MODUL BIMWIN #2
MEMPERSIAPKAN KELUARGA SAKINAH
GAMBARAN UMUM
Materi ini adalah mengajak peserta untuk membangun cara memandang keluarga sebagai
sesuatu yang memiliki dimensi manusiawi sekaligus ilahi. Oleh karena itu, ketenteraman
dalam keluarga sakinah mesti dapat dirasakan bersama oleh suami-istri, orang tua-anak, dan
orang lain yang berada di dalamnya, sekaligus dikelola dengan cara-cara yang dapat
dipertanggung jawabkan kepada Allah Swt.
TUJUAN
Calon pengantin mampu menyelaraskan cara memandang dan mengelola keluarga.
POKOK BAHASAN
Tauhid dan Khalifah Fil Ardl,
Fondasi Keluarga Sakinah,
METODE
Sungai kehidupan,
Curah pendapat,
Ceramah dan tanya-jawab,
Diskusi Kelompok,
Presentasi.
WAKTU
120 menit.
MEDIA
Kertas Flipchart,
Spidol besar
Kertas HVS,
Pulpen
LCD
Laptop
LANGKAH-LANGKAH
Langkah-1: Status sebagai Hamba Allah dan Amanah sebagai Khalifah di Muka Bumi
(60 Menit)
1. Sampaikan salam pada peserta dan ajaklah mereka bersama-sama membuka sesi dengan
bacaan basmalah. Kemudian informasikan secara singkat judul dan tujuan umum sesi ini
Bagikan kertas selembar kertas HVS dan pastikan peserta mempunyai pulpen atau alat
tulis lain dan mintalah mereka meletakkan posisi kertas HVS melebar (landscape), bukan
memanjang (potrait),
2. Gambarlah aliran sungai dari ujung kiri sampai ke ujung kanan HVS,
3. Gambarlah tiga batu, yaitu satu batu di ujung paling kiri, satu batu di ujung paling kanan,
dan satu batu di sebelah kiri batu paling kanan,
4. Tulislah di bawah batu paling kanan satu kalimat tentang cita-cita terkait dengan kondisi
keluarga (suami-istri dan anak-anak) di hadapan Allah kelak pada Hari Perhitungan
2
(Yaumul Hisab) di Akhirat. Peserta dapat diingatkan kondisi umum saat itu adalah
sebagaimana digambarkan oleh ayat berikut ini:
Pada hari ini Kami kunci mulut mereka; dan berkatalah kepada Kami tangan mereka dan
memberi kesaksianlah kaki mereka terhadap apa yang dahulu mereka lakukan (Qs. Yasin
36:65)
5. Tulislah di bawah batu paling kiri usia saat ini, dan di bawah batu dekat batu paling kanan
usia maksimal harapan hidup,
6. Buatlah lima hal yang menjadi prioritas hidup untuk mencapai kondisi yang dicita-citakan
di akherat. Hubungkan langsung masing-masing prioritas hidup dengan kondisi keluarga
di akherat. yang dicita-citakan. Tulislah kertas bagian bawah dengan judul Lima Prioritas
Hidup.
7. Gambarlah batu di sepanjang aliran sungai untuk menuliskan pada usia berapakah
masing-masing prioritas hidup tersebut ingin tercapai. Jumlah batu tergantung pada usia
berapa saja masing-masing prirotas itu ingin dicapai sehingga maksimal lima tapi bisa
kurang jika ada beberapa prioritas yang ingin dicapai di usia yang sama,
8. Mintalah satu peserta laki-laki dan satu peserta perempuan untuk membacakan sungai
kehidupan mereka dengan panduan sebagai berikut: a) cita-cita terkait kondisi keluarga
(bersama suami/istri dan anak-anak) di akhirat, b) Usia saat ini dan usia maksimal
harapan hidup, c) Lima prioritas hidup yang terhubung langsung dengan kondisi keluarga
di akherat yang dicita-citakan, dan usia berapa masing-masing prioritas ingin dicapai.
Ketika peserta membacakan, Narasumber menuliskan poin-poin penting di kertas
Flipchart. Setelah selesai mintalah keduanya duduk kembali.
9. Tanyakan apa manfaat yang diperoleh peserta dari kegiatan menggambar sungai
kehidupan. Persilahkan 1 perwakilan peserta laki-laki dan 1 perwakilan peserta
perempuan untuk menjawab. Tulislah kata kunci jawaban di kertas flipchart.
10. Jelaskan bahwa gambaran kondisi keluarga yang dicita-citakan di akherat tersebut adalah
gambaran sakinah yang hakiki. Kondisi tersebut perlu diproses terus menerus selama di
dunia dengan cara memantaskan diri untuk mengelola perkawinan dan keluarga sesuai
dengan status melekat setiap manusia sebagai hanya hamba Allah dan amanah melekat
sebagai khalifah fil ardl yang bertugas mewujudkan kemaslahatan di muka bumi
termasuk di keluarga.
a. Status melekat sebagai hanya hamba Allah artinya kita dilarang menuntut ketaatan
mutlak pada sesama manusia atau sebaliknya melakukan ketaatan mutlak kepada
selain Allah, dan dilarang menghalalkan segala cara untuk memperoleh sesuatu.
Amanah melekat sebagai khalifah fil Ardl berarti bahwa kita bertugas mewujudkan
kemaslahatan di muka bumi. Hubungan apapun termasuk tidak melunturkan status
dan amanah melekat ini, baik antara pimpinan dan staf, penguasa dan rakyat, orangtua
dan anak, maupun suami dan istri.
b. Perkawinan dan keluarga tidak melunturkan status melekat suami-istri sebagai hanya
hamba Allah. Tauhid menghendaki bahwa semua anggota keluarga tidak boleh
membangun hubungan penghambaan satu sama lain, baik antara suami dan istri,
orang tua dan anak, maupun antara pihak-pihak lainnya. Demikian pula penghambaan
dilarang atas sesama makhluk termasuk pada harta, kekuasaan, nafsu seksual, maupun
kesenangan duniawi lainnya,
c. Perkawinan dan keluarga juga tidak melunturkan amanah melekat suami-istri sebagai
khalifah di bumi. Semua anggota keluarga mempunyai kewajiban untuk bahu-
3
Laki-laki dan perempuan yang yang beriman sebagian mereka menjadi teman setia
bagi sebagian yang lain. Mereka sama-sama menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf,
mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat
pada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya
Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (Qs. at-Taubah/9:71)
d. Status melekat hanya sebagai hamba Allah dan amanah melekat sebagai khalifah di
muka bumi menyebabkan setiap tindakan dalam perkawinan dan keluarga mesti bisa
dipertanggungjawabkan kemaslahatannya, baik manusia maupun di hadapan Allah.
Dalam Qs. al-Hujurat/49:13, Allah Swt. menegaskan bahwa orang yang paling mulia
di sisi Allah adalah orang yang bertaqwa, yaitu mereka yang memiliki iman yang
menggerakkan kemaslahatan. Demikian pula seorang suami, istri, orang tua, anak,
maupun anggota keluarga lainnya yang paling mulia di sisi-Nya.
ارفُوا ِإنَّ َأ ْك َر َم ُك ْم عِ ْن َد هَّللا ِ َأ ْت َق ا ُك ْم ِإنَّ هَّللا َ َعلِي ٌم ُ َياَأ ُّي َها ال َّناسُ ِإ َّنا َخلَ ْق َنا ُك ْم مِنْ َذ َك ٍر َوُأ ْن َثى َو َج َع ْل َنا ُك ْم
َ ش عُوبًا َو َقبَاِئ َل لِ َت َع
َخ ِبي ٌر
Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kalian terdiri dari laki-laki dan
perempuan dan menjadikan kalian berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kalian
saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kalian di sisi Allah
ialah orang yang paling bertakwa di antara kalian. Sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui lagi Maha Mengenal.
e. Rasulullah dalam Khutbah Haji Wada’ menegaskan bahwa prilaku seseorang suami
pada istrinya (demikian pula sebaliknya) mencerminkan kualitas ketaqwaannya.
َ َفا َّتقُواهَّللا َ فِي ال ِّن َسا ِء َفِإ َّن ُك ْم َأ َخ ْذ ُتمُوهُنَّ ِبَأ َمان ِة هَّللا ِ َواسْ َتحْ لَ ْل ُت ْم فُر
... ِ ُوجهُنَّ ِب َكلِ َم ِةهَّللا
11. Ingatkan bahwa penerapan tauhid atau iman yang benar secara otomatis melahirkan
amal shaleh yang berimplikasi kemaslahatan (kebajikan) dan sebaliknya kemafsadatan
(kerusakan) merupakan tanda bermasalahnya kualitas keimanan kita. Kemudian berilah
kesempatan pada peserta untuk tanya jawab.
MERAGUKAN MEYAKINKAN
Belum ada restu orang tua Sudah punya pekerjaan
Belum ada kecocokan Ada kecocokan
6. Ajaklah peserta untuk mengamati manakah yang lebih banyak: faktor keyakinan dan
keraguan yang berubah ataukah tidak berubah. Kemungkinan jawabannya adalah lebih
banyak bahkan bisa jadi semuanya adalah faktor yang berubah.
7. Perlihatkan kembali flipchart yang berisi tentang standard kafa’ah atau sekufu atau
sepadan yang sebelumnya ada. Tanyakah kepada peserta apakah standard tersebut adalah
sesuatu yang berubah juga ataukah tidak? Kemudian ingatkan dua hadis yang mengubah
standar kesepadanan berikut ini:
, َول َِح َس ِب َها, لِ َمالِ َه ا: ( ُت ْن َك ُح اَ ْل َم رْ َأةُ َأِلرْ َب ٍع: َو َعنْ َأ ِبي ه َُري َْر َة رضي هللا عن ه َع ِن ال َّن ِبيِّ ص لى هللا علي ه وس لم َق ا َل
ك ) ُم َّت َف ٌق َعلَ ْي ِه َم َع َبقِ َّي ِة اَل َّسب َْع ِة ْ ين َت ِر َب ْ َف, َولِدِي ِن َها, َول َِج َمالِ َها
ِ اظ َفرْ ِب َذا
َ ت َيدَا ِ ت اَل ِّد
Dari Abu Hurairah Ra bahwa Nabi Saw bersabda: "Perempuan itu dinikahi karena empat
hal, yaitu: harta, keturunan, kecantikan, dan agamanya. Dapatkanlah wanita yang taat
beragama, engkau akan berbahagia." Muttafaq Alaihi dan Imam Lima.
“Janganlah kalian menikahi perempuan karena cantiknya. Boleh jadi kecantikan tersebut
akan membinasakannya. Jangan pula karena hartanya karena harta boleh jadi akan
menyebabkannya melampaui batas. Menikahlah karena agama. Sungguh budak hitam
yang cacat namun baik agamanya itu yang lebih baik”(HR. Ibnu Majah).
8. Jelaskan bahwa:
a. Standar kesepadanan suami-istri yang diajarkan Islam adalah agama, yakni keteguhan
memegang prinsip tauhid, yaitu hanya dan hanya menghamba kepada Allah Swt dan
5
IKRAR PERKAWINAN
1. Suami dan isteri sama-sama meyakini bahwa dalam perkawinan keduanya adalah
berpasangan (zawaj).
6
2. Suami dan istri sama-sama memegang teguh perkawinan sebagai janji yang kokoh
(Mitsaqan Ghalizhan).
3. Suami dan istri saling memperlakukan pasangannya secara bermartabat (Mu’asyaroh
bil-Ma’ruf).
4. Suami dan istri bersama-sama menyelesaikan masalah keluarga melalui Musyawarah.
Pengelolaan rumah tangga terutama jika menghadapi persoalan harus
Dalam berinteraksi sosial, kita kadang tak kuasa menghindar dari relasi kelas baik berbasis
jenis kelamin, ras, maupun lainnya. Di masyarakat Arab, jenis kelamin, bangsa, dan suku
agaknya paling menentukan. Ketiganya bersifat tertutup karena bawaan lahir. Merespon hal
ini, Allah menegaskan bahwa ketiganya sama sekali bukan standard kualitas manusia. Allah
kemudian memberikan standard baru yang terbuka, yaitu ketaqwaan (Qs. Al-Hujurat/49:13)
Hal ini berarti bahwa seorang perempuan, bangsa Indonesia, suku Jawa yang bertaqwa lebih
mulia daripada seorang laki-laki, ashli Arab, suku Quraish yang tidak bertaqwa. Jika
keduanya bertaqwa ya sama-sama mulia. Apapun posisi keduanya dalam sebuah relasi sosial.
Taqwa dapat dipahami sebagai sebuah kesadaran untuk menjaga dan menyelaraskan diri
dengan status melekat hanya sebagai hamba Allah (tauhid) dan amanah melekat sebagai
khalifah fil ardl yang bertugas mewujudkan kemaslahatan di muka bumi. Taqwa dengan
demikian adalah kombinasi iman dan perbuatan baik, atau iman yang menggerakkan
perbuatan baik.
Pergeseran standard dalam melakukan relasi sosial ini juga terjadi dalam relasi perkawinan.
Rasulullah mengubah standard kafa’ah (sekufu/sepadan) calon suami-istri yang umum
dipegang masyarakat, yaitu kekayaan, keturunan, dan kesempurnaan fisik menjadi agama
yang intinya adalah taqwa:
Dari Abu Hurairah Ra bahwa Nabi Saw bersabda: "Perempuan itu dinikahi karena empat hal,
yaitu: harta, keturunan, kecantikan, dan agamanya. Dapatkanlah wanita yang taat beragama,
engkau akan berbahagia." (Muttafaq Alaihi). “Janganlah kalian menikahi perempuan karena
cantiknya. Boleh jadi kecantikan tersebut akan membinasakannya. Jangan pula karena
hartanya karena harta boleh jadi akan menyebabkannya melampaui batas. Menikahlah karena
agama. Sungguh budak hitam yang cacat namun baik agamanya itu yang lebih baik”(HR.
Ibnu Majah).
Iman sebagai unsur penting dalam taqwa itu berada di hati dan tidak terukur. Namun indikasi
iman yaitu perbuatan baik adalah sesuatu yang terukur. Ukurannya ya kemaslahatan. Iman
juga dinamis (yazidu wa yanqushu). Kadang-kadang naik, kadang-kadang turun. Kapan saja
kita berbuat buruk atau melahirkan mafsadat, iman kita sedang turun. Sebaliknya kapan saja
kita berbuat baik, iman sedang naik.
Ujian iman sejatinya terjadi setiap detik sepanjang hayat. Bahkan kadang berupa sesuatu
yang menyenangkan sehingga kita berat menolaknya. Karenanya, laki-laki dan perempuan
mesti bekerjasama sebagai mitra. Keduanya mesti bahu-membahu memelihara dan memupuk
iman agar punya daya dorong kuat untuk melahirkan kemaslahatan di muka bumi, termasuk
di dalam keluarga.
7
a. Kemampuan untuk merumuskan tujuan akhir, tujuan jangka panjang, dan tujuan
jangka pendek hidup,
b. Kemampuan menyelaraskan tujuan akhir, jangka panjang, dan jangka pendek milik
sendiri dengan milik calon suami atau istri,
2. Kemampuan menentukan cara pandang atas perkawinan kokoh dan keluarga sakinah
yang sesuai dengan status melekat sebagai hamba Allah dan Khalifah di muka bumi,
meliputi kemampuan menentukan dalam konteks kehidupan personal dan kemampuan
menentukan dalam konteks kehidupan perkawinan yang kokoh dan keluarga sakinah,
3. Kemampuan untuk memahami dan menentukan prinsip-prinsip perkawinan kokoh yang
menjadi fondasi keluarga sakinah, meliputii kemampuan memahami dan
menginternalisasikan dalam konteks personal dan kemampuan mendialogkan dan
menyelaraskannya dengan calon suami atau istri.
RINGKASAN MATERI
َ ال َف َأ َبي َْن َأنْ َيحْ م ِْل َن َه ا َوَأ ْش َف ْق َن ِم ْن َه ا َو َح َملَ َه ا اِإْل ْن َس انُ ِإ َّن ُه َك
ان ِ ْت َواَأْلر
ِ ض َو ْال
ِ ج َب َّ ِإ َّنا َع َرضْ َنا اَأْل َما َن َة َعلَى
ِ الس َم َاوا
َظلُومًا َجهُواًل
ين ُك ْف ُر ُه ْم ِع ْن َد َرب ِِّه ْم ِإاَّل َم ْق ًت ا َواَل َي ِزي ُد ِ ِْئف فِي اَأْلر
َ ض َف َمنْ َك َف َر َف َعلَ ْي ِه ُك ْف ُرهُ َواَل َي ِزي ُد ْال َك اف ِِر َ ه َُو الَّذِي َج َعلَ ُك ْم َخاَل
َخ َسارً ا َ ْال َكاف ِِر
ين ُك ْف ُر ُه ْم ِإاَّل
Keluarga Sakinah
4. Hadis tentang Kafa’ah:
َول َِج َمالِ َها, َول َِح َس ِب َها, لِ َمالِ َها: ( ُت ْن َك ُح اَ ْل َمرْ َأةُ َأِلرْ َب ٍع: َو َعنْ َأ ِبي ه َُري َْر َة رضي هللا عنه َع ِن ال َّن ِبيِّ صلى هللا عليه وسلم َقا َل
َاك ) ُم َّت َف ٌق َعلَ ْي ِه َم َع َبقِ َّي ِة اَل َّسب َْع ِة ْ ين َت ِر َب ْ َف, َولِدِي ِن َها,
ِ اظ َفرْ ِب َذا
َ ت َيد ِ ت اَل ِّد
Dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam
bersabda: "Perempuan itu dinikahi karena empat hal, yaitu: harta, keturunan, kecantikan,
9
dan agamanya. Dapatkanlah wanita yang taat beragama, engkau akan berbahagia."
Muttafaq Alaihi dan Imam Lima.
“Janganlah kalian menikahi perempuan karena cantiknya. Boleh jadi kecantikan tersebut
akan membinasakannya. Jangan pula karena hartanya karena harta boleh jadi akan
menyebabkannya melampaui batas. Menikahlah karena agama. Sungguh budak hitam yang
cacat namun baik agamanya itu yang lebih baik”(HR. Ibnu Majah).
َ ت لِ َق ْو ٍم َي َت َف َّكر
ُون َ َِومِنْ آ َيا ِت ِه َأنْ َخلَ َق لَ ُك ْم مِنْ َأ ْنفُسِ ُك ْم َأ ْز َواجً ا لِ َتسْ ُك ُنوا ِإلَ ْي َها َو َج َع َل َب ْي َن ُك ْم َم َو َّد ًة َو َرحْ َم ًة ِإنَّ فِي َذل
ٍ ك آَل َيا
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untuk kalian pasangan
dari jenis kalian sendiri, supaya kalian cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan
dijadikan-Nya di antara kalian rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian
itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir.
Sakinah: Kata sakinah sendiri disebutkan sebanyak enam kali dalam al-Qur’an, yaitu pada
Qs. al-Baqarah (Qs. 2:248), Qs. at-Taubah (Qs. 9:26 dan 40), Qs. al-Fath (48: 4, 18, dan
26). Ayat-ayat tersebut menjelaskan bahwa sakinah Allah Swt. datangkan ke dalam hati
para Nabi dan orang-orang yang beriman agar tabah dan tidak gentar menghadapi aneka
masalah. Atas dasar makna ini, maka keluarga sakinah dapat dipahami sebagai keluarga
yang tetap tenang (harmonis), meskipun ketika menghadapi masalah sebesar dan
sebanyak apapun,
Rohmah adalah perasaan cinta yang melahirkan keinginan untuk membahagiakan orang
yang dicintainya. Ungkapan ini menggambarkan rohmah, “Aku ingin menikahimu karena
aku ingin membuatmu bahagia”. Rohmah saja tidak cukup karena rasa cinta ini bisa
disalahgunakan oleh orang yang dicintai untuk kebahagian dirinya secara sepihak tanpa
peduli pada kebahagiaan orang yang mencintainya.
Pasangan suami-istri memerlukan mawaddah dan rohmah sekaligus, yakni perasaan cinta
yangmelahirkan keinginan untuk membahagiakan dirinya sendiri sekaligus pasangannya
dalam suka maupun duka.
َّ“ هُنَّ لِ َباسٌ َل ُك ْم َوَأ ْن ُت ْم ِل َباسٌ لَهُنMereka (istrimu) adalah pakaian bagi kalian, dan kalian adalah
pakaian bagi mereka (Qs. al-Baqarah/2: 187),
4. Musyawaroh:
َ َفِإنْ َأ َرادَا ف....
ٍ ِصااًل َعنْ َت َر
اض ِم ْن ُه َما َو َت َشاوُ ٍر َفاَل ُج َنا َح َعلَي ِْه َما
....Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan
permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas keduanya (Qs. al-Baqarah/ 2:233)