Anda di halaman 1dari 112

KRITRIA, TOLOK UKUR KEGAGALAN BANGUNAN

DAN UPAYA MITIGASI

Dr (Eng). Ir. Herry Vaza, ST., MEngSc., IPU.


Ahli Utama Teknik Jalan dan Jembatan

Semarang, 11 Oktober 2023

Workshop Bina Marga: Kegagalan Bangunan Jembatan


DISAMPAIKAN DALAM
SOSIALISASI PEMAHAMAN DAN MEKANISME PENILAIAN
KEGAGALAN BANGUNAN JALAN DAN JEMBATAN
DI
LINGKUNGAN DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
LOKASI:
WILTENG: SEMARANG, 11 OKTOBER 2023
WILBAR: PALEMBANG, 16 OKTOBER 2023
WILTIM: MAKASSAR, 24 OKTOBER 2023

Workshop Bina Marga: Kegagalan Bangunan Jembatan


2
“Desain yang tidak sempurna tidak selalu berakibat GAGAL
LAYAN, namun GAGAL LAYAN pasti akibat desain tidak
sempurna”

Isu desain sifatnya laten, merupakan tugas insinyur untuk


menghindari dalil tersebut.

“Tony Suwandito”

Workshop Bina Marga: Kegagalan Bangunan Jembatan


3
KERUNTUHAN JEMBATAN

Keruntuhan jembatan:
tempat, periode dan jumlah
(dari berbagai studi, Proske, 2018)

Indonesia : 170 keruntuhan (1990-2020)

Workshop Bina Marga: Kegagalan Bangunan Jembatan


4
KERUNTUHAN JEMBATAN DI INDONESIA
• Keruntuhan jembatan 40% diakibatkan oleh banjir dan scouring
pada jembatan.
• Keruntuhan lainnya yang cukup besar adalah diakibatkan
overload jembatan terutama keruntuhan jembatan Callendar
Hamilton.
• Pada masa konstruksi sendiri keruntuhan jembatan diakibatkan
pelaksanaan konstruksi I-girder dan gelagar box beton.
• Tren keruntuhan semakin menurun. Keruntuhan banyak terjadi
pada media 2009 sampai dengan 2014.

Workshop Bina Marga: Kegagalan Bangunan Jembatan


KERUNTUHAN JEMBATAN
Kesalahan Penyedia Jasa

Perencana Pengawas Kontraktor


• Tidak mengikuti KAK • Tidak mengikuti KAK • Tidak mengikuti spesifikasi
• Salah gambar rencana • Menyetujui proposal tahapan • Tidak melaksanakan
• Salah menafsirkan data pembangunan yang tidak pengujian mutu dengan benar
• Salah perhitungan sesuai spesifikasi • Salah mengartikan spesifikasi
• Tidak sesuai peraturan • Menyetujui proposal tahapan • Salah membuat gambar kerja
berlaku pembangunan
Workshop yang tidak
Bina Marga: • Tidak mengaplikasikan
• Salah menuliskan spesifikasi didukung
Kegagalan metode
Bangunan konstruksi
Jembatan metode kerja yang disetujui
• Salah asumsi besaran yang benar • Tidak menggunakan material
rencana • Menyetujui gambar yang salah yang benar
• Scientific error: satuan & • Tidak melakukan prosedur • Merekomendasikan
desimal pengawasan yang benar penggunaan peralatan yang
salah
ISU KERUNTUHAN JEMBATAN
Kesalahan Pengguna Jasa

Tidak optimal dalam aset manajemen:


• Data yang mencukupi, akurat, dan up to date
• Prosedur inspeksi, pemeliharaan, monitoring, evaluasi yang handal
• Penetapan kriteria penilaian nilai/rating kondisi struktur jembatan dan
fungsional jembatan
• Prediksi nilai kondisi struktur dan kebutuhan penanganan mendatang
• Program konsisten untuk: inspeksi, pemeliharaan, monitoring, evaluasi,
rehabilitasi, repair, peningkatan, perkuatan dan penggantian
• Penyediaan peralatan dan sumber daya manusia yang memadai

Workshop Bina Marga: Kegagalan Bangunan Jembatan


Penyebab Keruntuhan Jembatan

Banyak Penyebab:

Perencanaan Pemanfaatan Banjir &


Teknis Scouring
Pelaksanaan Inspeksi &
Konstruksi Pemeliharaan

Workshop Bina Marga: Kegagalan Bangunan Jembatan


Penyebab Keruntuhan Jembatan

Penyebab Keruntuhan Jembatan

Perencanaan teknis tidak memenuhi kaidah


baku 01
"Sekali kita melakukan perhitungan teknis sesuai kaidah berlaku, Perencanaan teknis tidak sesuai dengan
dan bangunan atau jembatan itu berdiri akan tetap berdiri". pemanfaatan
02 Jembatan dengan sistem gelagar melintang seperti pada jembatan
Perencanaan teknis tidak sesuai dengan beban rencana rangka (warren-truss) akan mengalami peningkatan pembebanan
(ODOL-illegal)
Jembatan dirancangan dengan konsep pembebanan rencana dan 03 melebihi asumsi standar perencanaan.

kapasitas elemen struktur jembatan dengan pendakatan Perencanaan teknis vs Pemeliharaan


probabilitas kejadian selama umur rencana. 04 Desain sesuai standar namun pemanfaatannya kurang ditunjang
dengan program pemelharaan yang baik (permukaan jembatan
Keruntuhan Fatik berlubang dan beberapa elemen jembatan yang tidak berfungsi
Keruntuhan akibat kelelahan baja (fatik desain) dapat terjadi atau 05 sesuai rencana seperti bearing atau landasan yang macet).
batas rencana tegangan menurun signifikan akibat fatik desain Kegagalan lainnya
tidak sesuai rencana. 06 Kebakaran, pemanfaatan illegal kolong jembatan dan hal-hal lain
yang dikarenakan kelalaian manusia.

Workshop Bina Marga: Kegagalan Bangunan Jembatan


Pelaksanaan Konstruksi

Bagaimana terjadi?

Struktur Alat Keruntuhan Keruntuhan


Bantu Tahap Pasca FHO
Konstruksi Pelaksanaan

Workshop Bina Marga: Kegagalan Bangunan Jembatan


Pelaksanaan Konstruksi

Struktur Alat Bantu


Konstruksi (ABK) -
Standar

Perancah tipe Launcher

Bekisting (Formwork) Perancah (Shoring)

Workshop Bina Marga: Kegagalan Bangunan Jembatan


Pelaksanaan Konstruksi

Struktur Alat Bantu


Konstruksi (ABK) -
Standar

Tangga kerja (Scaffolding)

Bekisting (Formwork) Perancah (Shoring)

Workshop Bina Marga: Kegagalan Bangunan Jembatan


Pelaksanaan Konstruksi

Permasalahan Struktur ABK – Standar


Faktor Keamanan
Semua peralatan yang digunakan pada saat pelaksanaan
konstruksi jembatan harus memenuhi persyaratan dan kehandalan 01
(realibitas) untuk dipakai terutama terkati dengan Faktor Keamanan Keseragaman Merk dan Tipe
untuk memudahkan koordinasi antar operator dalam sinkronisasi
(Safety Factor).
02 dalam melakukan suatu pekerjaan. Hal ini juga sangat
menentukan hasil kinerja yang baik
Penggunaan tidak sesuai SOP
menyebabkan perilaku konstruksi bantu tidak sesuai rencana, 03
misalnya terkait faktor tekuk batang tekan dari perancah. Gagalnya Penumpukan Barang Tidak Teratur
dalam pemasangan pengaku atau bracing dapat menyebabkan 04 menyebabkan beban yang diangkat tidak terkontrol sehingga
kapasitas tidak dapat dicapai sesuai katalog yang disediakan oleh dapat menyebabkan alat bantu angkat seperti Tower Crane
pabrikan alat bantu perancah. (operator berada di atas tower) mengangkat beban lebih berat
dari yang direncanakan
Bekisting (Formwork) Perancah (Shoring)

Workshop Bina Marga: Kegagalan Bangunan Jembatan


Pelaksanaan Konstruksi

Struktur Alat Bantu


Konstruksi (ABK) -
Spesifik

Arch Beam Jembatan Teluk Kendari

Truss Shoring Jembatan Pulau Balang

Steel Pipe Shoring pada Cross


Beam Jembatan Merah Putih

Workshop Bina Marga: Kegagalan Bangunan Jembatan


Pelaksanaan Konstruksi

Permasalahan Struktur ABK – Spesifik

Perhitungan Teknis Struktur ABK


Kesalahan dalam membuat model struktur dengan bantuan 01
aplikasi teknis untuk melakukan perhitungan atau analisa Modifikasi Perancah
struktur sering terjadi, apalagi dilakukan secara internal
kontraktor. Pihak kontraktor dapat meminta advis dari 02 Keuntungan pembangunan konstruksi berbasis tipikal ini dapat
membangun pengalaman atau learning curve para pekerjaan
konsultan ahli. Dalam praktek kontruksi di Indonesia dilakukan menjadi lebih cepat matang dan tentu akan membangun
oleh Construction Engineering Service (CES) yang tugasnya kepercayaan diri yang lebih tinggi.
membantu kontraktor dalam menentukan besaran gaya Namun hal ini dapat mengarah pada kelengahan jika tidak
prateganag yang harus diberikan setiap segemen jembatan dilakukan langkah mitigasi yang sesuai agar tidak menjadi jebakan
diereksi. untuk berinovasi (technology trap).

Workshop Bina Marga: Kegagalan Bangunan Jembatan


Pelaksanaan Konstruksi

Gagal Bowstring

Workshop Bina Marga: Kegagalan Bangunan Jembatan


Pelaksanaan Konstruksi

Pemanasan untuk membentuk

Penurunan Mutu Baja


Workshop Bina Marga: Kegagalan Bangunan Jembatan
Pelaksanaan Konstruksi

Gagal Struktur Sambungan

Workshop Bina Marga: Kegagalan Bangunan Jembatan


Pelaksanaan Konstruksi

Perubahan Gaya Horizontal Pylon

Workshop Bina Marga: Kegagalan Bangunan Jembatan


Pasca Konstruksi (Operasional)

Pembebanan

Workshop Bina Marga: Kegagalan Bangunan Jembatan


Pasca Konstruksi (Operasional)

Perubahan Pemanfaatan

Dump Truck S8227 UE Dump Truck S8569 UE


Roda Depan Roda Belakang Roda Depan Roda Belakang

(kempes) 190.00 185.00 145.00 185.00 190.00


135.00 185.00 185.00 185.00

190.00 195.00 180.00 190.00


120.00
Bekisting (Formwork)
185.00
Perancah (Shoring)
(kempes) 140.00 175.00 180.00

Satuan dalam Psi

Workshop Bina Marga: Kegagalan Bangunan Jembatan


Pasca Konstruksi (Operasional)

ODOL - Ilegal

Workshop Bina Marga: Kegagalan Bangunan Jembatan


Pelaksanaan Konstruksi (Operasional)

Abai Pemeliharaan

Workshop Bina Marga: Kegagalan Bangunan Jembatan


Pasca Konstruksi (Operasional)

Minim Pemeliharan

Workshop Bina Marga: Kegagalan Bangunan Jembatan


Pasca Konstruksi (Operasional)

Kebakaran

Workshop Bina Marga: Kegagalan Bangunan Jembatan


Lahar dingin- Debris

Workshop Bina Marga: Kegagalan Bangunan Jembatan


Bencana Alam

Banjir Bandang

Workshop Bina Marga: Kegagalan Bangunan Jembatan


Bencana Alam

Gempa Palu 2018

Workshop Bina Marga: Kegagalan Bangunan Jembatan


Keruntuhaan Saat Pemeliharaan

Jembatan
Sei Zam-Zam (2017)
Keruntuhan terjadi pada
saat akan dilakukan
penggantian lantai beton
jembatan akibat ada retak
dan camber jembatan yang
sudah tidak terbentuk lagi.
Disini perhitungan teknis
pembongkaran tidak
dilakukan dengan teliti.
Membuktikan kebiasaan
selalu pada perhitungan
perencanaan teknis
pembangunan belum pada
tahap pembongkaran.

Workshop Bina Marga: Kegagalan Bangunan Jembatan


Keruntuhaan Saat Pemeliharaan
Jembatan
Kutai Kartanegara (2011)

Keruntuhan terjadi saat dilakukan


perbaikan sistem kabel hanger.
Kasus terjadi karena SOP
pekerjaan pendongkrakan untuk
pengangkatan lantai jembatan
dengan memendekan panjang
kabel hanger tidak detail bagi
pekerja lapangan yang berada di
ketinggian untuk memastikan
keamanan dalam berkerja.

Workshop Bina Marga: Kegagalan Bangunan Jembatan


SUMARI PHASE KERUNTUHAN JEMBATAN
(Ref: Buku “Keruntuhan Jembatan Di Indonesia”, 2021)

Kecelakaan Konstruksi Jembatan:


1. Kecelakaan Akibat Kegagalan Alat Bantu Konstruksi
2. Kecelakaan Akibat Sistem Struktur
Kecelakaan Pasca Konstruksi (Kegagalan Bangunan) Jembatan:
1. Kegagalan Akibat Sistem Daya Dukung
2. Kegagalan Akibat ODOL
3. Kegagalan Akibat Beban Luar
4. Kegagalan Akibat Penanganan

Workshop Bina Marga: Kegagalan Bangunan Jembatan


Peta & Mitigasi Keruntuhan Jembatan
TIMELINE
Life of Structure
Start FHO FHO + 10

Laka Keruntuhan/Kegagalan Bangunan


KERUNTUHAN
Konstruksi

Design, Desain, Pelaksanaan, Pemeliharaan, Pemanfaatan,


PENYEBAB Pelaksanaan dan Perubahan Lingkungan
dan Alat Bantu
Konstruksi

KERUSAKAN/ Inspeksi
CACAT

Pemenuhan
MITIGASI Penilai Ahli Diasumsikan masuk Rezim Layan
SMKK

Workshop Bina Marga: Kegagalan Bangunan Jembatan


Kriteria Desain

Solusi Pakar: Menjamin Mutu dan Keselamatan Konstruksi


KRITERIA DESAIN
Strength, Stifness, Stability, Serviceability, Durability, Kemudahan (pelaksanaan
dan pemeliharaan), Ekonomis, Pertimbangan aspek lingkungan, sosial dan aspek
keselamatan jalan, Keawetan-kelayakan jangka Panjang & Estetika.
KEGAGALAN BANGUNAN JEMBATAN AKIBAT KRITERIA DESAIN
TIDAK TERPENUHI :
• Strength kekuatan material → g Q > fn Rn (LRFD) atau ASD
i i

• Stiffness kekakuan struktur → EI (modulus, inersia) → deformasi >


toleransi (L/1000 atau L/800)
• Serviceability fungsional tidak terpenuhi → excessive deformation, defects,
cracks, vibration
• Poor structural stability system , element buckling , overall buckling
• Durability deterioration , defects , poor maintenance
34
DIREKTORAT KEBERLANJUTAN KONSTRUKSI
DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI 34
KRITERIA DESAIN JEMBATAN

• Kriteria desain berisikan rujukan norma, standar, pedoman serta kriteria

DIREKTORAT KEBERLANJUTAN KONSTRUKSI


DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI 35
KRITERIA DESAIN JEMBATAN

1. Kriteria Desain Jembatan Standar (No. 05/SE/Db/2017)


• Terdiri dari bagian
• Umum: Pokok Perencanaan Teknis Jembatan
• Rujukan: Standar, Pedoman, SOP
• Kriteria: Umur jembatan, pembebanan, geometrik, perencanaan bangunan atas,
perencanaan bangunan bawah, perencanaan fondasi jembatan, perencanaan jalan
pendekat jembatan, Perencanaan Pertimbangan Aspek Lingkungan dan Sosial,
Perencanaan Metode Konstruksi, Perencanaan Aliran Sungai, Prinsip Penerapan
Keselamatan Jembatan
2. Kriteria Desain Perencanaan Bangunan Bawah Jembatan Gantung Pejalan Kaki
Rigid-Semetris (BM 0502-Bt/315)
3. Pedoman Praktis Perencanaan Teknik Jembatan (No. 06/SE/Db/2021)
4. Spesifikasi Umum Bina Marga Versi Tahun 2018 revisi 2
5. Draft SE Hasil Konsensus Penyelenggaraan Jembatan (KKJTJ)
RUJUKAN KRITERIA DESAIN

1. Perencanaan struktur jembatan harus mengacu kepada:


2. Peraturan Perencanaan Jembatan (Bridge Design, Code) BMS 1992 dengan revisi pada:
• Bagian 2 dengan Pembebanan Untuk Jembatan (SNI 1725:2016)
• Bagian 6 dengan Perencanaan Struktur Beton Untuk Jembatan (RSNI T-12-2004), sesuai Kepmen PU
No.260/KPTSIM/2005.
• Bagian 7 dengan Perencanaan Struktur Baja Untuk Jembatan (RSNI T-03-2005), sesuai Kepmen PU
No.498/KPTSIM/2005
• SNI 03-6747-2002 Tata Cara Perencanaan Teknis Pondasi Tiang UntukvJembatan
• SNI 03-3446-1994 Tata Cara Perencanaan Teknis Pondasi Langsung Untuk Jembatan
• SNI 03-3447-1994 Tata Cara Perencanaan Teknis Pondasi Sumuran Untuk Jembatan
• SNI 1726 : 2012 Standar Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non Gedung
• SNI 3967 : 2008 Spesifikasi Bantalan Elastomer Tipe Polos Dan Tipe Berlapis Untuk Perletakan Jembatan
• SNI 2451-2008 Spesifikasi Pilar dan Kepala Jembatan Beton Sederhana Bentangb5 m sampai dengan 25 m dengan
Fondasi Tiang Pancang
3. Pedoman Penempatan Utilitas Pada Daerah Milik Jalan (Pd T-13-2004-B)
4. Perencanaan jalan pendekat/oprit harus mengacu kepada:
5. Standar perencanaan jalan pendekat jembatan (Pd T-11-2003).
6. Standar-standar perencanaan jalan yang berlaku (terutama berkaitan dengan geometrik dan perkerasan jalan)
RUJUKAN KRITERIA DESAIN

7. Perencanaan jalan pendekat/oprit harus mengacu kepada:


• Standar perencanaan jalan pendekat jembatan (Pd T-11-2003).
• Standar-standar perencanaan jalan yang berlaku (terutama berkaitan dengan geometrik dan perkerasan jalan)
8. Perencanaan bangunan pengaman
• Manual No. 002/PW/2004 Perencanaan Bangunan Pengaman Air Sungai Untuk Konstruksi Jalan dan Jembatan.
• Pedoman Penentuan Beban Impak Bangunan Pelindung Pilar Jembatan (SE Menteri PUPR No: 12/SE/M/2015
tanggal 23 April 2015)
9. Untuk perhitungan atau analisa harga satuan pekerjaan mengikuti ketentuan: Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat No. 28/PRT/M/2016 tentang Analisis Harga Satuan Pekerjaan Bidang Pekerjaan Umum.
10. Pedoman Teknis Penjabaran RKL atau UKL dan untuk penerapan pertimbangan lingkungan agar mengacu pada
dokumen RKL atau UKL dan SOP (Petunjuk Praktis Pengelolaan Lingkungan Hidup).
11. Ketentuan-ketentuan lain yang relevan bila tidak tercakup dalam ketentuan-ketentuan diatas, harus mendapat persetujuan
Pemberi Tugas.

v Acuan lain khususnya acuan dari internasional diperbolehkan digunakan dengan pertimbangan acuan yang ada belum relevan.
v Acuan lainnya di Indonesia terkait material, pengujian dan lain-lain yang relevan bisa digunakan.
RUJUKAN KRITERIA DESAIN

Apabila ketentuan atau peraturan SNI tidak tersedia :


1. AASHTO Guide Specification for LRFD Seismic Bridge Design, 2nd Edition 2014 Interim;
2. AASHTO Guides Specification for Seismic Isolation Design, 4th Edition 2014;
3. AASHTO/AWS D 1.5 M/D 1.5 Bridge Welding Code 2015;
4. AASHTO M251-2016 Standard Specification for Plain and Laminated Elastomeric Bridge Bearings;
5. AASHTO LFRD Bridge Construction Specification 2017;
6. AASHTO LRFD Bridge Design Specifications, 9th Edition 2020;
7. AISC American Institute of Steel Construction Manuals 15th Edition 2017
8. British Standard CD363 Design Rules for Aerodynamics Effects on Bridge 2020;
9. CalTrans Seismic Design Criteria 2013;
10. DIN 18800 Out of Plane Buckling and in-Plane Buckling for Arch Bridge 2008;
11. EN 15129 Anti Seismic Devices 2018;
12. FHWA 2012 Hydraulic Design of Safe Bridges; m. JIS H 0401:2007 Test Methods for Dip Galvanized
Coatings
Kriteria dan Tolok Ukur
Kegagalan Struktural
Jembatan

Solusi Pakar: Menjamin Mutu dan Keselamatan Konstruksi


A. STRUKTUR PONDASI

DIREKTORAT KEBERLANJUTAN KONSTRUKSI


DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI 41
A. STRUKTUR PONDASI
Nilai
Kriteria Program
Kondisi Keterangan Kerusakan Elemen Jembatan Secara Visual
Penanganan
(NK)

0 Elemen dalam kondisi baik tanpa mengalami kerusakan Penanganan Rutin

Elemen mengalami kerusakan ringan yang memerlukan Penanganan


1 MANTAP penanganan berkala ringan Berkala Ringan

Elemen mengalami kerusakan sedang yang perlu ditangani Penanganan


2 secara berkala Berkala

Elemen yang mengalami kerusakan cukup berat yang perlu


3 pemeriksaan dan perhatian khusus, yang perlu ditangani Rehabilitasi
secepatnya kurang lebih 12 bulan
TIDAK
MANTAP Elemen yang mengalami kerusakan berat yang perlu
4 Penggantian
secepatnya dilakukan penggantian

5 Jembatan mengalami kegagalan/keruntuhan Penggantian


A. STRUKTUR PONDASI
A. STRUKTUR PONDASI
PENURUNAN PILAR JEMBATAN HINGGA 1,5 M

Kondisi Tanah
Hasil penyelidikan tanah yang berlokasi di sekitar
jembatan menunjukkan bahwa jenis tanah yang ada di
lokasi jembatan adalah lempung keras pada kedalaman
lebih dari 1 meter dengan N-SPT > 60.
Dari hasil pengamatan secara visual bahwa tanah
lempung di lapangan merupakan clay shale yang rawan
pergerakan.
B. STRUKTUR BANGUNAN BAWAH
B. STRUKTUR BANGUNAN BAWAH
DIREKTORAT KEBERLANJUTAN KONSTRUKSI DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI 48
C. STRUKTUR BANGUNAN ATAS
C. STRUKTUR BANGUNAN ATAS
C. STRUKTUR BANGUNAN ATAS
Kriteria dan Tolok Ukur
Kegagalan Fungsional
Jembatan

Solusi Pakar: Menjamin Mutu dan Keselamatan Konstruksi


2. KEGAGALAN BANGUNAN FUNGSIONAL
A. STRUKTUR BANGUNAN PONDASI

DIREKTORAT KEBERLANJUTAN KONSTRUKSI


DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI 53
2. KEGAGALAN BANGUNAN FUNGSIONAL
A. STRUKTUR BANGUNAN PONDASI
Nilai
Kriteria Keterangan Kerusakan Elemen Jembatan Secara Program
Kondisi
Visual Penanganan
(NK)
Penanganan
0 Elemen dalam kondisi baik tanpa mengalami kerusakan
Rutin
Elemen mengalami kerusakan ringan yang memerlukan Penanganan
1 MANTAP penanganan berkala ringan Berkala Ringan
Elemen mengalami kerusakan sedang yang perlu Penanganan
2 ditangani secara berkala Berkala
Elemen yang mengalami kerusakan cukup berat yang
3 perlu pemeriksaan dan perhatian khusus, yang perlu Rehabilitasi
ditangani secepatnya kurang lebih 12 bulan
TIDAK
4 MANTAP Elemen yang mengalami kerusakan berat yang perlu Penggantian
secepatnya dilakukan penggantian

5 Jembatan mengalami kegagalan/keruntuhan Penggantian


2. KEGAGALAN BANGUNAN FUNGSIONAL
A. STRUKTUR BANGUNAN PONDASI
2. KEGAGALAN BANGUNAN FUNGSIONAL
A. STRUKTUR BANGUNAN PONDASI
TIPE KERUNTUHAN PILAR - JEMBATAN DI USA

Keruntuhan bisa dihindari, jika


posisi pilar tidak terlalu dekat jalan

DIREKTORAT KEBERLANJUTAN KONSTRUKSI


DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI 57
2. KEGAGALAN BANGUNAN FUNGSIONAL
B. STRUKTUR BANGUNAN BAWAH
Nilai
Kriteria Keterangan Kerusakan Elemen Jembatan Program
Kondis
Secara Visual Penanganan
i (NK)
Elemen dalam kondisi baik tanpa mengalami Penanganan
0 kerusakan Rutin
Elemen mengalami kerusakan ringan yang Penanganan
1 MANTAP memerlukan penanganan berkala ringan Berkala Ringan
Elemen mengalami kerusakan sedang yang perlu Penanganan
2 ditangani secara berkala Berkala
Elemen yang mengalami kerusakan cukup berat yang
3 perlu pemeriksaan dan perhatian khusus, yang perlu Rehabilitasi
ditangani secepatnya kurang lebih 12 bulan

4 Elemen yang mengalami kerusakan berat Penggantian


TIDAK
MANTAP
5 Jembatan mengalami kegagalan/keruntuhan Penggantian
2. KEGAGALAN BANGUNAN FUNGSIONAL
C. STRUKTUR BANGUNAN ATAS

Nilai
Kriteria Keterangan Kerusakan Elemen Jembatan Program
Kondis
Secara Visual Penanganan
i (NK)
Penanganan
0 Elemen dalam kondisi baik tanpa mengalami kerusakan
Rutin
Elemen mengalami kerusakan ringan yang memerlukan Penanganan
1 MANTAP penanganan berkala ringan Berkala Ringan
Elemen mengalami kerusakan sedang yang perlu Penanganan
2 ditangani secara berkala Berkala
Elemen yang mengalami kerusakan cukup berat yang
3 perlu pemeriksaan dan perhatian khusus, yang perlu Rehabilitasi
ditangani secepatnya kurang lebih 12 bulan
TIDAK
4 MANTAP Elemen yang mengalami kerusakan berat Penggantian

5 Jembatan mengalami kegagalan/keruntuhan Penggantian


2. KEGAGALAN BANGUNAN FUNGSIONAL
C. STRUKTUR BANGUNAN ATAS
Putusnya hanger akibat beban berlebih
UPAYA MITIGASI

Solusi Pakar: Menjamin Mutu dan Keselamatan Konstruksi


Mutu Miliki SIAPA…..?

Tuntutan akan kinerja


infrastruktur saat ini sudah multi
dimensional…tidak lagi sebatas
pada MUTU…?
Berkeselamatan, Artistik
menyatu dengan lingkungan dan
pengguna agar terwujudnya
Jalan yang HUMANIS…
KEYSTONE PENYELENGGARAAN JALAN
Uraian 1980 1990 2000 2010 2020 2022

Teknologi Jembatan Jembatan Standar Jembatan Non Standar

Code PMI - 70
BMS 1992 Updating BMS 1992
(Peraturan/Pedoman) PBI - 71

Spesifikasi pilar
Spesifikasi dan kepala

M
Jembatan Bentang jembatan beton

I
Bridge Design Code
6 s/d 25 m dengan sederhana bentang
Milestones (BMS 1992) Spesifikasi Khusus untuk Jembatan
pembebanan BM 5 m sampai dengan

B
70 dan BM 100 25 m dengan
fondasi tiang
pancang

Aplikasi Software Perhitungan Struktur Umum


Software Khusus Jembatan
Teknik Perhitungan / Perhitungan SAP 2000
Manual Bridge CSI
Software Struktrur ETABS
dll
Sederhana MIDAS

Manajemen
SMK 3 SMK 2
Pelaksanaan

Mutu Kontraktor ???


Penyelenggaraan Konstruksi vs Keselamatannya

Keselamatan Konstruksi adalah segala kegiatan keteknikan untuk


mendukung pekerjaan konstruksi dalam mewujudkan pemenuhan
standar Keamanan, Keselamatan, Kesehatan, dan Keberlanjutan.

Permen PU No. 19/2011 tentang Persyaratan Teknis Jalan dan Kriterian Perencanaan Teknis Jalan

Workshop Bina Marga: Kegagalan Bangunan Jembatan


SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN KONSTRUKSI (SMK2)

SMK2 adalah bagian dari sistem manajemen pelaksanaan pekerjaan konstruksi


dalam rangka menjamin terwujudnya Keselamatan Konstruksi (KK).

Keselamatan Konstruksi adalah segala kegiatan keteknikan untuk mendukung


pekerjaan konstruksi dalam mewujudkan pemenuhan standar Keamanan,
Keselamatan, Kesehatan, dan Keberlanjutan.

1. Keamanan (KM) 1. Keselamatan keteknikan konstruksi


2. Keselamatan (KL) 2. Keselamatan dan kesehatan tenaga kerja
3. Kesehatan (KH) 3. Keselamatan publik
4. Keberlanjutan (KB) 4. Keselamatan lingkungan

Workshop Bina Marga: Kegagalan Bangunan Jembatan


PRINSIP DASAR SMK2

1. SMK2 bagian dari sistem manajemen pelaksanaan konstruksi untuk


menjamin terwujudnya "Keselamatan Konstruksi”.
2. Keselamatan Konstruksi adalah segala kegiatan keteknikan untuk
mendukung pekerjaan konstruksi dalam mewujudkan pemenuhan standar
Keamanan, Keselamatan, Kesehatan dan Keberlanjutan (standar K4 ini
tugas pemerintah) yang menjamin Keselamatan Keteknikan Konstruksi,
Keselamatan & Kesehatan kerja, Keselamatan Publik dan Keselamatan
lingkungan.
3. Penjaminan mutu dan Pengendalian Mutu (PMPM) untuk Keteknikan
Konstruksi dalam mewujudkan kualitas.
4. Pemenuhan standar keamanan, keselamatan, kesehatan dan keberlanjutan
adalah tugas pemerintah.
5. Standar K4 meliputi: (a) Mutu bahan, (b) Mutu peralatan, (c) K3, (d)
prosedur pelaksanaan jasa konstruksi, (e) mutu hasil pelaksanaan jasa
konstruksi, (f) operasional dan pemeliharaan, (g) perlindungan sosial
tenaga kerja, dan (h) pengelolaan lingkungan hidup.

Workshop Bina Marga: Kegagalan Bangunan Jembatan


PENERAPAN ELEMEN SMK2

Yang menjadi pernyataan adalah:

“BAGAIMANA MEWUJUDKAN PEMENUHAN


STANDAR-STANDAR TERSEBUT ??”

Untuk seluruh siklus penyelenggaraan konstruksi (perancangan, perencanaan,


pengadaan jasa, pelaksanaan sampai operasional dan pemeliharaan)

Solusi Pakar: Menjamin Mutu dan Keselamatan Konstruksi


PENERAPAN ELEMEN SMK2

01 02
Standar KEAMANAN dalam arti memenuhi Standar KESELAMATAN dalam artian
standar Perencanaan Teknik (design code) memenuhi standar construction specification
dan manajemen risiko.
“Bagaimana dokumen perencanaan
”Bagaimana menjamin dokumen
yang bermutu tersebut dapat
perencanaan untuk seluruh siklus
diimplementasikan dengan minimal
konstruksi bermutu?”
risiko?”

03 04
Standar KESEHATAN dalam arti Standar KEBERLANJUTAN dalam arti
tempat/lingkungan dan cara berkerja di lokasi memenuhi isu terkait dengan pengelolaan
pekerja konstruksi tidak menimbulkan penyakit ekosistem lingkungan
akibat kerja dan aman dari kecelakaan kerja
”Bagaimana menciptakan tempat dan ”Bagaimana kegiatan konstruksi
acara berkerja yang selalu sehat dan dengan perencanaan bermutu tersebut
terhindar dari kecelakaan kerja?” menghasilkan ramah lingkungan?”

Workshop Bina Marga: Kegagalan Bangunan Jembatan


Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi

Aspek ke-1
Bagaimana menjamin dokumen
Perencanaan Teknis untuk seluruh
siklus konstruksi BERMUTU?

Workshop Bina Marga: Kegagalan Bangunan Jembatan


Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi

• Aspek perencanaan teknis dapat memicu terjadinya kecela


kaan konstruksi dan kegagalan bangunan.
• Kegagalan bangunan dapat juga disebabkan kombinasi per
encanaan teknis dengan aspek pemanfaatan yang tidak se
suai dengan asumsi perencanaan.

Workshop Bina Marga: Kegagalan Bangunan Jembatan


Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi

• Struktur infrastruktur harus didukung dengan Perencanaan Teknis yang


memenuhi standar dan disiapkan oleh konsultan yang kompeten dan
profesional sesuai ketentuan.
(Produk DED dan Spesifikasi serta Metode konstruksi)
• Metode konstruksi untuk jembatan, umumnya dirancang berdasarkan
metode konstruksi yang akan diterapkan dengan memperhatikan teknologi
dan peralatan konstruksi yang tersedia.
• Keberterimaan DED dan Spesifikasi diaudit/diasesmen sesuai SOP oleh
otoritas secara berjejang.
• Perlu bangun kompetensi stakeholder PUPR melalui aliansi strategis
dengan kalangan akademisi, asosiasi profesi, dan dunia asuransi.
Workshop Bina Marga: Kegagalan Bangunan Jembatan
Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi

Konsep Perencanaan Teknis Struktur


Beban Mati 01
02 Beban Hidup

Beban-Beban Lingkungan 03
04 Kapasitas

Kebutuhan vs Kapasitas 05
Keamanan Struktur
06
Keamanan vs Ekonomi 06

Workshop Bina Marga: Kegagalan Bangunan Jembatan


Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi

95% Kemungkinan Kebutuhan versus Suplai

Reabilitas Struktur Jembatan

Workshop Bina Marga: Kegagalan Bangunan Jembatan


Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi

Mutu Perencanaan Teknis JEMBATAN

Pemeriksaan terinci
Terdiri dari pemeriksaan struktural dan dimensional yang lengkap
dari semua komponen perencanaan jembatan, hanya 01
menggunakan dokumen lelang (laporan penyelidikan, gambar dan Pemeriksaan bebas
Suatu pemeriksaan perencanaan yang dilaksanakan oleh seorang
spesifikasi) untuk datanya. 02 insinyur perencana yang bukan dari lembaga yang bertanggung
jawab untuk perencanaan tersebut.
Pemeriksaan dari dalam 03
Suatu pemeriksaan perencanaan yang dilaksanakan oleh insinyur
perencana yang bekerja pada lembaga yang bertanggung jawab Pemeriksaan pembuktian
untuk perencanaan tersebut. 04 Terdiri dari pemeriksaan struktural dan dimensional dari
komponen-komponen jembatan yang kritis. Analisa bebas dan
Pemeriksaan oleh pengawas 05 pemeriksaan terinci dari perhitungan-perhitungan perencanaan
Dilakukan oleh Insinyur Perencana dan dapat digunakan untuk menentukan kecukupmampuan secara
Pengawas Insinyur Perencana. struktual.

Workshop Bina Marga: Kegagalan Bangunan Jembatan


Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi
Adopsi Untuk Jembatan (BM)
Degree of Complexity
Degree of Novelty Derajat Kerumitan
Derajat Ketidak
Laziman Complex Average Simple
Rumit Sedang Mudah
Independet, proof, Check. Independet, proof, Check.
Novel:
Pemeriksaan pembuktian Pemeriksaan pembuktian
Tidak Lazim
yang bebas. yang bebas.
In-house, detailed check. In-house, proof check.
Non-standard:
Pemeriksaan terinci yang Pemeriksaan terinci yang
Tidak-standar:
dilakukan dari dalam. dilakukan dari dalam.
In-house, supervisor's In-house, supervisor's
Standard: check. check.
Standar: Pemeriksaan terinci yang Pemeriksaan terinci yang
dilakukan dari dalam. dilakukan dari dalam.

catatan: (1) Kotak dengan bayangan hitam dalam tabel menunjukan gabungan/kombinasi dari kerumitan dan ketidaklaziman
yang dalam praktek tidak pernah terjadi
(2) Tingkat pemerikasaan yang ditunjukan pada tabel di atas adalah tingkat minimum yang disarankan. Pemeriksaan
perencanaan yang lebih mendalam mungkin harus dilaksanakan

Workshop Bina Marga: Kegagalan Bangunan Jembatan


Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi
Matrik Wewenang Menyiapkan, Menyetujui dan Mengetahui
Dokumen Rencana Teknis
Penyiapan DED melalui Kontrak Penyiapan DED melalui kegiatan Swakelola
No Jenis Bangunan Atas Melakukan/ Mengetahui Keterangan No Jenis Bangunan Atas Melakukan/ Mengetahui Keterangan
Menyetujui Menyetujui
1 Rangka, Gelagar Dua P2JN Balai In house supervision
Tumpuan & Jembatan 1 Rangka, Gelagar Dua P2JN Balai In house supervision
Sistem Lantai Tumpuan & Jembatan
Sistem Lantai
2 Gelagar Menerus, P2JN Dit Jembatan Penyiapan Rencana
Pelengkung & Teknis dibantu Tim
2 Semua jenis jembatan Dit Jembatan Bintek (?) Penyiapan Rencana
Jembatan Sistem Kabel Teknis/Konsultan
Teknis dapat dibantu
serta Jembatan Non- Independent Proof
Tim Teknis
Standar lainnya Checker*
3. Semua Jenis Jembatan Dit Jembatan Bintek (?) Penyiapan Rencana
termasuk dengan Teknis dibantu Tim
sumber Dana Loan Teknis/Konsultan
Independent Proof
Checker*

* Tergantung kompleksitas struktur jembatan dan yang disiapkan dalam format Engineering
Procurement Contract/Turn-Key

Workshop Bina Marga: Kegagalan Bangunan Jembatan


Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi
Format Legalisasi Dokumen Produk
Legalisasi DED Kegiatan Kontraktual Perencanaan Teknis (DED)
(Pengesahan setiap lembar gambar)
Legalisasi DED Kegiatan Swakelola
(Pengesahan setiap lembar gambar)

Workshop Bina Marga: Kegagalan Bangunan Jembatan


MENJAGA MUTU “KONSTRUKSI
MELALUI INSURANCE INDEMNITY
DAN CAR”
MEWUJUDKAN MUTU tanpa HENTI…
MEWUJUDKAN MUTU tanpa HENTI…

Pendekatan Permasalahan Industri


Konstruksi:
1. Decision Support System penyelenggaraan
Konstruksi
2. Kompetensi Asosiasi Profesi
3. Insurance Indemnity dan Construction All
Risks
Pengertian Mutu
Pengertian “Mutu” paling sederhana tergambarkan dengan
baik dalam definisi yang disampaikan oleh MIT Sloan
Management Review dalam artikelnya “What Does
“Product Quality” Really Mean?”, dimana dalam ranah
manufaktur, quality adalah “conformance to
requirements”, memenuhi semua standar minimum yang
berlaku.
Pengertian Mutu
• Beberapa ahli dunia lainnya juga memiliki pengertian tersendiri
mengenai “mutu”/”kualitas”, dan pengertian kualitas dapat
berubah tergantung kepada dari sudut pandang apa melihatnya.
• Sudut pandang kostumer:
1. Edwards [1968] Mutu adalah kemampuan untuk memenuhi
keinginan.
2. Gilmore [1974] Mutu adalah derajat terpenuhinya suatu
keinginan spesifik kostumer akan suatu produk.
3. Kuehn & Day [1962] Kualitas produk adalah bagaimana suatu
produk dapat menyesuaikan dengan keinginan kostumer.
4. Juran [1988] Mutu adalah kesuaian dengan peruntukannya.
Pengertian Mutu
• Sudut pandang Manufaktur dan Jasa
1. Crosby [1979] Mutu adalah kesesuaian dengan persyaratan.
2. Price [1985] Mutu adalah bagaimana ketepatan suatu produk memenuhi
fungsinya untuk pertama kali.
• Sudut pandang “Value Based” atau Nilai Guna
1. Broh [1982] Mutu adalah tingkat keunggulan pada harga yang wajar dan
kendali variabilitas pada biaya yang dapat diterima.
2. Feigenbaum [1983] Mutu adalah bagaimana produk tertentu sesuai dengan
desain atau spesifikasi
3. Newell & Dale [1991] Mutu harus dicapai dalam lima bidang dasar: orang,
peralatan, metode, bahan dan lingkungan untuk memastikan kebutuhan
pelanggan terpenuhi.
4. Kanji [1990] Kualitas adalah untuk memenuhi kebutuhan pelanggan secara
terus menerus.
Latar Belakang
• Risiko kegagalan dalam pelaksanaan kegiatan konstruksi di
Indonesia masih cukup tinggi;
• Risiko ini disebabkan oleh permasalahan yang tidak terprediksi
saat perencanaan ataupun pelaksanaan, seperti perencanaan
yang kurang matang, disamping lemahnya kontrol kualitas (abai)
dalam mengawal perencanaan yang telah disiapkan. Risiko ini
berdampak pada kerugian manfaat bagi masyarakat, selain
kerugian finansial dan waktu.
Latar Belakang
Risiko dapat di-mitigasi atau diminimalkan:
• Bentuk mitigasi dan pengelolaan risiko dalam proses pembangunan
infrastruktur harus dimulai sejak tahap perencanaan, pengadaan,
hingga pelaksanaan, dengan tetap memperhatikan keberlanjutan
lingkungan, mengikuti kaidah-kaidah green infrastructure dan faktor
lingkungan dalam proses perencanaan.
• Proses perencanaan dan pengawasan serta pelaksanaan yang baik,
harus dilakukan secara intensif dan berjenjang dengan
mengoptimalkan peran dan fungsi pembinaan teknik, unit kepatuhan
intern dan auditor, serta para konsultan pengawas di lapangan
sehingga lebih akuntabel, efisien, dan mutu pekerjaan terjamin.
Latar Belakang
Para Pihak Konsen Mengawal Mutu:
• Salah satu upaya mitigasi yang menjadi terobosan untuk
diusulkan adalah dengan meningkatkan peran asosiasi profesi
dalam pembinaan penyedia jasa. Saat ini peran asosiasi profesi
sudah sangat berkembang dengan ditandai hadirnya Lembaga
Sertifikasi Profesi (LSP) dan dunia asuransi yang menyediakan
proteksi atas potensi kegagalan risiko yang tidak bisa diterima
berupa pertanggungan asuransi.
Bagaimana menjaga mutu konstruksi?

3
Insurance Indemnity dan
Construction All Risks (CAR)

2
Kompetensi Asosiasi Profesi

1
Support System
Penyelenggaraan Konstruksi

Workshop Bina Marga: Kegagalan Bangunan Jembatan


1 Support System Penyelenggaraan Konstruksi

• Direktorat Jenderal Bina Marga telah memiliki NSPK


penyelenggaraan konstruksi yang hampir lengkap diantaranya
UU Nomor 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi, UU Nomor 2
Tahun 2022 tentang perubahan kedua atas UU Nomor 38 Tahun
tentang Jalan, PP No.34/2006 tentang Jalan, Permen PUPR
sebagai petunjuk operasional, Spesifikasi Umum Bina Marga,
termasuk kemudahan-kemudahan dalam penggunaannya
seperti Desain Kriteria, Gambar Standar, Highway Checklist dan
lain sebagainya.
1 Support System Penyelenggaraan Konstruksi

• Pemerintah berperan sebagai pengguna jasa yang:


1. Menyusun dan mendiseminasikan standar-standar
pengelolaan dan pemeliharaan, serta kualitas;
2. Memastikan kelengkapan kebutuhan NSPK perencanaan,
pelaksanaan, dan pengawasan untuk menghasilkan produk
konstruksi yang berkualitas dan memenuhi aspek keamanan,
keselamatan, dan hadir pada waktunya;
3. Melakukan pengawasan terhadap penerapan aspek
pengaturan tersebut.
1 Support System Penyelenggaraan Konstruksi

• Tidak kalah penting pengaturan dalam penyediaan jasa


konstruksi di Indonesia, antara lain:
1. Proses pengadaan yang telah didukung dengan e-
procurement yang ditangani oleh Lembaga tersendiri dan
independen;
2. Pengadaan dalam bentuk proses dan output, dan yang
berbasis kinerja (DB dan PBMC);
3. Pengaturan lingkup Badan Usaha Jasa Konstruksi Generalis
dan Spesialis.
2 Kompetensi Asosiasi Profesi

• Pembinaan asosiasi profesi kepada para pelaku jasa konstruksi baik


Perencana, Pengawas, ataupun Kontraktor melalui sertifikasi kompetensi;

• Peran asosiasi profesi dan Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) saat ini semakin
maju. Pemahaman akan kode etik dan prosedur penyelenggaraan konstruksi
yang baik dalam berpraktik diharapkan dapat terwujud;

• Salah satu bentuk wujud pemahaman ini adalah melaporkan hasil kerja dan
harus selalu meningkatkan kompetensi disamping juga memberikan
advokasi pada pelaku jasa konstruksi dalam berpraktik.
3 Insurance Indemnity dan Construction All Risks (CAR)

• Selain support system penyelenggaraan konstruksi dan pembinaan


kompetensi pelaku jasa konstruksi, masih terdapat celah/peluang
terjadinya risiko kegagalan dalam pencapaian mutu.

• Terkait hal ini, salah satu mitigasinya adalah dengan membangun


profesionalisme insinyur dengan pertanggungan asuransi ganti
rugi (Insurance Indemnity) apabila terjadi kegagalan dalam
menjalankan tugas atau berpraktik. Diharapkan dengan adanya
rezim profesional ini, ada pihak lain (asuransi) yang melakukan
pengawasan tertib menjalankan praktik perencanaan dan
pengawasan konstruksi.
3 Insurance Indemnity dan Construction All Risks (CAR)

• Saat ini di Indonesia, Insurance Indemnity belum berkembang baik. Insurance


Indemnity harus dialokasikan sejak tahap perencanaan sampai pada tahap
Final Hand Over (FHO) hingga berakhir waktu masa layan sesuai ketentuan
dalam kontrak masing-masing paket.
• Dalam fase pembangunan atau konstruksi, Kontraktor perlu juga didukung
dengan Construction All Risks (CAR). Selanjutnya pada fase operasional atau
masa layan (khususnya setelah FHO) perlu dilakukan asset management oleh
pihak Owner. Selanjutnya, untuk memitigasi risiko-risiko lainnya jika terjadi
kegagalan akibat kejadian Kahar dan bencana alam lainnya perlu juga di-cover
dengan pertanggungan asuransi.
• Dalam dunia konstruksi luar negeri, penggunaan CAR pada pembangunan
sudah menjadi kewajiban untuk dipenuhi oleh seluruh penyedia jasa.
3 Proyek Infrastruktur yang telah diasuransikan (CAR)
Di Indonesia, proteksi CAR sudah mulai banyak ditawarkan oleh jasa
perbankan namun belum secara eksplisit terungkap, diantaranya dapat dilihat
dalam Tabel berikut:

Workshop Bina Marga: Kegagalan Bangunan Jembatan


STRATEGI PENCAPAIAN STANDAR MUTU DESAIN
PETA STRATEGI PELAKSANAAN IKN

Internal
• Mainstreaming SOP instrumen DED/Pelaksanaan
• Mainstreaming SOP Pengawasan/keberterimaan
• Membangunan koordinasi antar stakeholder diwakili
oleh Manager on Duty
• One to One Entity Pembangunan IKN
• Sistem Manajemen Mutu ++
• Pembinaan knowledge sharing
• Sirkuler informasi secara internal

Eksternal (termasuk regulasi)


• Koordinasi secara intensif
MAINSTREAMING SOP INSTRUMEN DED

• Dalam rangka rasionalisasi tugas Konsultan


Perencana dalam penyiapan dokumen tender,
perekrutan KI untuk hal demikian, disarankan
dibuatkan SK/Penugasan dari Kasatker. Hal
serupa berlaku bagi penyiapan dokumen tender
menggunakan tenaga Core-Team.
• Disarankan sebanyak mungkin
memanfaatkan Gambar Standar PJJ
SE DIRJEN BINA MARGA No. 15/SE/Db/2021
• Validasi desain bila diperlukan pembahasan
substansi diplenokan dst.
Gambar Standar JALAN & JEMBATAN
Gambar Standar JALAN & JEMBATAN

BAB III : GEOMETRIK JALAN


BAB IV : DRAINASE
BAB V : GEOTEKNIK
BAB VI : PERLENGKAPAN JALAN
BAB VII: JEMBATAN
Gambar Standar JALAN & JEMBATAN
Prosedur Identifikasi,
Investigasi, dan Evaluasi
Kegagalan Bangunan Jembatan
REFERENSI

Laporan: Commission of Inquiry


into the collapse of a portion of
the de la Concorde Overpass
October 3, 2006 – October 15, 2007
“Pemerintah telah mengamanatkan Komisi untuk menyelidiki
keadaan dan penyebab runtuhnya sebagian jembatan layang de la
Concorde dan membuat rekomendasi tentang langkah-langkah
yang harus diambil untuk memastikan peristiwa seperti itu tidak
pernah terulang.
Kata-kata pertama kami adalah untuk orang-orang yang
kehilangan orang yang dicintai dan untuk yang terluka dan
keluarga mereka. Peristiwa tragis 30 September 2006
menyebabkan lima kematian dan mengganggu kehidupan banyak
orang selama bertahun-tahun yang akan datang. Kami ingin
menyampaikan simpati kami yang terdalam dan berharap bahwa
penyelidikan kami dan isi Laporan ini memberikan beberapa
ukuran penutupan dan membantu mereka memahami bagaimana
tragedi ini terjadi.”
Pemerintah Quebec, Canada

DIREKTORAT KEBERLANJUTAN KONSTRUKSI


DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI 102
PROSEDUR INVESTIGASI

1. Penyusunan Tugas dan Anggota Penilai Ahli 6. Investigasi Penilai Ahli:


2. Rencana Kerja Penilai Ahli • Investigasi material (pengujian laboratorium)
3. Pengumpulan data struktur: dokumen perenca- • Back calculation (analisis struktur)
naan dan dokumen as-built menggunakan data hasil pengujian, kondisi
lingkungan, serta beban aktual saat kejadian
4. Penyelidikan Kondisi Keruntuhan: keruntuhan
• Kunjungan lapangan • Verifikasi daya dukung beban
• Pencarian fakta lapangan 7. Penyebab Keruntuhan
• Observasi saksi mata sebelum kejadian
keruntuhan 8. Kesimpulan
• Observasi saksi mata saat kejadian 9. Rekomendasi Komisi
keruntuhan (apabila ada)
5. Observasi Data Perencanaan, Konstruksi dan
Pemeliharaan Jembatan
Tahapan Penilaian Kegagalan Bangunan

DIREKTORAT KEBERLANJUTAN KONSTRUKSI 104


Konsep Penilaian Kegagalan Bangunan

Kegagalan Bangunan (Jembatan) adalah ditemukannya suatu kondisi


yang terjadi pada suatu konstruksi bangunan jembatan yang secara
nyata gagal memenuhi fungsi untuk melewatkan atau melalukan mas-
sa atau lalu-lintas “normal” sesuai peruntukannya

Komponen Penelusuran
Potensial Kegagalan
Pihak Cara
Terlibat Assessment

DIREKTORAT KEBERLANJUTAN KONSTRUKSI


DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI 105
Konsep Penilaian Kegagalan Bangunan

Kecelakaan
Konstruksi
dan
Kegagalan
Bangunan

DIREKTORAT KEBERLANJUTAN KONSTRUKSI


DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI 106
Konsep Penilaian Kegagalan Bangunan
Komponen Potensial Kegagalan

5 Bagian Jembatan
FONDASI
Amblas – Patah – Puntir - Miring

BANGUNAN BAWAH
Runtuh – Amblas – Keretakan Struktural

BANGUNAN ATAS
Keretakan Struktural – Lendutan – Goyang – Getaran – Perubahan
Bentuk – Runtuh

JALAN PENDEKAT
Amblas

BANGUNAN PELENGKAP

DIREKTORAT KEBERLANJUTAN KONSTRUKSI


DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI 107
Konsep Penilaian Kegagalan Bangunan

Pengguna Jasa Penyedia Jasa Kontraktor


02 - Tidak mengikuti spesifikasi sesuai
01 kontrak.
- Tidak melaksanakan pengujian mutu
dengan benar.
- Salah mengartikan spesifikasi.
- Salah membuat gambar kerja.
- Salah membuat metode kerja.
Penilai Ahli - Tidak menggunakan material yang
Perencana benar.
- Tidak mengikuti TOR - Pemalsuan data profesi.
- Salah gambar rencana - Merekomendasikan penggunaan
- Salah menafsirkan data peralatan yang salah
- Salah perhitungan
- Tidak sesuai peraturan Pengawas
•Pihak-Pihak
Terkait berlaku
- Tidak mengikuti TOR
- Salah menulikan
- Menyetujui proposal tahapan
spesifikasi Teknik
Kegagalan Bangunan - Salah asumsi besaran
pembangunan yang tidak sesuai spek
- Menyetujui proposal tahapan
rencana
pembangunan yang tidak didukung metode
- Lack of knowledge
konstruksi yang benar
- Menyetujui gambar yang salah
- Tidak melakukan prosedur pengawasan
yang benar

DIREKTORAT KEBERLANJUTAN KONSTRUKSI


DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI 108
Konsep Penilaian Kegagalan Bangunan

Cara Penilaian

Secara Visual 01
- Runtuh/roboh semua atau sebagian
- Miring 02 Secara Teknis
- Turun
- Terendam atau tergenang air - Melendut
- Sempit (vertical clearance). - Bergetar melebihi ketentuan
- Tidak mencapai mutu yang
disyaratkan
- Kenyamanan

DIREKTORAT KEBERLANJUTAN KONSTRUKSI


DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI 109
TENAGA AHLI

Tahap Feasibility Study

Tahap Perancangan

Tahap Pelaksanaan

Tahap Penanganan
Operasi dan
Pemeliharaan
DIREKTORAT KEBERLANJUTAN KONSTRUKSI
DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI 110
Konsep Penilaian Kegagalan Bangunan

Instruksi Project Manager

•Penelusuran
RENTANG TANGGUNG-JAWAB KEGAGALAN Perhitungan Struktur Perencana
BANGUNAN JEMBATAN KASUS PENURUNAN Salah
FONDASI SUMURAN As Built = Gambar
Rencana

Kegagalan Mutu Tidak tercapai Pengawas/


(lihat log book) Pelaksana
Gagal Struktur
(Sumuran Patah) Project
Instruksi Project Manager
Manager
As Built ¹ Gambar
Rencana Pengawas/
Inisiatif Pelaksana
(lihat log book) Pelaksana

DD-Tanah Ditetapkan Perencana


Oleh Perencana
As Built = Gambar
Rencana DD-Tanah Mengikuti Ahli Tanah
Saran Ahli Tanah
PILAR TURUN Gagal Daya Dukung Tanah
(Fondasi Sumuran) (Kedalaman Scouring tidak Project
Instruksi Project Manager
melebihi ujung Sumuran) Manager
As Built ¹ Gambar
Rencana Inisiatif Pelaksana Pengawas/
(lihat log book) Pelaksana

Kedalaman Scouring Perencana


Ditetapkan Perencana
As Built = Gambar
Rencana
Kedalaman Scouring Ahli Hidrolika
Ditetapkan Ahli Hidrolika
Scouring
(Kedalaman Scouring
melebihi ujung Sumuran) Instruksi Project Manager Project
Manager
As Built ¹ Gambar
Rencana
Inisiatif Pelaksana Pengawas/
(lihat log book) Pelaksana

DIREKTORAT KEBERLANJUTAN KONSTRUKSI


DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI 111
TERIMA KASIH
Herry.vaza@yahoo.com

Anda mungkin juga menyukai