasi.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Cet-14,
(Bandung: CV. Alfabeta.
Syarifuddin, Amir. 2008. Ushul Fiqh. Jakarta: Kencana.
Syarifudin, Amir. 2011. Hukum Perkawinan Islam di Indonesia. Jakarta:
Kencana,
Syarifuddin, Amir. 2014. Ushul Fiqih jilid, 2, Jakarta: Kencana Perdana Media
Group.
Sudi Yatmana dan R. Danang Sutawijaya. 1995. Upacara Penganten tatacara
Kejawen, Semarang :CV Aneka Ilmu,
Setiyadi, Bambang. 2006. Metode Peneltian Untuk Mengajjaran Bahasa
Asing:Pendekatan Kuantitatif Dan Kualitatif, Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sufyan, Ahmad. 2008. ‘Urf dan Justifikasinya dalam Analisis Hukum Fiqh Al-
Mu’Amalat, Jurnal Syariah, Jilid XVI.
Sabrani, Sohari. 2004. Fiqih Munakahat:Kajian Fikih Nikah Lengkap , Jakarta:
RaJawali Pres.
Setiady, Tolib. 2013. Intisari hukum adat indonesia dalam kajian kepustakaan,
Bandung: Alfabeta.
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan, Pasal 1
Umam Khairul, dkk. 2002. Ushul Fiqh I, Bandung : CV. Pustaka Setia, Cet II.
Wahhab, Abdul Khallaf. 1994. Ilmu Ushul Fiqh, Semarang :Cet I.

Anda mungkin juga menyukai