PENDAHULUAN
Suatu kontrak konstruksi yang telah memenuhi syaratsyarat yang sah dan asas-asas suatu kontrak, tidak menutup
kemungkinan untuk terjadinya kegagalan bangunan (Building
Failure). Dalam pekerjaan konstruksi bangunan sering
ditemukannya kegagalan bangunan yang dapat diakibatkan oleh
pihak penyedia jasa atau pengguna jasa.
Semua pekerjaan konstruksi melakukan pergerakannya
sesuai dengan tahapan (siklus) kegiatannya yaitu diawali
dengan perencanaan, sifat bahan bangunan yang digunakan,
pengujian bahan dan bangunan/konstruksi, pelaksanaan dan
pengawasan serta pemeliharan bangunan. Kegiatan-kegiatan
tersebut harus dilakukan secara bertahap agar memperoleh hasil
yang baik dan memuaskan. Tahap-tahap tersebut harus
dilakukan dengan baik, jika pada salah satu tahap terjadi
kegagalan maka akan mempengaruhi kegiatan yang lainnya
serta harus mengikuti ketentuan atau standar yang berlaku.
PENGERTIAN
Berdasarkan UU-RI No.18 Tahun 1999 Tentang Jasa
Konstruksi, Bab 1, Pasal 1 ayat 6 menyatakan Kegagalan bangunan
adalah keadaan bangunan, yang setelah diserah terimakan oleh
penyedia jasa kepada penguasa jasa, menjadi tidak berfungsi baik
secara keseluruhan maupun sebagian dan/atau tidak sesuai dengan
ketentuan yang tercantum dalam kontrak kerja konstruksi atau
pemanfaatannya yang menyimpang sebagai akibat kesalahan
penyedia jasa dan/atau pengguna jasa.
kegagalan konstruksi adalah keadaan hasil pekerjaan konstruksi
yang tidak sesuai dengan spesifikasi pekerjaan sebagaimana
disepakati dalam kontrak kerja konstruksi baik sebagian maupun
keseluruhan sebagai akibat dari kesalahan dari pengguna jasa atau
penyedia jasa.
ASPEK HUKUM
Berdasarkan UU Kegagalan Bangunan
terbagi atas beberapa definisi di :
1.UU No. 18 Tahun 1999 tentang Jasa
Konstruksi
2.Peraturan
Pelaksanaan
Undang
CONTOH KASUS
Runtuhnya Penambahan Bangunan Pada Grosir Tanah
Abang
LATAR BELAKANG KASUS
IDENTIFIKAS KASUS
SOLUSI
DESKRIPSI
SANKSI
PENYEBAB
AKIBAT
Deskripsi Teknis
Berdasarkan berita dan foto-foto di lokasi kejadian yang
dimuat media masa, konstruksi utama bangunan tambahan
Metro Tanah Abang tersebut dibuat dari konstruksi baja.
Hubungan antara konstruksi baja bangunan tambahan dengan
bangunan induk Metro Tanah Abang kemungkinan dipakai
baut sebagai konektor. Robohnya bangunan tambahan Metro
Tanah Abang dapat disebabkan karena kesalahan perencanaan
atau kesalahan dalam pelaksanaan dan pengawasan.
.
Penyebab Runtuhnya
Berdasarkan informasi yang didapat,
runtuhnya gedung tambahan grosir
metro tanah abang disebabkan
beberapa kesalahan seperti dibawah
ini :
1.Kesalahan Perencanaan
2.Kesalahan Pelaksanaan
3.Kesalahan Pengawasan
Sanksi Hukum
Berdasarkan
kasus
runtuhnya
penambahan gedung grosir tanah abang,
sanksi hukum yang diberikan adalah
sebagai berikut:
1.Tanggung jawab penyedia jasa dalam
UUJK Nomor 18 Tahun 1999 disebutkan
dalam pasal 26 ayat 1 dan 2.
2.Sanksi bagi penyelenggara konstruksi
dijelaskan dalam Bab X pasal 41, 42 dan
43 UUJK.
3.dikenakan dua dugaan pidana yaitu
pelanggaran pasal pelanggaran pasal
359 KUHP mengenai kelalaian yang
mengakibatkan
meninggalnya
orang
lain, pasal 360 KUHP mengenai kelalaian
SOLUSI
Pada kasus ini, penyebab pasti dari
kegagalan Robohnya bangunan tambahan
Metro Tanah Abang adalah pada sambungan
atau konektor (baut), namun belum bisa
dipastika pihak mana yang memang harus
bertanggung jawab. Berikut merupakan solusi
umum yang memang harus diperhatikan baik
oleh
perencana,
pelaksana,
maupun
pengawas.
1. Perencanaan
:
Beban harus lebih kecil
dari kapasitas
2. Pelaksanaan :
Pastikan pekerjaan sesuai
dengan RKS
3. Pengawasan : Menjamin bahwa pelaksana
bekerja
sesuai dengan RKS
KESIMPULAN
1. Suatu bangunan baik sebagian maupun
keseluruhan
dinyatakan
mengalami
kegagalan bila tidak mencapai atau
melampaui nilai-nilai kinerja tertentu
(persyaratan minimum, maksimum dan
toleransi)
yang
ditentukan
oleh
Peraturan, Standar dan Spesifikasi yang
berlaku saat itu sehingga bangunan tidak
berfungsi dengan baik.
2.
Kegagalan
Konstruksi
pada
kasus
robohnya bangunan tambahan Metro
Tanah Abang dapat diakibatkan oleh 2 hal,
yaitu akibat kesalahan manusia dan
akibat kejadian alam yang tidak dapat
diprediksi.
Sedangkan
unsur
utama
keruntuhan
dapat
diakibatkan
oleh
SARAN
1. Diharapkan pada semua pihak terkait
dalam
bidang
konstruksi,
khususnya
kalangan kontraktor dan jasa konstruksi
agar selalu meningkatkan mutu dan
kualitas saat pengerjaan proyek.
2. Pemerintah Daerah Provinsi DKI Jakarta
selaku pembina wilayah diharapkan dapat
melakukan pengawasan yang lebih ketat
terhadap
bangunan-bangunan
yang
berdiri di wilayahnya.
3. Demikian
halnya
dengan
penerapan
Undang-Undang
No
18
Tahun
1999
tentang Jasa Konstruksi, karena dengan
mengikuti
dan
mematuhi
ketentuanketentuan yang tercantum di dalamnya,
keselamatan
masyarakat
akan
lebih
SEKIAN &
TERIMA KASIH