Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam penyelenggaraan pekerjaan konstruksi sering menyimpang dari aturan


yang semestinya, terhadap kasus penyelenggaraan pekerjaan konstruksi yang
diangkat ke ranah hukum, sangat mungkin disebabkan karena kurangnya pemahaman
tentang periode terjadinya atau substansi atas kejadian kegagalan pada pekerjaan
konstruksi itu sendiri sehingga sering keliru dalam penerapan hukumnya.

Cacat Konstruksi Suatu kondisi penyimpangan atau ketidaksempurnaan hasil


dan atau proses pekerjaan konstruksi yang masih dalam batas toleransi, Artinya
belum atau tidak membahayakan konstruksi secara keseluruhan kegagalan
konstruksi. Adalah suatu kondisi penyimpangan, kesalahan dan atau kerusakan hasil
pekerjaan konstruksi yang dapat mengakibatkan keruntuhan konstruksi.

Sejak dahulu, telah menjadi kesadaran yang umum bahwa keawetan tidak
dengan sendirinya merupakan sifat dari beton. Keawetan dari beton hanya akan
didapat mulai dari perhatian pada fase perencanaan, fase pelaksanaan hingga masa
pemakaian. Fase perencanaan merupakan fase terpenting dari ketiga fase yang telah
disebut. Oleh karenanya, pada tahap ini tidak hanya diperhitungkan kekuatan dan
kekakuan struktur, tetapi juga diperhatikan keawetannya.

B. Rumusan Masalah

 Bagaimana kasus yang terjadi dalam dunia konstruksi?


 Bagaimana solusi untuk kegagalan bangunan maupun konstruksi?

C. Tujuan

 Mengetahui penanggulangan dalam kegagalan konstruksi


 Mengetahui akibat yang ditimbulkan

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Perkembangan kolompok syi’ah

Syiah dari segi bahasa (etimologi) berarti pengikut, pecinta, pembela, yang ditujukan
kepada ide, individu atau kelompok tertentu (Shihab, 2007). Syiah dalam arti kata
lain dapat disandingkan juga dengan kata tasyaiyu’ yang berarti patuh/menaati
secara agama dan mengangkat kepada orang yang ditaati itu dengan penuh
keikhlasan tanpa keraguan. Penggunaan kata Syiah dari sisi bahasa ini telah banyak
diungkap dalam Al-Qur’an dan literatur-literatur lama. Dalam Al-Qur’an penggunaan
kata Syiah terdapat dalam surat Ash-Shaffat ayat 83 yang

Artinya: “Dan sesungguhnya Ibrahim benar-benar sebagai pendukungnya (Nuh)”.


Dalam naskah lama terdapat syair yang pernah dilantunkan oleh sahabat Hasan bin
Tsabit ketika ia memuji Nabi Muhammad Saw. Dengan syair:

merupakan hak istimewa yang dimiliki oleh kelu-

arga Nabi dan mereka yang dalam bidang penge-

tahuan dan kebudayaan Islam mengikuti Ahlul

Bait (Husayn Attabi’i, 1989: 32).

Quraish Shihab dengan mengutip penda-

pat Ali Muhammad al-Jurjani mendifinisikan

bahwa Syiah, yaitu mereka yang mengikuti

Sayyidina Ali Ra. dan percaya bahwa beliau

adalah Imam sesudah Rasul Saw. Dan per-

caya bahwa imamah tidak keluar dari beliau

dan keturunannya. Pendapat Shihab ini lebih

2
mencerminkan sebagian dari golongan dalam

Syiah—untuk sementara ini dapat diterima

karena telah mencerminkan definisi untuk ke-

lompok Syiah terbesar yaitu Syiah Itsna Asyari-

yah (Shihab, 2007: 61).

1. Shelter Tsunami Labuan

Kecamatan Labuan, Kabupaten Pandeglang punya satu Shelter atau hunian


darurat untuk evakuasi warga saat ada tsunami. Namun sayangnya, bangunan
tersebut tidak berfungsi saat tsunami menerjang pada Sabtu (22/12/2018) lalu.
Pantauan Kompas.com, Jumat (28/12/2018) bangunan berwarna kuning pudar
tersebut berdiri kokoh di tengah padatnya pemukiman penduduk di Labuan. Jika
melihat sekilas mungkin banyak yang tidak tahu jika bangunan ini adalah Shelter
Tsunami, apalagi papan penunjuk tertutup lapak-lapak milik pedagang. Rupa
bangunan juga tidak meyakinkan untuk dijadikan sebagai hunian darurat oleh
pengungsi saat tsunami datang. Setidaknya itu yang dikatakan oleh Ace, warga
setempat. Ace mengatakan, saat tsunami menerjang Sabtu (22/12/2018) kemarin,
dirinya malah takut untuk menyelamatkan diri ke Shelter Tsunami.

3
"Saya malah takut bangunannya tidak kokoh, takut gempa malah roboh, lagi
pula belum pernah ada sosialisasi sebelumnya kalau ada tsunami harus mengungsi ke
sini," kata Ace kepada Kompas.com Ace mengatakan, memang malam itu ada
sejumlah warga menyelamatkan diri ke Shelter saat air laut mulai naik, namun tidak
banyak dan mayoritas adalah anak-anak muda yang bertenaga. "Kalau orang tua
ngos-ngosan mas, tangganya sangat curam dan licin, saya saja yang masih segar
malas naik ke atas, pikirkanlah kalau orang tua, tidak sanggup," ujar dia.

Menanggapi Shelter yang tidak berfungsi, Bupati Pandeglang Irna Narulita


menyebut jika bangunan ini memang pembangunannya tersendat lantaran kasus
korupsi. Saat ini kasusnya tengah diusut oleh Polda Banten. Irna mengatakan, jika
proyek pembangunan Shelter tsunami di Labuan dikerjakan oleh pihak provinsi.
Untuk itu, dia sudah meminta izin pada pemprov untuk diambil alih oleh Pemkab
Pandeglang dan dilanjutkan pembangunannya.

2. Mercusuar di Kamdera

Kampung Kamdera yang dulunya dikenal dengan kampung Tarfia menjadi


salah satu tempat yang dipilih Dinas perhubungan laut untuk memasang sebuah
lampu Mercusuar yang bertujuan untuk menolong kapal-kapal yang melintas di
daerah laut Demta dan sekitarnya termasuk saat akan masuk pelabuhan laut Jayapura
serta mengantisipasi  peristiwa-peristiwa  kandasnya kapal di atas karang dengan
berbagai macam cara  akibat  terumbu karang atau “penunggu’ laut,seperti beberapa
tahun silam,” ucap penjaga mercusuar Hengki Daisiu(29/03/2012).

4
Untuk sementara ini lampu mercusuar tidak berfungsi karena ada kerusakan
pada saklarnya yang fungsinya untuk penerangan secara Otomat untuk menyala pada
malam hari dan di siang hari  akan mati dengan sendiri, tanpa dipadam oleh petugas.
untuk pesanannya kami sudah sampaikan langsung ke pusat karena kami lembaga
vertikal jadi langsung ke menteri,”. Kini pihaknya masih menunggu sebab alatnya
tidak ada di Indonesia dan harus didatangkan dari Jepang,akibatnya lampu sudah
tidak berfungsi sejak tahun lalu.

Namun kebutuhan seperti tidak ada yang peduli akan kebutuhan lampu
tersebut,pemerintah tidak segera mendatangkan alat yang dibutuhkan dan pengguna
laut sekitar Demta yang merupakan laut lepas,tidak juga komplain kepada
pemerintah demikian juga petugas dari Dinas Perhubungan kabupaten dan provinsi
Papua.

B. Kegagalan Konstruksi

1. Bendungan di Mataram

Bendungan Arahmano yang terletak di Desa Lenangguar, Kecamatan


Lenangguar, diduga bermasalah. Proyek  yang disebut menghabiskan
anggaran miliaran rupiah hingga kini belum bisa dimanfaatkan alias
terindikasi mangkrak meski sudah menghabiskan Rp 36 miliar.  Padahal
pembangunan memakan waktu bertahun-tahun,  dimulai sejak 2010.

5
Tahun 2017 ada tambahan anggaran yang pengerjaannya dimulai sejak Maret hingga
Oktober lalu dan ada perpanjangan waktu hingga Desember. Tetapi sampai sekarang
belum juga dirasakan manfaatnya. Padahal hajatnnya untuk mengairi lahan di desa
Lenangguar, Tatebal dan Ledang.

Tokoh pemuda di Dusun Pemangong, Desa Lenangguar, Abdullah, S.Pdi


menjelaskan, manfaat bendungan belum dirasakan masyarakat petani. “Kantong
lumpur dan pintu sayap sebelah kiri serta kantong lumpur sebelah kiri pernah
dipasang. Tetapi tidak kuat dihantam banjir sehingga jebol. Sampai saat ini belum
bisa dimanfaatkan,”ungkapnya kepada Suara NTB akhir pekan kemarin.

2. Gedung Panin di Bintaro

Menurut Ketua Badan Informasi dan Hubungan Masyarakat Ikatan Arsitek


Indonesia (IAI) Zakie Muttaqien yang menghimpun keterangan dari Kepala Bidang
Bangunan Dinas Tata Kota Bangunan dan Pemukiman (DTKBP) Kota Tangsel
Muqoddas Syuhada, gedung tersebut sudah "salah" sejak awal dibangun pada 1995
silam. "Tes tanah terindikasi tidak dilakukan secara benar sehingga analisis tanahnya
pun salah. Analisis tanah dianggap tipikal dengan gedung di seberangnya," tutur
Zakie kepada Kompas.com, Kamis. 

Kesalahan analisis tanah tersebut, lanjut Zakie, menyebabkan struktur yang


terbangun menjadi miring sehingga tidak bisa diteruskan sebagai bangunan gedung,

6
kemudian difungsikan. "Jadi, daripada membahayakan, gedung tersebut kemudian
dibiarkan mangkrak dan dirobohkan. Saya menduga, terjadi pembiaran karena
masing-masing pihak, baik analis struktur, analis tanah, maupun kontraktor tidak
mau disalahkan.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi Pasal


1 ayat 6 bahwa yang dimaksud dengan kegagalan bangunan adalah keadaan
bangunan yang setelah diserah-terimakan oleh penyedia jasa kepada pengguna jasa
menjadi tidak berfungsi baik sebagian atau secara keseluruhan dan/atau tidak sesuai
dengan ketentuan yang tercantum dalam kontrak kerja konstruksi atau
pemanfaatannya yang menyimpang sebagai akibat kesalahan penyedia dan/atau
pengguna jasa.

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor: 29 Tahun 2000 tentang


Penyelenggaraan Jasa Konstruksi, Pasal 31 menyatakan bahwa yang dimaksud
dengan kegagalan konstruksi adalah keadaan hasil pekerjaan konstruksi yang tidak
sesuai dengan spesifikasi pekerjaan sebagaimana disepakati dalam kontrak kerja
konstruksi baik sebagian maupun keseluruhan sebagai akibat dari kesalahan dari
pengguna jasa atau penyedia jasa.

B. Kritik

7
C. Saran

DAFTAR PUSTAKA

https://id.scribd.com/upload-document

https://properti.kompas.com/

https://megapolitan.kompas.com/

Anda mungkin juga menyukai