Anda di halaman 1dari 15

KEGAGALAN KONSTRUKSI

JEMBATAN SIAK III RUMBAI

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah


Aspek Hukum Dalam Pembangunan

Oleh:
Putri Nadia Lestari 177011003 (B)
Fitha Pajriati Hermawan 177011013 (B)
Lucky Andiza Harris 177011033 (B)
Fiki Riyadi 177011059 (B)
M Firdhan Athala 177011082 (B)

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SILIWANGI
TASIKMALAYA
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya sehingga penulis dapat merampungkan
penyusunan makalah yang berjudul “KEGAGALAN KONSTRUKSI
JEMBATAN SIAK III RUMBAI” tepat pada waktunya.
Dalam penyusunan laporan ini penulis banyak di bantu oleh berbagai
pihak baik langsung maupun tidak langsung. Untuk itu, kami mengucapkan
terimakasih kepada Dosen pengampu serta teman-teman sekalian yang telah
membantu, baik bantuan berupa moriil maupun materil, sehingga makalah ini
terselesaikan dalam waktu yang telah ditentukan.
Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa
masih terdapat kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa dan aspek lainnya.
Oleh karena itu, dengan lapang dada kami membuka selebar-lebarnya pintu bagi
para pembaca yang ingin memberi saran maupun kritik demi memperbaiki
laporan ini.

Tasikmalaya, April 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

HALAMAN COVER
KATA PENGANTAR ...................................................................................i
DAFTAR ISI ..................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
1.1 Latar Belakang.................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................3
1.3 Tujuan Penulisan..............................................................................3
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................4
2.1 Analisa Kegagalan Pemasangan Camber Jembatan Siak III............4
2.2 Pendapat Para Pakar dan Ahli Struktur Jembatan Indonesia...........5
2.3 Pelanggaran Hukum Pembangunan Proyek dan Unsur Korupsi......7
BAB III PENUTUP ........................................................................................10
3.1 Kesimpulan......................................................................................10
3.2 Saran.................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................12

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Negara Indonesia adalah negara kepulauan, di mana kebutuhan
transportasi antar pulau memang sangat dibutuhkan untuk meningkatkan
perekonomian antar pulau dimana perlu dibuat suatu tannspotasi penghubung
antar pulau seperti kapal laut dan jembatan penghubung. Selain itu hubungan
transportasi antar daerah yang terpisah oleh sungai atau danau juga perlu
dibuatkan alat penghubung seperti jembatan agar dapat meningkatkan
kebutuhan perekonomian dari kedua daerah yang terpisah tersebut. Apalagi di
era globalisasi yang semakin pesatnya perkembangan zaman, kebutuhan
masyarakat akan transportasi dan perhubungan akan semakin kuat. Hal ini
didasarkan pada kebutuhan masyarakat akan kegiatan perekonomian yang
mengglobal, yang mengakibatkan masyarakat harus saling berinteraksi satu
sama lain walaupun terhalangi oleh sungai, bahkan laut.
Sebagai alat penghubung, jembatan harus mempunyai stuktur yang
kuat yang dapat memberikan keselamatan bagi masyarakat pengguna. Akan
tetapi, tidak semua pembangunan jembatan sesuai dengan standar
perencanaan, hal ini dikarenakan oleh kondisi, dana, keahlian pekerja,
kualitas bahan yang digunakan, dan sebagainya.
Akibat dari pembangunan jembatan yang tidak sesuai standar
perencanaan, maka terjadi kegagalan konstruksi yang dapat merugikan
masyarakat dan pemerintah. Salah satu contoh kegagalan konstruksi jembatan
terjadi pada Jembatan siak III atau tenggarong atau lebih dikenal dengan
nama Jembatan Sultan Muhammad Ali Abdul Jalil Muazzamsyah, nama
sebuah jembatan yang terletak di Kota Pekanbaru, Provinsi Riau, Indonesia.
Jembatan ini menghubungkan Jalan Panglima Undan, Kecamatan Senapelan
dengan Jalan Sembilang, Kecamatan Rumbai Pesisir. Jembatan ini dibangun
untuk mengurangi kepadatan lalu lintas di daerah tersebut, yang selama ini
menggunakan Jembatan Siak I yang usianya sudah lebih dari 30 tahun.

1
2

Jembatan ini diresmikan oleh Gubernur Riau saat itu, H.M. Rusli Zainal pada
tanggal 8 Desember 2011 menyongsong penyelenggaraan Pekan Olahraga
Nasional XVIII yang digelar di Provinsi Riau tahun 2012. Nama resmi
Jembatan Siak III ini diambil dari nama Sultan Siak Sri Indrapura yang
pertama kali membuka daerah Senapelan yang kini menjadi Kota Pekanbaru.
Sultan Muhammad Ali Abdul Jalil Muazzamsyah merupakan figur yang telah
berhasil mengembangkan perdagangan di Kota Pekanbaru.
Proses pembangunan jembatan memakan waktu 10 tahun, yakni sejak
tahun 2001. Pembangunan jembatan ini menghabiskan dana APBD Riau
sebesar Rp 136,75 miliar selama 10 tahun penganggaran. Pembangunan
jembatan ini awalnya dilaksanakan kontraktor PT Rantau Bais Sawit Family
pada tahun 2001 hingga 2007. Kemudian pengerjaannya diambil alih oleh PT
Waskita Karya sejak tahun 2008 hingga 2011.
Panjang total Jembatan Siak III adalah 520 meter dan lebar 11 meter.
Konstruksi bentang utama menggunakan rangka baja pelengkung. Sedangkan,
konstruksi bentang pendekat menggunakan empat steel box girder dan
delapan steel girder serta fondasi bangunan bawah dengan bor pile.
Ketinggian jembatan mencapai 11 meter dari muka air sungai tertinggi.
Kegagalan konstruksi Jembatan Siak III berdasarkan hasil peninjauan
Tim Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK) Riau, menemukan
kalau camber jembatan Siak III tersebut negatif, yakni melengkung dan lentur
ke bawah sebanyak 25-26 cm. LPJK juga menyatakan pihak kontraktor salah
dalam proses konstruksi Jembatan Siak III, yang menyebabkan bangunan
yang baru diresmikan itu melengkung ke bawah dan dipastikan
mempengaruhi daya tahannya. Disebutkan bahwa ini akibat pelaksanaan yang
salah, yaitu terjadi pergeseran busur ke arah horizontal sehingga terjadi
perenggangan, namun kontraktor pada pelaksanaannya memaksa untuk ditarik
ke arah yang berlawanan sehingga melengkung bentuknya seperti ular.

Berdasarkan beberapa informasi di atas, ada kecenderungan bahwa


ada yang keliru dalam proses pembangunan jembatan ini yang menyebabkan
3

adanya negative chamber dan penurunan pada struktur pelengkung. Hingga


saat ini belum ada investigasi yang mendalam mengenai apa yang menjadi
penyebab kejadian tersebut.

1.2 Rumusan Masalah


Dari latar belakang di atas, timbul rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apakah yang menyebabkan Jembatan Siak III mengalami gagal
konstruksi ?
2. Bagaimana analisis kegagalan struktur Jembatan Siak III setelah terjagi
kegagalan konstruksi ?
3. Bagaimana pelanggaran hukum pembangunan proyek dan unsur korupsi

1.3 Tujuan Penulisan


1. Mengetahui faktor apa saja yang menjadi penyebab kegagalan konstruksi
Jembatan Siak III.
2. Mengevaluasi struktur jembatan serta menganalisa kegagalan konstruksi.
3. Mengetahui bagaimana pelanggaran hukum pembangunan proyek dan
unsur korupsi.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Analisa Kegagalan Pemasangan Camber Jembatan Siak III


Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK) Provinsi Riau
menyatakan pihak kontraktor salah dalam proses konstruksi Jembatan Siak III
di Kota Pekanbaru, yang menyebabkan bangunan yang baru diresmikan itu
melengkung ke bawah dan dipastikan mempengaruhi daya tahannya. Akibat
pelaksanaan yang salah maka terjadi pergeseran busur ke arah horizontal
sehingga terjadi perenggangan dari cable band dan sambungan hanger dan
menyebabkan tahanan friksi dan sudah mengalami stress ,namun kontraktor
pada pelaksanaannya memaksa untuk ditarik ke arah yang berlawanan
sehingga melengkung bentuknya seperti ular.

Gambar 1. Kegagalan pemasangan chamber bridge negative


Hipotesa pertama menyatakan berdasarkan analisa struktur didapat hasil
bahwa frekuensi sangat tinggi pada empat hanger jembatan yang dianggap
sebagai indikasi telah terjadi tegangan yang tinggi pada hanger tersebut. Hal
ini (Hipotesis pertama) bisa jadi masuk akal mengingat jika terjadi lendutan
maka itu berarti terjadi pertambahan panjang (regangan) pada hanger.
Perpanjangan yang berlebihan berarti telah terjadi gaya yang besar yang
berdampak pada tingginya tegangan yang terjadi pada hanger.
Analisis yang didapat dari DPU Provinsi Riau melihat bahwa besaran
lendutan sebesar 25-26 cm dan terlihat permanen, maka gaya pada hanger
diperkirakan telah pernah melewati batas leleh elastiknya. Seperti halnya

4
5

struktur baja lain, kondisi leleh adalah kondisi batas kekuatan struktur baja.
Hal ini berarti, keamanan struktur jembatan juga dinilai telah mencapai  batas
kekuatannya. Maka dari itu menjadi pedoman bagi pihak yang menyatakan
jembatan sudah tidak aman untuk dilewati.
Hipotesa kedua menerangkan bahwa jembatan tidak dilakukan pre-
chamber atau kesalahan dalam menentukan pre-chamber atau kesalahan
pelaksanaan proses konstruksi yang mengakibatkan pre-chamber tidak sesuai
rencana awal. Kesalahan ini dapat berakibat tidak seragamnya penurunan
yang terjadi setelah jembatan terbebani sehingga terlihat ada section yang
berbeda penurunannya. Akibat penurunan ini menyebabkan perbedaan
tegangan pada hanger bagian yang lendut dan yang tidak lendut. Perbedaan
tegangan jelas menyebabkan perbedaan frekuensi hanger. Mungkin hipotesa
kedua ini yang menjadi dasar pendapat bahwa jembatan tersebut masih aman
digunakan.
Pemerintah harus segera melakukan investigasi yang menyeluruh
terhadap segala kemungkinan hipotesa yang ada demi menjamin keamanan
infrastruktur yang digunakan oleh publik. Hal ini penting untuk menghindari
terjadinya musibah yang berpotensi menelan banyak korban

Gambar 2. Sambungan Ikatan Hanger dan cabel bridge

2.2 Pendapat Para Pakar dan Ahli Struktur Jembatan Indonesia


1. Berdasarkan uji frekuensi oleh Prof Dr Ir H Sugeng Wiyono MMT, pada
seluruh hanger Jembatan Siak III Pekanbaru, ada empat hanger (kebel)
6

mengalami nilai frekuensi sangat tinggi. Bila ini dibiarkan berlarut-larut,


maka keempat hanger akan terputus. Ia juga menilai, selain adanya
pelengkung (tempat bergantung hangger, red) juga agak turun. Disebutkan
pula penyebabnya adalah kesalahan perencanaan dan pelaksanaan di
lapangan oleh kontraktor dimana perencanaan yang kurang cermat dan
kesalahan dalam pelaksanaan di lapangan oleh kontraktor. Menurutnya
jika dibiarkan, maka akan terjadi musibah seperti jembatan Kukar.
2. Menurut Kepala Dinas PU Riau SF Hariyanto, dari hasil loading test yang
dilakukan beberapa waktu lalu, Jembatan Siak III berkekuatan 80 ton.
Hasil pengamatan di lapangan, kondisi jembatan saat ini tidak terjadi lagi
penurunan dan sudah berhenti. Menurutnya memang kalau dalam istilah
bangunan ada sedikit cacat dalam konstruksi jembatan. Tapi ini tidak
membahayakan dan aman.
3. Menurut Ir. Roni Ardiansyah MT dalam artikel blognya disebutkan bahwa
pada jembatan Siak III beban lantai kendaraan bentang terpanjang dipikul
oleh baja profil yang berbentuk pelengkung, jadi kekuatan bentang tengah
jembatan ini sangat tergantung kepada kekuatan profil baja
pelengkungnya. Profil baja pelengkung biasanya sudah direncanakan
dengan baik terhadap gaya tarik, tekan dan lentur, oleh sebab itu sudah
dapat dipastikan baja profil tersebut akan kuat terhadap tarik, tekan dan
lentur.
4. Hasil sidak Kementrian Perdagangan RI yang bekerjasama dengan Dinas
Perindag Kota Pekanbaru dan Riau pada 22 Desember 2010 menyatakan
bahwa sebanyak 44.250 ribu batang atau lebih dari 70 persen baja tulangan
b eton (BTB) milik PT Jaya Glasindo Abadi adalah baja polos dan non
SNI. Ironisnya, PT Jaya Glasindo Abadi merupakan perusahaan yang
didapuk untuk mensuplai baja tulangan beton untuk kebutuhan
pembangunan jembatan Siak III.
5. Dewan Pimpinan Nasional (DPN) Asosiasi Kontraktor Seluruh Indonesia
(AKSI) menilai pembangunan Jembatan Siak III gagal kontruksi diduga
juga menggunakan material yang tidak sesuai dengan perencanaan.
7

6. Kementerian PU lalu menyatakan jembatan Siak III termasuk salah satu


jembatan yang berbahaya di Indonesia karena tidak sesuai dengan bestek
peruntukannya sebagai jembatan kategori A yang harus sanggup
menanggung beban maksimal 300 ton. Jembatan mengalami banyak
kelemahan. Apalagi pada saat pengujian kualitas proyek, jembatan hanya
dijejali beban seberat 80 ton atau sebanyak empat truk. Padahal seharusnya
jembatan dengan kategori A yang diproyeksikan untuk jangka waktu 50
tahun harus diuji kualitas dengan bebas 300 ton atau sebanyak 15 truk.
Jembatan Siak III mempunyai bentuk melintang sepanjang 120 meter.
Dengan kondisi itu, jembatan maksimal harus sanggup diuji beban sebesar
300 ton atau sekitar 15 truk. INKINDO Wilayah Riau mengatakan tidak
mengenal perusahaan yang menjadi konsultan perencana dan konsultan
pengawas pada proyek je mbatan Siak III.

2.3 Pelanggaran Hukum Pembangunan Proyek dan Unsur Korupsi


Pelanggaran hukum yang terjadi pada pembangunan Jembatan Siak III
Syakirman Ketua Umum Dewan Pimpinan Nasional (DPN) Asosiasi
Kontraktor Konstruksi Indonesia (AKSI) mengatakan bahwa jembatan siak
III sudah gagal pada saat pembangunan pondasi awal tetapi tetap
dipaksanakan Pemrov Riau untuk pelaksanaannya akibatnya negara melalui
APBD Riau mengalami kerugian 136,75 miliar untuk biaya pembangunan
dengan kontraktor pelaksana PT. Waskita Karya. UU Jasa Konstruksi Nomor
18 Tahun 1999 Pasal 25 Ayat 3 mengatakan, Kegagalan bangunan ditentukan
oleh pihak ketiga selaku Penilai Ahli. Dan Pasal 43 menyatakan, Barang siapa
yang melakukan perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan yang
mengakibatkan kegagalan pekerjaan konstruksi atau kegagalan bangunan
dikenai pidana paling lama lima tahun penjara dan didenda sesuai UU
tersebut.
Selain pelanggaran tersebut ada bentuk pelanggaran menurut Undang-
Undang Jasa Konstruksi nomor 18 Tahun 1999 pasal 41 hingga pasal 44 telah
diatur mengenai sanksi apabila terjadi gagal konstruksi itu. Yakni kontraktor
8

harus ditarik jaminan pelaksanaannya sbesar 5 persen dari nilai kontrak


(136,75 miliar pekerjaan terakhir) dan 5 persen lagi jaminan pemeliharaan.
Sehingga kontraktor dikenakan sanksi 10 persen dari 136,75. Ini harus disetor
ke kas negara. Kemudian pengguna anggaran (Dinas PU Riau), perencana
serta pengawas juga harus dikenakan sanksi denda masing-masing 5 harus
dikenakan sanksi denda masing-masing 5 persen dari nilai kontrak.Tidak
hanya sanksi administrasi. Sesuai UU Jasa Konstruksi itu juga ada sanksi
pidana. Sesuai pasal 41 hingga 44 disebutkan, ancaman pidana bagi
perencana maksimal 10 tahun, Kontraktor, Pengawas dan lainnya masing-
masing maksimal lima tahun penjara. Kemudian didalam Undang-undang
Jasa Konstruksi itu juga ditegaskan apabila terjadi kegagalan produksi,
kesalahan dari perencanaan didenda 5 persen dari kontrak perencanaannya
dihukum penjara 5 tahun. Apabila kesalahan berada di kontraktor perencana
didenda 5 persen dihukum 5 tahun penjara. Apabila terjadi dari pengawasan
didenda 10 persen dan dipenjara 5 tahun penjara.
Dugaan kasus korupsi muncul dari Ketua Umum Dewan Pimpinan
Nasional Asosiasi Kontraktor Konstruksi Indonesia (AKSI) Riau, Syakirman,
meminta Komisi Pemberantas Korupsi (KPK) mengusut pembangunan
Jembatan Siak III. Penutupan Jembatan Siak III, Rabu (4/12/2013) lalu,
merupakan bukti proyek tersebut gagal konstruksi.
Pembuktian korupsi ini didasarkan pada dua alat bukti. Pertama jembatan
telah dibayarkan 100 persen dan kedua kenyataan di lapangan jembatan sudah
ditutup karena cacat tidak sesuai dengan yang direncanakan karena ada
dugaan korupsi antara kontraktor dan Kepala PU Riau. Kedua adalah ketika
uji pembebanan jembatan dengan kapasitas 300 ton ternyata hanya sanggup
menahan beban 80 T saja. Syakirman menjelaskan, dirinya menyambut baik
diperbaikinya Jembatan Siak III tersebut. Karena hal tersebut merupakan
salah satu tuntutan dalam gugatannya yang sebelumnya dilayangkan ke
Pengadilan Negeri Pekanbaru dan sudah menjalani persidangan selama 28
kali. Namun lebih penting lagi menurutnya, kata Syakirman, kontraktor
9

tersebut harus menyetorkan dana sebesar Rp13 miliar ke kas negara sebagai
sanksi yang diberikan kepada kontraktor.
Dugaaan lain dari pihak Ketua Dewan Pimpinan Nasional (DPN)
Asosisasi Kontraktor Konstruksi Indonesia (AKSI), Syakirman meminta
kepada Pemprov Riau untuk membongkar Jembatan Siak III yang dikerjakan
PT Waskita Karya. Karena perbaikan yang diagendakan semula pada bulan
Mei sekarang sampai Desember, itu menandakan jembatan tersebut memang
tidak bisa lagi diperbaiki dan harus dibongkar. tapi aparat hukum tidak serius
menyelidiki dugaan korupsi di jembatan itu. Saya minta kepada aparat, mulai
dari Polisi, Jaksa maupun KPK untuk memeriksa Pimpinan Waskita Karya
Riau Purma Yoserizal karena beliau orang yang paling bertanggung jawab
dalam pengerjaan Jembatan Siak III. PT Waskita seharusnya mengembalikan
uang sebesar 136,75 miliar senilai kontraknya. Selain itu wajib didenda 5
persen dari kontraknya. Selain itu, seluruh tenaga ahli PT Waskita harus
dicabut Sertifikat keahlian yang dikeluarkan oleh LPJK. Dan Waskita Karya
harus di blacklist selama dua tahun, dan tidak boleh mengerjakan proyek
pemerintah se Indonesia.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dengan mengamati, menganalisis, dan menyimpulkan dari keterangan
di atas dapat disimpulkan bahwa kesalahan perencanaan dan pelak sanaan di
lapangan oleh kontraktor dimana perencanaan yang kurang cermat dan
kesalahan dalam pelaksanaan di lapangan oleh kontraktor yang
menyebabkan camber jembatan Siak III tersebut negatif, yakni melengkung
dan lentur ke bawah sebanyak 25-26 cm. Dari segi material yang digunakan
dalam pemasangan jembatan adalah sebanyak 44.250 ribu batang atau lebih
dari 70 persen baja tulangan beton (BTB) adalah baja polos dan non SNI.
Kemudian dugaan korupsi proyek antara kepala PU Riau karena selaku
kuasa anggaran yang terkesan tidak transparan bestek dan spesifikasi
Jembatan Siak III. Hal ini harus disikapi dengan proses hukum terhadap
pihak-pihak yang bertanggung jawab sebagai upaya penyelamatan uang
negara sekaligus ''warning'' bagi pejabat dalam melaksanakan kegiatan
publik.
3.2 Saran
Adapun saran yang dapat saya sampaikan yaitu , antara lain :
1. Seharusnya selaku pihak kontraktor harus melihat secara detail dan
meninjau ulang hasil dari perencana proyek agar tidak mengalami
kegagalan proyek dikemudian hari.
2. Diperlukannya pengawasan ketat pada saat pemasangan struktur penting
jembatan agar pemasangan dan perhitungan antara dilapangan sama
seperti yang direncanakan.
3. Seharusnya pemerintah sebagai pemilik dana proyek harus mengawasi
material yang digunakan , apakah sudah berstandar sesuai yang
disyaratkan atau tidak, karena bahan yang asal-asalan akan merugikan
dari pihak kontraktor, perencana, dan pemerintah yang hal ini PU Riau
sebagai pemilik proyek ataupun masyarakat sebagai pengguna jembatan.

10
11

4. Dalam penggunaan dana APBD harus transparan dan profesional, jangan


sampai membuat kecuriga KPK yang akan mengakibatkan keresahan
masyarakat dan pemerintah.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.scribd.com/document_downloads/direct/358823550?extention=doc
Tribunnews.com
http://www.tribunnews.com/regional/2013/06/07/korupsi-jembatan-siak-iii-harus-
diusut.

12

Anda mungkin juga menyukai