Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bangunan gedung pada umumnya merupakan bangunan yang dipergunakan
oleh manusia untuk melakukan kegiatannya, agar supaya bangunan gedung yang
dibangun dapat dipakai, dihuni, dan dinikmati oleh pengguna, perlu dilengkapi
dengan prasarana lain, yang disebut prasarana bangunan atau utilitas bangunan.
Utilitas Bangunan merupakan kelengkapan dari suatu bangunan gedung, agar
bangunan gedung tersebut dapat berfungsi secara optimal. Disamping itu
penghuninya akan merasa nyaman, aman, dan sehat. Maka dari itu, kita sebagai
mahasiswa jurusan arsitektur harus mengetahui bagimana cara merancang sistem
utilitas yang baik pada bangunan atau gedung. Salah satunya pembangunan
landasan helicopter di sebuah gedung. Bangunan-bangunan tinggi yang memiliki
tinggi lebih dari 10 lantai atau 40 m dianjurkan untuk membuat suatu landasan
helikopter. Landasan helikopter berfungsi sebagai tempat mendaratnya helikopter
agar lebih mudah dan cepat dalam memberikan pertolongan ketika terjadi
kebakaran dan terdapat orang-orang yang terjebak di lantai atas.
B. Rumusan masalah
1. Apa itu landasan helicopter?
2. Apa saja persyaratan landasan helicopter?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu landasan helicopter
2. Untuk mengetahui apa-apa saja persyaratan landasan helicopter

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Landasan Helicopter

Helipad adalah landasan untuk helikopter. Karena sifat helikopter yang bisa
mendarat dan terbang secara vertikal, helipad tidak membutuhkan tempat yang
terlalu luas dan bisa berada di mana saja selama tersedia cukup ruang bagi
rotor/baling-baling helikopter. Helipad seringkali ditemui di atap gedung, rumah
sakit, anjungan lepas pantai ataupun di atas kapal perang. Agar kelihatan dari
udara helipad ditandai dengan lingkaran dengan huruf H di tengahnya atau cukup
dengan huruf H saja.

Pembuatan Hellipad pada dasarnya merupakan bagian dari operasi SAR,


untuk pembuatannya dibutuhkan pengetahuan tentang ukuran Helikopter yang
akan mendarat pada helipad tersebut. Dalam pembuatan helipad ini dapat dibuat :

 secara permanen dengan melalui yang ketentuannya sesuai dengan


standart kelayakan dan persyaratan dari keselamatan penerbangan (Ditjen
Hubud)
 Secara darurat, helipad ini dibuat saat operasi SAR berlangsung, sehingga
Tim Rescue dituntut untuk melakukan pengamatan dengan pertimbangan
segala aspek yang mempengaruhinya.

Pada umumnya suatu helipad tidak mempunyai fasilitas bahan bakar, layanan
untuk pesawat terbang,dan tidak ada pemandu lalu lintas udara full time. Akan
tetapi bandar udara yang mempunyai fasilitas bahan bakar dan layanan pemandu
pesawat udara sering tersedia helipad. Helipad boleh juga ditempatkan jauh dari
fasilitas seperti itu, sebagai contoh helipad ditempatkan diatas atap rumah sakit
sebagaimedia transportasi udara. Dalam merencanakan Helipad yang perlu
diperhatikan yaitu tipe helicopter yang menyangkut dengan berat helikopter
dengan bahan bakar penuh dan diameter rotor, kondisi lingkungan, dan tanda
yang dirancang untuk visual pilot. Dengan mempertimbangkan hal-hal tersebut,
maka dirancang konstruksi dan dihitung kekuatan konstruksi helipad yang sesuai.

2
Berikut disajikan gambar1.0 yang mengilustrasikan helipad di atas bangunan
rumah sakit.

Gambar 1.0 helipad pada rumah sakit

3
B. Rambu dan Marka Helipad
Rambu dan marka Helipad khususnya pada rumah sakit, memiliki standar
yang diatur pada Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara nomor
:SKEP/41/III/2010 tentang Persyaratan Standar Teknis dan Operasional
Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 139 (Manual of
Standard CASR 139) Volume II Tempat Pendaratan dan Lepas Landas
Helikopter (Heliport) yang berbunyi:
1. Berbentuk huruf H berwarna merah dengan latar belakang palang
putihberukuran 3 m.
2. Tinggi huruf H berukuran 3 meter, lebar huruf 1,8meter dan tebal
huruf 0,4 meter atau kelipatannya.
3. Letak marka identifikasi ditengah-tengah Elevated Helipad.

Untuk lebih jelasnya, berikut disajikan gambar1.2 yang menjelaskan


markaidentifikasi helipad

.Gambar 1.2 Marka Helipad

4
Selain itu, helipad juga terdiri dari beberapa zona, yaitu zona TLOF (Touchdown
and Lift-off Area) yang dikelilingi oleh zona FATO (Final Approach and Take
off Area).Untuk safety area, berada pada sekitar zona FATO. Berdasarkan
ketentuan Federal Aviation Administration AC No.: 150/5390-2B, terdapat
beberapa stándar untuk marka zona-zona tersebut, yaitu :

 Marka H diorientasikan pada posisi sumbu sejajar dengan arah pendaratan


helikopter sesuai perencanaan.
 Untuk marka garis zona TLOF berupa garis menerus dengan lebar garis
12inch atau 30 cm dengan warna putih.
 Untuk marka garis zona FATO berupa garis putus-putus berwarna putih
sesuai gambar1.3, kecuali pada posisi sudut yang berupa garis menerus.

Untuk lebih jelasnya, berikut disajikan gambar1.3 yang menjelaskan zona-zona


helipad.

Gambar1.3 zona heliped

5
Keterangan :

1. Angka 12 menunjukkan beban lepas landas helicopter maksimum sesuai


tipe rencana yang dinyatakan dengan satuan pound dalam ribuan.
2. Angka 44 menunjukkan diameter rotor helicopter maksimum sesuai tipe
rencana yang dinyatakan dengan satuan ft.

C. Beban Rencana

Berdasarkan PPURG 1987, beban hidup pada atap gedung tinggi yang
diperlengkapi dengan helipad harus diambil sebesar minimum 200 kg/m2 di luar
daerah landasan, sedangkan pada daerah landasannya harus diambil beban yang
berasal dari helikopter sewaktu mendarat dan mengangkasa dengan ketentuan-
ketentuan sebagai berikut :

1. Struktur landasan beserta struktur pemikulnya harus direncanakan


terhadap beban-beban yang berasal dari helikopter yang paling
menentukan, yaitu apabila terjadi pendaratan yang keras karena mesin
mati sewaktu melandas(hovering). Beban-beban helikopter tersebut
dikerjakan pada landasan melalui tumpuan-tumpuan pendarat. Helikopter-
helikopter ukuran kecil sampai sedang pada umumnya mempunyai
tumpuan pendarat jenis palang (skid type) atau jenis bantalan (float type),
sedangkan yang ukuran besar mempunyai tumpuan pendarat jenis roda.
Tumpuan- tumpuan pendarat dapat terdiri dari dua buah tumpuan utamadi
samping sebuah tumpuan belakang atau sebuah tumpuan depan. Paramet
er-parameter sebuah helikopter bergantung pada jenis dan tipe sesuai
keluaran pabrik helikopter.
2. Pembagian bebanhelikopter berasal dari masing-masing tumpuan
pendaratyang meneruskan bagian tertentu dari berat bruto helikopter yang
tergantung pada jenis helikopter dan jenis tumpuan pendaratnya. Pada
jenis-jenis helicopter yang mempunyai tumpuan-tumpuan pendarat utama,
masing-masing tumpuan pendarat tersebut pada umumnya meneruskan 40
sampai 50 persen dari berat bruto helikopter. Yang dimaksud dari berat
berat bruto helikopter adalah berat total helikopter berikut muatan penuh

6
seperti yang diizinkan menurut peraturan internasional FAA. Dalam
perencanaan struktur landasan beserta struktur pemikulnya dianggap
bahwa 2 buah tumpuan pendarat secara serempak membebani landasan.
3. Luas bidang kontak ini tergantung pada jenis helikopter dan jenis tumpuan
pendaratnya. Untuk tumpuan pendarat dari jenis roda, dimana masing-
masing terdiri dari beberapa roda, nilai-nilai luas bidang kontak
yangdiberikan adalah jumlah dari luas bidang kontak masing masing
roda,sedangkan untuk tumpuan pendarat dari jenis palang luas bidang
kontak tersebut adalah luas bidang palang yang berada langsung sekitar
batang penumpu. Pada umumnya, lantai landasan dapat dianggap kuat
apabila direncanakan terhadap beban terpusat sebesar 50 persen dari berat
bruto helicopter yang terbagi rata dalam bidang kontak seluas 600cm2.

D. Persyaratan-persyaratan Landasan Helikopter


 Strukturnya sudah diperhitungkan agar dapat menahan beban
helikopter yang mendarat sebesar 2.284 kg.
 Memiliki ukuran tertentu dari berbagai macam jenis helikopter yang
sering digunakan, khususnya dari Dinas Kebakaran atau Dinas
Keamanan/Kepolisian atas izin Ditjen Perhubungan Udara.
 Landasan harus berdiri paling atas tidak boleh terganggu oleh pagar
kabel-kabel penangkal petir, antena dan sebagainya.
 Landasan dihubungkan dengan tangga terbuka menuju atap bangunan.

E. Langkah Pembangunan dan Pengoperasian Helipad


1. Pembangunan heliport dilaksanakan setelah mendapat izin mendirikan
bangunan dari Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota, kecuali yang
dibangun di Daerah Khusus Ibukota atau Daerah Istimewa izin
diberikan oleh Pemerintah Daerah Propinsi;
2. Izin mendirikan bangunan heliport diberikan setelah mendapat
rekomendasi dari Direktur Bandar Udara;

7
3. Mengajukan permohonan rekomendasi kepada Direktur Bandar Udara
sesuai format di Lampiran I, SKEP/100/VI/2010 dengan melengkapi
data :
 rancang bangun heliport termasuk peta situasi dan gambar denah
serta potongannya;
 data jenis helikopter yang akan dilayani;
 rencana penggunaan / pemanfaatan heliport;
 struktur organisasi dan personel penyelenggara heliport.

8
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Helipad adalah landasan untuk helikopter. Karena sifat helikopter yang bisa
mendarat dan terbang secara vertikal, helipad tidak membutuhkan tempat yang
terlalu luas dan bisa berada di mana saja selama tersedia cukup ruang bagi
rotor/baling-baling helikopter. Helipad seringkali ditemui di atap gedung, rumah
sakit, anjungan lepas pantai ataupun di atas kapal perang. Agar kelihatan dari
udara helipad ditandai dengan lingkaran dengan huruf H di tengahnya atau cukup
dengan huruf H saja.

B. Saran

Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis
akan lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan
sumber - sumber yang lebih banyak yang tentunga dapat di pertanggung
jawabkan.

9
DAFTAR PUSTAKA

https://www.scribd.com/document/335610405/Sistem-Utilitas-Bangunan

https://www.academia.edu/7844952/Perencanaan_Konstruksi_Struktur_Atas_
serta_Struktur_Helipad_pada_Bangunan_Rumah_Sakit_R_K_Charitas_Palemba
ng

https://www.academia.edu/5612254/Pendahuluan_saiinnnsssssss_utililitaaaas
sss

https://id.wikipedia.org/wiki/Helipad

Pedoman perencanaan pembebanan untuk rumah dan gedung. Departemen


pekerjaan umum RI, Jakarta 1987

10

Anda mungkin juga menyukai