disusun oleh :
Reno Rivaldo
Wahid Mustori
Arga Aprynanda
Zainal
2
1. Definisi Kegagalan
Bangunan Menurut Undang-Undang No. 18 Tahun 1999 dan PP 29 Tahun
2000, definisi kegagalan bangunan secara umum adalah merupakan keadaan
bangunan yang tidak berfungsi, baik secara keseluruhan maupun sebagian dari segi
teknis, manfaat, keselamatan dan kesehatan kerja dan atau keselamatan umum,
sebagai akibat kesalahan penyedia jasa dan atau pengguna jasa setelah penyerahan
akhir pekerjaan konstruksi.
a) menurut Undang-undang No. 18 Tahun 1999, Pasal 26, ketiga unsur utama
proyek yaitu: Perencana, Pengawas dan Kontraktor (pembangun).
b) Menurut Pasal 27, jika disebabkan karena kesalahan pengguna jasa atau
bangunan dalam pengelolaan dan menyebabkan 4 kerugian pihak lain,
maka pengguna jasa atau bangunan wajib bertanggung jawab dan dikenai
ganti rugi.
3
3. Penyebab Kegagalan Struktur Jembatan
A. Kegagalan Perencanan
Penyebab kegagalan perencana umumnya disebabkan oleh:
a) Tidak mengikuti TOR,
b) Terjadi penyimpangan dari prosedur baku, manual atau peraturan
yang berlaku,
c) Terjadi kesalahan dalam penulisan spesifikasi teknik,
d) Kesalahan atau Kurang profesionalnya perencana dalam
menafsirkan data perencanaan dan dalam menghitung kekuatan
rencana suatu komponen konstruksi,
e) Perencanaan dilakukan tanpa dukungan data penunjang perencanaan
yang cukup dan akurat,
f) Terjadi kesalahan dalam pengambilan asumsi besaran rencana
(misalnya beban rencana) dalam perencanaan,
g) Terjadi kesalahan perhitungan aritmatik,
h) Kesalahan gambar rencana.
B. Kegagalan Pengawas
Penyebab kegagalan pengawas umumnya disebabkan oleh :
a) Tidak melakukan prosedur pengawasan dengan benar,
b) Tidak mengikuti TOR,
c) Menyetujui proposal tahapan pembangunan yang tidak sesuai
dengan spesifikasi,
d) Menyetujui proposal tahapan pembangunan yang tidak didukung
oleh metode konstruksi yang benar,
e) Menyetujui gambar rencana kerja yang tidak didukung perhitungan
teknis
C. Kegagalan Pelaksana
Penyebab kegagalan pengawas umumnya disebabkan oleh :
a) Tidak mengikuti spesifikasi sesuai kontrak,
b) Salah mengartikan spesifikasi,
c) Tidak melaksanakan pengujian mutu dengan benar,
4
d) Tidak menggunakan material yang benar,
e) Salah membuat metode kerja,
f) Salah membuat gambar kerja,
g) Pemalsuan data profesi,
h) Merekomendasikan penggunaan peralatan yang salah.
D. Kegagalan Pengguna Bangunan
Penyebab kegagalan pengawas umumnya disebabkan oleh :
a) Penggunaan bangunan yang melebihi kapasitas rencana,
b) Penggunaan bangunan diluar dari peruntukan rencana, c
c) Penggunaan bangunan yang tidak didukung dengan program
pemeliharaan yang sudah ditetapkan,
d) Penggunaan bangunan yang sudah habis umur rencananya.
5
tacoma Narrows bergetar dimana bagian sisi kiri jalan turun, sisi kanan akan
naik dan sebaliknya, dengan bagian tengah yang tidak bergerak, secara
berulang-ulang sampai Jembatan Tacoma Narrows runtuh. Getaran ini
dikenal dengan getaran torsional modus juga merupakan efek dari getaran
aeroelastik.
Seperti yang sudah disebutkan diatas, untuk mencegah getaran
aeroelastik adalah dengan usaha peredaman struktur. Peredaman struktur itu
sendiri adalah dengan menambah berat dari struktur itu sendiri. Untuk
struktur Jembatan Tacoma Narrows sekarang beratnya 15% lebih berat dari
yang pertama, sehingga aman terhadap efek dinamis tekanan angin.
Jembatan Tacoma Narrows setelah di desain ulang, masih tetap
mempertahankan panjang gelegar utama sebesar 2800 feet. Gelegar utama
dibuat dari konstruksi rangka dan tingginya 33 feet, sedangkan jarak kabel
dibuat 60 feet
2. Akibat Pelaksanaan
Contoh kegagalan struktur akibat pelaksanaan yaitu pada
pembangunan jembatan Sungai Liong Bengkalis dimana kontraktor sebagai
pelaksana tidak memperhatikan kondisi tanah yang berada di bawah
konstruksi penopang jembatan.
Proyek pembangunan jembatan Sungai Liong bernilai milyaran
rupiah di Kabupaten Bengkalis amburadul. Pihak kontraktor pun dibuat
pusing melihat kondisi gelagar jembatan melengkung dan retak-retak.
Padahal kontraktor pelaksana merupakan perusahaan BUMN yang jelas
sudah punya banyak pengalaman mengerjakan pekerjaan tersebut.
Kontraktor sebagai pelaksana tidak memperhitungkan atau mengantisipasi
kondisi tanah dasar sungai yang dijadikan dasar untuk mendirikan stelling /
begisting jembatan tersebut, sehingga begisting tersebut tidak mampu
menahan berat beton sebelum beton tersebut mampu menahan beban dirinya
sendiri.
6
5. Kesimpulan
1) Kegagalan suatu konstruksi jembatan perlu disikapi mulai dari tahap pra
rencana, perencanaan maupun pelaksanaan pengawasan sampai dengan
tahap operasionalnya. Jembatan merupakan suatu konstruksi yang
menerima beban 15 bergerak selama umur konstruksi maka perlu dilakukan
pemeliharaan secara berkala pada tahap operasionalnya.
2) Menghindari terjadinya kegagalan atau keruntuhan konstruksi sehingga
akan berdampak luas terhadap perpindahan kendaraan dari suatu tempat ke
tempat lainnya, dimana tidak tercapainya persyaratan nyaman dan aman
dalam bertransportasi