Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Umum
Dalam pengertian teknik secara umum, tanah didefinisikan sebagai
material yang terdiri atas agregat (butiran), mineral-mineral padat yang tidak
tersementasi (terikat secara kimia) satu sama lain dan dari bahan-bahan organik
yang telah melapuk (berpartikel padat) disertai dengan zat cair dan gas yang
mengisi ruang-ruang kosong di antara partikel-partikel padat tersebut. “Tanah
umumnya dapat disebut sebagai kerikil (Gravel), pasir (Sand), lanau (Silt), atau
lempung (Clay), tergantung pada ukuran partikel yang paling dominan pada tanah
tersebut” (Braja M. Das, 1985: hal. 7).
Secara umum tanah terdiri atas tiga elemen, yaitu butiran tanah, air, dan
udara yang terdapat di dalam ruangan antara butiran tanah tersebut. Ruang ini
disebut pori atau Void. Apabila tanah sudah benar-benar kering, maka tidak akan
ada air di dalam pori-porinya. Keadaan semacam ini jarang sekali ditemukan pada
tanah yang masih berada dalam keadaan asli di lapangan. Air hanya dapat
dihilangkan dari tanah apabila dilakukan tindakan khusus, misalnya dengan
melakukan pemanasan di dalam oven.
Berdasarkan ASTM, ukuran tanah dapat diklasifikasikan menjadi
beberapa macam, yaitu:
a. Berangkal (Boulder) = > 300 mm
b. Kerakal (Cobblestone) = 75 – 300 mm
c. Kerikil (Gravel) = 4,750 – 75 mm
d. Pasir Kasar (Coarse sand) = 2,000 – 4,750 mm
e. Pasir Sedang (Medium sand) = 0,425 – 2,000 mm
f. Pasir Halus (Fine sand) = 0,075 – 0,425 mm
g. Lanau (Silt) = 0,002 – 0,075 mm
h. Lempung (Clay) = 0,001 – 0,002 mm

Kelompok 14 1
Laporan Praktikum Mekanika Tanah I
Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik
Universitas Putra Indonesia “YPTK” Padang

Dari sudut pandang teknis, tanah dapat dikelompokkan atas beberapa


macam, yaitu:
a. Batu kerikil (Gravel)
Golongan batu kerikil dan pasir dikenal sebagai kelas tanah yang
berbutir kasar (non-kohesif). Berdasarkan ASTM (American Society for
Testing and Materials), ukuran butiran batu kerikil berkisar antara 4,750
mm–75 mm. Golongan ini terdiri dari pecahan-pecahan batu dengan
berbagai bentuk dan ukuran. Batu kerikil biasanya terdiri dari pecahan-
pecahan batu, tetapi mungkin pula terdiri dari satu macam zat mineral
tertentu, misalnya Quartz atau Flint.
b. Pasir (Sand)
Butir-butir pasir terdiri dari satu macam zat mineral, terutama Quartz
berdasarkan ukuran butirannya, pasir dibedakan atas tiga macam, yaitu:
1. Pasir kasar (Coarse sand), ukuran butirannya 2 mm–4,750 mm.
2. Pasir sedang (Medium sand), ukuran butirannya 0,425 mm-
2mm.
3. Pasir halus (Fine sand), ukuran butirannya 0,075 mm–0,425
mm.
c. Lanau (Silt)
Lanau merupakan tanah peralihan antara lempung dan pasir halus
dengan ukuran butirannya berkisar antara 0,002 mm–0,075 mm. Tanah
ini kurang plastis dan lebih mudah ditembus air daripada tanah lempung
dan memperlihatkan sifat-sifat dilatasi yang tidak terdapat pada tanah
lempung tersebut.
d. Lempung (Clay)
Lempung terdiri dari butiran-butiran yang sangat kecil serta
menunjukkan sifat-sifat plastis dan kohesi. Butiran tanah lempung
berukuran 0,001–0,002 mm. Kohesi merupakan daya ikat antar butiran
tanah sedangkan plastisitas adalah sifat yang memungkinkan bentuk

Kelompok 14

2
Laporan Praktikum Mekanika Tanah I
Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik
Universitas Putra Indonesia “YPTK” Padang

tanah dapat diubah-ubah tanpa diikuti perubahan isi atau tanpa kembali
ke bentuk aslinya serta tanpa adanya retakan pada bahan tersebut.

1.2 Tujuan
Tanah berguna sebagai bahan bangunan pada berbagai macam pekerjaan
teknik sipil, disamping itu tanah juga berfungsi sebagai pendukung pondasi
bangunan. Oleh karena itu, juga dipelajari sifat-sifat dasar dari tanah seperti asal-
usulnya, penyebaran, analisa butiran, kemampuan dialiri air, sifat kemampatan
bila dibebani (Compressibility), kekuatan geser, dan kapasitas daya dukung
terhadap beban.
Penyelidikan kondisi bawah tanah terhadap suatu lokasi yang akan
didirikan bangunan merupakan persyaratan utama dalam konstruksi. Penyelidikan
lapangan biasanya hanya menelan biaya yang cukup kecil dibandingkan dengan
biaya total seluruh konstruksi, namun kegunaannya sangat penting.
Apabila tidak dilakukan penyelidikan awal, maka akan menimbulkan
dampak yang sangat besar. Misalnya setelah proyek hampir selesai atau telah
tercapai seluruhnya, ternyata baru diketahui bahwa pondasinya harus diganti
karena tidak sanggup menahan beban di atasnya. Tentu saja keseluruhan
konstruksinya juga harus diubah kembali. Dapat dibayangkan betapa besar
kerugian yang ditimbulkan.
Penyelidikan tanah pada dasarnya bertujuan untuk menentukan batas-
batas praktis stratifikasi dan teknis dari tanah yang mendasari suatu tempat.
Penyelidikan ini dilaksanakan sedemikian rupa sehingga diperoleh hasil
maksimum dengan biaya yang optimal.
Penyelidikan lapangan harus dapat memberikan data yang lengkap dan
informasi yang jelas sehingga menunjang keberhasilan suatu proyek, seperti:
a. Informasi tentang daya dukung tanah, kedalaman tanah keras, jenis
tanah, kadar air, dan sebagainya.

Kelompok 14

3
Laporan Praktikum Mekanika Tanah I
Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik
Universitas Putra Indonesia “YPTK” Padang

b. Informasi yang memungkinkan konsultan geoteknik membuat


rekomendasi mengenai kapasitas beban yang diizinkan pada elemen
pondasi.
c. Informasi mengenai penurunan yang terjadi dan letak muka air
tanah.
d. Informasi mengenai kemampuan tanah menerima gaya geser dan
besar sudut gesernya.
Penyelidikan di laboratorium memberikan data dan informasi tentang:
a. Sifat-sifat fisis tanah (Properties Index)
b. Analisa butiran (Grained Size Analysis)
c. Batas-batas konsistensi tanah (Atterberg Limit)
d. Kekuatan geser (Shear Strength)
e. Kuat tekan bebas (Unconfined Compressive Strength)
f. Nilai CBR (California Bearing Ratio)
g. Nilai OCR (Over Consolidated Ratio)
h. Koefisien permeabilitas tanah (Coefficient of Permeability)

Kelompok 14

Anda mungkin juga menyukai