Anda di halaman 1dari 10

NAMA : FAJAR ILHAM

KELAS : 3 JT
NIM : 2001413011
MATA KULIAH : GAGAL DAN CACAT

RESUME GAGAL DAN CACAT PADA KONSTRUKSI


SERTA CONTOH KASUS

Pengertian Cacat pada Konstruksi


Dalam dunia sipil, cacat konstruksi diartikan sebagai bentuk penyimpangan atau hasil yang
tidak sempurna pada suatu pekerjaan konstruksi yang belum melewati batas toleransi. Dalam
artian tidak membahayakan seluruh bagian bangunan.

Cacat konstruksi pada keadaan di lingkungan biasanya dikarenakan kesalahan kecil pekerja
oleh karena itu tidak membahayakan pengguna namun menyebabkan ketidak nyamanan seperti
kebocoran atau ketidak rapihan pengerjaan bangunan. Cacat konstruksi tidak ada payung hukum
atau landasan hukum yang membahas tentang hal ini.
Pengertian Gagal pada Konstruksi
Sedangkan gagal konstruksi merupakan kondisi kesalahan atau penyimpangan pada suatu
konstruksi sehingga menyebabkan bangunan menjadi runtuh atau ambruk.

Kegagalan dan cacat konstruksi yang terjadi pada setiap bagian bangunan biasanya
diakibatkan oleh beberapa faktor.
Definisi umum menurut PP No. 29 Tahun 2000 kegagalan konstruksi keadaan hasil pekerjaan
konstruksi yang tidak sesuai dengan spesifikasi pekerjaan sebagaimana disepakati dalam kontrak
kerja konstruksi baik sebagian maupun keseluruhan sebagai akibat kesalahan pengguna jasa atau
penyedia jasa.
Definisi yang Menjelaskan Tentang Kegagalan dan Cacat Konstruksi
1. UU Nomor 18 tahun 1999, Bab 1, pasal 1 ayat 6 mengatakan bahwa ”kegagalan
bangunan adalah keadaan bangunan, yang setelah diserahterimakan oleh penyedia jasa
kepada pengguna jasa, menjadi tidak berfungsi baik sebagian atau secara keseluruhan
dan/atau tidak sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam kontrak kerja konstruksi
atau pemanfaatannya yang menyimpang sebagai akibat kesalahan penyedia jasa dan/atau
pengguna jasa.”
2. PP No 29 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi, Bab V, Pasal 31 bahwa
“kegagalan konstruksi adalah keadaan hasil pekerjaan konstruksi yang tidak sesuai
dengan spesifikasi pekerjaan sebagaimana disepakati dalam kontrak kerja konstruksi
sebagian maupun keseluruhan sebagai akibat kesalahan pengguna jasa atau penyedia
jasa.”
3. PP No 29 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi, Bab V, Pasal 34
“kegagalan bangunan merupakan keadaan bangunan yang tidak berfungsi, baik secara
keseluruhan maupun sebagian dari segi teknis, manfaat, keselamatan dan kesehatan kerja
dan atau keselamatan umum sebagai akibat kesalahan penyedia jasa dan atau pengguna
jasa setelah penyerahan akhir pekerjaan konstruksi.”
4. Dov Kaminetzky, ”Design and Construction Failures”-Lessons from Forensic
Investigation, McGraw-Hill,Inc,1991 menyatakan, “failure” is human act and is defined
as : omission of occurrence or performance; lack of success; nonperformance;
insufficiency; loss of strength; and cessation of proper functioning or performance.
5. N Ananda Coomarasamy, Senior Civil Engineer, Construction & Maintenance
Department Port of Singapore Authority, “Construction Related Structural Failures”,
International Conference on Structural Failure, ICSF 87, Singapore, 30-31 March 1987
mengemukakan, Structural failure may be defined as the behaviour or performance of a
structure not in agreement with the expected condition of stability and desired service.
Failure can also refer to total collapse and defects of such nature that are irrepairable or
uneconomical to repair for proper usage.
6. HAKI pada tahun 2001 coba mengkaitkan dengan UU No.18 Tahun 1999 Tentang Jasa
Konstruksi, dan memberikan usulan definisi sebagai berikut:
a. Definisi Umum: Suatu bangunan baik sebagian maupun keseluruhan dinyatakan
mengalami kegagalan bila tidak mencapai atau melampaui nilai-nilai kinerja
tertentu (persyaratan minimum, maksimum dan toleransi) yang ditentukan oleh
Peraturan, Standar dan Spesifikasi yang berlaku saat itu sehingga bangunan tidak
berfungsi dengan baik.
b. Definisi Kegagalan Bangunan akibat Struktur. Suatu bangunan baik sebagian
maupun keseluruhan dinyatakan mengalami kegagalan struktur bila tidak
mencapai atau melampaui nilai-nilai kinerja tertentu (persyaratan minimum ,
maksimum dan toleransi) yang ditentukan oleh Peraturan, Standar dan Spesifikasi
yang berlaku saat itu sehingga mengakibatkan struktur bangunan tidak memenuhi
unsur-unsur kekuatan (strength), stabilitas (stability) dan kenyamanan layak pakai
(serviceability) yang disyaratkan.
7. Lembaga Perlindungan Konsumen dan Industri Jasa Konstruksi Indonesia (LKJK-I) juga
menerangkan definisi kegagalan konsruksi sebagai rendahnya mutu yang meliputi cacat
fisik dan cacat prosedur hingga terjadi keruntuhan konstruksi, disfungsi bangunan, high
cost economics, dimana dapat menimbulkan sengketa konsumen jasa konstruksi, yang
berujung pada kerugian masyarakat secara materil, imateril, ekonomi, cacat hingga
kematian. Lebih lanjut lagi dijelaskan bahwa kegagalan konstruksi merupakan bukti dan
indikator tindak pidana korupsi di sektor konstruksi.
8. Jurnal Proyeksi, 11 September 2006, menyebutkan definisi kegagalan bangunan diartikan
sebagai implikasi negatif terhadap politik, sosial dan teknis dari suatu konstruksi, sebuah
resiko yang tidak berdiri sendiri dan selalu ada sebab akibat yang menyertai, tanggung
jawabnya dipikul oleh pihak-pihak yang terlibat di dalamnya.
Penyebab Cacat dan Kegagalan Konstruksi
a. Penyebab cacat dan kegagalan konstruksi dapat dibagi dalam dua klasifikasi, yaitu: Dapat
diprediksi, yang artinya dapat dikendalikan atau dikarenakan oleh manusia, diantaranya
mencakup:
1. Desain, hasus diperhatikan bahwa resiko tidak dapat dihilangkan sama sekali, tetapi
hanya dapat diminimalisir hingga batas yang dapat diterima.
2. Perencanaan dan pendetailan
3. Material, kegagalan material biasanya terjadi dikarenakan akibat kesalahan dalam
pemilihan material (mutu yang tidak sesuai) atau dikarenakan kegagalan dalam proses
pembuatan material tersebut.
4. Pekerja atau tenaga ahli
5. Pengawasan
b. Tidak dapat diprediksi, biasanya hal-hal yang berkaitan dengan alam, seperti gempa
bumi, angin yang terlalu kencang melebihi batas maksimum peraturan yang ada,
kebakaran, dan bencana alam lainnya.
Unsur-Unsur Kegagalan Konstruksi
Kegagalan dalam konstruksi dapat diakibatnya oleh beberapa unsur diantaranya sebagai berikut:
a. Keruntuhan, ketika semua resistensi gaya dalam struktur tidak lagi ada, maka akan
mengakibatkan keruntuhan total.
b. Keruntuhan progresif biasanya terjadi sangat parah karena ketika terjadi suatu kesalahan
pada satu bagian saja, akan berefek kepada bagian lain dalam struktur dan ini dapat
berlangsung cepat sejak kegagalan awal dimulai, dinamakan kegagalan "efek domino".
c. Kinerja yang tidak bagus.
Semua proyek konstruksi berjalan secara bertahap sesuai dengan daur hidupnya (life cycle), yang
umumnya terdiri dari 4 tahapan. Tahapan yang dimaksud adalah:
a. Konsep dan kelayakannya.
b. Desain, detail, dan spesifikasi dokumen kontrak.
c. Kinerja pekerjaan, konstruksi aktual, kontrol, bimbingan, dan inspeksi pengawasan.
d. Pemilik dan penggunaan fasilitas umum setelah bangunan selesai.
Contoh Kasus Kegagalan Pada Tahap Perencanaan
Contoh kegagalan struktur akibat kesalahan perencanaan adalah pada jembatan Jembatan
Tayan yang berada di Kalimantan Barat. Jembatan ini dibangun pada tahun 2012 dan selesai
pada tahun 2016.

Jembatan Tayan memiliki panjang mencapai 1.42 km dan lebarnya adalah tiga ruas jalan.
Jembatan ini menghubungkan Kota Tayan dan Desa Piasak. Jembatan ini sekaligus menjadi jalur
trans Kalimantan yang menghubungkan Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah.
 Penyebab Kegagalan :
Jembatan Tayan di Kalimantan Barat juga menghadapi masalah pada tahap
perencanaan. Terdapat kesalahan dalam perhitungan beban yang diperkirakan akan
dialami oleh jembatan tersebut. Ketika jembatan selesai dibangun, beban yang
sebenarnya melebihi kapasitas desain, sehingga menyebabkan struktur jembatan menjadi
lemah dan tidak mampu menahan beban yang diberikan.
Contoh ilustrasi jembatan bila terjadi kelebihan beban :
 Penanggulangannya :
a. Evaluasi Ulang Perencanaan
Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi dan memperbaiki kesalahan dalam
perhitungan beban dan memastikan bahwa jembatan didesain dengan kapasitas
yang memadai untuk menahan beban yang sebenarnya.
b. Penggunaan Data Lapangan yang Akurat
Data yang akurat akan membantu dalam merancang jembatan dengan
kapasitas yang sesuai dengan beban yang diterima.
c. Analisis Struktural yang Lebih Mendalam
Analisis ini meliputi evaluasi kekuatan struktural, stabilitas, dan kapasitas
beban. Dengan analisis yang lebih mendalam, dapat ditentukan tindakan
perbaikan yang diperlukan untuk meningkatkan kekuatan dan kapasitas jembatan.
d. Perkuat Struktur Jembatan
Ini bisa melibatkan penguatan komponen struktural, seperti penambahan
balok penahan atau kolom pendukung tambahan, guna meningkatkan kapasitas
jembatan.
e. Pemantauan Rutin
Setelah perbaikan dilakukan, penting untuk melakukan pemantauan rutin
terhadap jembatan. Pemantauan ini melibatkan pengawasan terhadap beban yang
diberikan, pergerakan atau deformasi struktur, serta kondisi keseluruhan
jembatan.

Contoh Kasus Kegagalan Pada Tahap Perancangan


 Penyebab
Contoh kasus pada kegagalan jalan dengan lapisan perkerasan lentur didaerah
Kalimantan Barat disebabkan oleh beberapa faktor seperti kurangnya pemadatan tanah
dan prime coat (lapis pengikat), kurang baik mutu bahan perkerasan, kurang stabilnya
tanah dasar/lapisan bawah permukaan, air pada badan jalan, dan beban kendaraan lebih
besar dari rencana.
 Penanggulangannya :
Dari faktor yang telah disebutkan diatas untuk mengatasinya yaitu:
a. Perbaikan terhadap kerusakan yang terjadi, sekaligus pembatasan beban roda
kendaraan yang disesuaikan dengan daya dukung jalan/ruas jalan tersebut;
b. Perbaikan atau pembuatan saluran drainase pada sejumlah lokasi;
c. Pengujian daya dukung lapisan perkerasan yang ada sepanjang jalan
negara/propinsi, dan selanjutnya membuat rambu-rambu pembatasan beban
kendaraan.
d. Penyelidikan lapisan tanah dasar, atau memperbanyak titik-titik pengambilan
sampelnya;
e. Pengujian terhadap kualitas material jalan yang digunakan terutama pada saat
akan melakukan pekerjaan -masa konstruksi- lapisan perkerasan;
f. Perencanaan tebal lapisan perkerasan dengan memperhatikan umur rencananya
serta perkiraan beban roda terbesar yang akan mampu dipikul oleh lapisan
perkerasan tersebut;
g. Pembuatan saluran drainase sebaiknya bersamaan dengan pembuatan lapisan
perkerasan jalan;
h. Pengawasan pelaksanaan pekerjaan pada masa konstruksi perlu diperketat.
Contoh Kasus Kegagalan Pada Tahap Pelaksanaan
 Penyebab
Salah satu kegagalan yang terjadi seperti di Jalan Tol Bekasi Cawang-Kampung
Melayu di Jakarta Timur terjadi pada tahun 2018. Kegagalan konstruksi yang terjadi yaitu
ambruknya bekisting pier head ketika pengecoran. Menteri PUPR mengatakan
ambruknya bekisting pier head atau cetakan kepala tiang di proyek jalan tol tersebut
diakibatkan oleh kurangnya jumlah baut yang terpasang pada bracket penyangga cetakan.
Menurut dia, insiden ambruknya cetakan kepala tiang proyek Tol Becakayu ini terjadi
akibat perilaku tidak disiplin dari pekerja konstruksi pelaksana pembangunan.

 Penanggulangannya
Berdasarkan kasus kecelakaan konstruksi diatas untuk mencegah terjadinya
kegagalan pada saat pelaksanaan diperlukannya pengawasan yang ketat ketika melakukan
pengerjaan konstruksi agar para pekerja yang kurang konsentrasi atau kurang disiplin
menjadi lebih teliti lagi dan juga diperlukan pengecekan yang mendetail pada konstruksi
agar tidak terulang lagi pada kesalahan yang sama.
Pada saat melakukan perbaikan juga diperlukan pengecoran yang harus didesain
ulang pada mutu beton yang lebih baik agar struktur menjadi lebih kokoh dan kuat.
Contoh Kasus Kegagalan Pada Tahap Penggunaan
 Penyebab
Contoh kasus konstruksi berupa jembatan Pematang Panggang yang berada di
Palembang, Sumatera Selatan. Menduga penyebab ambruknya Jembatan Pematang
Panggang akibat usia jembatan yang sudah tua disertai kelebihan beban dan dimensi.
Diduga terdapat dua kendaraan yang bermuatan besar melintasi jembatan tersebut secara
bersamaan yang mengakibatkan jembatan menjadi ambruk.

 Penanggulangannya
Berdasarkan kasus diatas untuk mengatasinya harus terlebih dahulu diperbaiki
dikarenakan umur rencana yang digunakan pada konstruksi tersebut sudah tua atau sudah
melebihi dari umur rencana. Dan diperlukannya juga untuk perawatan jembatan sesuai
dengan rencana waktu perawatan agar tidak terjadi kerusakan dan dapat dipantau apa saja
yang perlu diperbaiki ketika jembatan sudah mulai beroperasi.
Dalam faktor runtuhnya jembatan tersebut diperlukan mendesain pada mutu
perkerasan jembatan dan juga desain untuk perkuatan jembatan agar ketika terdapat
kendaraan dengan muatan yang sangat besar melintas di jembatan itu dapat dilalui
dengan aman.

DAFTAR PUSTAKA :
https://www.scribd.com/embeds/261154518/content?
start_page=1&view_mode=scroll&access_key=key-fFexxf7r1bzEfWu3HKwf
https://www.scribd.com/embeds/346419074/content?
start_page=1&view_mode=scroll&access_key=key-fFexxf7r1bzEfWu3HKwf
https://www.merdeka.com/uang/robohnya-kepala-tiang-di-proyek-becakayu-akibat-kurang-
baut.html
http://scholar.unand.ac.id/103448/2/2.%20BAB%201%20%28Pendahuluan%29.pdf
https://www.merdeka.com/uang/robohnya-kepala-tiang-di-proyek-becakayu-akibat-kurang-
baut.html
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20190618203705-20-404418/pupr-duga-kelebihan-
beban-penyebab-jembatan-pematang-ambruk
http://eprints.undip.ac.id/34592/5/2036_chapter_II.pdf
https://www.scribd.com/embeds/191999651/content?
start_page=1&view_mode=scroll&access_key=key-fFexxf7r1bzEfWu3HKwf

Anda mungkin juga menyukai