Semester 5
Nama : A. Miftakhul Chawaji 18020044
As Busyrol Karim 18020001
و ِد لَ ۥهُ ِر ۡزقُه َُّن--ُا َع ۚةَ َو َعلَى ۡٱل َم ۡول-َّض ۡ - َده َُّن َح-َض ۡعنَ أَ ۡو ٰل
َ ا ِملَ ۡي ۖ ِن لِ َم ۡن أَ َرا َد أَن يُتِ َّم ٱلر--ولَ ۡي ِن َك- ِ ت ي ُۡرُ ۞ َو ۡٱل ٰ َولِ ٰ َد
ث
ِ ار ۡ ٞ ُضٓا َّر ٰ َولِ َد ۢةُ بِ َولَ ِدهَا َواَل َم ۡول
ِ َو- ِدۦۚ ِه َو َعلَى ٱل-َود لَّ ۥهُ بِ َول َ ُا اَل ت-َُۚوف اَل تُ َكلَّفُ ن َۡفسٌ إِاَّل ُو ۡس َعه ِ ۚ َو ِك ۡس َوتُه َُّن بِ ۡٱل َم ۡعر
م-ۡا أَ ۡو ٰلَ َد ُك-ْضع ُٓو
ِ اض ِّم ۡنهُ َما َوتَ َشا ُو ٖر فَاَل ُجنَا َح َعلَ ۡي ِه َم ۗا َوإِ ۡن أَ َردتُّمۡ أَن ت َۡست َۡر ٖ صااًل عَن تَ َر َ ِك فَإِ ۡن أَ َرادَا ف َ ۗ ِِم ۡث ُل ٰ َذل
٢٣٣ ير ٞ ص ِ َٱعلَ ُم ٓو ْا أَ َّن ٱهَّلل َ بِ َما ت َۡع َملُونَ ب
ۡ وا ٱهَّلل َ َو ِ ۗ َاح َعلَ ۡي ُكمۡ إِ َذا َسلَّمۡ تُم َّمٓا َءات َۡيتُم بِ ۡٱل َم ۡعر
ْ ُُوف َوٱتَّق َ فَاَل ُجن
Telah kita ketahui bahwa pada ayat tersebut memuat beberapa ketentuan mengenai
urusan menyapih, ujrah dan nafkah.
Berikut penjelasanya.
ض ۡعنَ أَ ۡو ٰلَ َده َُّن َح ۡولَ ۡي ِن َكا ِملَ ۡي ۖ ِن ُ َو ۡٱل ٰ َولِ ٰ َد
ِ ت ي ُۡر
Yang di maksud الوالداتpada ayat tersebut yaitu istri-istri yang diceraikan, karena ayat
tersebut dan ayat sebelumnya membahas tentang talak, 'idah dan ruju'.
Ayat tersebut menetapkan haq bagi sang istri yang diceraikan dalam menyusui anaknya
selama 2 tahun. Dan bagi sang suami yang mencerainya tidak diperbolehkan merampas
hak sang istri.
Ayat ini juga menetapkan batas minimum masa menyusui, yakni genap 2 tahun.
َضا َع ۚة
َ لِ َم ۡن أَ َرا َد أَن يُتِ َّم ٱل َّر
yakni menyusui anak selama genap 2 tahun bukanlah kewajiban bagi suami, melainkan
ayat tersebut menerangkan batas mimimum masa menyusui, dengan demikian maka
keduanya boleh mengurangi masa tersebut jika keduanya sepakat dan hal tersebut tidak
membahayakn kesehatan si anak. Menyusui anak selama genap dua athun hanya bagi
mereka yang menghendaki hal tersebut.
ِ -ۚ د لَ ۥهُ ِر ۡزقُه َُّن َو ِك ۡس َوتُه َُّن بِ ۡٱل َم ۡعر-ِ َو َعلَى ۡٱل َم ۡولُو
ُوف
Yang di maksud د-ِ ۡٱل َم ۡولُوdisini yaitu anak kecil yang masih menyusu, dikarenakan sang
ayah menceraikan ibunya, maka ia dikembalikan kepada ibunya. Dan bagi ayah
berkewajiban memberikan rizqi, pakaian juga nafkah kepada sang istri yang
diceraikannya selama masa msnyusui. Sepertihalnya ibunya berkewajiban menyusui anak,
bapak juga berkewajiban memberikan nafkah.
َ ۗ ِث ِم ۡث ُل ٰ َذل
ۚك ۡ
ِ َو َعلَى ٱل َو
ِ ار
Jika suami - ayah - meninggal selama masa menyusui, semua kewajiban kepada istri
yang diceraikan yang menyusui dialihkan ke ahli waris, dan dia harus membayarnya.
اض ِّم ۡنهُ َما َوتَ َشا ُو ٖر فَاَل ُجنَا َح َعلَ ۡي ِه َم ۗا َ ِفَإِ ۡن أَ َرادَا ف
ٖ صااًل عَن ت ََر
Yang di maksud صااًل
َ ِ فdi sini adalah penyapihan bayi. Disebut ااًل-ص
َ ِ فkarena anak
dipisahkan dari payudara ibunya. Bagian ayat ini mengizinkan pasangan yang bercerai
untuk menyapih anak mereka sebelum genap berumur dua tahun. Jika kepentingan si anak
menghendaki demikian, asalkan hal tersebut dilakukan setelah terjadinya kesepakatan
diantara keduanya.
Mereka harus bertemu, mempelajari, memusyawarahkan tentang masalah tersebut, dan
kemudian memutuskan, untuk menyapih sang anak.
ِ ۗ ا أَ ۡو ٰلَ َد ُكمۡ فَاَل ُجنَا َح َعلَ ۡي ُكمۡ إِ َذا َسلَّمۡ تُم َّمٓا َءات َۡيتُم بِ ۡٱل َم ۡعر-ْضع ُٓو
ُوف ِ َوإِ ۡن أَ َردتُّمۡ أَن ت َۡست َۡر
Jika pasangan yang diceraikan tidak setuju untuk menyusui anak, maka tidak masalah
bagi sang ayah untuk mencarikan perawat lain, dan menyewakannya untuk menyusui
anaknya, asalkan dia membayar upahnya sebagai imbalan atas pemborosan dengan cara
yang baik.
ٞ ص
ير ِ َٱعلَ ُم ٓو ْا أَ َّن ٱهَّلل َ بِ َما ت َۡع َملُونَ ب ْ َُوٱتَّق
ۡ وا ٱهَّلل َ َو
Ayat tersebut mengakhiri hukum/ketentuan yang berkaitan dengan menyusui, upah, dan
nafkah dengan mengarahkan pasangan suami yang berselisih untuk taqwa kepada Allah
dan mengingatkan mereka bahwa Allah senantiasa mengawasi mereka, melihat kondisi
mereka, dan mengetahui tindakan mereka. Mereka harus mematuhi aturan-aturan ini agar
mereka mendapatkan ridha Allah, dan waspada terhadap penyimpangan agar tidak
mendapatkan siksaan Allah.
Sisi relasi musyawarah dan persetujuan dari kedua pihak adalah bahwa musyawarah
tersebut menunjukkan bahwa masing-masing dari keduanya memiliki karakter hukum
yang legal. Keduanya memiliki pendapat masing- masing. keduanya duduk, membahas,
berdialog, dan berdebat, dan masing-masing dari keduanya merasakan posisi, entitas dan
karakter masing-masing, ia menyampaikan pendapatnya dan menyajikan apa yang dia
miliki.
Dan dalam sesi musyawarah ini, tidak ada satupun dari mereka yang tidak hadir, tidak
pula diabaikan, dipinggirkan, atau ditinggalkan, sebab stiap seseorang tidak suka
diabaikan, tidak dikenali, dan ditinggalkan.
Setiap keputusan atau ketentuan yang tidak dibuat setelah musyawarah, tidak bisa
memenuhi persetujuan diantara dua pihak, meskipun keputusan tersebut benar, karena hal
tersebut membatalkan pertimbangan atau nilai dari pihak lain. Setiap keputusan atau
ketentuan yang dibuat setelah kesepakatan dan musyawarah dapat memenuhi persetujuan
bersama antara kedua belah pihak: yakni persetujuan dan musyawarah dari dua pihak
Dalam pembahasan ini terdapat hikmah lembut yang kami rujuk yaitu bahwa ayat
tersebut menetapkan prinsip musyawarah antara pasangan yang berselisih tentang masalah
khusus, yaitu menyusui dan menyapih anak kecil. Hal tersebut karena pentingnya
musyawarah dalam sub-khusus ini, yang terkait dengan anak yang disusui.
Hal ini menunjukkan pentingnya musyawarah antara umat Islam dalam kasus dan
masalah umum (publik). Jika menyusui seorang anak atau menyapih saja membutuhkan
musyawarah dan persetujuan antara kedua orang tuanya, lalu bagaimana dengan urusan
publik yang penting terkait umat Islam?
Oleh sebab itulah Syekh Muhammad Rasyid Ridha, sangat cerdas dan kompatibel
ketika mengamati hubungan antara musyawarah dalam masalah parsial mengenai anak
kecil yang masih menyusu dan masalah publik di kalangan umat Islam.
Dalam penafsirannya tentang ayat ini, dia berkata: Jika Al-Qur'an memerintahkan kita
untuk bermusyawarah dalam usrusan paling dasar mengenai mendidik anak, dan salah satu
dari kedua orang tuanya tidak diperbolehkan untuk menzalimi yang lain, maka apakah itu
memungkinkan satu orang untuk menzalimi seluruh bangsa? Dan perintah untuk mendidik
anak dan menegakkan keadilan di dalamnya lebih sulit. Namun pada kenyataanya
belaskasihan para pemimpin kedudukannya berada dibahawah belas kasihan orang tua
terhadap anak. Dan lebih parahnya belas kasihan tersebut semakin lama semakin
berkurang.
Permasalahan Ketiga
Musayawarah Merupakan Karakteristik Terpenting Bagi Umat
Salah satu hal yang menunjukkan pentingnya musyawarah dalam Islam, adalah dengan
dinamainya salah satu surat dari beberapa surat yang ada di dalam al-Qur’an dengan nama
As-Syura. Dan yang menakjubkan dari pada itu adalah bahwa Surah Al-Syura tersebut
termasuk surat Mekiyah, dan sifat Muslim dalam surah tersebut datang dengan ciri khas
bagi mereka yaitu: (Dan dia memerintahkan mereka untuk bermusyawarah di antara
mereka sendiri).
Dalam surah Makiyah ini, kaum Muslim digambarkan sedang bermusyawarah di antara
mereka sendiri, sedangkan keadaan mereka sedsang mereka tertindas di Mekah, sebelum
mereka hijrah ke Madinah, dan sebelum mereka memiliki negara, entitas, dan sistem
pemerintahan.
Hal ini merupakan indikasi pentingnya musyawarah dalam kehidupan umat Islam, dan
mencakup semua aspek kehidupan umat Islam, tidak terbatas pada aspek politik,
administrasi atau hanya sekedar seremonial saja.
Dan ayat-ayat ini menyebutkan kelompok masyarakat yang harmonis dari sifat-sifat
kaum mukmin: (Dan menyebutkan karakteristik yang membedakan karakter masyarakat
Muslim, yang dipilih untuk memimpin umat manusia, dan membawanya keluar dari
kegelapan zaman pra-Islam ke cahaya Islam, dan penenyebutannya mereka dalam Surah
Makiya, dan sebelum kepemimpinan benar-benar ada di tangannya, layak untuk
direnungkan, karena mereka adalah sifat yang harus dibangkitkan terlebih dahulu, dan
diwujudkan dalam masyarakat supaya dengannya menjadi kebajikan bagi sebuah sistem
kepemimpinan.
Dan dari sana kemudian kita harus mempertimbangkannya untuk waktu yang lama...
Apa yang dimaksud sifat tersebut? Apa khakikatnya? dan apa nilainya dalam kehidupan
seluruh umat manusia?
Hal tersebut adalah iman, tawakal, menjauhi osa-dosa besar dan maksiat, memaafkan
ketika marah, memenuhi panggilan Tuhan, menegakkan sholat, musyawarah yang
komprehensif, menginfaqkan sabgaian rizqinya, membebaskan penindasan, pengampunan,
reformasi dan kesabaran.