Anda di halaman 1dari 3

Dasar Quantity Surveyor (QS)

Quantity Surveyor (QS) adalah suatu profesi yang boleh dikatakan baru di dunia konstruksi di
Indonesia, dibandingkan dengan profesi Arsitek, Perencana Struktur ataupun Perencana Mekanikal
dan Elektrikal. Profesi QS ini berasal dari daratan Inggris yang kemudian berkembang ke seluruh
dunia, terutama ke negara-negara Persemakmuran (Commonwealth).

Cikal bakal profesi QS di Inggris bermula dari kejadian yang dikenal dengan ‘The Great Fire of
London’ di abad ke 18, dimana pada waktu itu terjadi kebakaran besar di London yang
menghancurkan banyak bangunan, baik bangunan umum maupun bangunan pribadi. Setelah
kebakaran tersebut terjadi dan pada saat perusahaan asuransi hendak membayar ganti rugi
bangunan-bangunan yang terbakar tersebut, perusahaan tersebut menghadapi kesulitan dalam hal
menilai ganti rugi yang harus diberikan. Di saat itu para Arsitek yang biasa membangun bangunan
dimintakan bantuannya untuk membuat perkiraan nilai bangunan tersebut. Selanjutnya, dengan
makin banyaknya permintaan akan penilaian bangunan tersebut makin banyak Arsitek yang
mendalami keahlian ini, keahlian dalam hal penilaian bangunan. Bahkan pada akhir abad ke 19 para
Arsitek tersebut membentuk suatu organisasi sendiri dan mulai membuat suatu sistim pendidikan
khusus mengenai hal perencanaan biaya bangunan, dengan tanpa melibatkan hal-hal yang
berkaitan dengan masalah-masalah teknis arsitektur. Hasil pendidikan tersebut kemudian
berkembang dan dikenal sebagai profesi Quantity Surveying atau biasa dikenal dengan istilah QS.

Pada perkembangan selanjutnya profesi QS ini, di negara asalnya, ditampung atau berada di dalam
suatu organisasi yang bernama ‘Royal Institution of Chartered Surveyor’ (RICS). QS mempunyai
suatu divisi khusus di dalam RICS tersebut dan sampai sekarang menjadi yang divisi terbesar kedua
setelah General Practise (GP).

Di Indonesia sendiri profesi QS ini masuk di awal dekade 70. Pada awal perkembangannya tidak
setiap proyek konstruksi menggunakan jasa QS baik di pihak kontraktor maupun di pihak Pemberi
Tugas. Selaras dengan perkembangan industri konstruksi di Indonesia, maka pada dekade 80 jasa
QS ini mulai banyak digunakan di proyek-proyek konstruksi di Indonesia terutama di sektor swasta.
Perkembangan jasa QS ini banyak dipengaruhi oleh berubahnya cara pendekatan para Pemberi
Tugas dalam menyelesaikan atau menjalankan proyek-proyeknya. Para Pemberi Tugas makin
merasa perlu menghitung besarnya investasi yang harus dikeluarkannya sebelum memulai proyek-
proyeknya. Hal ini dikarenakan, pada prinsipnya Pemberi Tugas harus memperhitungkan
pengeluaran-pengeluarannya (a.l. untuk biaya mendapatkan tanah, biaya konstruksi, perijinan dll.)
agar tidak melebihi pendapatan yang akan didapat dari proyek yang dibangunnya. Jika total
pengeluaran ditambah keuntungan lebih kecil dari pendapatan yang akan didapat maka proyek
tersebut dapat dikatakan secara komersil tidak layak. Hal lain lagi yang membuat profesi
berkembang pada dekade ini adalah dengan makin mengertinya para Pemberi Tugas akan konsep
‘Value for Money’ dalam mengembangkan proyek-proyeknya. Jasa-jasa konsultan yang bergerak
awal diindonesia Seperti Davis Langdon, EC Harris dan korra.

Secara umum kecakapan QS meliputi beberapa bidang, yaitu ekonomi konstruksi (construction
economic), hukum, manajemen proyek, pengukuran volume dan teknik bangunan (secara umum,
bukan yang bersifat perencanaan). Dengan kecakapan atas bidang-bidang tersebut profesi QS
kemudian berkembang sebagai bagian dari suatu struktur organisasi proyek. Dengan keahliannya
tersebut seorang QS dapat bekerja untuk Pemberi Tugas, Kontraktor, Badan-badan pemerintah atau
bahkan sebagai Credit Analyse di institusi keuangan (Bank).

Adapun Peranan QS secara traditional dalam suatu proyek adalah :

1. Perencanaan dan pengendalian biaya konstruksi


2. Administrasi kontrak
3. Arbitrase

Tugas QS secara umum dalam suatu proyek :

1. Pra Development
a. Studi Kelayakan (FS)
b. Budgeting
c. Cash in & out Flow
d. Proposal Pengembangan
e. Preliminary Cost
f. Cost Plan
g. Monitoring Cost plan terhadap perkembangan desain
2. Tender Process
a. Perhitungan Quantity & BQ
b. Pembuatan Dokumen Tender
c. Aanwijzing
d. Evaluasi Tender
e. Penunjukan Pemenang tender
f. SPK
3. Development
a. Monitoring Budget
b. Variation Order
c. Perhitungan Progress Pembayaran
d. Payment Certificate
e. Final Account

Sehubungan dengan saat ini kita banyak bersinggungan dengan proses tender dan development,
maka dalam beberapa kesempatan pertama akan dibahas terlebih dahulu mengenai materi
tersebut.

Namun pada kesempatan pertama ini, akan dibahas dasar mengenai terminology QS, yang pada
dasarnya selalu digunakan dalam pelaksanaan tugas QS sbb :

Lump sum

Contract lump sum ini bersifat tetap, yang mengikat nilai kontrak adalah Grand Summary (nilai
total), kontrak jenis ini aman bagi owner dalam penetapan budget. BQ dalam kontrak ini adalah
hanya sebagai acuan sehingga dalam proses tender kontraktor wajib menghitung ulang seluruh
gambar dan spesifikasi dan apabila ada kekurangan item yang tidak tercantum dalam BQ maka
menjadi tanggung jawab kontraktor. Dalam tender Lump sum ini diharuskan Gambar dan spesifikasi
harus sudah fix dan lengkap, untuk menjaga tidak terjadinya variation order didalam pelaksanaan
yang mengakibatkan tidak terkontrolnya biaya. Namun realitas yang terjadi terkadang cukup sulit
menyiapkan data tender yang fix dan lengkap sehingga peranan QS disini sangat urgent untuk
mengkombinasi BQ dalam bentuk Provisional atau Prov sum dengan status kontrak Lump Sum.

Provisional Quantities

Provisional quantities diterapkan apabila spesifikasi tender sudah jelas tetapi lingkup pekerjaan
belum jelas, sehingga quantity/volume tidak dapat dihitung secara tepat. Dalam BQ kontrak
lumpsum diperbolahkan ada item provisional yang berarti quantity/volume akan diperhitungkan
kemudian (final account).

Provisional Sum

Provisional sum diterapkan apabila spesifikasi tender dan lingkup pekerjaan belum jelas, sehingga
disediakan dana cadangan dengan perhitungan estimasi terhadap item pekerjaan tersebut.
Provisional sum ini akan diperhitungkan kembali di akhir pekerjaan dengan dilakukan pengukuran
real di site proyek, dengan acuan harga mengacu kepada list harga material dan upah (lampiran
kontrak). Dalam BQ kontrak lumpsum diperbolehkan ada item provisional sum, namun kondisi
seperti ini harus di minimalisir.

Prime Cost Sum (PC Sum)

PC sum include dalam BQ apabila ada item pekerjaan yang dikerjakan oleh nominated sub
kontraktor, yaitu sub kontraktor yang ditunjuk oleh pihak owner langsung melalui proses tender
atau penunjukan.

Prime Cost Rate

PC rate diterapkan dalam BQ apabila material yang akan digunakan belum diputuskan secara jelas
sehingga diperlukan nilai PC rate yang menjadi acuan harga pengadaan material.

Semoga Bermanfaat

Engineering, Economics & Business

Anda mungkin juga menyukai