Anda di halaman 1dari 72

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kabupaten Banyuasin adalah salah satu kabupaten di Provinsi Sumatera Selatan yang
merupakan pemekaran dari kabupaten musi banyuasin terbentuk berdasarkan UU No.6
tahun 2002. Pada tahun 2018 kabupaten banyuasin memiliki total penduduk sejumlah
884.180 jiwa dari 21 kecematan.
Pembangunan merupakan tolak ukur perkembangan suatu daerah. Otonomi daerah yang
digencar pemerintah telah Sebagian besar daerah di seluruh Indonesia telah melakukan
pembangunan disegala sector baik informal maupun formal. Salah satunya adalah
peningkatan pelayanan transportasi darat berupa pembangunan jalan raya.
Proyek Peningkatan Jalan Talang Dabuk Desa Sungai Rengit Kec. Talang kelapa Kab.
Musi banyuasin merupakan proyek Peningkatan Jalan yang bertujuan untuk memperlancar
transportasi Khususnya di daerah Kab. Banyuasin sehingga transportasi menjadi lancar dan
diharapkan dapat meningkatkan perekonomian masyarakat khususnya di daerah Kota
banyuasin. Proyek ini dilaksanakan menggunakan Dana APBD Provinsi Sumatera Selatan
Tahun Anggaran 2021. Dalam Pelaksanaan Pekerjaan, akan bersinggungan dengan
kuantitas yang ada seperti PLN, Telkom dan PDAM. Dan diharapkan nantinya Instansi
terkait dapat bekerja sama demi terlaksananya pelaksanaan pekerjaan
Sesuai dengan referensi data yang ada, kami melaksanakan pekerjaan Lapisan Laburan
Aspal (BURAS) dengan mengambil judul ”Teknis pelaksanaan perkerasan jalan
menggunakan lapisan laburan aspal (BURAS) Jalan Talang Dabuk Desa sungai
Rengit (Banyuasin)”
1.1 Permasalahan Dan Batas masalah

Permasalahan pada saat di lapanganantara lain:

1. Bagaimana cara menentukan standar lapisan pekerjaan jalan ?


2. Bagaimana upaya untuk menyelesaikan masalah yang ada?
3. Bagaimana menentukan jadwal pelaksanaan kegiatan pekerjaan?
4. Bagaimana cara menentukan kualitas jalan yang aman dan nyaman bagi
penggun akendaraan?
Setelah melihat berbagai macam pekerjaan yang ada dilapangan, dan agar tidak terjadi
perluasan masalah dan laporan ini lebih terfokus pada permasalahan, maka Batasan
masalah yang akan dibahas pada laporan ini antara lain: Material dan peralatan apa yang
digunakan dalam pelaksanaan perkerjaan lapisan Laburan Aspal (BURAS) serta bagaimana
teknis pelaksanaan di lapangan.

1.1 Tujuan dan Manfaat proyek

Proyek peningkatan jalan Talang Dabuk Desa Sungai Rengit Kec. Talang Kelapa
Kab. Banyuasin Bertujuan Untuk Peningkatan Infrastruktur Jalan Yang Aman dan
nyaman dan juga mempelancar mobilitas dan sarana transportasi darat, selain
meningkatkan perekonomian juga diharapkan meningkatkan perkembangan daerah
yang dilewati jalan tersebut serta dapat memenuhi pelayanan jalan terhadap lalu lintas
kendaraan antar desa.

1.2 Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Pelaksanaan Kerja Praktek ini berlangsung selama kurang lebih 1 setengah bulan
dimulai pada tanggal 26 juli 2021 – 26 september 2021 bertempat di jalan dabuk desa
sungai rengit kec talang kelapa Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan pada Proyek
peningkatan jalan.

1.3 Metode dan Pengumpulan Data


Dalam penulisan laporan Kerja Praktek ini, penulis menggunakan metode analisis
deskriptif dimana, penulis memperoleh data melalui beberapa cara, diantaranya yaitu :

a. Metode Observasi

Dalam metode observasi ini, penulis melibatkan diri secara langsung di lapangan
dan ikut serta sebagai pelaksana atau pengawas lapangan pada saat proyek berlangsung
dan mengamati bagaimana proses pelaksanaan pekerjaan tersebut.

b. Metode Wawancara

Dalam metode ini, penulis memperoleh data dari sesi tanya jawab dengan pihak pihak
yang terlibat di dalam proyek tersebut.

c. Metode Studi Kepustakaan

Data-data diperoleh dari buku, literatur, jurnal, ataupun diktat yang terdapat di
perpustakaan dan referensi lainnya yang diperoleh dari internet yang berhubungan
dengan penulisan laporan ini.

1.4 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan ini disusun secara per bab, yang dimana setiap babnya dibagi
menjadi beberapa bagian yang akan dijabarkan lagi. Hal ini bertujuan agar setiap
permasalahan yang akan dibahas dapat diketahui lebih mudah dan detail.

Adapun penguraian pada bab ini sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini diuraikan latar belakang, pembatasan masalah yang dibahas, tujuan
penulisan, metode pengumpulan data, dan sistematika penulisan yang akan menjadi acuan
dalam penulisan isi laporan.

BAB II TINJAUAN UMUM


Pembahasan dalam bab ini adalah sejarah singkat Dinas Pekerjaan Umum dan Tata
Ruang, struktur organisasi, dan data lain yang berhubungan dengan Dinas Pekerjaan Umum
dan Tata Ruang, struktur organisasi proyek, dan data lain yang berhubungan dengan proyek
pembangunan jalan poros.

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

Pembahasan dalam bab ini adalah membahas pengertian jalan, macam-macam


perkerasan jalan, kompenen-kompenen perkerasaan jalan, serta fungsi dari kompenen-
kompenen perkerasaan jalan, dan sebagainya yang menunjang pembahasan pada laporan
ini.

BAB IV PEMBAHASAN

Pembahasan dalam bab ini adalah mengenai pelaksanaan teknis pekerjaan (flexible
Pavement) Jalan Poros Kabupaten Banyuasin sungai rengit

BAB V PENUTUP

Dalam bab ini berisikan kesimpulan dan saran dari hasil akhir laporan kerja praktek
yang telah dilaksanakan yang mungkin berguna serta memberikan manfaat bagi para
pembaca.

BAB II
TINJAUAN UMUM
2.1. Data umum proyek
Pelaksanaan peningkatan Jalan talang dabuk desa sungai rengit Kec.Talang kelapa
merupakan paket yang dilakukan di provinsi Sumatera Selatan. Dalam hal ini, peningkatan
jalan talang dabuk desa sungai rengit Kec.Talang kelapa menetapkan CV. Nyiur Pratama
Mandiri sebagai penyedia jasa berdasarkan surat perjanjian yang tertera pada kontrak
nomor : 620/09/JTD-SR/PPK/KONTRAK/APBD/PUTR/2021 02 Agustus 2021 dengan
nilai kontrak Rp. 2.457.290.000,00 ( Dua milyar empat ratus lima puluh tujuh juta dua
ratus Sembilan puluh ribu rupiah ).
2.1.1 Data Teknis Proyek
Adapun data teknik proyek adalah sebagai berikut :

Nama proyek : Peningkatan jalan talang dabuk desa sungai


Rengit
Pemilik proyek : Dinas pekerjaan Umum Dan Tata Ruang
Direksi pekerjaan
Nama pejabat : IRWANSYAH
Alamat : Jl. Plg-betung Rt. 027 Rw.006 Lk III Kel.
Rimba asam Kec. Betung Kab. Banyuasin
No. Kontrak : 620/09/JTD-SR/PPK/KONTRAK/APBD/
PUTR/2021
Jalan existing

 Lebar : 5,5 meter

Penyiapan badan jalan


 Lebar : 5,5 meter
 Panjang : 992 meter
 Volume : 5.071,00 m3

Agregat B

 Lebar : 5,5 meter


 Panjang : 992 meter
 Tebal : 0,15
 Volume : 712,25 m3

Pekerasan beton semen (K-250)

 Lebar : 5,5 meter


 Panjang : 992 meter
 Tebal : 0,2
 Volume : 922,00 m3

Aspal untuk pekerjaan lebur

 Lebar : 5,5 meter


 Panjang : 992 meter
 Tebal : 0,8
 Volume : 3.688,00 liter

2.1.2 Lokasi proyek


Gambar 2.1 Tempat lokasi

1.2. Sturktur Organisasi

Struktur organisasi memiliki pengertian garis hirarki yang berisi komponen-komponen


penyusun perusahaan. Struktur ini akan memperjelas fungsi dan kedudukan setiap posisi
pekerjaan secara jelas. Termasuk juga di dalamnya pembagian hak dan kewajiban. di setiap
Pekerjaan, tentunya memiliki bagan ke organisasian dalam melaksanakan seluruh pekerjaan
tersebut, karena tentunya tidak ada yang dapat dilakukan seorang diri. Demikian juga
pekerjaan yang berkaitan dengan suatu pembangunan. Maka perlu adanya susunan ke
organisasian.
Demi menunjang kelancaran dan ke suksesan suatu pembangunan.Sturktur organisasi
merupakan bagian dari manajemen atau pengolahan proyek dengan cara tertentu, untuk
mendapatkan tujuan yang telah direncanakan, yaitu keberhasilan pembangunan proyek.
Struktur organisasi ini menunjukan hubungan yang formal, tapi tidak menggambarkan
hubungan yang bersifat informal bila terjadi interaksi sosial.

Struktur organisasi formal itu sendiri akan menunjukan yang pertama adalah macam
pokok-pokok organisasi, pembagian menjadi kelompok atau sub sistem, dan hirarki
wewenang serta tanggung jawab bagi kelompok dan pimpinan.
dalam berbagai pekerjaan, struktur organisasi merupakan suatu kelengkapan yang sangat
penting. Demikian juga suatu pekerjaan yang berkaitan dengan pembangunan. Struktur
organisasi ini mutlak diperlukan untuk menjamin kelancaran dan kesuksesan suatu proyek.

2.2.1. Struktur Organisasi Proyek

Owner

Konsultan Perencana Kontraktor Konsultan Pengawas

1. Pemilik Proyek / Owner

Pemilik proyek adalah pihak yang memiliki inisiatif awal dalam merencanakan proyek.
Umumnya inisiatif awal ini masih berupa draft kasar.pemilik proyek biasanya merupakan
badan pemerintah / swasta yang akan mendirikan suatu bangunan sesuai dengan
kemampuan dana yang dimilikinya baik yang melaksanakan sendiri maupun
dikarenakansuatu alasan tertentu sehingga pekerjaan tersebut harus dikerjakan oleh orang /
pihak lain yang berkompeten dibidangnya. Pemilik proyek biasanya merupakan badan
pemerintah / swasta yang akan mendirikan suatu bangunan dengan kemampuan dana yang
dimilikinya baik yang melaksanakan sendiri maupun dikarenakan suatu alasan tertentu
sehingga pekerjaan tersebut harus dikerjakan oleh orang / pihak lain yang berkompeten
dibidangnya. Prosedur standarnya, unit produksi dari pemilik proyek ingin meningkatkan
kapasitas produksi.pilihannya bisa berupa menambah unit produksi baru ataupun
meningkatkan kapasitas dari unit produksi yang lama. Pilihan ini akan dibicarakan ditingkat
manajemen yang melibatkan unit maupun engineering. Ditahap ini, bisa jadi konsultan
perencana sudah mulai terlibat.

2. Konsultan Perencana
Konsultan Perencana adalah orang atau badan hukum yang memborong pekerjaan
spesialis tertentu pada kontraktor utama, Membuat laporan kemajuan pelaksanaan proyek
atau biasanya disebut dengan progress yang isinya antara lain laporan harian, mingguan ,
dan laporan bulanan kepada pemilik proyek, biasanya terdiri dari laporan Pelaksanaan
pekerjaan, Kemajuan kerja yang sudah dicapai, Jumlah tenaga kerja yang dipekerjakan,
Pengaruh alam seperti cuaca dan Laporan Perubahan pekerjaan.
Pelaksanaan perencana pekerjaan pada suatu proyek adalah sebagai berikut :

1. Mengadakan penyesuaian kedaan lapangan dengan keinginan pemilik proyek


2. Membuat gambar kerja pelaksanaan membuat rencana kerja dan syarat pelaksanaan
bangunan (RKS) sebagai pedoman pelaksanaan.
3. Membuat rencana anggaran biaya (RAB).
4. Memproyeksikan keinginan atau ide–ide pemilik proyek ke dalam desain bangunan.
Melakukan perubahan desain bila terjadi penyimpangan pelaksanaan pekerjaan
dilapangan yang tidak memungkinkan untuk dilaksanakan.
5. Mempertanggung jawabkan desain dan perhitungan struktur jika terjadi kegagalan
konstruksi, kemudian proses pelaksanaannya diserahkan kepada konsultan
pengawas, Konsultan pengawas ini sendiri adalah orang / intansi yang menjadi
wakil pemilik proyek di lapangan.
3. Konsultan Pengawas
Konsultan Pengawas adalah suatu badan yang ditunjuki oleh pemimpin proyek setelah
melalui seleksi konsultan dengan mengajukan usulan kerja,melakukan tugas dan tanggung
jawab seperti yang telah dituangkan dalam kontrak atau perjanjian kerja pengawasan dan
bertanggung jawab kepada pimpinan proyek.
Pelaksanaan pengawasan pekerjaan pada suatu proyek adalah sebagai berikut :
1. pengawasan pelaksanaan pekerjaan konstruksi dari segi kualitas, kuantitas, serta laju
pencapaian volume.
2. Mengawasi pekerjaan serta produknya.
3. Mengawasi ketepatan waktu dan biaya produksinya.

4. Mengusulkan perubahan–perubahan serta penyusuaian dilapangan untuk


memecahkan permasalahan yang timbul selama pekerjaan konstruksi.
5. Menyelenggarakan rapat–rapat dilapangan secara berkala.
6. Menyusun dan mengevaluasi daftar kekurangan–kekurangan dan cacat pekerjaan
selama masa peralihan.
7. Mengkoordinasi pengadaan dua set gambar sesuai dengan pelaksanaan dilapangan
yang disiapkan oleh kontraktor.

4. Kontraktor
Kontraktor adalah suatu perusahaan yang melakukan kontrak kerja dengan orang
atau perusahaan lain untuk memasok barang atau menyelesaikan jasa. Kontraktor biasanya
mendapatkan pekerjaan dari tender atau penunjukan langsung oleh pemilik proyek.
Awalnya, sifat pekerjaan kontraktor mengarah pada pekerjaan konstruksi. Artinya,
membangun berdasarkan rancangan dan material yang telah disediakan oleh pemilik
proyek. Akan tetapi proyek yang bersifat turn keysudah semakin banyak sehingga banyak
kontraktor yang meningkatkan statusnya ke EPC ( Engineering, Procurement,
Construction). Dengan status EPC, sebuah perusahaan kontraktor akan mengerjakan detail
perancangan proyek, member material yang dibutuhkan, terakhir memasangnya dan
memastikan siap digunakan oleh pemilik proyek. Tahap memastikan bahwa proyek yang
dikerjakan telah siap dipergunakan disebut Commissioning.

2.2.2 Struktur Organisasi Pihak Owner

STRUKTUR ORGANISASI DIREKSI


PENINGKATAN JALAN TALANG DABUK DESA SUNGAI RENGIT
KEC. TALANG KELAPA KAB. BANYUASIN

PENGGUNA ANGGRAN ( PA )
KEPALA DINAS PU DAN TATA RUANG
H. ARDI ARFANI, S.T., M.M.

BENDAHARA
PENGELUARAN

PENJABAT PEMBUAT KOMITE ( PPK )


HENDRA BUDIMAN, ST., M.Si

PENJABAT PELAKSANAAN KEGIATAN ( PPTK )


DEDY STIADI, SE

PENGAWAS LAPANGAN
1. ANDI WIJAYA,S.T.,M.Si
2. SUTRISNO,S.T
3. M.DONA SYAPUTRA,S.T.
4.BADIANSYAH,S.T.

ASISTEN PENGAWAS LAPANGAN


1. IQRAM,S.T.
2. ASMIN,S.E.

Gambar 2.3 struktur organisasi dari pihak pemilik proyek / owner

1. Pengguna Anggaran
Pengguna Anggaran (PA) adalah pejabat pemegang kewenangan
penggunaan anggaran untuk melaksanakan tugas dan fungsi SKPD yang
dipimpinnya.
Tugas Pengguna Anggaran (PA) antara lain :
a. Menyusun Rencana Kerja Anggaran (RKA-SKPD).
b. Menyusun Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA SKPD).
c. Melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran atas beban
anggaran belanja.
d. Melaksanakan anggaran SKPD yang dipimpinnya.
e. Melakukan pengujian atas tagihan dan memerintahkan pembayaran.
f. Melaksanakan pemungutan retribusi daerah.
g. Mengadakan ikatan/perjanjian kerja sama dengan pihak lain dalam batas
anggaran yang telah ditetapkan.
h. Menandatangani SPM.
i. Mengelola Utang dan Piutang Daerah yang menjadi tanggung jawab
SKPD yang dipimpinnya.
j. Menyusun dan menyampaikan laporan keuangan SKPD yang
dipimpinnya.
k. Mengawasi pelaksanaan anggaran SKPD yang dipimpinnya;
l. Menetapkan PPTK dan PPK SKPD.
m. Menetapkan pejabat lainnya dalam SKPD yang dipimpinnya dalam rangka
Pengelolaan Keuangan Daerah.
n. Melaksanakan tugas lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

2. Bendahara Pengeluaran
Bendahara Pengeluaran adalah Pegawai Negeri Sipil pada Satuan Kerja
yang telah mempunyai Sertifikat Bendahara yang ditunjuk untuk menerima,
menyimpan, membayarkan, menatausahakan dan mempertanggungjawabkan
uang atau barang untuk keperluan belanja negara dalam rangka pelaksanaan
DIPA Satuan Kerja.

Tugas Bendahara Pengeluaran antara lain :


a. Mengelola Uang Persediaan & LS Bendahara.
b. Menerima, menyimpan, menatausahakan, dan membukukan uang dalam
pengelolaannya.
c. Melakukan pengujian dan pembayaran berdasarkan perintah PPK.
d. Menolak perintah pembayaran apabila tidak memenuhi persyaratan untuk
dibayarkan.
e. Memungut Pajak dan menyetor Pajak ke Bank.
f. Menyampaikan Laporan Pertanggungjawaban (LPJ).
g. Bendahara Pengeluaran bertanggung jawab secara pribadi atas uang/surat
berharga yang berada dalam pengelolaannya.
h. Bendahara Pengeluaran tidak dapat dirangkap oleh KPA atau PPK.
i. Dalam meningkatkan efektifitas dan efisiensi pelaksanaan anggaran,
Kepala SKPD dapat menunjuk beberapa BPP (Bendahara Pengeluaran
Pembantu) sesuai kebutuhan.

3. Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)


Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) adalah pejabat yang diberi kewenangan
oleh PA/KPA untuk pengambil keputusan dan/atau melakukan tindakan yang
dapat mengakibatkan pengeluaran anggaran belanja negara/anggaran belanja
daerah (Pasal 1 angka 10 Perpres No.16 Tahun 2018). PPK dapat dijabat oleh
pejabat struktural ataupun fungsional dengan tugas/kewenangan dalam sebuah
jabatan ASN.
Tugas Pejabat Pembuat Komitmen antara lain :
a. Menyusun perencanaan pengadaan.
b. Menetapkan spesifikasi teknis/Kerangka Acuan Kerja (KAK).
c. Menetapkan rancangan kontrak.
d. Menetapkan HPS.
e. Menetapkan besaran uang muka yang akan dibayarkan kepada Penyedia.
f. Mengusulkan perubahan jadwal kegiatan.
g. Menetapkan tim pendukung.
h. Menetapkan tim atau tenaga ahli.

i. Melaksanakan e-purchasing untuk nilai paling sedikit di atas


Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).
j. Menetapkan Surat Penunjukan Penyedia Barang/Jasa.
k. Mengendalikan Kontrak.
l. Melaporkan pelaksanaan dan penyelesaian kegiatan kepada PA/ KPA.
m. Menyerahkan hasil pekerjaan pelaksanaan kegiatan kepada PA/ KPA
dengan berita acara penyerahan.
n. Menyimpan dan menjaga keutuhan seluruh dokumen pelaksanaan
kegiatan.
o. Menilai kinerja penyedia.

4. Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK)


Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan yang selanjutnya disingkat PPTK
adalah pejabat yang membantu pejabat yang melakukan tindakan yang
mengakibatkan pengeluaran Anggaran Belanja atau Pejabat Pembuat
Komitmen (PPK) dalam melaksanakan kegiatan yang dibiayai dalam
DIPA/rencana/indikator kerja serta tahapan penarikan anggaran pada masing-
masing satuan kerja.
Tugas Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan antara lain :
a. Mengendalikan pelaksanaan kegiatan.
b. Melaporkan perkembangan pelaksanaan kegiatan.
c. Menyiapkan dokumen anggaran atas beban pengeluaran pelaksanaan
kegiatan.
d. Melaksanakan pengadaan barang/jasa pemerintah sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.

5. Pengawas Lapangan
Pengawas lapangan adalah orang yang melakukan pengawasan terhadap
pelaksanaan pekerjaan apakah sesuai dengan ketentuan yang telah disepakati
agar dapat memberikan laporan kepada Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)
mengenai kualitas dan peralatan yang digunakan sesuai dengan rencana atau
belum.

Tugas Pengawas Lapangan antara lain :


a. Melaksanakan pengawasan pekerjaan di lapangan, sehingga tetap
terlaksana dengan baik sesuai dengan rencana kerja.
b. Menampung segala persoalan di lapangan dan menyampaikannya kepada
pemimpin proyek.
c. Membantu survey dan mengumpulkan data di lapangan.
d. Menjaga hubungan baik dengan instasi serta masyarakat setempat yang
berhubungan dengan pekerjaan.
e. Meneliti laporan bulanan yang diserahkan oleh kontaktor.

2.2.3. Struktur Organisasi Pihak Konsultan Perencana

M. Sharul Apriyadi, ST
Site Engineer – Quantity Engineer

Dwi cahyani
Adm/ sekertaris

Tio syaputra Tri agus dewo Muhammad aji, ST


Teknisi inspector Surveyor

Gambar 2.4. struktur organisasi dari pihak konsultan perencana

1.Uraian pekerjaan staff konsultan perencana


A. Site Engineer
Tugas dan kewajiban Site Engineer :
 Menyusun schedule, metode pelaksanaan dan breakdown aktivitas bulanan dan
mingguan.
 Mengkoordinasikan kepada pemilik proyek (owner) mengenai penentuan schedule
material dan persetujuan bahan material apa saja yang akan digunakan dalam
pekerjaan.
 Menyusun dan menyediakan shop drawing.
 Menentukan cara pelaksanaan pekerjaan yang efektif dan murah.
 Melakukan supervisi di lapangan mengenai pelaksanaan pekerjaan.
 Menginformasikan adanya penyimpangan waktu dan biaya yang terjadi kepada
Project Manager.
 Mempersiapkan prosedur pelaksanaan untuk menjamin pencapaian sasaran kerja.
 Mengajukan daftar kelengkapan sarana dan prasarana yang dibutuhkan untuk
pencapaian sasaran kerja kepada Pemilik Proyek.
 Melakukan monitoring secara intensif terhadap tahapan pelaksanaan kegiatan harian
mingguan dan laporan keuangan.
 Melakukan koordinasi pembuatan laporan progres pelaksanaan proyek secara
periodik.
 Mengevaluasi kualitas mutu dan menetapkan cara agar tidak terjadi penyimpangan
yang kemungkinan akan terjadi.
 Mempersiapkan data untuk menyusun schedule, meliputi item aktivitas kegiatan,
jangka waktu, bahan dan peralatan.
 Memaksimalkan kemungkinan pemanfaatan value engineering (VE).

B. Quality Engineer
Tugas dan kewajiban Quantity Engineer :
 Pengendalian terhadap mutu bahan dan pekerjaan yang dilaksanakan oleh kontraktor
berdasarkan ketentuan dan persyaratan yang telah ditentukan dalam Dokumen
KontrakQuality Engineer harus memahami benar metode test laboratorium dan
lapangan yangdisyaratkan dalam Dokumen Kontrak.

 Mengikuti petunjuk teknis dan instruksi dari Site Engineer, serta berupa agar Site
Engineer dan Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan selalu mendapat informasi yang
diperlukan sehubungan dengan pengendalian mutu.
 Melakukan pengawasan dan pemantauan ketat atas pengaturan personil dan peralatan
laboratorium kontraktor agar pelaksanaan pekerjaan selalu didukung tersedianya
tenaga dan peralatan pengendalian mutu sesuai dengan dalam Dokumen Kontrak.
 Melakukan pengawasan dan pemantauan atas pengaturan dan pengadaan Stone
Crusher dan Aspalt Mixing Plant atau peralatan lain yang diperlukan.
 Melakukan pengawasan setiap hari semua kegiatan pemeriksaan mutu bahan dan
pekerjaan, serta segera memberikan laporan kepada Site Engineer setiap
permasalahan yang timbul sehubungan dengan pengendalian mutu bahan dan
pekerjaan.
 Melakukan analisa semua hasil test, termasuk usulan komposisi campuran (JobMix
Formula), baik untuk pekerjaan aspal, soil cement, agregat dan beton,
sertamemberikan rekomendasi dan justifikasi teknis atas persetujuan dan penolakan
usulan tersebut.
 Melakukan pengawasan atas pelaksanaan coring perkerasan jalan yang dilakukanoleh
kontraktor sehingga baik jumlah serta lokasi coring dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan dan persyaratan.
 Menyerahkan kepada Site Engineer himpunan data bulanan pengendalian mutu paling
lambat tanggal 14 bulan berikutnya.
 Himpunan data harus mencakup semua datatest laboratorium dan lapangan secara
jelas dan terperinci.
 Memberi petunjuk kepada staf kontraktor, agar semua teknisi laboratorium danstaf
pengendali mutu mengenal dan memahami semua prosedur dan data cara pelaksanaan
test sesuai dengan yang tercantum dalam spesifikasi.

C. Adm / sekretaris
Tugas dan kewajiban Adm / Sekretaris :
Tugasnya adalah untuk melaksanakan administrasi proyek dari awal hingga akhir
agar setiap dokumen yang terkait dengan proyek tersebut dapat terdokumentasi secara rapi
dan mudah untuk di cari. Selain itu membantu manajer proyek dalam membuat dokumen
manajemen proyek yang berhubungan dengan proyek maupun secara umum sehingga dapat
memudahkan kerja dari manajer.

D. Juru gambar / Drafter


Tugas dan kewajiban Juru Gambar / Drafter :
 Membuat gambar pelaksanaan / gambar shop drawing
 Menyesuaikan atau merivisi gambar perencana dengan kondisi nyata dilapangan
 Menjelaskan kepada pelaksana lapangan / surveyor mengenai bentuk detail struktur
dan ukuran bangunan agar struktur bangunan yang dibuat sesuai dengan apa yang
sudah direncanakan sebelumnya.
 Membuat gambar hasil pelaksanaan pekerjaan / as built drawing sebagai laporan hasil
pelaksanaan kepada pemilik proyek / owner.
E. Teknisi lab
Tugas dan kewajiban Teknisi Lab. :
 Mengikuti petunjuk teknis dan instruksi dari Site Engineer/Quality Engineer, serta
mengusahakan agar Site Engineer dan Pejabat Pembuat Komitmen selalu mendapat
informasi yang diperlukan dengan pengendalian mutu.
 Melakukan pengawasan dan pemantauan ketat atas pengaturan personil dan peralatan
laboratorium kontraktor, agar pelaksanaan pekerjaan selalu didukung tersedianya
tenaga dan peralatan pengendalian mutu sesuai dengan persyaratan dalam dokumen
kontrak.
 Melakukan pengawasan dan pemantauan atas pengaturan dan pengadaan peralatan
Laboratorium atau peralatan lain yang diperlukan.
 Melakukan analisa semua hasil test, termasuk usulan komposisi campuran (Job Mix
formula).

 Melakukan pengawasan atas pelaksanaan pengujian Kuat tekan Beton yang dilakukan
oleh kontraktor, sehingga jumlah sesuai dengan ketentuan dan persyaratan yang
berlaku.
 Menyerahkan kepada Site Engineer himpunan data bulanan pengendalian mutu paling
lambat tanggal 2 bulan berikutnya.
 Memberi petunjuk kepada staf kontraktor, agar semua teknisi laboratorium dan staf
pengendali mutu mengenal dan memahami semua prosedur dan tata cara pelaksanaan
test sesuai dengan yang tercantum dalam specifikasi teknik.
F. Inspector
Tugas dan kewajiban Inspector :
 Bertanggung jawab kepada Site Engineer/Chief Inspector untuk mengawasi kualitas
konstruksi dan memastikan berdasarkan basis harian bahwa pekerjaan dilaksanakan
sesuai dengan dokumen kontrak, spesifikasi, gambar-gambar kerja yang sudah
disyahkan oleh Site Engineer.
 Mengawasi semua pengambilan contoh material dan pengadaan transportasi ke
laboratorium untuk di tes, setelah pengetesan Inspector harus menginformasikan
kepada kontraktor tentang hasil pengujian dan setiap perbaikan yang dibutuhkan.
 Membuat catatan harian tentang aktivitas kontraktor dan engineer dengan format
laporan standard dan memberitahukan kontraktor secara tertulis terhadap
penyimpangan-penyimpangan yang dilakukannya.
 Menggambar kemajuan harian yang dicapai kontraktor pada grafik (chart) yang telah
disetujui.
 Membantu Site Engineer dalam membuat laporan dan serah terima sementara serta
pemeriksaan kualitas dilapangan.
 Memonitor dan melaporkan setiap kejadian (kecelakaan, kebakaran, dan lain-lain)
serta ketidak beresan di lapangan kepada Site Engineer.

G. Surveyor
Tugas dan kewajiban Surveyor :
 Mengikuti petunjuk teknis dan instruksi dari Site Engineer / Chief Inspector, serta
mengusahakan agar Site Engineer dan Pejabat Pembuat Komitmen selalu mendapat
informasi yang diperlukan dengan pengendalian volume pekerjaan.
 Melaksanakan pengawasan harian, agar pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan oleh
kontraktor sesuai dengan desain dan volume yang
ditentukan.
 Melaksanakan dan mengawasi proses pengukuran dan pemetaan, baik itu untuk
alinyemen Horizontal dan Vertikal ataupun Cross Section.
 Setiap saat mengikuti petunjuk teknis dan spesifikasi yang tercantum dalam
dokumen kontrak.
 Mengecek dan mengukur volume bahan dan pekerjaan yang dihasilkan
oleh kontraktor, untuk dipakai sebagai dasar pembuatan pembayaran bulanan
(Monthly Certificate).
 Membantu Site Engineer dalam membuat laporan dan serah terima sementara serta
pemeriksaan kualitas dilapangan.

2.2.4. Struktur Organisasi Pihak Konsultan pengawas


STRUK ORGANISASI KONSULTAN

M. Sharul Apriyadi, ST
Site Engineer – Quantity Engineer

Novia agustina
Operator komputer

Tri agus dewo


Inspector / surveyor

Gambar 2.5 struktur organisasi konsultan perencanaan dan pengawas

1. Uraian Pekerjaan Staff konsultan Pengawas


A. Chief Inpection
Chief Inpection mempunyai tugas dan kewajiban antara lain sebagai berikut:
 Melakukan pengawasan terhadap pekerjaan yang dilakukan kontraktor agar sesuai
dengan perencanaan.
 Membuat catatan–catatan pekerjaan per hari yang dikerjakan oleh kontraktor.
 Bertanggung jawab dan memberikan laporan kemajuan pekerjaan terhadap site
engineermenyiapkan data untuk final payment.
 Melaksanakan persiapan surat–surat, laporan harian,laporan bulanan, jadwal
kemajuan pekerjaan dan lain–lain.
B. Quality engineer
Quality engineer mempunyai Tugas dan kewajiban antara lain sebagai berikut:

 Bertanggung jawab kepada site engineer.


 Melakukan pengawasan terhadap pekerjaan kontraktor yang kuantitasnya tidak sesuai
dengan ketentuan.
 Menolak pekerjaan kontraktor yang kuantitas nya tidak sesuai dengan ketentuan
 Memberikan laporan tertulis kepada pelaksana kegiatan atas hal–hal yang
menyangkut pengendalian kuantitas serta uraian terhadap usulan–usulan pengatasan
masalah yang perlu dilakukan.
 Ikut serta dalam Inspeksi akhir serta membantu pelaksanaan kegiatan dalam
mempersiapkan proses serah terima dalam hal pelaporan jenis dan kuantitas hasil
akhir pelaksanaan kerja kontraktor secara meyeluruh.

C. Supporting Staff
Supporting staff ini terdiri antara lain sekretaris, operator komputer, cad
operator,penjaga kantor, supporting staff disini ditempatkan di masing–masing bidangnya
dengan orang–orang yang juga berkompeten dibidangnya masing–masing. Supporting staff
sangat dibutuhkan untuk membantu dan melaksanakan proyek secara tidak langsung
meskipun bukan dilapangan. Supporting staff bertugas membantu membuat laporan
persiapan supervisi engineer, membantu membuat gambar proyek, membantu
membersihkan kantor dan menjaga keamanan lingkungan kantor. Secara tidak langsung
supporting staff bertanggung jawab langsung terhadap supervisi engineer.

2.2.5. Struktur Organisasi Pihak Kontraktor

STRUKTUR ORGANISASI
CV NYIUR PRATAMA MANDIRI

Irwansyah, SKM
Direktur

Ichan Yuliana, SE
Wakil Direktur

Firmansyah putra M. faisal novriansyah,SH Agung roby suraga


Pelaksana lapangan Pelaksana kegiatan Logistik

Gambar 2.6. Struktur Organisasi dari Pihak Kontraktor

1. Direktur
Tugas Direktur antara lain :
a. Menetapkan strategi perusahaan, kebijakan dasar keuangan, organisasi dan
SDM, serta sistem teknologi informasi dan komunikasi perusahaan.
b. Mengajukan saran pengelolaan perusahaan yang memerlukan persetujuan
komisaris dan/atau memerlukan tanggapan tertulis
c. komisaris dan persetujuan RUPS serta melaksanakannya sesuai ketentuan
yang diatur dalam anggaran dasar, persetujuan komisaris serta
keputusan RUPS.
d. Mengupayakan tercapainya target-target perusahaan dalam aspek
keuangan, aspek operasional dan aspek administrasi yang telah disetujui
dan ditetapkan dalam RUPS, menetapkan sasaran kinerja serta evaluasi
kinerja perusahaan melalui mekanisme organisasi termasuk rencana
strategis perusahaan.
e. Menetapkan persetujuan proyek, memantau dan melakukan koreksi
terhadap pelaksanaannya.
Menetapkan strukstur organisasi dan penetapan pejabat perusahaan sampai jenjang tertentu

2. Wakil Direktur
Tugas dan tanggung jawab sebagai berikut:

a. Membantu Direktur dalam menyusun rencana kerja serta anggaran


untuk mencapai tujuan perusahaan.
b. Membantu Direktur dalam memimpin dam mengkoordinir seluruh
aktivitas perusahaan.
c. Membantu Direktur dalam mengambil keputusan dan kebijakan-
kebijakan yang dianggap perlu untuk kebaikan dan

kemajuan perusahaan.

Kebijakan yang di anggap untuk kebaikan dan kemajuan perusahaan


3. Pelaksana Lapangan
Tugas Pelaksana Lapangan antara lain :
a. Melaksanakan pekerjaan harian sesuai dokumen kontrak.
b. Mengkoordinir pekerja agar bekerja efektif dan efisien.
c. Melaksanakan pekerjaan harian lapangan.

4. Pelaksana kegiatan

Tugas kegiatan antara lain :

a. Melaksanakan Swakelola
b. Menyusun dokumen Lelang
c. Mengumumkan dan melaksanakan Lelang untuk Pengadaan
d. melalui Penyedia
e. Memilih dan menetapkan Penyedia
f. Memeriksa dan melaporkan hasil Pengadaan kepada Kasi/Kaur; dan.
g. Mengumumkan hasil kegiatan dari Pengadaan.

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Pengertian Jalan


Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan,
termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas,
yang berada pada permukaan tanah, diatas permukaan tanah, dibawah permukaan tanah
atau air, serta diatas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan kabel.Jalan
merupakan prasarana yang sangat menunjang bagi kebutuhan hidup masyarakat. Jalan
merupakan prasarana angkutan darat yang sangat penting dalam memperlancar kegiatan
hubungan perekonomian, baik antara satu kota dengan kota lainnya, maupun antara kota
dengan desa dan antara satu desa dengan desa lainnya.

Kerusakan jalan disebabkan antara lain karena beban lalu lintas berulang yang
berlebihan (overloaded), panas/suhu udara, air dan hujan, serta mutu awal produk jalan
yang jelek. Oleh sebab itu disamping direncanakan secara tepat jalan harus dipelihara
dengan baik agar dapat melayani pertumbuhan lalulintas selama umur
rencana.Pemeliharaan jalan rutin maupun berkala perlu dilakukan untuk mempertahankan
keamanan dan kenyamanan jalan bagi pengguna dan menjaga daya tahan / keawetan
sampai umur rencana (Suwardo & Sugiharto, 2004).
Survey kondisi perkerasan perlu dilakukan secara periodik baik struktural maupun
nonstruktural untuk mengetahui tingkat pelayanan jalan yang ada. Pemeriksaan
nonstruktural (fungsional) antara lain bertujuan untuk memeriksa kerataan (roughness),
kekasaran (texture), dan kekesatan (skid resistance).
Pengukuran sifat kerataan lapis permukaan jalan akan bermanfaat di dalam usaha
menentukan program rehabilitasi dan pemeliharaan jalan.
Di Indonesia pengukuran dan evaluasi tingkat kerataan jalan belum banyak dilakukan salah
satunya dikarenakan keterbatasan peralatan.Karena kerataan jalan berpengaruh pada
keamanan dan kenyamanan pengguna jalan maka perlu dilakukan pemeriksaan kerataan
secara rutin sehingga dapat diketahui kerusakan yang harus diperbaiki (Suwardo &
Sugiharto, 2004).

Penilaian tipe dan kondisi permukaan jalan yang ada merupakan aspek yang paling
penting dalam penentuan sebuah proyek, sebab karakteristik inilah yangakan menentukan
satuan nilai manfaat ekonomis yang ditimbulkan oleh adanya perbaikan jalan.
Perkerasan jalan merupakan lapisan perkerasan yang terletak diantara lapisan tanah
dasar dan roda kendaraan yang berfungsi memberikan pelayanan kepada sarana transportasi
dimana diharapkan selama masa pelayanan tidak terjadi kerusakan yang berarti.

3.2. Klasifikasi Jalan


Klasifikasi jalan dibedakan menjadi beberapa macam yaitu :
3.2.1 Klasifikasi Jalan Raya Menurut Bina Marga
Klasifikasi jalan raya menurut Bina Marga tertuang dalam undang-undang nomer 38
tahun 2004 mengenai jalan, dalam UU tersebut mengelompokkan jalan berdasarkan :
1. Klasifikasi jalan menurut peran dan fungsi,
2. Klasifikasi jalan menurut wewenang,
3. Klasifikasi jalan menurut kelas atau muatan sumbu,
1. Klasifikasi jalan menurut peran dan fungsi
Berdasarkan peran dan fungsinya jalan raya dibagi menjadi :

A. Jalan arteri
Jalan arteri adalah jalan umum dengan fungsi untuk melayani angkutan utama yang
menempuh perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-ratanya tinggi, serta jalan masuk
atau aksesnya dibatasi jumlahnya secara berdaya guna. Dari peran dan fungsinya
ini, jalan arteri harus memenuhi syarat sebagai berikut :
 Kecepatan rencana atau kendaraan diatasnya lebih dari 60 km/jam.
 Lebar badan jalan melebihi 8 meter.
 Kapasitas jalan harus lebih besar dibandingkan volume lalu lintas rata-rata.
 Kecepatan rencana dan kapasitas jalan dicapai dengan membatasi jalan masuk
secara efisien.
 Lalu lintas dan kegiatan lokal tidak boleh mengganggu lalu lintas jalan.
 Jalan arteri meskipun memasuki kota tidak boleh terputus.

B. Jalan kolektor
Jalan kolektor adalah jalan umum dengan fungsi untuk melayani angkutan pengumpul
atau pembagi. Jalan kolektor mempunyai ciri yaitu kendaraan yang melintas menempuh
jarak sedang, kecepatannya sedang dengan jumlah jalan masuk yang dibatasi. Melihat
dari fungsi dan perannya maka jalan kolektor harus memenuhi syarat sebagai berikut :
 Kecepatan rencana atau kendaraan diatasnya lebih dari 40 km/jam.
 Lebar badan jalan harus lebih dari 7 meter.
 Volume lalu lintas rata-rata tidak boleh lebih besar dari kapaitas jalan, maksimal
harus sama.
 Kecepatan rencana dan kapasitas jalan tidak boleh terganggu dengan cara
membatasi jalan masuk secara efisien.
 Kegiatan dan lalu litas tidak boleh mengganggu lalu lintas jalan.
 Meskipun memasuki kota, jalan kolekor tidak boleh terputus.

C. Jalan local
Jalan lokal adalah jalan umum dengan fungsi untuk melayani angkutan lokal atau
setempat. Ciri jalan lokal adalah kendaraan yang melintas menempuh jarak dekat,
kecepatannya rendah, dengan jumlah jalan masuk yang tidak dibatasi. Dari segi
peran dan fungsinya, jalan lokal harus memenuhi syarat seperti :
 Tidak terputus, apabila memasuki wilayah desa.
 Lebar badan jalan lokal lebih dari 6 meter.
 Kecepatan rencana atau kendaraan diatas 20 km/jam.

D. jalan lingkungan
Jalan lingkungan adalah jalan umum dengan fungsi untuk melayani angkutan
setempat atau lingkungan dengan perjalanan jarak dekat serta kecepatannya yang
rendah.
2. Klasifikasi jalan menurut wewenang
Tujuan pengklasifikasian menurut wewenang adalah untuk memastikan kepastian
hukum penyelenggara jalan apakah dibawah wewenang pemerintah daerah atau pemerintah
pusat. Berdasarkan wewenangnya, jalan raya diklasifikasikan menjadi :

a. Jalan Nasional
Jalan nasional adalah jalan kolektor dan jalan arteri yang tergabung dalam sistem
jaringan jalan primer. Fungsi jalan nasional ini adalah untuk menghubungkan antar ibukota
provinsi, jalan tol maupun jalan strategis berskala nasional.

b. Jalan Provinsi
Jalan provinsi adalah jalan kolektor yang ada dalam sistem jalan primer. Jalan
provinsi mempunyai fungsi sebagai penghubung ibukota provinsi dengan ibukota
kota/kabupaten, antar ibukota kabupaten/kota, hingga jalan strategis tingkat provinsi.

c. Jalan Kabupaten
Jalan kabupaten adalah jalan lokal yang tergabung dalam sistem jaringan jalan
primer. Jalan kabupaten berfungsi sebagai penghubung ibukota kabupaten dengan
kecamatan, antar kecamatan, ibukota kabupaten dengan pusat kegiatan lokal, antar pusat
kegiatan daerah / lokal, hingga jalan umum dan jalan strategis tingkat kabupaten.

d. Jalan Kota
Jalan kota adalah jalan umum yang terdapat dalam sistem jaringan jalan sekunder.
Jalan kota berfungsi sebagai penghubung antar pusat pelayanan dalam kota, pusat
pelayanan dengan persil, antar persil, hingga antar pusat pemukiman dalam kota.

e. Jalan Desa
Jalan desa adalah jalan umum dengan fungsi sebagai penghubung kawasan dan antar
pemukiman yang ada di desa, hingga jalan lingkungan.

3. Klasifikasi jalan menurut kelas atau muatan sumbu


Pengklasifikasian jalan yang terakhir adalah berdasarkan kelasnya atau muatan
sumbunya, dari segi ini jalan dibagi menjadi :

a. Jalan Kelas I
Jalan kelas I adalah jalan arteri yang bisa untuk dilewati oleh kendaraan bermotor
maupun kendaraan bermuatan yang lebarnya tidak lebih dari 2,5 meter. Sedangkan
panjangsendiri tidak lebih dari 18 meter, muatan sumbu maksimal yang diizinkan pada
jalan ini adalah tidak lebih dari 10 ton. Di Indonesia jenis jalan ini masih belum digunakan,
namun di berbagai negara maju telah banyak dikembangkan bahkan hingga mencapai
muatan sumbu sebesar 13 ton.

b. Jalan Kelas II
Jalan kelas II adalah jalan arteri yang bisa untuk dilewati oleh kendaraan bermotor
termasuk kendaraan bermuatan.Denganukuranlebar tidak lebih dari 2,5 meter dengan
panjangtidak lebih dari 18 meter, dan muatan sumbu maksimalnya mencapai 10 ton. Jenis
jalan ini cocok diaplikasikan untuk lalu lintas angkutan peti kemas.

c. Jalan Kelas IIIA


Jalan kelas III A adalah jalan kolektor maupun arteri yang bisa untuk dilalui
kendaraan bermotor termasuk kendaraan bermuatan.denganukuranlebar yang tidak lebih
dari 2,5 meter dengan panjang tidak lebih dari 18 meter, dengan muatan sumbu terberatnya
adalah 8 ton.

d. Jalan Kelas IIIB


Jalan kelas III B adalah jalan kolektor yang bisa untuk dilalui oleh kendaraan
bermotor maupun kendaraan dengan muatan. Lebartidak lebih dari 2,5 meter dengan
panjang tidak lebih dari 12 meter dan muatan sumbu terberatnya maksimal 8 ton.

e. Jalan Kelas IIIC


Jalan kelas III C adalah jalan lingkungan dan jalan lokal yang bisa untuk dilalui oleh
kendaraan bermotor maupun kendaraan bermuatan. lebar yang tidak melebihi 2,1 meter
yang panjangnya tidak lebih dari 9 meter, untuk muatan terberatnya adalah sekitar 8 ton.

3.2.2Jenis-Jenis Jalan Berdasarkan Sistem Jaringan Jalan


Berdasarkan sistem jaringan dan kegiatan yang dilakukan pada sebuah jalan, maka
dapat dibedakan menjadi beberapa jenis sebagai berikut :
a. Jalan Primer
Jalan primer adalah jenis jaringan jalan dengan peranan pelayanan distribusi barang
dan jasa untuk pengembangan semua wilayah di tingkat nasional, dengan menghubungkan
semua simpul jasa distribusi yang berwujud pusat-pusat kegiatan. Jalan primer melayani
pergerakan antar pusat kegiatan dimana pusat kegiatan terdiri atas tiga macam yaitu sebagai
berikut :
 Pusat Kegiatan Nasional ( BKN )
 Pusat Kegiatan Wilayah ( PKW )
 Pusat Kegiatan Lokal ( PKL )
b. Jalan Sekunder
Jalan sekunder merupakan jalan yang melayani pergerakan untuk area bukan pusat
kegiatan seperti jalan di kawasan perkotaan. Jalan sekunder juga biasanya menjadi cabang
dan perpanjangan dari jalan primer yang melayani kegiatan lain dalam sistem urban. Jalan
sekunder menghubungkan zona antarkawasan di dalam perkotaan yang diatur secara
berjenjang sesuai dengan fungsi kawasan yang dihubungkannya.

3.3 Bagian Ruang Jalan


Pada pekerjaan jalan terdapat beberapa macam bagian ruang jalan adalah sebagai
berikut :

a. Ruang manfaat jalan (RUMAJA)

adalah suatu area atau ruang yang dimanfaatkan untuk konstruksi jalan dan terdiri atas
badan jalan, saluran tepi jalan, serta ambang pengamannya. Badan jalan meliputi jalur lalu
lintas, dengan (median) atau tanpa jalur pemisah dan bahu jalan, termasuk jalurpejalan kaki.
Ambang pengaman jalan terletak di bagian paling luar, dari ruang manfaat jalan, dan
dimaksudkan untuk mengamankan bangunan jalan.

b. Ruang milik jalan (RUMIJA)

adalah sejalur tanah tertentu di luar ruang manfaat jalan (RUMAJA) yang masih
menjadi bagian dari ruang milik jalan yang dibatasi oleh tanda batas ruang milik jalan
yang dimaksudkan untuk memenuhi persyaratan keluasan keamanan penggunaan
jalan antara lain untuk keperluan pelebaran ruang manfaat jalan pada masa yang akan
datang.

c. Ruang pengawasan jalan (RUWASJA)

adalah ruang tertentu yang terletak di luar ruang milik jalan yang
penggunaannya diawasi oleh penyelenggara jalan agar tidak mengganggu pandangan
pengemudi, konstruksi bangunan jalan apabila ruang milik jalan tidak cukup luas, dan
tidak mengganggu fungsi jalan. Terganggunya fungsi jalan disebabkan oleh
pemanfaatan ruang pengawasan jalan yang tidak sesuai dengan peruntukannya.

d. Daerah Manfaat Jalan (DAMAJA)

Daerah ini merupakan ruang sepanjang jalan yang dibatasi oleh lebar, tinggi,
dan kedalaman ruang bebas tertentu yang ditetapkan oleh Pembina Jalan. Daerah
manfaat jalan hanya digunakan untuk perkerasan jalan, bahu jalan, saluran samping,
tereng, ambang pengaman, timbunan dan galian, gorong-gorong, perlengkapan jalan,
dan bangunan pelengkap lainnya.

e. Daerah Milik Jalan (DAMIJA)

Daerah ini merupakan ruang sepanjang jalan yang dibatasi oleh lebar dan tinggi
tertentu yang dikuasai oleh Pembina Jalan dengan suatu hak tertentu sesuai dengan
perundang-undangan yang berlaku. Daerah milik jalan digunakan untuk Daerah
Manfaat Jalan, pelebaran jalan dan penambahan jalur lalu lintas dikemudian hari serta
kebutuhan ruangan untuk pengamanan jalan.

f. Daerah Pengawas Jalan

Daerah ini merupakan ruang sepanjang jalan yang dimaksudkan agar


pengemudi mempunyai pandangan bebas dan badan jalan aman dari pengaruh
lingkungan, misalnya air dan bangunan liar (tanpa surat izin).

3.4. Konstruksi Perkerasan


Pada umumnya pembuatan jalan menempuh jarak beberapa kilometer sampai
ratusan kilometer bahkan melewati medan yang berbukit, berliku-liku dan berbagai masalah
lainnya. Oleh karena itu jenis konstruksi perkerasan harus disesuaikan dengan kondisi tiap-
tiap tempat atau daerah yang akan dibangun jalan tersebut, khususnya mengenai bahan
material yang digunakan diupayakan mudah didapatkan disekitar trase jalan yang akan
dibangun, sehigga biaya pembangunan dapat ditekan. Silvia sukirman (1999) menyatakan
bahwa berdasarkan bahan pengikatnya konstruksi jalan dapat dibedakan menjadi tiga
macam yaitu :
1. Konstruksi perkerasan lentur (flexible pavement) adalah lapis perkerasan yang
menggunakan semen sebagai bahan ikat antar material. Lapisan-lapisan perkerasannya
bersifat memikul dan meneruskan serta menyebarkan beban lalu lintas ke tanah dasar.
2. Konstruksi perkerasan kaku (rigid pavement) adalah lapis perkerasan yang
menggunakan semen sebagai bahan ikat antar materialnya. Pelat beton dengan atau tanpa
tulangan diletakkan diatas tanah dasar denganatau tanpa lapis pondasi bawah.Beban lalu
lintas dilimpahkan ke pelat beton, konstruksi ini jarang digunakan karena biaya yang cukup
mahal, tetapi biasanya digunakan pada proyek-proyek jalan layang.
3. Konstruksi perkerasan komposit (composite pavement) adalah lapis perkerasan
yang berupa kombinasi antara perkerasan lentur dengan perkerasan kaku. Perkerasan lentur
berada diatas perkerasan kaku, atau kombinasi berupa perkerasan kaku diatas perkerasan
lentur.
Penanganan konstruksi perkerasan apakah itu bersifat pemeliharaan, penunjang,
peningkatan, ataupun rehabilitasi dapat dilakukan dengan baik setelah kerusakan-kerusakan
yang timbul pada perkerasan tersebut dievaluasi mengenai penyebab dan akibat mengenai
kerusakan tersebut. Besamya pengarah suatu kerusakan dan langkah penanganan
selanjutnya sangat tergantung dari evaluasi yang dilakukan oleh sipengamat, oleh karena itu
sipengamat haruslah orang yang benar-benar menguasai jenis dan sebab serta tingkat
penanganan yang dibutuhkan dari kerusakan-kerusakan yang timbul. Menurut Shanin
(1994). M.Y, PCI (Pavement Condition Index) adalah petunjuk penilaian untuk kondisi
perkerasan.

3.5. Lapisan Perkerasan


Konstruksi perkerasan lentur terdiri dari lapisan-lapisan yang diletakkan diatas
tanah dasar yang telah dipadatkan.Lapisan-lapisan tersebut berfungsi untuk menerima
beban lalu lintas dan menyebarkannya kelapisan dibawahnya.Tanah dasar adalah bagian
yang terpenting dari konstruksi jalan karena tanah dasar inilah yang mendukung seluruh
konstruksi jalan beserta muatan lalu lintas diatasnya.Tanah dasar pula yang menentukan
mahal atau tidaknya pembangunan jalan tersebut, karena kekuatan tanah dasar menentukan
tebal tipisnya lapisan perkerasan, yang berarti juga menentukan mahal atau murahnya biaya
pembangunan jalan tersebut. Jenis perkerasan jalan ini dibedakan menjadi tiga tipe, yaitu:
1.Perkerasan Lentur / Aspal (Flexible Pavement)
2.Perkerasan Kaku / Beton (Rigid Pavement)
3.Perkerasan menggunakan paving block (Block Pavement)
Sedangkan lapisan konstruksi perkerasan secara umum yang biasa digunakan di
Indonesia menurut Sukirman (1999) atau komponen pada
Perkerasan Lentur (Flexible Pavement yang terdiri dari :
1.Lapisan permukaan (surface course).
2.Lapisan pondasi atas (base course).
3.Lapisan pondasi bawah (subbase course).
4.Lapisan tanah dasar (subgrade).

3.5.1 Perkerasan Lentur (Flexible Pavement)


Kontruksi perkerasan lentur terdiri dari lapisan-lapisan yang diletakkan di atas tanah
dasar yang telah dipadatkan. Lapisan-lapisan tersebut berfungsi untukmenerima beban lalu
lintas dan menyebarkannya ke lapisan di bawahnya. Bebankendaraan dilimpahkan ke
perkerasan jalan melalui bidang kontak roda berupa bebanterbagi rata P0. Beban tersebut
diterima oleh lapisan permukaan dan disebarkan ketanah dasar menjadi P1 yang lebih kecil
dari daya dukung tanah dasar.Lihat gambar dibawah ini sebagai beikut.

3.16 Gambar Perkerasan Lentur (Flexible Pavement)

3.5.1.1 Lapisan Tanah Dasar (Subgrade)


Lapisan tanah dasar adalah tanah permukaan semula, permukaan tanah galian
ataupun tanah timbunan yang dipadatkan dan merupakan permukaan dasar untuk
perletakan bagian-bagian perkerasan yang lain.Lapisan ini terletak diatas tanah timbunan
atau tanah galian yang sebelumnya diadakan perbaikan tanahnya sesuai dengan syarat
yang telah ditentukan. Ditinjau dari muka tanah asli, maka tanah dasar dibedakan atas :
a.Lapisan tanah dasar berupa tanah galian.
b.Lapisan tanah dasar berupa tanah timbunan.
c.Lapisan tanah dasar berupa tanah asli.

3.5.1.2 Lapisan Pondasi Bawah (Subbase Course)


Lapisan pondasi bawah adalah lapisan perkerasan yang terletak antara lapisan
pondasi atas dan tanah dasar. Fungsi lapisan pondasi bawah yaitu:
a. Bagian dari konstruksi perkerasan untuk menyebarkan beban roda ke tanah dasar.
b. Efisiensi penggunaan material.
c. Mengurangi tebal lapisan diatasnya yang lebih mahal.
d. Lapis perkerasan.
e. Lapisan pertama agar pekerjaan dapat berjalan lancar.
f. Lapisan untuk partikel-partikel halus dari tanah dasar naik ke lapisan pondasi atas
Jenis- jenis agregat lapis pondasi bawah yang umum dipergunakan di Indonesia,
antara lain :

1. Sirtu atau Pitrun Kelas A


2. Sirtu atau Pitrun Kelas B
3. Sirtu atau Pitrun Kelas C

3.5.1.3 Lapisan Pondasi Atas (Base Course)

Lapisan pondasi atas adalah lapisan perkerasan yang terletak diantara lapisan
pondasi bawah dan lapisan permukaan yang berfungsi sebagai penahan gaya lintang dari
beban roda, lapisan peresapan dan bantalan terhadap lapisan permukaan.Lapisan ini
harus mampu menahan beban serta pengaruh-pengaruhnya dan membagi atau
meneruskan beban tadi kepada lapisan di bawahnya.

Jenis – jenis lapis pondasi atas yang umum dipergunakan di Indonesia, adalah
sebagai berikut :

1. Pondasi Macadam
2. Pondasi Telford
3. Penetrasi Macadam (Lapen)
4. Aspal Buton Pondasi (Asphalt Concrete Base atau Asphalt Treated Base)
3.5.1.4 Lapisan Permukaan (Surface Course)
Lapisan permukaan adalah lapisan yang terletak paling atas yang berfungsi
sebagai lapis perkerasan penahan beban roda, lapis kedap air, lapis aus dan lapisan yang
menyebarkan beban kelapisan bawah.Jenis lapisan permukaan yang umum dipergunakan
di Indonesia adalah lapisan bersifat nonstructural dan bersifat structural.
Bahan untuk lapis permukaan umumnya adalah sama dengan bahan untuk lapis
pondasi, dengan persyaratan yang lebih tinggi. Penggunaan bahan aspal diperlukan agar
lapisan dapat bersifat kedap air, disamping itu bahan aspal sendiri memberikan bantuan
tegangan tarik, yang berarti mempertinggi daya dukung lapisan terhadap beban roda lalu
lintas.Pemilihan bahan untuk lapis permukaan perlu dipertimbangkan kegunaan, umur
rencana serta pentahapan konstruksi, agar dicapai manfaat yang sebesar-besarnya dari
biaya yang dikeluarkan.

Jenis–jenis Lapis Permukaan (Surface Course) terdapat beberapa macam yaitu :


a. Lapisan aspal beton (LASTON)
Lapis Aspal Beton (LASTON) adalah merupakan suatu lapisan pada
konstruksi jalan yang terdiri dari agregat kasar, agregat halus, filler dan aspal
keras, yang dicampur, dihampar dan dipadatkan dalam keadaan panas pada
suhu tertentu.

b. Lapisan Penetrasi Macadam (LAPEN)


Lapis Penetrasi Macadam (LAPEN) adalah merupakan suatu lapis
perkerasan yang terdiri dari agregat pokok dengan agregat pengunci
bergradasi terbuka dan seragam yang diikat oleh aspal keras dengan cara
disemprotkan diatasnya dan dipadatkan lapis demi lapis dan apabila akan
digunakan sebagai lapis permukaan perlu diberi laburan aspal dengan batu
penutup.
c. Lapis Asbuton Campuran Dingin (LASBUTAG)
Lapis Asbuton Campuran Dingin (LASBUTAG) adalah campuran yang
terdiri dari agregat kasar, agregat halus, asbuton, bahan peremaja dan filler
(bila diperlukan) yang dicampur, dihampar dan dipadatkan secara dingin.
d. Hot Rolled Asphalt (HRA)
Hot Rolled Asphalt (HRA) merupakan lapis penutup yang terdiri dari
campuran antara agregat bergradasi timpang, filler dan aspal keras dengan
perbandingan tertentu, yang dicampur dan dipadatkan dalam keadaan panas
pada suhu tertentu.
e. Laburan Aspal (BURAS)
Laburan Aspal (BURAS) adalah merupakan lapis penutup terdiri dengan
ukuran butir maksimum dari lapisan aspal taburan pasir 9,6 mm atau 3/8
inch.
f. Laburan Batu Satu Lapis (BURTU)
Laburan Batu Satu Lapis (BURTU) adalah merupakan lapis penutup
yang terdiri dari lapisan aspal yang ditaburi dengan satu lapis agregat
bergradasi seragam. Tebal maksimum 20 mm.
g. Laburan Batu Dua Lapis (BURDA)
Laburan Batu Dua Lapis (BURDA) adalah merupakan lapis penutup
yang terdiri dari lapisan aspal ditaburi agregat yang dikerjakan dua kali
secara berurutan. Tebal maksimum 35 mm.
h. Lapis Aspal Beton Pondasi Atas (LASTON ATAS)
Lapis Aspal Beton Pondasi Atas (LASTON ATAS) adalah merupakan
pondasi perkerasan yang terdiri dari campuran agregat dan aspal dengan
perbandingan tertentu, dicampur dan dipadatkan dalam keadaan panas.

i. Lapis Aspal Beton Pondasi Bawah (LASTON BAWAH)


Lapis Aspal Beton Pondasi Bawah (LASTON BAWAH) adalah pada
umumnya merupakan lapis perkerasan yang terletak antara lapis pondasi dan
tanah dasar jalan yang terdiri dari campuran agregat dan aspal dengan
perbandingan tertentu dicampur dan dipadatkan pada temperatur tertentu.
j. Lapis Tipis Aspal Beton
Lapis Tipis Aspal Beton (LATASTON) adalah merupakan lapis penutup
yang mpuran antara agregat bergradasi timpang, filler dan aspal keras
dengan perbandingan tertentu yang dicampur dan dipadatkan dalam keadaan
panas pada suhu tertentu. Tebal padat antara 25 sampai 30 mm.
k. Lapis Tipis Aspal Pasir (LATASIR)
Lapis Tipis Aspal Pasir (LATASIR) adalah merupakan lapis penutup
yang terdiri dari campuran pasir dan aspal keras yang dicampur, dihampar
dan dipadatkan dalam keadaan panas pada suhu tertentu.
1. Aspal Makadam
Aspal Makadam adalah merupakan lapis perkerasan yang terdiri dari
agregat pokok dan/atau agregat pengunci bergradasi terbuka atau seragam
yang dicampur dengan aspal cair, diperam dan dipadatkan secara dingin.

3.5.2 Perkerasan Kaku (Rigid Pavement)

Perkerasan kaku (rigid pavement) adalah suatu perkerasan jalan yang


terdiri atas plat beton semen sebagai lapis pondasi dan lapis pondasi bawah
di atas tanah dasar. Karena memakai beton sebagai bahan bakunya,
perkerasan jenis ini juga biasa disebut sebagai jalan beton. Dalam
konstruksinya, plat beton sering dinamakan lapis pondasi sebab adanya
kemungkinan lapisan aspal beton di atasnya sebagai lapis permukaan.

Perkerasan Kaku (Rigid Pavement) adalah perkerasan jalan yang


memanfaatkan semen sebagai bahan pengikatnya. Karena sifat semen yang
kaku, itulah kenapa ini dinamakan sebagai perkerasan kaku. Lapisan-lapisan
yang membentuk perkerasan ini terdiri dari lapisan pondasi bawah, lapisan
pelat beton, dan lapisan permukaan.

Prinsip kerjanya yaitu beban yang mengenai lapisan permukaan bakal diteruskan ke bawah
melalui lapisan pelat beton, kemudian ke lapisan pondasi bawah, hingga menuju ke lapisan
tanah yang keras perkerasan Kaku (Rigid Pavement) adalah Perkerasan yang memakai
semen (Portland Cement) sebagai bahan pengikat dimana pelat beton dengan atau tanpa
tulangandiletakkan di atas tanah dasar dengan atau tanpa lapis pondasi bawah sehingga
beban lalulintas sebagian besar dipikul oleh pelat beton.

Perkerasan jalan beton semen atau perkerasan kaku (Rigid Pavement), terdiri dari plat
beton, dengan atau tanpa lapisan pondasi bawah, di atas tanah dasar yang di lapisi bahan
berbutir seperti batu kerikil berupa agregat dan lapisan Lean Concrete (LC) yang
merupakan bagian dari lapisan dasar.
Dalam konstruksi perkerasan kaku, plat beton semen sering juga dianggap sebagai lapis
pondasi, kalau di atasnya masih ada lapisan aspal.
3.5.2.1 Syarat umum dalam merencanakan Perkerasan Kaku
Beberapa persyaratan umum yang wajib untuk diperhatikan dalam merencanakan
perkerasan kaku, di antaranya :
1. Tanah Dasar
Kapasitas daya dukung tanah ditentukan oleh CBR insitu sesuai SNI 03-1731-1989
atau CBR laboratorium sesuai SNI 03-1744-1989. Masing-masing dari standar tersebut
mengatur tentang perencanaan tebal perkerasan lama perkerasan ja
lan baru. Jika tanah dasar mempunyai nilai CBR di bawah 2%, maka perlu
digunakan pondasi bawah yang terbuat dari beton setebal 15 cm sehingga nilai CBR tanah
tersebut meningkat dan dianggap lebih dari 5%. Adapun campuran bahan-bahan yang
dipakai untuk membuat pondasi bawah beton ini yaitu material berbutir, stabilisasi dengan
beton giling padat, dan campuran beton kurus.
2. Beton Semen
Kekuatan beton semen dinyatakan dalam nilai kuat tarik uji lentur saat usianya
mencapai 28 hari setelah pembuatan. Nilai ini didapatkan dari hasil pengujian balok dengan
pembebanan tiga titik sesuai ASTM C-78 yang besarnya secara tipikal berkisar antara 3-5
Mpa atau 30-50 kg/cm2. Pembangunan beton semen ini juga bisa diperkuat menggunakan
serat baja untuk menaikkan nilai kuat tarik lenturnya dan mengendalikan risiko keretakan
pada plat.

3. Lalu Lintas
Penentuan terhadap beban lalu lintas dinyatakan dalam jumlah sumbu kendaraan
sesuai dengan konfigurasi sumbu pada lajur rencana selama usia perencanaan. Sedangkan
analisis terhadap lalu lintas dilakukan menurut hasil perhitungan volume lalu lintas dan
konfigurasi sumbu berdasarkan data terbaru minimal 2 tahun terakhir. Kendaraan-
kendaraan yang ditinjau dan dimasukkan ke dalam data ialah kendaraan yang mempunyai
bobot total paling sedikit seberat 5 ton.
4. Bahu
Bagian bahu perkerasan kaku bisa dibuat dari material lapisan pondasi bawah
dengan atau tanpa lapisan penutup beraspal atau lapisan beton semen. Bahu beton semen
ialah bahu yang dikunci dan diikat pada lajur lalu lintas yang memiliki ukuran lebar
minimal 1,5 m atau bahu yang menyatu dengan lajur lalu lintas selebar 0,6 m termasuk
saluran dna kereb.
.

BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Material Konstruksi


Pada Proyek Peningkatan Jalan Pangeran Ayin sampai Kenten Laut di Provinsi
Sumatera Selatan digunakan material yang di suply pihak. Kontraktor PT. Bintang
Anugerah Jaya dari sub –kontraktor penyediaan barang.
4.1.1 Agregat
Gambar 4.1.Agregat
Agregat adalah sekumpulan butir-butir batu pecah, kerikil, pasir, atau mineral
lainnya baik berupa hasil alam maupun buatan (SNI No: 1737-1989-F). Agregat adalah
material granular, misalnya pasir, kerikil, batu pecah yang dipakai bersama-sama dengan
suatu media pengikat untuk membentuk suatu beton semen hidraulik atau adukan.Agregat
yang digunakan dalam campuran beton dapat berupa agregat alam atau agregat buatan,
secara umum agregat dapat dibedakan berdasarkan ukurannya.
Menurut Silvia Sukirman, (2003), agregat merupakan butir‐butir batu pecah, kerikil, pasir
atau mineral lain, baik yang berasal dari alam maupun buatan yang berbentuk mineral padat
beruppa ukuran besar maupun kecil atau fragmen‐fragmen.
Agregat merupakan komponen utama dari struktur perkerasan perkerasan jalan, yaitu
90% – 95% agregat berdasarkan persentase berat, atau 75 –85% agregat berdasarkan
persentase volume. Dengan demikian kualitas perkerasan jalan ditentukan juga dari sifat
agregat dan hasil campuran agregat dengan material lain.Fungsinya adalah sebagai material
pengisi dan biasanya menempati sekitar 75 % dari isi total beton, karena itu pengaruhnya
besar terhadap sifat dan daya tahan beton.Agregat di dalam beton memiliki fungsi sebagai
berikut:

a) Sebagai bahan pengisi


b) Menentukan kekuatan adukan beton
c) Membuat beton/ adukan stabil terhadap pengaruh luar dan cuaca, memperendah
sifat susut dan muai.

Sifat agregat merupakan salah satu faktor penentu kemampuan perkerasan jalan memikul
beban lalu lintas dan daya tahan terhadap cuaca.Sifat agregat tersebut sangat dipengaruhi
oleh jenis batuannya. Yang menentukan kualitas agregat sebagai material perkerasan jalan
adalah sebagai berikut :
 Gradasi

 Kebersihan

 Kekerasan

 Ketahanan Agregat
 Bentuk Butir
 Tekstur Permukaan
 Porositas

 Kemampuan untuk menyerap air


 Berat Jenis, dan
 Daya Kelekatan Terhadap Aspal.
Adapun hal-hal yang harus di perhatikan berkaitan degan pengunaan agregat dalam beton :

a) Volume udara, udara yang terdapat dalam campuran beton akan mempengaruhi
proses pembuatan terutama setelah terbentuknya pasta semen.
b) Volume padat, kepadatan volume agregat akan mempengaruhi berat isi dari beton
jadi
c) Berat jenis agregat, akan mempengaruhi proporsi campuran dalam berat sebagai
kontrol.
d) Penyerapan, berpengaruh pada berat jenis
e) Kadar air permukaan agregat, berpengaruh pada penggunaan air saat pencampuran.

Jenis-jenis agregat terbagi beberapa macam jenis, antara lain :


 Agregat Halus
Gambar 4.2.AgregatHalus
Agregat halus untuk beton dapat berupa pasir alam sebagai hasil disintegrasi alami dari
batuan-batuan atau berupa pasir buatan yang dihasil oleh alat-alat pemecah batu. Adapun
syarat-syarat dari agregat halus yang digunakan menurut PB 1971, antara lain :

a) Pasir terdiri dari butir-butir tajam dan keras. Bersifat kekal artinya mudah lapuk
oleh pengaruh cuaca, seperti terik matahari dan hujan
b) Tidak mengandung lumpur lebih dari 5%. Lumpur adalah bagian-bagian yang bisa
melewati ayakan 0,063 mm. Apabila kadar lumpur lebih dari 5% maka harus dicuci.
Khususnya pasir untuk bahan pembuat beton.
c) Tidak mengandung bahan-bahan organik terlalu banyak yang dibuktikan dengan
percobaan warna dari Abraham-Harder . agregat yang tidak memenuhi syarat
percobaa ini bisa dipakai apabila kekuatan tekan adukan agregat tersebut pada umur
7 dan 28 hari tidak kurang dari 95% dari kekuatan adukan beton dengan agregat
yang sama tapi dicuci dalam larutan NaOH yang kemudian dicuci dengan air
hingga bersih pada umur yang sama.

Adapun Fraksi Agregat Halu antara lain :

a) Agregat halus yang lolos ayakan 4,75 mm harus terdiri dari partikel alami atau batu
pecah halus dan partikel halus lainnya.
b) Fraksi bahan yang lolos ayakan No. 200 tidak boleh melampaui dua per tiga feraksi
bahan yang lolos ayakan No. 40

 Agregat Kasar
Gambar 4.3. Agregat Kasar

Agregat kasar dapat berupa kerikil hasil desintegrasi alami dari batuan-batuan atau berupa
batu pecah yang diperoleh dari pemecahan batu dengan besar butir lebih dari 5 mm.
Agregat dalam penggunaannya harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :

a) Butir- butir keras yang tidak berpori serta bersifat kekal yang artinya tidak pecah
karena pengaruh cuaca seperti sinar matahari dan hujan.
b) Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1% apabila maka harus di cuci lebih
dahulu sebelum menggunakannya
c) Tidak boleh mengandung zat yang dapat merusak batuan seperti zat-zat yang reaktif
terhadap alkali
d) Agregat kasar yang berbutir pipih hanya dapat digunakan apabila jumlahnya tidak
melebihi 20% dari berat keseluruhan

Adapun Fraksi Agregat Kasar antara lain:

a) Agregat kasar yang tertahan pada ayakan 4,75 mm harus terdiri dari partikel atau
pecahan batu kerikil yang keras dan awet
b) Bahan yang pecah bila berulang-ulag dibasahi dan dikeringan tidak boleh
digunakan.
c) Bilamana agregat kasar bersala dari kerikil maka untuk lapis pondasi agregat kelas
A mempunyai 100% berat agregat kasar dengan angularitas 96/90% dan uuntuk
Lapis Pondasi Agregat Kelas B yang berasal dari kerikil mempunyai 60% berat
agregat kasar dengan angularitas 95/90%. Hal tersebut menunjukkan bahwa 95%
agregat kasar mempunyai muka bidang pecah satu atau lebih dari 90% agregat kasar
mempunyai muka bidang pecah dua.
Agregat kasar Agregat Halus

Ayakan %Lewat ayakan Ayakan %Lewat ayakan


(berat kering) (berat Kering)
30,0 mm 100 10,0 mm 100
25,0 mm 90-100 5,0 mm 90-100
15,0 mm 25-60 2,5 mm 80-100
5,0 mm 0-10 1,2 mm 50-90
2,5 mm 0-5 0,6 mm 25-60
0,3 mm 10-30
0,15 mm 2-10

(Sumber : Spesifikasi Bina Marga Tahun 2010 )

Tabel 4.1 Gradasi di Agregat yang Di syaratkan

4.1.2.Air

Gambar 4.4. air


Air yang digunakan dalam perencanaan, perawatan atau penggunaan-penggunaan tertentu
lainnya harus bersih dan bebas dari bahan-bahan yang merugikan seperti minyak, garam,
asam, alkali, gula atau bahan-bahan organik. Air harus diuji sesuai dengan dan harus
memenuhi persyaratan AASHTO T 26. Air yang diketahui dapat diminum dapat dipakai
dengan tanpa pengujian.
Penyerapan air (water absorption) adalah perbandingan berat air yang dapat
diserap quarry terhadap berat agregat kering, dinyatakan dalam person. Penambahan berat
dari suatu agregat akibat air yang meresap kedalam pori-pori, tetapi belum termasuk air
yang tertahan pada permukaan luar partikel, dinyatakan sebagai persentase dari keringnya :
agregat dikatakan “kering” ketika telah dijaga pada suatu temperatur (110±5)⁰C dalam
rentang waktu yang cukup untuk menghilangkan seluruh kandungan air yang ada (sampai
beratnya tetap).

N Macam CaraPenguji
o Pengujia an
Nilai Ijin
n

1 pH 4,5-8,5 AASHTOT
26-79

2 Bahan Maks 2000 AASHTO


Organik gram T26-79

3 Minyak <2% berat SNI 06-2502-


Mineral semen 1991

4 Kadar <10.000p.p SNI 06-426-


sulfat m 1991
(Na2SO4
)

5 Ion <20.000 SNI-06-2431-


Khlor ppm 1991
(NaCI)

Tabel 4.2.Persyaratan Air


4.1.3 Aspal

Gambar 4.5. Aspal

Aspal adalah suatu bahan bentuk padat atau setengah padat berwarna hitam sampai
coklat gelap, bersifat perekat (cementious) yang akan melembek dan meleleh bila dipanasi.
Aspal tersusun terutama dari sebagian besar bitumen yang kesemuanya terdapat dalam
bentuk padat atau setengah padat dari alam atau hasil pemurnian minyak bumi, atau
merupakan campuran dari bahan bitumen dengan minyak bumi atau derivatnya (ASTM,
1994).

A.Fungsi Aspal
Aspal memiliki banyak fungsi khususnya sebagai bahan konstruksi jalan, antara lain yaitu:
1. Untuk mengikat batuan agar tidak lepas dari permukaan jalan akibat lalu lintas (water
proofing, protect terhadap erosi).
2. Sebagai bahan pelapis dan perekat agregat.
3. Lapis resap pengikat (prime coat) adalah lapisan tipis aspal cair yang diletakan di atas
lapis pondasi sebelum lapis berikutnya.
4. Lapis pengikat (tack coat) adalah lapis aspal cair yang diletakkan di atas jalan yang
telah beraspal sebelum lapis berikutnya dihampar, berfungsi pengikat di antara
keduanya.
5. Sebagai pengisi ruang yang kosong antara agregat kasar, agregat halus, dan filler.
B. Sifat dan Bahan Penyusun Aspal
Aspal banyak digunakan dalam konstruksi perkerasan jalan karena memiliki sifat sebagai
pengikat dan pengisi rongga udara antara agregat. Adapun sifat-sifat aspal adalah sebagai
berikut (Sukirman, 1993):

a) Mempunyai Daya Tahan (Durability)


Daya tahan aspal adalah kemampuan aspal mempertahankan sifat asalnya akibat
pengaruh cuaca selama masa pelayanan jalan. Sifat ini merupakan sifat dari campuran
aspal, jadi tergantung dari sifat agregat, campuran dengan aspal, faktor pelaksanaan dan
sebagainya.

b) Kohesi dan Adhesi


Kohesi merupakan kemampuan aspal untuk mengikat unsur-unsur penyusun dari
dirinya sendiri sehingga terbentuknya aspal dengan daktilitas yang tinggi. Sedangkan
adhesi menyatakan kemampuan aspal untuk berikatan dengan agregat dan tetap
mempertahankan agregat pada tempatnya setelah berikatan.

c) Kepekaan Terhadap Temperatur


Kepekaan aspal terhadap temperatur adalah sensitivitas perubahan sifat viskoelastis
aspal akibat perubahan temperatur, sifat ini dinyatakan sebagai indeks penetrasi aspal (IP).

d) Kekerasan Aspal
Aspal pada proses pencampuran dipanaskan dan dicampur dengan agregat sehingga
agregat dilapisi aspal atau aspal panas disiramkan ke permukaan agregat yang telah
disiapkan pada proses peleburan. Pada waktu proses pelaksanaan, terjadi oksidasi yang
menyebabkan aspal menjadi getas (viskositas bertambah tinggi).
e) Viskoelastisitas Aspal
Viskoelastisitas aspal adalah suatu material yang bersifat viskoelastis yang sifatnya
akan berubah tergantung pada temperatur atau waktu pembebanan. Sifat viskoelastis aspal
adalah untuk menentukan pada temperatur beberapa pencampuran aspal dengan agregat
harus dilakukan agar mendapatkan campuran yang homogen dimana semua permukaan
agregat dapat terselimuti oleh aspal secara merata dan aspal mampu masuk ke dalam pori-
pori agregat untuk membentuk ikatan kohesi yang kuat dan untuk mengetahui pada
temperatur berapa pemadatan dapat dilakukan dan kapan harus dihentikan.

F. Bahan Tambahan
Bahan tambahan adalah suatu bahan baik zat kimia maupun zat lainnya yang
ditambahkan kedalam aspal pada perencanaan campuran aspal. Tujuan diberikan bahan
tambah agar menambah daya lekat aspal terhadap agregat.

4.1.5. Semen

Semen berasal dari kata caementum (bahasa latin) yang artinya memotong
menjadi bagian-bagian kecil tak beraturan. Sedangkan dalam pengertiannya
semen adalah zat yang digunakan untuk merekatkan batu bata, batako maupun
bahan bangunan lainnya. (Wikipedia.com/Semen).
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia semen adalah serbuk atau tepung
yang terbuat dari kapur dan material lainnya yang dipakai untuk membuat beton,
merekatkan batu bata ataupun membuat tembok.
Semen adalah perekat hidraulik yang dihasilkan dengan cara
menghaluskan klinker yang terdiri dari bahan utama silikat-silikat kalsium
dan bahan tambahan batu gypsum dimana senyawa-senyawa tersebut dapat
bereaksi dengan air dan membentuk zat baru bersifat perekat pada bebatuan.
Semen dalam pengertian umum adalah bahan yang mempunyai sifat
adhesive dan cohesive, digunakan sebagai bahan pengikat (bonding material),
yang dipakai bersama-sama dengan batu kerikil dan pasir.
Semen dapat dibagi atas dua kelompok, yaitu:

a. Semen non hidraulis adalah semen yang tidak dapat mengeras dalam air atau
tidak stabil dalam air. Contoh semen non hidraulis (hydraulic binder) adalah
lime dimana lime ini merupakan perekat klasik dalam bangunan yang dibuat
dengan memanaskan limestone pada suhu 850oC. CaCO3 dari limestone
akan melepaskan CO2 dan menghasilakn burn lime atau quick lime (CaO).
CaCO3 + H2O Ca(OH)2 + CO2
Produk ini bereaksi cepat dengan air menghasilkan Ca(OH)2 dalam butiran
yang halus dan Ca(OH)2 ini tidak dapat mengeras dalam air tetapi dapat
mengeras bila bereaksi dengan CO2 dari udara membentuk CaCO3 kembali.
b. Semen hidraulis adalah semen yang dapat mengeras dalam air menghasilkan
padatan yang stabil dalam air. Oleh karena mempunyai sifat hidraulis, maka
semen tersebut bersifat:
- Dapat mengeras bila dicampur air

Tidak larut dalam air


- Dapat mengeras walau didalam air
Contoh semen hidraulis adalah semen Portland, semen campur, semen
khusus dan sebagainya.

2.11. Jenis-Jenis Semen


a. Semen Putih (Gray Cement)
Semen putih adalah semen yang lebih murni dari semen abu dan
digunakan untuk pekerjaan penyelesaian (finishing), seperti sebagai filler atau
pengisi. Semen jenis ini dibuat dari bahan utama kalsit (calcite) limestone murni.
b. Semen Sumur Minyak (Oil Well Cement)
Semen sumur minyak adalah semen khusus yang digunakan dalam proses
pengeboran minyak bumi atau gas alam, baik di darat maupun di lepas pantai.

c. Semen Portland
Semen portland ialah semen hidrolisis yang dihasilkan dengan cara
menghasilkan klinker terutama dari silikat-silikat kalsium yang bersifat hidrolisis
(dapat mengeras jika bereaksi dengan air) dengan gips sebagai bahan tambahan.
Semen merupakan bahan pengikat yang paling terkenal dan paling banyak
digunakan dalam proses konstruksi beton. Semen yang umum dipakai adalah
semen tipe I dan ketergantungan kepada pemakaian semen jenis ini masih sangat
besar. Semen portland jika dilihat dari sisi fungsi masih memiliki kekurangan dan
keterbatasan yang pada akhirnya akan mempengaruhi mutu mortar.
Pada dasarnya semen portland terdiri dari 4 unsur yang paling penting,
yaitu:
a. Trikalsium Silikat (C3S) atau 3CaO.SiO2
Sifatnya hampir sama dengan sifat semen yaitu jika ditambahkan air akan
menjadi kaku dan dalam beberapa jam saja pasta akan mengeras. C 3S menunjang
kekuatan awal semen dan menimbulkan panas hidrasi kurang lebih 58
kalori/gram setelah 3 hari.

a. Dikalsium Silikat (C2S) atau 2CaO.SiO2


Pada saat penambahan air setelah reaksi yang menyebabkan pasta mengeras
dan menimbulkan panas 12 kalori/gram setelah 3 hari. Pasta akan mengeras,
perkembangan kekuatannya stabil dan lambat pada beberapa minggu kemudian
mencapai kekuatan tekan akhir hampir sama dengan C3S.
b. Trikalsium Aluminat (C3A) atau 3CaO.Al2O3
Unsur ini apabila bereaksi dengan air akan menimbulkan panas hidrasi tinggi
yaitu 212 kalori/gram setelah 3 hari. Perkembangan kekuatan terjadi satu sampai
dua hari tetapi sangat rendah.
c. Tetrakalsium Aluminoferit (C4AF) atau 4CaO.Al2O3.Fe2O3
Unsur ini saat bereaksi dengan air berlangsung sangat cepat dan pasta
terbentuk dalam beberapa menit, menimbulkan panas hidrasi 68 kalori/gram.
Warna abu-abu pada semen disebabkan oleh unsur ini. Silikat dan aluminat yang
terkandung dalam semen portland jika bereaksi dengan air akan menjadi perekat
yang memadat lalu membentuk massa yang keras.

Reaksi membentuk media perekat ini disebut dengan hidrasi. Reaksi kimia
semen bersifat exothermic dengan panas yang dihasilkan mencapai 110
kalori/gram. Akibatnya dari reaksi eksotermis terjadi perbedaan temperatur yang
sangat tajam sehingga mengakibatkan retak-retak kecil (microcrack) pada mortar.
Proses reaksi kimia semen dengan air sehingga membentuk masa padat ini
juga masih belum bisa diketahui secara rinci karena sifatnya yang sangat
kompleks. Rumus kimia yang dipergunakan juga masih bersifat perkiraan untuk
reaksi kimia dari unsur C2S dan C3S dapat ditulis sebagai berikut:
2C3S + 6H2O → (C3S2H3) + 3Ca(OH)2

3C2S + 6H2O → (C3S2H3) + Ca(OH)2


Perubahan komposisi kimia semen yang dilakukan dengan cara mengubah
presentase empat komponen utama semen dapat menghasilkan beberapa
jenis semen dengan tujuan pemakainnya
Sesuai dengan tujuan penggunaannya, semen portland di Indonesia dalam
dapat dibagi menjadi beberapa tipe, yaitu:

a. Tipe I
Adalah perekat hidrolisis yang dihasilkan dengan cara menggiling klinker
yang kandungan utamanya kalsium silikat dan digiling bersama-sama dengan
bahan tambahan berupa satu atau lebih bentuk kristal senyawa kalsium sulfat.
Komposisi senyawa yang terdapat pada tipe ini adalah 49% (C3S), 25%
(C2S), 12% (C3A), 8% (C4AF), 2,8% (MgO), 2,9% (SO3). Semen Portland
tipe I dipergunakan untuk pengerasan jalan, gedung, jembatan, dan lain-lain
jenis konstruksi yang tidak ada kemungkinan mendapat serangan sulfat dari
tanah dan timbulnya panas hidrasi yang tinggi.
b. Tipe II
Semen jenis ini dalam penggunaannya memerlukan ketahanan sulfat dan
panas hidrasi sedang. Komposisinya: 46% (C3S), 29% (C2S), 6% (C3A),
11% (C4AF), 2,9% (MgO), 2,5% (SO3). Semen Portland tipe II dipergunakan
untuk bangunan tepi laut, bendungan, dan irigasi, atau beton masa yang
membutuhkan panas hidrasi rendah.
c. Tipe III
Semen jenis ini dalam penggunaannya memerlukan kekuatan yang tinggi
pada fase permulaan setelah terjadi pengikatan. Kadar C3S-nya sangat tinggi
dan butirannya sangat halus. Semen Potland tipe III dipergunakan untuk
bangunan yang memerlukan kekuatan tekan yang tinggi (sangat kuat) seperti,
jembatan-jembatan dan pondasi-pondasi berat.
d. Tipe IV
Semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan panas hidrasi
rendah, sehingga kadar C3S dan C3A rendah. Semen Portland tipe IV
dipergunakan untuk kebutuhan pengecoran yang tidak menimbulkan panas,
pengecoran dengan penyemprotan (setting time lama).
e. Tipe V
Semen portland yang dalam penggunaannya hanya memerlukan ketahanan
yang tinggi terhadap sulfat. Komposisi senyawa yang terdapat pada tipe ini
adalah: 43% (C3S), 36% (C2S), 4% (C3A), 12% (C4AF), 1,9% (MgO), 1,8%
(SO3). Semen Portland tipe V dipergunakan untuk instalasi pengolaha

limbah pabrik, konstruksi dalam air, jembatan, terowongan, pelabuhan, dan


pembangkit tenaga nuklir.

Semen berfungsi untuk membuat beton dan juga merekatkan batu bata saat membuat
tembok. Perlu Anda ketahui, tidak semua semen dapat digunakan untuk semua
kebutuhan.

Sifat fisik semen meliputi kehalusan butir, waktu pengikatan, kekuatan tekan, panas
hidrasi, soundness, konsistensi, dan ketahanan terhadap sulfat.

Penjelasan:

1. kehalusan butir

Kehalusan semen dapat dinyatakan sebagai:

 Luas permukaan spesifik partikel semen., Nilai ini diperoleh dengan metode
permeabilitas udara (Blaine). Semen semakin tinggi Blaine, semakin tinggi
kehalusan
 Residu pada saringan mesh 200 dan 325 mesh . Partikel> 45 memiliki reaktivitas
rendah dan tidak memberikan kontribusi yang signifikan bagi perkembangan
kekuatan semen. Partikel> 75 mungkin tidak bereaksi sama sekali.

2. waktu pengikatan

Campuran semen dengan air akan membentuk adonan yang bersifat kenyal dan
dapat dibentuk (workable). Beberapa saat, pasta tidak berubah. Periode ini dikenal dengan
periode tidak aktif (dormant periode). Pada tahap selanjutnya, pasta yang terbentuk menjadi
semakin kaku hingga mencapai tingkat dimana pasta tetap lunak , tetapi sudah tidak dapat
dibentuk lagi.

Periode ini disebut initial set, Sedang waktu yang dibutuhkan untuk mencapai tingkatan ini
disebut initial setting time (waktu pengikatan awal). Selanjutnya pasta menjadi semakin
kaku menjadi padatan yang keras dan getas (rigid). Tahap ini disebut final set dan waktu
yang dibutuhkan untuk mencapai tingkatan ini disebut final setting time (waktu pengikatan
akhir).

Proses ini berlanjut terus hingga pasta semen menjadi semakin keras dan kuat yang disebut
dengan pengerasan atau hardening.

3. kekuatan tekanan

Kuat tekan semen salah satunya ditentukan oleh komponen penyusun semen,
terutama oleh kalsium silikat. Pada pengembangan kuat tekan awal (misalnya sampai umur
28 hari), didominasi oleh hidrasi C3S yang didukung oleh C3A. Untuk C2S dan C4AF akan
memberikan kontribusi terhadap kuat tekan untuk umur yang lebih lama. Selain itu yang
mempengaruhi pengembangan kuat tekan adalah kehalusan semen (fineness) dan
kandungan gypsum dalam semen.

4. panas hidrasi

Panas hidrasi dari komponen semen bersifat eksotermis, sehingga pada saat proses
hidrasi berlangsung, akan melepaskan sejumlah panas.

5. soundness

Soundness didefinisikan sebagai kemampuan pasta semen yang mengeras untuk


mempertahankan volumenya setelah proses pengikatan berakhir.Kestabilan volume ini
dapat terganggu karena adanya CaO bebas (free lime) dan MgO bebas (periclase) yang
berlebihan(mengakibatkan ekspansi).

6. konsistensi

Konsistensi di definisikan sebagai kemampuan pasta semen untuk mengalir. Pada


pengujian, konsistensi normal ditunjukan dengan penetrasi jarum vicat sebesar 10±1 mm.
Sifat ini digunakan untuk mengatur perbandingan antara jumlah air dengan semen pada
pembuatan pasta semen

7. ketahanan terhadap sulfat


Salah satu hal penting dalam peggunaan semen dalam struktur beton adalah ketahanan
terhadap sulfat. Komponen penyusun semen yang mempengaruhi terhadap ketahanan
terhadap sulfat adalah C3A

4.2 Sistem Peralatan

Alat berat dalam bidang Ilmu Teknik Sipil mempunyai makna yaitu suatu alat yang
digunakan untuk membantu dan memberikan kemudahan bagi pekerja dalam melakukan
atau mengerjakan suatu pekerjaan tersebut.Alat berat merupakan faktor penting di dalam
proyek, terutama proyek-proyek konstruksi maupun pertambangan dan kegiatan lainnya
dengan skala yang besar. Tujuan dari penggunaan alat-alat berat tersebut adalah untuk
memudahkan manusia dalam mengerjakan pekerjaannya, sehingga hasil yang diharapkan
dapat tercapai dengan lebih mudah dengan waktu yang relatif lebih singkat ( Rochmanhadi,
1985 ).
4.2.1 Klasifikasi Jenis Alat Berat dan Fungsi Alat Berat
Klasifikasi fungsional dan opeasionl alat merupakan peembagian alat
berdasarkan fungsi-fungsi utama alat. Didunia Teknik Sipil khususnya pada konsentrasi
Transportasi, alat berat yang digunakan relatif cukup banyak. Ada beberapa macam jenis
alat berat berdasarkan fungsional dan operasional adalah sebagai berikut :
1. Klasifikasi Fungsional Alat Berat
Klasifikasi fungsional alat berat merupakan pembagian alat berat berdasarkan fungsi-fungsi
utama alat berat. Berdasarkan fungsinya alat berat dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

a. Alat Pengolah Lahan


Kondisi lahan proyek merupakan lahan yang harus dipersiapkan sebelum lahan
tersebut mulai diolah. Jika dilahan tersebut masih ada semak atau pepohonan, maka
pembukaan lahan dapat dilakukan dengan menggunakan alat Bulldozer. Sedangkan
untuk pengangkatan lapisan tanah paling atas menggunakan alat Scraper. Dan untuk
pembukaan permukaan laahn agar menjadi rata dapat menggunakan alat Motor
Grader.
b. Alat Penggali
Jenis alat ini dikenal juga dengan Alat excavator. Beberapa alat berat yang
digunakan untuk menggali tanah dan batuan, seperti Front Shovel, Backhoe,
Dragline, dan Clamshell.
c. Alat Pengangkut Material
Pengangkut material lepas dengan jarak tempuh yang relative jauh dan alat berat
yang digunakan ialah Belt, Truck, dan Wagon. Alat-alat ini memerlukan alat lain
yang dapat membantu memuat material ke dalamnya. Selain tiga alat berat tersebut,
Crane termasuk didalam kategori alat pengangkut material karena alat ini dapat
mengangkut material secara vertikal dan kemudian memindahkannya secara
horizontal, namun pada jarak jangkau yang relative kecil.
d. Alat Pemindahan Material
Alat berat yang termasuk dalam kategori ini adalah alat-alat berat yang biasanya
tidak digunakan sebagai alat Transportasi tetapi digunakan untuk memindahkan
material dari satu alat berat ke alat berat yang lainnya yaitu alat Wheel Loader dan
Bulldozer.
e. Alat Pemadat
Apabila suatu lahan dilakukan penimbunan, pada lahan tersebut perlu
dilakukan pemadatan. Pemadatan juga dilaukan untuk pembuatan jalan, baik jalan
tanah maupun jalan perkerasan lentur dan perkerasan kaku. Alat berat yang
termasuk alat pemadat adalah Pneumatic Tire Roller, Tamping Roller, Compactor,
dll.

f. Alat Pemproses Material


Alat ini digunakan untuk mengubah batuan dan material alam menjadi suatu
bentuk dan ukuran yang diinginkan. Hasil dari alat ini adalah batuan bergradasi,
semen,beton, dan aspal. Alat berat yang termasuk dalam alat ini adalah Crusher.
Alat yang dapat mencampur dari 4 material tersebut adalah Concrete Batch Plant
dan Asphalt Mixing Plant.
g. Alat Penempatan Akhir Material
Alat berat digolongkan pada kategori ini, karena memiliki fungsi yaitu untuk
menempatkan material pada tempat yang telah ditentukan. Di tempat da lokasi ini
material disebarkan secara merata dan dipadatkan sesuai dengan spesifikasi yang
telah ditentukan. Alat berat yang termasuk alat penempatan akhir material adalah
Concrete Spreader, Asphalt Paver, Motor Grader, dan Alat Pemadat.

2. Klasifikasi Operasional Alat Berat


Alat berat pada pengoerasiannya dapat dipindahkan dari satu tempat ke tempat lain
dan ada jga yang tidak dapat digerakkan ata statis. Dengan demikian klasifikasi alat berat
berdasarkan pergerakannya dapat dibagi menjadi sebagai berikut :
1. Alat Dengan Penggerak
Alat penggerak merupakan bagian dari bagian dari sebuah mesin yang berguna
untuk melanjutkan hasil tenaga dari mesin agar alatnya dapat dikerjakan. Bentuk dari alat
penggerak tersebut adalah Crawler ata roda kelabang dan ban karet. Sedangkan Belt
merupakan alat penggerak pada Conveyor Belt.
2. Alat Statis
Alat berat yang termasuk dalam klasifikasi ini adalah Tower Crane, Batching Plan
baik untuk beton maupun aspal, serta Crusher Plant.Pada alat berat yang disebutkan atas
berguna untuk memindahkan sebuah tanah atau bahan material lainnya dalam jumlah yang
banyak dan berat. Dan sering juga digunakan pada proyek-proyek pembangunan sipil.

4.2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Alat Berat


Pemilihan alat berat dilakukan pada tahap perencanaan, jenis, dan kapasitas alat berat
merupakan faktor penentu. Di dalam pemilihan alat berat, ada beberapa faktor yang harus
diperhatikan seingga kesalahan di dalam pemilihan alat dapat dihindarkan. Faktor-faktor
tersebut adalah sebagai berikut :
1. Fungsi yang harus dilaksanakan
Alat berat dikelompokkan berdasarkan fungsinya yaitu menggali, mengangkut,
meratakan permukaan, dll. Dalam pemilihan alat berat harus benar-benar
memperhatikan jenis pekerjaan apa yang akan dilaksanakan.
2. Kapasitas Alat Berat
Pemilihan alat berat didasarkan pada volume total atau berat material yang harus
diangkat atau dikerjakan. Kapasitas alat yang diplih harus sesuai,sehingga pekerjaan
dapat diselesaikan dengan waku yang telah ditentukan.
3. Cara Operasi
Alat berat dipilih berdasarkan arah horizontal dan vertikal, jarak gerakan, kecepatan,
frekuensi gerakan, dll.
4. Pembatasan dari Metode yang digunakan
Pembatasan yang dipengaruhi leh pemilihan alat berat seperti peraturan lalu lintas,
biaya, dan pembongkaran.
5. Ekonomi
Selain biaya investasi atau biaya sewa peralatan, biaya operasi dan pemeliharaan
merupakan faktor utama di dalam pemilihan alat berat.
6. Jenis Proyek
Ada beberapa jenis proyek yang umumnya menggunakan alat berat. Proyek-proyek
tersebut yaitu proyek gedung, pelabuhan, jalan, jembatan, irigasi, pembukaan hutan, dam
atau bendungan, dll.
7. Lokasi Proyek
Lokasi proyek merupakan hak lain yang penting diperhatikan dalam pemiliha alat
berat.

8. Jenis dan Daya Dukung Tanah


Jenis tanah dan material di lokasi proyek yang akan dikerjakan dapat mempengaruhi
alat berat yang akan dipakai. Tanah dapat dalam kondisi padat, lepas, keras, dan lembek.
9. Kondisi Lapangan
Kondisi dengan medan yang suit dan relative baik merupakan faktor lain yang
mempengaruhi pemilihan alat berat.
Pada proyek pemeliharaan berkala Jalan Talang Dabuk desa sungai rengit kecamatan
talang kelapa banyuasin digunakan alat berat sebagai berikut :

1. Dump Truck

Gambar 4.6. Dump Trck


Dump truck adalah kendaraan jenis yang digunakan untuk mengangkut bahan
material seperti pasir, kerikil atau tanah untuk keperluan konstruksi. Dump truck dapat
memindahkan material pada jarak menengah sampai jarak jauh (500 meter – lebih). Isi
muatannya diisikan oleh alat pemuat, sedangkan untuk membongkar muatannya alat berat
ini dapat bekerja sendiri dengan mengangkat bagian bak dengan menggunakan teknologi
hidrolik.Material-material tersebut diantaranya batu bara, tanah urug, pasir, batu split, nikel,
biji besi bahkan sampai sampah.
Dump Truck terdiri dari berbagai macam tipe, diantaranya Dump Truck roda
empat dengan berat payload 2 ton - 3 ton, articulated Dump Trck untuk pekerjaan berat, dan
Dump Truck dengan perlengkapan drawbar yang memiliki berat sampai 50-60 ton lebih
dan sumber alat itu sendiri ke pemilikan dari pihak kontraktor.
Sedangkan cara pemeliharan adalah setelah dipakai selama 1 minggu dalam
pekerjaan, maka box dump truck harus di bersihkan, cek bahan bakar dan posisi parki ralat
di pinggir pekerjaan jalan.

2. Motor Grader HP

Gambar 4.7. Motor Grader HP


Grader atau juga dinamakan Motor Grader adalah alat berat yang dipakai untuk
meratakan jalan. Alat berat ini dilengkapi dengan pisau yang berukuran panjang. Pisau
inilah yang dipakai di dalam proses meratakan jalan. Secara umum, Motor Grader bergerak
dengan roda ban dan memilliki alat berat bernama blade. Di beberapa negara termasuk
Filipina, Motor Grader sudah dilengkapi dengan blade yang berada di bagian depan.
Sementara itu, rentang kapasitas dari blade mulai dari 2.50 sampai dengan 7.30 mm dari
total rentang kapasitasnya mencapai 97 sampai 373 KW atau 125 sampai 500 HP.
Beberapa Motor Grader ada yang sudah dilengkapi dengan kemampuan mampu
mengoperasikan alat berat tambahan yang lain. Biasanya hal ini dipakai di dalam
membantu proyek pekerjaan bawah tanah seperti penambangan. Selain itu, alat berat yang
satu ini juga kerap dipakai di dalam pemerataan dan pemeliharaan jalan tanah yang
berkelrikil.
Apakah Motor Grader dapat digunakan untuk jalan yang beraspal? Tentu saja bisa.
Untuk keperluan jalanan beraspal, grader dapat dipakai di dalam menyiapkan landasan.
Dengan begitu, permukaan datar yang ada pada aspal dapat dilapisi. Fungsi lain dari grader
adalah bisa digunakan dalam membentuk landasan dari fondasi tanah. Beberapa fungsi dari
Motor Grader yaitu: membuat parit dan meratakan permukaan miring pada jalan.

3. Vibratory Roller
Gambar 4.8. Vibratory Roller

Vibro roller atau yang juga dinamakan vibratory roller adalah alat berat yang
digunakan untuk pekerjaan yang berkaitan dengan pemadatan tanah. Alat berat yang satu
ini banyak digunakan untuk menggilas dan juga memadatkan hasil timbunan. Sesuai
dengan namanya, alat ini dilengkapi dengan vibrator untuk menjalankan tugasnya tersebut.
Ketika kamu menggunakan vibro roller, maka tanah yan dipadatkan mejnadi lebih
sempurna dan juga permukaan tanah menjadi lebih dinamis.

Alat ini bermanfaat untuk membuat permukaan tanah menjadi lebih solid dan optimal
dimana butiran-butiran tanah akan saling mengisi bagian yang kosong. Berbagai pekerjaan
yang memerlukan pemadatan biasanya akan menggunakan vibro roller. Maka dari itu, alat
berat ini bisa digunakan baik untuk konstruksi bersakal besar maupun kecil.

berikut ini beberapa fungsi dari vibro roller yang harus kamu ketahui:

 Digunakan untuk memadatkan dan juga meratakan struktur permukaan tanah agar
lebih kuat menyangga beban yang ada di atasnya.
 Digunakan sebagai pencegah terhadap berbagai tumpukan kotoran yang berasal dari
kerikil maupun debu yang ada di permukaan tanah.
 Alat ini juga digunakan sebagai pembasah terhadap medan agar debu-debu tidak
berterbangan. Alat ini juga sudah dilengkapi dengan tangki air yang kapasitasnya
mencapai 25 liter.

Vibro roller juga berfungsi sebagai media penggilas aspal beton untuk pembangunan jalan
raya. Dengan begitu, jalan rata tersebut permukaannya akan lebih rata dan juga kuat
sehingga mampu dilewati berbagai jenis kendaraan, terutama kendaraan besar.

Kapasitas Vibro Roller

Berkaitan dengan kapasitas yang dimiliki vibro roller, maka kita akan membahas
seperti apa kondisi dari vibro roller ketika digunakan untuk berbagai pekerjaan pemadatan
yang berbeda. Sebenarnya, perbedaan setiap kondisi ditentukan oleh faktor ketebalan tanah
yang akan dipadatkan. Kapasitas vibro roller dapat memberikan produktivitas terbaiknya
dimulai dari ketebalan 20 cm sampai dengan 122 cm. Berbeda halnya ketika vibro roller
digunakan untuk memadatkan lapisan yang terbuat dari material bebatuan.
Pada bagian ini, kapasitas mesin bisa efektif sampai ketebalan mencapai 210 cm.
Berdasarkan kemampuan untuk memdatkan dua material yang berbeda inilah membuat
kapasitas dari vibro roller tergantung dari jenis material penyusun lapisannya. Selain dua
faktor tersebut, sebenarnya masih ada faktor lainnya yaitu bobot dari vibro roller juga
berpengaruh terhadap kapasitasnya.

4. Concrete Vibratory

Gambar 4.9. Concrete Vibratory

Vibrator beton adalah salah satu peralatan yang digunakan saat pengecoran di mana
fungsinya ialah untuk pemadatan beton yang dituangkan ke dalam bekisting. Hal ini
ditujukan agar kandungan udara yang terjebak dalam campuran beton dapat keluar.

Getaran yang dihasilkan oleh vibrator akan mengeluarkan gelembung udara dari beton
sehingga beton yang dihasilkan akan mendapatkan kekuatan yang merata dan menghindari
tejadinya keropos atau “sarang lebah” pada beton.

Vibrator beton STRONG:

 Cocok digunakan untuk memadatkan tuangan cor yang masih baru


 Frame / rangka kokoh sehingga lebih awet dan kuat
 Ringan dan mudah dipindahkan
SPESIFIKASI Vibrator Beton Strong

VIBRATOR BETON STRONG


Tenaga (HP) 5
Frekuensi getaran (VPM) 9300
Panjang (mm) 420
Lebar (mm) 320
Tinggi (mm) 500
Perkiraan berat (kg) 10,6
40 /
Kepala vibrator (mm)
500
M. faisal novriansyah, SH
Pelaksana kegiatan
5. Tandem Roller

Gambar 4.10. Tandem Roller


Tandem Roller adalah alat untuk memadatkan timbunan atau tanah
yang akan diratakan sehingga tanah atau timbunan menjadi padat. Alat ini
digunakan untuk pembuatan jalan, baik untuk jalan tanah dan jalan dengan
perkerasan lentur maupun perkerasan kaku.Alat pemadat dengan dua roda
besi kembar depan dan belakang yang sejajar sebagai pemadatnya, yang
masing-masing dapat bergerak sendiri-sendiri dengan bantuan tenaga
hidrolis untuk menghindari slip pada saat bekerja.
Alat penggilas tandem roller ini terdiri dari dua jenis yaitu Two
Axle Tandem Roller dan Three Axle Tandem Roller. Sesuai dengan
namanya Two Axle Tandem Roller menggunakan dua as. Biasanya alat
penggilas tandem roller ini memberikan lintasan yang sama pada masing –
masing rodanya. Berat jenis tandem roller ini sekitrar 8 sampai 14 ton.
Sedangkan untuk jenis Three Axle Tandem Roller menggunakan
tiga as. Jenis tandem roller ini biasanya digunakan untuk pekerjaan –
pekerjaan yang lebih berat seperti untuk proyek konstruksi landasan pesawat
terbang ataupun untuk digunakan dalam proyek jalan dan sumber alat itu
sendiri kepemilikan dari pihak kontraktor.

Sedangkan cara pemeliharan adalah setelah dipakai selama 1


minggu dalam pekerjaan, cekbahan bakar, bersihkan aspal yang menempel
pada alat dan posisiparkiralat di pinggir pekerjaan jalan. Dan setiap 2 bulan
sekali spare part diganti

6. Concrete Mixer

Gambar 4.10. concrete mixer


Concrete mixer adalah Merupakan sebuah alat untuk memproduksi beton ready mix,
dengan volume yang kecil akan tetapi dari segi kualitas beton tetap seragam dan sesuai
proporsi material yang telah ditentukan dalam desain mix.
Kapasitas produksi beton dengan concrete mixer tidak sebesar produksi beton dengan
batching plant. Kapasitas produksi concrete mixer sangat tergantung pada ukuran wadah
pencampurnya dan waktu yang digunakan untuk memasukkan bahan material campuran
beton seperti semen portland, agregat kasar atau kerikil,

pasir,dan air.Pada umumnya wadah pencampur memiliki kapasitas antara 0,3 m3


sampai dengan 0,8 m3. Itu artinya campuran beton yang dihasilkan adalah 0,3 m3 sampai
dengan 0,8 m3 untuk setiap kali produksi. Jika kita asumsikan total waktu yang dibutuhkan
untuk memuat material, mengaduk, dan menuangkan campuran beton adalah 30 menit
untuk satu kali produksi maka dapat dikatakan kapasitas produksi concrete mixer
perjamnya adalah kurang lebih 1 m3
4.3. Teknik Pelaksanaan
Teknik pelaksanaan adalah suatus istematika atau cara untuk melaksan akan suatu
kegiatan.
4.3.1.Pengendalian biaya proyek
Pengendalian biaya diperlukan untuk menjaga kesesuaian antara perencanaan dan
pelaksanaan. Pengendalian bertujuan untuk menjamin biaya proyek tidak melampaui
rencana anggaran pelaksanaannya, peluang terbesar untuk menekan biaya akhir proyek
adalah pada tahap studi elayakan dan perencanaan. Hal yang diperlukan untuk mengontrol
pengendalian biaya adalah rencana anggaran pelaksanaan yang menyangkut mutu, volume,
dan harga satuan pekerjaan yang didapatkan.
Informasi kontraktor yang dibutuhkan kontraktor agar pengendalian tersebut dapat tercapai
sasaran yang efisien dan efektif yaitu :

1. .Biaya proyek yang digunakan sesuai dengan hasil bagian pekerjaan yang telah
dilaksanakan. Jika terjadi perbedaan ( lebih besar atau lebih kecil dari rencana biaya
), dimana hal itu terjadi dan siapa yang bertanggung jawab dan apa saja yang akan
dikerjakan.
2. Memperkirakan biaya yang akan datang sesuai rencana atau melebihi rencana.
Adalah sangat penting menyadari kecenderungan yang akan terjadi sedini mungkin
sendiri, tahap atau hal yang akan mempengaruhi biaya. Ketika biaya dengan pasti
berbeda, biasa sangat terlambat disadari. Rahasia dari suatu pengendalian yang
nyata adalah dapat menentukan kecenderungan-kecenderungan yang akan dapat
mengatasinya dengan demikian manajemen proyek perlu dapat meramalkan biaya
akhir dari bagian proyek atau keseluruhan proyek.
3. Hal ini perlu di perhatikan tentang biaya adalah hubungannya dengan waktu
pelaksanaan. Umumnya percepatan pekerjaan dalam penyediaan bahan mengurangi
biaya pelaksanaan, apakah diperlukan pelaksanaan yang lebih cepat dan beberapa
besar pengaruhnya terhadap biaya.

4.3.2. pengendalian waktu


dalam suatu pelaksanaan harus sesuai dengan waktu yang telah direncanakan, karena sangat
menentukan keberhasilan dari suatu proyek. Pada umumnya perubahan waktu pelaksanaan
akan mempengaruhi anggaran apabila konstruksi proyek masih berlangsung , jelas bahwa
penyelesaian aktual harus dibandingkan dengan rencana menyeluruh, contoh efektif dalam
pengendalian waktu seperti kurva S.
4.3.3.Kurva S
Kurva S adalah suatu grafik hubungan antara waktu pelaksanaan proyek dengan
nilai akumulasi proses pelaksanaan proyek mulai dari awal hingga proyek selesai.
Umumnya proyek menggunakan kurva S dalam perencanaan dan pengendalian jadwal
pelaksanaan proyek. Kurva berbentuk huruf S dipakai untuk menggambarkan nilai-nilai
kumulatif dan ini merupakan teknik penjadwalan dan pengendalian kuantitaf sederhana,
sudah tentu tidak serumit seperti cara lintasan kritis (CPM) termasuk versi komputerasinya.
Kurva kemajuan secara grafis dapat memberikan bermacam ukuran kemajuan pada sumbu
tegak dikaitkan dengan satuan waktu disumbu mendatar, kriteria ataupun ukuran kemajuan
dapat berupa presentasi bobot prestasi pelaksanaan atau produksi, nilai uang yang
dobelanjak, jumlah kuantitas atau volume pekerjaan penggunaan berbagai sumber daya,
jam orang atau tenaga kerja yang digunakan dan masih banyak lagi ukuran lainnya.
Pada jalur bagian terdapat bawa terdapat presentase rencana untuk tiap satuan waktu
dan presentase kumulatif dari rencana tersebut, disamping itu terdapat presentase realisasi
untuk tiap satuan waktu dari presentase kumulatif dari realisasi tersebut. Presentase
komulatif rencana dibuat sehinggan membentuk kurva S presentase komulatif realisasi
adalah hasil nyata dilapangan. Hasil realisasi dari pekerjaan pada satu waktu dapat
dibandingkan dengan rencana, jika hasil realisasi berada di atas kurva S maka terjadi
prestasi namun jika berada di bawah kurva S mencapai prestasi, untuk itu perlu evaluasi
secara menyeluruh sehigga untuk waktu selanjutnya tidak mengalami keterlambatan atau
perlu adanya penjadwalan kembali.
Gambar 4.11. kurva S

2.11.1. Pengendalian manajemen waktu dan mutu biaya proyek

Perencanaan Perkiraan Penyusunan Pengendalian


sumber biaya biaya anggaran biaya

2.11.2. Bagan AlirPelaksanaanPekerjaan

Mulai

Pengukuran

Mobilisasi alat

Papan nama
proyek

Jadwal
konstruksi

Pekerjaan Pekerjaan tanah


perkerasan butir
Perkerasn aspal
labur (BURAS)

finish

Gambar.4.12. alian pelaksanan pekerjaan


2.11.3. Perlindungan Lalu Lintas Jalan
Perlindungan lalu lintas ialah menjaga kelancaran dan membuka kesempatan
terhadap lalu lintas umum, sehingga pengendara umum tetap aman dan nyaman melalui
daerah pekerjaan jalan ini. Dalam proyek ini pekerjaan pengaspalan dilakukan pagi hari
pada jam kerja seperti biasa dikarenakan bahan perkerasan aspal tersebut dari Asphalt
Mixing Plant (AMP) yang pembuatan nya terletak di OKI.
Dalam perlindungan lalu lintas jalan pada proses pekerjaan pengaspalan maka
digunakan perlindungan jalan seperti penggunaan rambu yang bertuliskan “Hati – Hati Ada
Pekerjaan Perbaikan Jalan” maupun ada batas jalan yang bisa dilalui kendaraan.
Tahapan persiapan selanjutnya adalah pembersihan lapangan, sebelum dimulainya
pekerjaan pelapisan aspal, maka permukaan jalan yang akan dilapisi harus dibersihkan
terlebih dahulu dari debu dan bahan lainnya yang tidak dikehendaki.
Pada tahapan pembersihan di lokasi kegiatan, tidak sepenuhnya menggunakan air
compressor dikarenakan permukaan lapisan yang akan diaspal merupakan lapis pondasi
atas dan bukan merupakan permukaan aspal lama,sehingga dalam tahap pembersihan ini
dilakukan dengan perataan permukaan tanah serta pembersihan dari bahan yang harus
dibuang.
4.3.7.Pekerjaan Persiapan ASPAL LABUR

A.Persiapan Material
a) persiapan Agregat, dimana agregat yang dipakai harus memenuhi syarat yang
ditetapkan.
- Sifat – sifat Agregat Halus:
Bebas dari gumpalan lempung, kotoran organik, dan lainnya.Agregat halus terdiri
dari pasir atau pengayakan batu pecah yang memenuhi spesifikasi sebagai bahan
campuran ASPAL LABUR
b) Persiapan Material aspal harus memenuhi sifat – sifat yang telah di tentukan.
Sebelum distributor mengirim aspal ke base camp, aspal harus di uji terlebih dahulu
sifatnya dengan melakukan pembuatan benda uji.
B. Persiapan Lapangan

Sebelum penghamparan dilaksanakan,terlebih dahulu harus disiapkan antara lain:


1) bersihkan permukaan dari bahan-bahan yang tidak dikehendaki misalnya debu
dan bahan lainnya permukaan harus kering
2) ukur panjang dan lebar jalan yang akan diberi aspal
3) periksa sistim penyaluran air (drainase) harus berfungsi dengan baik;

4) catat temperatur udara lapangan dengan mengambil temperatur lapangan rata-rata


sehari sebelum penyemprotan dimulai

5) sebelum memulai penyeprotan sebaiknya dilakukan pengechek tempertur suhu


ulang sehingga tidak ada perubahan temperatur

C. Pengangkutan
1) isi truk jungkit dengan agregat (halus) sesuai dengan keperluan dari ke
lapangan dan ditutup terpal.

Gambar 4.13. pengisian agregat kedalam truk

D. Penyiraman Aspal
1) panaskan aspal yang digunakan sesuai dengan jenis aspal dan jumlah
pengencer, dengan tujuan untuk memperoleh suatu distribusi aspal yang
seragam kecuali bila menggunakan aspal emulsi

Gambar 4.12. pemanasan aspal

2) Siram kan aspal yang sudah panas menggunakan kaleng besi dengan gangan
kayu

Gambar 4.13. penyiraman aspal


3) Setelah penyiraman aspal kemudian timpa siraman aspal menggunakan pasir

Gambar 4.14. penaburan pasir

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari hasil tinjauan dan pengamatan selama kerja praktek dalam Pelaksanaan
Pekerjaan Proyek Peningkatan Jalan Talang Dabuk Desa Sungai Rengit Kec. Banyuasin
dari STA 0+000 sampai STA 0+920, maka penulis mencoba mengambil kesimpulan
sebagai berikut :
1. Dengan adanya Proyek Peningkatan Jalan Talang Dabuk Desa Sungai Rengit Kec.
Banyuasin, diharapkan memperlancar mobilitas dan sarana transportasi darat,
selain meningkatkan ekonomi juga diharapkan meningkatkan perkembangan
daerah yang dilewati jalan tersebut.
2. Pada Proyek Peningkatan Jalan Talang Dabuk Desa Sungai Rengit Kec. Banyuasin
ini mempunyai panjang 920 m, lebar 5,5 m, lebar ASPAL LABUR 5,5 cm, tebal
ASPAL LABUR 0,8 cm dengan waktu pelaksanaan 90 hari dan waktu
pemeliharaan 120 hari.
3. Pelaksanaan pekerjaan ASPAL LABUR dilakukan sesuai dengan kebutuhan
material dilapangan yang direncanakan berdasarkan spesifikasi umum pekerjaan.
4. Pekerjaan peningkatan jalan Talang Dabuk Desa Sungai Rengit Kec. Banyuasin,
Kota Palembang. Dilakukan dari STA 0+000 – STA 0+920.
5. Material lapis pondasi bawah menggunakan Agregat B.

5.2 Saran
Setelah mengikuti dan memperhatikan pekerjaan pada Proyek Peningakatan Jalan
Talang Dabuk Desa Sungai Rengit Kec. Banyuasin, maka penulis akan memberikan saran
sebagai berikut :
1. Dalam pelaksanaan pekerjaan ini hendaknya menggunakan tenaga ahli
dibidangnya masing-masing dan tidak melibatkan orang yang bukan
berkompetensi dibidangnya.
2. Untuk menghindari kecelakaan dalam bekerja, disiplin kerja sangat penting untuk
diperhatikan karena menyangkut aspek keselamatan dan kesehatan kerja harus
menggunakan APD yang sesuai dengan standar.
3. Peralatan yang digunakan harus dalam keadaan layak operasi setelah di cek oleh
teknisi, sehingga tidak menghambat dan mempengaruhi pekerjaan.
4. Untuk memperlancar pekerjaan, sebaiknyas alat berat yang digunakan harus benar-
benar berada di lokasi, sehingga tidak mengganggu pada pelaksanaan pekerjaan.
5. Saat jalan masih dalam pengerjaan sebaiknya di beri rambu perinagatan dan
penjaga, sehingga tidak melewati jalan tersebut agar terwujud keamanan dan
keselamatan kerja di lapangan.
DAFTAR PUSTAKA

ASTM C-78
Bina Marga tertuang dalam undang-undang nomer 38 tahun 2004 mengenai jalan.
CBR insitu sesuai SNI 03-1731-1989 atau CBR laboratorium sesuai SNI 03-1744-1989
Shanin 1994. Jenis-jens kerusakan perkerasan lentur dan konstruksi perkerasan.jakarta
Sukirman, Silvia. 1999. Perencanaan Lentur Jalan Raya. Jakarta.
Suwardo, Sugiharto. 2004. Perencanaan Lentur Jalan Raya. Jakarta.
Sylaksono, W.M.SC, Ir. Sony, Rekayasa Jalan.Bandung: ITB

Anda mungkin juga menyukai