Anda di halaman 1dari 54

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Jembatan merupakan prasarana yang sangat penting dalam menunjang
pembangunan dan kemajuan suatu bangsa. Jembatan mempunyai fungsi yang sangat
strategis, sebagai prasarana sosial, budaya, ekonomi, politik, pertahanan dan
keamanan. Sehingga kondisi jembatan dapat dijadikan barometer tentang tingginya
kebudayaan dan kemajuan ekonomi suatu bangsa.
Pelaksanaan pembangunan jembatan selalu menuntut keberadaan struktur yang
kuat, tahan lama, nyaman, murah dan tepat sasaran. Semua ini merupakan indikator
dari keinginan agar jembatan berfungsi sebagaimana mestinya. Pekerjaan
pembangunan jembatan merupakan salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan
lalu lintas, maka konektivitas diperlukan penambahan kapasitas jembatan. Untuk
mendapatkan fungsi yang baik tentunya memerlukan dua hal yaitu perencanaan yang
sesuai standard dan keberhasilan pelaksanaan.
Sebelum adanya pembangunan jembatan Lokowalu, penyeberangan dari desa
Kolorae ke desa lain menjadi sulit dilakukan terutama saat musim hujan. Kondisi
tersebut mengakibatkan terputusnya akses transportasi di wilayah tersebut. Jika
dilihat dari hasil pertanian dan perkebunan di desa Kolorae terbilang sangat baik
tetapi kuranganya sarana penunjang yang mengakibatkan masyarakat Kolorae
kesulitan untuk menjual hasil pertanian dan perkebunan. Memperhatikan kondisi
tersebut maka sangat diperlukan adanya sebuah sarana berupa bangunan jembatan
untuk memperlancar akses transportasi dan aktifitas maysarakat untuk menjual hasil
usaha masyarakat desa Kolorae.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk menyusun
laporan dengan judul “Pelaksanaan Pekerjaan Pondasi Sumuran Jembatan
Lokowalu Di Kabupaten Sabu Raijua”. Adapun alasan mengangkat judul tersebut
karena penulis merasa tertarik tentang pelaksanaan pekerjaan pembangunan pada
sebuah jembatan sampai pembentukan laporan. Hal ini yang mendorong penulis
untuk memilih judul tersebut.

1
1.2. Rumusan Masalah
Dalam pelaksanaan pembangunan struktur bawah jembatan Lokowalu di
Kabupaten Sabu Raijua Pada Program Pembangunan Jalan dan Jembatan, penulis
merumuskan permasalahan sesuai latar belakang dan judul penulisan sebagai berikut:
1. Bagaimana tahap atau proses pelaksanaan pekerjaan pembangunan struktur bawah
jembatan (pondasi sumuran) ?
2. Bagaiman pengendalian mutu dalam pelaksanaan pekerjaan pembangunan
struktur bawah jembatan (pondasi sumuran) ?

1.3. Maksud Dan Tujuan Kerja Praktek


1.3.1. Maksud Kerja Praktek
Maksud dari kerja praktek yaitu :
1. Melakukan kerja praktek pada pekerjaan pondasi sumuran jembatan Lokowalu
di desa Kolorae, Kecamatan Raijua di Pulau Raijua.
2. Mempraktekan ilmu yang dipelajari saat kuliah di Akademi Teknik Kupang,
pada pelaksanaan pekerjaan jembatan Lokowalu.
1.3.2. Tujuan Kerja Praktek
Tujuan yang ingin diperoleh selama kerja praktek yaitu :
1. Agar dapat memahami bagaimana pelaksanaan pekerjaan pondasi sumuran pada
pekerjaan jembatan.
2. Agar memahami tentang pengendalian mutu pekerjaan pembangunan struktur
bawah jembatan.
3. Agar dapat memahami dan mengerti bagaimana keterkaikan antara teori dan
pelaksanaan pekerjaan jembatan.

1.4. Batasan Pembahasan


Berdasarkan jangka waktu kerja praktek yang singkat serta kendala yang
terjadi di lapangan dalam proses pelaksanaan pekerjaan pembangunan jembatan,
maka penulis memberi batasan pembahasan sebagai berikut :
1. Pelaksanaan pekerjaan pondasi sumuran.
2. Pengendalian mutu pekerjaan pondasi sumuran.

2
1.5. Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian, teknik pengumpulan data merupakan faktor penting demi
keberhasilan penelitian. Hal ini berkaitan dengan bagaimana cara mengumpulkan
data, siapa sumbernya, dan apa alat yang digunakan.
Adapun metode pengumpulan data yaitu:
1. Metode Observasi, yaitu:
Penulis secara langsung mengadakan pengamatan di lapangan saat pelaksanaan
pekerjaan berlangsung.
2. Metode Literatur, yaitu:
Penulis menggunakan buku-buku referensi yang berhubungan dengan isi Laporan
Kerja Praktek.
3. Metode Wawancara (interview), yaitu:
Penulis mengadakan wawancara langsung dengan Kepala Proyek, Staf, dan
pekerja di lapangan untuk memperoleh data serta aktif dalam proses pekerjaan
dilapangan yang selanjutnya penulis olah dalam bentuk laporan.

1.6. Gambaran Umum Proyek


1.6.1. Lokasi Proyek
Lokasi Proyek Pembangunan Jembatan Lokowalu Kabupaten Sabu Raijua.

Pulau Raijua

Gambar 1.1 Peta Pulau Sabu Raijua


Sumber: Google

3
Desa Kolorae, Kab. Sabu Raijua

Koordinat : 10֯ 36’ 31’’ S 121֯ 33’ 22’’E

Gambar 1.2 Peta Lokasi Proyek


Sumber: Google Earth

1.6.2. Data Proyek


Pekerjaan : PEMBANGUNAN JEMBATAN
LOKOWALU
Nomor Kontrak : PU.620/PPK.DRJ/SP-JBT/03/IV/2020
Tannggal Kontrak : 30 April 2020
Nilai Kontrak : RP. 5.518.000.000,00
Tanggal SPMK :26 Maret 2018
Waktu Pelaksanaan : 210 ( Dua Ratus Sepuluh ) Hari Kalender
Sumber Dana : APBD Kabupaten Sabu Raijua
Tahun Anggaran : 2020
Kontraktor Pelaksana : CV. GRACIA SUKSES MANDIRI
Konsultan Pengawas : PT. SIAR PLAN UTAMA KONSULTAN
Panjang Bentang Jembatan : 20 Meter
Tipe Bangunan Atas : Gelagar Beton Balok T
Tipe Bangunan Bawah : Dinding Penuh
Tinggi Pondasi Sumuran : 4 Meter, Ø 3 Meter
Tinggi Abutment : 4 Meter
Oprit Kiri dan Kanan : 50 Meter
Lebar Jembatan : Bahu Kiri + Lebar Lalu-lintas + Bahu Kanan
1 meter + 6 meter +1 meter = 8 Meter

4
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian Umum Jembatan


Pengertian jembatan secara umum adalah suatu konstruksi yang berfungsi
untuk menghubungkan dua bagian jalan yang terputus oleh adanya rintangan-
rintangan seperti lembah yang dalam, alur sungai, danau, saluran irigasi, kali, jalan
kereta api, jalan raya yang melintang tidak sebidang dan lain-lain.(Supriyadi, dan
Muntohar 2007).
Jembatan mempunyai arti penting bagi setiap orang. Akan tetapi tingkat
kepentingannya tidak sama bagi tiap orang, sehingga akan menjadi suatu bahan studi
yang menarik. Suatu jembatan tunggal diatas sungai kecil akan dipandang berbeda
oleh tiap orang, sebab penglihatan/ pandangan masing-masing orang yang melihat
berbeda pula. Seseorang yang melintasi jembatan setiap hari pada saat pergi bekerja,
hanya dapat melintasi sungai bila ada jembatan, dan ia menyatakan bahwa jembatan
adalah sebuah jalan yang diberi sandaran pada tepinya. Tentunya bagi seorang
pemimpin pemerintahan dan dunia bisnis akan memandang hal yang berbeda pula.
(Supriyadi, dan Muntohar 2007). Bagian-bagian jembatan terdiri dari :
1. Bangunan atas
Bangunan atas terdiri dari trotoar, lantai kendaraan dan lapis perkerasan, balok
diagfragma atau ikatan melintang, balok gelagar, ikatan pengaku (ikatan angin,
ikatan rem, ikatan tumbukan), dan perletakan (roll dan sendi).
2. Bangunan bawah
Bangunan bawah terdiri dari abutment, pilar jembatan (pier) drainase, dan
pondasi.
3. Pondasi
Berdasarkan sistemnya tipe pondasi yang dapat digunakan untuk perencanaan
jembatan antara lain pondasi telapak, pondasi sumuran, pondasi tiang (tiang
pancang kayu, tiang pancang baja, tiang pancan beton dan tiang pancang
komposit.
4. Pelengkap
Bangunan pelengkap jembatan terdiri dari sayap jembatan, krib, dan oprit.

5
2.2 Pengertian Pondasi Jembatan
Pondasi adalah bagian dari suatu bangunan yang berfungsi meneruskan berat
bangunan tersebut ke tanah dimana bangunan itu berdiri ( Terzaghi, Peck, 1987 ).
Semua konstruksi yang direkayasa untuk bertumpu pada tanah harus didukung oleh
pondasi. Pondasi ialah bagian dari suatu sistem rekayasa yang meneruskan beban
yang ditopang oleh pondasi dan beratnya sendiri kepada dan ke dalam tanah dan
batuan yang terletak dibawahnya ( Bowles, 1997 ).
Definisi dari Pondasi adalah suatu konstruksi pada bagian dasar struktur / Sub
Structure yang berfungsi meneruskan beban dari bagian atas struktur / Upper
Structure ke dalam tanah dibawahnya tanpa mengakibatkan keruntuhan geser tanah
dan Penurunan / Settlement yang berlebihan. Sering kita mendengar tentang kalimat
“Struktur Atas” umumnya dipakai untuk menjelaskan bagian sistem yang di rekayasa
yang membawa /memikul beban kepada pondasi atau struktur bawah. Pondasi sendiri
tergolong dalam bentuk bangunan struktur bawah yang tidak lain sebagai media
penyebaran / penyalur beban. Pondasi memiliki model dan juga bentuk yang sangat
variatif sesuai dengan kebutuhan di lapangan dan juga perlu diketahui sampai
sekarang bentuk pondasi tersebut terus berkembang dengan pesat sesuai dengan
perkembangan. Ilmu Pengetahuan danTeknologi / IPTEK (Bowles, 1997).
Bagian paling bawah dari suatu konstruksi dinamakan “ Pondasi “. Fungsi
pondasi ini adalah meneruskan beban konstrusi ke lapisan tanah yang berada di
bawah pondasi.Suatu perencanan pondasi dikatakan benar apabila beban yang
diteruskan oleh pondasi ketanah tidak melampaui kekuatan tanah yang bersangkutan.
Apabila kekuatan tanah dilampaui, maka penurunan yang berlebihan atau keruntuhan
dari tanah akan terjadi. (Das, 1998).

2.3 Jenis-jenis Pondasi Jembatan


Pondasi jembatan juga dibedakan menjadi pondasi langsung dantidak
langsung. Pada pondasi langsung akan langsung ditumpukan pada tanah dasar untuk
mendukung pondasinya, berbeda pada pondasi tidak langsung yang menggunak
perantara untuk menyalurkan beban. Perantara ini dapat berupa tiang bor, tiang
pancang maupun sumuran. Untuk lebih jelasnya berikut adalah beberapa jenis
pondasi jembatan :

6
1. Pondasi langsung
Seperti yang telah dijelaskan pondasi langsung berarti langsung berdiri
diatas tanah, umumnya pondasi ini berupa plat setempat atau plat menerus.
Untuk menimalisir kemungkinan tergerus karena pondasinya yang tidak terlalu
dalam maka pondasi langsung harus memenuhi syarat seperti :
a. Lapisan pendukung berupa tanah keras memiliki kedalaman kurang lebih 4
meter dari permukaan tanah.
b. Lapisan pendukung tanah tersebut bebas dari pengaruh pengerusan.
c. Dasar pondasi setidaknya harus masuk sekitar 1-1,5 meter kedalam tanah.
d. Untuk mendukung kepala jembatan maka pondasi dangkal harus ditempatkan
kelandaian tebing sungai guna memelihara daya dukung.
e. Apabila pondasi harus berdiri pada lapisan batu dan tidak mungkin dilakukan
penggalian, maka pastikan batu tersebut cukup besar untuk menahan pondasi.
Kemudian antara lapisan batu dan pondasi harus diberi penahan di bawahnya
agar tidak bergeser.
2. Pondasi dalam
Pondasi dalam mempunyai kedalaman maksimal 5 meter yang dapat berupa
pondasi telapak maupun pondasi sumuran dangkal. Pondasi ini sangat bergantuk
pada daya dukung tanah dasar untuk menahan beban pilar dan kepala jembatan.
3. Pondasi telapak
Pondasi telapak juga dapat mempunyai kedalaman hingga 5 meter dengan
plat pondasinya yang langsung berhubungan dengan tanah pendukungnya.
Dengan kedalaman tersebut mengharuskan perbandingan antara dalam dengan
lebarnya tidak melebihi 1. Jenis pondasi ini dapat dibuat dengan bentuk persegi
maupun bulat.

2.4 Pondasi Sumuran


Pondasi sumuran adalah suatu pondasi yang terletak pada lapisan pendukung
yang terbenam ke dalam tanah karena beratnya sendiri dan dengan mengeluarkan
tanah galian dari dasar bangunan bulat, yang terbuat dari beton bertulang.
(S.Sosrodarsono, 1983).Pondasi sumuran memiliki beberapa tipe yaitu sebagai
berikut :

7
2.4.1 Jenis-Jenis Pondasi Sumuran/Kaison
Menurut Suryolelono (1994) jenis-jenis pondasi sumuran bedakan menjadi 3
bagian yaitu:
1. Kaison Terbuka (open caisson)
Kaison terbuka merupakan kaison yang pada bagian atas dan bawahnya
terbuka selama pelaksanaan.Kaison ini, bila digunakan pada area yang tergenang
air, pelaksanaannya adalah dengan membenamkan dan menggali tanah di bagian
dasarnya. Kaison dimanfaatkan dengan memanfaatkan berat sendirinya, bersama
sama dengan penggalian tanah. Ketika pengerjaan tubuh beton sudah mendekati
penyelesaian, penggalian didalam kaison dimulai. Ketika bagian atas dari tubuh
kaison terbenam dan mendekati dasar, pondasi yang lain mulai disambungkan.
Kemudian penggalian didalam kaison dan penambahan tubuh kaison di ulangi,
sampai kaison berpijak pada kedalaman yang direncanakan.Kemudian dilakukan
pengecoran isi sumuran (cyklop), lalu di lakukan pengecoran lantai kerja atau
rabat beton.(Suryolelono, 1994).
2. Kaison Pneumatic (pneumatic caisson)
Kaison Pneumatic (pneumatic caisson), merupakan kaison yang tertutup.
Penggaliantanah dilakukan dengan mengalirkan udara bertekanan kedalam ruang
kerja untuk penggalian. Dengan cara ini penggalian pengecoran beton kedalam
sumuran dilakukan dalam kondisi kering. Penggalian dilakukan pada ruang kerja
yang diberi tekanan udara yang sama dengan tekanan air tanah untuk mencegah
aliran air masuk ke ruang kerja. Ruang kerja diisi dengan beton pada waktu
dasar kaison telah mencapai kedalaman yang direncanakan.(Suryolelono, 1994).
3. Kaison Apung (floating caisson)
Kaison apung atau kaison box merupakan kaison yang tertutup pada
dasarnya. Kaison ini terbuat dari tipe beton bertulang yang dicetak di daratan
dan peletakannya dilakukan dengan mengapungkan kaison tersebut setelah beton
mengeras. Pembenaman kaison kedalam air atau tanah yang berair, dilakukan
dengan cara mengisikan pasir, kerikil, beton, atau air kedalamnya.
Permukaan air harus diperhitungkan selalu berada pada beberapa meter di
bawah puncak kaison untuk mencegah air masuk kedalamnya.(Suryolelono,
1994).heksagonal, oktagonal ganda, sumuran ganda, dan bentuk D ganda.
(Suryolelono, 1994).

8
2.4.2 Syarat Kapan Digunakan Pondasi Sumuran
Persyaratan agar pondasi sumuran dapat digunakan adalah sebagai berikut :
1. Daya dukung pondasi harus lebih besar dari pada beban yang dipikul oleh
pondasi tersebut.
2. Penurunan yang terjadi harus sesuai batas yang diizinkan (toleransinya) yaitu
2,54 meter.
3. Untuk pondasi sumuran dipakai apabila lapisan tanah keras terdapat pada
kedalaman 3-5 meter. (Sianturi, 2013).

2.4.3 Pelaksanaan Pondasi Sumuran


Dalam pelaksanaan pondasi sumuran terdiri dari 2 cara yaitu open area dan
penurunan dengan berat sendiri.
1. Open area
Open area merupakan proses pelaksanaan pengerjaan dalam bentuk silinder yang
berbentuk sumur dan dilakukan dengan cara dicor di tempat dengan
menggunakan komponen beton dan batu belah sebagai pengisinya.
2. Penurunan dengan berat sendiri
Dalam proses pengerjaan ini terlebih dahulu dicetak cincin sumuran kemudian
dimasukan kedalam galian pondasi sumuran tersebut.

2.5 Alat dan Material


2.5.1 Alat
Pada pembangunan jembatan Lokowalu ini, digunakan peralatan mekanis dan
non mekanis. Alat-alat mekanis antara lain:
1. Concrete Mixer (Molen)
Concrete mixer/ molen merupakan alat yang berfungsi untuk pencampuran
beton (semen, pasir, batu pecah/ kerikil,dan air)

9
Gambar 2.1 Concrete Mixer
Sumber : Google

2. Concrete Vibrator
Concrete vibrator berfungsi untuk memadatkan adukan beton,
meningkatkan homogenitas adukan pada saat pengecoran, mengeluarkan
gelembung-gelembung udara sehingga tidak terjadi rongga udara setelah
pengerasan beton, dan berfungsi untuk meratakan beton ke segala arah, serta
dapat menjangkau celah-celah terjauh didalam bekisting.

Gambar 2.2 Concrete Vibrator


Sumber : Google
3. Excavator
Excavator merupakan alat penggali tanah dan batuan atau juga sebagai alat
pemindah material dari satu titik ke titik lainnya.

Gambar 2.3 Excavator CAT 320D L


Sumber : Google

4. Dump Truck
Dump truck merupakan alat pengangkut tanah dan batuan yang berfungsi
mengangkut atau memindahkan material dari satu titik ke titik lainnya.

10
Gambar 2.4 Dump Truck
Sumber : Google

5. Gerinda
Gerinda merupakan alat pemotong besi yang menggunakan aliran listrik.

Gambar 2.5 Gerinda NRT-PRO


Sumber : Google
6. Mesin Pompa Air
Mesin pompa air berfungsi untuk mengambil dan membuang air dengan
diesel sebagai penggeraknya yang dilengkapi dengan selang pengisap dan selang
pembuangan.

Gambar 2.6 Mesin Pompa Air


Sumber : Google
7. Generator Set
Alat ini berfungsi sebagai pembangkit listrik yang digunakan untuk
melayani penerangan pada malam hari di lokasi proyek maupun pada pekerjaan
lembur dan juga berungsi untuk pekerjaan yang berhubungan dengan aliran
listrik.

11
Gambar 2.7 Generator Set
Sumber : Google

8. Kereta Dorong
Alat ini dipakai untuk mengangkut campuran dari concrete mixer/ molen ke
lokasi pengecoran dan dipakai untuk mengangkut semen dan batu.

Gambar 2.8 Kereta Dorong


Sumber : Google
9. Sekop
Alat ini dipakai untuk mengangkut material seperti pasir, tanah, dan kerikil.

Gambar 2.9 Sekop


Sumber : Google

10. Meteran Baja


Meteran terbuat dari plat baja tipis sekali dan digulung dalam suatu kotak
pelindungnya yang tercantum ukuran dalam mm, cm, dan inchi. Gunanya
untuk mengukur pekerjaan untuk tebal, lebar, panjang, dan tinggi.

12
Gambar 2.10 Meter Baja
Sumber : Google

11. Unting-unting
Alat ini terbuat dari kuningan, besi atau timah dengan berat 100 gr s/d 500
gr dan ditengahnya dipasang benang gunanya untuk mengukur ketegakan.

Gambar 2.11 Unting-Unting


Sumber : Google

12. Selang Water Pass


Selang berwarna putih bening diisi air bersih yang digunakan untuk
mengukur beda tinggi.

Gambar 2.12 Selang Waterpass


Sumber : Google

13. Palu Cakar


Umumnya digunakan untuk memukul benda-benda dari besi/ baja seperti
paku dan juga digunakan untuk mencabut paku.

13
Gambar 2.13 Palu Cakar
Sumber : Google
14. Gergaji Tangan
Digunakan untuk memotong dan membelah kayu dengan cara manual.
Gergaji terbuat dari sebilah baja tipis, dan tipis yang satunya dibuat bergerigi
tajam dan diberi tangkai pegangan dari kayu.

Gambar 2.14 Gergaji Tangan


Sumber : Google
15. Kakatua/ Gegep
Digunakan sebagai pemotong kawat dan pengikat tulangan beton dengan
kawat.

Gambar 2.15 Gegep


Sumber : Google
16. Kapur/ Pensil
Kapur dan pensil digunakan sebagai penanda.

Gambar 2.16 Kapur / Pensil


Sumber : Google

14
17. Roll Meter
Fungsinya sama dengan meteran baja, namun meteran ini bisa digunakan
dengan jarak yang lebih panjang.

Gambar 2.17 Roll Meter


Sumber : Google

2.5.2 Material
Material yang digunakan pada pelaksanaan proyek pembangunan jembatan
Lokowalu ini telah melewati tahap pengujian di laboratorium.Material yang
digunakan dalam pelaksanaan proyek pembangunan jembatan Lokowaluadalah
sebagai berikut:
1. Semen
Portland Cement (PC) atau lebih dikenal dengan semen merupakan bahan
pengikat disebabkan semen merupakan bahan hidrolis yang apabila bertemu
dengan air akan bereaksi. Perekat hidraolik dihasilkan dengan cara
menghaluskan klinker yang terdiri daribahan utama silikat-silikat kalsium dan
bahan tambahan batu gypsum dimana senyawa-senyawa tersebut dapat bereaksi
dengan air dan membentuk zat baru bersifat perekat pada batuan. Semen
dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu:
a. Semen Non-hidrolik
Semen non-hidrolik adalah semen yang tidak dapat mengikat dan
mengeras didalam air, akan tetapi dapat mengeras diudara. Contoh darisemen
non-hidrolik adalah kapur. Kapur merupakan bahan utama perekatpada waktu
lampau.Jenis kapur yang baik adalah kapur putih, yaitu kapur yang
mengandung kalsium oksida yang tinggi ketika masih berbentuk kapur tohor
dan akan mengandung banyak kalsium hidroksida ketika telah berhubungan
dengan air.
Semen hidrolik mempunyai kemampuan untuk mengikat danmengeras di
dalam air dengan stabil.Semen hidrolik memiliki sifat dapatmengeras bila
dicampur air, tidak larut dalam air, dapat mengeras walaudi dalam air. Contoh

15
semen hidrolik antara lain adalah kapur hidrolik,semen pozzolan, semen
portland terak tanur tinggi, semen alumina, dan semen expansif.
Selain itu, berdasarkan jenisnya semen dibagi menjadi 2, yaitu :
a) Semen Portland
Menurut SNI 15-2049-2004, semen portland adalah semen hidrolis
yang dihasilkan dengan cara menggiling terak semen portland terutama
yang terdiri atas kalsium silikat yang bersifat hidrolis dan digiling
dengan bahan tambahan berupa satu atau lebih bentuk kristal senyawa
kalsium sulfat dan boleh ditambah dengan bahan tambah lain. Berikut
beberapa perbedaan jenis dan kegunaan semen portland :
 Jenis I, yaitu semen portland untuk penggunaan umum yang tidak
memerlukan persyaratan-persyaratan khusus seperti yang
disyaratkan pada jenis-jenis lain.
 Jenis II, yaitu semen portland yang dalam penggunaannya
memerlukan ketahanan terhadap sulfat atau kalor hidrasi sedang.
 Jenis III, yaitu semen portland yang dalam penggunaannya
memerlukan kekuatan tinggi pada tahap permulaaan setelah
pengikatan terjadi.
 Jenis IV, yaitu semen portland yang dalam penggunaannya
memerlukan kalor hidrasi rendah.
 Jenis V, yaitu semen portland yang dalam penggunaannya
memerlukan ketahanan tinggi terhadap sulfat.
b) Semen Portland Pozzolan
Menurut SNI 15-0302-2004, semen portland pozzolan adalah suatu
semen hidrolis yang terdiri dari campuran yang homogen antara semen
portland dengan pozolan halus, yang di produksi dengan menggiling
klinker semen portland dan pozzolan bersama-sama, atau mencampur
secara merata bubuk semen portland dengan bubuk pozzolan, atau
gabungan antara menggiling dan mencampur, dimana kadar pozzolan
6% sampai dengan 40% massa semen portland pozzolan. Pozzolan
adalah bahan yang mengandung silika atau senyawanya dan alumina,
yang tidak mempunyai sifat mengikat seperti semen. Unsur utama yang
terkandung dalam semen dapat digolongkan ke dalam empat bagian
yaitu trikalsium silikat (C3S), dikalsium silikat (C2S),trikalsium

16
aluminat (C3A), dan tetrakalsium aluminoferit (C4AF). Unsur C3Sdan
C2S merupakan bagian terbesar (70% - 80%) dan paling dominan dalam
memberikan sifat semen (Tjokrodimuljo, 1996) :
 Trikalsium silikat (C3S) atau 3CaO.SiO2 senyawa ini bila terkena
airakan langsung terhidrasi (proses reaksi semen dengan air), dan
menghasilkan panas. Panas akan berpengaruh pada kecepatan
pengerasan semen sebelum hari ke-14.
 Dikalsium silikat (C2S) atau 2CaO.SiO2 senyawa ini bila bereaksi
dengan air lebih lambat sehingga hanya berpengaruh terhadap
pengerasan semen setelah lebih berumur 7 hari dan memberikan
kekuatan akhir C2S juga membuat tahan terhadap serangan kimia
(chemical attack) dan juga mengurangi besar susutan pengeringan.
 Trikalsium aluminat (C3A) atau 3CaO.Al2O3 senyawa ini
memberikan kekuatan awal yang sangat cepat pada 24 jam pertama.
Dalam semen kandungan senyawa ini tidak boleh lebih dari 10%
karena dapat menyebabkan semen lemah terhadap serangan sulfat.
 Tetrakalsium aluminofert (C4AF) atau 4CaO.Al2O3.Fe2O3
senyawa ini kurang begitu besar pengaruhnya terhadap kekerasan
semen.Kandungan besi yang sedikit dalam semen putih akan
memberikan kandungan C4AF yang sedikit dalam semen, sehingga
kualitas semen akan bertambah dari segi kekuatannya.
2. Agregat
Agregat merupakan material berbutir seperti pasir, kerikil, batu pecah yang
dapat digunakan dengan media pengikat untuk membentuk mortar. Dalam
bidang teknologi beton nilai batas daerah agregat kasar dan agregat halus adalah
4,75 mm atau 4,80 mm. Adapun agregat halus disebut pasir, baik pasir halus,
sedangkan butiran yang lebih kecil dari 0,075 mm disebut lanau, dan yang lebih
kecil dari 0,002 mm disebut lempung. Agregat umumnya digolongkan menjadi 3
kelompok, yaitu :
a. Batu, umumnya besar butiran lebih dari 40 mm
b. Kerikil, untuk butiran antara 5 sampai 40 mm
c. Pasir, untuk butiran antara 0,15 sampai 5 mm.
Agregat harus memiliki bentuk yang baik (bulat dan mendekati kubus),
bersih, keras, kuat dan gradasinya baik. Bila butiran agregat mempunyai ukuran

17
yang sama (seragam) volume pori akan besar. Sebaliknya bila ukuran butirannya
bervariasi maka volume pori akan menjadi kecil. Hal ini karena butiran yang
kecil dapat mengisi pori diantara butiran yang lebih besar sehingga pori-pori
menjadi sedikit, dengan kata lain agregat tersebut mempunyai kemampatan
tinggi. Agregat harus pula mempunyai kestabilan kimiawi dan dalam hal-hal
tertentu harus tahan aus dan tahan cuaca.
Faktor lain yang perlu diperhatikan adalah gradasi atau distribusi ukuran
butir agregat, karena bila butir-butir agregat mempunyai ukuran yang seragam
berakibat volume pori lebih besar tetapi bila ukuran butirnya bervariasi maka
volume pori menjadi kecil. Hal ini disebabkan butir yang lebih kecil akan
mengisi pori di antara butiran yang lebih besar. Agregat sebagai bahan penyusun
beton diharapkan mempunyai kemampatan yang tinggi, sehingga volume pori
dan bahan pengikat yang dibutuhkan lebih sedikit. SNI 03-2834-1992
mengklasifikasikan distribusi ukuran butiran agregat halus menjadi empat
daerah atau zone yaitu: zona I (kasar), zona II(agak kasar), zona III (agak halus)
dan zona IV (halus) sebagai mana ditunjukkan pada Tabel 2.1 dan distribusi
agregat kasar yang ditunjukkan pada Tabel 2.2.
Tabel 2.1 Batas-batas gradasi agregat halus
Ukuran Presentase berat yang lolos saringan
Saringan Zoom I Zoom II Zoom III Zoom IV
9,60 mm 100 100 100 100
4,80 mm 90-100 90-100 90-100 95-100
2,40 mm 60-95 75-100 85-100 95-100
1,20 mm 30-70 55-90 75-100 90-100
0,60 mm 15-34 35-59 60-79 15-50
0,30 mm 5-20 8-30 12-40 15-50
0,15 mm 0-10 0-10 0-10 0-15
Sumber : SNI 03-2334-1992

Tabel 2.2 Batas-batas gradasi agregat kasar


Ukuran Saringan Presentase berat yang lolos saringan
5-38(mm) 5-18(mm)
38,0 mm 90-100 100
19,0 mm 35-70 90-100
9,6 mm 10-40 70-85

18
4,8 mm 0-50 0-10
Sumber : SNI 03-2334-1992

3. Baja Tulangan
Menurut SNI 07-2052-2017 besi beton yang difungsikan pada penulangan
kekuatan struktur konstruksi atau biasanya juga dikenal sebagai besi baja
tulangan beton. Baja berbentuk batang bulat yang digunakan untuk pembesian
beton yang dihasilkan dari canai panas (hot rolling) dengan bahan dasr billet.
Beton lemah dalam menahan gaya tarik tanpa retak-retak. Oleh karena itu, beton
perlu diberi bantuan kekuatan penulangan untuk meningkatan kekuatan gaya
tarik akibat beban yang timbul dalam suatu system. (Gatot Setya Budi, 2011).
Berdasarkan bentuknya, baja tulangan beton dibedakan menjadi 2 (dua) jenis
yaitu baja tulangan beton polos dan baja tulangan beton sirip.
Baja tulangan beton polos (BJTP) adalah baja tulangan beton berpenampang
lingkaran dengan permukaan rata tidak bersirip dan baja tulangan beton sirip
(BJTS) adalah baja tulangan beton dengan bentuk khusus yang permukaannya
memiliki sirip/ulir melintang dan rusuk memanjang yang dimaksudkan untuk
rneningkatkan daya lekat dan menahan gerakan membujur dari batang secara
relatif terhadap beton.
Tabel 2.3 Ukuran baja tulangan beton polos
No Penamaan Diameter Luas penampang Berat nominal
nominal nominal permeter*
(d) (A)
Mm mm² Kg/m
1 P6 6 28 0,222
2 P8 8 50 0,395
3 P10 10 79 0,617
4 P12 12 113 0,888
5 P14 14 154 1,208
6 P16 16 201 1,578
7 P19 19 284 2,226
8 P22 22 380 2,984
9 P25 25 491 3,853
10 P28 28 616 4,834

19
11 P32 32 804 6,313
12 P36 36 1018 7,990
13 P40 40 1257 9,865
14 P50 50 1964 15,413
Sumber : SNI 2052-2017

Tabel 2.4 Ukuran baja tulangan beton sirip/ulir


No Pena- Dia- Luas Tinggi sirip Jarak sirip Lebar Sirip Berat
maan Meter penampang (H) melintang membujur nominal
Nominal nominal (P) (T) permeter
(d) (A) Min maks Maks Maks
Mm mm² Mm mm Mm mm Kg/m
1 S6 6 28 0,3 0,6 4,2 4,7 0,222
2 S8 8 50 0,4 0,8 5,6 6,3 0,395
3 S10 10 79 0,5 1,0 7,0 7,9 0,617

4 S13 13 133 0,7 1,3 9,1 13,3 14,9

5 S16 16 201 0,8 1,6 11,2 12,6 1,578

6 S19 19 284 1,0 1,9 13,3 14,9 2,226

7 S22 22 380 1,1 2,2 15,4 17,3 2,984

8 S25 25 491 1,3 2,5 17,5 19,7 3,853

9 S29 29 661 1,5 2,9 20,3 22,8 5,185

10 S32 32 804 1,6 3,2 22,4 25,1 6,313

11 S36 36 1018 1,8 3,6 25,2 28,3 7,990

12 S40 40 1257 2,0 4,0 28,0 31,4 9,865

13 S50 50 1964 2,5 5,0 35,0 39,3 15,413

14 S54 54 2290 2,7 5,4 37,8 42,3 17,978

15 S57 57 2552 2,9 5,7 39,9 44,6 20,031

Sumber : SNI 2052-2017

4. Air

20
Fungsi air pada campuran beton adalah untuk membantu reaksi kimia yang
menyebabkan berlangsungnya proses pengikatan serta sebagai pelicin antara
campuran agregat dan semen agar mudah dikerjakan. Air diperlukan untuk
pembentukan semen yang berpengaruh terhadap sifat kemudahan pengerjaan
adukan beton (workability), kekuatan, susut dan keawetan beton. Air yang
diperlukan untuk bereaksi dengan semen hanya sekitar 25% dari berat semen
saja, namun dalam kenyataannya nilai faktor air semen yang dipaikai sulit jika
kurang dari 35%.Kelebihan air dari jumlah yang dibutuhkan dipakai sebagai
pelumas, tambahan air ini tidak boleh terlalu banyak karena kekuatan beton
menjadi rendah dan beton menjadi keropos. Kelebihan air ini dituang (bleeding)
yang kemudian menjadi buih dan terbentuk suatu selaput tipis (laitance). Selaput
tipis ini akan mengurangi letakan antara lapis-lapis beton dan merupakan bidang
sambung yang lemah (Tjokodimuljo,1996). Pemakaian air untuk beton
sebaiknya memenuhi persyaratan (PBI 1997) :
a. Tidak mengandung lumpur (benda melayang lainnya) lebih dari 2 gr/liter
b. Tidak mengandung garam-garam yang dapat merusak beton (asam, zat,
organic, dan sebagainya) lebih dari 15 gr/liter
c. Tidak mengandung klorida (CI) lebih dari gr/liter
d. Tidak mengandung senyawa-senyawa sulfat lebih dari 1 gr/liter.

2.6 Pengendalian Mutu


Pengendalian mutu adalah hal yang sangat penting untuk di lakukan.Tujuan
dari pengendalian mutu adalah untuk menjamin kekuatan struktur yang telah di
rencanakan oleh konsultan perencana. Dengan adanya pengendalian mutu yang baik,
maka akan di hasilkan struktur yang sesuai standar dan dapat di pertanggung
jawabkan.

2.6.1 Pengendalian Material


Pada tahapan pekerjaan pengendalian mutu, bahan yang dilakukan dengan
tujuan untuk mengetahui kualitas dari material yang di gunakan untuk campuran
beton, dimana material yang di maksud yaitu berupa pasir, kerikil/batu pecah,
semen dan air.

2.6.2 PekerjaanCampuran

21
Dalam pengerjaan campuran beton. Material beton di campur secara manual di
lokasi proyek yaitu dengan mengunakan tenagga manusia dan alat bantu berupa
molen. terpacu pada perbandingan :
1. Peraturan Beton Indonesia ( PBI 68)
2. Standar Nasional Indonesia ( SNI)
3. American Concrete Institute(ACI)
Sehingga ada beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain :
a. Takaran bahan-bahan yang digunakan untuk pembuatan beton,bila penakaran
yang dilakukan dalam perbandingan berat maka harus mengikuti
ketentuanberikut:
1) Takar air
2) Takar semen dengan ketelitian1%
3) Takar agregat halus dan kasar dengan ketelitian2%
4) Takar bahan tambahan bila diperlukan dengan ketelitian3%
b. Masukan bahan-bahan pada waktu mesin sedang dalam keadaan berputar atau
beroperasi dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1) Masukan agregat kasar dan air dalam mesin adukan laludiaduk/campur
2) Masukan agregat halus dan semen serta sisa air adukan sesuai ukuran yang
diinginkan dan tipe mesin pengaduk.
c. Bila digunakan bahan tambahan
1) Campurkan terlebih dahulu bahan tambahan dengan air adukan lalu
selanjutnya dilakukan sesuai butirb.
2) Alat
3) Campurkan semen dengan bahan tambahan lalu selanjutnya
dilakukan sesuai butir.
d. Lanjutkan pengadukan sekurang-kurangnya 1½ menit atau samapai diperoleh
adukan yang seragam
e. Lakukan pemeriksaan Slump paling lama 5 menit setelah pengadukan dan ambil
beton segar untuk sampel benda uji paling lama 15 setelah pengadukan.
Alat dan Bahan yang digunakan berupa :

a. Mesin molen (concrete mixer)


b. Vibrator
c. Mesin pompa air

22
d. Viber (tabung Air)
e. Skop
f. Kereta dorong
1) Bahan
a. Pasir
b. Agregat 2/3 dan3/4
c. Semen bosowa
d. Air yang digunakan air bersih dan terhindar dari bahan organik dan
bahankimia
e. Bahan tambahan(aditive)

2.6.3 Metode Pelaksanaan


Pekerjaan penakaran dilakukan secara manual mengunakan concrete mixer.
Dimana alat ini berfungsi untuk proses pengadukan material dilakukan di dalam
concrete mixer. Pencampuran bahan-bahan penyusun beton K-250 dilakukan
dengan langkah-langkah sebagai berikut :
a. Material pasir dan kerikil diangkut dengan menggunakan kereta dorong dan
kemudian dituangkan kedalam concrete mixer.
b. Material yang sudah masuk kedalam mixer kemudian dicampur, ditambahkan
dengan semen, air dan additive juga bisa ditambahkan dibagian akhir
campuran.
c. Setelah semua bahan ditimbang, air, kerikil dan bahan tambah kimia dimasukan
kedalam mixer untuk diaduk secara merata sampai benar-benar homogen.
d. Campuran adukan beton yang sudah menjadi homogen, langsung di tuangkan
kedalam bekisting pondasi yang sudah siap dicor.
Pekerjaan pencampuran beton dilakukan pada lokasi dan pelaksanaannya selalu
diawasi oleh konsultan pengawas, dan metode pelaksanaan menunjukan bahwa
kegiatan pelaksanaan pencampuran sudah sesuai dengan SNI-03-4433-1997.

2.6.4 Pengujian Slump Test


Tujuan dari pengujian slump adalah untuk mengetahui tingkat kemudahan
pengerjaan beton yang di nyatakan dalam nilai tertentu. Slump di definisikan
sebagai besarnya penurunan ketinggian pada pusat permukaan atau beton yang di
ukur segera setelah di cetakan uji slump di angkat. SNI 03-1972-2008.Slump test

23
yang di tetapkan dalam RKS yakni 60-180 mm. Pengukuran slump berdasarkan
peraturaan SNI 1972: 2008 dilakukan dengan alat sebagai berikut:
1. Kerucut Abrams
a. Kerucut terpancung, dengan bagian atas dan bawah terbuka
b. Diameter atas 102 mm.
c. Diameter bawah 203 mm.
d. Tinggi 305 mm.
e. Tebal plat min 1,5 mm.
2. Batang besi penusuk
a. Diameter 16 mm.
b. Panjang 60 cm.
c. Memiliki salah satu atau kedua ujung bebentuk bulat stengah bola dengan
diameter 16 mm.
3. Alas
Datar, dalam kondisi lembab, tidak menyerap air dan kaku.
Langkah pengujian:
a. Kerucut abrams (cetakan) dibasahi, ditempatkan di atas permukaan yang datar,
dalam kondisi lembab, tidak menyerap air dan kaku.
b. Pengisian cetakan dibagi 3 kali, masing-masing sekitar 1/3 volume cetakan.
Tiap lapis dipadatkan dengan 25 kali tusukan secara merata dan menembus ke
lapisan sebelumnya/di bawahnya namun tidak boleh menyentuh dasar cetakan.
c. Lapisan terakhir di lebihkan pengisiannya setelah di padatkan lalu diratakan
dengan mengelindingkan batang penusuk diatasnya.
d. Segera setelah permukaan atas di ratakan, cetakan di angkat dengan kecepatan
3-7 detik, di angkat lurus vertikal.
e. Seluruh proses dari awal sampai selesainya pengangkatan cetakan tidak boleh
lebih lama dari 2,5 menit.
f. Letakan cetakan di samping beton yang di uji slumpnya dan ukur nilai slump.
Penurunan permukaan atas beton pada posisi titik tengah permukaan atasnya.
g. Jika terjadi kegagalan slump maka pengujian di ulang maksimal 3 kali. Jika
masih gagal maka beton dinyatakan tidak memasuki syrat dan di tolak.Syarat
variasa pengukuran yang memenuhi syarat dari 3 pengukuran, minimum 2
memenuhi syarat dengan selisih pengukuran tidak lebih dari 21 mm.

24
Gambar 2. 18 Pengujian slump test
Sumber : dokumentasi pribadi
2.6.5 Pengambilan Sampel
Pengambilan benda uji ini bertujuan untuk mengecek apakah mutuh beton
sesuai dengan dengan mutuh beton yang direncanakan K-250. Pengambilan sampel
ini dilakukan apabila nilai uji slump sudah memenuhi syarat RKS.
Alat dan bahan:
1. Peralatan
a. Cetakan silinder 30 cm x 15 cm
b. Tongkat pemadat diameter 16 mm dan panjang 60 cm
c. Palu atau pemukul terbuat dari bahan karet
d. Sendok campuran
2. Bahan
a. Campuran beton K-250
b. Oli untuk pelicin cetakan
Metode pelaksanaan :
a. pengambilan sampel empat buah benda uji diambil langsung di tempat produksi
campuran.
b. Oleskan oil pada cetakan agar saat pembongkaran cetakan benda uji tidak
kropos.
c. Kemudian isi cetakan dengan adukan beton segar dalam 3 lapis, tiap-tiap lapis
dipadatkan dengan 25 kali tumbukan secara merata, pada saat melakukan
pemadatan lapisan pertama, tongkat pemadat tidak boleh mengenai dasar
cetakan, pada saat pemadatan kedua serta pemadatan ketiga tongkat pemadat
boleh masuk kira-kira 25 mm ke dalam lapisan dibawah atau lapisan
sebelumnya.

2.6.6 Pengujian Kuat Tekan Beton

25
Kuat Tekan merupakan salah satu kinerja utama beton. Kekuatan tekan adalah
kemampuan beton untuk menerima gaya tekan persatuan luas. Walaupun dalam
proses terdapat tegangan tarik yang kecil, diasumsikan bahwa semua tegangan
tekan didukung oleh beton tersebut. Penentuan kekuatan tekan dilakukan dengan
menggunakan alat uji tekan dan benda uji dapat berbentuk silinder ataupun selinder
pada umur 28 hari.
Alat dan bahan yang di gunakan dalam pengujian kuat tekan beton.
1. Alat
a. Timbangan dengan kapasitas 30 kg
b. Machine compress
2. Bahan
Benda uji (silinder beton 30 cm x 15 cm )yang sudah di rendam
Metode pelaksanaan :
1. Ambil sampel benda uji dari bak air yang sudah direndam selama 28 hari

Gambar 2.19 sampel silinder yang di rendam selama 28 hari


Sumber : dokumentasi pribadi

26
2. Menimbang benda uji. Bertujuan agar mengetahui berat benda uji yang akan di
uji

Gambar 2.20 Penimbangan sampel benda uji


Sumber : dokumentasi pribadi

3. Kemudian letakan benda uji panda mesin tekan secara sentris.


4. Jalankan mesin dengan pembebanan di lakukan dengan batas maksimum (benda
uji retak) dan catat hasilnya

Gambar 2.21 pengujian kuat tekan silinder


Sumber : dokumentasi pribadi

2.6.7 Pengendalian Mutu Pelaksanaan


Pekerjaaan ini mencakup penyediaan dan penurunan dinding sumuran yang
dicor ditempat atau pracetak yang terdiri dari unit-unit beton pracetak, sesuai
dengan spesifikasi :
1. Kesiapan lokasi
2. Kesiapan peralatan

27
Peralatan yang disediakan harus sudah diperhintungkan dengan kebutuhan akan
jenis tanah yang ada.
3. Penggalian
Penggalian dilakukan dengan pematokan pada titik rencana yang telah
diperhintungkan.
4. Pemasangan dinding sumuran
Pemasangan dinding sumuran dapat dilakukan dengan cara mengandalkan beban
sendiri, mendorong menggunakan alat beban tambahan (suprinposed load)
maupun dengan cara mengurangi ketahanan geser (friction resistance).
5. Pengisian sumuran dengan beton cyclops
Beton siklop yang diisikan kedalam sumuran harus sesuai dengan persyaratn
bahan yang disyaratakan.

28
BAB III
MANAJEMEN PROYEK

3.1 Definisi Manajemen Proyek


Manajemen proyek adalah Sebagai kegiatan-kegiatan yang mengarahkan atau
mengendalikan sekelompok orang yang tergabung dalam suatu kerja sama untuk
mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan terlebih dahulu. (Irika Widiasanti,
2013).Rangkaian manajemen sederhana yang mendukung terkoordinasinya
pelaksanaan proyek adalah sebagai berikut:

3.1.1 Perencanaan (Planning)


Perencanaan (Planning) merupakan suatu tindakan pengambilan keputusan
data, informasi, asumsi atau fakta kegiatan yang dipilih dan akan dilakukan pada
masa mendatang. Tindakan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Menetapkan tujuan dan sasaran usaha
2. Menyusun rencana induk jangka panjang dan pendek
3. Menyambung strategi dan prosedur operasi
4. Menyiapkan pendanaan serta standar kualitas yang diharapkan
Manfaat dari fungsi perencanaan adalah sebagai alat pengawas maupun
pengendalian kegiatan atau pedoman pelaksanaan kegiatan serta sarana untuk
memilih dan menetapkan kegiatan yang diperlukan.

3.1.2 Pengorganisasian (Organizing)


Organizing adalah sutau tindakan mempersatukan kumpulan kegiatan manusia
yang punya pekerjaan masing-masing saling berhubungan satu sama lain dengan
tata cara tertentu. Tindakan tersebut antara lain berupa:
1. Membagi pekerjaan ke dalam tugas operasional
2. Memilih dan menempatkan orang-orang pada pekerjaan yang sesuai
3. Menyesuaikan wewenang dan tanggung jawab masing-masing personil

29
3.1.3 Pelaksanaan (Actuating)
Actuating diartikan sebagai fungsi manajemen dalam menggerakan orang-
orang yang tergabung dalam organisasi agar melakukan kegiatan yang telah
ditetapkan didalam planning. Di dalam actuating diperlukan kemampuan pimpinan
kelompok untuk menggerakan dan mengarahkan serta memberikan motivasi kepada
anggota-anggota kelompoknya.).

3.1.4 Pengendalian (Controlling)


Pengendalian (Controling) merupakan usaha yang tersistematis dari
mperusahaan untuk mencapai tujuan dengan cara membandngkan prestasi kerja
dengan rencana dan membuat tindakan yang tepat untu mengoreksi perbedaan yang
penting.

3.2 Unsur-Unsur Manajemen Proyek


Unsur-unsur yang ada dalam manajemen proyek adalah sebagai berikut:
3.2.1 Pemilik Proyek
Pemilik Proyrek (owner) adalah sebuah instansi atau perseorangan yang
memiliki proyek atau pekerjaan dan memberikan wewenang kepada suatu pihak
yang mampu melaksanakan pekerjaan sesuai dengan kesepakatan yang telah di
setujui oleh kedua belah pihak. Sebagai owner ada hak dan kewajiban yang harus di
penuhi dan dijalankan demi menunjang keberhasilan pembangunan proyek
(Kurniawan, 2017). Owner memiliki tugas dan wewenang sebagai berikut :
1. Menyiapkan dana yang dibutuhkan untuk perencanaan dan pelaksanaan proyek
sesuai perjanjian yang telah disepakati
2. Memberikan tugas kepada penyedia jasa untuk menjalankan pembangunan
proyek
3. Memberikan denda kepada penyedia jasa apabila terjadi keterlambatan atau
kesalahan dalam proses pembangunan
4. Meminta pertanggung jawaban kepada konsultan pengawas untuk pengendalian
pembangunan proyek
5. Meminta hasil pembanguan dari pelaksana atas terselesaikannya proyek tersebut.

30
3.2.2 Konsultan Pengawas
Konsultan Pengawas merupakan instasi atau perusahaan yang ditunjuk oleh
pemilik proyek untuk melaksanakan pengawasan terhadap pekerjaan yang
dilaksanakan oleh kontraktor, sehingga dapat mencapai hasil yang sesuai dengan
kontrak. Berikut iniadalah Struktur Organisasi Konsultan Pengawas PT. SIAR
PLAN UTAMA CONSULTAN serta gambaran umum tugas dari masing-masing
seksi :

PT. SIAR PLAN UTAMA KONSULTAN


DIREKTUR
Ruben Y. Tahik

SITE ENGINEERING MANEGER


Mauritius Ildo Rivendi Naikofi, ST.MT

INSPECTOR LABORATORIUM TEKNIK


Silvester Primus, A.Mdt Dionisius Nahak, A.Mdt

Bagan 3.1 Struktur Organisasi Konsultan Pengawas


Sumber: PT. SIAR PLAN UTAMA KONSULTAN

Tugas dari masing-masing seksi adalah sebagai berikut:


1. Direktur Umum
Tugas dari Direktur Utama adalah sebagai berikut:
a. Penanggung jawab utama terhadap kegiatan.
b. Pengesahan segala dokumen administrasi pekerjaan.
c. Pengambil keputusan tertinggi dalam progress pekerjaan. Dalam kapasitas dan
fungsi tertentu, segala bentuk pelaksanaan pekerjaan harus diketahui dan
mendapatkan persetujuan dari direktur.
d. Melaporkan progress pekerjaan, mulai tahap dimulainya pekerjaan kepada
Pemilik Proyek/pekerjaan.
2. Site Engineering Manager (SEM)

31
a. Menyiapkan dokumen metode pelaksanaan dengan melakukan koordinasi
dengan para staf ahli secara langsung.
b. Berkoodinasi dengan staff metode untuk membuat JSA sebagai dokumen
acuan tentang pelaksanaan safety di area pekerjaan
c. Menjadwalkan dan menjalankan sosialisasi terkait metode pelaksanaan kepada
semua lini dan personel yang bersangkutan pada pelaksanaan pekerjaan terkait
d. Memeriksa kondisi real lapangan untuk menentukan tahapan pelaksanaan
secara tepat bersama dengan QS dan Supervisor lapangan
e. Mengkoordinasi drafter untuk mempersiapkan gambar kerja atau shop drawing
sebelum memulai pekerjaan
f. Mengkoordinasi Logistik terkait pendatangan material yang dibutuhkan dalam
pekerjaan
3. Inspector
Tugas dari Inspector adalah sebagai berikut:
a. Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan konstruksi oleh kontraktor di
lapangan.
b. Mengawasi semua pekerjaan konstruksi dan pekerjaan lainnya.
c. Memeriksa serta membukukan pekerjaan serta volume yang sudah
dilaksanakan oleh kontraktor.
d. Memeriksa dan menyetujui laporan harian, mingguan dan bulanan (tenaga,
peralatan, bahan, produk, cuaca dan sebagiannya) yang dibuat oleh kontraktor.
e. Ikut serta dalam penyerahan pertama hasil pekerjaan maupun penyerahan akhir
pekerjaan yang diajukan oleh kontraktor.
4. Teknik Laboratorium
Tugas dari Laboratoriu Teknik adalah sebagai berikut :
a. Melakukan pengujian di laboratorium terhadap suatu kelayakan suatu
konstruksi.
b. Melakukan pengujian terhadap bahan yang akan dipergunakan dalam proyek.
c. Bertanggung jawab keberadaan alat-alat labolatorium.

3.2.3 Kontraktor Pelaksana


Kontraktor Pelaksana adalah peserta lelang yang telah diterima oleh pemilik
proyek dan diberi wewenang untuk melaksanakan proyek tersebut sesuai rencana
kerja yang telah ada. Berikut ini adalah Struktur Organisasi kontraktor CV.

32
GRACIA SUKSES MANDIRI serta gambaran umum tugas dan tanggung jawab
dari masing-masing seksi :

KUASA DIREKTUR
Arif Agung Purnomo

BENDAHARA
B. Welfiana Foat

PELAKSANA LAPANGAN
I Gusti Ngurah Eka Pratama

LOGISTIK
Efradus Loppies

Bagan 3.2 Struktur Organisasi Kontraktor


Sumber : CV. GRACIA SUKSES MANDIRI

1. Kuasa Direktur
Tugas dari Kuasa Direktur adalah sebagai berikut:
a. Penanggung jawab utama terhadap kegiatan.
b. Pengesahan segala dokumen administrasi pekerjaan.
c. Pengambil keputusan tertinggi dalam progress pekerjaan. Dalam kapasitas dan
fungsi tertentu, segala bentuk pelaksanaan pekerjaan harus diketahui dan
mendapatkan persetujuan dari direktur.
d. Melaporkan progress pekerjaan, mulai tahap dimulainya pekerjaan kepada
Pemilik Proyek/pekerjaan.
2. Bendahara
Tugas dari Bendahara adalah sebagai berikut :
a. Menerima surat tugas dari Direktur Utama.
b. Membuat laporan kemajuan pekerjaan.
c. Membuat progress dan pendukungnya untuk tagihan.
d. Rekap laporan harian, mingguan, bulanan.
e. Melakukan administrasi keuangan (mencatat keluar/masuk keuangan proyek).

33
f. Data kewajiban yang harus di bayar sesuai schedule.
g. Membuat buku besar dan laporan keuangan proyek.
3. Surveyor
a. Membantu kegiatan survey dan pengukuran diantaranya pengukuran topografi
lapangan dan melakukan penyusunan dan penggambaran data-data lapangan.
b. Mencatat dan mengevaluasi hasil pengukuran yang telah dilakukan sehingga
dapat meminimalisir kesalahan dan melakukan tindak koreksi dan
pencegahannya.
c. Memastikan pengukuran dilaksanakan dengan prosedur yang benar dan
menjamin data yang diperoleh akurat sesuai dengan kondisi lapangan untuk
keperluan peninjauan desain atau detail desain.
d. Mengawasi pelaksanaan staking out, penetapan elevasi sesuai dengan gambar
rencana
4. Logistik
a. Melakukan inspeksi alat kerja sebelum dilakukan mobilisasi dan memastikan
semua alat yang didatangkan memiliki kelengkapan berkas yang sesuai
b. Berkoordinasi dengan logistic dan HSE terkait rencana pendatangan alat kerja
c. Melakukan maintence dan perawatan secara berkala.
d. Memantau penggunaan bahan bakar untuk setiap alat yang beroperasi
e. Memantau setiap pergerakan atau penggunaan alat berat dan equipment yang
dilakukan secara harian
f. Mencatat dan melaporkan apabila terdapat kerusakan pada alat yang tidak
dapat ditangani dan memungkinkan alat harus demobilisasi.

3.3 Hubungan Kerja Antara Pemilik Proyek, Konsultan Pengawas dan Kontraktor
Hubungan kerja antara pemilik proyek, kontraktor pelaksana, dan konsultan
pengawas dapat dilihat pada bagan dibawah ini:

Pemilik Proyek

Konsultan Pengawas Kontraktor Pelaksana

PPelaksana

34
Bagan 3.3 Hubungan Kerja Antara Unsur-Unsur Pengelola Proyek
Sumber: Google
Keterangan:
Garis komando
Garis konsultasi / koordinasi

Hubungan kerja antara ketiga unsur yang berperan dalam pelaksanaan proyek ini
sebagai berikut:

3.3.1 Hubungan Kerja Antara Pemilik Proyek Dan Konsultan


Hubungan kerja antara pemilik proyek dan konsultan adalah sebagai berikut:
1. Pemilik proyek terhadap konsultan pengawas
Hubungan kerja antara pemilik proyek terhadap konsultan adalah sebagai
berikut:
a. Memberikan tugas dan tanggung jawab untuk melakukan pengawasan
terhadap proyek sesuai Surat Perjanjian Kerja (SPK).
b. Menyediakan biaya jasa terhadap pengawasan tersebut.
c. Berhak memutuskan hubungan kerja jika lalai dalam melaksanakan tugas
sebagai konsultan.
2. Konsultan pengawas terhadap pemilik proyek
Hubungan kerja antara konsultan terhadap pemilik proyek adalah sebagai
berikut:
a. Melaksanakan tugas sesuai Surat Perjanjian Kerja (SPK) yang diterima dari
pemilik proyek.
b. Mempertanggung jawabkan hasil pengawasan kepada pemilik proyek.
c. Berkonsultasi dengan pemilik proyek, jika ada kendala/masalah teknis di
lapangan yang dapat menghambat pelaksanaan proyek.

3.3.2 Hubungan Kerja Antara Pemilik Proyek Dan Kontraktor


Hubungan kerja antara pemilik proyek dan kontraktor adalah sebagai berikut:
1. Pemilik proyek terhadap kontraktor
Hubungan kerja antara pemilik proyek terhadap kontraktor adalah sebagai
berikut:
a. Memberikan Surat Perjanjian Kerja (SPK) kepada kontraktor untuk
melaksanakan pekerjaan sesuai rencana kerja.

35
b. Membayar jasa kontraktor sesuai kontrak kerja.
c. Dapat memutuskan hubungan kerja dengan kontraktor, bila kontraktor
melakukan pekerjaan tidak sesuai Surat Perjanjian Kerja (SPK).
d. Menerima pekerjaan selesai (100%).
2. Kontraktor terhadap pemilik proyek.
Hubungan kerja antara kontraktor terhadap pemilik adalah sebagai berikut:
a. Melaksanakan pekerjaan fisik sesuai ketentuan atau rencana kerja yang
diberikan.
b. Menyerahkan hasil perkerjaan kepada pemilik proyek setelah pekerjaan
tersebut dilaksanakan.

3.3.3 Hubungan Kerja Antara Konsultan Dan Kontraktor


Hubungan kerja antara konsultan dan kontarktor adalah sebagai berikut:
1. Konsultan terhadap Kontraktor.
Hubungan kerja antara konsultan terhadap kontraktor adalah sebagai berikut:
a. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kontraktor agar pekerjaan
sesuai dengan perencanaan.
b. Mengingatkan kontraktor jika pekerjaannya sudah terhambat/tidak sesuai
schedule rencana.
c. Memberikan solusi/saran kepada kontraktor jika ada hambatan/kendala teknis
di lapangan.
2. Kontraktor terhadap Konsultan.
Hubungan kerja antara kontraktor terhadap konsultan adalah sebagai berikut:
a. Kontraktor melaksanakan pekerjaan sesuain rencana dan syarat kerja.
b. Kontraktor menerima dan melaksanakan saran dari konsultan pengawas agar
pekerjaan sesuai dengan gambar rencana dan schedule rencana.
c. Kontraktor mengkonsultasikan kendala/masalah teknis dilapangan yang
menghambat berlangsungnya pekerjaan.

3.3.4 Implementasi Wewenang Dan Tanggug Jawab Unsur Proyek


Perwujudan tugas dan tanggung jawab dari unsur manajemen proyek pada
pekerjaan pembangunan jembatan Lokowalu di Pulau Raijua,sesuai pengamatan
penulis saat melaksanakan kerja praktek sebagai berikut:

36
1. Sebelum di lakukan proses kegiatan pengerjaan di lapangan dilakukan
pertemuan antara PPK, Konsultan Pengawas, Kuasa Direktur, Pelaksana,
logistik, Mandor dan Tukang. Rapat tersebut membahas mengenai rencana
pengecoran dan kesepakatan metode kerja serta konsistensi dimensi Pondasi
sumuran sesuai gambar kerja (shop drawing).
2. Pengecekan Alat, Bahan dan Tenaga kerja sebelum proses pengerjaan
pengecoran.
3. Selama pekerjaan pengecoran pondasi sumuran, Mandor selalu mengarahkan
tukang dan buruh untuk melakukan perakitan tulangan dan pemasangan
bakesting podasi sumuran sesuai jadwal dan pembagian tenaga kerja.
4. Pada saat proses pengecoran dilakukan pengambilan sampel, untuk pengujian
slamp test, dan di saksikan oleh PPK, Konsultan pengawas, Sampel yang di
ambil dilakukan perawatan selama 28 hari, kemudian di kirim untuk dilakukan
pengujian mutu beton.
5. Setelah pengecoran pondasi sumuran selesai diadakan rapat evaluasi dan
pembahasan rencan kerja selanjutnya.
6. Konsultan pengawas secara periodik (harian,mingguan dan bulanan) membuat
laporan pengawasan dan dikirim kepada dikreksi/PPK.

37
BAB IV
TINJAUAN PELAKSANAAN PEKERJAAN PONDASI
SUMURAN PADA JEMBATAN

4.1 Uraian Umum


Dalam pelaksanaan suatu konstruksi jembatan, sangat menentukan mutu
pelayanan jembatan terhadap kondisi lalu lintas (beban kendaraan) yang
melewatinya. Bila pelaksanaaan konstruksinya kurang baik atau tidak sesuai dengan
spesifikasi maka kualitas jembatan tidak akan bertahan lama. Sebaiknya bila
konstruksinya baik, maka kualitas pelayanan jembatan tersebut akan sesuai dengan
apa yang telah direncanakan. Oleh karena itu perlu diatur tata cara dalam
pelaksanaan kerja sehingga menghasilkan suatu konstruksi yang baik dengan tepat
waktu, tepat biaya dan tepat mutu atau kualitas.

4.1.1 Sumber Material


Sumber material yang digunakan pada proyek pembangunan jembatan
Lokowalu Desa Kolorae Kecamatan Raijua Kabupaten Sabu Raijua ini berasal dari:
1. Semen yang digunakan adalah semen bosowa, semen ini di beli dari distributor
semen Kota Kupang.
2. Agregat halus atau pasir untuk pengecoran di ambil pasir dari Desa Kolorae.
3. Agregat Kasar atau kerikil/batu pecah untuk pengecoran di ambil dari Desa
Kolorae.
4. Baja Tulangan yang dipakai, di beli dari distributor besi baja Kota Kupang.
5. Air diambil dari sungai Lokowalu yang ada di lokasi proyek.

4.2 Pekerjaan Persiapan

38
Dalam pelaksanaan konstruksi jembatan Lokowalu di Kabupaten Sabu Raijua,
selama penulis melaksanakan Kerja Praktek pelaksanaan konstruksi jembatan
meliputi beberapa metode atau langkah-langkah kerja sebagai berikut:
a. Perencanaan lapangan
b. Pekerjaan pembersihan lapangan
c. Mobilisasi
d. Pekerjaan pembuatan papan nama proyek
e. Pekerjaan pembuatan direksi keet
f. Penyediaan air kerja dan listrik
g. Pekerjaan galian.

4.2.1 Perencanaan Lapangan (site plan)


Perencanaan lapangan yang dimaksud adalah peninjauan lapangan untuk
mendapatkan gambaran secara menyeluruh mengenai keadaan sesungguhnya yang
ada dilapangan untuk menyusun kegiatan persiapan pelaksanaan pekerjaan. Hal ini
bertujuan untuk mempermudah dalam mengatur letak bangunan sarana pendukung
sehingga tidak mengganggu jalannya pekerjaan.

Gambar 4.1 : Potongan Memanjang


Sumber : CV. GRACIA SUKSES MANDIRI

39
Berdasarkan hasil survei lapangan, direksi pekerjaan akan melakukan suatu
peninjauan kembali seluruh rancangan desain dari cakupan pekerjan yang dilelang.
Peninjauan kembali seluruh rancangan atau revisi desain ini, telah menyertakan
data terbaru tentang kondisi fisik dilapangan sebelum dimulainya pelaksanaan
pekerjaan.

4.2.2 Pekerjaan Pembersihan Lapangan


Pekerjaan pembersihan lapangan yang dilakukan yaitu membersihkan daerah
penempatan jembatan, daerah penempatan direksi keet dan daerah pekerjaan
lainnya sehinggah dapat dilanjutkan dengan tahap pengukuran.

4.2.3 Mobilisasi
Mobilisasi merupakan pekerjaan untuk menyiapkan sumber daya yangakan
digunakan dilapangan untuk mendukung pelaksanaan. Sumber daya yang
digunakan berupa tenaga kerja, peralatan dan bahan :
a. Mobilisasi Tenaga Kerja
Tenaga kerja harus di persiapkan lebih awal sebelum pekerjaan di mulai. Dalam
pelaksanaan dilapangan, kontraktor mempersiapkan tenaga kerja menurut
tingkat kebutuhan akan akan tenaga kerja dari pekerjaan yang akan
dilaksanakan. Sebagian tenaga kerja proyek ini merupakan penduduk desa
sekitar proyek sehinggah tidak memerlukan biaya untuk mendatangkan tenaga
kerja tersebut.
b. Mobilisasi Peralatan
Peralatan berat dan ringan yang digunakan dipersiapkan dilapangansebelum
pelaksanaan pekerjaan dimulai, dengan memperhatikan daftar kebutuhan alat
serta jadwal pelaksanaannya.
c. Mobilisasi Bahan
Bahan dipersiapkan menurut jadwal kebutuhannya. Bahan-bahan yang
digunakan ditempatkan sedemikian rupa sesuai dengan tingkat kebutuhannya
terhadap cuaca. Bahan yang tidak tahan terhadap cuaca ditempatkan di gudang
bahan sedangkan bahan yang tahan cuaca dapat diletakkan di lokasi dekat
proyek.

4.2.4 Pembuatan Papan Nama Proyek

40
Papan nama proyek merupakan bagian dari informasi proyek dimana
menerangkan pihak-pihak yang terlibat, nama pekerjaan, nama program, sumber
dana, nilai kontrak, tanggal kontrak, jangka waktu pelaksanaan dan jangka waktu
pemeliharaan.
Pelaksanaan pekerjaan papan nama proyek dikerjakan oleh tukang dengan
dimensi 80cmx 110cm menggunakan kayu usuk kaso 3/7 dengan alas tripleks
0,3mm.

Gambar 4.2 Papan Proyek


Sumber : Dokumentasi Pribadi

4.2.5 Pekerjaan Pembuatan Direksi Keet


Direksi keet sebagai pusat operasional semua pekerjaan dilapangan, disini
merupakan tempat teknis pelaksanaan maupun direksi melakukan koordinasi. Pada
proyek pembangunan jembatan Lokowalu, gedung yang tersedia dilapangan terdiri
dari ruang direksi teknis, gudang, kamar tidur, dan kamar mandi/ wc. Didalam
direksi keet dilengkapi dengan :
 Buku tamu untuk menampung pesan dan saran
 Meja tulis, kursi, dan papan tulis
 Gambar-gambar pelaksanaan.

4.2.6 Penyediaan Air Kerja dan Listrik


Pada pelaksanaan proyek pembangunan jembatan Lokowalu ini air kerja di
ambil dari sungai dengan menggunakan pompa diesel dan selang plastik untuk
pengaliran ke penampungan. Sedangkan untuk keperluan konsumsi di ambil dari
sumur di sekitar lokasi proyek. Sedangkan listrik untuk pelaksanaan proyek

41
menggunakan 1 unit mesin diesel dan 1 unit generator set (genset) yang telah
disediakan.

4.2.7 Pekerjaan Galian


Dalam pekerjaan galian tanah ini dibantu dengan menggunakan excavator.
Pekerjaan galian meliputi :
1. Pekerjaan galian pembukaan jalan darurat/ jalan alternatif bagi lalu lintas
dengan lebar 6 meter
2. Pekerjaan galian untuk mengalihkan jalur air sungai sehingga tidak menggangu
pekerjaan
3. Pekerjaan galian untuk struktur bawah jembatan sedalam 7,80 meter yang
bertujuan untuk menurunkan elevasi tanah sehingga didapat elevasi yang sesuai
dengan gambar kerja.

Gambar 4.3 Pekerjaan Galian


Sumber : Dokumntasi Pribadi

4.2.8 Pelaksanaan Pondasi Sumuran Sistem Open Area


Dalam pelaksanaan menggunakan sistem ini tahap pengerjaannya dari awal
pekerjaan penulangan hingga pengecoran dilakukan didalam galian sumuran
tersebut.

4.3 Pekerjaan Pondasi Sumuran

42
Pelaksanaan pekerjaan pondasi sumuran dilakukan dalam beberapa tahap,
yaitu sebagai berikut :

4.3.1 Bagan Alir Pelaksanaan Pekerjaan Pondasi Sumuran


Bagan alir pelaksanaan pekerjaan pondasi sumuran dapat dilihat pada Bagan
4.1 dibawah ini:

Mulai
Pekerjaan Persiapan

Pekerjaan Pengukuran dan Pematokan

Pekerjaan Galiandan Pabrikasi BesiSumuran

Pekerjaan Pemasangan Begisting Pondasi sumuran

Pengecoran Cincin Pondasi Sumuran

Pengecoran
Perawatan Beton
Beton Isi Pondasi
Cincin PondasiSumuran
Sumuran

Pembongkaran Begisting dan Perancah

Perawatan Beton Isi Pondasi Sumuran

Selesai

Bagan 4.1: Bagan Alir Pelaksanaan Pekerjaan Pondasi Sumuran

4.3.2 Pengukuran dan Pematokan


Pengukuran untuk menentukan AS pondasi sumuran dilakukan setelah
pemasangan bowplank sehinggah letak dari masing-masing pondasi sumuran sesuai

43
dengan gambar rencana. Setelah menentukan AS pondasi sumuran, kemudian
dilanjutkan dengan pekerjaan pematokan.
Pekerjaan pematokan dilakukan dengan menggunakan kayu dolken (bulat)
yang ditanam secara keliling sehinggah membentuk suatu lingkaran sesuai dengan
diameter cincin pondasi sumuran pada gambar rencana. Pemasangan patok dengan
diameter 3,30 meter ini bertujuan untuk mempermudah pekerja saat pemasangan
bekisting cincin sumuran bagian dalam agar sesuai dengan gambar rencana.
Diameter cincin pondasi sumuran adalah 4 meter dengan tebal cincin pondasi
sumuran 35 cm dan jarak antara pondasi sumuran bagian kiri dan kanan adalah 1,10
meter.

4.3.3 Pekerjaan Penulangan Cincin Pondasi Sumuran


Tahapan pelaksanaan pekerjaan penulangan pondasi sumuran meliputi:
1. Pekerjaan Pabrikasi Tulangan
Pelaksanaan pekerjaan ini harus tepat ukurannya sesuai dengan gambar
rencana karena akan mempengaruhi bentuk dan ukuran dari pondasi sumuran
tersebut.
Tahapan Pabrikasi tulangan sumuran adalah sebagai berikut:
a. Pekerjaan pengukuran dan pemotongan tulangan
b. Pekerjaan pembengkokan tulangan
c. Pengelompokan tualangan sesuai ukuran.
2. Pekerjaan Pemasangan Tulangan
Pekerjaan pemasangan tulangan dilakukan setelah selesai pabrikasi
tulangan. Langkah-langkah pemasangan tulangan adalah sebagai berikut:
a. Menyiapkan alat dan bahan, diantaranya kawat bendrat, tang (gegep), beton
decking atau beton tahu,
b. Setelah pemasangan bekisting bagian dalam, dilanjutkan dengan pemberian
tanda pada bekisting bagian dalam dengan ukuran yang ditentukan, agar
pemasangan tulangan arah horizontal dan arah vertikal dapat sesuai dengan
gambar rencana,
c. Memasang tulangan arah horizontal Ø 12 mm (baja polos) sebelah dalam,
pemasangan tersebut disesuaikan dengan tanda yang sudah ada dan di
sesuaikan dengan ketinggian bekisting. untuk mempermudah pemasangan

44
tulangan tersebut, diberi paku sebagai penahan atau dudukan dari masing-
masing tulangan pada tanda yang ada,
d. Memasang tulangan arah vertikal Ø 16 mm (baja ulir) sebelah dalam sesuai
dengan tanda yang sudah ada, tulangan vertikal ini dipasang di sebelah luar
dari tulangan arah horizontal, dan diikat dengan kawat bendrat,
e. Memasang tulangan utama arah vertikal Ø 16 mm (baja ulir) sebelah luar,
f. Memasang tulangan bagi arah horizontal Ø 12 mm (baja polos) sebelah luar
dari tulangan arah vertikal dan dipasang dari bawah sampai ketinggian
sesuai dengan tahapan pengecoran,
g. Memasang dan merapikan beton decking pada sisi luar dan dalam dari
tulangan dinding sumuran,
h. Pengecekan kembali jumlah tulangan yang telah dipasang agar sesuai
dengan gambar yang direncanakan. Gambar penulangan pondasi sumuran
dapat dilihat pada gambar dibawah ini :

Gambar 4.4 Pekerjaan penulangan cincin pondasi sumuran


Sumber: Dokumentasi Pribadi

45
4.3.4 Pekerjaan Pemasangan Bekisting Pondasi Sumuran
Langkah-langkah pekerjaan pemasangan bekisting pondasi sumuran adalah
sebagai berikut:
1. Sebelum pekerjaan pemasangan bekisting pondasi sumuran tukang/ pekerja
terlebih dahulu mengoleskan oli pada bagian bekisting yang nantinya akan akan
bersentuhan langsung dengan campuran beton, agar tidak terjadi perekatan
antara bekisting dan campuran beton sehinggah mempermudah saat
pembongkaran.
2. Pemasangan bekisting untuk cincin pondasi sumuran bagian dalam sebelum
pemasangan besi tulangan.
3. Penyetelan bekisting untuk cincin pondasi sumuran bagian dalam menggunakan
kayu (usuk) berukuran 4/6 sesuai ukuran diameter cincin pondasi sumuran
seperti pada gambar rencana.
4. Pemasangan perancah pada bagian dalam bekisting menggunakan kayu (usuk)
agar dapat menahan pergeseran akibat masuknya campuran beton pada
bekisting.
5. Pemasangan bekisting bagian luar dilakukan setelah pemasangan tulangan pada
cincin pondasi sumuran.
6. Penyetelan bekisting untuk cincin pondasi sumuran bagian luar menggunakan
baja tulangan (baja polos) Ø 12 mm. Pada kedua ujung baja tulangan tersebut
diberi besi stut atau pengait untuk mengaitkan kedua ujung besi yang berfungsi
sebagai pengikat bekisting agar tidak terjadi pergeseran akibat masuknya
campuran beton pada bekisting.

46
Gambar 4.5 Pemasangan bekisting pondasi sumuran
Sumber: Dokumentasi Pribadi

4.3.5 Pengecoran Cincin Pondasi Sumuran


Sebelum dilakukan pengecoran cincin pondasi sumuran tukang/ pekerja
terlebih dahulu membuat talang sebagai perantara. Pengecoran cincin pondasi
sumuran dilakukan secara bertahap yaitu, tahap I setinggi 2,5 m,tahap II setinggi
2,5 m, dantahap III setinggi 2,20 m menggunakan concrete mixer/molen dan
untuk pemadatan aduakan beton menggunakan concrete vibrator.
Pelaksanaan pengecoran cincin pondasi sumuran menggunakan mutu beton K
250, dengan ketebalan cincin pondasi adalah 0,35 m. Dalam pekerjaan pengecoran
juga dilakukan pengambilan Sampelbeton untuk mengetahui kuat tekan beton
seperti yang diinginkan, yang dilakukan dengan cara pembuatan beton kubus
menggunakan mal cetakan berukuran 15×15 cm yang diisi dengan campuran beton
sebanyak 15 kali tumpukan senduk semen.

47
Gambar 4.6 Pengecoran cincin pondasi sumuran
Sumber: Dokumentasi Pribadi

4.3.6 Perawatan Beton Cincin Pondasi Sumuran


Perawatan beton dilakukan setelah tahap pengecoran selesai. Tahap
perawatan beton, antara lain :
 Perawatan beton dilakukan paling tinggi selama 2 (dua) hari
 Selama 2 hari masa perawatan beton, maka beton harus dibasahi dengan air
terus-menerus, sehingga beton mencapai kekuatan yang diingkankan.

48
Gambar 4.7 Perawatan beton cincin pondasi sumuran
Sumber: Dokumentasi Pribadi

4.3.7 Pembongkaran Bekesting dan Perancah


Pembongkaran bekisting dan perancah dilakukan setelah beton mencapai
kekuatan yang diinginkan. Pembongkaran bekisting dan perancah dilakukan
dengan bantuan alat-alat seperti linggis, hamar/palu, gegep serta gergaji.
Pembongkaran bekisting juga dilakukan dengan perlahan-lahan agar beton tersebut
tidak mengalami retak atau rusak. Dalam pembongkaran bekisting terdapat
beberapa bagian yang mengalami keropos dan berongga akibat kurangnya
pemadatan maka diperbaiki dengan cara plesteran.

Gambar 4.8 Pembongkaran bekesting dan Perancah


Sumber: Dokumentasi Pribadi

4.3.8 Pengecoran Beton Isi Pondasi Sumuran


Sebelum dilakukan pengecoran isi pondasi sumuran tukang/ pekerja terlebih
dahulu membuat talang sebagai perantara. Pengecoran isi pondasi sumuran
menggunakan mutu beton K-175 yang dilakukan dengan menggunakan concrete
mixer/molen dan untuk pemadatan adukan beton menggunakan concrete vibrator.
Saat pengecoran isi pondasi sumuran, dilakukan pengisian batu mangga pada isi
pondasi sumuran dengan bantuan excavator dan tenaga manusia. Dalam
pengecoran yang terakhir ini dilakukan juga pemasangan angkur dengan
menggunakan besi baja ulir Ø 25 mm dimana berfungsi sebagai pengikat antara
pondasi sumuran dan footing. Dalam setiap pelaksanaan pengecoran dibuat benda

49
uji untuk mengetahui kuat tekan beton seperti yang diinginkan dengan cara
pembuatan beton kubus menggunakan mal cetakan berukuran 15×15×15 cm yang
diisi dengan campuran beton sebanyak 15 kali tumpukan senduk semen.

Gambar 4.9 Pengecoran beton isi pondasi sumuran


Sumber: Dokumentasi Pribadi

4.3.9 Perawatan Beton Isi Pondasi Sumuran


Perawatan beton dilakukan dengan penyiraman air sehingga permukaan beton
tetap lembab, tujuannya agar beton dapat mencapai kuat tekan yang diharapkan.

4.4 PengendalianMutu
4.4.1 Pengendalian Mutu Material
1. Semen portland tipe 1 merek semen tonasa (ASTM C 150 “Standart
Specification For Portland Cement Concrete”).

50
2. (ASTM C 33, ASTM C 136 “Tentang Agregat Halus dan Kasar, Gradasi).
3. Air yang digunakan diambil dari kali tempat proyek diangkut menggunakan
tangki (ASTM C 70 “Tentang Kadar Air Agregat dalam Pencampuran Air”).
4. (ASTM A 615/A 615 M-14, IDT “Spesifikasi Batang Baja Karbon Deform dan
Polos untuk Penulangan Beton”).

4.4.2 Pengendalian Mutu Campuran


1. SNI 03-1974-1990 “Tentang Mutu Beton Fc dengan Satuan Mpa.
Komposisi Campuran per Meter³ :
 Kadar air bebas : 185.000 kg
 Faktor air semen ( FAS ) : 0.60
 Semen : 420.455 kg
 Pasir : 666.884 kg
 Batu pecah : 1104.824 kg
 Hasil Pengujian Campuran 1 PC : 1,59 PS : 2,63 Krl : 0,44 Air
 Mutu beton K-250. (fc 20,75 Mpa)
 Nilai slump : 12 cm

Gambar 4.10 Pengambilan Slump Test


Sumber: Dokumentasi Pribadi

4.4.3 Pengendalian Mutu Pelaksanaan


Uraian pekerjaan pondasi sumuran :
1. Pematokan
2. Galian open area dan mobilisasi peralatan dan bahan

51
3. Pabrikasi besi
4. Pemasangan bekisting
5. Pengecoran caison
6. Pengecoran siklop
7. Pengecoran footing.
Tabel 4.1 Hasil pengujian kuat tekan beton dalam benda uji silinder D 15, t =30c
Kuat Tekan Benda Uji
Benda Uji Slump (mm) Keterangan
Usia 28 Hari (Mpa) f'cf
Silinder Diameter = 150 mm, tinggi = 300 mm 120 mm 32,01
31,80
31,80
31,89

Kuat Tekan Rata-Rata (f'cr ) 31,88


Kuat Tekan Minimum (f'c ) = (f'cr ) - (1,64s ) 30,19
Standar Deviasi (s) 1,03
Kuat Tekan Rata-Rata Rencana 30,89 Memenuhi
Sumber: data hasil pengujian
Dari hasil pengujian kuat tekan beton di atas maka campuran yang digunakan dalam
pengecoran pondasi sumuran pada jembatan masuk dalam spesifikasi yang telah di
tentukan.

52
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil kerja praktek yang dilakukan oleh penulis pada pekerjaan
Pembangunan Struktur Bawah Jembatan Lokowalu di Kabupaten Sabu Raijua, maka
penulis memberikan beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Proses pekerjaan Pembanguan Jembatan Lokowalu di Kabupaten Sabu Raijua,
khususnya pekerjaan pondasi sumuran telah sesuai dengan kriteria perencanaan,
hal ini dapat dilihat dari proses kegiatan pelaksanaan pekerjaan pondasi sumuran
dan hasil pengujian yang telah dilakukan sudah sesuai dengan gambar kerja, mutu
dan spesifikasi teknis yang telah ditentukan.
2. Tinggi pondasi sumuran 4 m dengan dimeter sumuran 3 m sebanyak 4 tiang dan
diameter tulangan yang dipakai pada pondasi sumuran adalah 12 mm baja polos.
3. Pengecoran pondasi sumuran dilakukan dengan 3 tahap yaitu :
 Tahap 1 setting 75 cm (beton K-250 = fc 20,75 Mpa)
 Tahap 2 setting 250 cm (beton K-250 = fc 20,75 Mpa)
 Tahap 3 setting 75 cm (beton K-250 = fc 20,75 Mpa)
 Tahap 4 untuk isian cyclop K-175 = fc 14,35 Mpa).
4. Keterlambatan pengiriman bahan yang terjadi akibat terkendala dengan
tranportasi mengunakan kapal laut.
5. Sistem manajemen proyek belum optimal.

5.2 Saran
Berdasarkan pembahasan kesimpulan di atas, penulis menyenangkan hal – hal
sebagai berikut:
1. Untuk meningkatkan produktivitas dan mutu pekerjaan, perlu adanya inovasi
dalam manajemen proyek.

53
2. Peran pengawas dalam pelaksanaan pekerjaan sangat penting dilakukan, hal
tersebut bertujuan untuk memastikan output/hasil pekerjaan memenuhi spesifikasi
teknis, tepat waktu dan tepat mutu.
3. Perlu adanya metode perencanaan penyediaan material sesuai jadwal transportasi
yang ada, untuk mengantisipasi stok bahan yang habis dan sering terhambat.

54

Anda mungkin juga menyukai