PENDAHULUAN
1
1.2. Rumusan Masalah
Dalam pelaksanaan pembangunan struktur bawah jembatan Lokowalu di
Kabupaten Sabu Raijua Pada Program Pembangunan Jalan dan Jembatan, penulis
merumuskan permasalahan sesuai latar belakang dan judul penulisan sebagai berikut:
1. Bagaimana tahap atau proses pelaksanaan pekerjaan pembangunan struktur bawah
jembatan (pondasi sumuran) ?
2. Bagaiman pengendalian mutu dalam pelaksanaan pekerjaan pembangunan
struktur bawah jembatan (pondasi sumuran) ?
2
1.5. Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian, teknik pengumpulan data merupakan faktor penting demi
keberhasilan penelitian. Hal ini berkaitan dengan bagaimana cara mengumpulkan
data, siapa sumbernya, dan apa alat yang digunakan.
Adapun metode pengumpulan data yaitu:
1. Metode Observasi, yaitu:
Penulis secara langsung mengadakan pengamatan di lapangan saat pelaksanaan
pekerjaan berlangsung.
2. Metode Literatur, yaitu:
Penulis menggunakan buku-buku referensi yang berhubungan dengan isi Laporan
Kerja Praktek.
3. Metode Wawancara (interview), yaitu:
Penulis mengadakan wawancara langsung dengan Kepala Proyek, Staf, dan
pekerja di lapangan untuk memperoleh data serta aktif dalam proses pekerjaan
dilapangan yang selanjutnya penulis olah dalam bentuk laporan.
Pulau Raijua
3
Desa Kolorae, Kab. Sabu Raijua
4
BAB II
TINJAUAN TEORI
5
2.2 Pengertian Pondasi Jembatan
Pondasi adalah bagian dari suatu bangunan yang berfungsi meneruskan berat
bangunan tersebut ke tanah dimana bangunan itu berdiri ( Terzaghi, Peck, 1987 ).
Semua konstruksi yang direkayasa untuk bertumpu pada tanah harus didukung oleh
pondasi. Pondasi ialah bagian dari suatu sistem rekayasa yang meneruskan beban
yang ditopang oleh pondasi dan beratnya sendiri kepada dan ke dalam tanah dan
batuan yang terletak dibawahnya ( Bowles, 1997 ).
Definisi dari Pondasi adalah suatu konstruksi pada bagian dasar struktur / Sub
Structure yang berfungsi meneruskan beban dari bagian atas struktur / Upper
Structure ke dalam tanah dibawahnya tanpa mengakibatkan keruntuhan geser tanah
dan Penurunan / Settlement yang berlebihan. Sering kita mendengar tentang kalimat
“Struktur Atas” umumnya dipakai untuk menjelaskan bagian sistem yang di rekayasa
yang membawa /memikul beban kepada pondasi atau struktur bawah. Pondasi sendiri
tergolong dalam bentuk bangunan struktur bawah yang tidak lain sebagai media
penyebaran / penyalur beban. Pondasi memiliki model dan juga bentuk yang sangat
variatif sesuai dengan kebutuhan di lapangan dan juga perlu diketahui sampai
sekarang bentuk pondasi tersebut terus berkembang dengan pesat sesuai dengan
perkembangan. Ilmu Pengetahuan danTeknologi / IPTEK (Bowles, 1997).
Bagian paling bawah dari suatu konstruksi dinamakan “ Pondasi “. Fungsi
pondasi ini adalah meneruskan beban konstrusi ke lapisan tanah yang berada di
bawah pondasi.Suatu perencanan pondasi dikatakan benar apabila beban yang
diteruskan oleh pondasi ketanah tidak melampaui kekuatan tanah yang bersangkutan.
Apabila kekuatan tanah dilampaui, maka penurunan yang berlebihan atau keruntuhan
dari tanah akan terjadi. (Das, 1998).
6
1. Pondasi langsung
Seperti yang telah dijelaskan pondasi langsung berarti langsung berdiri
diatas tanah, umumnya pondasi ini berupa plat setempat atau plat menerus.
Untuk menimalisir kemungkinan tergerus karena pondasinya yang tidak terlalu
dalam maka pondasi langsung harus memenuhi syarat seperti :
a. Lapisan pendukung berupa tanah keras memiliki kedalaman kurang lebih 4
meter dari permukaan tanah.
b. Lapisan pendukung tanah tersebut bebas dari pengaruh pengerusan.
c. Dasar pondasi setidaknya harus masuk sekitar 1-1,5 meter kedalam tanah.
d. Untuk mendukung kepala jembatan maka pondasi dangkal harus ditempatkan
kelandaian tebing sungai guna memelihara daya dukung.
e. Apabila pondasi harus berdiri pada lapisan batu dan tidak mungkin dilakukan
penggalian, maka pastikan batu tersebut cukup besar untuk menahan pondasi.
Kemudian antara lapisan batu dan pondasi harus diberi penahan di bawahnya
agar tidak bergeser.
2. Pondasi dalam
Pondasi dalam mempunyai kedalaman maksimal 5 meter yang dapat berupa
pondasi telapak maupun pondasi sumuran dangkal. Pondasi ini sangat bergantuk
pada daya dukung tanah dasar untuk menahan beban pilar dan kepala jembatan.
3. Pondasi telapak
Pondasi telapak juga dapat mempunyai kedalaman hingga 5 meter dengan
plat pondasinya yang langsung berhubungan dengan tanah pendukungnya.
Dengan kedalaman tersebut mengharuskan perbandingan antara dalam dengan
lebarnya tidak melebihi 1. Jenis pondasi ini dapat dibuat dengan bentuk persegi
maupun bulat.
7
2.4.1 Jenis-Jenis Pondasi Sumuran/Kaison
Menurut Suryolelono (1994) jenis-jenis pondasi sumuran bedakan menjadi 3
bagian yaitu:
1. Kaison Terbuka (open caisson)
Kaison terbuka merupakan kaison yang pada bagian atas dan bawahnya
terbuka selama pelaksanaan.Kaison ini, bila digunakan pada area yang tergenang
air, pelaksanaannya adalah dengan membenamkan dan menggali tanah di bagian
dasarnya. Kaison dimanfaatkan dengan memanfaatkan berat sendirinya, bersama
sama dengan penggalian tanah. Ketika pengerjaan tubuh beton sudah mendekati
penyelesaian, penggalian didalam kaison dimulai. Ketika bagian atas dari tubuh
kaison terbenam dan mendekati dasar, pondasi yang lain mulai disambungkan.
Kemudian penggalian didalam kaison dan penambahan tubuh kaison di ulangi,
sampai kaison berpijak pada kedalaman yang direncanakan.Kemudian dilakukan
pengecoran isi sumuran (cyklop), lalu di lakukan pengecoran lantai kerja atau
rabat beton.(Suryolelono, 1994).
2. Kaison Pneumatic (pneumatic caisson)
Kaison Pneumatic (pneumatic caisson), merupakan kaison yang tertutup.
Penggaliantanah dilakukan dengan mengalirkan udara bertekanan kedalam ruang
kerja untuk penggalian. Dengan cara ini penggalian pengecoran beton kedalam
sumuran dilakukan dalam kondisi kering. Penggalian dilakukan pada ruang kerja
yang diberi tekanan udara yang sama dengan tekanan air tanah untuk mencegah
aliran air masuk ke ruang kerja. Ruang kerja diisi dengan beton pada waktu
dasar kaison telah mencapai kedalaman yang direncanakan.(Suryolelono, 1994).
3. Kaison Apung (floating caisson)
Kaison apung atau kaison box merupakan kaison yang tertutup pada
dasarnya. Kaison ini terbuat dari tipe beton bertulang yang dicetak di daratan
dan peletakannya dilakukan dengan mengapungkan kaison tersebut setelah beton
mengeras. Pembenaman kaison kedalam air atau tanah yang berair, dilakukan
dengan cara mengisikan pasir, kerikil, beton, atau air kedalamnya.
Permukaan air harus diperhitungkan selalu berada pada beberapa meter di
bawah puncak kaison untuk mencegah air masuk kedalamnya.(Suryolelono,
1994).heksagonal, oktagonal ganda, sumuran ganda, dan bentuk D ganda.
(Suryolelono, 1994).
8
2.4.2 Syarat Kapan Digunakan Pondasi Sumuran
Persyaratan agar pondasi sumuran dapat digunakan adalah sebagai berikut :
1. Daya dukung pondasi harus lebih besar dari pada beban yang dipikul oleh
pondasi tersebut.
2. Penurunan yang terjadi harus sesuai batas yang diizinkan (toleransinya) yaitu
2,54 meter.
3. Untuk pondasi sumuran dipakai apabila lapisan tanah keras terdapat pada
kedalaman 3-5 meter. (Sianturi, 2013).
9
Gambar 2.1 Concrete Mixer
Sumber : Google
2. Concrete Vibrator
Concrete vibrator berfungsi untuk memadatkan adukan beton,
meningkatkan homogenitas adukan pada saat pengecoran, mengeluarkan
gelembung-gelembung udara sehingga tidak terjadi rongga udara setelah
pengerasan beton, dan berfungsi untuk meratakan beton ke segala arah, serta
dapat menjangkau celah-celah terjauh didalam bekisting.
4. Dump Truck
Dump truck merupakan alat pengangkut tanah dan batuan yang berfungsi
mengangkut atau memindahkan material dari satu titik ke titik lainnya.
10
Gambar 2.4 Dump Truck
Sumber : Google
5. Gerinda
Gerinda merupakan alat pemotong besi yang menggunakan aliran listrik.
11
Gambar 2.7 Generator Set
Sumber : Google
8. Kereta Dorong
Alat ini dipakai untuk mengangkut campuran dari concrete mixer/ molen ke
lokasi pengecoran dan dipakai untuk mengangkut semen dan batu.
12
Gambar 2.10 Meter Baja
Sumber : Google
11. Unting-unting
Alat ini terbuat dari kuningan, besi atau timah dengan berat 100 gr s/d 500
gr dan ditengahnya dipasang benang gunanya untuk mengukur ketegakan.
13
Gambar 2.13 Palu Cakar
Sumber : Google
14. Gergaji Tangan
Digunakan untuk memotong dan membelah kayu dengan cara manual.
Gergaji terbuat dari sebilah baja tipis, dan tipis yang satunya dibuat bergerigi
tajam dan diberi tangkai pegangan dari kayu.
14
17. Roll Meter
Fungsinya sama dengan meteran baja, namun meteran ini bisa digunakan
dengan jarak yang lebih panjang.
2.5.2 Material
Material yang digunakan pada pelaksanaan proyek pembangunan jembatan
Lokowalu ini telah melewati tahap pengujian di laboratorium.Material yang
digunakan dalam pelaksanaan proyek pembangunan jembatan Lokowaluadalah
sebagai berikut:
1. Semen
Portland Cement (PC) atau lebih dikenal dengan semen merupakan bahan
pengikat disebabkan semen merupakan bahan hidrolis yang apabila bertemu
dengan air akan bereaksi. Perekat hidraolik dihasilkan dengan cara
menghaluskan klinker yang terdiri daribahan utama silikat-silikat kalsium dan
bahan tambahan batu gypsum dimana senyawa-senyawa tersebut dapat bereaksi
dengan air dan membentuk zat baru bersifat perekat pada batuan. Semen
dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu:
a. Semen Non-hidrolik
Semen non-hidrolik adalah semen yang tidak dapat mengikat dan
mengeras didalam air, akan tetapi dapat mengeras diudara. Contoh darisemen
non-hidrolik adalah kapur. Kapur merupakan bahan utama perekatpada waktu
lampau.Jenis kapur yang baik adalah kapur putih, yaitu kapur yang
mengandung kalsium oksida yang tinggi ketika masih berbentuk kapur tohor
dan akan mengandung banyak kalsium hidroksida ketika telah berhubungan
dengan air.
Semen hidrolik mempunyai kemampuan untuk mengikat danmengeras di
dalam air dengan stabil.Semen hidrolik memiliki sifat dapatmengeras bila
dicampur air, tidak larut dalam air, dapat mengeras walaudi dalam air. Contoh
15
semen hidrolik antara lain adalah kapur hidrolik,semen pozzolan, semen
portland terak tanur tinggi, semen alumina, dan semen expansif.
Selain itu, berdasarkan jenisnya semen dibagi menjadi 2, yaitu :
a) Semen Portland
Menurut SNI 15-2049-2004, semen portland adalah semen hidrolis
yang dihasilkan dengan cara menggiling terak semen portland terutama
yang terdiri atas kalsium silikat yang bersifat hidrolis dan digiling
dengan bahan tambahan berupa satu atau lebih bentuk kristal senyawa
kalsium sulfat dan boleh ditambah dengan bahan tambah lain. Berikut
beberapa perbedaan jenis dan kegunaan semen portland :
Jenis I, yaitu semen portland untuk penggunaan umum yang tidak
memerlukan persyaratan-persyaratan khusus seperti yang
disyaratkan pada jenis-jenis lain.
Jenis II, yaitu semen portland yang dalam penggunaannya
memerlukan ketahanan terhadap sulfat atau kalor hidrasi sedang.
Jenis III, yaitu semen portland yang dalam penggunaannya
memerlukan kekuatan tinggi pada tahap permulaaan setelah
pengikatan terjadi.
Jenis IV, yaitu semen portland yang dalam penggunaannya
memerlukan kalor hidrasi rendah.
Jenis V, yaitu semen portland yang dalam penggunaannya
memerlukan ketahanan tinggi terhadap sulfat.
b) Semen Portland Pozzolan
Menurut SNI 15-0302-2004, semen portland pozzolan adalah suatu
semen hidrolis yang terdiri dari campuran yang homogen antara semen
portland dengan pozolan halus, yang di produksi dengan menggiling
klinker semen portland dan pozzolan bersama-sama, atau mencampur
secara merata bubuk semen portland dengan bubuk pozzolan, atau
gabungan antara menggiling dan mencampur, dimana kadar pozzolan
6% sampai dengan 40% massa semen portland pozzolan. Pozzolan
adalah bahan yang mengandung silika atau senyawanya dan alumina,
yang tidak mempunyai sifat mengikat seperti semen. Unsur utama yang
terkandung dalam semen dapat digolongkan ke dalam empat bagian
yaitu trikalsium silikat (C3S), dikalsium silikat (C2S),trikalsium
16
aluminat (C3A), dan tetrakalsium aluminoferit (C4AF). Unsur C3Sdan
C2S merupakan bagian terbesar (70% - 80%) dan paling dominan dalam
memberikan sifat semen (Tjokrodimuljo, 1996) :
Trikalsium silikat (C3S) atau 3CaO.SiO2 senyawa ini bila terkena
airakan langsung terhidrasi (proses reaksi semen dengan air), dan
menghasilkan panas. Panas akan berpengaruh pada kecepatan
pengerasan semen sebelum hari ke-14.
Dikalsium silikat (C2S) atau 2CaO.SiO2 senyawa ini bila bereaksi
dengan air lebih lambat sehingga hanya berpengaruh terhadap
pengerasan semen setelah lebih berumur 7 hari dan memberikan
kekuatan akhir C2S juga membuat tahan terhadap serangan kimia
(chemical attack) dan juga mengurangi besar susutan pengeringan.
Trikalsium aluminat (C3A) atau 3CaO.Al2O3 senyawa ini
memberikan kekuatan awal yang sangat cepat pada 24 jam pertama.
Dalam semen kandungan senyawa ini tidak boleh lebih dari 10%
karena dapat menyebabkan semen lemah terhadap serangan sulfat.
Tetrakalsium aluminofert (C4AF) atau 4CaO.Al2O3.Fe2O3
senyawa ini kurang begitu besar pengaruhnya terhadap kekerasan
semen.Kandungan besi yang sedikit dalam semen putih akan
memberikan kandungan C4AF yang sedikit dalam semen, sehingga
kualitas semen akan bertambah dari segi kekuatannya.
2. Agregat
Agregat merupakan material berbutir seperti pasir, kerikil, batu pecah yang
dapat digunakan dengan media pengikat untuk membentuk mortar. Dalam
bidang teknologi beton nilai batas daerah agregat kasar dan agregat halus adalah
4,75 mm atau 4,80 mm. Adapun agregat halus disebut pasir, baik pasir halus,
sedangkan butiran yang lebih kecil dari 0,075 mm disebut lanau, dan yang lebih
kecil dari 0,002 mm disebut lempung. Agregat umumnya digolongkan menjadi 3
kelompok, yaitu :
a. Batu, umumnya besar butiran lebih dari 40 mm
b. Kerikil, untuk butiran antara 5 sampai 40 mm
c. Pasir, untuk butiran antara 0,15 sampai 5 mm.
Agregat harus memiliki bentuk yang baik (bulat dan mendekati kubus),
bersih, keras, kuat dan gradasinya baik. Bila butiran agregat mempunyai ukuran
17
yang sama (seragam) volume pori akan besar. Sebaliknya bila ukuran butirannya
bervariasi maka volume pori akan menjadi kecil. Hal ini karena butiran yang
kecil dapat mengisi pori diantara butiran yang lebih besar sehingga pori-pori
menjadi sedikit, dengan kata lain agregat tersebut mempunyai kemampatan
tinggi. Agregat harus pula mempunyai kestabilan kimiawi dan dalam hal-hal
tertentu harus tahan aus dan tahan cuaca.
Faktor lain yang perlu diperhatikan adalah gradasi atau distribusi ukuran
butir agregat, karena bila butir-butir agregat mempunyai ukuran yang seragam
berakibat volume pori lebih besar tetapi bila ukuran butirnya bervariasi maka
volume pori menjadi kecil. Hal ini disebabkan butir yang lebih kecil akan
mengisi pori di antara butiran yang lebih besar. Agregat sebagai bahan penyusun
beton diharapkan mempunyai kemampatan yang tinggi, sehingga volume pori
dan bahan pengikat yang dibutuhkan lebih sedikit. SNI 03-2834-1992
mengklasifikasikan distribusi ukuran butiran agregat halus menjadi empat
daerah atau zone yaitu: zona I (kasar), zona II(agak kasar), zona III (agak halus)
dan zona IV (halus) sebagai mana ditunjukkan pada Tabel 2.1 dan distribusi
agregat kasar yang ditunjukkan pada Tabel 2.2.
Tabel 2.1 Batas-batas gradasi agregat halus
Ukuran Presentase berat yang lolos saringan
Saringan Zoom I Zoom II Zoom III Zoom IV
9,60 mm 100 100 100 100
4,80 mm 90-100 90-100 90-100 95-100
2,40 mm 60-95 75-100 85-100 95-100
1,20 mm 30-70 55-90 75-100 90-100
0,60 mm 15-34 35-59 60-79 15-50
0,30 mm 5-20 8-30 12-40 15-50
0,15 mm 0-10 0-10 0-10 0-15
Sumber : SNI 03-2334-1992
18
4,8 mm 0-50 0-10
Sumber : SNI 03-2334-1992
3. Baja Tulangan
Menurut SNI 07-2052-2017 besi beton yang difungsikan pada penulangan
kekuatan struktur konstruksi atau biasanya juga dikenal sebagai besi baja
tulangan beton. Baja berbentuk batang bulat yang digunakan untuk pembesian
beton yang dihasilkan dari canai panas (hot rolling) dengan bahan dasr billet.
Beton lemah dalam menahan gaya tarik tanpa retak-retak. Oleh karena itu, beton
perlu diberi bantuan kekuatan penulangan untuk meningkatan kekuatan gaya
tarik akibat beban yang timbul dalam suatu system. (Gatot Setya Budi, 2011).
Berdasarkan bentuknya, baja tulangan beton dibedakan menjadi 2 (dua) jenis
yaitu baja tulangan beton polos dan baja tulangan beton sirip.
Baja tulangan beton polos (BJTP) adalah baja tulangan beton berpenampang
lingkaran dengan permukaan rata tidak bersirip dan baja tulangan beton sirip
(BJTS) adalah baja tulangan beton dengan bentuk khusus yang permukaannya
memiliki sirip/ulir melintang dan rusuk memanjang yang dimaksudkan untuk
rneningkatkan daya lekat dan menahan gerakan membujur dari batang secara
relatif terhadap beton.
Tabel 2.3 Ukuran baja tulangan beton polos
No Penamaan Diameter Luas penampang Berat nominal
nominal nominal permeter*
(d) (A)
Mm mm² Kg/m
1 P6 6 28 0,222
2 P8 8 50 0,395
3 P10 10 79 0,617
4 P12 12 113 0,888
5 P14 14 154 1,208
6 P16 16 201 1,578
7 P19 19 284 2,226
8 P22 22 380 2,984
9 P25 25 491 3,853
10 P28 28 616 4,834
19
11 P32 32 804 6,313
12 P36 36 1018 7,990
13 P40 40 1257 9,865
14 P50 50 1964 15,413
Sumber : SNI 2052-2017
4. Air
20
Fungsi air pada campuran beton adalah untuk membantu reaksi kimia yang
menyebabkan berlangsungnya proses pengikatan serta sebagai pelicin antara
campuran agregat dan semen agar mudah dikerjakan. Air diperlukan untuk
pembentukan semen yang berpengaruh terhadap sifat kemudahan pengerjaan
adukan beton (workability), kekuatan, susut dan keawetan beton. Air yang
diperlukan untuk bereaksi dengan semen hanya sekitar 25% dari berat semen
saja, namun dalam kenyataannya nilai faktor air semen yang dipaikai sulit jika
kurang dari 35%.Kelebihan air dari jumlah yang dibutuhkan dipakai sebagai
pelumas, tambahan air ini tidak boleh terlalu banyak karena kekuatan beton
menjadi rendah dan beton menjadi keropos. Kelebihan air ini dituang (bleeding)
yang kemudian menjadi buih dan terbentuk suatu selaput tipis (laitance). Selaput
tipis ini akan mengurangi letakan antara lapis-lapis beton dan merupakan bidang
sambung yang lemah (Tjokodimuljo,1996). Pemakaian air untuk beton
sebaiknya memenuhi persyaratan (PBI 1997) :
a. Tidak mengandung lumpur (benda melayang lainnya) lebih dari 2 gr/liter
b. Tidak mengandung garam-garam yang dapat merusak beton (asam, zat,
organic, dan sebagainya) lebih dari 15 gr/liter
c. Tidak mengandung klorida (CI) lebih dari gr/liter
d. Tidak mengandung senyawa-senyawa sulfat lebih dari 1 gr/liter.
2.6.2 PekerjaanCampuran
21
Dalam pengerjaan campuran beton. Material beton di campur secara manual di
lokasi proyek yaitu dengan mengunakan tenagga manusia dan alat bantu berupa
molen. terpacu pada perbandingan :
1. Peraturan Beton Indonesia ( PBI 68)
2. Standar Nasional Indonesia ( SNI)
3. American Concrete Institute(ACI)
Sehingga ada beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain :
a. Takaran bahan-bahan yang digunakan untuk pembuatan beton,bila penakaran
yang dilakukan dalam perbandingan berat maka harus mengikuti
ketentuanberikut:
1) Takar air
2) Takar semen dengan ketelitian1%
3) Takar agregat halus dan kasar dengan ketelitian2%
4) Takar bahan tambahan bila diperlukan dengan ketelitian3%
b. Masukan bahan-bahan pada waktu mesin sedang dalam keadaan berputar atau
beroperasi dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1) Masukan agregat kasar dan air dalam mesin adukan laludiaduk/campur
2) Masukan agregat halus dan semen serta sisa air adukan sesuai ukuran yang
diinginkan dan tipe mesin pengaduk.
c. Bila digunakan bahan tambahan
1) Campurkan terlebih dahulu bahan tambahan dengan air adukan lalu
selanjutnya dilakukan sesuai butirb.
2) Alat
3) Campurkan semen dengan bahan tambahan lalu selanjutnya
dilakukan sesuai butir.
d. Lanjutkan pengadukan sekurang-kurangnya 1½ menit atau samapai diperoleh
adukan yang seragam
e. Lakukan pemeriksaan Slump paling lama 5 menit setelah pengadukan dan ambil
beton segar untuk sampel benda uji paling lama 15 setelah pengadukan.
Alat dan Bahan yang digunakan berupa :
22
d. Viber (tabung Air)
e. Skop
f. Kereta dorong
1) Bahan
a. Pasir
b. Agregat 2/3 dan3/4
c. Semen bosowa
d. Air yang digunakan air bersih dan terhindar dari bahan organik dan
bahankimia
e. Bahan tambahan(aditive)
23
yang di tetapkan dalam RKS yakni 60-180 mm. Pengukuran slump berdasarkan
peraturaan SNI 1972: 2008 dilakukan dengan alat sebagai berikut:
1. Kerucut Abrams
a. Kerucut terpancung, dengan bagian atas dan bawah terbuka
b. Diameter atas 102 mm.
c. Diameter bawah 203 mm.
d. Tinggi 305 mm.
e. Tebal plat min 1,5 mm.
2. Batang besi penusuk
a. Diameter 16 mm.
b. Panjang 60 cm.
c. Memiliki salah satu atau kedua ujung bebentuk bulat stengah bola dengan
diameter 16 mm.
3. Alas
Datar, dalam kondisi lembab, tidak menyerap air dan kaku.
Langkah pengujian:
a. Kerucut abrams (cetakan) dibasahi, ditempatkan di atas permukaan yang datar,
dalam kondisi lembab, tidak menyerap air dan kaku.
b. Pengisian cetakan dibagi 3 kali, masing-masing sekitar 1/3 volume cetakan.
Tiap lapis dipadatkan dengan 25 kali tusukan secara merata dan menembus ke
lapisan sebelumnya/di bawahnya namun tidak boleh menyentuh dasar cetakan.
c. Lapisan terakhir di lebihkan pengisiannya setelah di padatkan lalu diratakan
dengan mengelindingkan batang penusuk diatasnya.
d. Segera setelah permukaan atas di ratakan, cetakan di angkat dengan kecepatan
3-7 detik, di angkat lurus vertikal.
e. Seluruh proses dari awal sampai selesainya pengangkatan cetakan tidak boleh
lebih lama dari 2,5 menit.
f. Letakan cetakan di samping beton yang di uji slumpnya dan ukur nilai slump.
Penurunan permukaan atas beton pada posisi titik tengah permukaan atasnya.
g. Jika terjadi kegagalan slump maka pengujian di ulang maksimal 3 kali. Jika
masih gagal maka beton dinyatakan tidak memasuki syrat dan di tolak.Syarat
variasa pengukuran yang memenuhi syarat dari 3 pengukuran, minimum 2
memenuhi syarat dengan selisih pengukuran tidak lebih dari 21 mm.
24
Gambar 2. 18 Pengujian slump test
Sumber : dokumentasi pribadi
2.6.5 Pengambilan Sampel
Pengambilan benda uji ini bertujuan untuk mengecek apakah mutuh beton
sesuai dengan dengan mutuh beton yang direncanakan K-250. Pengambilan sampel
ini dilakukan apabila nilai uji slump sudah memenuhi syarat RKS.
Alat dan bahan:
1. Peralatan
a. Cetakan silinder 30 cm x 15 cm
b. Tongkat pemadat diameter 16 mm dan panjang 60 cm
c. Palu atau pemukul terbuat dari bahan karet
d. Sendok campuran
2. Bahan
a. Campuran beton K-250
b. Oli untuk pelicin cetakan
Metode pelaksanaan :
a. pengambilan sampel empat buah benda uji diambil langsung di tempat produksi
campuran.
b. Oleskan oil pada cetakan agar saat pembongkaran cetakan benda uji tidak
kropos.
c. Kemudian isi cetakan dengan adukan beton segar dalam 3 lapis, tiap-tiap lapis
dipadatkan dengan 25 kali tumbukan secara merata, pada saat melakukan
pemadatan lapisan pertama, tongkat pemadat tidak boleh mengenai dasar
cetakan, pada saat pemadatan kedua serta pemadatan ketiga tongkat pemadat
boleh masuk kira-kira 25 mm ke dalam lapisan dibawah atau lapisan
sebelumnya.
25
Kuat Tekan merupakan salah satu kinerja utama beton. Kekuatan tekan adalah
kemampuan beton untuk menerima gaya tekan persatuan luas. Walaupun dalam
proses terdapat tegangan tarik yang kecil, diasumsikan bahwa semua tegangan
tekan didukung oleh beton tersebut. Penentuan kekuatan tekan dilakukan dengan
menggunakan alat uji tekan dan benda uji dapat berbentuk silinder ataupun selinder
pada umur 28 hari.
Alat dan bahan yang di gunakan dalam pengujian kuat tekan beton.
1. Alat
a. Timbangan dengan kapasitas 30 kg
b. Machine compress
2. Bahan
Benda uji (silinder beton 30 cm x 15 cm )yang sudah di rendam
Metode pelaksanaan :
1. Ambil sampel benda uji dari bak air yang sudah direndam selama 28 hari
26
2. Menimbang benda uji. Bertujuan agar mengetahui berat benda uji yang akan di
uji
27
Peralatan yang disediakan harus sudah diperhintungkan dengan kebutuhan akan
jenis tanah yang ada.
3. Penggalian
Penggalian dilakukan dengan pematokan pada titik rencana yang telah
diperhintungkan.
4. Pemasangan dinding sumuran
Pemasangan dinding sumuran dapat dilakukan dengan cara mengandalkan beban
sendiri, mendorong menggunakan alat beban tambahan (suprinposed load)
maupun dengan cara mengurangi ketahanan geser (friction resistance).
5. Pengisian sumuran dengan beton cyclops
Beton siklop yang diisikan kedalam sumuran harus sesuai dengan persyaratn
bahan yang disyaratakan.
28
BAB III
MANAJEMEN PROYEK
29
3.1.3 Pelaksanaan (Actuating)
Actuating diartikan sebagai fungsi manajemen dalam menggerakan orang-
orang yang tergabung dalam organisasi agar melakukan kegiatan yang telah
ditetapkan didalam planning. Di dalam actuating diperlukan kemampuan pimpinan
kelompok untuk menggerakan dan mengarahkan serta memberikan motivasi kepada
anggota-anggota kelompoknya.).
30
3.2.2 Konsultan Pengawas
Konsultan Pengawas merupakan instasi atau perusahaan yang ditunjuk oleh
pemilik proyek untuk melaksanakan pengawasan terhadap pekerjaan yang
dilaksanakan oleh kontraktor, sehingga dapat mencapai hasil yang sesuai dengan
kontrak. Berikut iniadalah Struktur Organisasi Konsultan Pengawas PT. SIAR
PLAN UTAMA CONSULTAN serta gambaran umum tugas dari masing-masing
seksi :
31
a. Menyiapkan dokumen metode pelaksanaan dengan melakukan koordinasi
dengan para staf ahli secara langsung.
b. Berkoodinasi dengan staff metode untuk membuat JSA sebagai dokumen
acuan tentang pelaksanaan safety di area pekerjaan
c. Menjadwalkan dan menjalankan sosialisasi terkait metode pelaksanaan kepada
semua lini dan personel yang bersangkutan pada pelaksanaan pekerjaan terkait
d. Memeriksa kondisi real lapangan untuk menentukan tahapan pelaksanaan
secara tepat bersama dengan QS dan Supervisor lapangan
e. Mengkoordinasi drafter untuk mempersiapkan gambar kerja atau shop drawing
sebelum memulai pekerjaan
f. Mengkoordinasi Logistik terkait pendatangan material yang dibutuhkan dalam
pekerjaan
3. Inspector
Tugas dari Inspector adalah sebagai berikut:
a. Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan konstruksi oleh kontraktor di
lapangan.
b. Mengawasi semua pekerjaan konstruksi dan pekerjaan lainnya.
c. Memeriksa serta membukukan pekerjaan serta volume yang sudah
dilaksanakan oleh kontraktor.
d. Memeriksa dan menyetujui laporan harian, mingguan dan bulanan (tenaga,
peralatan, bahan, produk, cuaca dan sebagiannya) yang dibuat oleh kontraktor.
e. Ikut serta dalam penyerahan pertama hasil pekerjaan maupun penyerahan akhir
pekerjaan yang diajukan oleh kontraktor.
4. Teknik Laboratorium
Tugas dari Laboratoriu Teknik adalah sebagai berikut :
a. Melakukan pengujian di laboratorium terhadap suatu kelayakan suatu
konstruksi.
b. Melakukan pengujian terhadap bahan yang akan dipergunakan dalam proyek.
c. Bertanggung jawab keberadaan alat-alat labolatorium.
32
GRACIA SUKSES MANDIRI serta gambaran umum tugas dan tanggung jawab
dari masing-masing seksi :
KUASA DIREKTUR
Arif Agung Purnomo
BENDAHARA
B. Welfiana Foat
PELAKSANA LAPANGAN
I Gusti Ngurah Eka Pratama
LOGISTIK
Efradus Loppies
1. Kuasa Direktur
Tugas dari Kuasa Direktur adalah sebagai berikut:
a. Penanggung jawab utama terhadap kegiatan.
b. Pengesahan segala dokumen administrasi pekerjaan.
c. Pengambil keputusan tertinggi dalam progress pekerjaan. Dalam kapasitas dan
fungsi tertentu, segala bentuk pelaksanaan pekerjaan harus diketahui dan
mendapatkan persetujuan dari direktur.
d. Melaporkan progress pekerjaan, mulai tahap dimulainya pekerjaan kepada
Pemilik Proyek/pekerjaan.
2. Bendahara
Tugas dari Bendahara adalah sebagai berikut :
a. Menerima surat tugas dari Direktur Utama.
b. Membuat laporan kemajuan pekerjaan.
c. Membuat progress dan pendukungnya untuk tagihan.
d. Rekap laporan harian, mingguan, bulanan.
e. Melakukan administrasi keuangan (mencatat keluar/masuk keuangan proyek).
33
f. Data kewajiban yang harus di bayar sesuai schedule.
g. Membuat buku besar dan laporan keuangan proyek.
3. Surveyor
a. Membantu kegiatan survey dan pengukuran diantaranya pengukuran topografi
lapangan dan melakukan penyusunan dan penggambaran data-data lapangan.
b. Mencatat dan mengevaluasi hasil pengukuran yang telah dilakukan sehingga
dapat meminimalisir kesalahan dan melakukan tindak koreksi dan
pencegahannya.
c. Memastikan pengukuran dilaksanakan dengan prosedur yang benar dan
menjamin data yang diperoleh akurat sesuai dengan kondisi lapangan untuk
keperluan peninjauan desain atau detail desain.
d. Mengawasi pelaksanaan staking out, penetapan elevasi sesuai dengan gambar
rencana
4. Logistik
a. Melakukan inspeksi alat kerja sebelum dilakukan mobilisasi dan memastikan
semua alat yang didatangkan memiliki kelengkapan berkas yang sesuai
b. Berkoordinasi dengan logistic dan HSE terkait rencana pendatangan alat kerja
c. Melakukan maintence dan perawatan secara berkala.
d. Memantau penggunaan bahan bakar untuk setiap alat yang beroperasi
e. Memantau setiap pergerakan atau penggunaan alat berat dan equipment yang
dilakukan secara harian
f. Mencatat dan melaporkan apabila terdapat kerusakan pada alat yang tidak
dapat ditangani dan memungkinkan alat harus demobilisasi.
3.3 Hubungan Kerja Antara Pemilik Proyek, Konsultan Pengawas dan Kontraktor
Hubungan kerja antara pemilik proyek, kontraktor pelaksana, dan konsultan
pengawas dapat dilihat pada bagan dibawah ini:
Pemilik Proyek
PPelaksana
34
Bagan 3.3 Hubungan Kerja Antara Unsur-Unsur Pengelola Proyek
Sumber: Google
Keterangan:
Garis komando
Garis konsultasi / koordinasi
Hubungan kerja antara ketiga unsur yang berperan dalam pelaksanaan proyek ini
sebagai berikut:
35
b. Membayar jasa kontraktor sesuai kontrak kerja.
c. Dapat memutuskan hubungan kerja dengan kontraktor, bila kontraktor
melakukan pekerjaan tidak sesuai Surat Perjanjian Kerja (SPK).
d. Menerima pekerjaan selesai (100%).
2. Kontraktor terhadap pemilik proyek.
Hubungan kerja antara kontraktor terhadap pemilik adalah sebagai berikut:
a. Melaksanakan pekerjaan fisik sesuai ketentuan atau rencana kerja yang
diberikan.
b. Menyerahkan hasil perkerjaan kepada pemilik proyek setelah pekerjaan
tersebut dilaksanakan.
36
1. Sebelum di lakukan proses kegiatan pengerjaan di lapangan dilakukan
pertemuan antara PPK, Konsultan Pengawas, Kuasa Direktur, Pelaksana,
logistik, Mandor dan Tukang. Rapat tersebut membahas mengenai rencana
pengecoran dan kesepakatan metode kerja serta konsistensi dimensi Pondasi
sumuran sesuai gambar kerja (shop drawing).
2. Pengecekan Alat, Bahan dan Tenaga kerja sebelum proses pengerjaan
pengecoran.
3. Selama pekerjaan pengecoran pondasi sumuran, Mandor selalu mengarahkan
tukang dan buruh untuk melakukan perakitan tulangan dan pemasangan
bakesting podasi sumuran sesuai jadwal dan pembagian tenaga kerja.
4. Pada saat proses pengecoran dilakukan pengambilan sampel, untuk pengujian
slamp test, dan di saksikan oleh PPK, Konsultan pengawas, Sampel yang di
ambil dilakukan perawatan selama 28 hari, kemudian di kirim untuk dilakukan
pengujian mutu beton.
5. Setelah pengecoran pondasi sumuran selesai diadakan rapat evaluasi dan
pembahasan rencan kerja selanjutnya.
6. Konsultan pengawas secara periodik (harian,mingguan dan bulanan) membuat
laporan pengawasan dan dikirim kepada dikreksi/PPK.
37
BAB IV
TINJAUAN PELAKSANAAN PEKERJAAN PONDASI
SUMURAN PADA JEMBATAN
38
Dalam pelaksanaan konstruksi jembatan Lokowalu di Kabupaten Sabu Raijua,
selama penulis melaksanakan Kerja Praktek pelaksanaan konstruksi jembatan
meliputi beberapa metode atau langkah-langkah kerja sebagai berikut:
a. Perencanaan lapangan
b. Pekerjaan pembersihan lapangan
c. Mobilisasi
d. Pekerjaan pembuatan papan nama proyek
e. Pekerjaan pembuatan direksi keet
f. Penyediaan air kerja dan listrik
g. Pekerjaan galian.
39
Berdasarkan hasil survei lapangan, direksi pekerjaan akan melakukan suatu
peninjauan kembali seluruh rancangan desain dari cakupan pekerjan yang dilelang.
Peninjauan kembali seluruh rancangan atau revisi desain ini, telah menyertakan
data terbaru tentang kondisi fisik dilapangan sebelum dimulainya pelaksanaan
pekerjaan.
4.2.3 Mobilisasi
Mobilisasi merupakan pekerjaan untuk menyiapkan sumber daya yangakan
digunakan dilapangan untuk mendukung pelaksanaan. Sumber daya yang
digunakan berupa tenaga kerja, peralatan dan bahan :
a. Mobilisasi Tenaga Kerja
Tenaga kerja harus di persiapkan lebih awal sebelum pekerjaan di mulai. Dalam
pelaksanaan dilapangan, kontraktor mempersiapkan tenaga kerja menurut
tingkat kebutuhan akan akan tenaga kerja dari pekerjaan yang akan
dilaksanakan. Sebagian tenaga kerja proyek ini merupakan penduduk desa
sekitar proyek sehinggah tidak memerlukan biaya untuk mendatangkan tenaga
kerja tersebut.
b. Mobilisasi Peralatan
Peralatan berat dan ringan yang digunakan dipersiapkan dilapangansebelum
pelaksanaan pekerjaan dimulai, dengan memperhatikan daftar kebutuhan alat
serta jadwal pelaksanaannya.
c. Mobilisasi Bahan
Bahan dipersiapkan menurut jadwal kebutuhannya. Bahan-bahan yang
digunakan ditempatkan sedemikian rupa sesuai dengan tingkat kebutuhannya
terhadap cuaca. Bahan yang tidak tahan terhadap cuaca ditempatkan di gudang
bahan sedangkan bahan yang tahan cuaca dapat diletakkan di lokasi dekat
proyek.
40
Papan nama proyek merupakan bagian dari informasi proyek dimana
menerangkan pihak-pihak yang terlibat, nama pekerjaan, nama program, sumber
dana, nilai kontrak, tanggal kontrak, jangka waktu pelaksanaan dan jangka waktu
pemeliharaan.
Pelaksanaan pekerjaan papan nama proyek dikerjakan oleh tukang dengan
dimensi 80cmx 110cm menggunakan kayu usuk kaso 3/7 dengan alas tripleks
0,3mm.
41
menggunakan 1 unit mesin diesel dan 1 unit generator set (genset) yang telah
disediakan.
42
Pelaksanaan pekerjaan pondasi sumuran dilakukan dalam beberapa tahap,
yaitu sebagai berikut :
Mulai
Pekerjaan Persiapan
Pengecoran
Perawatan Beton
Beton Isi Pondasi
Cincin PondasiSumuran
Sumuran
Selesai
43
dengan gambar rencana. Setelah menentukan AS pondasi sumuran, kemudian
dilanjutkan dengan pekerjaan pematokan.
Pekerjaan pematokan dilakukan dengan menggunakan kayu dolken (bulat)
yang ditanam secara keliling sehinggah membentuk suatu lingkaran sesuai dengan
diameter cincin pondasi sumuran pada gambar rencana. Pemasangan patok dengan
diameter 3,30 meter ini bertujuan untuk mempermudah pekerja saat pemasangan
bekisting cincin sumuran bagian dalam agar sesuai dengan gambar rencana.
Diameter cincin pondasi sumuran adalah 4 meter dengan tebal cincin pondasi
sumuran 35 cm dan jarak antara pondasi sumuran bagian kiri dan kanan adalah 1,10
meter.
44
tulangan tersebut, diberi paku sebagai penahan atau dudukan dari masing-
masing tulangan pada tanda yang ada,
d. Memasang tulangan arah vertikal Ø 16 mm (baja ulir) sebelah dalam sesuai
dengan tanda yang sudah ada, tulangan vertikal ini dipasang di sebelah luar
dari tulangan arah horizontal, dan diikat dengan kawat bendrat,
e. Memasang tulangan utama arah vertikal Ø 16 mm (baja ulir) sebelah luar,
f. Memasang tulangan bagi arah horizontal Ø 12 mm (baja polos) sebelah luar
dari tulangan arah vertikal dan dipasang dari bawah sampai ketinggian
sesuai dengan tahapan pengecoran,
g. Memasang dan merapikan beton decking pada sisi luar dan dalam dari
tulangan dinding sumuran,
h. Pengecekan kembali jumlah tulangan yang telah dipasang agar sesuai
dengan gambar yang direncanakan. Gambar penulangan pondasi sumuran
dapat dilihat pada gambar dibawah ini :
45
4.3.4 Pekerjaan Pemasangan Bekisting Pondasi Sumuran
Langkah-langkah pekerjaan pemasangan bekisting pondasi sumuran adalah
sebagai berikut:
1. Sebelum pekerjaan pemasangan bekisting pondasi sumuran tukang/ pekerja
terlebih dahulu mengoleskan oli pada bagian bekisting yang nantinya akan akan
bersentuhan langsung dengan campuran beton, agar tidak terjadi perekatan
antara bekisting dan campuran beton sehinggah mempermudah saat
pembongkaran.
2. Pemasangan bekisting untuk cincin pondasi sumuran bagian dalam sebelum
pemasangan besi tulangan.
3. Penyetelan bekisting untuk cincin pondasi sumuran bagian dalam menggunakan
kayu (usuk) berukuran 4/6 sesuai ukuran diameter cincin pondasi sumuran
seperti pada gambar rencana.
4. Pemasangan perancah pada bagian dalam bekisting menggunakan kayu (usuk)
agar dapat menahan pergeseran akibat masuknya campuran beton pada
bekisting.
5. Pemasangan bekisting bagian luar dilakukan setelah pemasangan tulangan pada
cincin pondasi sumuran.
6. Penyetelan bekisting untuk cincin pondasi sumuran bagian luar menggunakan
baja tulangan (baja polos) Ø 12 mm. Pada kedua ujung baja tulangan tersebut
diberi besi stut atau pengait untuk mengaitkan kedua ujung besi yang berfungsi
sebagai pengikat bekisting agar tidak terjadi pergeseran akibat masuknya
campuran beton pada bekisting.
46
Gambar 4.5 Pemasangan bekisting pondasi sumuran
Sumber: Dokumentasi Pribadi
47
Gambar 4.6 Pengecoran cincin pondasi sumuran
Sumber: Dokumentasi Pribadi
48
Gambar 4.7 Perawatan beton cincin pondasi sumuran
Sumber: Dokumentasi Pribadi
49
uji untuk mengetahui kuat tekan beton seperti yang diinginkan dengan cara
pembuatan beton kubus menggunakan mal cetakan berukuran 15×15×15 cm yang
diisi dengan campuran beton sebanyak 15 kali tumpukan senduk semen.
4.4 PengendalianMutu
4.4.1 Pengendalian Mutu Material
1. Semen portland tipe 1 merek semen tonasa (ASTM C 150 “Standart
Specification For Portland Cement Concrete”).
50
2. (ASTM C 33, ASTM C 136 “Tentang Agregat Halus dan Kasar, Gradasi).
3. Air yang digunakan diambil dari kali tempat proyek diangkut menggunakan
tangki (ASTM C 70 “Tentang Kadar Air Agregat dalam Pencampuran Air”).
4. (ASTM A 615/A 615 M-14, IDT “Spesifikasi Batang Baja Karbon Deform dan
Polos untuk Penulangan Beton”).
51
3. Pabrikasi besi
4. Pemasangan bekisting
5. Pengecoran caison
6. Pengecoran siklop
7. Pengecoran footing.
Tabel 4.1 Hasil pengujian kuat tekan beton dalam benda uji silinder D 15, t =30c
Kuat Tekan Benda Uji
Benda Uji Slump (mm) Keterangan
Usia 28 Hari (Mpa) f'cf
Silinder Diameter = 150 mm, tinggi = 300 mm 120 mm 32,01
31,80
31,80
31,89
52
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil kerja praktek yang dilakukan oleh penulis pada pekerjaan
Pembangunan Struktur Bawah Jembatan Lokowalu di Kabupaten Sabu Raijua, maka
penulis memberikan beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Proses pekerjaan Pembanguan Jembatan Lokowalu di Kabupaten Sabu Raijua,
khususnya pekerjaan pondasi sumuran telah sesuai dengan kriteria perencanaan,
hal ini dapat dilihat dari proses kegiatan pelaksanaan pekerjaan pondasi sumuran
dan hasil pengujian yang telah dilakukan sudah sesuai dengan gambar kerja, mutu
dan spesifikasi teknis yang telah ditentukan.
2. Tinggi pondasi sumuran 4 m dengan dimeter sumuran 3 m sebanyak 4 tiang dan
diameter tulangan yang dipakai pada pondasi sumuran adalah 12 mm baja polos.
3. Pengecoran pondasi sumuran dilakukan dengan 3 tahap yaitu :
Tahap 1 setting 75 cm (beton K-250 = fc 20,75 Mpa)
Tahap 2 setting 250 cm (beton K-250 = fc 20,75 Mpa)
Tahap 3 setting 75 cm (beton K-250 = fc 20,75 Mpa)
Tahap 4 untuk isian cyclop K-175 = fc 14,35 Mpa).
4. Keterlambatan pengiriman bahan yang terjadi akibat terkendala dengan
tranportasi mengunakan kapal laut.
5. Sistem manajemen proyek belum optimal.
5.2 Saran
Berdasarkan pembahasan kesimpulan di atas, penulis menyenangkan hal – hal
sebagai berikut:
1. Untuk meningkatkan produktivitas dan mutu pekerjaan, perlu adanya inovasi
dalam manajemen proyek.
53
2. Peran pengawas dalam pelaksanaan pekerjaan sangat penting dilakukan, hal
tersebut bertujuan untuk memastikan output/hasil pekerjaan memenuhi spesifikasi
teknis, tepat waktu dan tepat mutu.
3. Perlu adanya metode perencanaan penyediaan material sesuai jadwal transportasi
yang ada, untuk mengantisipasi stok bahan yang habis dan sering terhambat.
54