Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar belakang

Infrastruktur jalan raya merupakan salah satu prasarana perhubungan darat yang memiliki
peran penting dalam distribusi barang dan jasa serta mobilitas untuk masyarakat dan sektor
ekonomi lainnya. Oleh karena itu pembangunan jalan raya sangat berperan penting dalam
pertumbuhan ekonomi di suatu negara. Pemerintah indonesia tahun 2014-2019 saat ini telah
fokus dalam pembangunan infrastruktur jalan guna menumbuhkan ekonomi yang kuat.
Model kontrak lumpsump ini merupakan salah satu yang pertama digunakan di proyek
jalan tol. Umumnya pelaksanaan kontrak lumpsum ini digunakan di proyek gedung yang
memiliki tingkat keakurasian dan kepastian yang tinggi. Berbeda dengan proyek gedung
proyek jalan memiliki unsur ketidakpastian yang lebih tinggi dibandingkan dengan proyek
gedung

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah ;
BAB II

PEMBAHASAN
1. Pengertian Kontrak
Kontrak merupakan kesepakatan antara pihak pengguna jasa dan pihak penyedia jasa
untuk melakukan transaksi berupa kesanggupan antara pihak penyedia jasa untuk
melakukan sesuatu bagi pihak penggunajasa, dengan sejumlah uang sebagai imbalan
yang terbentuk dari hasil negosiasi dan perundingan antara kedua belah pihak. Dalam
hal ini kontrak harus memiliki dua aspek utama yaitu saling menyetuju dan ada
penawaran serta penerimaan
2. Definisi Kontrak Lump sum

Secara umum, kontrak Fixed Lump Sum Price atau Kontrak Lumpsum adalah suatu
kontrak dimana volume pekerjaan yang tercantum dalam kontrak tidak boleh diukur
ulang atau dalam bahasa Inggris: “ A Fixed Lump Sum Price Contract is a Contract where
the Bill of Quantites is not subject to remeasurement “ (Asiyanto, 2005)
Peraturan Pemerintah (PP No. 29/ 2000 tentang penyelenggaraan jasa konstruksi
memberikan batasan/ definisi mengenai bentuk kontrak kerja konstruksi dengan bentuk
imbalan Lump Sum.

3. Kontrak Rancang Bangun (Design and Built)

Proyek dengan kontrak design and built adalah dimana penyedia jasa(kontraktor) harus
menyediakan semua jasa termasuk jasa desain dan konstruksi. Penyedia jasa yang tidak
memiliki perencana sendiri juga dapat menunjuk perencana yang di luar pekerjaan
konstruksi sesuai kesepakatan dengan pengguna jasa (Chan & Yu, 2005).
Kontrak rancang bangun menuntut kontraktor untuk tidak hanya bertanggung jawab
dalam proses konstruksi namuin juga pada proses perencanaan atau desain. Oleh karena
itu pihak yang terkait harus yakin dengan bangunan yang akan dibangun dan diajukan
bdengan pernyataan yang sangat jelas, sehingga dokumen kontrak pada kontrak rancang
bangun akan berbeda dengan kontrak secara umum (Ndekugri & Turner, 1994).

4. Daftar Volume Pekerjaan (Bill of Quantities)

Kontraktor yang mengikuti tender akan menghitung volume pekerjaan yang terdapat
dalam gambar tender yang telah disediakan oleh pemilik proyek. Perhitungan volume
tiap item pekerjaan ini akan dirangkum menjadi sebuah daftar volume pekerjaan (bill of
quantities). Bagian di dalam kontraktor yang menghitung atau mengestimasi volume
disebut quantity surveyor (QS). Para QS ini akan menyiapkan daftar volume pekerjaan
sesuai dengan gaya dan metode perhitungan mereka masing-masing. Nilai perkiraan
pekerjaan didapat setelah semua volume pekerjaan selesai dihitung dan dikalikan dengan
harga satuan untuk masing-masing item pekerjaan. Nilai perkiraan inilah yang akan
menjadi harga penawaran kontraktor untuk pelaksanaan sebuah proyek konstruksi (Yasin,
2009).
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Beberapa kesimpulan yang dapat diambil dari evaluasi penerapan kontrak
lump sum pada Proyek Jalan Tol antara lain adalah:

1) Usulan solusi permasalahan yang timbul dalam penerapan kontrak lump


sum pada Jalan Tol Semarang-Batang dapat disimpulkan pada beberapa
poin sebagai berikut:
a. Sebelum memulai pekerjaan direkomendasikan lahan harus 100% bebas
b. Kepastian akan dibayar adalah 30 hari setelah Berita Acara Serah Terima
Sementara (PHO)
c. Tidak adanya pekerjaan tambah/ addendum sehingga nilai proyek tetap.
d. Nilai kontrak lump sum untuk jalan tol cenderung lebih tinggi dibanding
unit price.
e. Risiko kontrak lump sum sangat tinggi dibandingkan kontrak unit price,
untuk risiko
pelaksanaan dirumuskan dalam analisa teknis include di analisa harga satuan
pekerjaan.
DAFTAR PUSTAKA
Abednego, M. P., & Ogunlana, S. O. (2006). Good Project Governance for
Proper Risk
Allocation in Public-Private-Partnership in Indonesia. International Journal of
Project
Management.
Asiyanto. (2005). Manajemen Produksi Untuk Jasa Konstruksi. Jakarta: Pradnya
Paramita.
Chan, E. H., & Yu, A. T. (2005). Contract Strategy for Design Management in
The Design and
Bilt System. International Journal of Project Management.
Cox, H. P. (1997). Managing change orders and claims. Journal of management
in engineering.

Anda mungkin juga menyukai