Disusun Oleh :
FEBRIANI INANG ANARLI
NIM. 1710811220023
Analisa Permasalahan
1. Undang-undang Jasa Konstruksi (UUJK) menegaskan bahwa tanggungjawab pihak
yang terlibat dalam suatu kegiatan konstruksi berlaku dari awal sampai serah terima
akhir.
2. Pasal 25 ayat 2 UUJK menyatakan bahwa kegagalan bangunan yang menjadi
tanggung jawab penyedia jasa .
3. Penyedia jasa menurut Pasal 16 ayat 1 terdiri dari perencana, pelaksana dan pengawas
konstruksi.
Kemungkinan Kesalahan
1. Kesalahan dalam pelaksanaan yaitu kesalahan dalam pengawasan Kontraktor/pekerja
yang bekerja menyimpang dari speksifikasi teknis
2. Kesalahan pihak pengawas yaitu membiarkan pelaksana bekerja menyimpang juga
merupakan
Analisa Hukum
Sesuatu kebiasaan yang tidak terpuji tentang masalah kegagalan konstruksi di suatu
proyek, pihak-pihak yang terkait selalu ada cara untuk memilih langkah-langkah
mengamankan dan menyelamatkan orang-orangnya yang terlibat dari pada mengamankan
atau menyelesaikan masalah-masalah itu sendiri. Tidak jarang kondisi alamlah yang
dikambing hitamkan untuk menyelamatkan kecerobohan dan kelalaian manusia-manusia
yang seharusnya bertanggung jawab dalam kegagalan konstruksi tersebut. Padahal kita telah
memiliki peraturan-peraturan dan per Undang-undangan yang baik, semestinya semua pihak
yang terlibat harus sudah mulai menyadari pentingnya mengikuti aturan Undang-Undang
(UU), bukan sibuk meyelamatkan diri dengan mengorbankan kepentingan negara dan bangsa
ini atau demi penyelamatan diri yang mengorbankan kepentingan orang banyak. Berikut ini
pasal-pasal yang berkaitan dengan sanksi kegagalan konstriksi menurut UU RI No.18 tahun
1999 dan PP RI No.29 tahun 2000
UU RI No.18 Tahun 1999 (Kegagalan Konstruksi)
UU RI No.18 tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi (JAKON). Pada bab IV memuat
tentang kegagalan konstruksi, bunyi pasal 25, 26, 27 dan 28, adalah; Pasal 25, ayat 1,
Pengguna jasa konstruksi dan penyedia jasa wajib bertanggung jawab atas kegagalan
bangunan. Ayat.2, Kegagalan bangunan yang menjadi tanggung jawab penyedia jasa
sebagaimana yang dimaksud pada ayat.1 ditentukan terhitung sejak penyerahan akhir
pekerjaan konstruksi dan paling lama 10 (sepuluh) tahun. Ayat.3, Kegagalan bangunan
sebagaimana dimaksud pada ayat.2 ditetapkan oleh pihak ketiga selaku penilai ahli.
Pasal 26, ayat.1, Jika terjadi kegagalan bangunan yang disebabkan karena
kesalahan perencana atau pengawas konstruksi, dan hal tersebut terbukti menimbulkan
kerugian bagi pihak lain, maka perencana atau pengawas konstruksi wajib bertanggung
jawab sesuai dengan bidang profesi dan dikenakan ganti rugi. Ayat.2, Jika terjadi
kegagalan bangunan yang disebabkan karena kesalahan pelaksana konstruksi, dan hal
tersebut terbukti menimbulkan kerugian bagi pihak lain, maka pelaksana konstruksi
wajib bertanggung jawab sesuai dengan bidang usaha dan dikenakan ganti rugi.
Pasal 27, Jika terjadi kegagalan bangunan yang disebabkan kerena kesalahan
pengguna jasa dalam pengelolaan bangunan dan hal ini terbukti menimbulkan kerugian
pada pihak lain, maka pengguna jasa wajib bertanggung jawab dan dikenakan ganti rugi.
Pasal 28, Ketentuan mengenai jangka waktu dan penilai ahli sebagaimana
dimaksud dalam pasal 25, tanggung jawab perencana konstruksi, pelaksana konstruksi,
dan pengawas konstruksi sebagaimana dimaksud pada pasal 26 serta tanggung jawab
pengguna jasa sebagaimana simaksud dalam pasal 27 diatur lebih lanjut dengan
Peraturan pemerintah.