Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH KEPERAWATAN JIWA

KONSEP HALUSINASI

Disusun oleh kelompok VII:

Abdul wahid siokona 1901026


Franny j. Senduk 2001099
Sari istifar riani 1901010
Sinta yunita 1901018

PROGRAM STUDI NERS


PROGRAM S1 KEPERAWATAN
STIKES MUHAMMADIYAH MANADO
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang atas karunia-
Nya makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini
berjudul “KONSEP HALUSINASI” ditulis dengan tujuan untuk memberikan
wawasan pada semua pembaca
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada bapak Dosen selaku
pembimbing dan semua pihak yang telah membantu demi terselesaikannya
makalah ini.
Kritik dan saran kami harapkan untuk kesempurnaan makalah ini,
sehingga dapat bermanfaat khususnya di Keperawatan Jiwa

Manado 29 April 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.............................................................................................................. i
KATA PENGANTAR .......................................................................................................... ii
DAFTAR ISI........................................................................................................................... iii
BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................................... 1
A. Latar belakang ..................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah............................................................................................... 2
C. Tujuan ..................................................................................................................... 3
BAB 2 PEMBAHASAN ...................................................................................................... 4
A. Pengertian .............................................................................................................
4..................................................................................................................................
B. Rentang Respon Halusinasi.............................................................................
4
C. Jenis –Jenis Halusinasi Jenis Halusinasi Karakteristik.........................
5
D. Fase Halusinasi.....................................................................................................
6
E. Pengkajian Klien Dengan Haluinasi.............................................................
7
F. Diagnosa Keperawatan.....................................................................................
12
G. Tujuan Asuhan Keperawatan.........................................................................
13
H. Tindakan Keperawatan.....................................................................................
13
I. Evaluasi...................................................................................................................
14

BAB 3 PENUTUP................................................................................................................. 15
A. Kesimpulan ........................................................................................................... 15
B. Saran ........................................................................................................................ 15

iii
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................... 16

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Program pembinaan kesehatan jiwa bertujuan untuk meningkatkan


kesehatan jiwa. Kegiatan ini adalah perumusan kebijakan peningkatan upaya
kesehatan jiwa yang mendorong dan maantapkan desentralisasi dan
pengembangan peran serta masyarakat dan organisasi social dalam upaya
meningkatkan kesehatan jiwa. Masalah kesehatan yang terjadi baik jasmani,
mental dan sosial menjadi tantangan, bukan saja para dokter, perawat dan tim
kesehatan yang lainnya tetapi juga pemerintah dan masyarakat pada
umumnya. Referensi masalah kesehatan jiwa baik masalah psikososial
maupun gangguan jiwa meningkat tajam. Hasil riset kesehatan dasar yang di
lakukan pada tahun 2007 mengidentifiksi prevalensi masalah keseshatan jiwa
sebesar 12.06%, dengan kata lain dari 100 penduduk Indonesia, 12 sampai 13
diantaranya mengalami gangguan jiwa ringan sampai berat.

Tingginya prevalensi tersebut menuntut seluruh tenaga keshatan dan


pihak terkait untuk menangani masalah kesehatan jiwa, termasuk
keperawatan. Gangguan mental yang terjadi khususnya halusinasi banyak
terjadi pada individu yang mempunyai masalah dan tidak mempunyai koping
yang baik sehingga individu tidak dapat mengontrol dan mengendalikan
dirinya serta membiarkan dirinya hanyut dalam masalah yang ada dan
bayangan yang menguasai dirinya. Persepsi didefinisikan sebagai suatu
proses diterimanya rangsang sampai rangsang itu disadari dan dimengerti
oleh penginderaan atau sensasi : proses penerimaan rangsang (Stuart, 2007).
Persepsi merupakan tanggapan indera terhadap rangsangan yang datang dari
luar, dimana rangsangan tersebut dapat berupa rangsangan penglihatan,
penciuman, pendengaran, pengecapan dan perabaan. Interpretasi (tafsir)
terhadap rangsangan yang datang dari luar itu dapat mengalami gangguan
sehingga terjadilah salah tafsir. Salah tafsir tersebut terjadi antara lain karena

1
adanya keadaan afek yang luar biasa, seperti marah, takut, excited
(tercengang), sedih dan nafsu yang memuncak sehingga terjadi gangguan atau
perubahan persepsi (Triwahono, 2004). Perubahan persepsi adalah
ketidakmampuan manusia dalam membedakan antara rangsang yang timbul
dari sumber internal seperti pikiran, perasaan, sensasi somatik dengan impuls
dan stimulus eksternal. Dengan maksud bahwa manusia masih mempunyai
kemampuan dalam membandingkan dan mengenal mana yang merupakan
respon dari luar dirinya. Manusia yang mempunyai ego yang sehat dapat
membedakan antara fantasi dan kenyataaan. Mereka dalam menggunakan
proses pikir yang logis, membedakan dengan pengalaman dan dapat
memvalidasikan serta mengevaluasinya secara akurat (Nasution, 2003).
Perilaku yang mengalami gangguan sensori persepsi : halusinasi adalah klien
suka mendengar suara, klien tampak sering menyendiri, klien terlihat mondar-
mandir seperti sedang mendengar sesuatu, bicara sendiri, mulut komat kamit,
jika halusinasi tidak segera diatasi akan mengakibatkan resiko mencederai
diri sendiri, orang lain dan lingkungan. Penatalaksanaan pada klien yang
mengalami halusinasi yaitu melakukan validasi terhadap persepsi klien,
mengahadirkan realita dimulai dengan realita diri, orang lain dan lingkungan,
menurunkan kecemasan klien, meningkatkan sistem pendukung (keluarga,
klien lain yang telah dapat mengontrol halusinasi dan tim kesehatan).

B. Rumusan Masalah
1. Apakah Pengertian Halusinasi ?
2. Bagaimanakah Rentang Respon Halusinasi ?
3. Apa saja Jenis –Jenis Halusinasi Jenis Halusinasi Karakteristik Halusinasi
?
4. Bagaimana Fase Halusinasi ?
5. Bagaimanakah Pengkajian Klien Dengan Haluinasi ?
6. Bagaimanakah Diagnosa Keperawatan ?
7. Apa saja Tujuan Asuhan Keperawatan ?
8. Apa saja Tindakan Keperawatan ?
9. Bagaimana Evaluasi Halusinasi ?

2
C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Pengertian Halusinasi
2. Untuk Mengetahui Rentang Respon Halusinasi
3. Untuk Mengetahui Jenis –Jenis Halusinasi Jenis Halusinasi Karakteristik
Halusinasi
4. Untuk Mengetahui Fase Halusinasi
5. Untuk Mengetahui Pengkajian Klien Dengan Haluinasi
6. Untuk Mengetahui Diagnosa Keperawatan
7. Untuk Mengetahui Tujuan Asuhan Keperawatan
8. Untuk Mengetahui Tindakan Keperawatan
9. Untuk Mengetahui Evaluasi Halusinasi

3
BAB 2

PEMBAHASAN

A. Pengertian

Halusinasi merupakan salah satu gejala yang sering ditemukan pada


klien dengan gangguan jiwa, Halusinasi sering diidentikkan dengan
Schizofrenia. Dari seluruh klien Schizofrenia 70% diantaranya mengalami
halusinasi. Gangguan jiwa lain yang juga disertai dengan gejala halusinasi
adalah gangguan manik depresif dan delerium.
Halusinasi merupakan gangguan persepsi dimana klien mempersepsikan
sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan panca indra tanpa ada
rangsangan dari luar. Suatu penghayatan yang dialami suatu persepsi melalui
panca indra tanpa stimulus eksteren :P ersepsi palsu. Berbeda dengan ilusi
dimana klien mengalami persepsi yang salah terhadap stimulus, salah
persepsi pada halusinasi terjadi tanpa adanya timulus eksternal yang terjadi.
Stimulus internal dipersepsikan sebagai sesutu yang nyata ada oleh klien.

B. Rentang Respon Halusinasi

Halusinasi merupakan salah satu respon maladaptif individu yang


berada dalam rentang respon neurobiology. Ini merupakan respon persepsi
paling maladaptif. Jika klien sehat persepsinya akurat, mampu
mengidentifikasi dan menginterpretasikan stimulus berdasarkan informasi
yang diterima melalui panca indra ( pendengaran, penglihatan, penghidu,
pengecapan, dan perabaan ), klien dengan halusinasi mempersepsikan suatu
stimulus panca indra walaupun sebenarnya stimulus itu tidak ada. Diantara
kedua respon tersebut adalah respon individu yang karena sesuatu hal
mengalami kelainan persepsi yaitu salah mempersepsikan stimulus yang
diterimanya yang disebut sebagai ilusi. Klien mengalami ilusi jika interpretasi
yang dilakukannya terhadap stimulus panca indra tidak akurat sesuai stimulus
yang diterima.

Rentang respon :

4
1. Respon Adaptif Respon Maladptif
2. Pikiran logis Distorsi pikiran gangguan pikir/delusi
3. Persepsi akurat ilusi Halusinasi
4. Emosi konsisten dengan Reaksi emosi berlebihan Sulit berespon emosi
5. Pengalaman atau kurang perilaku disorganisasi
6. Perilaku sesuai Perilaku aneh/tidak bias isolasi sosial
7. Berhubungan sosial Menarik diri

C. Jenis –Jenis Halusinasi Jenis Halusinasi Karakteristik

1) Pendengaran 70 %

Mendengar suara atau kebisingan, paling sering suara orang. Suara


berbentuk kebisingan yang kurang jelas sampai kata-kata yang jelas
berbicara tentang klien, bahkan sampai pada percakapan lengkap antara
dua orang yang mengalami halusinasi. Pikiran yang terdengar dimana
klien mendengar perkataan bahwa klien disuruh untuk melakukan sesuatu
kadang dapat membahayakan. Penglihatan 20%Stimulus visual dalam
bentuk kilatan cahaya, gambar geometris,gambar kartun,bayangan yang
rumit atau kompleks. Bayangan bias menyenangkan atau menakutkan
seperti melihat monster.

2) Penghidu

Membaui bau-bauan tertentu seperti bau darah, urin, dan feses


umumnya bau-bauan yang tidak menyenangkan. Halusinasi penghidu
sering akibat stroke, tumor, kejang, atau dimensia.

3) Pengecapan

Merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urin atau feses.

4) Perabaan

5
Mengalami nyeri atau ketidaknyamanan tanpa stimulus yang jelas.
Rasa tersetrum listrik yang datang dari tanah, benda mati atau orang lain.

5) Cenesthetic

Merasakan fungsi tubuh seperti aliran darah di vena atau arteri,


pencernaan makan atau pembentukan urine

6) Kinisthetic

Merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa bergerak.

D. Fase Halusinasi

Halusinasi yang dialami oleh klien biasanya berbeda intensitas dan


keparahannya. Fase halusinasi terbagi empat:

1. Fase Pertama

Pada fase ini klien mengalami kecemasan, stress, perasaan gelisah,


kesepian. Klien mungkin melamun atau memfokukan pikiran pada hal
yang menyenangkan untuk menghilangkan kecemasan dan stress. Cara ini
menolong untuk sementara. Klien masih mampu mengotrol kesadarnnya
dan mengenal pikirannya, namun intensitas persepsi meningkat.

2. Fase Kedua

Kecemasan meningkat dan berhubungan dengan pengalaman


internal dan eksternal, klien berada pada tingkat “listening” pada
halusinasi.

Pemikiran internal menjadi menonjol, gambaran suara dan sensasi


halusinasi dapat berupa bisikan yang tidak jelas klien takut apabila orang
lain mendengar dan klien merasa tak mampu mengontrolnya.
Klien membuat jarak antara dirinya dan halusinasi dengan
memproyeksikan seolah-olah halusinasi datang dari orang lain.

6
3. Fase Ketiga

Halusinasi lebih menonjol, menguasai dan mengontrol klien


menjadi terbiasa dan tak berdaya pada halusinasinya. Halusinasi memberi
kesenangan dan rasa aman sementara.

4. Fase Keempat.

Klien merasa terpaku dan tak berdaya melepaskan diri dari kontrol
halusinasinya. Halusinasi yang sebelumnya menyenangkan berubah
menjadi mengancam, memerintah dan memarahi klien tidak dapat
berhubungan dengan orang lain karena terlalu sibuk dengan halusinasinya
klien berada dalam dunia yang menakutkan dalam waktu singkat,
beberapa jam atau selamanya. Proses ini menjadi kronik jika tidak
dilakukan intervensi.

E. Pengkajian Klien Dengan Haluinasi

Halusinasi merupakan salah satu gejala yang ditampakkan oleh klien


yang mengalami psikotik, khususnya schizofrenia. Pengkajian klien dengan
halusinasi demikian merupakan proses identifikasi data yang melekat erat
dengan pengkajian respon neurobiologi lainnya seperti yang terdapat juga
pada schizofrenia.

1. Faktor Predisposisi

Beberapa faktor predisposisi yang berkontribusi pada munculnya respon


neurobiologi seperti halusinasi antara lain:

a. Faktor Genetik

Telah diketahui bahwa genetik schizofrenia diturunkan


melalui kromoson tertentu. Namun demikian kromoson yang

7
keberapa yang menjadi factor penentu gangguan ini sampai sekarang
masih dalam tahap penelitian. Diduga letak gen schizoprenia adalah
kromoson nomor enam, dengan kontribusi genetik tambahan
No.4,8,5 dan 22 (Buchanan dan Carpenter,2002). Anak kembar
identik memiliki kemungkinan mengalami schizofrenia sebesar 50%
jika salah satunya mengalami schizofrenia, sementara jika di zygote
peluangnya sebesar 15 %, seorang anak yang salah satu orang tuanya
mengalami schizofrenia berpeluang 15% mengalami schizofrenia,
sementara bila kedua orang tuanya schizofrenia maka peluangnya
menjadi 35 %.

b. Faktor Neurobiologi.

Ditemukan bahwa korteks pre frontal dan korteks limbiks


pada klien schizofrenia tidak pernah berkembang penuh. Ditemukan
juga pada klien schizofrenia terjadi penurunan volume dan fungsi
otak yang abnormal. Neurotransmitter dopamin berlebihan, tidak
seimbang dengan kadar serotin.

c. Studi neurotransmitter.

Schizofrenia diduga juga disebabkan oleh ketidak


seimbangan neurotransmitter dimana dopamin berlebihan, tidak
seimbang dengan kadar serotin.

d. Teori virus

Paparan virus influenza pada trimester ke-3 kehamilan dapat


menjadi factor predisposisi schizofrenia.

e. Psikologis.

Beberapa kondisi pikologis yang menjadi factor predisposisi


schizofrenia antara lain anak yang di pelihara oleh ibu yang suka
cemas, terlalu melindungi, dingin dan tak berperasaan, sementara
ayah yang mengambil jarak dengan anaknya.

8
2. Faktor presipitasi

Faktor –faktor pencetus respon neurobiologis meliputi :

a. Berlebihannya proses informasi pada system syaraf yang menerima


dan memproses informasi di thalamus dan frontal otak.

b. Mekanisme penghataran listrik di syaraf terganggu ( mekanisme


gateing abnormal)

c. Gejala-gejala pemicu kondisi kesehatan lingkungan, sikap dan


perilaku seperti yang tercantum pada tabel dibawah ini ;

1) Kesehatan
2) Nutrisi Kurang
3) Kurang tidur
4) Ketidak siembangan irama sirkardian
5) Kelelahan infeksi
6) Obat-obatan system syaraf pusat
7) Kurangnya latihan
8) Hambatan unutk menjangkau pelayanan kesehatan
9) Lingkungan
10) Lingkungan yang memusuhi, kritis
11) Masalah di rumah tangga
12) Kehilangan kebebasan hidup, pola aktivitas sehari-hari
13) Kesukaran dalam berhubungan dengan orang lain
14) Isoalsi social Kurangnya dukungan social Tekanan kerja ( kurang
keterampilan dalam bekerja)
15) Stigmasasi Kemiskinan Kurangnya alat transportasi Ktidak
mamapuan mendapat pekerjaan Sikap/Perilaku Merasa tidak
mampu ( harga diri rendah)
16) Putus asa (tidak percaya diri) Mersa gagal ( kehilangan motivasi
menggunakan keterampilan diri Kehilangan kendali diri
(demoralisasi)

9
17) Merasa punya kekuatan berlebihan dengan gejala tersebut.
Merasa malang ( tidak mampu memenuhi kebutuhan spiritual)
Bertindak tidak seperti orang lain dari segi usia maupun
kebudayaan
18) Rendahnya kemampuan sosialisasi
19) Perilaku agresif
20) Perilaku kekerasan
21) Ketidak adekuatan pengobatan Ketidak adekuatan penanganan
gejala.
3. Mekanisme Koping.

Mekanisme koping yang sering digunakan klien dengan halusinasi


adalah:

Register, menjadi malas beraktifitas sehari-hari. Proyeksi,


mencoba menjelaskan gangguan persepsi dengan mengalihkan tanggung
jawab kepada orang lain atau sesuatu benda. Menarik diri, sulit
mempercayai orang lain dan asyik dengan stimulus internal.
Keluarga mengingkari masalah yang dialami klien

4. Perilaku

Halusinasi benar-benar riil dirasakan oleh klien yang


mengalaminya, seperti mimpi saat tidur. Klien mungkin tidak punya cara
untuk menentukan persepsi tersebut nyata. Sama halnya seperti seseorang
mendengarkan suara- suara dan tidak lagi meragukan orang yang
berbicara tentang suara tersebut. Ketidakmampuannya mempersepsikan
stimulus secara riil dapat menyulitkan kehidupan klien. Karenanya
halusinasi harus menjadi prioritas untuk segera diatasi. Untuk
memfasilitasinya klien perlu dibuat nyaman untuk menceritakan perihal
haluinasinya.

Klien yang mengalami halusinasi sering kecewa karena

10
mendapatkan respon negatif ketika mencoba menceritakan halusinasinya
kepada orang lain.Karenanya banyak klien enggan untuk menceritakan
pengalaman –pengalaman aneh halusinasinya. Pengalaman halusinasi
menjadi masalah untuk dibicarakan dengan orang lain. Kemampuan untuk
memperbincangkan tentang halusinasi yang dialami oleh klien sangat
penting untuk memastikan dan memvalidasi pengalaman halusinasi
tersebut. Perawat harus memiliki ketulusan dan perhatian untuk dapat
memfasilitasi percakapan tentang halusinasi.

Perilaku klien yang mengalami halusinasi sangat tergantung pada


jenis halusinasinya. Apabila perawat mengidentifikasi adanya tanda –
tanda dan perilaku halusinasi maka pengkajian selanjutnya harus
dilakukan tidak hanya sekedar mengetahui jenis halusinasi saja. Validasi
informasi tentang halusinasi yang diperlukan meliputi :
Isi Halusinasi. Ini dapat dikaji dengan menanyakan suara siapa yang
didengar, apa yang dikatakan suara itu, jika halusinasi audiotorik. Apa
bentuk bayangan yang dilihat oleh klien, jika halusinasi visual, bau apa
yang tercium jika halusinasi penghidu, rasa apa yang dikecap jika
halusinasi pengecapan,dan apa yang dirasakan dipermukaan tubuh jika
halusinasi perabaan. Waktu dan Frekuensi. Ini dapat dikaji dengan
menanyakan kepada klien kapan pengalaman halusinasi muncul, berapa
kali sehari, seminggu, atau sebulan pengalaman halusinasi itu muncul.
Informasi ini sangat penting untuk mengidentifikasi pencetus halusinasi
dan menentukan bilamana klien perlu perhatian saat mengalami
halusinasi. Situasi Pencetus Halusinasi. Perawat perlu mengidentifikasi
situasi yang dialami sebelum halusinasi muncul. Selain itu perawat juga
bias mengobservasi apa yang dialami klien menjelang munculnya
halusinasi untuk memvalidasi pernyataan klien. Respon Klien Untuk
menentukan sejauh mana halusinasi telah mempengaruhi klien bisa dikaji
dengan apa yang dilakukan oleh klien saat mengalami pengalaman
halusinasi. Apakah klien masih bisa mengontrol stimulus halusinasinya
atau sudah tidak berdaya terhadap halusinasinya.

11
F. Diagnosa Keperawatan

Klien yang mengalmi halusinasi dapat kehilangan kontrol dirinya


sehingga bias membahayakan diri sendiri, orang lain, dan lingkungan Hal ini
terjadi jika halusinasi sudah sampai pada fase IV, dimana klien mengalami
panik dan perilakunya di kendalikan oleh isi halusinasinya. Klien benar-benar
kehilangan kemampuan penilaian realitas terhadap lingkungan. Dalam situasi
ini klien dapat melakukan bunuh diri ( suicide), membunuh orang lain
(homocide) dan merusak lingkungan.
Selain masalah yang diakibatkan oleh halusinasi, klien biasanya juga
mengalami masalah-masalahkeperawatan yang menjadi penyebab munculnya
halusinasi.Masalah itu antara lain harga diri rendah dan isolasi social (stuart
dan laria,2001). Akibat harga diri rendah dan kurangnya keterampilan
berhubungan social , klien menjadi menarik diri dari lingkungan. Dampak
selanjutnya lebih dominan di bandingkan stimulus eksternal. Klien
selanjutnya kehilangan kemampuan membedakan stimulus internal dengan
stimulus eksternal. Ini memicu timbulnya halusinasi. Dari masalah tersebut
diatas dapat disusun pohon maslah sebagai berikut :

EFEK Resiko mencedrai diri sendiri, Orang lain, dan lingkungan

C.P Perubahan persepsi sensori : Defisit perawatan diri : Halusinasi


pendengaran Mandi/Kebersihan diri,berpakaian/berhias

ETIOLOGI Kerusakan interaksi sosial : Intoleransi aktifitas


Menarik diri

Gangguan konsep diri : Harga diri rendah

Dari pohon masalah diatas dapat dirumuskan diagnosa keperawatan sebagai


berikut :

1. Resiko mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan berhubungan


dengan halusinasi audiotorik.

2. Perubahan persepsi sensorik : Audiotorik berhubungan dengan menarik

12
diri

3. Kerusakan interaksi sosial : Menarik diri berhubungan dengan Harga diri


rendah

4. Defisit perawatan diri: mandi/kebersihan, berpakaian/berhias


berhubungan dengan intoleransi aktifitas.

G. Tujuan Asuhan Keperawatan

Tujuan umum :

Klien dapat mengenal, dan mengontrol halusinasi

Tujuan itu dapat dirinci sebagai berikut :

1. Klien dapat membina hubungan salin percaya

2. Klien dapat mengenal halusinasinya

3. Klien dapat mengontrol halusinasinya.

4. Klien mendapat dukungan keluarga dalam mengontrol halusinasinya.

5. Klien dapat memanfaatkan obat untuk mengatasi halusinasinya.

H. Tindakan Keperawatan

Tindakan keperawatan untuk membantu klien mengatasi masalahnya


di mulai dengan membina hubungan saling percaya dengan klien.

Setelah hubungan saling percaya terbina , intervensi keperawatan


selanjutnya adalah membntu klien mengenali halusinasinya.
Setelah klien mengenal halusinasinya selanjutnya klien dilatih bagaimana
cara yang biasa terbukti efektif mengatasi atau mengontrol halusinasi.

Adapun cara yang efektif dalam memutuskan halusinasi adalah :

1. Menghardik halusinasi.

13
2. Berinteraksi dengan orang lain.

3. Beraktivitas secara teratur dengan menyusun kegiatan harian.

4. Memanfaatkan obat dengan baik.

Keluarga perlu diberi penjelasan tentang bagaimana penanganan klien


yang mengalami halusinasi sesuai dengan kemampuan keluarga. Hal ini
penting karena keluarga adalah sebuah system dimana klien berasal dan
halusinasi sebagai salah satu gejala psikosis dapat berlangsung lama
(kronis) sehingga keluarga perlu mengetahu cara perawatan klien
halusinasi dirumah.

Dalam mengendalikan halusinasi diberikan psikofarmaka oleh tim medis


sehingga perawat juga perlu memfasilitasi klien untuk dapat
menggunakan obat secara tepat. Prinsip lima benar harus menjadi focus
utama dalam pemberian obat.

I. Evaluasi

Asuhan keperawatan klien dengan halusinasi berhasil jika :

1. Klien menunjukkan kemampuan mandiri untuk mengontrol halusinasi

2. Mampu melaksanakan program pengobatan berkelanjutan

3. Keluarga mampu menjadi sebuah sistem pendukung yang efektif dalam


membantu klien mengatasi masalahnya.

14
BAB 3

PENUTUP

A. Kesimpulan

Halusinasi merupakan salah satu gejala yang sering ditemukan pada


klien dengan gangguan jiwa. Halusinasi merupakan salah satu respon
maladaptif individu yang berada dalam rentang respon neurobiology. Ini
merupakan respon persepsi paling maladaptif. Jika klien sehat persepsinya
akurat, mampu mengidentifikasi dan menginterpretasikan stimulus
berdasarkan informasi yang diterima melalui panca indra ( pendengaran,
penglihatan, penghidu, pengecapan, dan perabaan), klien dengan halusinasi
mempersepsikan suatu stimulus panca indra walaupun sebenarnya stimulus
itu tidak ada. Diantara kedua respon tersebut adalah respon individu yang
karena sesuatu hal mengalami kelainan persepsi yaitu salah mempersepsikan
stimulus yang diterimanya yang disebut sebagai ilusi. Klien mengalami ilusi
jika interpretasi yang dilakukannya terhadap stimulus panca indra tidak akurat
sesuai stimulus yang diterima.

B. Saran

Perawat mempunyai peranan yang sangat penting dalam mengatasi


klien dengan halusinasi yaitu sebagai pencipta lingkungan. Dalam hal ini
perawat berusaha menciptakan lingkungan yang terapeutik, aman, hangat dan
bersahabat. Perawat juga berperan sebagai pendidik yaitu membantu klien
belajar berpartisipasi agar lebih diterima dilingkungan dan sebagi agen
sosialisasi yaitu mendorong klien kedalam kegiatan-kegiatan melalui tindakan
keperawatan.

15
DAFTAR PUSTAKA

http://gusriwahyudi.wordpress.com/2011/04/21/halusinasi/

http://arifahpratidina.blogspot.com/2011/10/makalah-halusinasi.html

http://makalah-kesehatan-online.blogspot.com/2009/01/askep-halusinasi-dan-
waham.html

16

Anda mungkin juga menyukai