Anda di halaman 1dari 10

1

MODUL BIMWIN #2
MEMPERSIAPKAN KELUARGA SAKINAH

GAMBARAN UMUM
Materi ini adalah mengajak peserta untuk membangun cara memandang keluarga sebagai
sesuatu yang memiliki dimensi manusiawi sekaligus ilahi. Oleh karena itu, ketenteraman
dalam keluarga sakinah mesti dapat dirasakan bersama oleh suami-istri, orang tua-anak, dan
orang lain yang berada di dalamnya, sekaligus dikelola dengan cara-cara yang dapat
dipertanggung jawabkan kepada Allah Swt.

TUJUAN
 Calon pengantin mampu menyelaraskan cara memandang dan mengelola keluarga.

POKOK BAHASAN
 Tauhid dan Khalifah Fil Ardl,
 Fondasi Keluarga Sakinah,

METODE
 Sungai kehidupan,
 Curah pendapat,
 Ceramah dan tanya-jawab,
 Diskusi Kelompok,
 Presentasi.

WAKTU 
 120 menit.

MEDIA
 Kertas Flipchart,
 Spidol besar
 Kertas HVS,
 Pulpen
 LCD
 Laptop

LANGKAH-LANGKAH
Langkah-1: Status sebagai Hamba Allah dan Amanah sebagai Khalifah di Muka Bumi
(60 Menit)
1. Sampaikan salam pada peserta dan ajaklah mereka bersama-sama membuka sesi dengan
bacaan basmalah. Kemudian informasikan secara singkat judul dan tujuan umum sesi ini
Bagikan kertas selembar kertas HVS dan pastikan peserta mempunyai pulpen atau alat
tulis lain dan mintalah mereka meletakkan posisi kertas HVS melebar (landscape), bukan
memanjang (potrait),
2. Gambarlah aliran sungai dari ujung kiri sampai ke ujung kanan HVS,
3. Gambarlah tiga batu, yaitu satu batu di ujung paling kiri, satu batu di ujung paling kanan,
dan satu batu di sebelah kiri batu paling kanan,
4. Tulislah di bawah batu paling kanan satu kalimat tentang cita-cita terkait dengan kondisi
keluarga (suami-istri dan anak-anak) di hadapan Allah kelak pada Hari Perhitungan
2

(Yaumul Hisab) di Akhirat. Peserta dapat diingatkan kondisi umum saat itu adalah
sebagaimana digambarkan oleh ayat berikut ini:

َ ‫ِيه ْم َو َت ْش َه ُد َأرْ ُجلُ ُه ْم ِب َما َكا ُنوا َي ْكسِ ب‬


‫ُون‬ ِ ‫ْال َي ْو َم َن ْخ ِت ُم َعلَى َأ ْف َواه ِِه ْم َو ُت َكلِّ ُم َنا َأ ْيد‬

Pada hari ini Kami kunci mulut mereka; dan berkatalah kepada Kami tangan mereka dan
memberi kesaksianlah kaki mereka terhadap apa yang dahulu mereka lakukan (Qs. Yasin
36:65)

5. Tulislah di bawah batu paling kiri usia saat ini, dan di bawah batu dekat batu paling kanan
usia maksimal harapan hidup,
6. Buatlah lima hal yang menjadi prioritas hidup untuk mencapai kondisi yang dicita-citakan
di akherat. Hubungkan langsung masing-masing prioritas hidup dengan kondisi keluarga
di akherat. yang dicita-citakan. Tulislah kertas bagian bawah dengan judul Lima Prioritas
Hidup.
7. Gambarlah batu di sepanjang aliran sungai untuk menuliskan pada usia berapakah
masing-masing prioritas hidup tersebut ingin tercapai. Jumlah batu tergantung pada usia
berapa saja masing-masing prirotas itu ingin dicapai sehingga maksimal lima tapi bisa
kurang jika ada beberapa prioritas yang ingin dicapai di usia yang sama,
8. Mintalah satu peserta laki-laki dan satu peserta perempuan untuk membacakan sungai
kehidupan mereka dengan panduan sebagai berikut: a) cita-cita terkait kondisi keluarga
(bersama suami/istri dan anak-anak) di akhirat, b) Usia saat ini dan usia maksimal
harapan hidup, c) Lima prioritas hidup yang terhubung langsung dengan kondisi keluarga
di akherat yang dicita-citakan, dan usia berapa masing-masing prioritas ingin dicapai.
Ketika peserta membacakan, Narasumber menuliskan poin-poin penting di kertas
Flipchart. Setelah selesai mintalah keduanya duduk kembali.
9. Tanyakan apa manfaat yang diperoleh peserta dari kegiatan menggambar sungai
kehidupan. Persilahkan 1 perwakilan peserta laki-laki dan 1 perwakilan peserta
perempuan untuk menjawab. Tulislah kata kunci jawaban di kertas flipchart.
10. Jelaskan bahwa gambaran kondisi keluarga yang dicita-citakan di akherat tersebut adalah
gambaran sakinah yang hakiki. Kondisi tersebut perlu diproses terus menerus selama di
dunia dengan cara memantaskan diri untuk mengelola perkawinan dan keluarga sesuai
dengan status melekat setiap manusia sebagai hanya hamba Allah dan amanah melekat
sebagai khalifah fil ardl yang bertugas mewujudkan kemaslahatan di muka bumi
termasuk di keluarga.
a. Status melekat sebagai hanya hamba Allah artinya kita dilarang menuntut ketaatan
mutlak pada sesama manusia atau sebaliknya melakukan ketaatan mutlak kepada
selain Allah, dan dilarang menghalalkan segala cara untuk memperoleh sesuatu.
Amanah melekat sebagai khalifah fil Ardl berarti bahwa kita bertugas mewujudkan
kemaslahatan di muka bumi. Hubungan apapun termasuk tidak melunturkan status
dan amanah melekat ini, baik antara pimpinan dan staf, penguasa dan rakyat, orangtua
dan anak, maupun suami dan istri.
b. Perkawinan dan keluarga tidak melunturkan status melekat suami-istri sebagai hanya
hamba Allah. Tauhid menghendaki bahwa semua anggota keluarga tidak boleh
membangun hubungan penghambaan satu sama lain, baik antara suami dan istri,
orang tua dan anak, maupun antara pihak-pihak lainnya. Demikian pula penghambaan
dilarang atas sesama makhluk termasuk pada harta, kekuasaan, nafsu seksual, maupun
kesenangan duniawi lainnya,
c. Perkawinan dan keluarga juga tidak melunturkan amanah melekat suami-istri sebagai
khalifah di bumi. Semua anggota keluarga mempunyai kewajiban untuk bahu-
3

membahu mewujudkan kemaslahatan di muka bumi, termasuk untuk diri sendiri,


keluarga, masyarakat, negara, dan semesta raya.

َ ‫صاَل َة َويُْؤ ُت‬


‫ون‬ َ ‫ف َو َي ْن َه ْو َن َع ِن ْال ُم ْن َك ِر َو ُيقِيم‬
َّ ‫ُون ال‬ ِ ‫ُون بِ ْال َمعْ رُو‬َ ‫ض َيْأ ُمر‬ ٍ ْ‫ض ُه ْم َأ ْولِ َيا ُء َبع‬ ُ ‫ون َو ْالمُْؤ ِم َن‬
ُ ْ‫ات َبع‬ َ ‫َو ْالمُْؤ ِم ُن‬
‫ك َس َيرْ َح ُم ُه ُم هَّللا ُ ِإنَّ هَّللا َ َع ِزي ٌز َحكِي ٌم‬ َ ‫ُون هَّللا َ َو َرسُولَ ُه ُأولَِئ‬ َّ
َ ‫الز َكا َة َويُطِ يع‬

Laki-laki dan perempuan yang yang beriman sebagian mereka menjadi teman setia
bagi sebagian yang lain. Mereka sama-sama menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf,
mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat
pada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya
Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (Qs. at-Taubah/9:71)
d. Status melekat hanya sebagai hamba Allah dan amanah melekat sebagai khalifah di
muka bumi menyebabkan setiap tindakan dalam perkawinan dan keluarga mesti bisa
dipertanggungjawabkan kemaslahatannya, baik manusia maupun di hadapan Allah.
Dalam Qs. al-Hujurat/49:13, Allah Swt. menegaskan bahwa orang yang paling mulia
di sisi Allah adalah orang yang bertaqwa, yaitu mereka yang memiliki iman yang
menggerakkan kemaslahatan. Demikian pula seorang suami, istri, orang tua, anak,
maupun anggota keluarga lainnya yang paling mulia di sisi-Nya.

‫ارفُوا ِإنَّ َأ ْك َر َم ُك ْم عِ ْن َد هَّللا ِ َأ ْت َق ا ُك ْم ِإنَّ هَّللا َ َعلِي ٌم‬ ُ ‫َياَأ ُّي َها ال َّناسُ ِإ َّنا َخلَ ْق َنا ُك ْم مِنْ َذ َك ٍر َوُأ ْن َثى َو َج َع ْل َنا ُك ْم‬
َ ‫ش عُوبًا َو َقبَاِئ َل لِ َت َع‬
‫َخ ِبي ٌر‬

Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kalian terdiri dari laki-laki dan
perempuan dan menjadikan kalian berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kalian
saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kalian di sisi Allah
ialah orang yang paling bertakwa di antara kalian. Sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui lagi Maha Mengenal.

e. Rasulullah dalam Khutbah Haji Wada’ menegaskan bahwa prilaku seseorang suami
pada istrinya (demikian pula sebaliknya) mencerminkan kualitas ketaqwaannya.

َ ‫َفا َّتقُواهَّللا َ فِي ال ِّن َسا ِء َفِإ َّن ُك ْم َأ َخ ْذ ُتمُوهُنَّ ِبَأ َمان ِة هَّللا ِ َواسْ َتحْ لَ ْل ُت ْم فُر‬
... ِ ‫ُوجهُنَّ ِب َكلِ َم ِةهَّللا‬

Bertaqwalah kalian semua kepada Allah dalam memperlakukan para istri.


Sesungguhnya kalian telah meminang mereka dengan amanah dari Allah dan
menghalalkan farji mereka dengan kalimat Allah.” (HR. Muslim).

11. Ingatkan bahwa penerapan tauhid atau iman yang benar secara otomatis melahirkan
amal shaleh yang berimplikasi kemaslahatan (kebajikan) dan sebaliknya kemafsadatan
(kerusakan) merupakan tanda bermasalahnya kualitas keimanan kita. Kemudian berilah
kesempatan pada peserta untuk tanya jawab.

Langkah-2: Fondasi Keluarga Sakinah (30 menit)


1. Siapkan dua flipchart satu diberi judul Keyakinan dan lainnya diberi judul Keraguan dan
tempelkan di depan. Kemudian bagikan masing-masing peserta dengan dua lembar
kertas post it atau potongan kertas lainnya yang bisa ditempelkan di flipchart,
2. Tanyalah apa standar sepadannya suami-istri menurut masayrakat. Tulis jawaban di
kertas flipchart. Kemungkinan jawabannya adalah ekonomi, sosial, kesempurnaan fisik,
dan agama. Simpan catatan tersebut jangan dulu didiskusikan.
4

3. Mintalah setiap peserta untuk merefleksikan pengalamannya dengan menuliskan 1 faktor


yang dulu pernah membuat mereka ragu-ragu untuk segera menikah di 1 kertas post it,
dan 1 faktor yang membuat mereka akhirnya yakin untuk menikah di 1 kertas post it
yang lain. Setelah selesai mintalah mereka untuk menempelkan faktor pemicu keyakinan
dan faktor pemicu keraguan di flipchart yang terkait.
4. Mintalah 1 peserta perempuan untuk membacakan faktor-faktor pemicu keyakinan dan 1
peserta laki-laki untuk membacakan faktor-faktor pemicu keraguan. Setelah selesai,
mintalah mereka untuk kembali duduk,
5. Ajaklah mereka untuk melakukan check list dengan pada setiap faktor baik dalam
flipchart keyakinan maupun keraguan dengan pertanyaan: apakah faktor tersebut selama
perkawinan bisa berubah ataukah tidak? Ingat pertanyaan bukan pada seharusnya
berubah atau tidak tetapi mungkin berubah atau tidak.. Jika jawabannya bisa, maka
tandai dengan checklist. Demikian pula pada faktor keraguan. Misalnya punya pekerjaan
dalam faktor pemicu keyakinan untuk menikah. Maka pertanyaannya adalah apakah
pekerjaan yang kita miliki sekarang ini sepanjang perkawinan nanti bisa berubah, bahkan
maju pesat atau sebaliknya hilang? Demikian pula agama. Bisakah agama seseorang
berubah sepanjang perkawinan? Jika kenyataannya bisa berubah, maka mesti diberi
tanda checklist. Contoh:

MERAGUKAN MEYAKINKAN
Belum ada restu orang tua Sudah punya pekerjaan
Belum ada kecocokan Ada kecocokan

6. Ajaklah peserta untuk mengamati manakah yang lebih banyak: faktor keyakinan dan
keraguan yang berubah ataukah tidak berubah. Kemungkinan jawabannya adalah lebih
banyak bahkan bisa jadi semuanya adalah faktor yang berubah.
7. Perlihatkan kembali flipchart yang berisi tentang standard kafa’ah atau sekufu atau
sepadan yang sebelumnya ada. Tanyakah kepada peserta apakah standard tersebut adalah
sesuatu yang berubah juga ataukah tidak? Kemudian ingatkan dua hadis yang mengubah
standar kesepadanan berikut ini:

, ‫ َول َِح َس ِب َها‬, ‫ لِ َمالِ َه ا‬: ‫ ( ُت ْن َك ُح اَ ْل َم رْ َأةُ َأِلرْ َب ٍع‬: ‫َو َعنْ َأ ِبي ه َُري َْر َة رضي هللا عن ه َع ِن ال َّن ِبيِّ ص لى هللا علي ه وس لم َق ا َل‬
‫ك ) ُم َّت َف ٌق َعلَ ْي ِه َم َع َبقِ َّي ِة اَل َّسب َْع ِة‬ ْ ‫ين َت ِر َب‬ ْ ‫ َف‬, ‫ َولِدِي ِن َها‬, ‫َول َِج َمالِ َها‬
ِ ‫اظ َفرْ ِب َذا‬
َ ‫ت َيدَا‬ ِ ‫ت اَل ِّد‬

Dari Abu Hurairah Ra bahwa Nabi Saw bersabda: "Perempuan itu dinikahi karena empat
hal, yaitu: harta, keturunan, kecantikan, dan agamanya. Dapatkanlah wanita yang taat
beragama, engkau akan berbahagia." Muttafaq Alaihi dan Imam Lima. 

ُ ‫ َوَأَل َم ٌة َس ْودَا ُء َخرْ َق ا ُء َذ‬، ‫ين‬


‫ات‬ ِ ‫ َواَل لِ َمال ِِهنَّ َفلَ َعلَّ ُه ي ُْطغ‬، َّ‫ِيهن‬
ِ ‫ َوا ْن ِكحُوهُنَّ لِل ِّد‬، َّ‫ِيهن‬ ِ ‫اَل َت ْن ِكحُوا ال ِّن َسا َء لِحُسْ ن ِِهنَّ َفلَ َعلَّ ُه يُرْ د‬
َ ‫ِين َأ ْف‬
‫ض ُل‬ ٍ ‫د‬

“Janganlah kalian menikahi perempuan karena cantiknya. Boleh jadi kecantikan tersebut
akan membinasakannya. Jangan pula karena hartanya karena harta boleh jadi akan
menyebabkannya melampaui batas. Menikahlah karena agama. Sungguh budak hitam
yang cacat namun baik agamanya itu yang lebih baik”(HR. Ibnu Majah).

8. Jelaskan bahwa:
a. Standar kesepadanan suami-istri yang diajarkan Islam adalah agama, yakni keteguhan
memegang prinsip tauhid, yaitu hanya dan hanya menghamba kepada Allah Swt dan
5

konsisten mewujudkan kemaslahatan sebagai khalifah di muka bumi, termasuk di


dalam keluarga.
b. Agama sebagai standar kafa’ah atau sekufu atau kesepadanan suami-istri ini juga
bersifat dinamis dan perlu diproses bersama-sama secara terus menerus sepanjang usia
perkawinan. Yang sudah sama-sama baik jangan lengah mesti terus berproses menjadi
lebih baik, dan yang masih belum baik jangan berkecil hati karena sekarang ada
pasangan untuk terus berusaha menjadi baik dan lebih baik terus menerus.
9. Jelaskan pula bahwa kesepadanan suami dan istri secara agama mulai dibangun dari
pemahaman yang sama tentang tujuan dan dasar relasi suami-istri, serta pilar perkawinan
sebagai berikut:
a. Tujuan perkawinan adalah ketentraman batin (sakinah) yang diperoleh melalui
pergaulan suami-istri yang didasarkan pada mawaddah (cinta-kasih yang memberi
manfaat pada pihak yang mencintai) dan rahmah (cinta kasih yang memberi manfaat
pada pihak yang dicintai) (Qs. Ar-Rum/30:21). Jadi ketentraman batin dalam keluarga
mensyaratkan suami dan istri juga orangtua dan anak kelak sama-sama memiliki dan
memelihara cinta-kasih membuat diri sendiri bahagia sekaligus membahagiakan
lainnya.
b. Empat pilar perkawinan, yaitu:
1) Suami dan isteri sama-sama meyakini bahwa dalam perkawinan keduanya adalah
berpasangan (zawaj). Pergaulan dalam perkawinan disebut sebagai zawaj
(berpasangan). Suami-istri itu laksana sepasang sayap yang bisa membuat seekor
burung terbang tinggi untuk hidup dan mencari kehidupan. Keduanya penting,
saling melengkapi, saling menopang, dan saling kerjasama. Dalam ungkapan al-
Qur’an, suami adalah pakaian bagi istri dan istri adalah pakaian bagi suami (Qs.
al-Baqarah/ 2:187),
2) Suami dan istri sama-sama memegang teguh perkawinan sebagai janji yang
kokoh (Mitsaqan Ghalizhan). Suami-istri sama-sama menghayati perkawinan
sebagai ikatan yang kokoh (Qs. an-Nisa/ 4:21) agar bisa menyangga seluruh
sendi-sendi kehidupan rumah tangga. Keduanya diwajibkan menjaga ikatan ini
dengan segala upaya yang dimiliki. Tidak bisa yang satu menjaga dengan erat,
sementara yang lainnya melemahkannya,
3) Suami dan istri saling memperlakukan pasangannya secara bermartabat
(Mu’asyaroh bil-Ma’ruf). Ikatan perkawinan harus dipelihara dengan cara saling
memperlakukan pasangannya secara bermartabat (Qs. an-Nisa/ 4: 19). Seorang
suami harus selalu berpikir, berupaya, dan melakukan segala yang terbaik untuk
istri. Begitupun istri pada suami. Kata mu’syaroh bil ma’ruf’ adalah bentuk kata
kesalingan sehingga perilaku yang bermartabat harus bersifat timbal balik, yakni
suami kepada istri dan istri kepada suami.
4) Suami dan istri bersama-sama menyelesaikan masalah keluarga melalui
Musyawarah. Pengelolaan rumah tangga terutama jika menghadapi persoalan
harus diselesaikan bersama (Qs. al-Baqarah/ 2:23). Musyawarah adalah cara yang
sehat untuk berkomunikasi, meminta masukan, menghormati pandangan
pasangan, dan mengambil keputusan yang terbaik karena keduanya bisa saling
ridlo satu sama lain.
10. Mintalah salah satu peserta untuk membacakan ikrar yang berisi empat pilar perkawinan
di atas secara bersama-sama sebagai berikut:

IKRAR PERKAWINAN
1. Suami dan isteri sama-sama meyakini bahwa dalam perkawinan keduanya adalah
berpasangan (zawaj).
6

2. Suami dan istri sama-sama memegang teguh perkawinan sebagai janji yang kokoh
(Mitsaqan Ghalizhan).
3. Suami dan istri saling memperlakukan pasangannya secara bermartabat (Mu’asyaroh
bil-Ma’ruf).
4. Suami dan istri bersama-sama menyelesaikan masalah keluarga melalui Musyawarah.
Pengelolaan rumah tangga terutama jika menghadapi persoalan harus

KAFAAH ITU TERBUKA DAN DINAMIS

Dalam berinteraksi sosial, kita kadang tak kuasa menghindar dari relasi kelas baik berbasis
jenis kelamin, ras, maupun lainnya. Di masyarakat Arab, jenis kelamin, bangsa, dan suku
agaknya paling menentukan. Ketiganya bersifat tertutup karena bawaan lahir. Merespon hal
ini, Allah menegaskan bahwa ketiganya sama sekali bukan standard kualitas manusia. Allah
kemudian memberikan standard baru yang terbuka, yaitu ketaqwaan (Qs. Al-Hujurat/49:13)

Hal ini berarti bahwa seorang perempuan, bangsa Indonesia, suku Jawa yang bertaqwa lebih
mulia daripada seorang laki-laki, ashli Arab, suku Quraish yang tidak bertaqwa. Jika
keduanya bertaqwa ya sama-sama mulia. Apapun posisi keduanya dalam sebuah relasi sosial.

Taqwa dapat dipahami sebagai sebuah kesadaran untuk menjaga dan menyelaraskan diri
dengan status melekat hanya sebagai hamba Allah (tauhid) dan amanah melekat sebagai
khalifah fil ardl yang bertugas mewujudkan kemaslahatan di muka bumi. Taqwa dengan
demikian adalah kombinasi iman dan perbuatan baik, atau iman yang menggerakkan
perbuatan baik.

Pergeseran standard dalam melakukan relasi sosial ini juga terjadi dalam relasi perkawinan.
Rasulullah mengubah standard kafa’ah (sekufu/sepadan) calon suami-istri yang umum
dipegang masyarakat, yaitu kekayaan, keturunan, dan kesempurnaan fisik menjadi agama
yang intinya adalah taqwa:

Dari Abu Hurairah Ra bahwa Nabi Saw bersabda: "Perempuan itu dinikahi karena empat hal,
yaitu: harta, keturunan, kecantikan, dan agamanya. Dapatkanlah wanita yang taat beragama,
engkau akan berbahagia." (Muttafaq Alaihi). “Janganlah kalian menikahi perempuan karena
cantiknya. Boleh jadi kecantikan tersebut akan membinasakannya. Jangan pula karena
hartanya karena harta boleh jadi akan menyebabkannya melampaui batas. Menikahlah karena
agama. Sungguh budak hitam yang cacat namun baik agamanya itu yang lebih baik”(HR.
Ibnu Majah).

Iman sebagai unsur penting dalam taqwa itu berada di hati dan tidak terukur. Namun indikasi
iman yaitu perbuatan baik adalah sesuatu yang terukur. Ukurannya ya kemaslahatan. Iman
juga dinamis (yazidu wa yanqushu). Kadang-kadang naik, kadang-kadang turun. Kapan saja
kita berbuat buruk atau melahirkan mafsadat, iman kita sedang turun. Sebaliknya kapan saja
kita berbuat baik, iman sedang naik.

Ujian iman sejatinya terjadi setiap detik sepanjang hayat. Bahkan kadang berupa sesuatu
yang menyenangkan sehingga kita berat menolaknya. Karenanya, laki-laki dan perempuan
mesti bekerjasama sebagai mitra. Keduanya mesti bahu-membahu memelihara dan memupuk
iman agar punya daya dorong kuat untuk melahirkan kemaslahatan di muka bumi, termasuk
di dalam keluarga.
7

Taqwa sebagai standar kafaah (sekufu/sepadan) manusia termasuk suami-istri dengan


demikian adalah sesuatu yang terbuka dan dinamis. Terbuka karena bisa terjadi pada siapa
saja dan dinamis karena bisa dan perlu diproses terus menerus melalui sikap sehari-hari kita,
termasuk sikap pada suami atau istri dan orang tua atau anak. Jadi setiap pasangan bisa
sekufu sepanjang bisa menjaga ketaqwaan dengan menjaga iman kepada Allah Yang Maha
Esa yang menggerakkan kebajikan atau Tauhid yang mendorong kemaslahatan.

Langkah 4: Latihan (30 Menit)


1. Mintalah setiap peserta untuk menyiapkan gambar Sungai Kehidupan masing-masing,
Berilah masing-masing calon pasangan suami istri satu lembar kertas HVS.
Mintalah setiap calon pasangan suami-istri duduk berhadapan untuk mendiskusikan
Sungai Kehidupan masing-masing menjadi Sungai Kehidupan Keluarga, dengan cara:
a. Salah satu (calon suami atau calon istri) menjelaskan sungai kehidupannya dan
pasangan hanya boleh mendengarkan tanpa komentar apapun apalagi membantahnya.
Hal-hal yang dijelaskan terkait dengan sungai kehidupan adalah: 1) gambaran kondisi
keluarga yang diinginkan pada Hari Perhitungan (Yaumul Hisab) kelak di Akherat, 2)
usia maksimal harapan hidup, 3)prioritas lima tahunan hingga usia maksimal harapan
hidup,
b. Bertukar peran yang satu membacakan sungai kehidupannya dengan cara dan urutan
yang sama dan pasangannya hanya boleh mendengarkan tanpa komentar apalagi
membantah.
c. Setelah masing-masing saling mengetahui sungai kehidupan calon pasangannya, maka
keduanya diminta mendiskusikan untuk merumuskan bersama dan menuliskannya di
kertas HVS dua hal, yaitu gambaran singkat kondisi keluarga yang sama-sama
diinginkan pada Hari Perhitungan (Yaumul Hisab) di akherat kelak dan prioritas lima
tahunan perkawinan hingga usia maksimal harapan hidup tertinggi di antara
keduanya.
2. Mintalah calon pasangan suami-istri untuk mendiskusikan dan menuliskan Panca
Harapan Perkawinan yang berisi lima kesepakatan dalam mengelola perkawinan.
3. Setelah semua calon pasangan selesai diskusi ajaklah mereka untuk kembali ke forum
bersama dan mintalah satu calon pasangan suami istri untuk menceritakan pengalaman
berdiskusi dengan pasangannya dan hasil kesepakatan bersama. Yang dibacakan adalah:
a. Rumusan kondisi keluarga yang diharapkan terwujud saat Yaumul Hisab kelak di
Akherat.
b. Prioritas lima tahunan usia perkawinan,
c. Panca Harapan Perkawinan.
4. Setelah selesai membacakan, ucapkan terimakasih, persilahkan mereka duduk kembali,
dan ajaklah peserta untuk memberikan tepuk tangan pada calon pasangan ini.
5. Tanyakan kepada peserta apa yang mereka rasakan setelah melakukan diskusi bersama
pasangan. Mintalah perwakilan 1 peserta perempuan dan 1 peserta laki-laki untuk
mewakili menjawab.
6. Mintalah mereka membawa rumusan bersama tersebut ke rumah masing-masing dan
simpanlah dengan baik, jika perlu diberi pigura, dan ditempel di dinding kamar tidur
sebagai pengingat. Tutuplah rangkaian sesi dengan bacaan hamdalah bersama-sama.

KECAKAPAN YANG DILATIH


Beberapa Kecakapan Hidup (Life-Skill) yang penting dan dilatihkan dalam sesi ini:
1. Kemampuan untuk merumuskan tujuan akhir hidup, meliputi:
8

a. Kemampuan untuk merumuskan tujuan akhir, tujuan jangka panjang, dan tujuan
jangka pendek hidup,
b. Kemampuan menyelaraskan tujuan akhir, jangka panjang, dan jangka pendek milik
sendiri dengan milik calon suami atau istri,
2. Kemampuan menentukan cara pandang atas perkawinan kokoh dan keluarga sakinah
yang sesuai dengan status melekat sebagai hamba Allah dan Khalifah di muka bumi,
meliputi kemampuan menentukan dalam konteks kehidupan personal dan kemampuan
menentukan dalam konteks kehidupan perkawinan yang kokoh dan keluarga sakinah,
3. Kemampuan untuk memahami dan menentukan prinsip-prinsip perkawinan kokoh yang
menjadi fondasi keluarga sakinah, meliputii kemampuan memahami dan
menginternalisasikan dalam konteks personal dan kemampuan mendialogkan dan
menyelaraskannya dengan calon suami atau istri.

CATATAN UNTUK NARASUMBER


1. Untuk menyingkat waktu, Narasumber dapat menyiapkan kertas plano yang sudah
digambar Tabel-1 pada sesi ini sebelum sesi dimulai,
2. Mengingat padatnya materi dan terbatasnya waktu, maka Narasumber mesti ketat
mengontrol waktu dan dapat meminta salah satu panitia untuk menjadi time keeper,
3. Narasumber agar menghindari improvisasi (kreatifitas) yang memakan waktu.

RINGKASAN MATERI

Status Hamba Allah dan Amanah sebagai Khalifah di muka Bumi

1. Status manusia sebagai hamba Allah (Qs. adz-Dzariyat/51:56):


ِ ‫س ِإاَّل لِ َيعْ ُب ُد‬
‫ون‬ ِ ‫ت ْال‬
َ ‫جنَّ َواِإْل ْن‬ ُ ‫َو َما َخلَ ْق‬

2. Amanah sebaga khalifah di muka bumi (Qs. al-Ahzab/33:72, dan Fathir/35:39):

َ ‫ال َف َأ َبي َْن َأنْ َيحْ م ِْل َن َه ا َوَأ ْش َف ْق َن ِم ْن َه ا َو َح َملَ َه ا اِإْل ْن َس انُ ِإ َّن ُه َك‬
‫ان‬ ِ ْ‫ت َواَأْلر‬
ِ ‫ض َو ْال‬
ِ ‫ج َب‬ َّ ‫ِإ َّنا َع َرضْ َنا اَأْل َما َن َة َعلَى‬
ِ ‫الس َم َاوا‬
‫َظلُومًا َجهُواًل‬

‫ين ُك ْف ُر ُه ْم ِع ْن َد َرب ِِّه ْم ِإاَّل َم ْق ًت ا َواَل َي ِزي ُد‬ ِ ْ‫ِئف فِي اَأْلر‬
َ ‫ض َف َمنْ َك َف َر َف َعلَ ْي ِه ُك ْف ُرهُ َواَل َي ِزي ُد ْال َك اف ِِر‬ َ ‫ه َُو الَّذِي َج َعلَ ُك ْم َخاَل‬
‫َخ َسارً ا‬ َ ‫ْال َكاف ِِر‬
‫ين ُك ْف ُر ُه ْم ِإاَّل‬

3. Perlunya kerjasama laki-laki dan perempuan sebagai khalifah: (Qs. at-Taubah/9:71):


َ ‫الص اَل َة َويُْؤ ُت‬
‫ون‬ َ ‫ف َو َي ْن َه ْو َن َع ِن ْال ُم ْن َك ِر َو ُيقِي ُم‬
َّ ‫ون‬ ِ ‫ُون بِ ْال َمعْ رُو‬ َ ‫ض َي ْأ ُمر‬
ٍ ْ‫ض ُه ْم َأ ْولِ َي ا ُء َبع‬ ُ ‫ون َو ْالمُْؤ ِم َن‬
ُ ْ‫ات َبع‬ َ ‫َو ْالمُْؤ ِم ُن‬
‫هَّللا‬ ‫هَّللا‬
‫ك َس َيرْ َح ُم ُه ُم ُ ِإنَّ َ َع ِزي ٌز َحكِي ٌم‬ ‫ُأ‬
َ ‫ُون َ َو َرسُولَ ُه ولَِئ‬‫هَّللا‬ َّ
َ ‫الز َكا َة َويُطِ يع‬

Keluarga Sakinah
4. Hadis tentang Kafa’ah:

‫ َول َِج َمالِ َها‬, ‫ َول َِح َس ِب َها‬, ‫ لِ َمالِ َها‬: ‫ ( ُت ْن َك ُح اَ ْل َمرْ َأةُ َأِلرْ َب ٍع‬: ‫َو َعنْ َأ ِبي ه َُري َْر َة رضي هللا عنه َع ِن ال َّن ِبيِّ صلى هللا عليه وسلم َقا َل‬
‫َاك ) ُم َّت َف ٌق َعلَ ْي ِه َم َع َبقِ َّي ِة اَل َّسب َْع ِة‬ ْ ‫ين َت ِر َب‬ ْ ‫ َف‬, ‫ َولِدِي ِن َها‬,
ِ ‫اظ َفرْ ِب َذا‬
َ ‫ت َيد‬ ِ ‫ت اَل ِّد‬

Dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam
bersabda: "Perempuan itu dinikahi karena empat hal, yaitu: harta, keturunan, kecantikan,
9

dan agamanya. Dapatkanlah wanita yang taat beragama, engkau akan berbahagia."
Muttafaq Alaihi dan Imam Lima.

‫ِين‬ ُ ‫ َوَأَل َم ٌة َس ْودَا ُء َخرْ َق ا ُء َذ‬، ‫ين‬


ٍ ‫ات د‬ ِ ‫ َواَل لِ َم ال ِِهنَّ َفلَ َعلَّ ُه ي ُْطغ‬، َّ‫ِيهن‬
ِ ‫ َوا ْن ِك ُح وهُنَّ لِل ِّد‬، َّ‫ِيهن‬ ِ ‫اَل َت ْن ِكحُوا ال ِّن َسا َء لِحُسْ ن ِِهنَّ َفلَ َعلَّ ُه يُرْ د‬
‫ض ُل‬ َ ‫َأ ْف‬

“Janganlah kalian menikahi perempuan karena cantiknya. Boleh jadi kecantikan tersebut
akan membinasakannya. Jangan pula karena hartanya karena harta boleh jadi akan
menyebabkannya melampaui batas. Menikahlah karena agama. Sungguh budak hitam yang
cacat namun baik agamanya itu yang lebih baik”(HR. Ibnu Majah).

5. Ayat tentang keluarga Sakinah, Mawaddah, wa Rohmah (Qs. ar-Rum/30:21):

َ ‫ت لِ َق ْو ٍم َي َت َف َّكر‬
‫ُون‬ َ ِ‫َومِنْ آ َيا ِت ِه َأنْ َخلَ َق لَ ُك ْم مِنْ َأ ْنفُسِ ُك ْم َأ ْز َواجً ا لِ َتسْ ُك ُنوا ِإلَ ْي َها َو َج َع َل َب ْي َن ُك ْم َم َو َّد ًة َو َرحْ َم ًة ِإنَّ فِي َذل‬
ٍ ‫ك آَل َيا‬

Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untuk kalian pasangan
dari jenis kalian sendiri, supaya kalian cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan
dijadikan-Nya di antara kalian rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian
itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir.

6. Makna Sakinah, Mawaddah, wa Rohmah

Sakinah: Kata sakinah sendiri disebutkan sebanyak enam kali dalam al-Qur’an, yaitu pada 
Qs. al-Baqarah (Qs. 2:248), Qs. at-Taubah (Qs. 9:26 dan 40), Qs. al-Fath (48: 4, 18, dan
26). Ayat-ayat tersebut menjelaskan bahwa sakinah Allah Swt. datangkan ke dalam hati
para Nabi dan orang-orang yang beriman agar tabah dan tidak gentar menghadapi aneka
masalah. Atas dasar makna ini, maka keluarga sakinah dapat dipahami sebagai keluarga
yang tetap tenang (harmonis), meskipun ketika menghadapi masalah sebesar dan
sebanyak apapun,

Mawaddah adalah perasaan cinta yang melahirkan keinginan untuk membahagiakan


dirinya. Ungkapan ini cukup menggambarkan mawaddah, “Aku ingin menikahimu karena
aku bahagia bersamamu.” Rasa ini tidak cukup karena orang yang mencintai hanya peduli
pada kebahagiaan dirinya sehingga mungkin abai pada kebahagiaan orang yang
dicintainya. Seseorang yang hanya memiliki mawaddah mampu mencintai sekaligus
menyakiti. Misalnya ketika dia memperoleh kebahagiaan dengan cara menyakiti
pasangannya.

Rohmah adalah perasaan cinta yang melahirkan keinginan untuk membahagiakan orang
yang dicintainya. Ungkapan ini menggambarkan rohmah, “Aku ingin menikahimu karena
aku ingin membuatmu bahagia”. Rohmah saja tidak cukup karena rasa cinta ini bisa
disalahgunakan oleh orang yang dicintai untuk kebahagian dirinya secara sepihak tanpa
peduli pada kebahagiaan orang yang mencintainya.

Pasangan suami-istri memerlukan mawaddah dan rohmah sekaligus, yakni perasaan cinta
yangmelahirkan keinginan untuk membahagiakan dirinya sendiri sekaligus pasangannya
dalam suka maupun duka.

Empat pilar perkawinan yang terencana:


1. Berpasangan (zawaj):
10

َّ‫“ هُنَّ لِ َباسٌ َل ُك ْم َوَأ ْن ُت ْم ِل َباسٌ لَهُن‬Mereka (istrimu) adalah pakaian bagi kalian, dan kalian adalah
pakaian bagi mereka (Qs. al-Baqarah/2: 187),

2. Janji Kokoh (mitsaaqan ghalizhan)


ً ‫ض َوَأ َخ ْذ َن ِم ْن ُك ْم مِي َثا ًقا َغل‬
‫ِيظا‬ ٍ ْ‫ض ُك ْم ِإلَى َبع‬ َ ‫ْف َتْأ ُخ ُذو َن ُه َو َق ْد َأ ْف‬
ُ ْ‫ضى َبع‬ َ ‫َو َكي‬
Bagaimana kamu akan mengambilnya kembali, padahal sebagian kamu telah bergaul
(bercampur) dengan yang lain sebagai suami-istri. Dan mereka (istri-istrimu) telah
mengambil dari kamu perjanjian yang kuat (Qs. an-Nisa/ 4:21),

3. Saling memperlakukan pasangan dengan baik (mu’asyarah bil ma’ruf):


‫َوعَاشِ رُوهُنَّ ِب ْال َمعْ رُوفِ َفِإنْ َك ِرهْ ُتمُوهُنَّ َف َع َسى َأنْ َت ْك َرهُوا َش ْيًئ ا َو َيجْ َع َل هَّللا ُ فِي ِه َخيْرً ا َكثِيرً ا‬
Dan bergaullah dengan mereka secara patut. Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka,
(maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah
menjadikan padanya kebaikan yang banyak (Qs. an-Nisa/ 4:19).

4. Musyawaroh:
َ ‫ َفِإنْ َأ َرادَا ف‬....
ٍ ‫ِصااًل َعنْ َت َر‬
‫اض ِم ْن ُه َما َو َت َشاوُ ٍر َفاَل ُج َنا َح َعلَي ِْه َما‬
....Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan
permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas keduanya (Qs. al-Baqarah/ 2:233)

Anda mungkin juga menyukai