BAB I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Sistem penyediaan air minum Kota Tasikmalaya sampai saat ini masih dilayani oleh PDAM
Tirta Sukapura milik Kabupaten Tasikmalaya, yang mempunyai kapasitas terpasang 438
liter/detik, dengan air baku bersumber dari Mata Air Cipondok, melayani 29.909
sambungan langsung (27.738 sambungan domestik/SR, dan 2.211 sambungan non-
domestik) dan 157 kran umum (Corporate Plan PDAM Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2003–
2007).
Berdasarkan data Corporate Plan yang disusun pada tahun 2005 tersebut, PDAM
Kabupaten Tasikmalaya ini mempunyai area pelayanan meliputi 23 kecamatan baik di
wilayah Kabupaten maupun Kota Tasikmalaya dengan cakupan pelayanan air bersih baru
mencapai 18% dari jumlah penduduk wilayah Kabupaten Tasikmalaya dan 38% untuk
wilayah Kota Tasikmalaya.
Kondisi penyediaan air bersih oleh masyarakat yang dilaksanakan oleh Pemerintah Kota
Tasikmalaya sangat terbatas untuk masyarakat di wilayah-wilayah yang memiliki sumber
setempat, baik mata air maupun air tanah (sumur gali dan sumur artesis). Sumber air yang
dimanfaatkan berkisar antara 0,5 sampai 2,0 liter/detik. Karena kondisi sumber air tersebut
terbatas, maka cakupan pelayanannya terbatas, yaitu hanya dapat mencapai 300 sampai
1000 jiwa. Dengan demikian, peningkatan pelayanan air bersih oleh Pemerintah Kota
Tasikmalaya sangat lambat dan tidak optimal.
Berkenaan dengan uraian di atas, maka pemerintah Kota Tasikmalaya akan melakukan
kegiatan Review Master Plan Air Bersih Kota Tasikmalaya untuk menyesuaikan dengan
perubahan situasi dan kondisi yang ada dan mengantisipasi tantangan pelayanan air bersih
di masa depan. Diharapkan master plan ini dapat menjadi pedoman bagi Pemerintah Kota
dalam merencanakan pembangunan dalam rangka peningkatan pelayanan air bersih untuk
masyarakat.
Pendahuluan I_1
Laporan Akhir
Review Master Plan Air Bersih Kota Tasikmalaya
Pendahuluan I_2
Laporan Akhir
Review Master Plan Air Bersih Kota Tasikmalaya
Pendahuluan I_3
Laporan Akhir
Review Master Plan Air Bersih Kota Tasikmalaya
Pendahuluan I_4
Laporan Akhir
Review Master Plan Air Bersih Kota Tasikmalaya
Pendahuluan I_5
Laporan Akhir
Review Master Plan Air Bersih Kota Tasikmalaya
Pendahuluan I_6
Laporan Akhir
Review Master Plan Air Bersih Kota Tasikmalaya
Pendahuluan I_7
Laporan Akhir
Review Master Plan Air Bersih Kota Tasikmalaya
BAB II
Tinjauan Umum Kota Tasikmalaya
2.1 Kondisi Fisik Daerah
2.1.1. Geografi
Kota Tasikmalaya merupakan salah satu kota di Provinsi Jawa Barat, dengan luas wilayah
18.385,09 Ha (183,85 Km2). Kedudukan atau jarak dari Ibukota Propinsi Jawa Barat, yaitu
Bandung, ± 105 Km dan dari Ibu kota Negara, yaitu Jakarta, ± 255 Km. Secara geografis
Kota Tasikmalaya terletak antara 108o08’38” BT – 108°24’02” BT dan antara 7°10’ LS –
7°26’32” LS, dengan batasan administratif pemerintahan sebagai berikut :
Untuk lebih jelasnya mengenai kecamatan yang ada di Kota Tasikmalaya dapat dilihat pada
Tabel 2.1.
Tabel 2.1. Pembagian Wilayah Kecamatan dan Kelurahan di Kota Tasikmalaya Serta
Luasannya Per Kecamatan Tahun 2010
Luas Luas
No. Kecamatan Kecamatan Kelurahan No. Kecamatan Kecamatan Kelurahan
(Ha) (Ha)
1 Indihiang 1.104 Indihiang 6 Cipedes 896 Panglayungan
Sirnagalih Cipedes
Parakannyasag Nagarasari
Panyingkiran Sukamanah
Sukamaju Kaler 7 Tawang 707 Tawangsari
Sukamaju Kidul Empangsari
2 Bungursari 1.690 Bantarsari Lengkongsari
Cibunigeulis Cikalang
Sukarindik Kahuripan
Sukamulya 8 Kawalu 4.277 Kersamenak
Sukajaya Cilamajang
Bungursari Gunung Tandala
Sukalaksana Urug
3 Cibeureum 1.904 Kersanagara Tanjung
Kota Baru Cibeuti
Awipari Karang Anyar
Setianagara Talagasari
Ciherang Leuwiliang
Ciakar Gunung Gede
Margabakti 9 Tamansari 3.599 Tamansari
Setiajaya Mugarsari
Setiaratu Tamanjaya
4 Purbaratu 1.201 Purbaratu Sumelap
Sukanagara Setiawargi
Sukaasih Mulyasari
Sukajaya Sukahurip
Singkup Setiamulya
Sukamenak 10 Mangkubumi 2.4 Mangkubumi
5 Cihideung 549 Yudanagara Cigantang
Nagarawangi Karikil
Cilembang Linggajaya
Argasari Cipawitra
Tugujaya Sambongpari
Tuguraja Sambongjaya
Cipari
Sumber : Hasil pemetaan penetapan batas Direktorat Jenderal Pemerintahan Umum Kemendagri 2010
Gambar 2.1 Peta Administrasi Kota Tasikmalaya
Ditinjau dari segi fisiografi wilayah, tempat tertinggi Kota Tasikmalaya terdapat di bagian
barat dan selatan, kemudian menurun ke tengah di sekitar pusat kota menuju utara serta
sebagian kecil dari timur ke tengah dan utara Kota Tasikmalaya. Pada bagian selatan
wilayah Kota Tasikmalaya, di sekitar Kecamatan Kawalu dan Cibeureum, kondisinya
cenderung berbukit-bukit dengan ciri hutan dan kebun campuran. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada Tabel 2.2 dan Tabel 2.3.
Dengan kondisi Rupa Bumi (geomorfologi) seperti ini, membagi dua wilayah Kota
Tasikmalaya dalam arah barat laut ke arah Selatan Kota Tasikmalaya. Kondisi fisik bentang
alam ini sangat terkait dengan kondisi hidrologinya, dimana Kota Tasikmalaya terbagi
kedalam dua daerah aliran sungai (DAS), di sebelah Utara hingga Timur Laut merupakan
DAS Citanduy dengan aliran air menuju kearah Kecamatan Cikoneng Kabupaten Ciamis.
Sedangkan di sebelah Barat hingga Barat Daya merupakan DAS Ciwulan dimana aliran air
menuju kearah Kecamatan Sukaraja dan Tanjung Jaya di Kabupaten Tasikmalaya. Kondisi ini
membawa permasalahan dalam sistem drainase dan sistem perpipaan air Kota
Tasikmalaya, sehingga dibutuhkan perencanaan yang lebih matang terhadap kedua sistem
tersebut agar tidak menimbulkan permasalahan di kemudian hari.
Gambar 2.2 Peta Tofografi Kota Tasikmalaya
Pola struktur sesar normal akan menimbulkan pemotongan pada bagian tubuh batuan dan
umumnya membentuk jurang, sedangkan sesar naik disamping dapat membentuk jurang
juga perlapisan batuan menjadi berlipat-lipat dan hancur, bidang pemotongan ini
merupakan bidang lemah yang biasanya membentuk jurang-jurang curam dan terjal
dimana proses gerakan tanah ini dapat berkembang, hal ini sering terlihat pada bantaran
sungai akibat pengikisan dan penyempitan.
Untuk lebih jelasnya mengenai kondisi Geologi Kota Tasikmalaya, maka dapat dilihat pada
Gambar 2.3.
Gambar 2.3 Kondisi Geologi Kota Tasikmalaya
Litologi Kota Tasikmalaya terbentuk dari material dasar berupa batuan induk vulkanik, yaitu
susunan batuan yang terdiri dari breksi vulkanik termampat lemah dengan bongkah lava
andesit yang dihasilkan pada tingkatan gunung api tua. Batuan ini tersebar merata,
menutupi hampir seluruh wilayah Kota Tasikmalaya. Pada tingkatan gunung api muda,
susunan batuan yang dihasilkan mulai dari breksi gunung api, lahar, tufa berlapis, batuan
andesit sampai basal yang tersebar secara terbatas di bagian tenggara.
Jenis tanah yang mendominasi permukaan adalah jenis tanah asosiasi regosol kelabu,
regosol kelabu coklat, litosol, dan latosol kemerah-merahan. Jenis tanah yang memiliki
sebaran terluas adalah jenis tanah asosiasi regosol kelabu dan litosol yang tersebar di
bagian tengah, selatan, timur, dan barat. Di bagian utara, sebaran terdiri dari jenis tanah
latosol coklat kemerah-merahan. Sementara itu, kedalaman efektif tanah (solum) wilayah
bagian barat dan timur berada pada kisaran 30 –sedangkan di bagian utara, tengah, dan
selatan berada pada kisaran 60-90 cm.
a. Air Permukaan :
Air permukaan dapat diartikan sebagai aliran air yang mengaliri permukaan Kota
Tasikmalaya maupun dalam bentuk genangan yang cukup luas. Bentuk air permukaan di
Kota Tasikmalaya meliputi sungai dan air dalam cekungan (danau/situ).
1. Air hujan
Jumlah air permukaan jenis air hujan yang dapat dimanfaatkan untuk sumber daya
air setempat cukup besar. Di Kecamatan Tamansari potensi air tersebut mencapai 49
– 416 juta m3/hari, sementara di Kecamatan Mangkubumi mencapai 59 – 501 juta
m3/hari. (Identifikasi Potensi Sumber Daya Air Bawah Tanah Kota Tasikmalaya, 2004)
2. Air sungai dan air waduk :
Sungai-sungai yang mengaliri Kota Tasikmalaya di antaranya adalah Sungai Citanduy,
Sungai Ciloseh, Sungai Ciwulan, serta Sungai Cibanjaran. Sedangkan anak-anak
sungainya yaitu beberapa anak sungai dari Sungai Cibanjaran yang meliputi Sungai
Cihideung/Dalem Suba, Sungai Cipedes, Sungai Ciromban, Sungai Cidukuh, Sungai
Lokasi
No. Nama Perairan Luas (Ha)
Kelurahan Kecamatan
1 Situ Gede 48 Mangkubumi Mangkubumi
2 Situ Cicangri 2,5 Tamanjaya Tamansari
3 Situ Rusdi 1,5 Tamanjaya Tamansari
4 Situ Cibeureum 7 Tamanjaya Tamansari
5 Situ Cipajaran 5 Tamanjaya Tamansari
6 Situ Malingping 2 Tamanjaya Tamansari
7 Situ Bojong 2 Tamanjaya Tamansari
Sumber : Buku putih sanitasi Kota Tasikmalaya Tahun 2012
Ditinjau dari kondisi hidrogeologi, Kota Tasikmalaya dikategorikan sebagai daerah
akuifer, alirannya didasarkan melalui celahan dan ruang antara butir yang merupakan
ciri dari lereng gunung api strato. Sistem akuifer di Kota Tasikmalaya yang dapat
dimanfaatkan untuk pengambilan air dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu; sistem
akuifer tunggal pada unit vulkanik, sistem akuifer pada celahan-celahan batuan
sedimen tersier serta sistem akuifer rekahan-rekahan yang dibentuk oleh batu
gamping.
Ø Sistem akuifer tunggal pada unit vulkanik terdiri dari endapan kipas alluvium yang
merupakan deposit dari lahar berkisar dan bolder lava, mempunyai luas
penyebaran sekitar 140 km2, berada pada ketinggian antara 300 sampai 500 m
dan mempunyai ketebalan kurang dari 40 m, kedalaman air muka tanah tersebut
berkisar kurang dari 5 m dari permukaan tanah setempat.
Ø Sistem akuifer pada celahan-celahan batuan sedimen tersier yang termasuk pada
formasi halang, formasi bentang dan formasi genteng tersebar di bagian selatan
dengan kedalaman akuifer berkisar antara 40 m sampai 150 m dengan muka air
tanah berkisar antara 5 – 12 m dari permukaan tanah setempat.
Ø Sistem akuifer rekahan-rekahan yang dibentuk oleh batu gamping tersebar di
bagian selatan sekitar wilayah Sukaraja ukurannya mempunyai kedalaman muka
air tanah lebih dari 10 m atau langka.
b. Air Tanah
Selain potensi air permukaan, Kota Tasikmalaya pun memiliki potensi kandungan air
tanah yang relatif dangkal. Dikatakan demikian karena air tanah dapat diperoleh dari
sumur dengan kedalaman antara < 3,00 – 10,00 meter. Kedalaman sumur gali untuk bisa
keluar air cukup dangkal, antara 1,50 – 7,00 meter.
Kedua potensi hidrologi di atas merupakan sumber air bagi pemenuhan kebutuhan
sehari-hari. Salah satu sumber air tanah dalam bentuk mata air yang terdapat di
Kecamatan Indihiang – mata air Cibunigeulis – memiliki kapasitas produksi / debit
sebesar 15,00 liter per detik sampai 60,00 liter per detik. Lebih jelasnya dapat dilihat
pada Tabel berikut.
Gambar 2.4 Peta Hidrologi Kota Tasikmalaya
2.1.5. Klimatologi
A. Curah Hujan
Berdasarkan klasifikasi tipe curah hujan Schmidt dan Ferguson yang didasarkan pada
pertimbangan banyaknya bulan basah (>200 mm) dan bulan kering (<100 mm), tipe
curah hujan di wilayah Kota Tasikmalaya termasuk tipe curah hujan C yang memiliki 4
bulan kering dan 8 bulan basah. Sedangkan berdasarkan klasifikasi iklim Mohr, wilayah
Kota Tasikmalaya termasuk kedalam klasifikasi iklim II. Rata-rata curah hujan per bulan
278,55 mm, dengan curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Januari sampai dengan
April dan curah hujan terendah antara bulan September sampai dengan Oktober.
Perbandingan bulan basah dan kering mencapai 98% bulan basah atau termasuk iklim
basah. Dengan iklim seperti ini, cadangan air tanah diharapkan mencukupi karena
proses infiltrasi air cukup tinggi. Suhu rata-rata 25,7° C, dengan kisaran antara 21,1° C
(terendah) dan 27,9° C (tertinggi).
Curah hujan di Kota Tasikmalaya untuk tahun 2009 dan 2010 rata-rata memiliki nilai 275
mm per bulan, ini menunjukan bahwa Kota Tasikmalaya merupakan daerah yang
memiliki curah hujan yang sedang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.
Tahun
NO. Bulan 2009 2010 2011
CH HH CH HH CH HH
1 Januari 633 25 573 20 171 11
2 Februari 571 18 568 17 280 12
3 Maret 525 16 538 17 411 20
4 April 368 12 228 15 652 25
5 Mei 258 17 197 11 692 23
6 Juni 215 9 232 15 63 4
7 Juli 54 3 196 13 379 5
8 Agustus 0 0 312 15 0 0
9 September 10 2 - 0 5 1
10 Oktober 378 18 - 0 365 11
11 November 358 13 - 0 1192 21
12 Desember 316 12 - 0 156 17
Jumlah 3686 145 2844 123 4366 150
Rata-rata 307.17 12.08 237.00 10.25 363.83 12.5
Sumber : Buku putih sanitasi Kota Tasikmalaya Tahun 2012
B. Suhu udara
Suhu udara di Kota Tasikmalaya selama tahun 2002-2006 memiliki nilai rata-rata antara
25° –26° C. hal ini menunjukan bahwa suhu di Kota Tasikmalaya termasuk dalam
katagori sedang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.
Tahun
Rata-rata
2002 2003 2004 2006 2008
MAKS MIN MAKS MIN MAKS MIN MAKS MIN MAKS MIN
2 9,70 24,5 0 2 8,9 0 2 3,40 26,5 0 2 3,3 0 2 8,9 0 23,1 0 3 0,3 0 2 2,0 0 2 6,0 6
3 0,90 24,6 0 3 0,0 0 2 5,50 28,4 0 2 3,5 0 2 8,9 0 23,3 0 3 0,4 0 2 2,4 0 2 6,7 9
3 0,60 24,9 0 2 8,6 0 2 4,20 27,9 0 2 3,5 0 2 9,1 0 23,8 0 3 0,9 0 2 2,2 0 2 6,5 7
2 8,90 24,8 0 2 9,3 0 2 4,60 29,2 0 2 3,8 0 2 8,9 0 24,0 0 3 0,9 0 2 2,7 0 2 6,7 1
2 9,00 24,6 0 2 8,9 0 2 4,00 29,5 0 2 3,2 0 2 8,9 0 23,5 0 3 0,4 0 2 2,2 0 2 6,4 2
3 0,20 25,3 0 2 9,0 0 2 3,70 28,4 0 2 2,5 0 2 8,6 0 23,2 0 2 9,7 0 2 0,6 0 2 6,1 2
2 7,50 23,9 0 2 8,8 0 2 3,10 27,5 0 2 2,5 0 2 8,8 0 22,8 0 2 7,6 0 1 9,1 0 2 5,1 6
2 7,40 22,7 0 2 7,3 0 2 3,30 28,0 0 2 2,5 0 2 8,5 0 22,6 0 2 9,0 0 1 8,5 0 2 4,9 8
2 9,20 24,2 0 2 8,6 0 2 3,40 28,9 0 2 2,9 0 2 8,8 0 22,8 0 2 8,6 0 2 0,8 0 2 5,8 2
2 9,30 24,4 0 2 8,4 0 2 3,20 27,0 0 2 2,5 0 2 7,7 0 22,6 0 2 7,6 0 2 1,8 0 2 5,4 5
2 8,80 24,5 0 2 7,7 0 2 3,30 28,1 0 2 2,6 0 2 8,0 0 22,4 0 2 8,5 0 2 2,4 0 2 5,6 3
2 9,10 24,4 0 2 9,0 0 2 3,70 29,0 0 2 2,5 0 2 8,6 0 22,2 0 2 9,3 0 2 2,3 0 2 6,0 1
2 9,22 24,4 0 2 8,7 1 2 3,78 28,2 0 2 2,9 4 2 8,6 4 23,0 3 2 9,4 3 2 1,4 2 2 5,9 8
Sumber : Buku putih sanitasi Kota Tasikmalaya Tahun 2012
Mengingat kondisi perkembangan Kota Tasikmalaya yang sangat pesat, maka penanganan
air limbah perlu ditangani secara serius untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
Prioritas penanganan air limbah ini dilakukan pada daerah-daerah permukiman dan daerah-
daerah industri.
Untuk limbah faeces, sistem pembuangannya dengan tangki septik, baik individual maupun
komunal. Untuk lingkungan yang relatif padat diarahkan pada penggunaan tangki septik
komunal. Untuk ini perlu dikembangkan instalasi pengolahan lumpur tinja (IPLT) dan
kendaraan penyedot lumpur tinja. Lokasi IPLT ini diarahkan di bagian hilir menurut sistem
sungai-sungai yang ada. Selain itu dikaji pula pengembangan IPLT dalam konteks Priangan
Timur, khususnya Kota Tasikmalaya, Kabupaten Tasikmalaya dan Kabupaten Ciamis.
Untuk pembuangan air kotor (mandi dan cuci) direncanakan pemisahan dari saluran
drainase dan pembatasan pembuangan air kotor langsung ke drainase. Untuk itu pada
saluran air kotor ini selayaknya dilengkapi dengan peralatan perangkap lemak dan sabun,
sehingga air yang diteruskan ke saluran drainase atau badan air menjadi lebih baik
kualitasnya. Penerapan sistem ini diarahkan pada komplek-komplek perumahan yang baru
dikembangkan dan pada peremajaan atau pemugaran lingkungan perumahan.
Untuk pembuangan air limbah kegiatan industri, harus dikembangkan instalasi pengolahan
air limbah (IPAL), baik secara individu maupun secara terpadu antar sejumlah industri. Air
limbah yang diolah dalam IPAL ini harus memenuhi baku mutu yang dipersyaratkan
sebelum kemudian dialirkan ke badan air (saluran/sungai).
2.2.2. Persampahan
Untuk persampahan, Kota Tasikmalaya sudah memiliki tempat pembuangan akhir sendiri,
yaitu Area TPA Ciangir dengan luas 8 Ha, terletak di Kecamatan Tamansari dengan sistem
Controlled Landfill. Untuk pelayanan dalam Kota Tasikmalaya direncanakan penambahan
lokasi TPS, baik yang permanen (bak tertutup atau terbuka, dan lokasi kontainer dengan
landasan) maupun temporer (lokasi peletakan sementara kontainer), sesuai dengan
perkembangan fisik terbangun yang akan dilayani. Pengangkutan dari TPS ke TPA ini
dilakukan dengan kontainer dan dilaksanakan oleh unit kerja Kantor Dinas Cipta Karya yang
bertugas untuk itu, sementara pengangkutan sampah dari perumahan atau fasilitas ke TPS
dilakukan dengan gerobak sampah dan ditangani oleh masyarakat sendiri, yang dikelola
pada umumnya oleh perangkat tingkat RT/RW.
Jumlah sampah yang dihasilkan oleh berbagai aktivitas yang ada di Kota Tasikmalaya yaitu
sebanyak 1.306 m3/hari, berasal dari aktivitas pasar sebanyak 163,5 m3/hari, permukiman
870,46 m3/hari, 108,92 m3/hari, industri 108,66 m3/hari, jalan 54,46 m3/hari (Sumber:
Dinas CiptaKarya, 2006). Jenis sampah yang teridentifikasi yaitu sampah organik 54,89%,
Anorganik 39,90%, dan 5,21% sampah lain-lain, dengan nilai timbulan sampah 2,37
lt/org/hari atau nilai berat sampah 0,6 Kg/org/hari (Sumber: Kajian Timbulan Sampah Kota
Tasikmalaya, 2009)
Tabel di bawah ini menunjukkan tingkat pelayanan persampahan Kota Tasikmalaya yang
dilaksanakan oleh Bidang Kebersihan dan partisipasi masyarakat
Tabel 2.9. Tingkat Pelayanan Persampahan Bidang Kebersihan dan Partisipasi Masyarakat
Sampah
Kapasitas
No. Sarana Jumlah (Unit) Rit/hari Terangkut
(m3)
(m3/hari)
1. Dump Truck 19 8 2 304
2. Arm Roll/container 6 6 3 108
3. Engkel 1 4 2 8
4. Pick Up 2 3 2 12
5. Arm Roll (lembur 4 unit/minggu 6 0.14 48
rutin/pasar)
6. Jumsih (dump truck) 2 unit/minggu 8 0,29 64
7. Pembuangan Langsung 10/minggu 1,5 2,14 0,15
(Pesantren/kantor)dengan
pick up
8. Pengangkutan Sampah 2 4 1 0,4
(Untuk sampah/Engkel)
9. TPS liar 4/bulan 6 0,14 0,6
Jumlah 545,15
Sumber: Kajian Timbulan Sampah Kota Tasikmalaya, 2009
Sampah yang terangkut sebanyak 545,15 m3/hari atau ± 35% dari timbulan sampah yang
diperkirakan. Dibawah ini sarana dan prasarana pengelolaan sampah eksisting.
2.2.3. Drainase
Saluran air kotor dan drainase di Kota Tasikmalaya pada umumnya melalui saluran-saluran
di lingkungan perumahan dan di tepi-tepi jalan yang kemudian dialirkan ke dalam sungai di
Kota Tasikmalaya. Beberapa sungai yang dijadikan tempat pembuangan akhir air kotor dan
air hujan adalah Sungai Ciloseh, Cihideung, Cimulu, Cibeureum dan sungai-sungai lainnya.
Jika melihat kondisi saluran air kotor dan air hujan yang ada di perkotaan, kondisi masih
belum memadai dalam menampung limpahan air yang berasal dari permukiman dan
kegiatan-kegiatan perkotaan, sehingga masih banyak limpahan air kotor yang mengenai
kawasan-kawasan tertentu di perkotaan. Selain itu juga masih banyak salurah air kotor
yang sudah tidak berfungsi lagi dikarenakan telah rusak ataupun tersumbat oleh lumpur
dan sampah hasil buangan penduduk.
Selain itu, rendahnya prasarana air kotor/drainase di Kota Tasikmalaya ditunjukkan oleh
angka rasio panjang saluran drainase terhadap panjang jalan. Rasio tersebut hanya
mencapai angka 36,22% saja, kondisi ini menunjukkan bahwa masih banyak jalan di Kota
Tasikmalaya yang belum memiliki saluran air kotor/drainase (terutama untuk jalan yang
terkategorikan kedalam jalan desa dan lingkungan). Hal ini menimbulkan potensi
kerusakan jalan yang semakin besar karena dengan kondisi iklim basah yang dimiliki
Kota Tasikmalaya, dimana bulan basahnya cukup panjang maka hempasan air hujan yang
turun akan menggenangi jalan sehingga berpotensi besar dalam memperbesar rasio
jumlah jalan yang rusak di Kota Tasikmalaya. Selain itu juga buruknya kondisi sistem
drainase akan menyebabkan terjadinya potensi bagi bencana banjir di kawasan yang tidak
memiliki sistem drainase yang baik.
2.2.4. Irigasi
Kota Tasikmalaya memiliki total 57 Daerah Irigasi (DI). Satu buah DI berada dalam
kewenangan Pemerintah Pusat (Cikunten II) dan empat buah DI Pemerintahan Provinsi
Jawa Barat (DI Cigede, Cibanjaran, Ciakalang, Cimulu). Jadi terdapat 52 DI yang menjadi
kewenangan Pemerintah Kota Tasikmalaya yang terdiri tingkat jaringan teknis, semi teknis,
dan pedesaan. Seluruh irigasi teknis mengairi area seluas 2.664 ha, irigasi semi teknis
mengairi area seluas 3.366 ha dan irigasi pedesaan mengairi area seluas 2.465 ha. Jadi total
area yang terairi adalah 8.495 ha atau hampir 50% dari luas wilayah Kota Tasikmalaya.
Tabel 2.11. Sarana dan Prasarana Perekonomian Daerah di Kota Tasikmalaya Tahun 2008
2.2.6. Sarana Sosial Dan Kesehatan
A. Fasilitas pendidikan
Peningkatan kualitas sumber daya manusia Kota Tasikmalaya harus didukung oleh
berbagai fasilitas dan tenaga pengajar yang memadai serta kesadaran masyarakat
akan pentingnya masalah pendidikan. Untuk menunjang hal tersebut maka
diperlukan sarana yang mendukung dalam rangka menjadikan sumber daya manusia
Kota Tasikmalaya yang handal.
Sarana pendidikan yang ada di Kota Tasikmalaya pada tahun 2011 terdiri dari 5
sekolah luar biasa swasta, 1 taman kanak-kanak negeri, 65 Taman kanak-kanak
Swasta, 109 Sekolah RA swasta, 247 sekolah dasar negeri, 20 sekolah dasar swasta, 2
sekolah MI negeri, 47 sekolah MI swasta, 21 sekolah menengah pertama negeri, 23
sekolah menengah pertama swasta, 3 sekolah MTs negeri, 41 sekolah MTs Swasta, 10
Sekolah Menengah Atas Negeri, 16 Sekolah Menengah Atas Swasta, 3 Sekolah MA
negeri, 22 Sekolah MA swasta serta 3 Sekolah Menengah Kejuruan Negeri dan 37
Sekolah Menengah Kejuruan Swasta. Untuk lebih jelasnya mengenai fasilitas
pendidikan maka dapat di lihat pada Tabel 2.12.
Tabel 2.12. Jumlah Sekolah Negeri dan Swasta Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2011
Tabel 2.14. Jumlah Rumah Sakit, Rumah Bersalin dan Puskesmas Tahun 2011
seperti Gereja sebanyak 12 unit. Untuk lebih jelasnya maka dapat dilihat pada Tabel 2.15
dibawah ini.
Masjid Masjid
Kecamatan Mushola Langgar Gereja
Besar Jami’
Kawalu 127 126 111 169 0
Tamansari 99 98 112 233 0
Cibeureum*) 141 140 114 98 0
Purbaratu
Tawang 73 72 0 69 9
Cihideung 84 83 77 0 3
Mangkubumi 128 127 68 257 0
Indihiang**) 142 141 38 244 0
Bungursari
Cipedes 117 116 12 101 0
2011 911 903 532 1.171 12
Sumber : Kota Tasikmalaya Dalam Angka Tahun 2011
*) : Termasuk Kec. Purbaratu
**) : Termasuk Kec. Bungursari
Fasilitas lalu lintas di kota tasikmalaya saat ini terdapat 15 unit traffic light, 38 unit warning
light, 1.247 unit rambu lalu lintas, 90,1 km marka jalan, 3.108 PJU dan 20 shelter/halte.
untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2.17.
Tabel 2.17. Banyaknya Fasilitas Lalu Lintas Jalan Menurut Jenis Fasilitas di Kota Tasikmalaya,
2010–2011
1. Traffic Light 15 15
2. Warning Light 26 38
2.2.9. Sarana Listrik
Kota Tasikmalaya sebagian besar kebutuhan listrik dilayani oleh PT. Perusahaan Listrik
Negara (PLN). Pelayanan listrik baik untuk rumah tangga maupun bukan rumah tangga
telah memadai, dengan jaringan pelayanan kabel telah mencakup seluruh kawasan
terbangun yang ada. Untuk pengembangan pelayanan listrik di masa datang akan mengikuti
perkembangan pemanfaatan ruang. Dalam hal ini pelayanan listrik relatif hanya
memperluas jaringan distribusi yang ada dewasa ini, dengan mengikuti jaringan jalan yang
dikembangkan, dan penambahan gardu bila diperlukan. Mengingat wilayah Kota
Tasikmalaya yang relatif luas dan akan dominan terbangun, maka jaringan Saluran Udara
Tegangan Tinggi (SUTT) harus dibatasi hanya pada jaringan yang ada dewasa ini saja.
Kebutuhan energi listrik pada tahun 2011 semakin meningkat, baik untuk konsumsi
rumahtangga maupun untuk dunia usaha yang mencapai 25.667 MWH tenaga listrik yang
terjual dengan jumlah pelanggan sebanyak 152.411 pelanggan. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada Tabel 2.18 dan Tabel 2.19 dibawah ini.
Tabel 2.18. Jumlah Tenaga Listrik Yang Diterima dan Terjual Di Kota Tasikmalaya Tahun
2004–2008
2.2.10. Sarana Telekomunikasi
Fasilitas telekomunikasi di Kota Tasikmalaya pada saat sekarang ini dilayani oleh PT.
TELKOM, Tbk. Cabang Tasikmalaya, dengan wilayah pelayanan meliputi Kecamatan
Cihideung, Cipedes dan Tawang. Jumlah pelanggan telekomunikasi di Kota Tasikmalaya
pada tahun 2008 adalah sebanyak 29.501 pelanggan.
Pada saat sekarang ini permintaan masyarakat begitu besar untuk pemasangan jaringan
telepon dan diharapkan pengembangan fasilitas ini dapat juga menjangkau wilayah yang
masih belum terlayani jaringan telepon. Wilayah yang paling utama untuk dilayani tersebut
adalah daerah permukiman dan pusat kegiatan kota yang membutuhkan pelayanan telepon
untuk mempermudah aktivitas yang akan dilakukan. Selain itu juga, TELKOM diharapkan
dapat menambah jumlah telepon umum, kios telepon dan wartel guna mempermudah dan
meningkatkan pelayanannya kepada masyarakat di Kota Tasikmalaya. Tetapi saat ini
jaringan telekomunikasi tidak lagi menjadi suatu permasalahan, karena keterbatasan
jaringan telepon rumah tangga serta telepon umum tersebut banyak disiasati malalui
sambungan telepon seluler serta kehadiran wartel-wartel khususnya di kawasan pusat kota.
Sebagai acuan, standar pengadaan sarana telepon adalah 4 unit untuk tiap 100 penduduk
atau 4 unit untuk 20 KK, sedangkan untuk telepon umum sebaiknya adalah satu sambungan
tiap unit lingkungan (1: 2.500 penduduk) atau di tempat-tempat umum yang banyak
dikunjungi masyarakat. Selain penyediaan sistem jaringan telepon yang disediakan oleh PT.
TELKOM, rencana sistem jaringan telepon juga disediakan oleh sistem jaringan telepon
seluler GSM dan CDMA. Berbagai operator sistem jaringan telepon seluler (ponsel) yang
ada akan memberi alternatif bagi penduduk untuk menggunakan operator ponsel yang ada
sesuai kebutuhan dan tingkat jangkauan pelayanan masing-masing operator. Untuk lebih
jelasnya mengenai jumlah pemakaian jasa telekomunikasi dapat dilihat pada Tabel 2.20 dan
Tabel 2.21 dibawah ini.
Tabel 2.20. Jumlah Pemakaian Jasa Telekomunikasi Menurut Jenis Sumber Tahun 2005–2008
Gambar 2.5 Peta kawasan strategis
Dalam Penyajiannya, unit-unit produksi ini dikelompokan kedalam 9 sektor atau lapangan
usaha, yaitu: Pertanian; Pertambangan dan Pengalian; Industri Pengolahan; Listrik, Gas dan
Air Bersih; Bangunan; Perdagangan; Angkutan dan Komunikasi; Keuangan, Sewa dan Jasa
Perusahaan; Jasa-jasa.
Laju Pertumbuhan PDRB Kota Tasikmalaya pada tahun 2011 sebesar 5,81 persen,
sedangkan pada tahun 2010 sebesar 5,73 persen. Sementara untuk kontribusi sektor
ekonomi terhadap pembentukan PDRB Kota Tasikmalaya masih didominasi oleh sektor
perdagangan, hotel dan restoran yaitu sebesar 32,64 persen pada tahun 2011.
Nilai tambah bruto (NTB) seluruh sektor usaha atau nilai PDRB atas dasar harga berlaku
Kota Tasikmalaya tahun 2011 sebesar Rp.9.274.754,67 juta dan tahun 2010 sebesar Rp.
8.469.035,94 juta. Sedangkan PDRB atas dasar harga konstan tahun 2011 sebesar
Rp.4.104.241,73 juta dan tahun 2010 sebesar Rp. 3.878.723,40 juta.
Tabel 2.22. Produk Domestrik Regional Bruto Kota Tasikmalaya Atas Dasar Harga Konstan
Tahun 2010-2011 (Juta Rupiah)
Tahun
No Lapangan Usaha
2010 2011
1. Pertanian 300.380 304.248
2. Pertambangan 202 206
3. Industri Pengolahan 685.918 719.085
4. Listrik, Gas dan Air Bersih 64.158 67.432
5. Bangunan Konstruksi 438.348,50 489.002,01
6. Perdagangan 1.215.773 1.309.905
7. Pengangkutan dan Komunikasi 321.258,72 331.219,27
8. Keuangan 406.033,52 426.744,31
9. Jasa-Jasa 446.649,18 456.396,38
TOTAL 3.878.723 4.104.241
Sumber : Kota Tasikmalaya dalam Angka 2011
Tabel 2.23. Produk Domestrik Regional Bruto Menurut Subsektor Atas Dasar Harga Konstan
di Kota Tasikmalaya, Tahun 2010-2011
Tahun
Lapangan Usaha
2010 2011
1. PERTANIAN 300.380,14 304.248,96
a. Tanaman Bahan Makan 120.522,20 119.994,60
b. Tanaman Perkebunan 1.473,52 1.473,25
c. Peternakan dan Hasil-hasilnya 154.364,81 157.921,81
d. Kehutanan 454,36 453,56
e. Perikanan 23.565,26 24.405,74
2. PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 202,35 206,79
a. Minyak dan Gas Bumi 0,00 0,00
b. Pertambangan tanpa Migas 0,00 0,00
c. Penggalian 202,35 206,79
3. INDUSTRI PENGOLAHAN 685.918,42 719.085,75
a. Industri Migas 0.00
b. Industri tanpa Migas 685.918,42
4. LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH 64.158,75 67.432,54
a. Listrik 49.751,59 52.638,59
b. Gas Kota 0,00 0,00
c. Air Bersih 14.407,16 14.793,95
5. BANGUNAN 438.348,50 489.002,01
6. PERDAGANGAN, HIOTEL DAN RESTORAN 1.215.773,81 1.309.905,71
a. Perdagangan Besar dan Eceran 915.956,34 995.494,33
b. H o t e l 10.701,74 11.289,54
c. Restoran 289.115,73 303.121,85
7. PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI 321.258,72 331.219,27
a. Pengangkutan 257.576,52 262.982,96
1). Angkutan Rel 15.630,86 15.771,03
2). Angkuitan Jalan Raya 215.239,90 219.496,86
3). Angkutan Laut 0,00 0,00
4). Angkutan Sungai dan Penyeberangan 0,00 0,00
5). Angkutan Udara 0,00 0,00
6). Jasa Penunjang Angkutan 26.705,76 27.715,06
b. Komunikasi 63.682,20 68.236,31
1). Pos dan Telekomunikasi 63.682,20 68.236,31
2). Jasa Penunjang Komunikasi 0,00 0,00
8. KEUANGAN, PERSEWAAN DAN JASA PERUSAHAAN 406.033,52 426.744,31
a. B a n k 239.635,54 257.252,74
b. Lembaga Keuangan tanpa Bank 18.711,14 19.658,55
c. Jasa Penunjang Keuangan 0,00 0,00
d. Sewa Bangunan 96.393,79 97.435,80
e. Jasa Perusahaan 51.293,05 52.397,22
9. JASA-JASA 446.649,18 456.396,38
a. Pemerintahan Umum 239.171,59 245.331,12
1). Administrasi Pemerintahan dan Pert. 148.286,39 152.105,30
Tahun
Lapangan Usaha
2010 2011
2). Jasa Pemerintahan lainnya 90.885,20 93.225,83
b. Swasta 207.477,59 211.065,26
1). Sosial Kemasyarakatan 39.351,21 40.073,34
2). Hiburan dan Rekreasi 4.756,74 4.896,74
3). Perorangan dan Rumah Tangga 163.369,64 166.095,18
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 3.878.723,40 4.104.241,73
Sumber : Kota Tasikmalaya Dalam Angka Tahun, 2011
Laki-laki +
Laki-laki Perempuan
Indikator Perempuan
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
Tingkat Kesempatan Kerja (TKK) 167.802 90,13 85.911 92,31 253.713 90,86
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) 18.368 9,87 7.157 7,69 25.525 9,14
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) 186.170 80,92 93.068 41,08 279.238 61,15
Penduduk Usia 10 Tahun keatas yang bekerja Menurut Lapangan Usaha:
1. Pertanian, Perkebunan, Peternakan, 15.465 9,22 6.797 7,91 22.262 8,77
Kehutanan dan Perikanan
2. Industri Pengolahan 58.236 34,71 35.149 40,91 93.385 36,81
3. Perdagangan, Hotel dan Restoran 31.875 19,00 29.676 34,54 61.551 24,26
4. Jasa Kemasyarakatan 26.398 15,73 12.553 14,61 38.951 15,35
5. Lainnya 35.828 21,35 1.736 2,02 37.564 14,81
(Pertambangan & Penggalian ;
Listrik, Gas&Air ; Bangunan;
Angkutan;Pergudangan&Komunikasi;
Keuangan,Asuransi,Usha Persewaan
Bangunan, Tanah &Jasa Perusahaan)
Jumlah 167.802 100,00 85.911 100,00 253.713 100,00
Sumber : Kota Tasikmalaya dalam angka 2011
TKK : Jumlah penduduk yang bekerja dibagi dengan jumlah penduduk angkatan kerja
TPT : Jumlah penduduk yang mencari kerja dibagi dengan jumlah penduduk angkatan kerja
TPAK : Jumlah penduduk yang bekerja ditambah yang mencari kerja dibagi dengan jumlah penduduk usia 10
tahun keatas.
Budaya/Seni Kota Tasikmalaya memiliki berbagai jenis kesenian yang cukup terkenal. Misal
kesenian Karawitan, kesenian wayang golek, lagu pop Sunda, dangdut maupun tradisional.
Seni budaya merupakan wujud kearifan lokal yang keberadaannya harus dipertahankan
masyarakat dan pemerintah daerah. Jumlah grup kesenian per 10.000 penduduk Kota
Tasikmalaya, dari tahun 2007 sampai 2011, sekitar 2 grup. Sedangkan gedung kesenian per
10.000 sangat kecil yakni 0,02; secara riil hanya terdapat 1 gedung kesenian. Berikut
ditampilkan jumlah sanggar seni/lingkung seni yang berada di Kota Tasikmalaya.
2.4 Sarana Kesehatan Lingkungan
Pola pembangunan berwawasan kesehatan telah dicanangkan pada 1 Maret 1999 yang
dikenal dengan paradigma sehat 2010. Indonesia Sehat 2010 adalah gambaran masyarakat
Indonesia di masa depan yang penduduknya hidup dalam lingkungan sehat dan perilaku
sehat mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu, adil dan rata serta memiliki
Untuk menyelenggarakan upaya kesehatan yang merata dan terjangkau oleh masyarakat
bukan merupakan tanggung jawab pemerintah saja, maka seperti yang diuraikan dalam
Undang-Undang No. 23 tentang Kesehatan, untuk mewujudkan derajat kesehatan yang
optimal bagi masyarakat yaitu peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit
(preventif) penyembuhan penyakit (kuratif) dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif) yang
dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Paradigma baru dan
reformasi di bidang kesehatan yang telah dikembangkan saat ini lebih diutamakan pada
upaya promotif dan preventif, salah satu upaya preventif adalah meningkatkan kesehatan
lingkungan. (Profil Kesehatan Indonesia, 2003).
2.4.1. Jumlah dan Kondisi Jamban
ketersediaan fasilitas tempat buang air besar di miliki sendiri oleh sebagian besar jumlah
KK, sebagaimana terlihat pada Tabel 2.26 dibawah ini.
DATA JAMBAN
LEHER ANGSA
PLENGSENG JUMLAH TOTAL
JML SELOKAN/ CEMPLUNG M C K
NO PUSKESMAS SEPTIC TANK CUBLUK AN
PDDK RIOOL
Jml Jml Jml Jml Jml Jml Jml Jml Jml Jml Jml Jml Jml Jml
%
Sar Pemk Sar Pemk Sar Pemk Sar Pemk Sar Pemk Sar Pemk Sar Pemk
1 Cibeureum 56.918 3.772 18.860 2.259 11.295 1.325 4.637 150 1.050 0 0 12 955 7.518 36.797 64,7
2 Purbaratu 36.428 1.335 9.345 40 121 1.325 9.275 107 749 0 0 15 875 2.822 20.365 55,9
3 Tamansari 59.145 4.071 28.497 2.088 5.310 356 2.136 157 1.099 0 0 31 1.760 6.703 38.802 65,6
4 Kawalu 77.376 3.810 26.766 930 6.510 1.358 9.506 340 2.380 0 0 25 1.050 6.463 46.212 59,7
5 Mangkubumi 34.183 3.844 11.532 524 1.048 978 6.846 107 749 0 0 7 359 5.460 20.534 60,1
6 Indihiang 27.625 3.985 7.970 680 3.440 525 3.150 157 1.099 0 0 2 112 5.349 15.771 57,1
7 Bungursari 10.896 49 1.096 620 3.315 289 2.023 150 350 0 0 7 260 1.115 7.044 64,6
8 Cipedes 14.452 749 3.227 1.019 4.192 375 750 75 300 0 0 11 625 2.229 9.094 62,9
9 Panglayungan 12.008 901 3.910 450 1.800 1.245 3.735 59 297 0 0 11 550 2.666 10.292 85,7
10 Cigeureung 37.645 981 4.905 1.391 9.737 756 5.292 65 317 0 0 16 981 3.209 21.232 56,4
11 Cihideung 33.994 409 1.636 651 1.953 2.782 13.910 45 105 0 0 14 322 3.901 17.926 52,7
12 Cilembang 27.766 538 2.690 1.960 9.800 1.590 7.950 57 1.314 0 0 23 1.090 4.168 22.844 82,3
13 Tawang 30.807 476 9.913 362 1.810 1.986 11.916 40 125 0 0 4 153 2.868 23.917 77,6
14 Kahuripan 24.965 478 3.346 1.146 8.022 1.285 8.995 25 79 0 0 3 201 2.937 20.643 82,7
15 Sambongpari 10.834 268 536 2.680 5.360 107 214 0 0 0 0 16 800 3.071 6.910 63,8
DATA JAMBAN
LEHER ANGSA
PLENGSENG JUMLAH TOTAL
JML SELOKAN/ CEMPLUNG M C K
NO PUSKESMAS SEPTIC TANK CUBLUK AN
PDDK RIOOL
Jml Jml Jml Jml Jml Jml Jml Jml Jml Jml Jml Jml Jml Jml
%
Sar Pemk Sar Pemk Sar Pemk Sar Pemk Sar Pemk Sar Pemk Sar Pemk
16 Bantar 20.614 3.350 13.400 0 0 300 1.200 0 0 0 0 8 400 3.658 15.000 72,8
17 Karanganyar 18.452 541 4.328 1.315 7.423 388 2.328 0 0 0 0 19 192 2.263 14.271 77,3
18 Sukalaksana 13.907 962 5.477 420 344 1.463 1.026 611 408 0 0 0 0 3.456 7.255 52,2
19 Pakanyasag 10.078 1.170 5.850 202 1.152 229 341 0 0 0 0 9 431 1.610 7.774 77,1
20 Leuwiliang 11.025 425 2.975 273 1.911 5 35 187 1.309 0 0 2 100 892 6.330 57,4
JUMLAH 569.120 25.398 133.693 14.120 68.353 16.175 90.122 1.534 10.013 0 0 181 9.293 69.856 311.473 54,73
Sumber : DinasKesehatan Kota Tasikmalaya, Tahun 2010
Keterangan : 4 dan 5 aman terhadap lingkungan
6 kurang aman
7-10 tidak aman terhadap lingkungan
Aman dikaitkan dengan pencemaran lingkungan
2.4.2. Kondisi Pencemaran
Jenis parameter pencemar udara dalam buku pedoman ini didasarkan pada baku mutu
udara ambien menurut Peraturan Pemerintah Nomor 41 tahun 1999, yang meliputi : Sulfur
dioksida (SO2), Karbon monoksida (CO), Nitrogen dioksida (NO2), Oksidan (O3), Hidro
karbon (HC), PM 10 , PM 2,5, TSP (debu), Pb (Timah Hitam), Dustfall (debu jatuh). Empat
parameter yang lain (Total Fluorides (F), Fluor Indeks, Khlorine & Khlorine dioksida, Sulphat
indeks) akan dibahas kemudian karena merupakan parameter pencemaran udara yang
diberlakukan untuk daerah/kawasan industri kimia dasar.
Hasil Pengujian
No. Parameter Satuan Baku Mutu *) Metode/Standar
1 2 3 4 5 6
1 Sulfur dioksida µg/Nm3 4 13 9 6 7 5 365 µg/Nm3 (24 SNI 19-7119.7-
(SO2) jam) 2005
2 Karbon µg/Nm3 - - - - - - 10.000 µg/Nm3 -
monoksida (CO) (24 jam)
3 Nitrogen 3 µg/Nm 2 7 13 21 8 26 3150 µg/Nm SNI 19-7119.2-
dioksida (NO2) (24 jam) 2005
4 Oksidan (O3) 3 µg/Nm 0 -4 -1 0 -1 -2 3235 µg/Nm (1 SNI 19-7119.8-
jam) 2005
5 Hidrokarbon µg/Nm3 - - - - - - 160 µg/Nm3 (3 -
(HC) jam)
6 Partikel < 10 µg/Nm3 - - - - - - 150 µg/Nm3 (24 -
µm (PM10) jam)
7 Partikel < 2,5 µg/Nm3 - - - - - - 65 µg/Nm3 (24 -
µm (PM2,5) jam)
8 Debu (TSP) µg/Nm3 - 52 359 126 28 610 230 µg/Nm3 (24 SNI 19-7119.6-
jam) 2005
Hasil Pengujian
No. Parameter Satuan Baku Mutu *) Metode/Standar
1 2 3 4 5 6
9 Timah Hitam µg/Nm3 - - - - - - 2 µg/Nm3 (24 -
(Pb) jam)
10 Debu jatuh ton/km2 - - - - - - 374 µg/Nm3 (30 -
(Dustfall) /bulan hari)
11 Tingkat kebisingan Lampiran SK
- Rata-rata dBA 77.2 58.3 77.68 83.32 56.51 84.08 70 dBA **) .Men LH
- Minimum dBA 68.8 54.3 74.8 80.1 54.4 80.4 70 dBA **) No. 48 th 1995
- Maksimum dBA 82.9 68.4 84.9 86.4 59.4 89.3 70 dBA **)
Sumber : KPLH Kota Tasikmalaya
Hasil Uji Laboratorium BPLH Kab Bandung, 2010
2.4.3. Akses Pada Sumber Air Tanah
Jumlah rumah tangga yang mengakses air bersih di Kota Tasikmalaya berjumlah 173.313
rumah tangga, terdapat 23.888 rumah yang mengakses air PDAM, 9.273 rumah tangga yang
menggunakan mata air dan 79.471 rumah tangga yang menggunakan sumur sebagai
sumber air bersih. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.
2.4.4. Data Rumah Sehat dan Sekolah Sehat
Jumlah rumah yang di periksa dinas kesehatan di Kota Tasikmalaya 128.380 rumah, dari
jumlah tersebut terdapat 3.389 rumah sehat dan 1.199 rumah tidak sehat, sedangkan ada
614 sekolah sehat, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.
Yang Diperiksa
Jumlah
Jenis Fasilitas Umum Memenuhi Tdk Memenuhi
(unit) Jumlah
syarat syarat
1 Hotel 34 10 8 2
2 Restoran 56 30 22 8
3 Pasar 11 3 - 3
4 Tempat Umum Pengelola 6.085 1.683 885 798
Makanan Lainnya
Jumlah 6.186 1.726 915 811
Sumber : Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya Tahun 2010
Untuk pengembangan struktur ruang di Provinsi Jawa Barat, terdiri atas kebijakan
dan strategi pengembangan struktur ruang. Adapun kebijakan dan strategi tersebut
meliputi:
1. pemantapan peran perkotaan di Daerah sesuai fungsi yang telah ditetapkan,
yaitu PKN, PKNp, PKW, PKWp, dan PKL;
2. pengembangan sistem kota-desa yang sesuai dengan daya dukung dan daya
tampung serta fungsi kegiatan dominannya;
3. pengendalian perkembangan kawasan perkotaan di wilayah utara serta wilayah
yang berada di antara wilayah utara dan selatan untuk menjaga lingkungan yang
berkelanjutan;
4. pengendalian perkembangan sistem kota di wilayah selatan dengan tidak
melebihi daya dukung dan daya tampungnya;
5. penataan dan pengembangan infrastruktur wilayah yang dapat menjadi
pengarah, pembentuk, pengikat, pengendali dan pendorong pengembangan
wilayah untuk mewujudkan sistem kota di daerah;
6. mendorong terlaksananya peran WP serta KSP dalam mewujudkan pemerataan
pertumbuhan wilayah dan sebaran penduduk.
Kebijakan pengembangan pola ruang meliputi pengembangan kawasan lindung dan
pengembangan kawasan budidaya. Pencapaian luas kawasan lindung dalam rangka
pengembangan kawasan lindung di Jawa Barat adalah sebesar 45%. Kebijakan
pengembangan kawasan budidaya meliputi mempertahankan lahan sawah
berkelanjutan serta meningkatkan produktivitas pertanian, perkebunan, kehutanan,
peternakan dan perikanan guna menjaga ketahanan pangan daerah dan nasional;
mendorong pengelolaan wilayah pesisir, laut dan pulau kecil dengan pendekatan
keterpaduan ekosistem, sumberdaya dan kegiatan pembangunan berkelanjutan;
mengoptimalkan potensi lahan budidaya dan sumberdaya alam guna mendorong
Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Barat, posisi Kota
Tasikmalaya dalam sistem perkotaan provinsi merupakan wilayah yang
direncanakan menjadi PKW atau Pusat Kegiatan wilayah yang mempunyai cakupan
wilayah pelayanan sampai dengan kabupaten/kota serta kecamatan – kecamatan
disekitarnya. Fungsi dari Kota Tasikmalaya ini adalah lebih untuk melayani kegiatan
skala provinsi atau beberapa kabupaten/kota. Sedangkan beberapa kecamatan di
dalam Kota Tasikmalaya menjadi Pusat Kegiatan Lokal untuk kawasan perdesaan.
dan Terminal. Penggunaan lahan terbesar di Kota Tasikmalaya didominasi oleh lahan sawah
dengan luas 6.136,74 Ha, sedangkan untuk penggunaan lahan paling sedikit merupakan
stasiun sebesar 0,14 Ha. Untuk lebih jelasnya distribusi penggunaan lahan eksisting dapat
dilihat pada tabel berikut:
Kawasan untuk fungsi lindung mempunyai status yang amat penting dalam pembangunan
berwawasan lingkungan dan pembangunan berkelanjutan. Kawasan lindung adalah
kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup
yang mencakup sumber daya alam, sumber daya buatan, nilai sejarah serta budaya.
Merujuk kepada Keppres No. 32 /1990, kawasan lindung di Kota Tasikmalaya diuraikan
lebih rinci di bawah ini. Pada rincian berikut tidak terdapat kawasan yang memberikan
perlindungan pada kawasan bawahannya karena di wilayah Kota Tasikmalaya tidak
terdapat wilayah yang memiliki kriteria kawasan tersebut.
Agar kawasan lindung di Kota Tasikmalaya dapat terjaga dan menjamin keseimbangan,
keserasian lingkungan hidup, serta kelestarian pemanfaatan berbagai potensi sumberdaya
alam yang ada sesuai prinsip pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan,
tindakan dalam pengelolaan kawasan lindung diantaranya :
1. Pemantapan status hukum dan penegasan batas kawasan-kawasan lindung di wilayah
darat dan wilayah laut melalui pengukuran dan pemetaan di lapangan
2. Menyelesaikan dengan segera permasalahan-permasalahan di kawasan lindung, baik
permasalahan yang menyangkut status hukum kawasan maupun pemantapan fungsi
kawasan
3. Kegiatan budidaya yang berada pada atau disekitar kawasan lindung sebaiknya
pengelolanya diwajibkan untuk membuat sistem pengolahan air limbah agar tidak
mencemari lingkungan dan ikut menjaga kelestarian lingkungan sekitarnya.
4. Kegiatan budidaya yang berada di kawasan lindung sebaiknya tidak diperluas atau
diperpanjang ijinnya apabila sudah habis masa berlakunya.
5. Kegiatan budidaya yang berada di kawasan lindung dan dianggap dapat mengancam
keberadaan kawasan lindung, maka sebaiknya kegiatan tersebut direlokasi ketempat
yang sesuai peruntukannya.
6. Kegiatan budidaya yang berada di kawasan lindung dan tidak berijin sebaiknya direlokasi
ke daerah yang lebih sesuai peruntukannya dan bekas kegiatan tersebut dikembalikan
fungsinya sebagai kawasan lindung.
2.5.6. Laju Perubahan Tata Guna dan Fungsi Lahan
Rencana pola ruang wilayah kota dirumuskan berdasarkan kebijakan dan strategi penataan
ruang wilayah kota, daya dukung dan daya tampung wilayah kota, kebutuhan ruang untuk
pengembangan kegiatan sosial ekonomi dan lingkungan, dan ketentuan peraturan
perundang-undangan terkait.
Rencana pola ruang wilayah kota dirumuskan dengan kriteria:
1. Merujuk rencana pola ruang yang ditetapkan dalam RTRWN beserta rencana rincinya;
2. Merujuk rencana pola ruang yang ditetapkan dalam RTRW Provinsi Jawa Barat beserta
rencana rincinya;
3. Memperhatikan rencana pola ruang wilayah kabupaten/kota yang berbatasan;
4. Memperhatikan mitigasi bencana pada wilayah kota;
5. Memperhatikan kepentingan pertahanan dan keamanan dalam wilayah kota;
6. Menyediakan Ruang Terbuka Hijau (RTH) minimal 30 % dari luas wilayah kota;
Rencana pola ruang di Kota Tasikmalaya serta luasan masing-masing kegiatan yang akan
dikembangkan hingga tahun 2031 dapat dilihat pada Tabel 2.32 Rencana Pola Ruang
Wilayah Kota Tasikmalaya Tahun 2031 berikut.
Tabel 2.32. Rencana Pola Ruang Wilayah Kota Tasikmalaya Tahun 2031
2.6 Kependudukan
2.6.1. Jumlah dan Kepadatan Penduduk
Kajian terhadap perkembangan penduduk Kota Tasikmalaya mulai sebagai kota
administratif sampai dengan pembentukan Kota Tasikmalaya menunjukkan perkembangan
jumlah penduduk yang fluktuatif. Perkembangan demikian terjadi pada periode tahun 1999
– 2000, sesuai dengan proses pemekaran dan/atau pembentukan beberapa wilayah
kecamatan seperti wilayah Kecamatan Tamansari dan Kecamatan Mangkubumi. Demikian
juga pada tahun 2008, pemekaran baru Kecamatan Bungursari dan Kecamatan Purbaratu
yang masing-masing menginduk ke Kecamatan Indihiang dan Kecamatan Cibeureum
menunjukan jumlah perkembangan penduduk yang fluktuatif . Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada Tabel 2.33 dan Tabel 2.34.
Tabel 2.33. Luas Wilayah dan Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan di Kota Tasikmalaya,
2011
Tabel 2.34. Jumlah Penduduk dan laju pertumbuhan Penduduk Menurut Kecamatan dan
Jenis Kelamin di Kota Tasikmalaya, 2011
1
Kawalu 44,161 42,42 86,581 1,30 104,10
2 Tarnansari 32,718 31,731 64,449 1,45 103,11
3 Cibeureum 31,403 30,638 62,041 0,87 102,50
4 Purbaratu 19,656 18,992 38,648 0,91 103,50
5 Tawang 31,842 32,043 63,885 0,80 99,37
6 Cihideung 36,823 35,821 72,644 1,04 102,80
7 Mangkubumi 44,008 42,705 86,713 1,19 103,05
8 Indihiang 24,433 24,035 48,468 1,28 101,66
9 Bungursari 23,341 23,227 46,568 1,22 100,49
10 Cipedes 38,58 37,639 76,219 1,13 102,50
2011 326,965 319,251 646,216 1,13 102,42
Sumber : Kota Tasikmalaya Dalam Angka 2011
2.7 Keuangan Daerah
Penerimaan Pemerintah Kota Tasikmalaya pada tahun anggaran 2011 sebesar 915.696,93
milyar rupiah. Pendapatan Pemerintah Kota Tasikmalaya tersebut berasal dari pendapatan
asli daerah (PAD) sebesar 110.369,86 milyar rupiah, dana perimbangan 574.424,54 milyar
rupiah dan lain-lain pendapatan daerah yang sah sebesar 230.902,52 milyar rupiah.
Tabel 2.35. Realisasi Anggaran Pendapatan Pemerintah Kota Tasikmalaya Tahun Anggaran
2011 (Ribu Rupiah)
Adapun belanja Pemerintah Kota Tasikmalaya pada tahun anggaran 2011 mencapai
917.531,04 milyar rupiah, yang terdiri dari belanja tidak langsung sebesar 582.930,73 milyar
rupiah dan belanja daerah langsung sebesar 334.680,30 milyar rupiah.
Tabel 2.36. Realisasi Anggaran Belanja Pemerintah Kota Tasikmalaya Tahun Anggaran 2011
(Ribu Rupiah)
Bulan 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
Januari -0,49 0,06 2,15 1,74 1,47 1,68 0,43 1.02 0.70
Pebruari 0,66 0,10 0,59 0,45 1,12 0,78 0,10 0.61 0.21
Maret -0,89 -0,06 2,86 -0,73 1,10 0,48 0,25 -0.30 -0.14
April -1,00 0,61 -0,33 0,25 -1,13 -0,05 0,97 0.02 -0.11
Mei 0,58 0,66 1,36 0,21 -0,32 1,23 0,03 0.06 -0.06
Juni 0,75 0,63 0,54 0,53 1,44 2,54 0,09 0.74 0.42
Juli -0,01 0,30 -0,33 1,21 0,92 1,67 0,12 0.88 1.03
Agustus 1,58 0,36 -0,03 1,00 0,54 0,70 0,33 0.64 0.16
September 0,37 0,04 2,33 0,01 0,18 1,23 0,64 0.27 0.42
Oktober 0,89 1,67 9,44 1,52 0,79 1,20 0,40 -0.02 0.31
Nopember 1,08 0,85 0,24 0,39 0,37 -0,31 0,50 0.73 0.64
Desember 0,34 0,56 0,63 1,58 1,03 0,34 0,24 0.77 0.51
Sumber : Tasikmalaya dalam angka tahun 2011
Tabel 2.38. Laju Inflasi di Kota Tasikmalaya 2003-2011 Menurut Tahun Kalender (Persen)
(2002 = 100)
BAB III
Kondisi Sistem Penyediaan
Air minum Eksisting
3.1 Aspek Teknis
3.1.1. Sistem Jaringan Perpipaan Kota
Saat ini PDAM Tirta Sukapura Kabupaten Tasikmalaya mampu melayani 22 kecamatan dari
49 kecamatan yang ada di wilayah Kabupaten dan Kota Tasikmalaya. Jumlah Kecamatan
yang terlayani sebanyak 10 Kecamatan dari total 10 Kecamatan di Kota Tasikmalaya,
dengan jumlah pelanggan 25.456 SL, atau 154.710 jiwa yang terlayani dari total 646.211
jiwa jumlah penduduk Kota Tasikmalaya. Jumlah total sambungan langganan yang terlayani
di wilayah Kabupaten dan Kota Tasikmalaya sebanyak 36.590 sambungan langganan
JENIS PELANGGAN
NO CABANG/UNIT Sarana Sarana
KU R1 R2 R3 pmrt NK NB IK IB Hankam Jumlah
Umum Khusus
1 Cab.Tasikmalaya Barat 79 28 14 35 6608 492 49 745 806 28 8 7 8899
2 Cab.Tasikmalaya Timur 69 23 4 80 6030 836 152 872 459 16 5 109 8655
3 Cab.Singaparna 38 65 5 144 2183 399 52 311 235 29 6 3467
4 Cab.Cibereum 42 13 3 569 2301 193 66 125 12 1 2 2 3329
5 Unit Salawu 12 6 315 130 17 38 8 1 527
6 Cab.Indihiang 13 2 84 1214 70 12 97 29 1 1522
7 Unit Karangnunggal 0
8 Unit Manonjaya 18 7 3 590 392 4 11 89 8 2 1124
9 Unit Taraju 2 14 143 8 8 2 177
10 Unit Sukaraja 1 105 17 1 4 3 131
11 Unit Cigalontang 7 21 267 8 303
12 unit Cineam 13 4 549 3 27 2 2 600
13 Unit Bentarkalong 5 12 1 106 415 23 26 65 19 1 4 3 680
14 Unit Rajapolah 9 3 301 1 5 8 4 1 332
15 Cab.Kawalu 39 17 144 2543 132 28 215 51 23 12 3204
16 Unit Pagerageung 10 2 357 290 1 12 36 12 720
17 Unit Cibalong 8 9 338 6 11 2 374
18 Unit Leuwisari 17 2 9 628 144 5 17 24 3 2 851
19 Cab.CIAWI 29 4 3 294 583 22 25 125 55 2 2 1144
20 Unit.Cisayong 5 2 8 126 196 6 3 19 2 7 374
21 Mangunreja 11 1 247 86 8 10 2 2 1 368
Jumlah 417 194 101 5121 23433 2185 512 2828 1705 111 38 136 36781
Sumber : PDAM Kab. Tasikmalaya, 2013
Tabel 3.3 Banyaknya Produksi dan Distribusi Air PDAM Tirta Sukapura di Kota Tasikmalaya
KAPASITAS AIR
KONSUMSI
No Cabang /Unit
SUMBER AIR PRODUKSI DISTRIBUSI TERJUAL NRW %
L/O/H
LOKASI L/DTK L/DTK L/DTK L/DTK
I KOTA TASIKMALAYA
CABANG TASIK BARAT MA Cipondok 280,00 218,00 75,00 52,93 29,42 83,59
CABANG TASIK TIMUR MA Cipondok 75,00 54,26 27,65 89,63
CABANG CIBEREUM MA Cipondok 30,00 18,55 38,16 79,13
CABANG KAWALU MA Cipondok 28,00 18,17 35,12 81,65
CABANG INDIHIANG MA Cibunigeulis 18,00 18,00 18,00 9,15 49,15 86,60
a. Kondisi Pelayanan
Pelayanan air bersih yang dikelola oleh PDAM Tirta Sukapura Tasikmalaya meliputi Kota
dan Kabupaten Tasikmalaya dengan jenis pelayanan kepada pelanggan dilakukan
melalui sambungan rumah dan hidran umum.
Tabel 3.4 Jumlah Penduduk Yang Terlayani PDAM Tirta Sukapura Kabupaten Tasikmalaya
di Kota Tasikmalaya
Tabel 3.5 Sambungan Pelayanan PDAM Tirta Sukapura Kabupaten Tasikmalaya di Kota
Tasikmalaya
Gambar 3.2 Kondisi daerah pelayanan PDAM Tirta Sukapura di Kota Tasikmalaya
Pelayanan pelangganan merupakan tugas utama yang bertujuan untuk memberikan
kepuasaan pelanggan akan kebutuhan air bersih. Kondisi pelayanan sistem penyediaan
air bersih di Kota Tasikmalaya di tunjukkan pada Gambar 3.3.
Gambar 3.3 Peta jaringan air bersih kota tasikmalaya
1. Sistem Regional
Sistem pelayanan pada sistem regional terdiri dari 6 cabang dan unit IKK yaitu : cabang
Tasikmalaya, Cabang Cibeureum, Cabang Singaparna, Unit IKK Leuwisari, Unit IKK
Kawalu, dan unit IKK Manonjaya.
Tabel 3.6 Kondisi Pelayanan Sistem Penyediaan Air Bersih PDAM Kabupaten Tasikmalaya
Kualitas Kehilangan Konsumsi Air
No. Nama Cabang/Unit Daerah Pelayanan Cakupan Pelayanan Kualitas Pelayanan
Air Air (l/or/hari)
1 Cab. Tasikmalaya Mencakup seluruh wilayah Jumlah pelanggan berdasarkan Belum memadai Memenuhi 54% 102,6
Unit Regional administrasi sebanyak 180.897 jiwa cakupan pelayanan = 14.060 sesuai harapan (5% syarat l/orang/hari
Tasikmalaya tersebar di 15 (lima belas) unit, yang terdiri dari tidak menerima air
kelurahan. Sambungan Langsung = 14.029 selama 24 jam)
unit, Sambungan Kran Umum =
31 unit
Cakupan = 38%
2 Cabang Cibeureum Jumlah penduduk wilayah Jumlah pelanggan berdasarkan Belum memadai Memenuhi 29,77% 81,71
administrasi sebanyak 82.036 jiwa, cakupan pelayanan = 2.996 syarat l/orang/hari
tersebar di 15 desa dan baru 9 desa unit, yang terdiri dari
(48.406 jiwa = 59,0%) yang masuk Sambungan Langsung = 2.992
daerah pelayanan sistem air bersih. unit, Sambungan Kran Umum =
4 unit
Cakupan = 23,35%
3 Unit Kawalu Jumlah penduduk wilayah system Jumlah pelanggan berdasarkan Belum memadai Memenuhi 53,25% 91,95
atratif sebanyak 134.587 jiwa, cakupan pelayanan = 1.444 syarat l/orang/hari
terbesar di 18 desa dan baru 9 desa unit, yang terdiri dari
(56.010 jiwa = 41,6%) yang masuk Sambungan Langsung = 1.442
daerah pelayanan sistem air bersih unit, Sambungan Kran Umum =
2 unit
Cakupan = 18,38%
4 Unit Leuwisari Jumlah penduduk wilayah sistem Jumlah pelanggan berdasarkan Cukup memadai Memenuhi 46,63% 56,61
atratif
cakupan pelayanan = 736 unit, syarat l/orang/hari
sebanyak 63.561 jiwa, terbesar di 15 yang terdiri dari Sambungan
desa dan baru 4 desa (16.901 jiwa = Langsung = 719 unit,
26,6%) yang masuk daerah Sambungan Kran Umum = 17
5 Unit Indihiang Jumlah penduduk wilayah sistem Jumlah pelanggan berdasarkan Kurang merata Memenuhi 67% 71,83
atratif
cakupan pelayanan = 773 unit, syarat l/orang/hari
sebanyak 64.215 jiwa, terbesar di 13 yang terdiri dari Sambungan
desa dan baru 5 desa (38.254 jiwa = Langsung = 773 unit,
59%) yang masuk daerah pelayanan Sambungan Kran Umum = 0
sistem air bersih unit
Cakupan = 14,14%
Sumber : Corporate Plan PDAM Kab. Tasikmalaya, 2003-2007.
Sistem penyediaan air bersih Kota Tasikmalaya terdiri atas sistem perpipaan dan sistem
non perpipaan. Sistem penyediaan air minum perpipaan Kota Tasikmalaya sampai saat
ini masih dilayani oleh PDAM Tirta Sukapura Kabupaten Tasikmalaya. Untuk menjamin
tingkat pelayanan air minum Kota Tasikmalaya di masa depan, Kota Tasikmalaya
selayaknya memiliki PDAM sendiri. Bentuk kerjasama dengan PDAM Tirta Sukapura
Kabupaten Tasikmalaya diputuskan sesuai dengan hasil studi kelayakan (master plan air
minum).
Cakupan pelayanan air bersih baru saat ini mencapai 28% dari seluruh penduduk Kota
Tasikmalaya. Cakupan pelayanan air bersih melalui perpipaan dan suplai tangki air di
Kota Tasikmalaya tahun 2030 diharapkan dapat mencapai 85%. Jaringan perpipaan air
bersih ini pengembangannya saling terintegrasi antara IPA (Instalasi Pengolahan Air)
yang satu dengan yang lainnya, sehingga membentuk sistem jaringan tertutup (loop).
Upaya pemenuhan kebutuhan air bersih penduduk Kota Tasikmalaya hingga tahun 2030
dapat dipenuhi dari sumber air dari waduk yang ada melalui sistem pemompaan yang
ditampung dalam reservoir sebelum didistribusikan ke masyarakat dengan kapasitas
yang bervariasi disesuaikan dengan kemampuan IPA yang tersedia.
Penduduk yang belum terlayani air bersih dengan sistem perpipaan dapat memenuhi
kebutuhan air bersihnya melalui penyediaan air minum nonpepipaan yang mencapai 15
%. Metode yang digunakan adalah pembuatan sumur-sumur, baik yang dikelola secara
individu maupun secara komunal.
Gambar 3.4 IPA Cipondok yang Melayani Kota Tasikmalaya
Adapun sistem pengolahan air bersih ini dilengkapi pula dengan reservoar dengan
kapasitas tampung bervariasi minimal 1.000 m3 disesuaikan dengan kebutuhan dan
ketersediaan airnya, sehingga mampu menampung kebutuhan air penduduk di wilayah
jangkauan pelayanannya. IPA yang direncanakan terdiri dari proses-proses berikut :
1. Proses Pra-sedimentasi. Proses ini berfungsi untuk mengendapkan partikel-partikel
kasar yang dapat mengendap sendiri tanpa bantuan bahan kimia. Dengan demikian
kebutuhan pemakaian koagulan dapat dikurangi.
2. Proses Koagulasi dan Flokulasi. Kekeruhan air yang banyak dijumpai pada iar
permukaan seperti air sungai atau air saluran irigasi yang dapat dihilangkan dengan
cara pengendapan atau penyaringan secara langsung dan ada yang tidak dapat
dihilangkan dengan kedua cara tersebut. Kekeruhan yang tidak dapat dihilangkan
dengan kedua cara tersebut disebabkan oleh partikel-partikel koloid yang hanya
dapat dipisahkan / diendapkan dengan proses koagulasi - flokulasi kimia.
3. Proses Sedimentasi. Proses sedimentasi berfungsi untuk mengendapkan flok-flok
yang terbentuk pada proses koagulasi - flokulasi.
4. Proses Filtrasi. Proses ini berfungsi untuk memisahkan sisa-sisa flok yang tidak dapat
terendapkan pada proses sedimentasi, terutama flok-flok dengan ukuran yang lebih
kecil.
Ke Instalasi Pengolahan
200 mm
Beton Bertulang
Pipa
Sistem
Penahan Pipa Pipa Intake 400 m m Distribusi
Air Dari
Intake
1
Keterangan :
1. Pra Sedimentasi (Jika Diperlukan)
2. Koagulasi
3. Flokulasi Air Dari
Sistem
4. Sedimentasi Distribusi
Intake
5. Filtrasi 7
7. Reservoir
8. Rumah Pompa 3
Sumber : PDAM Tirta Sukapura Kab. Tasikmalaya, 2013 4 5
1 2 6
Gambar 3.5 Instalasi Pengolahan Air Bersih
c. Sistem Distribusi
Sistem distribusi air bersih merupakan sistem yang diterapkan dalam upaya
pendistribusian air dari instalasi pengolahan air menuju daerah pelayanan. Sistem
jaringan distribusi air bersih yang akan dikembangkan di Kota Tasikmalaya merupakan
sistem jaringan yang terpisah dengan sistem distribusi untuk kebutuhan industri. Ini
dilakukan untuk menghindari pemakaian air untuk kegiatan industri yang berlebih
sementara ketersediaan air yang ada cukup terbatas, yang dapat menyebabkan
kebutuhan air penduduk tidak dapat terpenuhi.
Adapun metoda sistem distribusi air bersih di Kota Tasikmalaya ini dilakukan dengan
memadukan antara penggunaan sistem pemompaan dan sistem gravitasi disesuaikan
dengan kondisi topografi daerah pelayanannya. Penempatan pipa distribusi akan sangat
memperhatikan kondisi tempat perletakannya, penyebaran penduduk dan ketersediaan
energi pengalirannya. Sistem distribusi ini terbagi atas sistem perpipaan dan reservoir
distribusi yang berupa suatu tangki yang diperlukan untuk menanggulangi kebutuhan air
saat kegiatan memuncak dan menampung air pada saat pemakaian air minimum.
Secara keseluruhan, pipa-pipa yang digunakan dalam sistem distribusi ini adalah:
1. Pipa Transmisi, merupakan pipa transmisi yang digunakan untuk mengalirkan air dari
instalasi air bersih menuju reservoir distribusi. Pipa yang digunakan sebagai pipa
induk ini haruslah jenis pipa yang mempunyai ketahanan tinggi terhadap tekanan.
2. Reservoir Distribusi, merupakan reservoir yang digunakan untuk menampung air dari
pipa transmisi untuk didistribusikan ke daerah pelayanan. Reservoir distribusi ini
digunakan untuk mengatur distribusi air dari pipa transmisi ke daerah pelayanan
3. Pipa Induk, merupakan pipa utama dari reservoir distribusi yang menghubungkan
blok-blok pelayanan dalam kota guna mengalirkan air menuju pipa-pipa cabang. Pipa
ini tidak bisa dipakai untuk melayani penyadapan (tapping) ke rumah-rumah. Pipa
yang digunakan sebagai pipa induk ini haruslah jenis pipa yang mempunyai
ketahanan tinggi terhadap tekanan.
4. Pipa Cabang, dipakai untuk menyadap air langsung dari pipa induk untuk dialirkan ke
suatu blok pelayanan. Pipa ini berhubungan dengan pipa servis yang masuk
(berhubungan) dengan pipa cabang tersebut.
5. Pipa Servis, merupakan pipa pelayanan yang dihubungkan langsung dengan pipa
cabang, untuk melayani kebutuhan penduduk di lingkungan permukiman.
Adapun jenis pipa yang umum digunakan untuk pipa distribusi (pipa induk dan cabang)
ini adalah ACP (Asbestos Cement Pipe), DCIP ( Duct Cast Iron Pipe ), GIP (Galvanized Iron
Pipe) dan steel pipe. Jika memperhatikan jenis tanah di Kota Tasikmalaya yang relatif
dekat dengan laut dimana umumnya bersifat konsif, maka jenis pipa yang paling cocok
digunakan adalah DCIP dan ACP karena sifatnya yang tahan korosif.
Gambar 3.6 Pipa Distribusi IPA Cipondok yang Melayani Kota Tasikmalaya
Sistem distribusi air bersih Kota Tasikmalaya menggunakan reservoir dengan penentuan
kapasitas tampung reservoir sebesar 20 % dari debit maksimum harian atau minimal
1.000 m3 untuk masing-masing reservoir disesuaikan dengan kemampuan dan
kebutuhan air yang tersedia guna memenuhi kebutuhan air penduduk yang ada di
wilayah pelayanannya hingga tahun 2014.
SPAM BJP diantaranya: Perlindungan Mata Air, Destilator Surya Atap Kaca, Instalasi
Saringan Rumah Tangga (SARUT), Sumur Gali, Sumur Dalam, Hidran Umum, Mobil Tangki
Air, Sumur Pompa Tangan, Penampungan Air Hujan, Terminal Air, Reverse Osmosis, serta
Instalasi Pengolahan Air Minum Sederhana (IPAS).
Gambar 3.8 Sarana MCK di Kota Tasikmalaya
Data dari Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya menjelaskan bahwa akses air bersih
masyarakat Kota Tasikmalaya (fasilitas pribadi dan umum) pada tahun 2012 mencapai
80,7%. Data selengkapnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Keterangan :
SGL : Sumur Gali
SGL+ : Sumur Gali + Pompa
SPT : Sumur Pompa Tangan
PP/SR : Perpipaan/ Sambungan Rumah
PMA : Penampungan Mata Air
NO PUSKESMAS SGL SGL+ SPT PP/SR PMA
KK Jiwa KK Jiwa KK Jiwa KK Jiwa KK Jiwa
Jiwa KK Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah
Pemakai Pemakai Pemakai Pemakai Pemakai Pemakai Pemakai Pemakai Pemakai Pemakai P
TAHUN 2012
1 BANTAR 19.825 5.674 - - - - - - - - - - - - - - - -
2 BUNGURSARI 10.592 2.969 - - - - - - - - - - - - - - - -
3 CIBEUREUM 59.100 17.008 270 270 1.350 - - - - - - - - - - - - 270
4 CIGEUREUNG 31.718 9.537 32 29 145 38 35 176 - - - - - - - - - 70
5 CIHIDEUNG 38.064 10.079 5 10 25 - - - 1 4 13 - - - - - - 6
6 CILEMBANG 33.165 8.566 -
7 CIPEDES 15.764 4.450 147 514 2.005 - - - 2 10 39 2 22 72 - - - 151
8 INDIHIANG 30.168 9.055 - - - - - - - - - - - - - - - -
9 KAHURIPAN 28.749 8.771 9 68 255 3 23 90 - - - - - - - - - 12
10 KARANGANYAR 25.569 7.289 49 82 1.270 54 298 1.556 - - - 7 24 122 - - - 110
11 KAWALU 42.194 12.322 190 575 2.300 90 285 1.140 15 65 345 36 160 772 - - - 331
12 LEUWILIANG 13.579 3.984 - - - 2 72 288 - - - - - - - - - 2
13 MANGKUBUMI 43.310 12.529 - - - - - - - - - - - - - - - -
14 PANGLAYUNGAN 17.828 5.393 59 239 863 7 29 107 - - - - - - - - - 66
15 PARAKANNYASAG 17.094 4.549 9 105 315 - - - - - - - - - - - - 9
16 PURBARATU 37.522 11.208 415 415 3.159 160 160 1.232 15 15 111 - - - - - - 590
17 SAMBONGPARI 35.721 9.851 5 76 313 1 19 76 - - - - - - - - - 6
18 SUKALAKSANA 14.369 3.909 7 14 35 - - - - - - - - - - - - 7
19 TAMANSARI 65.480 18.921 55 165 660 46 138 552 - - - - - - 18 2.040 4.080 119
20 TAWANG 24.981 7.334 38 48 181 8 11 50 5 8 25 12 10 180 - - - 63
JUMLAH 604.792 173.398 1.290 2.610 12.876 409 1.070 5.267 38 102 533 57 216 1.146 18 2.040 4.080 1.812
Keterangan :
SGL : Sumur Gali
SGL+ : Sumur Gali + Pompa
SPT : Sumur Pompa Tangan
PP/SR : Perpipaan/ Sambungan Rumah
PMA : Penampungan Mata Air
Laporan Akhir
Review Master Plan Air Bersih Kota Tasikmalaya
Lanjutan
S A R A N A A I R B E R S I H
JUMLAH % AKSES AIR
PENDUDUK GRAND TOTAL BESRIH
NO PUSKESMAS
KK Jiwa
Jiwa KK Jumlah % KK Jiwa
Pemakai Pemakai
TAHUN 2012
1 BANTAR 19.825 5.674 4.335 5.674 19.831 100% 100,0% 100,0%
2 BUNGURSARI 10.592 2.969 2.044 2.404 8.530 81% 81,0% 80,5%
3 CIBEUREUM 59.100 17.008 16.789 16.604 49.827 84% 97,6% 84,3%
4 CIGEUREUNG 31.718 9.537 7.836 7.340 33.861 107% 77,0% 106,8%
5 CIHIDEUNG 38.064 10.079 7.898 7.906 19.768 52% 78,4% 51,9%
6 CILEMBANG 33.165 8.566 7.064 7.064 27.442 83% 82,5% 82,7%
7 CIPEDES 15.764 4.450 3.104 3.684 13.460 85% 82,8% 85,4%
8 INDIHIANG 30.168 9.055 4.571 5.010 16.990 56% 55,3% 56,3%
9 KAHURIPAN 28.749 8.771 5.880 6.939 22.862 80% 79,1% 79,5%
10 KARANGANYAR 25.569 7.289 3.610 3.967 19.017 74% 54,4% 74,4%
11 KAWALU 42.194 12.322 9.770 12.242 38.075 90% 99,4% 90,2%
12 LEUWILIANG 13.579 3.984 1.402 1.667 6.693 49% 41,8% 49,3%
13 MANGKUBUMI 43.310 12.529 9.706 11.243 39.254 91% 89,7% 90,6%
14 PANGLAYUNGAN 17.828 5.393 3.059 3.528 12.841 72% 65,4% 72,0%
15 PARAKANNYASAG 17.094 4.549 3.310 3.427 14.886 87% 75,3% 87,1%
16 PURBARATU 37.522 11.208 8.694 8.694 42.870 114% 77,6% 114,3%
17 SAMBONGPARI 35.721 9.851 6.875 6.737 27.129 76% 68,4% 75,9%
18 SUKALAKSANA 14.369 3.909 2.582 2.589 6.473 45% 66,2% 45,0%
19 TAMANSARI 65.480 18.921 14.417 16.641 48.186 74% 87,9% 73,6%
20 TAWANG 24.981 7.334 6.402 6.492 21.183 85% 88,5% 84,8%
JUMLAH 604.792 173.398 129.348 139.852 489.178 80,9% 80,7% 80,9%
Sumber : Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya, Tahun 2013.
Pemerintah daerah telah melakukan pembangunan sarana dan prasarana air bersih untuk
meningkan pelayanan air minum, sampai dengan tahun 2010 pemerintah kota Tasikmalaya
telah membangun SPAM untuk peningkatan cakupan pelayanan air bersih. Berikut data
pembangunan sarana dan prasarana air bersih yang telah dilakukan Pemerintah Kota
Tasikmalaya
Tabel 3.9 Pembangunan Sarana dan Prasarana Air Bersih Kota Tasik
Tahun Kondisi saat
No Nama Kegiatan Kapasitas
Pelaksanaan ini/Sumber
Tidak
1. Peningkatan Sarana dan Prasarana Air Bersih Tamanjaya 2003 -
berjalan/Artesis
2. Peningkatan Sarana dan Prasarana Air Bersih Abdi Negara 2005 1.5 liter/dtk Baik/bor
3. Peningkatan Sarana dan Prasarana Air Bersih Muncang Asri 2007 0.5 liter/dtk Tidak dipakai/bar
Peningkatan Sarana dan Prasarana Air Bersih Kel.
4. 2006 2 liter/dtk Baik/mata air
Cibeunigeulis
Peningkatan Sarana dan Prasarana Air Bersih Kel.
5. 2006 2 liter/dtk Baik/mata air
Bungursari
6. Peningkatan Sarana dan Prasarana Air Bersih Kel. Cipawitra 2006 2 liter/dtk Baik/mata air
7. Peningkatan Sarana dan Prasarana Air Bersih Kel. Urug 2006 2 liter/dtk Baik/mata air
8. Peningkatan Sarana dan Prasarana Air Bersih Kp. Citerewes 2007 2 liter/dtk Baik/mata air
9. Peningkatan Sarana dan Prasarana Air Bersih Kp. Legok 2007 2 liter/dtk Baik/mata air
10. Peningkatan Sarana dan Prasarana Air Bersih Kp. Ubrug 2007 2 liter/dtk Baik/mata air
Peningkatan Sarana dan Prasarana Air Bersih Kel. Gunung
11. 2007 2 liter/dtk Baik/mata air
Goong
Peningkatan Sarana dan Prasarana Air Bersih Kel.
12. 2007 1 liter/dtk Baik/mata air
Sukamulya
13. Peningkatan Sarana dan Prasarana Air Bersih Kel. Setiawargi 2007 1 liter/dtk Baik/mata air
14. Peningkatan Sarana dan Prasarana Air Bersih Kel. Setiawargi 2008 2 liter/dtk Baik/mata air
Peningkatan Sarana dan Prasarana Air Bersih Cihejo Kel.
15. 2008 2 liter/dtk Baik/mata air
Cibunigeulis
Peningkatan Sarana dan Prasarana Air Bersih Leuwibudah
16. 2008 2 liter/dtk Baik/mata air
Kel. Cibunigeulis
Peningkatan Sarana dan Prasarana Air Bersih Pasir Angin
17. 2008 2 liter/dtk Baik/mata air
Kel. Cibunigeulis
Peningkatan Sarana dan Prasarana Air Bersih Bantarsari Kel.
18. 2008 2 liter/dtk Baik/mata air
Bantarsari
Peningkatan Sarana dan Prasarana Air Bersih Rancagendeng
19. 2008 2 liter/dtk Baik/mata air
Kel. Sukajaya
Peningkatan Sarana dan Prasarana Air Bersih Gunung
20. 2008 2 liter/dtk Baik/mata air
Kokosan Kel. Cibunigeulis
Peningkatan Sarana dan Prasarana Air Bersih Bantarsari Kel.
21. 2009 2 liter/dtk Baik/mata air
Bantarsari
Peningkatan Sarana dan Prasarana Air Bersih Leuwibudah -
22. 2009 2 liter/dtk Baik/mata air
Leuwikidang I Kel. Cibunigeulis,Kec. Bungursari
Peningkatan Sarana dan Prasarana Air Bersih Pasirangin -
23. 2009 2 liter/dtk Baik/mata air
Leuwikidang II Kel. Cibunigeulis,Kec. Bungursari
Peningkatan Sarana dan Prasarana Air Bersih Gunung
24. 2009 2 liter/dtk Baik/mata air
Kokosan Kel. Cibunigeulis
Peningkatan Sarana dan Prasarana Air Bersih Situ Beet Kel.
25. 2009 1 liter/dtk Baik/mata air
Mangkubumi Kec. mangkubumi
Peningkatan Sarana dan Prasarana Air Bersih Cipawitra Kel.
26. 2009 2 liter/dtk Baik/mata air
Cipawitra, Kec. Mangkubumi
Peningkatan Sarana dan Prasarana Air Bersih Lewinanjung
27. 2010 2 liter/dtk Baik/mata air
Kel. Urug Kec. Kawalu
Peningkatan Sarana dan Prasarana Air Bersih Babakan
28. 2010 1 liter/dtk Baik/mata air
Peundeuy Kel. Tanjung Kec. kawalu
Peningkatan Sarana dan Prasarana Air Bersih Sindangkasih
29. 2010 2 liter/dtk Baik/mata air
Kel. Tamanjaya Kec. Tamansari
Sumber : Dinas Cipta Karya, Tata Ruang & Kebersihan Kota Tasikmalaya, Tahun 2013.
Diundangkan dalam Lembaran Daerah Nomor 3 tahun 1977 Seri C. Saat ini kantor pusat
PDAM Kabupaten Tasikmalaya berlokasi di Jalan Raya Singaparna, dengan jumlah pegawai
270 orang dengan komposisi Pimpinan, Direktur Utama dibantu Direktur Umum dan
Direktur Teknik. Selain kantor pusat, PDAM Kabupaten Tasikmalaya dibantu oleh 3 (tiga)
cabang dan 17 unit IKK dengan 2 unit IKK sudah tidak aktif.
a. Visi dan Misi PDAM Tirta Sukapura Kabupaten Tasikmalaya
PDAM sebagai perusahaan milik pemerintah daerah memiliki tugas utama dalam
pengelolaan dan penyediaan air minum, berikut adalah fungsi dari PDAM :
• Perencanaan dan pengelolaan penyediaan air dengan kualitas air minum.
• Pengoperasian dan pemeliharaan sistem penyediaan air minum.
• Pengendalian terhadap pelaksanaan program pengembangan pelayanansistem
penyediaan air minum.
Berdasarkan tugas-tugas dan tanggung jawab PDAM tersebut di atas, maka secara garis
besar tujuan PDAM adalah : Membangun dan meningkatkan pelayanan penyediaan air
minum secaraseimbang dan merata, berlandaskan kegiatan yang sedang berlangsung
danmendukung perkembangan ekonomi daerah. Dalam mencapai tujuannya, PDAM
dapat melakukan kerjasama denganpihak-pihak lain, setelah memperoleh persetujuan.
Visi
PDAM Tirta Sukapura Tasikmalaya memiliki Visi, yaitu : Menjadikan PDAM Tasikmalaya
sebagai penyedia Air Bersih yang terbaikmelalui pengelolaan dan pelayanan yang
profesional.
Misi
1. Memenuhi kebutuhan air bersih masyarakat
2. Meningkatkan pelayanan penyediaan air bersih bagi masyarakat
3. Meningkatkan profesionalisme sumber daya manusia
4. Menyediakan salah satu sarana penunjang Pendapatan Asli Daerah (PAD).
b. Struktur Organisasi PDAM Tirta Sukapura Kabupaten Tasikmalaya
Berdasarkan struktur organisasi dan tata kerja yang ditetapkan dengan surat keputusan
bupati nomor 5 tahun 1989 tanggal 21 desember. Perusahaan air minum Kabupaten
Tasikmalaya dipimpin oleh seorang Direktur Utama yang bertanggung jawab langsung
kepada Bupati melalui Badan Pengawas.
Dalam menjalankan tugasnya, Direktur Utama dibantu oleh:
a. Direktur Umum
b. Direktur Teknik
c. Satuan Pengawas Intern
d. Unit Pengolahan Data
e. Kepala Bagian
f. Kepala Cabang
g. Kepala Unit IKK
Berikut adalah struktur organisasi dan tata kerja yang berlaku berdasarkan peraturan
Direksi PDAM Tirta sukapura kabupaten Tasimalaya Nomor 064/54/XI/2011 tanggal 30
november 2011.
Tabel 3.10 Struktur Organisasi PDAM Tirta Sukapura Kabupaten Tasikmalaya
pegawai Tenaga Jumlah
No Bagian pensiun PP CPP/PTT
perusahaan Profesional Total
1 DIREKSI
a.Direktur Utama 1 1
b.Direktur Umum 1 1
c.Direktur Teknik 1 1
2 satuan pengawasan intern 8 8
3 Bagian Umum 27 27
4 Bagian Keuangan 9 9
5 Bagian Hubungan Masyarakat 11 11
6 Bagian Program & Prc. 7 7
7 Bagian Produksi dan distribusi 10 10
8 Bagian Pemeliuharaan 7 7
Jumlah I 79 1 2 82
DIREKTUR
UTAMA
Pengawas Seksi Seksi Seksi Evaluasi Seksi Seksi Seksi Seksi Pengolah
Operasional Administrasi Pembukuan dan Baca Meter Laboratorium Perlengkapan dan Pengendalian Data Teknik
Umum Air Perbengkelan Teknik
Seksi
Seksi Kas
Pengadaan
Seksi
Pergudangan
Cabang-cabang Unit-unit/IKK
Sumber : PDAM Tirta Sukapura Kab. Tasikmalaya, 2013
3.2.2 Pengaturan
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Sukapura Tasikmalaya didirikan pada tanggal
11 Juni 1975 dan ditetapkan berdasarkan Perda No. 7 Tahun 1975 yang disahkan oleh
Gubernur Jawa Barat dengan SK No.210.33/HK/-011/SK/76 tanggal 14 Januari 1976 dan
diundangkan dalam Lembaran Daerah No. 3 Tahun 1977 Seri C. Sesuai dengan bentuk
hukumnya, PDAM Tirta Sukapura Tasikmalaya sudah merupakan suatu lembaga otonomi
dan merupakan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD). Dengan demikian seluruh pengelolaan
kegiatan perusahaan sepenuhnya menjadi tanggung jawab perusahaan. Hubungan dengan
Pemerintah Kabupaten Tasikmalaya sebagai pemilik perusahaan diformulasikan dalam
bentuk penetapan Pemkab sebagai Badan Pengawas.
3.2.3 Keuangan
Pembangunan infrastruktur terutama utilitas di Indonesia, telah menunjukkan
perkembangan yang luar biasa beberapa tahun belakangan ini dengan tumpuan pada (3)
tiga unsur penting yaitu pertumbuhan, pemerataan dan stabilitas nasional dengan tujuan :
Tabel 3.11 Laba/Rugi PDAM Tirta Sukapura Yang Berakhir 30 Juni 2013
BAB IV
Standar/Kriteria Perencanaan
4.1 Kriteria Perencanaan
Seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan wilayah akibat tumbuhnya kegiatan
ekonomi dan sosial penduduk di suatu daerah telah memberikan berbagai akibat pada
proses perubahan tata guna lahan yang sangat cepat secara intensif dan ektensif, baik di
pusat kota maupun perdesaan. Proses perubahan ini tidak dapat diimbangi oleh kesetaraan
penyediaan dan pelayanan prasarana lingkungan seperti pelayanan air minum, sistem
sanitasi, dan sistem penyediaan ruang hijau terbuka. Kecenderungan yang justru terjadi
adalah timbulnya penggalian sumber daya lingkungan yang berlebihan serta adanya proses
penurunan tingkat pelayanan prasarana lingkungan hidup.
Akibat lanjutan dari keadaan di atas adalah terjadinya proses penurunan tingkat pelayanan
terutama pada konsentrasi pemukiman di kota-kota besar, terancamnya produktifitas air
minum karena semakin terbatasnya sumber daya serta meningkatnya pencemaran sumber
air. Dari segi ekonomi, penurunan tingkat pendapatan masyarakat serta meningkatnya
biaya pengoperasian akan menjadi kendala tambahan. Untuk pemulihan atau paling tidak
mengurangi backlog demand, diperlukan pemecahan berupa efisiensi pada aspek
penyediaan anggaran bagi pendanaan pembangunan perluasan fasilitas, pengoperasian dan
pemeliharaan. Jadi dapat dikatakan bahwa peningkatan pelayanan air minum dipengaruhi
oleh sistem penyediaan fasilitas air minum dan permintaan terhadap air minum.
Bagian yang menjadi dasar kriteria perencanaan sistem penyediaan air minum adalah
sebagai berikut:
v Unit Air Baku
v Unit Transmisi
v Unit Produksi
v Unit Distribusi
v Unit Pelayanan
4.1.1 Unit Air Baku
Untuk mengidentifikasi ketersediaan air baku disuatu wilayah bagi kebutuhan air bersih diperlukan
studi hidrologi dan studi hidrogeologi. Studi tersebut terutama dimaksudkan untuk memperoleh
informasi mengenai :
Pada umumya terdapat sejumlah alternatif sumber yang berbeda. Alternatif sumber terpilih harus
dipertimbangkan terhadap aspek ekonomi dan kehandalan sumber. Tingkat kehandalan sumber
merupakan suatu faktor yang sulit dinilai secara mata uang dan penilaian bobotnya tergantung pada
besar kecilnya kota atau kawasan yang dilayani. Untuk kota-kota yang lebih kecil bobot penilaiannya
lebih besar dari kota besar. Analisis pemilihan alternatif sumber dilakukan terhadap sumber-sumber
yang telah diidentifikasi menurut jenis sumber air :
1. Mata Air.
2. Sungai, saluran.
3. Danau.
4. Air Tanah.
Dalam melakukan analisis pemilihan alternatif sumber sejumlah faktor dipertimbangkan seperti :
Kadar Maksimum
No. Jenis Parameter Satuan yang
diperbolehkan
1 Parameter yang berhubungan
langsung dengan Kesehatan
a. Parameter Mikrobiologi
1) E. Coli Jumlah per 100 ml sampel 0
2) Total Bakteri Koliform Jumlah per 100 ml sampel 0
b. Kimia an-organik
1) Arsen mg/l 0,01
2) Fluorida mg/l 1,5
3) Total Kromium mg/l 0,05
4) Kadmium mg/l 0,003
5) Nitrit, (sebagai NO2) mg/l 3
6) Nitrat, (sebagai NO3) mg/l 50
7) Sianida mg/l 0,07
8) Selenium mg/l 0,01
2 Parameter yang berhubungan
langsung dengan Kesehatan
a. Parameter Mikrobiologi
1) Bau Tidak berbau
2) Warna TCU 15
3) Total zat padat terlarut (TDS) mg/l 500
4) Kekeruhan NTU 5
Pada kondisi kemiringan tanah cukup besar sehingga untuk dapat menghantarkan air dalam jumlah
yang cukup maka pipa transmisi dilengkapi dengan perlengkapan pembantu seperti valve, bak
pelepas tekan, blow off dan sebagainya.
Perletakan pipa transmisi sebaiknya ditempatkan pada daerah yang telah mempunyai jalur untuk
mempermudah pengangkutan, pemasangan, pemgawasan dan perawatan. Penentuan diameter
dilakukan dengan memperhitungkan jumlah air yang akan dialirkan, perbedaan tinggi yang tersedia,
kapasitas dari perlengkapan pipa maupun suku cadangnya dan kehilangan tekanan maksimum yang
mungkin terjadi.
Dalam pembuatan pipa transmisi ini ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan adalah faktor-
faktor berikut ini :
Dimensi pipa transmisi dapat ditentukan menggunakan rumus Hazen William sebagai
berikut :
1 / 2 , 63
⎡ Q ⎤
D = ⎢ 0 , 54 ⎥
⎣ 0.2785.C.S ⎦
Dimana :
Tabel 4.2
Nilai Koefisien Kekasaran Pipa Untuk Pipa Baru
4.1.3 Unit Produksi
Salah satu bagian dari Unit Produksi adalah Instalasi Pengolahan Air (IPA). Jenis IPA ada berbagai
macam, pemilihannya biasanya sesuai dengan kondisi kualitas air baku yang akan digunakan. Berikut
b. Air Permukaan
Secara umum setelah dibandingkan dengan standar baku mutu air minum, secara fisik, kimia,
maupun bakteriologis tidak memenuhi standar baku mutu air minum. Maka, pengolahan yang
diperlukan adalah pengolahan lengkap (Complete Treatment).
c. Air Tanah
Air Tanah yang digunakan adalah Air Tanah Dangkal dan Air Tanah Dalam. Untuk air tanah
dangkal, secara fisik air tanah dangkal sudah memenuhi walaupun sebagian parameter ada
yang tidak memenuhi standar baku mutu seperti bau, kadar besi, secara bakteriologis untuk air
tanah dangkal tidak memenuhi standar baku mutu air minum. Untuk Air Tanah Dalam secara
fisik maupun kimiawi sudah memenuhi standar baku mutu air minum tetapi parameter
bakteriologis belum tentu dapat dipertahankan kualitasnya, karena air yang diambil tetap
kontak dengan udara.
4.1.4 Unit Distribusi
Unit distribusi perpipaan adalah suatu sarana untuk melayani atau menyampaikan air kepada
konsumen yang membutuhkannya dengan syarat memenuhi aspek kuantitas, kualitas dan
kontinuitas.Sistem ini adalah merupakan salah satu komponen dari sistem penyediaan air bersih.
Jaringan pipa distribusi pelayanan air harus dapat mengalirkan air bersih dengan debit sesuai
kebutuhan jam puncak (kebutuhan peak) dan tekanan pada setiap tapping pelayanan minimal 10
mka.
Jenis pipa yang digunakan sebagai pipa distribusi harus disesuaikan dengan kondisi daerah pelayanan
dan kondisi sepanjang jalur pipa.
Terdapat beberapa hal penting yang perlu diperhatikan dalam suatu sistem distribusi yaitu:
v Kualitas air minum yang sampai kepada konsumen harus memenuhi syarat air minum.
v Menghindari terjadinya kebocoran sepanjang jaringan distribusi dengan menggunakan pipa
yang berkualitas baik yang dilengkapi dengan peralatan dan perlengkapannya sehingga dapat
berfungsi seefisien dan seefektif mungkin.
v Kuantitas air yang disediakan mencukupi dalam arti dapat memenuhi kebutuhan konsumen
setiap saat.
v Seluruh daerah pelayanan harus tercukupi kebutuhannya dengan sistem distribusi yang
dirancang, dengan memperhatikan tekanan dalam pengaliran harus dapat menjangkau daerah
pelayanan yang paling kritis.
v Besar aliran dan tekanan yang memadai adalah hal yang perlu diperhatikan, agar air dapat
sampai ke konsumen dengan memuaskan.
Jaringan perpipaan digunakan untuk mengalirkan air minum ke semua blok-blok pelayanan suatu
daerah pelayanan atau merupakan sarana fisik yang bertujuan untuk mentransportasikan air minum
dari tempat penampungan (reservoar) menuju konsumen di daerah pelayanan. Selain itu sistem
distribusi harus pula dilengkapi dengan peralatan dan perlengkapan lain agar dapat berfungsi dengan
baik.
a. Sistem Jaringan Distribusi Perpipaan
Sistem jaringan distribusi perpipaan merupakan suatu sarana fisik yang bertujuan
membawa atau memindahkan air minum dari reservoir menuju konsumen di daerah
pelayanan. Selain itu sistem distribusi harus pula dilengkapi dengan peralatan dan
perlengkapan lain agar dapat berfungsi dengan baik.
v Klasifikasi Sistem Perpipaan
Tujuan dari pengklasifikasian jaringan perpipaan ini adalah :
Untuk lebih jelasnya berikut ini diterangkan mengenai ketiga sistem tersebut.
1. Sistem Jaringan Perpipaan Bercabang
Sistem jaringan bercabang terdiri dari pipa induk utama (main feeder)
disambungkan dengan pipa sekunder, lalu disambungkan lagi dengan pipa cabang
lainya sampai akhirnya pada pipa yang menuju konsumen.
Dari segi ekonomis sistem bercabang ini sangat menguntungkan, karena jalur pipa
lebih pendek dan diameter yang kecil, namun dari segi operasional mempunyai
keterbatasan diantaranya :
v Jika terjadi kerusakan, akan terdapat daerah pelayanan yang tidak akan
mendapatkan air karena tidak adanya sirkulasi air.
v Jika terjadi kebakaran, suplai air pada fire hidran lebih sedikit karena aliranya
satu arah.
Sistem jaringan perpipaan bercabang digunakan untuk daerah pelayanan dengan
karakteristik sebagai berikut :
v Bentuk dan arah perluasan memanjang dan terpisah.
v Jalur jalannya tidak berhubungan satu sama lainya.
v Elevasi permukaan tanahnya mempunyai perbedaan tinggi.
v Luas daerah pelayanan relative kecil.
2. Sistem Perpipaan Lingkaran
Sistem jaringan perpipaan melingkar terdiri dari pipa induk dan cabang yang saling
berhubungan satu sama lainnya dan membentuk suatu loop (jaringan yang
melingkar), sehingga terjadi sirkulasi air ke seluruh jaringan distribusi. Dari pipa
Pipa CIP terbuat dari besi tuang. Pipa jenis ini sangat kuat, berat dan tahan lama
tetapi mudah terkena korosi terutama pada bagian permukaan dan
sambungannya, oleh karena itu ada jenis pipa CIP yang diberi lapisan anti korosi
yaitu DCIP.
Pipa GIP terbuat dari baja atau besi. Umumnya tidak tahan terhadap korosi,
tahan terhadap kesadahan tinggi, harganya mahal, pengangkutan dan
pemasangan mudah tetapi tidak tahan terhadap tekanan dari luar.
Steel Pipe merupakan pipa yang terbuat dari baja. Umumnya tahan terhadap
benturan ringan, pembuatanya mudah tetapi tidak tahan terhadap korosi dan
membutuhkan banyak waktu untuk penyambungan serta mahal harganya.
Pipa PVC (Poly Vinyl Chlorida) merupakan pipa yang terbuat dari palstik Poly
Vinyl Chlorida. Umumnya tahan terhadap korosi, ringan, pemasangan dan
pengangkutannya mudah.
Pipa HDPE adalah jenis pipa plastik yang sekarang direkomendasikan untuk
mendukung pada drinking water atau air siap minum
Pipa Pelayanan
Jenis pipa yang umum dipakai adalah GIP, Steel Pipe dan pipa PVC (Poly Vinyl
Chlorida). Dengan melihat jalur distribusi saat ini dan mudah ditemukan
f. Sistem Pengaliran
Sistem pengaliran dalam sistem distribusi air bersih dapat diklasifikasikan sebagai
berikut :
1. Sistem Gravitasi
Sistem pengaliran dengan gravitasi dilakukan dengan memanfaatkan beda tinggi
muka tanah, dalam hal ini jika daerah pelayanan terletak lebih rendah dari sumber
air (reservoir). Untuk daerah pelayanan yang mempunyai beda tinggi yang besar,
sistem gravitasi sangat baik digunakan, karena menghemat energi (pemompaan).
Bila digabungkan dengan pola jaringan bercabang akan membentuk sistem yang
optimal, baik dari segi ekonomis maupun dari segi teknis.
2. Sistem Pemompaan
Sistem pengaliran dengan pemompaan digunakan di daerah yang tidak mempunyai
beda tinggi yang besar dan relatif datar. Perlu diperhitungkan besarnya tekanan
pada sistem untuk mendapatkan sistem pemompaan yang optimal, sehingga tidak
terjadi kekurangan tekanan yang dapat mengganggu sistem pengaliran, atau
kelebihan tekanan yang dapat mengakibatkan pemborosan energi dan kerusakan
pipa. Sistem distribusi air minum di Perumahan Kota Wisata cocok menggunakan
sistem pengaliran dengan pemompaan.
3. Sistem Kombinasi
Sistem ini merupakan sistem gabungan dari sistem gravitasi dan sistem
pemompaan. Pada sistem kombinasi ini, air yang didistribusikan dikumpulkan
terlebih dahulu dalam reservoir pada saat permintaan air minimum. Jika
permintaan air meningkat maka air akan dialirkan melalui sistem gravitasi maupun
sistem pemompaan.
g. Hidrolis Jaringan Perpipaan
v Sisa tekan yang tersedia besarnya bervariasi menurut klasifikasi jaringan perpipaan
dan daerah pelayanan, serta jenis pipanya. Kriteria sisa tekan minimum yang harus
disediakan adalah :
h. Struktur Khusus Jalur Pipa
v Perlintasan Sungai/ Badan Air
Ada 3 (tiga) metoda untuk perlintasan sungai dan atau badan air, yang dapat
digunakan yaitu:
§ Melalui badan sungai/ badan air
§ Melalui/ mengikuti jembatan yang ada
§ Membuat jembatan penyembrangan pipa
Pemilihan perlintasan ini dilakukan berdasarkan pedoman standar IKK atau BNA,
yaitu berdasarkan diameter pipa dan besarnya bentang. Pipa yang diletakkan pada
bawah badan air sebaiknya dibungkus dengan massa beton dengan tebal 10 mm.
penutup pipa dari dasar sungai sampai dengan bagian atas beton diusahakan 1
(satu) meter. Sedangkan untuk perlintasan yang tidak sesuai dengan standar, perlu
dibuat disain khusus yang sesuai dengan kondisi lapangan.
Pada setiap jembatan pipa minimum dipasang 1 (satu) buah air valve dan 2 (dua)
buah wash-out dan minimum 1 (satu) buah wash out dan 2 (dua) buah air valve
untuk pipa yang diletakkan melintas dibawah sungai/ badan air.
i. Perlintasan Kereta Api
Perlintasan pada jalur jalan/ rel kereta api dapat menggunakan atau melalui gorong-
gorong yang ada. Jika tidak ada gorong-gorong yang dekat dengan lokasi maka
diputuskan dengan melakukan pemboran pipa melalui dalam tanah (dengan
thrustbrote).
j. Thrust Blocks
Tekanan pada bagian dalam pipa akan dapat berkembang menjadi besar apabila
terjadi kesalahan penempatan lokasi jalur pipa (ketidak seimbangan gaya penahan).
Volume reservoir
11 20 20 20 20 20
(%) (maks day demand)
50 : 50 s/d 50 : 50 s/d
12 SR : HU 80:20:00 70:30:00 70:30:00
80:20:00 80 : 20
Sumber : Petunjuk Teknis Perencanaan Rancangan Teknik Sistem Penyediaan Air Minum vol VI, 1998,
Dept. PU.
Keterangan :
- *) Tergantung survey sosial ekonomi
- **) 60 % perpipaan, 30 % non perpipaan
- ***) 25 % perpipaan, 45 % non perpipaan
1. Kriteria air minum yang aman melalui SPAM dengan jaringan perpipaan dan bukan
perpipaan terlindungi dengan kebutuhan pokok minimal 60 liter/orang/hari adalah
bahwa sebuah kabupaten/kota telah memiliki SPAM dengan jaringan perpipaan dan
bukan jaringan perpipaan terlindungi (sesuai dengan standar teknis berlaku) dengan
penyelenggara baik BUMN, BUMD, Badan Usaha Swasta, Koperasi, maupun kelompok
masyarakat, dengan kebutuhan pokok minimal 60 liter/orang/hari dan diharapkan
dapatmeningkatkan cakupan pelayanannya.
2. Nilai SPM cakupan akses terhadap air minum yang aman melalui SPAM dengan jaringan
perpipaan dan bukan jaringan perpipaan terlindungi adalah peningkatan jumlah unit
pelayanan baik melalui Sambungan Rumah, Hidran Umum, maupun Terminal Air yang
dinyatakan dalam persentase peningkatan jumlah masyarakat yang mendapatkan
pelayanan SPAMdengan jaringan perpipaan dan bukan jaringan perpipaan terlindungi
padaakhir tahun pencapaian SPM terhadap jumlah total masyarakat di
seluruhkabupaten/kota.
kebutuhan pokok minimal 60 liter/orang/hari pada tahun 2014 dibagi berdasarkan cluster pelayanan
air minum saat ini (sumber data Susenas BPS 2009), sebagai berikut:
Cluster pelayanan air minum per kabupaten/kota sebagaimana tercantum dalamTabeldi atas
dijabarkan sebagai berikut:
Tabel 4.5 Cluster Pelayanan Air Minum Untuk Satu Wilayah Administrasi
Kabupaten/Kota
Eksploitasi sumber air untuk memenuhi demand yang tidak disertai upaya pembaruan ini
pada akhirnya menciptakan keterbatasan supply (ketersediaan) akibat kuantitas ataupun
kualitas air yang menurun. Secara keseluruhan masalah air minum menjadi kompleks
karena di satu sisi demand akan terus meningkat sementara di sisi lain supply yang tetap
atau cenderung menurun akibat kualitas air yang menurun juga, serta ditambah lagi dengan
daya beli penduduk yang masih rendah menyebabkan diperkirakan Indonesia akan
menghadapi krisis air.
Penduduk merupakan faktor utama dalam perencanaan, karena suatu perencanaan yang
disusun untuk keperluan pada massa datang didasari oleh pengetahuan tentang masalah
yang sama pada masa sebelumnya. Perkembangan kehidupan dan semua aktivitas
merupakan hal yang penting dalam Sistem Penyediaan Air Minum. Angka pertambahan
penduduk tidak lepas dari data–data penduduk sebelumnya. Banyak faktor yang
mempengaruhi angka pertambahan penduduk seperti masalah kesehatan, sosial, ekonomi,
politik dan lain–lain. Populasi berubah dengan angka–angka kematian, kelahiran dan
perpindahan penduduk. Jadi faktor–faktor seperti kelahiran, kematian dan migrasi. Proyeksi
penduduk berguna untuk memperkirakan kebutuhan air di masa akan datang dan perkiraan
timbulan air buangan akibat pemakain air tersebut, dengan demikian dapat memberikan
tahap perencanaan dan perkiraan pembiyaan pembangunan.
Adapun cara–cara yang diambil untuk menghitung proyeksi penduduk tergantung oleh
beberapa hal berikut, diantaranya:
Ka = (Pn – Po) / t
Dimana :
a=
(∑ yi . ∑ xi )− (∑ xi . ∑ xi. yi )
2
((n . ∑ xi ) − (∑ xi ))
2 2
b=
(n . ∑ yi . ∑ xi. yi ) + (∑ xi . ∑ yi )
((n . ∑ xi ) − (∑ xi ))
2 2
4.4 Perioda Perencanaan
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2007 tentang Penyelenggaraan
Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum Periode Perencanaan Rencana Induk
Pengembangan SPAM adalah antara 15-20 tahun. Kemudian Rencana induk Pengembangan
SPAM sebagaimana dimaksud harus dikaji ulang setiap 5 tahun atau dapat dirubah bila ada
hal-hal khusus denganmemperhatikan perkembangan penataan ruang wilayah nasional,
provinsi, dan/atau kabupaten atau kota.
4.5 Kriteria Daerah Layanan
Berdasarkan kriteria teknis Pedoman Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Sistem
Penyediaan Air Minum Sasaran pelayanan pada tahap awal prioritas harus ditujukan pada
daerah yang belum mendapat pelayanan air minum dan berkepadatan tinggi serta kawasan
strategis. Setelah itu prioritas pelayanan diarahkan pada daerah pengembangan sesuai
dengan arahan dalam perencanaan induk kota.
Pada dasarnya sasaran wilayah pelayanan suatu daerah tergantung pada fungsi strategis
kota atau kawasan, tingkat kepadatan penduduk dan ketersediaan sumber air. Wilayah
pelayanan tidak terbatas pada wilayah administrasi yang bersangkutan sesuai hasil
kesepakatan dan koordinasi dengan pihak-pihak yang terkait dalam rangka menunjang
pembangunan sistem penyediaan air minum.
Kondisi wilayah pelayanan yang menjadi sasaran pelayanan mengacu pada pertimbangan
teknis dalam standar spesifikasi teknis berikut.
BAB V
Proyeksi Kebutuhan Air
5.1. Arah Perkembangan Kota (Peta RTRW)
5.1.1 Rencana Struktur Ruang Wilayah Kota Tasikmalaya
Rencana struktur ruang kota adalah kerangka sistem pusat-pusat pelayanan kegiatan kota
yang berhierarki dan satu sama lain dihubungkan oleh sistem jaringan prasarana wilayah
kota. Rencana struktur ruang ini meliputi jaringan transportasi, sistem jaringan energi dan
kelistrikan, sistem jaringan telekomunikasi, dan sistem jaringan sumber daya air.
mendukung fungsi tersebut antara lain adalah Pasar Induk Agribisnis, industri besar dan
pergudangan.
v Fasilitas Fungsi Utama : Perkantoran diantara lain terdiri dari Balai Kota beserta
jajarannya, Gedung DPRD Kota Tasikmalaya, Instansi Pemerintah, baik Dinas-dinas
Otonom maupun Instansi Vertikal, Polres , BUMN.
v Fasilitas Fungsi Pendukung bila dipandang perlu bisa diadakan secara terbatas
seperti:
o Pendidikan : Fasilitas Pendidikan Tinggi
o Kesehatan : Puskesmas, pusat kesehatan lainnya, fasilitas olah raga dalam
ruangan.
o Peribadatan : Masjid dan tempat peribadatan lainnya
o Fasilitas Perdagangan dan Jasa : Pusat Kebudayaan Sunda, usaha perdagangan
eceran (toko, warung, pertokoan, penginapan, penyimpanan dan pergudangan,
tempat pertemuan (aula, tempat konferensi, pariwisata/rekreasi di ruang
tertutup (area bermain, olah raga), jasa (swasta, bank dan jasa keuangan
lainnya, show room automotive dan bengkel, healtcare/spa/salon kecantikan,
restoran/rumah makan/pujasera), ruang usaha sektor informal
o Ruang Terbuka Hijau : Taman Kota, jogging track dan bycicle track
o Ruang Terbuka Non Hijau : plaza, tempat parkir
o Fasilitas jalur pejalan kaki
o Fasilitas ruang evakuasi bencana
o Fasilitas pendukung lainnya
v Fasilitas Fungsi Pendukung bila dipandang perlu bisa diadakan secara terbatas
seperti:
o Kantor Polisi (Polsek)
o Peribadatan: Masjid Agung (Islamic Centre)/Tempat ibadah lainnya
o Pendidikan : Fasilitas Pendidikan Tinggi
o Kesehatan : Puskesmas, pusat kesehatan lainnya
o Ruang Terbuka Hijau : Taman Kota, jogging track dan bycicle track
o Ruang Terbuka Non Hijau : plasa, tempat parkir
o Fasilitas jalur pejalan kaki
o Fasilitas ruang evakuasi bencana
o Fasilitas pendukung lainnya
Pusat utama pelayanan kawasan industri, yang berfungsi sebagai pusat pengembangan
kegiatan industri dengan jenis komoditi yang berorientasi ekspor. Pusat pelayanan
kawasan industri ini merupakan pusat orientasi yang melayani kegiatan perdagangan
dan pengembangan produk-produk industri yang dihasilkan dengan dilengkapi
penyediaan fasilitas sosial dan fasilitas umum guna melayani kebutuhan penduduk yang
berada di kawasan industri tersebut. Pusat pelayanan kawasan industri ini
pengembangannya dialokasikan tersebar di beberapa tempat diantaranya industri kecil
dan mikro di pusat-pusat sentra industri dan kawasan industri yang dikembangkan di
Kec. Bungursari, Kec. Kawalu dan Kec. Mangkubumi. Sedangkan industri besar
dikembangkan di jalan lingkar luar untuk industri nonpolutan dan di Tasikmalaya Selatan
untuk industri besar berorientasi bahan mentah.
Jenis fasilitas pelayanan yang dikembangkan diantaranya berupa :
tersebut dan dialokasikan di ibukota kecamatan sebagai pengikat lingkungan dan fasilitas
bersosialisasi. Untuk merangsang pertumbuhan pusat pelayanan sekunder ini,
v Perkantoran pemerintah dan swasta: Kantor Kecamatan dan kantor swasta, Kantor
polsekta, Kantor pos pembantu
v Pendidikan tingkat pelayanan kecamatan
v Kesehatan tingkat pelayanan kecamatan
v Peribadatan tingkat pelayanan kecamatan
v Perdagangan dana jasa tingkat pelayanan kecamatan
v Fasilitas sektor informal
v Ruang terbuka hijau tingkat pelayanan kecamatan
v Ruang terbuka non hijau tingkat pelayanan kecamatan
v Fasilitas pejalan kaki
v Ruang evakuasi bencana
v Fasilitas pendukung lainnya
1) Pusat perdagangan dan jasa, serta fasilitas pelayanan umum di luar ibukota kecamatan
dan berfungsi sebagai pusat orientasi yang memberikan pelayanan bagi penduduk dan
sebagai pengikat lingkungan untuk berinteraksi dan bersosialisasi antar masyarakat.
Pusat sekunder ini dialokasikan di sejumlah lokasi konsentrasi kegiatan perdagangan dan
jasa serta fasilitas umum pada beberapa kecamatan.
tersebut juga dijadikan bahan pertimbangan dalam pembagian SWK. Rencana pembagian
wilayah Kota digambarkan pada peta rencana pembagian wilayah dan dijelaskan pada
Tabel 5.1.
3. SWK – III Kec. Tamansari yaitu Kel Taman pusat pendidikan, Perdagangan dan Jasa, Arahan Pusat SWK III : Mugarsari.
di Mugarsari sari, Kel. Mugarsari dan sebagian perkantoran dan jasa Perkantoran, RTNH, Ruang Pusat Sub SWK di SWK III :
wilayah Kel. Tamanjaya, skala kecamatan dan Evakuasi Bencana, Sektor Tamanjaya, Mugrasari,
Sumelap, Setiawargi, Mulyasari, pusat pelayanan Informal, Pertanian Tamansari, Setiawangi. (lihat
Sukahurip, dan Setiamulya. kesehatan skala Agribisnis, Pertambangan, Peta Pembagian Sub SWK)
kecamatan Pelayanan Umum
Perlindungan Setempat,
RTH
4. SWK - IV, di Kersamenak Kec. Tamansari yaitu sebagian pusat perdagangan hasil Perdagangan dan Jasa, Arahan Pusat SWK IV :
wilayah Kel. Setiawargi dan industri kecil dan mikro, Perkantoran, Industri, Kersamenak. Pusat Sub SWK di
Setiamulya. Kec. Kawalu kecuali pusat pelayanan RTNH, Ruang Evakuasi SWK IV : Setiamulya,
sebagian Kel Cibeut, Cilamajang, kesehatan skala Bencana, Sektor Informal, Gunungtandala, Urug, Tanjung.
dan Kersamenak. kecamatan, Pertanian Agribisnis, (lihat Peta Pembagian Sub SWK)
Pertambangan, Pelayanan
Umum
Perlindungan Setempat,
RTH, Cagar Alam/Budaya,
Hutan Produksi.
C. Pusat Lingkungan
Pusat Lingkungan (PL) atau Pusat Tersier yaitu pusat orientasi pelayanan kebutuhan
penduduk yang dialokasikan di pusat-pusat Sub-SWK, kelurahan, di setiap kelompok
lingkungan permukiman/perumahan, yang mencakup fasilitas perdagangan (pasar dan atau
pertokoan), yang dilengkapi dengan fasilitas sosial (fasilitas pendidikan, fasilitas kesehatan,
fasilitas peribadatan serta fasilitas ruang terbuka hijau) untuk penyelenggaraan dan
pengembangan kehidupan ekonomi, sosial, dan budaya masyarakat, dengan jangkauan
pelayanan lokal. Pengalokasian pusat pelayanan lingkungan ini diarahkan pada simpul-
simpul jalan yang ada di pusat-pusat Sub-SWK yang mempunyai aksesibilitas baik, sehingga
mudah dijangkau oleh penduduk yang tinggal di lingkungan kelurahan-kelurahan, di
lingkungan permukiman. Pusat lingkungan permukiman (pusat tersier) ini berfungsi juga
sebagai pengikat lingkungan untuk berinteraksi dan bersosialisasi antar masyarakat yang
berada di lingkungan kelurahan dan di lingkungan permukiman tersebut serta untuk
melayani kebutuhan penduduk sehari-hari.
Jenis kelengkapan fasilitas pendukung yang dikembangkan di Pusat Lingkungan ini berupa :
§ Pendidikan tingkat pelayanan lingkungan seperti TK, SD dan SLTP
§ Kesehatan tingkat pelayanan lingkungan seperti Balai Pengobatan, Poliklinik ataupun
Tempat Praktek Dokter dan Apotik
§ Peribadatan tingkat pelayanan lingkungan
§ Perdagangan dan jasa tingkat pelayanan lingkungan
§ Fasilitas sektor informal
§ Ruang terbuka hijau tingkat pelayanan lingkungan
§ Ruang terbuka non hijau tingkat pelayanan lingkungan
§ Fasilitas pejalan kaki
§ Ruang evakuasi bencana
§ Fasilitas pendukung lainnya (Fasilitas Pemadam Kebakaran dengan skala pelayanan
lingkungan)
12.Kawasan strategis
§ Kecamatan Kawalu, Kecamatan purbaratu, Kecamatan tamansari, Kecamatan
cipedes, Kecamatan mangkubumi, Kecamatan cibereum, Kecamatan
bugursari, Kecamatan tawang
Rencana pola ruang di Kota Tasikmalaya serta luasan masing-masing kegiatan yang akan
dikembangkan hingga tahun 2031 dapat dilihat pada Tabel 5.2 dan Gambar 5.2 Rencana
Pola Ruang Wilayah Kota Tasikmalaya Tahun 2031 berikut.
Tabel 5.2 Rencana Pola Ruang Wilayah Kota Tasikmalaya Tahun 2031
PERUNTUKAN DALAM POLA RUANG 2009 (Ha) 2013 (Ha)
Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahnya 35.87
Kawasan perlindungan setempat 248.62
Kawasan suaka alam, pelestarian alam, dan cagar budaya 117.68
Kawasan lindung geologi
Kawasan rawan bencana alam 2,284.65
RTH Publik 18.71
KAWASAN BERFUNGSI LINDUNG 2,587.85
Kawasan peruntukan perumahan 3,521.90 9,149.80
Kawasan peruntukan perdagangan dan jasa 14.07 1,307.46
Kawasan peruntukan perkantoran 21.29 27.73
Kawasan peruntukan industry dan pergudangan 30.22 258.51
Kawasan peruntukan pariwisata 20.15
Kawasan peruntukan kegiatan sector informal
Kawasan peruntukan pertanian 13,925.23 2,746.31
Kawasan peruntukan perikanan 174.49 338.10
Kawasan peruntukan hutan produksi dan hutan rakyat 395.59 1,194.33
Kawasan peruntukan pertambangan 27.58 213.40
Kawasan peruntukan pertahanan dan keamanan Negara 82.27 9.55
Kawasan peruntukan pelayanan umum 74.75 295.08
RTH privat dan evakuasi bencana 236.80
KAWASAN BUDIDAYA 18,267.39 15,797.22
Sumber : Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Tasikmalaya Tahun 2011-2031
Rencana daerah pelayan SPAM Kota Tasikmalaya disesuaikan dengan Rencana Kawasan
Strategis Kota Tasikmalaya dengan fungsi kawasan.
Gambar 5.3 Peta rencana pengembangan
Proyeksi jumlah penduduk dapat dilakukan untuk jangka pendek (2-5 tahun) dan jangka
menengah (5-10 tahun). Untuk jangka panjang yaitu diatas 10 tahun pada umumnya hanya
dapat digunakan sebagai suatu perkiraan yang kasar.
Berdasarkan data jumlah penduduk tahun 2011, dengan laju pertumbuhan penduduk Kota
Tasikmalaya rata-rata sebesar 1,13% pertahun. penduduk berdasarkan metode geometri
sampai dengan tahun 2034, disajikan pada Tabel 5.3 berikut:
Apabila di buat dalam suatu grafik data proyeksi penduduk dapat dilihat pada gambar
berikut ini;
Gambar 5.5 Gambar Proyeksi Penduduk Per Kecamatan Kota Tasikmalaya 2013-2031
bila dalam penentuan besar kebutuhan air bersih kurang tepat maka satu kesalahan fatal
telah dilakukan.
Pemakaian air oleh masyarakat tidak terbatas untuk keperluan domestik saja namun juga
untuk keperluan industri dan keperluan perkotaan.Besarnya pemakaian atau kebutuhan air
bersih masyarakat dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti tingkat hidup, pendidikan,
tingkat ekonomi, kondisi sosial. Besarnya kebutuhan air yang digunakan dalam
perencanaan diperkirakan berdasarkan standar yang ada dan dengan mempertimbangkan
kondisi yang melingkupinya, baik itu keadaan kota, penduduk dan perkembangannya.
kebutuhan air bersih untuk berbagai macam kebutuhan masyarakat sehari-hari pada
umumnya dapat dibagi atas dua kelompok yaitu:
1. Kebutuhan domestik
2. Kebutuhan non domestik
Kebutuhan air minum domestik merupakan kebutuhan air minum yang digunakan untuk
keperluan rumah tangga melalui sambungan kran ke rumah-rumah dan umum, yang jumlah
kebutuhannya dapat dilihat dari catatan (data) dari kota atau daerah bersangkutan
berdasarkan karakteristik dan perkembanga konsumen pemakai air minum daerah
tersebut.
Dalam penggunaannya air minum oleh konsumen rumah tangga tidak hanya terbatas untuk
memasak, minum, namun juga untuk hampir setiap aktivitas yang memerlukan air,
terutama hal ini terjadi pada masyarakat perkotaan. Tingkat kebutuhan air untuk keperluan
domestik antara satu kota dengan kota yang lain akan sangat berbeda, semakin besar suatu
kota maka tingkat kebutuhan air juga akan semakin besar, demikian pula semakin modern
suatu masyarakat maka akan konsumsi airnya juga akan semakin besar.
Disamping memenuhi kebutuhan air untuk rumah tangga perusahaan air minum biasanya
juga melayani kebutuhan untuk non rumah tangga. Kebutuhan non rumah tangga atau non
domestik adalah kebutuhan yang selain untuk keperluan rumah tangga dan sambungan
kran umum, seperti penyediaan air untuk sarana sosial, tempat ibadah, sekolah, rumah
sakit, asrama dan juga untuk keperluan komersial, seperti industri, hotel, perdagangan,
pelabuhan, serta untuk pelayanan jasa umum. Untuk kota kecil dan sedang konsumsi air
untuk keperluan non domestik tidak seberapa besar namun pada kota-kota besar
kebutuhan air untuk keperluan ini dapat mencapai 30 % dari kebutuhan domestik.
2.212
L/dtk
Gambar 5.6 Grafik Perbandingan antara Jumlah Penduduk Belum terlayani SPAM dengan Penduduk yang sudah terlayani Perpipaan SPAM PDAM
Dari Tabel di atas, fluktuasi kebutuhan air untuk Sistem Penyediaan Air Minum Kota
Tasikmalaya ditunjukkan pada Tabel 5.5
Jika dari sumber air yang ada, kapasitas distribusi adalah 224.2 l/det (Eksisting Pelayanan
PDAM Kabupaten Tasikmalaya ke Kota Tasikmalaya), maka perhitungan kebutuhan dan
ketersediaan air minum yang dihitung dari Kebutuhan rata-rata, maksimum dan puncak
ditunjukkan pada Tabel 5.6, Tabel 5.7 dan Tabel 5.8.
Berikut hasil perhitungan proyeksi kebutuhan air berdasarkan hasil analisa hilir
Tabel 5.10 Proyeksi Kebutuhan Air Kota Tasikmalaya Hasil Analisa Hilir
Eksisting Proyeksi Kebutuhan Air Minum Kota Tasikmalaya
No. Uraian Satuan
2011 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023
1 Populasi
Jumlah Penduduk di Kota Tasikmalaya Jiwa 646.216 668.371 675.924 683.562 691.286 699.098 706.997 714.986 723.066 731.236 739.499
Peningkatan Jumlah Penduduk Daerah Pelayanan % 1,13% 1,13% 1,13% 1,13% 1,13% 1,13% 1,13% 1,13% 1,13% 1,13% 1,13%
Cakupan Pelayanan PDAM % 22,66% 21,91% 21,66% 22,01% 22,34% 23,23% 24,11% 24,96% 27,44% 29,87% 32,24%
Jumlah penduduk terlayani perpipaan PDAM Jiwa 146.433 146.433 146.433 150.433 154.433 162.433 170.433 178.433 198.433 218.433 238.433
Jumlah penduduk belum terlayani perpipaan PDAM Jiwa 499.783 521.939 529.491 533.129 536.853 536.665 536.565 536.554 524.633 512.804 501.067
2 Konsumsi air
Jml Jiwa per Rumah Tangga Jiwa 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
Rata2 Pemakaian /SL m3/bulan/SR 18,00 18,00 18,00 18,00 18,00 18,00 18,00 21,00 21,00 21,00 21,00
Rata2 Pemakaian air l/o/hari 150,00 150,00 150,00 150,00 150,00 150,00 150,00 175,00 175,00 175,00 175,00
3 PERHITUNGAN KEBUTUHAN AIR
Kebutuhan Air Domestik (Rumah Tangga)
Jumlah jiwa/sambungan rumah jiwa/SR 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
Jumlah Sambungan Total unit 36.608 36.608 36.608 37.608 38.608 40.608 42.608 44.608 49.608 54.608 59.608
Konsumsi air l/o/hari 150,0 150,0 150,0 150,0 150,0 150,0 150,0 175,0 175,0 175,0 175,0
Jumlah Kebutuhan Air Dengan sambungan PDAM l/det 254,22 254,22 254,22 261,17 268,11 282,00 295,89 361,41 401,92 442,43 482,94
Kebutuhan Air Sambungan Non Domestik
Konsumsi air (20% dari total Kebutuhan Domestik) l/det 50,84 50,84 50,84 52,23 53,62 56,40 59,18 72,28 80,38 88,49 96,59
Jumlah Kebutuhan Total
l/det 305,07 305,07 305,07 313,40 321,73 338,40 355,07 433,69 482,30 530,91 579,52
Tingkat Kehilangan Air (Distribusi-Kran Pelanggan) % 20,00 20,00 20,00 20,00 20,00 20,00 20,00 20,00 20,00 20,00 20,00
l/det 61,0 61,0 61,0 62,7 64,3 67,7 71,0 86,7 96,5 106,2 115,9
Kebutuhan Rata-rata l/det 366,1 366,1 366,1 376,1 386,1 406,1 426,1 520,4 578,8 637,1 695,4
Kebutuhan Maksimum, f = 1,15 l/det 421,0 421,0 421,0 432,5 444,0 467,0 490,0 598,5 665,6 732,7 799,7
Kebutuhan Puncak, f = 1,75 l/det 640,6 640,6 640,6 658,1 675,6 710,6 745,6 910,7 1.012,8 1.114,9 1.217,0
Kebutuhan Minimum, f = 0,4 l/det 146,4 146,4 146,4 150,4 154,4 162,4 170,4 208,2 231,5 254,8 278,2
4 Produksi
Kapasitas Terpasang m3/Thn 9.397.728 9.397.728 9.397.728 9.397.728 9.397.728 9.397.728 9.397.728 9.397.728 9.397.728 9.397.728 9.397.728
Kapasitas Terpasang l/det 298,0 298,0 298,0 298,0 298,0 298,0 298,0 298,0 298,0 298,0 298,0
Kapasitas Produksi operasi m3/Thn 7.442.496 7.442.496 7.442.496 7.442.496 23.210.496 23.210.496 23.210.496 23.210.496 23.210.496 23.210.496 23.210.496
Kapasitas Produksi operasi l/det 236,00 236,00 236,00 236,00 736,00 736,00 736,00 736,00 736,00 736,00 736,00
Penambahan Kapasitas l/det 0 0 500 0 0 0 0 0 0
Kapasitas Belum dimanfaatkan l/det 62 62 62 62 -438 -438 -438 -438 -438 -438 -438
Kehilangan Air Unit Produksi % 5,0% 5,0% 5,0% 5,0% 5,0% 5,0% 5,0% 5,0% 5,0% 5,0% 5,0%
Jumlah Distribusi m3/Thn 7.070.371 7.070.371 7.070.371 7.070.371 22.049.971 22.049.971 22.049.971 22.049.971 22.049.971 22.049.971 22.049.971
l/det 224 224 224 224 699 699 699 699 699 699 699
Kelebihan/(Kekurangan) Produksi air Total
l/det (142) (142) (142) 348 313 293 273 179 120 62 4
Tabel Berlanjut
Konsumsi air (20% dari total Kebutuhan Domestik) l/det 104,69 112,79 138,16 147,42 156,68 165,94 175,20 184,46 193,72 202,98 212,24
Jumlah Kebutuhan Total
l/det 628,13
676,75
828,98
884,53
940,09
995,65
1.051,20
1.106,76
1.162,31
1.217,87
1.273,42
Tingkat Kehilangan Air (Distribusi-Kran Pelanggan) % 21,00 22,00 23,00 24,00 25,00 26,00 27,00 28,00 29,00 30,00 31,00
l/det 131,9 148,9 190,7 212,3 235,0 258,9 283,8 309,9 337,1 365,4 394,8
Kebutuhan Rata-rata l/det 760,0 825,6 1.019,6 1.096,8 1.175,1 1.254,5 1.335,0 1.416,6 1.499,4 1.583,2 1.668,2
Kebutuhan Maksimum, f = 1,15 l/det 874,0 949,5 1.172,6 1.261,3 1.351,4 1.442,7 1.535,3 1.629,1 1.724,3 1.820,7 1.918,4
Kebutuhan Puncak, f = 1,75 l/det 1.330,1 1.444,9 1.784,4 1.919,4 2.056,4 2.195,4 2.336,3 2.479,1 2.623,9 2.770,7 2.919,3
Kebutuhan Minimum, f = 0,4 l/det 304,0 330,3 407,9 438,7 470,0 501,8 534,0 566,7 599,8 633,3 667,3
4 Produksi
Kapasitas Terpasang m3/Thn 9.397.728 9.397.728 9.397.728 9.397.728 9.397.728 9.397.728 9.397.728 9.397.728 9.397.728 9.397.728 9.397.728
Kapasitas Terpasang l/det 298,0 298,0 298,0 298,0 298,0 298,0 298,0 298,0 298,0 298,0 298,0
Kapasitas Produksi operasi m3/Thn 23.210.496 23.210.496 38.978.496 38.978.496 38.978.496 38.978.496 38.978.496 54.746.496 54.746.496 54.746.496 54.746.496
Kapasitas Produksi operasi l/det 736,00 736,00 1.236,00 1.236,00 1.236,00 1.236,00 1.236,00 1.736,00 1.736,00 1.736,00 1.736,00
Penambahan Kapasitas l/det 0 500 0 0 0 0 500 0 0 0 0
Kapasitas Belum dimanfaatkan l/det -438 -438 -938 -938 -938 -938 -938 -1.438 -1.438 -1.438 -1.438
Kehilangan Air Unit Produksi % 5,0% 5,0% 5,0% 5,0% 5,0% 5,0% 5,0% 5,0% 5,0% 5,0% 5,0%
Jumlah Distribusi m3/Thn 22.049.971 22.049.971 37.029.571 37.029.571 37.029.571 37.029.571 37.029.571 52.009.171 52.009.171 52.009.171 52.009.171
l/det 699 699 1.174 1.174 1.174 1.174 1.174 1.649 1.649 1.649 1.649
Kelebihan/(Kekurangan) Produksi air Total
l/det (61) 374
155
77
(1)
(80) 339
233
150
66
(19)
Gambar 5.6 Hubungan antara Kapasitas Produksi setelah pebangunan SPAM, Kebutuhan Rata
rata berdasarkan penyerapan dan kapasitas terpasang
Perhitungan selengkapnya proyeksi kebutuhan air berdasarkan wilayah pelayanan sumber air dapat
dilihat pada LAMPIRAN 1.
Sebagai langkah pemecahan dari permasalahan di atas, penambahan kuantitas air jelas merupakan
prioritas yang harus didahulukan. Sumber air yang dapat dimanfaatkan untuk untuk penambahan
kuantitas dalam Review Master Plan Air Bersih Kota Tasikmalaya akan dibahas dalam Bab berikutnya
(Bab 6).
BAB VI
Potensi Air Baku
Dengan pertumbuhan jumlah penduduk Kota Tasikmalaya yang cukup pesat di masa
mendatang, sumber daya air telah menjadi salah satu kekayaan yang sangat penting. Air
merupakan hal pokok bagi konsumsi dan sanitasi masyarakat, untuk produksi berbagai
barang serta untuk produksi lainnya. Air merupakan sarana pengangkutan yang penting dan
menjadi faktor penting dalam sistem penyediaan air minum. Perencanaan yang didasarkan
keahlian serta pengelolaan yang seksama merupakan hal yang penting untuk mencapai
tingkat efisiensi pemanfaatan air yang akan dibutuhkan di masa mendatang. Walaupun
demikian, usaha-usaha ini haruslah mempunyai lingkup yang lebih luas daripada yang dapat
dikonsolidasikan oleh konsep teknik yang umum. Investasi dalam pengembangan sumber
daya air, dipengaruhi oleh pertimbangan-pertimbangan ekonomi, sosial dan politis serta
kenyataan-kenyataan teknik dasar.
Air yang mengalir pada suatu sungai tidak selalu siap untuk digunakan oleh setiap orang
atau kelompok yang menginginkannya. Hak untuk memanfaatkan air mempunyai nilai yang
sangat besar, terutama di daerah-daerah dimana air merupakan barang yang langka. Untuk
meningkatkan pelayanan air bersih kepada masyarakat, dalam pekerjaan Review
Masterplan Air Besih Kota Tasikalaya untuk memenuhi kebutuhan itu, perlu dicari sumber
air baku yang mampu mencukupi kebutuhan tersebut. Ketersediaan sumber air suatu
daerah bergantung pada kondisi alamiah daerah tersebut, meliputi iklim, topografi,
morfologi dan geologi. Hasil identifikasi sumber air untuk pelayanan sistem penyediaan air
minum di Kota Tasikmalaya didasarkan pada hasil identifikasi, sesuai dengan uraian beikut
ini
a. Air hujan
Jumlah air permukaan jenis air hujan yang dapat dimanfaatkan untuk sumber daya air
setempat cukup besar. Di Kecamatan Tamansari potensi air tersebut mencapai 49–416
juta m3/hari, sementara di Kecamatan Mangkubumi mencapai 59–501 juta m3/hari.
(Identifikasi Potensi Sumber Daya Air Bawah Tanah Kota Tasikmalaya, 2004)
Tujuh buah waduk/situ di Kota Tasikmalaya mempunyai potensi menyediakan total air
sebesar 1.646.750 m3. Situ-situ tersebut adalah Situ Gede di Kecamatan Mangkubumi
(6.000 m3/detik), Situ Cicangri dan Rusdi di Kecamatan Tamansari (6.000 m3/detik), Situ
Cibeureum, Situ Cipajaran, Situ Malingping dan Situ Bojong di Kecamatan Cibeureum
(24.000 m3/detik).
Tabel 6.2. Danau, Rawa, Situ, Telaga, dan Waduk Kota Tasikmalaya
Lokasi
No. Nama Perairan Luas (Ha)
Kelurahan Kecamatan
1 Situ Gede 48 Mangkubumi Mangkubumi
2 Situ Cicangri 2,5 Tamanjaya Tamansari
3 Situ Rusdi 1,5 Tamanjaya Tamansari
4 Situ Cibeureum 7 Tamanjaya Tamansari
5 Situ Cipajaran 5 Tamanjaya Tamansari
6 Situ Malingping 2 Tamanjaya Tamansari
7 Situ Bojong 2 Tamanjaya Tamansari
Sumber : Buku putih sanitasi Kota Tasikmalaya Tahun 2012
Hasil studi mengenai sumber air, diuraikan dalam penyusunan Masterplan Air Bersih
Kota Tasikmalaya saat ini dengan tujuan untuk memperlihatkan kuantitas sumber air
dari tahun ke tahun, sehingga kita mempunyai range data debit yang dapat di
pertanggungjawabkan.
Untuk perhitungan kebutuhan air dan ketersediaan air, sumber-sumber air yang akan di
nilai untuk direkomendasikan adalah sumber-sumber air hasil survey konsultan terakhir
sebagai berikut :
1. Situ Gede
Situ Gede terletak di Desa Mangkubumi dan Lingga Jaya Kecamatan Mangkubumi,
yang merupakan kawasan wisata di kota Tasikmalaya. Secara topografi Situ Gede
merupakan cekungan alam dengan catcment area yang tidak terlalu besar ,
perbukitan disekelilingi situ cukup landai, hanya dibeberapa tempat yang
memperlihatkan berbukit dan sebagian merupaan permukiman
Rata-rata kedalaman situ adalah 6,0 meter dengan elevasi terdalam adalah 382 m.dpl
dan sisi situ berkisar antara 388 m.dpl pada bagian datar dan 389 m.dpl pada bagian
perbukitan. Sebagai inlet dari situ ini adalah sungai atau mata air selain suplesi dari
saluran sekunder Cibanjaran.
Gambar 6.1 Situ Gede
Situ Gede merupakan danau alam yang mempunyai volume kurang lebih sebesar
1,50 juta m3 pada saat kondisi penuh1. Berdasarkan peta situasi Situ Gede, voleme
tampunagan air didalam Situ Gede dan luas genangan untuk setiap evelasi muka air
di tunjukan tabel 6.3.
Tabel 6.3. Voleme Tampunagan Air Di Situ Gede Dan Luas Genangan Untuk Setiap Evelasi
Muka Air
Volume
No Elevasi(m2) Luas (m2) Volume(m3)
komulatif (m3)
1 382 0 0 0
2 383 37949,84 18974,92 18974,92
3 384 227427,38 132688,61 151663,53
4 385 410761,59 319094,49 470758,02
5 386 444903,88 427832,74 898590,76
6 387 464657,96 454780,92 1353371,68
7 387 264657,96 92931,59 1446303,27
Sumber:Ranting PU. Pengairan Situ Gede, Tahun 2005
Muka air normal adalah pada elevasi +/- 387.00 dengan volume sebesar 1.353.381,68
m3. Saat ini volume tersebut hanya dimanfaatkan untuk irigsi dengan outlet di
beberapa tempat antara lain, BSG 1, BSG 1, BSG 1, BSG 1 DAN BSG 1, dengan total
luas areal situ 227 Ha. Debit air yang di gunakan saat ini untuk pengairan
diperkirakan sebesar 283,75 l/det daru 337,50 l/det debit Situ Gede.
Pemanfaatan air situ Gede sementara ini adalah irigasi (pertanian) dengan luas areal
dan panjang saluran di tunjukan pada Tabel 6.4.
Dari hasil pengukuran pada saat survey dilaksanakan debit minimum out let kawah
Gunung Galunggung adalah 119,8134 l/det. Dari hasil studi perencanaan detail
jaringan distribusi air baku kawah Gunung Galunggung, air dari kawah sekunder
Cikunten, saluran sekunder Cibanjaran menuju situ Gede. Untuk penambahan debit
system penyediaan air bersih Kota Tasikmalaya dari outlet Kawah Gunung
Galunggung sebesar 100 l/det, harus dilaksanakan koordinasi langsung dengan Dinas
Pengelolaan Sumber Daya Air Propinsi Jawa Barat, sehingga tidak terjadi redundancy
perencanaan.
3. Sungai Citanduy
Gambar 6.2 Sungai Citanduy
DAS Citanduy merupakan salah satu DAS penting di antara 40 DAS lain yang ada di
Jawa Barat, atau salah satu dari 18 DAS diantaranya yang mengalir ke selatan Jawa
Barat. DAS citanduy terdiri dari 6 (enam) sub-DAS yang luasnya mencapai 455.680
hektar. Sub-sub DAS tersebut adalah :
- Sub-DAS Citanduy Hulu 74.800 hektar
- Sub-DAS Cimuntur 60.500 hektar
- Sub-DAS Cijolang 48.030 hektar
- Sub-DAS Ciseel 96.500 hektar
- Sub-DAS Cikawung 72.250 hektar
- Sub-DAS Segaraanakan 103.600 hektar
Secara administratif DAS Citanduy meliputi daerah-daerah Kabupaten Ciamis (12
kecamatan), Tasikmalaya (14 kecamatan tersimpan Kota Tasikmalaya yang berada
pada sub-DAS Citaduy Hulu), Majalengka (1 kecamatan), Kuningan (4 kecamatan) dan
Kabupaten Cilacap Propinsi Jawa Tengah.
Citanduy adalah sungai terbesar yang mengalir melalui Kota Tasikmalaya. Sungai-
sungai utama yang ada di wilayah Kota Tasikmalaya yang mengalir (masuk) ke
Gambar 6.3 Sungai Ciwulan
Gambar 6.4 Peta sumber air permukaan kota tasikmalaya
Kedua potensi hidrologi di atas merupakan sumber air bagi pemenuhan kebutuhan sehari-
hari. Salah satu sumber air tanah dalam bentuk mata air yang terdapat di Kecamatan
Indihiang – mata air Cibunigeulis – memiliki kapasitas produksi / debit sebesar 15,00 liter
per detik sampai 60,00 liter per detik. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel berikut.
Tabel 6.5. Kawasan Sekitar Mata Air Di Kota Tasikmalaya
Debit (l/det) Lokasi
No. Nama Mata Air Keterangan
Maks Min Desa Kecamatan
1 Cibunigeulis 60 15 Cibunigeulis Indihiang Dimanfaatkan PDAM
2 Cibangbay 81 50 Setiawargi Tamansari Belum dimanfaatkan
3 Cianjur II 65 18 Linggajaya Mangkubumi Lahan milik perorangan
Sumber: Buku putih sanitasi Kota Tasikmalaya Tahun 2012
Gambar 6.5 Mata Air
Gambar 6.6 Peta Sumber Air tanah Kota Tasikmalaya
Tabel 6.6. Neraca Air Jawa Barat Tahun 2012 (Milyar m³)
perencanaan unit paket instalasi pengolahan air pada bagian Istilah dan Definisi yang
disebut dengan Air Baku adalah :
“Air yang berasal dari sumber air pemukaan, cekungan air tanah dan atau air hujan yang
memenuhi ketentuan baku mutu tertentu sebagai air baku untuk air minum”
Sumber air baku bisa berasal dari sungai, danau, sumur air dalam, mata air dan bisa juga
dibuat dengan cara membendung air buangan atau air laut. Evaluasi dan pemilihan sumber
air yang layak harus berdasar dari ketentuan berikut :
Di kota tasikmalaya terdapat beberapa potensi yang dapat dipergunakan menjadi air baku,
berikut adalah alternatif sumber air yang bisa dipergunakan sebagai air baku:
Tabel 6.7. Alternatif Sumber Air Baku Di Kota Tasikmalaya Untuk Sistem Penyediaan Air
Minum
Pemilihan sumber air baku untuk pekerjaan Review Masterplan Air Minum di Kota
Tasikmalaya, akan menggunakan sistem nilai dan pembobotan dengan kriteria dan
indikator yang diuraikan dalam Tabel 6.8. dan untuk skema penenentuan air baku dapat
dilihat pada Gambar 6.7.
Pemilihan
Inventarisasi
Analisis Aspek Legalitas Sumber Air
Sumber
Baku
Dengan memperhatikan sumber air pada Tabel di atas serta kriteria dan nilai yang ada pada
Tabel di atas, sumber air untuk pekerjaan ini akan dipilih, sehingga diperoleh sumber air
yang layak untuk digunakan dan dikembangkan. Sumber air tersebut, dijelaskan pada Tabel
berikut ini
Hasil pembobotan pemilihan sumber air dapat disimpulkan bahwa sungai ciwulan
mempunyai nilai tertinggi untuk dijadikan sumber air baku dan kemudian yang dijadikan
sumber air baku kedua adalah sungai citanduy, sehingga sungai ciwulan dan citanduy
menjadi alternatif utama untuk dijadikan sumber air baku. Untuk pemanfaatan air
permukaan di sungai tersebut diperlukan debit air yang cukup untuk memenuhi kebutuhan
air yang akan dimanfaatkan, untuk melihat debit air rata-rata disungai ciwulan dan citanduy
dapat dilihat pada Tabel 6.10 dan Tabel 6.11.
BULAN
TAHUN
JAN. PEB. MAR. APR. MEI. JUN. JUL. AGU. SEP. OKT. NOP. DES.
2007 36,87 70,31 57,72 109,84 71,21 58,22 24,90 10,78 5,02 28,60 114,93 55,20
2008 26,99 29,45 73,27 117,71 36,52 9,49 3,36 4,23 7,29 90,51 149,68 90,05
2009 64,66 35,71 63,04 50,35 39,15 51,88 38,6 5,66 5,50 40,41 91,82 57,59
2010 75,46 142,16 92,35 78,14 99,38 66,95 96,8 168,19 154,17 109,52 84,46 146,04
2011 38,43 35,21 53,06 59,96 89,58 24,73 31,8 7,02 4,54 16,76 86,22 40,15
2012 48,02 71,43 34,18 101,15 29,96 25,7 6,05 3,70 11,61 12,69 39,98 53,2
Sumber : Dinas Sumber Daya Air Provinsi Jawa Barat, 2013
Gambar 6.8 Grafik Debit Air Rata-Rata Bulanan Sungai Ciwulan
Data uraian debit air sungai secara menyeluruh (Harian, rata-rata bulanan dan tahunan)
Sungai Ciwulan dapat di lihat pada lampiran 2A.
BULAN
TAHUN
JAN. PEB. MAR. APR. MEI. JUN. JUL. AGU. SEP. OKT. NOP. DES.
2007 7,99 21,66 40,72 32,01 11,45 14,71 5,21 3,17 1,82 4,45 16,09 27,49
2008 17,81 22,59 22,6 17,66 8,38 5,18 2,71 2,14 1,85 4,81 18,3 22,36
2009 16,71 22,21 19,68 17.00 13,74 14,48 8,09 3,62 2,24 4,17 9,57 10,69
2010 21,9 33,48 28,32 25,72 28,22 23,58 13,14 22,06 24,44 19,55 19,1 27,25
2011 10,83 12,04 15,99 18,27 13,58 6,55 4,34 32,26 0,99 3.00 11,91 11,57
2012 16,39 15,69 14,93 8,95 10,71 5,27 15,86 11,3 5,44 4,1 10,47 12,49
Sumber : Dinas Sumber Daya Air Provinsi Jawa Barat, 2013
Gambar 6.10 Hasil Pengujian Laboratorium Sungai Ciwulan Hulu
Gambar 6.11 Hasil Pengujian Laboratorium Sungai Ciwulan Hilir
Gambar 6.12 Hasil Pengujian Laboratorium Sungai Citanduy Hulu
Gambar 6.13 Hasil Pengujian Laboratorium Sungai Citanduy Hilir
Gambar 6.14 Peta alternatif air baku
Sebagai instansi yang memiliki tugas untuk melaksanakan pengelolaan sumber daya air
salah satu fungsi pengelola sumber daya air provinsi adalah menyiapkan rekomendasi
teknis terkait pemberian ijin atas penyediaan, peruntukan, penggunaan dan pengusahaan
sumber daya air di wilayah masing-masing. Rekomendasi tersebut diperlukan sebagai
bahan pertimbangan untuk mengeluarkan ijin yang diajukan oleh pihak pemohon baik yang
diajukan kepada pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.
Gambar 6.15 Mekanisme Perizinan pemanfaatan air permukaan
Tabel 6.12. Izin Pengambilan Dan Pemanfaatan Air Permukaan Di Wilayah Sungai Ciwulan-
Cilaki Sampai Dengan Akhir Bulan Maret 2013 Di Kota Tasikmalaya
Tabel 6.13. Izin Pengambilan Dan Pemanfaatan Air Permukaan Di Wilayah Sungai Citanduy
Sampai Dengan Akhir Bulan Maret 2013 Di Kota Tasikmalaya
BAB VII
Rencana Pengembangan SPAM
7.1 Kebijakan, Struktur dan Pola Pemanfaatan Ruang Wilayah
7.1.1 Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang Wilayah
Berdasarkan pada perumusan tujuan penataan ruang Kota Tasikmalaya serta merujuk
kepada RTRW Kota Tasikmalaya, maka rumusan kebijakan penataan ruang bagi Kota
Tasikmalaya sebagai berikut.
6. Kebijakan penyediaan RTH paling sedikit 30% (tiga puluh persen) dari luas Wilayah
Kota dilaksanakan melalui strategi sebagai berikut:
a) mempertahankan fungsi dan menata RTH yang telah ada;
b) menetapkan persyaratan penyediaan RTH pada setiap fungsi kegiatan;
c) mengembalikan RTH yang telah beralih fungsi; dan
d) mengembangkan pola-pola kemitraan dengan Pemerintah, Pemerintah Provinsi,
dan masyarakat/swasta dalam penyediaan dan pengelolaan RTH.
pertaniannya, maka sawah beririgasi teknis tidak boleh dikonversi menjadi lahan
terbangun. Perluasan permukiman dapat dilakukan pada lahan kosong berupa kebun .
b. Rencana pusat-pusat pelayanan dikembangkan dari pusat pelayanan yang ada kecuali di
wilayah Kota Tasikmalaya bagian Selatan karena wilayah tersebut belum berkembang.
c. Pengembangan Kota Tasikmalaya tidak dilakukan pada kawasan rawan bencana.
Kawasan tersebut terdapat di wilayah Selatan Kota Tasikmalaya.
d. Pengembangan Kota Tasikmalaya juga tidak dilakukan pada kawasan-kawasan lindung
seperti kawasan lindung setempat.
e. Struktur ruang Kota Tasikmalaya harus mendukung fungsi Kota Tasikmalaya sebagai
Pusat Kegiatan Wilayah untuk Priangan Timur – Pangandaran. Elemen-elemen yang
mendukung fungsi tersebut antara lain adalah Pasar Induk Agribisnis, industri besar dan
pergudangan.
pusat kota. Sedangkan pusat pelayanan yang melayani penduduk regional (Priangan
Timur) dikembangkan di kawasan sekitar Terminal dan pada jalan lingkar dalam bagian
Timur.
C. Pusat Lingkungan
Pusat Lingkungan (PL) atau Pusat Tersier yaitu pusat orientasi pelayanan kebutuhan
penduduk yang dialokasikan di pusat-pusat Sub-SWK, kelurahan, di setiap kelompok
lingkungan permukiman/perumahan, yang mencakup fasilitas perdagangan (pasar dan atau
pertokoan), yang dilengkapi dengan fasilitas sosial (fasilitas pendidikan, fasilitas kesehatan,
fasilitas peribadatan serta fasilitas ruang terbuka hijau) untuk penyelenggaraan dan
pengembangan kehidupan ekonomi, sosial, dan budaya masyarakat, dengan jangkauan
pelayanan lokal. Pengalokasian pusat pelayanan lingkungan ini diarahkan pada simpul-
simpul jalan yang ada di pusat-pusat Sub-SWK yang mempunyai aksesibilitas baik, sehingga
mudah dijangkau oleh penduduk yang tinggal di lingkungan kelurahan-kelurahan, di
lingkungan permukiman. Pusat lingkungan permukiman (pusat tersier) ini berfungsi juga
sebagai pengikat lingkungan untuk berinteraksi dan bersosialisasi antar masyarakat yang
berada di lingkungan kelurahan dan di lingkungan permukiman tersebut serta untuk
melayani kebutuhan penduduk sehari-hari.
Jenis kelengkapan fasilitas pendukung yang dikembangkan di Pusat Lingkungan ini berupa :
§ Pendidikan tingkat pelayanan lingkungan seperti TK, SD dan SLTP
§ Kesehatan tingkat pelayanan lingkungan seperti Balai Pengobatan, Poliklinik ataupun
Tempat Praktek Dokter dan Apotik
§ Peribadatan tingkat pelayanan lingkungan
§ Perdagangan dan jasa tingkat pelayanan lingkungan
§ Fasilitas sektor informal
§ Ruang terbuka hijau tingkat pelayanan lingkungan
§ Ruang terbuka non hijau tingkat pelayanan lingkungan
§ Fasilitas pejalan kaki
§ Ruang evakuasi bencana
§ Fasilitas pendukung lainnya (Fasilitas Pemadam Kebakaran dengan skala pelayanan
lingkungan)
Gambar 7.1 Peta Rencana Struktur Ruang
12.Kawasan strategis
§ Kecamatan Kawalu, Kecamatan purbaratu, Kecamatan tamansari, Kecamatan
cipedes, Kecamatan mangkubumi, Kecamatan cibereum, Kecamatan
bugursari, Kecamatan tawang
Rencana pola ruang di Kota Tasikmalaya serta luasan masing-masing kegiatan yang akan
dikembangkan hingga tahun 2031 dapat dilihat pada Tabel 7.2 dan Gambar 7.2 Rencana
Pola Ruang Wilayah Kota Tasikmalaya Tahun 2031 berikut.
Tabel 7.2 Rencana Pola Ruang Wilayah Kota Tasikmalaya Tahun 2031
PERUNTUKAN DALAM POLA RUANG 2009 (Ha) 2013 (Ha)
Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahnya 35.87
Kawasan perlindungan setempat 248.62
Kawasan suaka alam, pelestarian alam, dan cagar budaya 117.68
Kawasan lindung geologi
Kawasan rawan bencana alam 2,284.65
RTH Publik 18.71
KAWASAN BERFUNGSI LINDUNG 2,587.85
Kawasan peruntukan perumahan 3,521.90 9,149.80
Kawasan peruntukan perdagangan dan jasa 14.07 1,307.46
Kawasan peruntukan perkantoran 21.29 27.73
Kawasan peruntukan industry dan pergudangan 30.22 258.51
Kawasan peruntukan pariwisata 20.15
Kawasan peruntukan kegiatan sector informal
Kawasan peruntukan pertanian 13,925.23 2,746.31
Kawasan peruntukan perikanan 174.49 338.10
Kawasan peruntukan hutan produksi dan hutan rakyat 395.59 1,194.33
Kawasan peruntukan pertambangan 27.58 213.40
Kawasan peruntukan pertahanan dan keamanan Negara 82.27 9.55
Kawasan peruntukan pelayanan umum 74.75 295.08
RTH privat dan evakuasi bencana 236.80
KAWASAN BUDIDAYA 18,267.39 15,797.22
Sumber : Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Tasikmalaya Tahun 2011-2031
Gambar 7.2 Peta Rencana Pola Ruang
Cakupan pelayanan air minum baru saat ini mencapai 24.74% dari seluruh penduduk Kota
Tasikmalaya. Cakupan pelayanan air minum melalui perpipaan dan suplai tangki air di Kota
Tasikmalaya tahun 2034 diharapkan dapat mencapai 68.94%. Jaringan perpipaan air minum
ini pengembangannya saling terintegrasi antara IPA (Instalasi Pengolahan Air) yang satu
dengan yang lainnya, sehingga membentuk sistem jaringan tertutup (loop). Upaya
pemenuhan kebutuhan air minum penduduk Kota Tasikmalaya hingga tahun 2034 dapat
dipenuhi dari sumber air dari sungai yang ada melalui sistem pemompaan yang ditampung
dalam reservoir sebelum didistribusikan ke masyarakat dengan kapasitas yang bervariasi
disesuaikan dengan kemampuan IPA yang tersedia.
Penduduk yang belum terlayani air minum dengan sistem perpipaan dapat memenuhi
kebutuhan air minumnya melalui penyediaan air minum nonperpipaan yang mencapai 15
%. Metode yang digunakan adalah pembuatan sumur-sumur, baik yang dikelola secara
individu maupun secara komunal.
Perkiraan total kebutuhan air minum untuk penduduk Kota Tasikmalaya hingga tahun 2034
seperti pada tabel 5.4 (BAB V Proyeksi Kebutuhan Air), yaitu sebesar 2,436.0 lt/detik.
Berdasarkan Masterplan Air bersih Kota Tasikmalaya 2005 Untuk memenuhi kebutuhan ini
sumber air PDAM Tirta Sukapura Kabupaten Tasikmalaya merencanakan pengembangan
pelayanan baru dari reservoar yang ada (kapasitas 2.200 m3) ke reservoar baru (kapasitas
300 m3) di Cabang Kawalu untuk melayani Kecamatan Tamansari dan menambah
sambungan baru di Kecamatan Kawalu. Tingkat pelayanan air minum di Kecamatan
Cibeureum juga akan ditingkatkan dengan sumber dari reservoar yang ada terebut. Begitu
juga pelayanan air minum di Kecamatan Indihiang akan ditingkatkan dengan sumber dari
mata air Cibunigeulis. Semua wilayah pelayanan tersebut direncanakan akan ditambah
pasokan airnya dari IPA Cikunten yang akan dibangun dengan kapasitas 300-500 lt/detik.
Kendati demikian, kebutuhan air minum Kota Tasikmalaya Tahun 2034 belum dapat
terpenuhi. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut sumber air yang dapat diambil antara lain
dari air permukaan Sungai Citanduy (5.500 lt/detik, sumber dari Identifikasi Potensi Sumber
Daya Air Bawah Tanah Kota Tasikmalaya, 2004) dan mata air Cibangbay (81 lt/detik) serta
pengembangan situ-situ sebagai sumber air baku.
Sedangkan langkah-langkah yang diperlukan dalam pengelolaan sistem jaringan air minum
hingga tahun 2031 mencakup :
a. Peningkatan kapasitas IPA (Instalasi Pengolahan Air minum) yang ada saat ini hingga
mencapai kapasitas maksimumnya
b. Pembuatan waduk/catchment area pada DAS sungai atau estuari sebagai penampung
air hujan skala besar yang potensial untuk dapat dijadikan sebagai sumber air baku
c. Pembangunan IPA untuk melayani wilayah pengembangan baru pelayanan air minum.
d. Pembangunan jaringan distribusi baru yang diprioritaskan pada Wilayah akan
dikembangkan sistem IPA, terutama pada daerah yang belum terlayani air minum sistem
perpipaan
e. Diupayakan tingkat kebocoran maksimal jaringan distribusi air minum masih berada
pada batas toleransi, yaitu mencapai 20 %
f. Memanfaatkan air tanah dengan pembuatan Sumur Penampungan Air Hujan untuk
dimanfaatkan sebagai sumber air minum bagi penduduk Kota Tasikmalaya terutama
pada daerah yang belum terlayani air minum sistem perpipaan, baik yang dilakukan
secara individu maupun secara komunal.
g. Rencana pengembangan sistem jaringan air minum PDAM di Kota Tasikmalaya hingga
tahun 2030 dapat dilihat pada gambar.
Untuk lebih jelasnya mengenai rencana pengembangan sistem air minum di Kota
Tasikmalaya maka dapat di lihat pada Gambar 7.3
Gambar 7.3
Gambar Rencana Jaringan PDAM (Masterplan Air Bersih Kota Tasikmalaya 2005)
Selain itu Kota Tasikmalaya memiliki potensi air tanah sedang-tinggi, dengan litogi terdiri
dari lempung/tufa, pasir/kerikil dan breksi volkanik, masing-masing memiliki nilai tahanan
jenis 0 – 10, 0 – 100 dan > 100 ohm. Berdasarkan geometrik akifer hasil pengukuran
geolistrik, secara umum dapat dipisahkan antara akifer bebas dengan kedalaman 0 – 40 m
dan akifer semi tertekan dengan kedalaman antara 40 -120 m.
Cadangan Air Tanah (CAT) Tasikmalaya memiliki luas 1.219 km2, diketahui bahwa jumlah
aliran air tanah bebas dengan kedalaman o – 40 m memiliki debit sebesar 978.000.000
m3/tahun bebas dengan kedalaman antara 40 -120 m memiliki debit sebesar 69.000.000
m3/tahun (Direktorat Tata Lingkungaan Geologi dan Kawasan Pertambangan, 2003 dalam
penyusunan rencana induk terpadu pengelolaan aier tanah Kota Tasikmalaya, 2009).
Berdasarkan tinjauan konsultan mata air Cibunigeulis sudah tidak memungkinkan debitnya
dimanfaatkan untuk pengembangan SPAM di Kota Tasikmalaya, hasil perhitungan
konsultan alternative sumber air baku yang mencukupi sampai tahun 2034 adalah dari
Sungai Citanduy dan Sungai Ciwulan
Maka rencana sistem pelayanan yang akan direncanakan terbagi kedalam 2 (dua) sistem
yaitu:
1. Sistem Ciwulan
2. Sistem Citanduy
Berikut skema rencana pengembangan SPAM dari Sistem Ciwulan (sumber air permukaan
sungai Ciwulan) dan Sistem Cianduy (sumber air permukaan Sungai Citanduy)
TAMANSARI
SISTEM CIWULAN H = 371 m.dpl
Q= 170 Lpd
(KAWALU, TAMANSARI, MANGKUBUMI, CIHIDEUNG, TAWANG) 4.000 m³
Ø 400 mm
7.500 m
R. Kawalu
Kecamatan Kawalu KAWALU
H = 494 m.dpl H = 375 m.dpl
Q= 220 Lpd
Ø 300 mm
SIMPANG 5.000 m
CICARING TAWANG
6.000 m³ H = 378 m.dpl
Q= 165 Lpd
2.000 m³
Sungai Ciwulan
Ø 200 mm
Desa Leuwi Liang
7.500 m
Kecamatan Kawalu
H = 225 m.dpl CIHIDEUNG
Ø 300 mm
H = 375 m.dpl
4.860 m
Q= 200 Lpd
2.000 m³
Ø 200 mm
8.000 m
MANGKUBUMI
H = 375 m.dpl
Q= 245 Lpd
500 m³ 2.000 m³
Ø 500 mm
Ø 200 mm
9.900 m
300 m 6 Pompa
INTAKE IPA 200 l/dtk
1.100 LPD 1.000 LPD H= 300 m
Gambar 7.4 Skema Pengembangan SPAM Sistem Ciwulan
10.000 m
PURBARATU
Q= 60 Lpd
3.000 m³
5.000 m
300 m³
Ø 300 mm,
CIPEDES
Ø 300 mm,
2.000 m³ Q= 145 Lpd
2 x Ø 300 mm
INTAKE 200 m 500 LPD
550 LPD 6.000 m
Gambar 7.6 Skema Pengembangan SPAM Sistem Citanduy
Gambar 7.8 Peta Rencana Pengembangan SPAM Kota Tasikmalaya
intake : 1.650
IPA : 1.500
reservoir : 29.800
Pipa transmisi : 500
Pipa distribusi : 106.190
Jumlah Pelanggan : 138.240
Sumber : Buku Putih Sanitasi Kota Tasikmalaya, 2012
7.4 Kapasitas Sistem
7.4.1. Sistem Penyediaan Air minum dengan Sumber Air Baku Sungai Ciwulan
Sungai Ciwulan digunakan sebagai sumber air baku untuk daerah pelayanan Kecamatan
Mangkubumi, Kecamatan Cihideung, Kecamatan Tamansari, Kecamatan Tawang dan
Kecamatan Kawalu.
f. Pipa Distribusi
Pipa distribusi untuk mengalirkan air dari reservoir induk ke reservoir distribusi
direncanakan menggunakan pipa HDPE dengan rincian sebagai berikut:
c. Pipa Transmisi
Sistem pengaliran dari sumber air baku ke bangunan pengolahan, direncanakan dengan
pemompaan, karena topografi sumber air lebih rendah (± 412 m.dpl) dibandingkan letak
bangunan pengolahan (± 412.5 m.dpl). Pipa transmisi air baku, direncanakan
menggunakan pipa jenis HDPE Ø 300 mm dengan panjang 200 m.
e. Reservoir Distribusi Induk
Untuk sistem penyediaan air minum Sistem Citanduy Kota Tasikmalaya, sampai akhir
tahun perencanaan, direncanakan 1 (satu) buah reservoir induk dengan kapasitas
masing-masing reservoar 3.000 m3 dan 4 (empat) reservoir distribusi dengan kapasitas
3.000 m3 dua unit, dan 2.000 m3 dua unit
f. Pipa Distribusi
Pipa distribusi untuk mengalirkan air dari reservoir induk ke reservoir distribusi
direncanakan menggunakan pipa HDPE dengan rincian sebagai berikut:
Tabel 7.7 Dimensi Pipa Distribusi sistem Citanduy
No Jenis dan Diameter Pipa Panjang
1 jaringan Distribusi Utama 1
Pengadaan dan Pemasangan Pipa Distribusi Utama HDPE Ø 300 mm 150 M
(IPA Citanduy - Reservoar Utama)
2 jaringan Distribusi Utama 2
a. Reservoar Utama ke Kec.Bugursari Pipa HDPE Ø 400 mm 6,300 M
b. Simpang Indihiang ke Kec. Cipedes Pipa HDPE Ø 300 mm 7,300 M
c. Simpang Lima ke Kec. Purbaratu Pipa HDPE Ø 250 mm 6,420 M
d. Purbartu ke Kec. Cibeureum Pipa HDPE Ø 300 mm 4,370 M
2
Bidang sanitasi yang terdiri dari air limbah, sampah dan drainase antara lain memiliki
permasalahan, masih rendahnya akses penduduk terhadap pelayanan air limbah.
Sanitasi juga merupakan usaha untuk memastikan pembuangan kotoran manusia, cairan
limbah dan sampah secara higienis. Hal ini akan berkontribusi pada kebersihan dan
lingkungan hidup yang sehat, baik di rumah maupun lingkungan sekitarnya.
Gambar 7.13 Persentase Aseal Beresiko SanitasiKota Tasikmalaya
Dari diagram diatas dapat disimpulkan bahwa Kota Tasikmalaya sangat memerlukan
penanganan di sektor sanitasi. Dilihat dari besarnya perentase area beresiko
sanitasi yang sangat tinggi dan tinggi yaitu mencapai 85,90% (area resiko tinggi
55,07% dan resiko sangat tinggi 30,43%).
Tabel 7.18
Perkiraan Kebutuhan Investasi pada Sistem Ciwulan
Tahap Prakontruksi dan Kontruksi
A PRA KONTRUKSI
I PEKERJAAN PERENCANAAN DAN PERSIAPAN
1 Studi AMDAL Paket 1 500.000.000 500.000.000
2 Perencanaan Kelembagaan dan Sosialisasi Paket 1 300.000.000 300.000.000
3 Perencanaan Teknis Rinci (DED) Paket 1 600.000.000 600.000.000
4 Pengawasan dan Perijinan Paket 1 1.000.000.000 1.000.000.000
5 Manajemen Proyek Paket 1 200.000.000 200.000.000
6 Pembebasan Lahan Intake dan IPA M2 5.000 250.000 1.250.000.000
7 Pembebasan Lahan Reservoar M2 32.000 300.000 9.600.000.000
JUMLAH BIAYA PRA KONTRUKSI 13.450.000.000
Harga Satuan
No Uraian Kegiatan Satuan Volume Total Biaya (Rp)
(Rp)
B KONTRUKSI
I SISTEM CIWULAN 1.000 L/dt
KAWALU, TAMANSARI, MANGKUBUMI,
CIHIDEUNG, TAWANG
i PEKERJAAN PERSIAPAN UMUM
1 Mobilisasi/ Demobilisasi Ls 1 50.000.000 50.000.000
2 Papan Nama Proyek bh 1 500.000 500.000
3 Direksi Keet M2 45 750.000 33.750.000
4 Gudang Lapangan Unit 1 25.000.000 25.000.000
5 Pelaporan, Dokumentasi, dan Penggambaran Paket 1 30.000.000 30.000.000
Harga Satuan
No Uraian Kegiatan Satuan Volume Total Biaya (Rp)
(Rp)
iii PEKERJAAN UNIT PRODUKSI
Pembangunan IPA 1,000 L/dt L/dt 1.000 80.294.000 80.294.000.000
1 (Instalasi Pengolahan Lengkap. Bangunan
Penunjang dan Prasarana Pelengkap)
2 Pembangunan Reservoar Produksi M3 500 2.142.000 1.071.000.000
Pengadaan dan Pemasangan Pompa Distribusi
L/dt 1.200 14.780.000 17.736.000.000
Utama, 6 x 200 L/dt H=150 m
3
(Pompa + stand by. Instalasi PLN. Genset &
panel. Dan Bangunan Penunjang)
Pengadaan dan Pemasangan Pipa Distribusi
4 M 4.860 1.136.000 16.562.880.000
Utama HDPE 3 x Ø 300 mm
(IPA Ciwulan - Reservoar Utama)
iv PEKERJAAN UNIT JARINGAN DISTRIBUSI
1 Pekerjaan Unit jaringan Distribusi Utama
a. Pembangunan Reservoar Utama Kec. Kawalu M3 6.000 1.340.000 8.040.000.000
b. Reservoar Utama ke Kec. Kawalu Pipa HDPE Ø
M 4.930 1.764.000 8.696.520.000
400 mm
c. Simpang Cicariang ke Kec. Tamansari Pipa
M 7.620 1.136.000 8.656.320.000
HDPE Ø 300 mm
d. Simpang Padayungan ke Kec. Tawang Pipa
M 1.110 608.000 674.880.000
HDPE Ø 200 mm
e. Simpang Cicariang ke Kec. Mangkubumi Pipa
M 9.900 608.000 6.019.200.000
HDPE Ø 200 mm
f. Simpang Padayungan ke Kec. Cihideung Pipa
M 1.600 608.000 972.800.000
HDPE Ø 200 mm
2 Pekerjaan Unit jaringan Distribusi Primer
a. Pengadaan dan Pemasangan Pipa HDPE Ø 150
M 5.960 364.000 2.169.440.000
mm
b. Pengadaan dan Pemasangan Pipa HDPE Ø
M 9.750 236.000 2.301.000.000
100 mm
c. Pengadaan dan Pemasangan Pipa HDPE Ø 75
M 7.100 140.000 994.000.000
mm
d. Pengadaan dan Pemasangan Pipa HDPE Ø 50
M 7.670 84.000 644.280.000
mm
Pembangunan Unit Reservoar Distribusi (Off
3
Take)
Harga Satuan
No Uraian Kegiatan Satuan Volume Total Biaya (Rp)
(Rp)
TOTAL BIAYA 259.095.570.000
Sumber : Hasil Rencana
Tabel 7.19
Perkiraan Kebutuhan Investasi pada Sistem Citanduy
Tahap Prakontruksi dan Kontruksi
A PRA KONTRUKSI
I PEKERJAAN PERENCANAAN DAN PERSIAPAN
1 Studi AMDAL Paket 1 500.000.000 500.000.000
2 Perencanaan Kelembagaan dan Sosialisasi Paket 1 300.000.000 300.000.000
3 Perencanaan Teknis Rinci (DED) Paket 1 600.000.000 600.000.000
4 Pengawasan dan Perijinan Paket 1 1.000.000.000 1.000.000.000
5 Manajemen Proyek Paket 1 200.000.000 200.000.000
6 Pembebasan Lahan Intake dan IPA M2 5.000 250.000 1.250.000.000
7 Pembebasan Lahan Reservoar M2 32.000 300.000 9.600.000.000
JUMLAH BIAYA PRA KONTRUKSI 13.450.000.000
Tabel berlanjut
B KONTRUKSI
II SISTEM CITANDUY 500 L/dt
CIBEUREUM, PURBARATU, INDIHIANG,
BUNGURSARI, CIPEDES
i PEKERJAAN PERSIAPAN UMUM
1 Mobilisasi/ Demobilisasi Ls 1 50.000.000 50.000.000
2 Papan Nama Proyek bh 1 500.000 500.000
3 Direksi Keet M2 45 750.000 33.750.000
4 Gudang Lapangan Unit 1 25.000.000 25.000.000
5 Pelaporan, Dokumentasi, dan Penggambaran Paket 1 30.000.000 30.000.000
ii PEKERJAAN UNIT AIR BAKU
Pembangunan Intake Kapasitas 550 L/dt L/dt 550 9.636.000 5.299.800.000
1
(Bendung Saluran Pembawa dan Sump Well)
Pengadaan dan Pemasangan Pompa Intake 3
L/dt 600 4.952.000 2.971.200.000
x 200 L/dt H=20 m
2
(Pompa + stand by. Instalasi PLN. Genset &
panel. Dan Bangunan Penunjang)
Pengadaan dan Pemasangan Pipa Transmisi
3 M 200 1.136.000 454.400.000
HDPE 2 x Ø 300 mm
iii PEKERJAAN UNIT PRODUKSI
Pembangunan IPA 500 L/dt L/dt 500 93.676.000 46.838.000.000
1 (Instalasi Pengolahan Lengkap. Bangunan
Penunjang dan Prasarana Pelengkap)
2 Pembangunan Reservoar Produksi M3 300 2.410.000 723.000.000
Pengadaan dan Pemasangan Pompa Distribusi
L/dt 600 10.172.000 6.103.200.000
Utama, 3 x 200 L/dt H=40 m
3
(Pompa + stand by. Instalasi PLN. Genset &
panel. Dan Bangunan Penunjang)
Pengadaan dan Pemasangan Pipa Distribusi
4 M 150 1.136.000 340.800.000
Utama HDPE 2 x Ø 300 mm
(IPA Citanduy - Reservoar Utama)
iv PEKERJAAN UNIT JARINGAN DISTRIBUSI
1 Pekerjaan Unit jaringan Distribusi Utama
a. Reservoar Produksi ke Kec.Bugursari Pipa
M 6.300 1.764.000 11.113.200.000
HDPE Ø 400 mm
b. Simpang Indihiang ke Kec. Cipedes Pipa
M 7.300 1.136.000 8.292.800.000
HDPE Ø 300 mm
c. Simpang Lima ke Kec. Purbaratu Pipa HDPE
M 6.420 948.000 6.086.160.000
Ø 250 mm
d. Purbartu ke Kec. Cibeureum Pipa HDPE Ø
M 4.370 1.136.000 4.964.320.000
300 mm
TOTAL BIAYA 155.153.530.000
Sumber : Hasil Rencana
Tabel 7.20
Perkiraan Kebutuhan Investasi pada SPAM Bukan Jaringan Perpipaan
Tahap
Harga Satuan Total Biaya
No Uraian Kegiatan Unit Satuan Sumber Dana Volume Volume Mendesak/ Volume Jangka Panjang Keterangan
(Rp) (Rp)
Jangka Pendek
SPAM BUKAN JARINGAN PERPIPAAN
1 KECAMATAN TAMANSARI
Pembangunan SPAM Tahun 2014-
PERDESAAN ABPN/APBD/HIBAH 1 250.000.000 1 250.000.000 250.000.000
Perdesaan Urug 2017
Pembangunan SPAM Tahun 2014-
PERDESAAN ABPN/APBD/HIBAH 1 250.000.000 1 250.000.000 250.000.000
Perdesaan Setiawangi 2017
Pembangunan SPAM Tahun 2017-
PERDESAAN ABPN/APBD/HIBAH 1 250.000.000 1 250.000.000 250.000.000
Perdesaan Setiamulya 2027
TOTAL 51 750.000.000
Sumber : Hasil Rencana
BAB VIII
RENCANA PENDANAAN/ INVESTASI
8.1 Kebutuhan Investasi Sumber Dan Pola Pendanaan
8.1.1 Kebutuhan Investasi
Total Biaya
No Uraian Kegiatan
(Rp)
I PRA KONTRUKSI
JUMLAH BIAYA PRA KONTRUKSI 13,450,000,000
II KONTRUKSI
II.1 JUMLAH BIAYA SISTEM CIWULAN 1.000 L/dt 259,095,570,000
(KAWALU, TAMANSARI, MANGKUBUMI, CIHIDEUNG,
TAWANG)
II.2 JUMLAH BIAYA SISTEM CITANDUY 500 L/dt 155,153,530,000
(CIBEUREUM, PURBARATU, INDIHIANG, BUNGURSARI,
CIPEDES)
TOTAL BIAYA 427,699,100,000
Sumber : Hasil Rencana
Untuk Lebih Jelasnya mengenai RAB pengembangan SPAM Kota Tasikmalaya dapat dilihat
pada Tabel dibawah ini:
Tabel 8.2 Rincian Biaya Pra Kontruksi Pengembangan SPAM Kota Tasikmalaya
A PRA KONTRUKSI
I PEKERJAAN PERENCANAAN DAN PERSIAPAN
1 Studi AMDAL Paket 1 500.000.000 500.000.000
2 Perencanaan Kelembagaan dan Sosialisasi Paket 1 300.000.000 300.000.000
3 Perencanaan Teknis Rinci (DED) Paket 1 600.000.000 600.000.000
4 Pengawasan dan Perijinan Paket 1 1.000.000.000 1.000.000.000
5 Manajemen Proyek Paket 1 200.000.000 200.000.000
6 Pembebasan Lahan Intake dan IPA M2 5.000 250.000 1.250.000.000
7 Pembebasan Lahan Reservoar M2 32.000 300.000 9.600.000.000
JUMLAH BIAYA PRA KONTRUKSI 13.450.000.000
Tabel 8.3 Rincian Biaya Kontruksi Sistem Ciwulan Pengembangan SPAM Kota
Tasikmalaya
Harga Satuan
No Uraian Kegiatan Satuan Volume Total Biaya (Rp)
(Rp)
B KONTRUKSI
I SISTEM CIWULAN 1.000 L/dt
KAWALU, TAMANSARI, MANGKUBUMI,
CIHIDEUNG, TAWANG
i PEKERJAAN PERSIAPAN UMUM
1 Mobilisasi/ Demobilisasi Ls 1 50.000.000 50.000.000
2 Papan Nama Proyek bh 1 500.000 500.000
3 Direksi Keet M2 45 750.000 33.750.000
4 Gudang Lapangan Unit 1 25.000.000 25.000.000
5 Pelaporan, Dokumentasi, dan Penggambaran Paket 1 30.000.000 30.000.000
ii PEKERJAAN UNIT AIR BAKU
Pembangunan Intake Kapasitas 1,100 L/dt L/dt 1.100 8.700.000 9.570.000.000
1
(Bendung Saluran Pembawa dan Sump Well)
Pengadaan dan Pemasangan Pompa Intake 6 x 200
L/dt 1.200 4.952.000 5.942.400.000
L/dt H=20 m
2
(Pompa + stand by. Instalasi PLN. Genset & panel.
Dan Bangunan Penunjang)
Pengadaan dan Pemasangan Pipa Transmisi HDPE
3 M 300 2.586.000 1.551.600.000
2 x Ø 500 mm
Harga Satuan
No Uraian Kegiatan Satuan Volume Total Biaya (Rp)
(Rp)
Tabel 8.4 Rincian Biaya Kontruksi Sistem Citanduy Pengembangan SPAM Kota
Tasikmalaya
B KONTRUKSI
II SISTEM CITANDUY 500 L/dt
CIBEUREUM, PURBARATU, INDIHIANG,
BUNGURSARI, CIPEDES
i PEKERJAAN PERSIAPAN UMUM
1 Mobilisasi/ Demobilisasi Ls 1 50.000.000 50.000.000
2 Papan Nama Proyek bh 1 500.000 500.000
3 Direksi Keet M2 45 750.000 33.750.000
4 Gudang Lapangan Unit 1 25.000.000 25.000.000
5 Pelaporan, Dokumentasi, dan Penggambaran Paket 1 30.000.000 30.000.000
ii PEKERJAAN UNIT AIR BAKU
Pembangunan Intake Kapasitas 550 L/dt L/dt 550 9.636.000 5.299.800.000
1
(Bendung Saluran Pembawa dan Sump Well)
Pengadaan dan Pemasangan Pompa Intake 3 x
L/dt 600 4.952.000 2.971.200.000
200 L/dt H=20 m
2
(Pompa + stand by. Instalasi PLN. Genset &
panel. Dan Bangunan Penunjang)
Pengadaan dan Pemasangan Pipa Transmisi
3 M 200 1.136.000 454.400.000
HDPE 2 x Ø 300 mm
iii PEKERJAAN UNIT PRODUKSI
Pembangunan IPA 500 L/dt L/dt 500 93.676.000 46.838.000.000
1 (Instalasi Pengolahan Lengkap. Bangunan
Penunjang dan Prasarana Pelengkap)
2 Pembangunan Reservoar Produksi M3 300 2.410.000 723.000.000
Pengadaan dan Pemasangan Pompa Distribusi
L/dt 600 10.172.000 6.103.200.000
Utama, 3 x 200 L/dt H=40 m
3
(Pompa + stand by. Instalasi PLN. Genset &
panel. Dan Bangunan Penunjang)
Pengadaan dan Pemasangan Pipa Distribusi
4 M 150 1.136.000 340.800.000
Utama HDPE 2 x Ø 300 mm
(IPA Citanduy - Reservoar Utama)
iv PEKERJAAN UNIT JARINGAN DISTRIBUSI
1 Pekerjaan Unit jaringan Distribusi Utama
a. Reservoar Produksi ke Kec.Bugursari Pipa
M 6.300 1.764.000 11.113.200.000
HDPE Ø 400 mm
b. Simpang Indihiang ke Kec. Cipedes Pipa HDPE
M 7.300 1.136.000 8.292.800.000
Ø 300 mm
c. Simpang Lima ke Kec. Purbaratu Pipa HDPE Ø
M 6.420 948.000 6.086.160.000
250 mm
8.1.2 Sumber dan Pola Pendanaan
Pola Investasi disesuaikan dan dilakukan dengan rencana pentahapannya termasuk sumber
pendanaan dapat bersumber dari dana APBD Kabupaten, PDAM, Swasta, Perbankan, APBD
Provinsi, dan APBN.
Pola investasi dapat dibagi ke dalam pola investasi:
- jangka pendek/mendesak (1-2 tahun awal perencanaan),
- jangka menengah s/d 5 tahun perencanaan) dan
- jangka panjang (s/d 15 atau 20 tahun perencanaan).
Bila pola investasi dibagi berdasarkan pentahapannya maka dapat dilihat bahwa Jumlah
Investasi untuk semua sistem pada jangka pendek atau mendesak adalah sebesar Rp.
166.616.407.634.- Kemudian untuk jangka menengah sebesar Rp. 579.142.634.690.- dan
jangka panjang sebesar 64.649.000.000,-. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada rincian tabel
di bawah ini:
Secara umum, sumber pendanaan pengembangan SPAM dapat dikelompokkan ke dalam:
Gambar 8.1 Skema Porsi Pembiayaan SPAM
Berdasarkan uraian di atas skema sumber pendanaan SPAM Kota Taikmalaya dapat dilihat
sebagai berikut:
Gambar 8.2 Skema Porsi Pembiayaan SPAM Kota Tasikmalaya
Ø 300 mm
SIMPANG 5.000 m
CICARING TAWANG
6.000 m³ H = 378 m.dpl
Q= 165 Lpd
2.000 m³
Sungai Ciwulan
Ø 200 mm
Desa Leuwi Liang
7.500 m
Kecamatan Kawalu
H = 225 m.dpl CIHIDEUNG
Ø 300 mm
H = 375 m.dpl
4.860 m
Q= 200 Lpd
2.000 m³
Ø 200 mm
8.000 m
MANGKUBUMI
H = 375 m.dpl
Q= 245 Lpd
500 m³ 2.000 m³
Ø 500 mm
Ø 200 mm
9.900 m
300 m 6 Pompa
INTAKE IPA 200 l/dtk
1.100 LPD 1.000 LPD H= 300 m
B KONTRUKSI
I SISTEM CIWULAN 1.000 L/dt
KAWALU, TAMANSARI, MANGKUBUMI, CIHIDEUNG, TAWANG
i PEKERJAAN PERSIAPAN UMUM
1 Mobilisasi/ Demobilisasi APBN - SDA
2 Papan Nama Proyek APBN - SDA
3 Direksi Keet APBN - SDA
4 Gudang Lapangan APBN - SDA
5 Pelaporan, Dokumentasi, dan Penggambaran APBN - SDA
ii
PEKERJAAN UNIT AIR BAKU
Pembangunan Intake Kapasitas 1,100 L/dt APBN - SDA
1
(Bendung Saluran Pembawa dan Sump Well)
Pengadaan dan Pemasangan Pompa Intake 6 x 200 L/dt H=20 m APBN - SDA
2 (Pompa + stand by. Instalasi PLN. Genset & panel. Dan Bangunan
Penunjang)
3 Pengadaan dan Pemasangan Pipa Transmisi HDPE 2 x Ø 500 mm APBN - SDA
iii
PEKERJAAN UNIT PRODUKSI
Pembangunan IPA 1,000 L/dt APBN - CK/ SWASTA
1 (Instalasi Pengolahan Lengkap. Bangunan Penunjang dan Prasarana
Pelengkap)
2 Pembangunan Reservoar Produksi APBN - CK/ SWASTA
Pengadaan dan Pemasangan Pompa Distribusi Utama, 6 x 200 L/dt
APBN - CK/ SWASTA
H=150 m
3
(Pompa + stand by. Instalasi PLN. Genset & panel. Dan Bangunan
Penunjang)
Pengadaan dan Pemasangan Pipa Distribusi Utama HDPE 3 x Ø 300
4 APBN - CK/ SWASTA
mm
(IPA Ciwulan - Reservoar Utama)
iv
PEKERJAAN UNIT JARINGAN DISTRIBUSI
1 Pekerjaan Unit jaringan Distribusi Utama
a. Pembangunan Reservoar Utama Kec. Kawalu APBD I
b. Reservoar Utama ke Kec. Kawalu Pipa HDPE Ø 400 mm APBD I
c. Simpang Cicariang ke Kec. Tamansari Pipa HDPE Ø 300 mm APBD I
d. Simpang Padayungan ke Kec. Tawang Pipa HDPE Ø 200 mm APBD I
e. Simpang Cicariang ke Kec. Mangkubumi Pipa HDPE Ø 200 mm APBD I
f. Simpang Padayungan ke Kec. Cihideung Pipa HDPE Ø 200 mm APBD I
2 Pekerjaan Unit jaringan Distribusi Primer
a. Pengadaan dan Pemasangan Pipa HDPE Ø 150 mm APBD
b. Pengadaan dan Pemasangan Pipa HDPE Ø 100 mm APBD
c. Pengadaan dan Pemasangan Pipa HDPE Ø 75 mm APBD
d. Pengadaan dan Pemasangan Pipa HDPE Ø 50 mm APBD
3 Pembangunan Unit Reservoar Distribusi (Off Take)
a. Reservoar Kec. Tamansari APBD I
b. Reservoar Kec. Mangkubumi APBD I
c. Reservoar Kec. Cihideung APBD I
d. Reservoar Kec. Tawang APBD I
4 Pengadaan dan Pemasangan Sambungan Rumah APBD
10.000 m
PURBARATU
Q= 60 Lpd
3.000 m³
5.000 m
300 m³
Ø 300 mm,
CIPEDES
Ø 300 mm,
2.000 m³ Q= 145 Lpd
2 x Ø 300 mm
INTAKE 200 m 500 LPD
550 LPD 6.000 m
B KONTRUKSI
II SISTEM CITANDUY 500 L/dt
CIBEUREUM, PURBARATU, INDIHIANG, BUNGURSARI, CIPEDES
i PEKERJAAN PERSIAPAN UMUM
1 Mobilisasi/ Demobilisasi APBN - SDA
2 Papan Nama Proyek APBN - SDA
3 Direksi Keet APBN - SDA
4 Gudang Lapangan APBN - SDA
5 Pelaporan, Dokumentasi, dan Penggambaran APBN - SDA
ii
PEKERJAAN UNIT AIR BAKU
Pembangunan Intake Kapasitas 550 L/dt APBN - SDA
1
(Bendung Saluran Pembawa dan Sump Well)
Pengadaan dan Pemasangan Pompa Intake 3 x 200 L/dt H=20 m APBN - SDA
2 (Pompa + stand by. Instalasi PLN. Genset & panel. Dan Bangunan
Penunjang)
3 Pengadaan dan Pemasangan Pipa Transmisi HDPE 2 x Ø 300 mm APBN - SDA
iii
PEKERJAAN UNIT PRODUKSI
Pembangunan IPA 500 L/dt APBN - CK/ SWASTA
1 (Instalasi Pengolahan Lengkap. Bangunan Penunjang dan Prasarana
Pelengkap)
2 Pembangunan Reservoar Produksi APBN - CK/ SWASTA
Pengadaan dan Pemasangan Pompa Distribusi Utama, 3 x 200 L/dt
APBN - CK/ SWASTA
H=40 m
3
(Pompa + stand by. Instalasi PLN. Genset & panel. Dan Bangunan
Penunjang)
Pengadaan dan Pemasangan Pipa Distribusi Utama HDPE 2 x Ø 300
4 APBN - CK/ SWASTA
mm
(IPA Citanduy - Reservoar Utama)
iv
PEKERJAAN UNIT JARINGAN DISTRIBUSI
1 Pekerjaan Unit jaringan Distribusi Utama
a. Reservoar Produksi ke Kec.Bugursari Pipa HDPE Ø 400 mm APBD I
b. Simpang Indihiang ke Kec. Cipedes Pipa HDPE Ø 300 mm APBD I
c. Simpang Lima ke Kec. Purbaratu Pipa HDPE Ø 250 mm APBD I
d. Purbartu ke Kec. Cibeureum Pipa HDPE Ø 300 mm APBD I
2 Pekerjaan Unit jaringan Distribusi Primer
a. Pengadaan dan Pemasangan Pipa HDPE Ø 150 mm APBD
b. Pengadaan dan Pemasangan Pipa HDPE Ø 100 mm APBD
c. Pengadaan dan Pemasangan Pipa HDPE Ø 75 mm APBD
d. Pengadaan dan Pemasangan Pipa HDPE Ø 50 mm APBD
3 Pembangunan Unit Reservoar Distribusi (Off Take)
a. Reservoar Kec. Indihiang APBD I
b. Reservoar Kec. Cibeureum APBD I
c. Reservoar Kec. Purbaratu APBD I
d. Reservoar Kec. Cipedes APBD I
e. Reservoar Kec. Bungursari APBD I
4 Pengadaan dan Pemasangan Sambungan Rumah APBD
berjalan dengan baik dan mendapatkan kelayakan dalam menjalankan proyek SPAM
tersebut.
8.3 Analisa Kelayakan Keuangan
Metode Analisa ekonomi yang umum digunakan sesuai dengan arahan Petunjuk Teknis
Tata Cara Penyusunan Rencana Induk Air Minum Perkotaan (AB-K/RE-SK/TC/011 adalah
Metode discounting technique atau present value.
Tujuan utama analisis ekonomi adalah untuk memilih suatu skenario dari berbagai
alternatif pengembangan sistem penyediaan air minum yang dianggap layak secara
teknis dan lingkungan. Kriteria untuk merangking berbagai alternatif adalah Economic
Internal Rate Of Return (EIRR) yang ditentukan untuk setiap alternatif sistem.
2. Payback Period
Payback Period adalah periode waktu yang dibutuhkan agar cash flow yang dihasilkan
sama besar dengan investasi yang dikeluarkan. Terkait dengan hal ini, semakin singkat
payback period suatu investasi menunjukkan investasi tersebut lebih disukai oleh
investor.
Dari hasil perhitungan bahwa pengembalian tingkat modal investasi adalah 11 tahun
yaitu dari 2016 – 2029. Dengan catatan asumsi kenaikan tarif per 2 thn sekali sebesar
20%
1. BEP Volume
2. BEP Penjualan
3. BEP Hilir (Serapan/SR).
Berdasarkan hasil perhitungan dan analisa nilai BEP di atas adalah sebagai berikut:
a. BEP Volume
Analisa BEP Volume dilakukan untuk mengetahui seberapa banyak volume air yang
dapat di produksi untuk menghasilkan titik impas nya
Hasil perhitungan BEP velume sebesar 4.396.344 m3, dengan pemakaian air sebesar
20 m3/bulan
b. BEP Penjualan
Analisa BEP Volume dilakukan untuk mengetahui seberapa banyak pendapatan yang
masuk untuk menghasilkan titik impas nya
Hasil perhitungan BEP penjualan Rp. 20.608.171.455.-, dengan tariff penjualan Rp.
2.427.-/m3
c. BEP Hilir (Serapan/SR)
Analisa BEP hilir dilakukan untuk mengetahui seberapa banyak sambungan rumah
yang harus di optimalkan untuk menghasilkan titik impas nya
Hasil perhitungan BEP hilir jumlah SR yang harus di capai sebanyak 18.318 SR.
Dari hasil perhitungan di atas dapat di rangkum untuk beberapa analisis keuangan
sebagai berikut:
Tabel 8.10
Analisis Keuangan Proyek dengan Bantuan Pemerintah
NILAI
NO NILAI KETERANGAN
KELAYAKAN
1 BC RATIO 3.5 Perbandingan rata-rata biaya dengan keuntangan
menggambarkan nilai positip rata-rata keuntungan
1.9% pertahun
Dengan asumsi penyusutan per tahun 7%
3 Break Even Point Break event point (titik impas) adalah suatu
(BEP) keadaan dimana dalam suatu operasi perusahaan
1. BEP Volume 4.396.344 m3 tidak mendapat untung maupun rugi/impas
2. BEP Penjualan Rp. 20.608.171.455.-
(penghasilan = total biaya).
3. BEP Hilir 18.318 SR
(Serapan/SR).
Sumber : Hasil Analisis Keuangan
Untuk Mengetahui hasil analisis keuangan secara keseluruhan dapat dilihat pada
lampiran hasil analisis keuangan Pelaporan.
B. Pola Pembiayaan dengan Bantuan Pemerintah + SWASTA
Perhitungan keuangan adalah sebagai berikut:
1. Net Present Value (NPV)
Net Present Value atau nilai sekarang bersih adalah analisa keuangan yang digunakan
untuk mengukur layak tidaknya suatu usaha dilaksanakan dilihat dari nilai sekarang dari
arus kas bersih yang akan diterima dibandingkan dengan nilai sekarang dari jumlah
investasi yang dikeluarkan.Dengan kata lain, NPV dihitung dari aliran kas bersih
dikurangi dengan biaya investasi.
Berdasarkan hasil perhitungan didapat Net Present Value sebesar 20%, hal ini
menggambarkan usaha tersebut dianggap layak apabila tingkat NPV diatas tingkat
standar bunga bank yaitu 13.5% per tahun.
- Apabila NPV > 0, dengan tingkat discount factor di atas 13.5%, maka usaha tersebut
layak dilaksanakan.
- NPV = Positif,usulan proyek dapat diterima, makin tinggi angka NPV makin baik.
- NPV = Negatif, usulan proyek ditolak.
- NPV = 0, netral
Hasil perhitungan di peroleh data bahwa NPV investasi SPAM Kota Tasikmalaya sebesar
Rp. 5,250,708,872, dengan discount factor mencapai 21% di atas rata-rata bunga bank.
(20% > 13.5%). Perhitungan lengkap dapat di lihat pada LAMPIRAN
2. Benefit – Cost Ratio (B/C Ratio)
Untuk mengkaji kelayakan proyek sering digunakan pula evaluasi yang disebut benefit
cost ratio. Penggunaannya amat dikenal dalam mengevaluasi proyek-proyek untuk
kepentingan umum atau sektor publik. Dalam hal ini penekanannya ditujukan kepada
manfaat (benefit) bagi kepentingan umum dan bukan keuntungan finansial unit
pengelola pelabuhan. Meskipun demikian bukan berarti unit pengelola terminal
mengabaikan evaluasi ini.
3. Payback Period
Payback Period adalah periode waktu yang dibutuhkan agar cash flow yang dihasilkan
sama besar dengan investasi yang dikeluarkan. Terkait dengan hal ini, semakin singkat
payback period suatu investasi menunjukkan investasi tersebut lebih disukai oleh
investor.
Dari hasil perhitungan bahwa pengembalian tingkat modal investasi adalah 7 tahun
atau yaitu dari 2016 – 2023. Dengan catatan asumsi kenaikan tarif per 2 thn sekali
sebesar 20%
4. Break Even Poin (BEP)
Break event point (titik impas) adalah suatu keadaan dimana dalam suatu operasi
perusahaan tidak mendapat untung maupun rugi/impas (penghasilan = total biaya).
Dalam analisa keuangan di sini ada tiga analisa BEP yang dilakukan, yaitu:
1. BEP Volume
2. BEP Penjualan
3. BEP Hilir (Serapan/SR).
Berdasarkan hasil perhitungan dan analisa nilai BEP di atas adalah sebagai berikut:
a. BEP Volume
Analisa BEP Volume dilakukan untuk mengetahui seberapa banyak volume air yang
dapat di produksi untuk menghasilkan titik impas nya
Hasil perhitungan BEP velume sebesar 3.361.366 m3, dengan pemakaian air sebesar
20 m3/bulan
b. BEP Penjualan
Analisa BEP Volume dilakukan untuk mengetahui seberapa banyak pendapatan yang
masuk untuk menghasilkan titik impas nya
Hasil perhitungan BEP penjualan Rp. 8.519.361.901.-, dengan tariff penjualan Rp.
3.981.-/m3
c. BEP Hilir (Serapan/SR)
Analisa BEP hilir dilakukan untuk mengetahui seberapa banyak sambungan rumah
yang harus di optimalkan untuk menghasilkan titik impas nya
Hasil perhitungan BEP hilir jumlah SR yang harus di capai sebanyak 14.006 SR.
Jika besar IRR > bunga bank maka dikatakan usaha tersebut layak untuk diberi kredit
bank. Akan tetapi jika IRR < bunga bank, berarti usahanya tidak layak untuk
mendapatkan kredit bank. Atau
- IRR > arus pengembalian (i) yang diinginkan (required rate of return / RRR), proyek
diterima.
- IRR < arus pengembalian (i) yang diinginkan ( required rate of return / RRR), proyek
ditolak.
§ PERHITUNGAN IRR
- Diketahui suku bunga awal p1 = 20%
- Diketahui suku bunga awal p2 = 21%
- C1 =NPV1 Rp (4.965.771.544)
- C2 =NPV2 Rp 3.919.010.334
- IRR = P1-C1 X (P2-P1)/(C2-C1)
- IRR = 21. 61%
Hasil perhitungan didapat Nilai per hitungan IRR sebesar 21.61% menggambarkan nilai
yang positif untuk dilanjutkan dengan catatan standar bunga bank maximal 13.5%.
Dari perhitungan keuangan di peroleh bahwa IRR lebih besar dari bunga bank, sehingga
investasi pengembangan SPAM Kabupaten Tasikmalaya layak secara keuangan.
Dari hasil perhitungan di atas dapat di rangkum untuk beberapa analisis keuangan
sebagai berikut:
Tabel 8.11
Analisis Keuangan Proyek Opsi 2 Pemerintah + SWASTA
NILAI
NO NILAI KETERANGAN
KELAYAKAN
1 NPV Rp. 5,250,708,872 Net Present Value sebesar 21%, menggambarkan
Discount Faktor usaha tersebut dianggap layak apabila tingkat NPV
21% diatas tingkat standar bunga bank yaitu 13.5% per
tahun
4 Break Even Point Break event point (titik impas) adalah suatu
(BEP) keadaan dimana dalam suatu operasi perusahaan
1. BEP Volume 3.361.366 m3 tidak mendapat untung maupun rugi/impas
2. BEP Penjualan Rp. 8.519.361.901.-,
(penghasilan = total biaya).
3. BEP Hilir 14.006 SR
(Serapan/SR).
5 IRR 21.61% Nilai per hitungan IRR sebesar 21.61%
menggambarkan nilai yang positif untuk
dilanjutkan dengan catatan standar bunga bank
maximal 13.5 %.
Berdasarkan uraian di atas dapat di simpulkan perbedaan ke dua opsi tersebut sebagai
berikut:
Tabel 8.12
Analisis Keuangan Proyek
NILAI NILAI
NO NILAI KELAYAKAN OPSI 1 Full OPSI 2 Pinjaman
Pemerintah (Pemerintah +Swasta)
1 NPV - Rp. 5.250.708.872
Discount Faktor
21%
2 BC RATIO 3.5 1.03
3 Payback Period 11 Tahun 7 Tahun
4 Break Even Point (BEP)
1. BEP Volume 4.396.344 m3 3.361.366 m3
2. BEP Penjualan Rp. 20.608.171.455.- Rp. 8.519.361.901.-,
3. BEP Hilir 18.318 SR 14.006 SR
(Serapan/SR).
5 IRR - 21.61%
Sumber : Rekap data keuangan
BAB IX
Pengembangan Kelembagaan
Pelayanan Air Minum
Permasalahan yang muncul di Kota Tasikmalaya, terjadi karena keterbatasan sumber daya
air, sumber daya manusia, sumber daya keuangan maupun manajemen pemerintahan.
Implikasi dari keterbatasan ini mengakibatkan tidak seimbang ketersediaan sarana
prasarana kota dengan kebutuhan masyarakat sehingga salah satu kebutuhan dasar
masyarakat berupa ketersediaan air minum menjadi tidak memadai karena sangat
tergantung kepada pihak lain.
Kondisi ini apabila tidak segera ditangani, dikhawatirkan akan menjadi pemicu munculnya
berbagai permasalahan tentang SPAM, seperti berkembangnya ketergantungan SPAM
terhadap daerah lain, yang pada akihirnya akan menghambat pemenuhan kebutuhan dasar
masyarakat dan bisa berdampak pada penurunan kualitas kesehatan dan terganggunya
aktivitas ekonomi kemasyarakatan. Berkenaan dengan kondisi tersebut. Pemerintah Kota
Tasikmalaya harus berupaya mencari solusi untuk kontinuitas, kuantitas dan kualitas SPAM
kepada masyarakatnya melalui pengelolaan SPAM sendiri.
Bertolak dari permasalahan tersebut di atas, maka sudah sewajarnya apabila Pemerintah
Kota Tasikmalaya mulai mengembangkan SPAM melalui pembentukan kelembagaan
penyelenggara pengembangan SPAM, untuk memenuhi ketersediaan SPAM dalam rangka
meningkatkan pelayanan kebutuhan dasar masyarakat. Pendekatan ini diharapkan menjadi
solusi yang tepat untuk mengatasi permasalahan SPAM di Kota Tasikmalaya, sehingga akses
dan ketersediaan air minum untuk masyarakat terjamin. Merealisasikan hal tersebut
diperlukan peran aktif Pemerintah Kota Tasikmalaya untuk memfasilitasi terwujudnya
penyelenggaraan pengembangan SPAM yang akan mengelola SPAM di Kota Tasikmalaya.
Diharapkan, melalui terbentuknya penyelenggaraan pengembangan SPAM tersebut, dapat
menciptakan pembangunan masyarakat kota yang berkelanjutan.
Laporan Akhir
Review Master Plan Air Bersih Kota Tasikmalaya
Gambar 9.1 Skema Kerangka berfikir
9.1. Lembaga Penyelenggara
PP 16/2005, menyebutkan Pengelolaan SPAM dilaksanakan oleh penyelenggaran berupa
BUMN, BUMD, koperasi, Badan Usaha Swasta dan masyarakat yang khusus bergerak di
bidang air minum.
Laporan Akhir
Review Master Plan Air Bersih Kota Tasikmalaya
Alternatif pemilihan lembaga penyelenggaraan SPAM, mengacu pada jenis barang layanan,
dan kondisi sebagai berikut :
Tabel 9.1 Lembaga penyelenggaraan SPAM
Jenis Barang Layanan Kondisi Penyelenggara
Public goods Apabila pengelolaan SPAM IKK belum optimal dan Unit Pelaksana
atau kondisi sosial ekonomi masyarakat tidak Teknis Dinas (UPTD)
mampu membiayai operasional sistem .
Quasi Public Goods Apabila sistem sudah dimanfaatkan namun Badan Layanan
sebagian biaya operasional masih harus ditunjang Umum Daerah
pemerintah dan sudah memenuhi persyaratan (BLUD)
Teknis, Substantif dan Administratif
Private Goods, Apabila sistem sudah/akan dimanfaatkan dan PDAM
kondisi sosial masyarakat secara rata-rata mampu
untuk membiayai operasional
Sumber: Buletin Cipta Karya-04/Tahun VII/2010
Memperhatikan uraian di atas, kondisi Kota Tasikmalaya itu tidak memiliki sistem
penyediaan air minum dan selama ini penyediaan air minum di Kota Tasikmalaya dilayani
oleh PDAM Kabupaten Tasikmalaya, maka memungkinkan dibentuk lembaga pengelolanya
Laporan Akhir
Review Master Plan Air Bersih Kota Tasikmalaya
berbentuk Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD), atau Badan Layanan Umum Daerah
(BLUD) SPAM, bahkan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM).
Kota Tasikmalaya terus meningkatkan dana pembangunan sektor air bersih melalui
berbagai alternative sumber dan pola pembiayaan serta memperkuat fungsi regulator juga
membangun fungsi operator dalam penyelenggaraan pengelola SPAM. Yang ditunjang
peranserta masyarakat dan swasta dalam Penyelenggaraan SPAM.
Dari kebijakan strategi di atas, jelas bahwa Kota Tasikmalaya memiliki peluang untuk
melakukan kerjasama dengan swasta dalam pengembangan SPAM, ini pun dipayungi oleh
Undang-Undang 7/2004 tentang Sumber Daya Air dan PP 16/2005, menyebutkan bentuk
alternatif kelembagaan pengelolaan SPAM: BUMD (Badan Usaha Milik Daerah /PDAM),
BUMN (Badan Usaha Milik Negara), BUS (Badan Usaha Milik Swasta), Koperasi, BLU (Badan
Layanan Umum), KSM (Kelompok Swadaya Masyarakat).
APBN sebagai wujud dari pengelolaan keuangan negara ditetapkan setiap tahun dengan
undang-undang dan dilaksanakan secara terbuka dan bertanggung jawab sebesar-besar
kemakmuran rakyat (ayat 3).
Laporan Akhir
Review Master Plan Air Bersih Kota Tasikmalaya
pengelolaan keuangan negara yang berisi: Dalam rangka mendukung terwujudnya good
governance dalam penyelenggaraan negara, pengelolaan keuangan negara perlu
diselenggarakan secara profesional, terbuka, dan bertanggung jawab sesuai dengan
aturan pokok yang telah ditetapkan dalam Undang-Undang Dasar. Sesuai dengan amanat
Pasal 23C Undang-Undang Dasar 1945, Undang-undang tentang Keuangan Negara perlu
menjabarkan aturan pokok yang telah ditetapkan dalam Undang-Undang Dasar tersebut ke
dalam asas-asas umum yang meliputi baik asas-asas yang telah lama dikenal dalam
pengelolaan keuangan negara, seperti asas tahunan, asas universalitas, asas kesatuan,
dan asas spesialitas maupun asas-asas baru sebagai pencerminan best practices
(penerapan kaidah-kaidah yang baik) dalam pengelolaan keuangan negara, antara lain :
Laporan Akhir
Review Master Plan Air Bersih Kota Tasikmalaya
wilayah Kota Tasikmalaya; dan (2) tingkat pelayanan air bersih baru mencapai 22%
penduduk kota.
Jumlah penduduk yang terlayani ini memanfaatkan suplai air bersih dari PDAM Tirta
Sukapura yang notabene adalah milik Kabupaten Tasikmalaya. Sumber mata air di wilayah
Kota Tasikmalaya terbatas, sedangkan kualitas dan kuantitas air tanah tidak memadai untuk
dijadikan sumber air bersih. Sebagian penduduk kota memanfaatkan sumber-sumber air
lain yang disalurkan melalui Hidran Umum ataupun ke MCK terdekat.
Di wilayah Kota Tasikmalaya melintas dua sungai besar, yaitu Sungai Ciwulan dan Sungai
Citanduy, yang sampai saat ini belum dimanfaatkan sebagai air baku. Sampai tahap ini,
pemerintah kota masih mengkaji kelayakan pemanfaatan sungai tersebut sebagai air baku,
baik secara teknis maupun ekonomis.
Salah satu usulan masyarakat akan pelayanan air bersih yang mendesak adalah di lokasi
Kelurahan Tamanjaya, Kecamatan Tamansari. Lokasi tersebut termasuk daerah rawan air,
akan tetapi merupakan daerah permukiman yang cukup padat. Kondisi geografis
Kecamatan ini menyebabkan pelayanan air bersih secara teknis dan ekonomis sulit
mencapai lokasi tersebut. Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, perlu dirintis kerjasama
dengan pihak swasta. Dalam hal ini diharapkan suplai air dari pipa induk dapat disediakan
oleh penyelenggara pengelola SPAM, untuk mengembangkan sistem distribusi pelayanan
kepada masyarakat. Dalam pemenuhan pengembangan SPAM dari segi pengelolaan
maupun pembiayaan pemerintah mempunyai beberapa Acuan Kerangka Hukum (Legal
Frame Work) diantaranya :
Laporan Akhir
Review Master Plan Air Bersih Kota Tasikmalaya
jauh dan tidak hanya dimiliki dan dioperasikan oleh Badan Usaha Milih Daerah, tetapi juga
membuka kepada pihak swasta untuk berinvestasi di pengembangan SPAM dengan batas–
batas aturan perihal pembiayaan, operasional maupun penentuan tarif.
I PRA KONTRUKSI
JUMLAH BIAYA PRA KONTRUKSI 13,450,000,000
II KONTRUKSI
II.1 JUMLAH BIAYA SISTEM CIWULAN 1.000 L/dt 259,095,570,000
(KAWALU, TAMANSARI, MANGKUBUMI, CIHIDEUNG, TAWANG)
II.2 JUMLAH BIAYA SISTEM CITANDUY 500 L/dt 155,153,530,000
(CIBEUREUM, PURBARATU, INDIHIANG, BUNGURSARI, CIPEDES)
TOTAL BIAYA 427,699,100,000
Sumber : Hasil Analisis
Laporan Akhir
Review Master Plan Air Bersih Kota Tasikmalaya
Laporan Akhir
Review Master Plan Air Bersih Kota Tasikmalaya
Laporan Akhir
Review Master Plan Air Bersih Kota Tasikmalaya
Laporan Akhir
Review Master Plan Air Bersih Kota Tasikmalaya
Berdasarkan uraian di atas, terdapat beberapa rencana tindak lanjut, antara lain:
1. Pemerintah pusat harus terlibat dalam membantu penyusunan pra-FS dan
fasilitasi proses transaksi apabila ada kesepakatan para pihak:
a. Konsep SPAM Kota Tasikmalaya
b. Besaran offtake
2. Upaya pengusahaan Pemerintah Kota Tasikmalaya untuk mengelola SPAM sendiri
3. Normalisasi saluran Sungai Ciwulan dan Sungai Citanduy
4. Pembentukan tim teknis SPAM Pemerintah Kota Tasikmalaya
9.2. Kelembagaan Pengelola SPAM dan Struktur Organisasi
9.2.1. UPTD
Sebagai referensi bentuk struktur organisasi penyelenggara SPAM yang diselenggarakan
oleh UPTD adalah:
Laporan Akhir
Review Master Plan Air Bersih Kota Tasikmalaya
Laporan Akhir
Review Master Plan Air Bersih Kota Tasikmalaya
Laporan Akhir
Review Master Plan Air Bersih Kota Tasikmalaya
1. Jika pelanggan kurang dari 30.000, Direksi berjumlah 1 orang dan pengawas maksimal 3
orang.
2. Jika pelanggan diantara 30.000 sampai dengan 100.000, direksi maksimal 3 orang dan
pengawas maksimal 5 orang
3. Jika pelanggan lebih dari 100.000 ribu direksi maksimal 4 orang dan pengawas
maksimal 5 orang.
Sebagai referensi bentuk struktur organisasi penyelenggara SPAM yang diselenggarakan
oleh PDAM dengan pelanggan diantara 30.000 sampai dengan 100.000 adalah:
BUPATI
DEWAN
PENGAWAS
DIREKTUR
UTAMA
STAF AHLI DIR.ADM DAN KEU. DIR.TEKNIK STAF
BIDANG AHLI
ADM. & BIDANG
KEU TEKNIK
LITBANG BAGIAN BAGIAN BAGIAN BAGIAN BAGIAN BAGIAN SPI
KEUANGA HUB.LANGG UMUM PRODUKSI TRANS. & PERENC.
N DIST TEKNIK
SUB BAGIAN SUB BAGIAN BIDANG
BIDANG SUB BAGIAN SUB BAGIAN SUB BAGIAN SUB PENGEMBA PERENCAN ADM &
ADM &
KEUANG
PERENCANA
AN
PEMBACA
METER
ADMINISTRASI
DAN
BAGIAN
PERW
NGAN
JAR.PIPA
AAN TEKNIK KEUANG
AN
AN KEUANGAN PERUNDANG MESIN & Trans & Distr
UNDANGAN SUB BAGIAN BIDANG
BIDANG
TEKNIK
SUB BAGIAN
AKUNTANSI
SUB BAGIAN
PELAYANAN SUB BAGIAN
INSTALASI
SUB
BAGIAN
DISTIBUSI
SUB BAGIAN
DISTRIBUSI
EVALUASI
DAN
TEKNIK
N IPA PERAWATA AN TEKNIK
BIDANG SUB BAGIAN
SUB BAGIAN BELUSUNG N
PDE KAS DAN SUB BAGIAN SUB
KEPEGAWAIA PERPIPAAN
PENAGIHAN HUBUNGAN BAGIAN SUB BAGIAN
TANGGA DAN
PERBEKALAN
BAGIAN
PENGELOLA
AN SUMUR
PROD
SUB
BAGIAN
LABORATOR
IUM
Gambar 9.4 Struktur organisasi PDAM
Pembentukan pengelola SPAM dalam bentuk Perusahaan Daerah (PD) dimungkinkan atas
dasar Undang-undang No.5 Tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah.
Dalam Undang-undang ini yang dimaksud Perusahaan Daerah adalah semua perusahaan
yang didirikan berdasarkan undang-undang ini, yang modalnya untuk seluruhnya atau
sebagian merupakan kekayaan daerah yang dipisahkan, kecuali ditentukan lain dengan dan
atau berdasarkan undang-undang.
Laporan Akhir
Review Master Plan Air Bersih Kota Tasikmalaya
Perusahaan Daerah didirikan dengan Peraturan Daerah atas kuasa undang-undang ini.
Perusahan Daerah adalah Badan Hukum yang kedudukannya sebagai Badan Hukum
diperoleh dengan berlakunya Peraturan Daerah tersebut. Atau kerjasama antar daerah
dalam membentuk Perusahaan Daerah juga dapat dilakukan berdasarkan Undang-undang
No. 22 tahun 1999 pasal 87, yang menyatakan beberapa daerah dapat mengadakan
kerjasama antar daerah yang diatur dengan keputusan bersama. Bila sudah terbentuknya
Perusahaan Daerah maka selanjutnya terikat dengan ketentuan-ketentuan tentang
Perseroan Terbatas yakni Undang-undang No.1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas.
Perusahaan Daerah didirikan dengan Peraturan Daerah atas kuasa undang-undang ini.
Perusahaan Daerah adalah Badan Hukum yang kedudukannya sebagai Badan Hukum
diperoleh dengan berlakunya Peraturan Daerah tersebut.
Ketiga lembaga penyelenggara UPTD, BLUD-SPAM dan PDAM memiliki kekurangan dan
kelebihan, baik dari aspek proses pembentukan dan besaran investasi, resiko dan
operasional. Secara singkat dapat kami sajikan perbandingannya dalam matrik sbb. :
Tabel 9.4 . Perbandingan PDAM, UPTD dan BLUD-SPAM
No. PDAM UPTD BLUD
1 Aset dipisahkan Aset Tidak Dipisahkan Aset Tidak Dipisahkan
2 Orientasi keuntungan Tanpa mengutamakan mencari Tanpa mengutamakan mencari
keuntungan (pendapatan = keuntungan (pendapatan =
belanja) belanja)
3 Tidak dapat melakukan diversifikasi Tidak dapat melakukan Dapat melakukan diversifikasi
diversifikasi
4 Dikelola oleh perusahaan daerah Dikelola unit kerja instansi Dikelola unit kerja instansi
Laporan Akhir
Review Master Plan Air Bersih Kota Tasikmalaya
pemerintah pemerintah
5 Pendapatan disetor ke rekening kas Pendapatan disetor ke kas Pendapatan disetor ke
PDAM umum daerah rekening kas BLUD
6 Penerimaan dapat digunakan Penerimaan tidak dapat Penerimaan dapat digunakan
langsung digunakan langsung langsung
7 APBN/APBD bukan merupakan APBN/APBD bukan merupakan APBN/APBD merupakan
pendapatan pendapatan pendapatan
8 Belanja sesuai dengan anggaran Belanja tidak boleh melampaui Flexibitas budget (ambang
anggaran batas ditetapkan dalam RBA)
9 Boleh melakukan utang/ piutang Tdk boleh melakukan utang/ Boleh melakukan utang/
piutang piutang
10 Pinjaman JP dgn persetujuan KDH Tidak boleh melakukan Pinjaman JP dgn persetujuan
pinjaman jangka panjang KDH
11 Investasi JP dgn persetujuan KDH Tidak boleh melakukan Investasi JP dgn persetujuan
investasi KDH
12 Boleh melakukan kerjasama Tidak boleh melakukan Boleh melakukan kerjasama
kerjasama
13 Pengadaan barang sesuai aturan Pengadaan barang sesuai Utk pendapatan Non
perusahaan dengan Kepres 54/2010 APBD/APBN dpt tdk dgn Kepres
54/2010
14 Pegawai perusahaan Pegawai PNS Pegawai boleh PNS dan Non
PNS
15 Ada Dewan Pengawas Tidak ada dewan pengawas Dimungkinkan ada dewan
pengawas
16 Aturan penggajian sesuai dgn Aturan penggajian PNS Remunerasi disesuaikan dgn
peraturan di perusahaan tanggung jawab dan
profesionalisme
17 Lap. Keuangan.: Standar Akuntansi Laporan keuangan Standar SAP ((Neraca, LRA dan CALK)
Keuangan/SAK (lap. operasional, Akuntansi Pemerintah/SAP SAK (laporan operasional,
neraca, Cash flow, Catatan Atas (Neraca, Laporan Realisasi neraca, laporan arus kas, CALK
Laporan Keuangan/ CALK & Anggaran/LRA & CALK) dan lampiran kinerja)
lampiran kinerja)
18 Otonom, pengelolaan keuangan Pengelolaan keuangan Semi otonom dalam
dilakuka oleh perusahaan dilakukan oleh Pemda pengelolaan keuangan (Pemda
mengontrol output BLUD)
19 Boleh melakukan kerjasama Tidak boleh melakukan Boleh melakukan kerjasama
Laporan Akhir
Review Master Plan Air Bersih Kota Tasikmalaya
kerjasama
20 Perusahaan bertanggungjawab KDH bertanggungjawab KDH bertanggungjawab
terhadap pelayanan yang diberikan terhadap pelayanan yang terhadap pelayanan yang
diberikan diberikan
Sumber : Hasil Analisis
9.2.4. Badan Usaha Milik Swasta (BUS) SPAM
Bahkan pengelola SPAM di Kota Tasikmalaya dapat pula berbentuk Perseroan Terbatas
Pengelola SPAM/Badan Usaha Milik Swasta (BUS) SPAM. Perseroan Terbatas ini
sepenuhnya swasta, Pemerintah Kota Tasikmalaya dapat memiliki sebagian kecil saham.
Swastanisasi pengelolaan SPAM ini ditentukan luas wilayah cakupan pelayanannya, sebab
itu Daerah yang bersangkutan dapat membentuk unit pengelola diluar wilayah pelayanan
Perseroan Terbatas untuk melayani sebagian wilayah yang dikelola oleh unit kerja tersebut.
Uraian di atas telah memberikan alternatif kelembagaan pengelola SPAM. Namun secara
alternatif pilihan berdasarkan pertimbangan dan pengkajian studi kepustakaan maupun
pengamatan di lapangan, maka dapat dibedakan kelemahan dan kelebihan antar
Perusahaan Daerah dengan Perseroan Terbatas.
Laporan Akhir
Review Master Plan Air Bersih Kota Tasikmalaya
Kab/Kota
5 Pengambilan keputusan --- + Pada PD sangat dipengaruhi oleh Pemerintah
Daerah, demikian pula pd PT, tetapi sedikit
lebih bebas
6 Jasa Pelayanan ++ PD lebih besar tanggung jawabnya untuk
melayani masyarakat, sedangkan PT sangat
dipengaruhi oleh kepentingan mencari laba
7 Keamanan lapangan kerja ++ PD lebih menjamin karyawannya untuk tetap
bagi karyawannya bekerja, sementara PT tidak
Sumber : Hasil Analisis
Berdasarkn uraian di atas dapat di simpulkan dengan singkat bahwa alternatif bentuk
Kelembagaan Pengelola SPAM di Kota Tasikmalaya dapat berupa:
1. Swasta,
2. BUMD,
3. BLU.
Beriku matriks perbedaan ke tiga bentuk kelembagaan tersebut:
Tabel 9.6 Matrik Kelembagaan SPAM
9.3. Rancangan Kelembagaan Pengelola SPAM Kota Tasikmalaya melalui KPS
Berkembangnya daerah pemukiman telah mengurangi area resapan air dan mengancam
daya dukung lingkungan dalam menyediakan air. Pada sisi lain, kapasitas infrastruktur
penampung air seperti waduk dan bendungan semakin menurun akibat meningkatnya
sedimentasi, sehingga menurunkan keandalan penyediaan air baku untuk air minum.
Tantangan berat bagi Pemerintah Kota Tasikmalaya adalah bagaimana menyediakan SPAM
untuk masyarakatnya yang terus berkembang tanpa tergantung kepada Kabupaten
Tasikmalaya/PDAM Tirta Sukapura yang selama ini terjadi atau tetap melakukan kerjasama
dengan Kabupaten Tasikmalaya/PDAM Tirta Sukapura, bahwa PDAM Tirta Sukapura
menjamin kontinuitas, kwantitas dan kualitas SPAM untuk masyarakat Kota Tasikmalaya.
Laporan Akhir
Review Master Plan Air Bersih Kota Tasikmalaya
Pendekatan kemitraan publik – swasta atau publik private parthnerships (PPP) ataupun KPS
(Kerjasama Pemerintah Swasta) Sebuah upaya umum untuk memberlakukan mekanisme
disinsentif untuk mencapai efisiensi dari institusi publik dengan mengaplikasikan
mekanismenya insentif dari pasar sektor swasta. Yang dimaksud adalah satu persetujuan
atau kontrak, antara Pemerintah ataupun BUMN dengan suatu pihak swasta, seperti yang
di bawah ini :
a) Pihak swasta yang melakukan fungsi pemerintah untuk periode dari waktu tertentu;
b) Pihak swasta yang menerima ganti-rugi untuk melaksanakan fungsi, s ecara langsung
atau secara tidak langsung;
c) Pihak swasta yang dapat dikenakan karena resiko-resiko timbul akibat dari
melaksanakan fungsi;
d) Fasilitas umum, lahan atau sumber daya lain bisa ditransfer atau yang disediakan
kepada Pihak swasta.
Bentuk PPP atau KPS secara garis besar dapat berupa:
1. Pemberian konsesi secara terbatas baik waktu dan atau lingkup kerja. disini pihak
swasta hanya mengoperasikan Infrastruktur yang dimiliki oleh BUMN/BUMD, atau
pemerintahan untuk lingkup tertentu dan waktu tertentu.
Laporan Akhir
Review Master Plan Air Bersih Kota Tasikmalaya
2. KSO Atau Kerja Sama Operasi, dimana Pihak BUMN atau BUMD
3. Melakukan kerjasama manajemen untuk mengelola unit bisnis tertentu yang
dikelolanya. BOT atau Built Operate and Tranfer, dimana pihak swasta membangun
sebuah infrastruktur dari awal untuk kemudian dikelola, dan pada kurun waktu
tertentu diserahkan kepada pemerintah atau BUMN/BUMD.
4. ODT atau Operate Developed and Transfer. Disini BUMN atau BUMD memberikan
konsesi kepada swasta untuk mengelola bisnisnya (atau sebagian Bisnisnya)
mengembangkannya dan pada kurun waktu yang disepakati mengembalikan kepada
BUMN atau BUMD.
Dalam Perpres No 67 tahun 2005 tersebut dinyatakan bahwa pelaksanaan PPP dilakukan
diantaranya berdasarkan prinsip : adil, terbuka, transparan, dan bersaing (competition).
Dengan adanya pengadaan yang mengedepankan transparency and competition, manfaat
yang dapat diraih adalah :
1. Terjaminnya mendapatkan harga pasar yang terendah (lowest market prices);
2. Meningkatkan perekonomian publik terhadap proyek PPP;
3. Mendorong kesanggupan lembaga keuangan untuk menyediakan pembiayaan
tanpa sovereign guarantees;
4. Dapat membantu tertariknya bidders yang sangat berpengalaman dan berkualitas
tinggi;
5. Mencegah aparat pemerintah dari praktek Korupsi, Kolusi dan Nepotisme;
Dalam Perpres yang sama juga dijelaskan bahwa tujuan pelaksanaan PPP adalah untuk :
1. Mencukupi kebutuhan pendanaaan secara berkelanjutan melalui pengerahan dana
swasta;
2. Meningkatkan kuantitas, kualitas dan efisiensi pelayanan melalui persaingan sehat;
3. Meningkatkan kualitas pengelolaan dan pemeliharaan dalam penyediaan
infrastruktur serta
4. Mendorong dipakainya prinsip pengguna membayar pelayanan yang diterima,
atau dalam hal tertentu mempertimbangkan daya beli pengguna.
9.3.2. Faktor Pembiayaan
Sektor peraturan PPP di sektor air diatur oleh Undang-Undang 7/2004 tentang Sumber
Daya Air, yang berfungsi sebagai payung untuk pengelolaan dan pengembangan sumber
daya air, termasuk air. Pada Maret 2005, pemerintah mengeluarkan PP 16/2005 tentang
Laporan Akhir
Review Master Plan Air Bersih Kota Tasikmalaya
Gambar 9.5 Usulan Skema Pembiayaan Pengembangan SPAM Kota Tasikmalaya - PPP
Tahapan Proyek dengan Menggunakan Pola BOT Toll Road yang dirilis oleh KKPPI, BOT atau
Build-Operate-Transfer adalah salah satu bentuk dari PPP sehingga bisa dikatakan bahwa
BOT juga merupakan pola kerjasama PPP.
Laporan Akhir
Review Master Plan Air Bersih Kota Tasikmalaya
diam. Pemerintah masih ikut berperan dalam proses tersebut dengan memberikan
dukungan. Salah satu parameter atau faktor yang menentukan bentuk dan besarnya
dukungan pemerintah kepada penyediaan infrastruktur adalah risiko. Penegasan hal
tersebut dituangkan dalam Peraturan Presiden Nomor 67 tahun 2005 tentang Kerjasama
Pemerintah Dengan Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur yang menyatakan bahwa
Dukungan Pemerintah kepada Badan Usaha dilakukan dengan memperhatikan prinsip
pengelolaan dan pengendalian risiko keuangan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (APBN) atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).
Sebagai tindak lanjut dari peraturan tersebut maka Menteri Keuangan sebagai pengelola
keuangan negara, mengeluarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 38/PMK.OI/2006
tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengendalian dan Pengelolaan Risiko Atas Penyediaan
Infrastruktur yang menyatakan bahwa Jenis- jenis risiko yang perlu diatur alokasinya
antara pemerintah dan badan usaha adalah risiko politik, risiko kinerja proyek, dan risiko
permintaan.
Menurut Darrin Grimsey dan Mervyn K. Lewis dalam Evaluating The Risks of Public Private
Partnerships For Infrastructure Projects: Banyaknya risiko yang terjadi dalam pola
kerjasama ini ditimbulkan oleh banyaknya pihak yang terlibat. Setidaknya terdapat 9
(Sembilan) risiko di dalam PPP bidang infrastruktur dengan pola kerjasama ini, yaitu:
§ Risiko teknis
§ Risiko konstruksi
§ Risiko operasional
§ Risiko revenue
§ Risiko finansial
§ Force Majeure
§ Risiko politik
§ Risiko lingkungan
§ Project default.
Risiko finansial (keuangan) adalah segala macam risiko yang berkaitan dengan keuangan,
biasanya diperbandingkan dengan risiko non keuangan, seperti risiko operasional. Jenis
risiko finansial (keuangan) misalnya adalah risiko nilai tukar, risiko suku bunga dan risiko
llikuiditas.
Laporan Akhir
Review Master Plan Air Bersih Kota Tasikmalaya
9.3.4. Pengertian dan Perbedaan Type Kontrak
Berdasarkan Bentuk Imbalan
1. Kontrak Lumpsum. Adalah kontrak pengadaan barang/jasa untuk penyelesaian seluruh
pekerjaan dalam batas waktu tertentu, dengan jumlah harga kontrak yang pasti dan
tetap, serta semua risiko yang mungkin terjadi dalam pelaksanaan pekerjaan
sepenuhnya ditanggung oleh penyedia barang/jasa atau kontraktor pelaksana.
2. Kontrak Unit Price/Harga Satuan. Adalah kontrak pengadaan barang / jasa atas
penyelesaian seluruh pekerjaan dalam batas waktu tertentu berdasarkan harga satuan
yg pasti & tetap untuk setiap satuan pekerjaan dengan spesifikasi teknis tertentu, yang
volume pekerjaannya masih bersifat perkiraan sementara. Pembayaran kepada
penyedia jasa/kontraktor pelaksanaan berdasarkan hasil pengukuran bersama terhadap
volume pekerjaan yang benar-benar telah dilaksanakan.
3. Kontrak Gabungan/Lumpsum dan Unit Price. Adalah kontrak yang merupakan
gabungan lumpsum & harga satuan dalam satu pekerjaan yang diperjanjikan
4. Kontrak Terima Jadi/Turn Key. Adalah kontrak pengadaan barang/jasa pemborongan
atas EPC (Engineering Proquirement & Consctruction) penyelesaian seluruh pekerjaan
dalam batas waktu tertentu dengan jumlah harga pasti & tetap sampai seluruh
bangunan/konstruksi, peralatan & jaringan utama maupun penunjangnya dapat
berfungsi dengan baik sesuai dengan kriteria kinerja yg telah ditetapkan.
5. Kontrak Persentase. Adalah kontrak pelaksanaan jasa konsultansi dibidang konstruksi
Laporan Akhir
Review Master Plan Air Bersih Kota Tasikmalaya
Laporan Akhir
Review Master Plan Air Bersih Kota Tasikmalaya
Tasikmalaya, namun mereka dapat memberikan kontribusi yang besar terhadap kinerja
pengelolaan SPAM Kota Tasikmalaya. Seperti USAID yang memiliki program USAID
Indonesia Urban Water, Sanitation and Hygiene (SUAID IUWASH). Proyek ini berupaya
mencapai peningkatan pelayanan air bersih dan sanitasi perkotaan.
Masih terkait dengan sistem pendukung adalah dukungan dari lembaga internasional
yang memainkan peranan penting dalam pengembangan SPAM didaerah dengan
dukungan dana maupun teknis. Dukungan dana dapat berupa dukungan bagi organisasi
mapun proyek. Demikian pula dengan dukungan lain yang terlihat sangat baik untuk
keberlangsungan kinerja seperti dukungan staf dan dukungan teknologi informasi dan
komunikasi. Bisa dikatakan bahwa secara umum, penyelenggara pengembangan SPAM
Kota Tasikmalaya harus memiliki system informasi yang kuat dan akurat. Adanya situs
resmi yang selalu di updated juga memiliki indikasi betapa prasarana dan sarana yang
dimiliki Pengelola SPAM sangat memadai dan mendukung bagi pelaksanaan tugas dan
fungsi Pengelola SPAM Kota Tasikmalaya.
Rekruitment karyawan senantiasa menjadi kunci dari keberhasilan SDM dalam mendorong
penyelenggaraan perusahaan menjadi baik. Dimulai dengan disusun terlebih dahulu
spesifikasi teknis/kompetensi yang diperlukan dan jumlah personel yang dibutuhkan.
Fakta dan proyeksi kualitas SDM Pengelola SPAM Kota Tasikmalaya merupakan tantangan
terbesar yang mau tidak mau harus dihadapi oleh manajemen. Oleh karena itu perusahaan
dituntut untuk mempunyai program pengembangan SDM agar meningkatkan kualitas dan
kompetensi SDM sehingga perusahaan dapat merealisasi visi dan mencapai tujuan-tujuan
jangka pendek, menengah maupun jangka panjang. Sebaliknya bagi karyawan berarti
“suatu proses belajar dan berlatih secara sistematis untuk meningkatkan kompetensi dan
kinerja mereka dalam pekerjaannya sekarang dan menyiapkan diri untuk peran dan
tanggungjawab yang akan datang”.
Karena tantangan di masa yang akan datang dan untuk menjadikan visi jadi realita serta
mencapai tujuan kelembagaan pengelola SPAM di Kota Tasikmalaya dituntut untuk
memiliki Sumberdaya Manusia yang memiliki : Knowledge (pengetahuan), Skill (Keahlian)
dan Attitude (Sikap) yang berkualitas. Sehingga akan tumbuh inovasi dan kreativitas.
Laporan Akhir
Review Master Plan Air Bersih Kota Tasikmalaya
ada lembaga donor seperti USAID, AUSIAD, ADB juga memiliki agenda diklat. Yang tidak
kalah penting dalam merekrut karyawan selain kompetensi adalah motivasi/komitmenya
tinggi dalam memajukan perusahaan.
Satu hal yang harus diingat bahwa experience tidak selalu bergerak sama dengan
peningkatan kompetensi, sehingga banyak ditemukan adanya karyawan yang memiliki usia
kerja yang lama tetapi tidak memiliki kompetensi untuk menjalankan tugas dan fungsinya.
Oleh karenanya peningkatan kompetensi melalui kegiatan pendidikan dan latihan menjadi
lebih penting dibandingkan usaha meningkatkan grade pendidikan formal.
Setelah melihat uraian setiap bab, maka dapat disimpulkan beberapa kelebihan dan
kekurangan dari berbagai alternatif kelembagaan SPAM Kota Tasikmalaya yang bisa dilihat
pada tabel berikut :
Tabel 9.8 Kelebihan dan Kekurangan Alternatif Kelembagaan SPAM Kota Tasikmalaya
Laporan Akhir
Review Master Plan Air Bersih Kota Tasikmalaya
Laporan Akhir
Review Master Plan Air Bersih Kota Tasikmalaya
BAB X
Rencana Tindak Lanjut
10.1 Rencana Tindak
Rencana tindak lanjut dari hasil penyusunan Review Master Plan Air Minum Kota
Tasikmalaya adalah sebagai berikut :
1) Melakukan Nota Kesepahaman (MOU) antara pihak Pemerintah Kota
Tasikmalaya dengan pihak Pemerintah Kabupaten Tasikmalaya mengenai
rencana pengembangan SPAM di Kota Tasikmalaya.
2) Melakukan Studi Kelayakan Investasi dan Kelembagaan Pengembangan SPAM
Kota Tasikmalaya.
3) Pembentukan kelembagaan pengelola SPAM Kota Tasikmalaya.
4) Penyusunan studi lingkungan (AMDAL/UKL-UPL) Pembangunan SPAM Kota
Tasikmalaya.
5) Penyusunan Detail engineering Design (DED) SPAM Kota Tasikmalaya.
6) Pembangunan SPAM Kota Tasikmalaya secara bertahap.
7) Operasional dan pemeliharaan
Untuk lebih jelas dalam rencana tindak pengembangan SPAM Kota Tasikmalaya,
maka perlu di susun rencana tindak pengembangan SPAM Kota Tasikmalaya secara
terencana yang terdiri dari program mendesak (jangka Pendek), program jangka
menengah 5 tahun dan program Jangka Panjang sampai akhit tahun perencanaan
(2034). Berikut muatan rencana pengembangan SPAM Kota Tasikmalaya:
Laporan Akhir
Review Master Plan Air Bersih Kota Tasikmalaya
SUMBER
NO URAIAN KEGIATAN PENANGGUNG JAWAB
DANA
e. Evaluasi MOU
3 Penyusunan Studi Kelayakan Investasi dan Dinas Tata Ruang dan Permukiman APBD
Kelembagaan Pengembangan SPAM Kota Kota Tasikmalaya
Tasikmalaya
5 Penyusunan Detail engineering Design (DED) Dinas Tata Ruang dan Permukiman
SPAM Kota Tasikmalaya. Kota Tasikmalaya
APBD
II TAHAP KONTRUKSI
APBD
Laporan Akhir
Review Master Plan Air Bersih Kota Tasikmalaya
SUMBER
NO URAIAN KEGIATAN PENANGGUNG JAWAB
DANA
3 APBN
Pembangunan Unit Produksi Tahap 1 (IPA Ditjen Cipta
500 L/dt) Sistem Ciwulan Pemprov Jabar, Ditjen Cipta Karya Karya/
APBD Prov.
Pembangunan Unit Produksi Tahap 2 (IPA
Jabar/ KPS.
250 L/dt) Sistem Ciwulan Pemprov Jabar, Ditjen Cipta Karya
1 APBD/
Unit Air Baku BLUD SPAM Kota Tasikmalaya BLUD
2 APBD/
Unit Produksi BLUD SPAM Kota Tasikmalaya BLUD
3 APBD/
Jaringan Distribusi Utama BLUD SPAM Kota Tasikmalaya BLUD
4 APBD/
Unit Jaringan Distribusi dan Unit Pelayanan BLUD SPAM Kota Tasikmalaya BLUD
Uraian jelas mengenai program peningkatan SPAM kota Tasikmalaya dapat dilihat pada
lampiran 4
10.2 Rencana Investasi Jangka Menengah
Rencana investasi jangka menengah kota tasikmalaya dapat dilihat pada Lampiran 5