Estimator
Estimator adalah profesi yang bertugas memperkirakan suatu biaya (estimasi)
dalam sebuah proyek konstruksi. Seorang estimator diharapkan bisa
mempersepsikan gambar 3 dimensi ke 2 dimensi ataupun sebaliknya. Berikut
ini adalah kualifikasi untuk bisa mengestimasi biaya suatu rancangan
bangunan proyek :
1. Menganalisis pekerjaan
2. Menetapkan proses produksi
3. Memilih alat dan bahan sesuai spesifikasi pekerjaan
4. Menetapkan spesifikasi pekerjaan yang diterima
5. Mencari informasi perkembangan harga bahan
6. Menetapkan harga pokok
7. Memberikan alternative harga kepada pimpinan
Selain itu, berikut ini adalah tugas-tugas pokok yang harus dikerjakan oleh
Estimator :
Quantity Surveyor
Pada dasarnya Quantity Surveyor hampir sama dengan Estimator, semua
kualifikasi Estimator juga dimiliki oleh Quantiy Surveyor. Namun, Quantity
Surveyor biasanya berkonsentrasi pada proyek yang skalanya lebih besar
seperti Highrise Building, Railway Contraction dan sebagainya.
Selain yang disebutkan di atas, seorang Quantity Surveyor juga bertugas untuk
pembuatan opname proyek pekerjaan untuk menghitung progress pekerjaan
di lapangan baik dari pihak kontraktor ke pihak owner dan juga dari pihak
subkin ke pihak kontraktor.
Proses awal dalam mengestimasi biaya proyek baru umumnya dating dari
sebuah permintaan yang dibuat oleh manajemen. Proses awal ini adalah
tugas estimator membuat estimasi kasar dengan mempelajari dan
menginterpensikan beberapa ruang lingkup proyek yang ada di lapangan.
Adapun output dari tahap ini nantinya adalah hasil estimasi dengan berbagai
dokumentasi lingkup proyek berdasarkan data-data informasi yang
dikumpulkan. Hasil estimasi dan dokumen pendukungnya ini kemudian
diserahkan kepada oihak manajemen untuk mendapatkan penetapan
keputusan. Apakah proyek layak untuk dilanjutkan atau tidak?
Kualitas output estimasi biaya yang baik akan menghasilkan biaya proyek
yang tepat dan akurat jauh dari pengeluaran biaya proyek lebih daripada
seharusnya.
Jika kontraktor mendapat penilaian baik dari pihak owner dan lulus
tahap prakualifikasi maka kontraktor dapat maju ke tahap selanjutnya.
BAB I
SYARAT – SYARAT UMUM
Pasal 1
PEMBERI TUGAS, KONSULTAN PENGAWAS, KONSULTAN PERENCANA
DAN KONTRAKTOR/PEMBORONG
Pasal 2
NAMA DAN LOKASI PROYEK
Pasal 3
TUGAS DAN WEWENANG
1. Pemilik
• Pemilik akan memberikan semua instruksi kepada Pemborong melalui MK dilanjutkan kepada
pengawas lapangan dan diketahui oleh Konsultan Perencana.
• Informasi dan bantuan kerjasama yang diperlukan pemborong akan diberikan oleh Pemilik
sepanjang batas wewenang dan kewajiban pemilik.
• Pemilik berhak menghentikan pekerjaan apabila Pemborong tidak sanggup memperbaiki
pekerjaan yang kurang sempurna atau terus menerus gagal mengadakan bahan dan alat
sesuai Dokumen Kontrak, sampai hambatan yang bersangkutan teratasi.
2. Konsultan Perencana :
• Bertanggung jawab kepada Pemilik untuk keseluruhan konsep dan proses design, meliputi
perencanaan ketentuan teknis, spesifikasi dan gambar kerja.
• Bekerjasama dengan Bagian Legal menyediakan data teknis design yang dibutuhkan untuk
kepengurusan izin dan lain-lain.
Pasal 4
SYARAT PESERTA LELANG
Pasal 5
DOKUMEN KONTRAK
Dokumen Kontrak terdiri dari :
• Rencana Kerja dan Syarat
• Risalah Rapat Penjelasan Pekerjaan
Pasal 6
DOKUMEN TENDER DAN URUTAN PEMBERLAKUANNYA
1. Yang dimaksud dalam dokumen-dokumen pelelangan adalah sebagai berikut:
2. Semua dokumen pelelangan tersebut adalah melekat dan menjadi satu kesatuan yang tidak dapat
dipisahkan, memiliki kekuatan yang sama, saling menunjang dan menutupi kekurangan satu sama
lainnya.
3. Apabila terdapat perbedaan antara gambar-gambar dengan ketentuan-ketentuan dalam uraian,
dan syarat-syarat pelaksanaan ataupun BOQ baik dimensi, volume, spesifikasi teknis maupun
kondisi existing dilapangan, maka keputusan ada ditangan direksi PT LOKER TEKNIK SIPIL
(Owner) yg digunakan sbg dasar keputusan dengan mempertimbangkan masukan dari pengawas
lapangan. ( yang digunakan adalah yang menguntungkan Owner).
Pasal 6
RAPAT PENJELASAN/AANWIJZING
1. Rapat Penjelasan Pekerjaan/Aanwijzing akan dilaksanakan pada Hari/Tanggal, waktu dan tempat
sesuai petunjuk jadwal waktu pada undangan Pelelangan.
2. Dari hasil Rapat Penjelasan kemudian akan dibuat “Risalah Penjelasan” yang juga merupakan
bagian dari Dokumen Kontrak, Risalah Penjelasan tersebut ditandatangani oleh MK dan 2 (dua)
orang wakil Peserta Lelang.
3. Risalah Penjelasan akan diperbanyak dan dibagikan kepada semua peserta lelang yang diundang
dan hadir pada waktu rapat.
4. Rapat Penjelasan akan dilanjutkan dengan peninjauan lapangan.
5. Peserta lelang yang diundang tetapi tidak mengikuti Rapat Penjelasan Pekerjaan tidak
diperkenankan memasukkan Penawaran.
6. Setelah 5 hari dari Aanwijzing, proses klarifikasi final dokumen tender menyangkut perbedaan
dokumen, Gambar, dan BOQ akan dilakukan pada tanggal 7 Agustus 2017. Wajib bagi
kontraktor untuk menyertakan perhitungan volume (versi kontraktor)
Pasal 7
PEMBATALAN LELANG
Pasal 8
WAKTU PELAKSANAAN & PENYERAHAN PEKERJAAN
1. Jangka waktu pelaksanaan adalah selama 70 (Tujuh Puluh) hari Kalender terhitung sejak SPK
diberikan.
2. Pelaksanaan Pekerjaan paling lambat 7 (tujuh) hari setelah SPK ditandatangani
3. Apabila setelah 7 (tujuh) hari pekerjaan belum juga dilaksanakan, maka Pemberi Tugas berhak
membatalkan SPK dan semua biaya/kerugian akibat pembatalan tersebut menjadi resiko
Pemborong.
4. Bila terjadi keterlambatan penyelesaian pekerjaan maka Pemborong akan dikenakan sanksi yang
besarannya akan diatur kemudian dalam Kontrak.
5. Rencana dan tanggal penyerahan pertama harus diajukan kepada Direksi / Pengawas selambat-
lambatnya 1 ( satu ) minggu sebelum tanggal yang dimaksud, dan Direksi / Pengawas akan
melakukan pemeriksaan seksama atas hasil keseluruhan. Hasil pemeriksaan ini akan diserahkan
kepada Kontraktor sebelum penyerahan pertama. Pemeriksaan maupun penyerahan dibuat Berita
Acara.
TRAINING QUANTITY SURVEYOR | LOKER TEKNIK SIPIL | ERSA BESTARI MULYADI 15
6. Keadaan yang dapat digunakan sebagai alasan untuk mengajukan permohonan perpanjangan
waktu penyerahan adalah keadaan-keadaan Force Majeure.
7. Keadaan Force Majeure adalah :
a. Banjir
b. Hujan terus menerus selama 3 hari.
c. Kebakaran besar
d. Bencana alam yang bersifat nasional
e. Dan lain-lain yang menurut pertimbangan Direksi dapat diterima
f.
Pasal 9
DENDA-DENDA
Pasal 10
PELAKSANAAN PEKERJAAN DI LAPANGAN
1. Sebelum pelaksanaan, setiap step pekerjaan harus mengajukan ijin tertulis (Request Pekerjaan)
kepada PT. LOKER TEKNIK SIPIL dan menyerahkan shop drawing.
2. Perubahan bahan dapat dilakukan dengan persetujuan tertulis terlebih dahulu dari PT. LOKER
TEKNIK SIPIL dan selisih harga yang terjadi menjadi pekerjaan tambah / kurang.
3. Tidak diperbolehkan menyerahkan pekerjaan kepada Sub Kontraktor, kecuali untuk pekerjaan
khusus dan harus atas persetujuan tertulis dari PT. LOKER TEKNIK SIPIL.
4. Site Manager minimum 1 orang, berpendidikan Sarjana Teknik Sipil / Arsitektur, berpengalaman
minimal 3 tahun dan dapat bertanggung jawab di lapangan.
5. Site Manager dan Surveyor harus stand-by setiap hari di lapangan.
6. Segala kehilangan peralatan dan bahan material milik Kontraktor menjadi tanggung jawab masing-
masing Kontraktor.
7. Biaya kuli naik / turun barang ditanggung oleh Kontraktor.
Pasal 11
PERUBAHAN DALAM PEKERJAAN
1. Tidak ada pekerjaan tambah / kurang, kecuali ada instruksi tertulis dari PT. LOKER TEKNIK SIPIL
dan tetap harus mengikuti peraturan yang telah ditetapkan oleh PT. LOKER TEKNIK SIPIL.
2. Pemilik tanpa mengurangi arti dari Kontrak melalui MK, dapat memerintahkan perubahan-
perubahan dalam pekerjaan.
3. Semua perubahan pekerjaan harus dikuatkan dengan Berita Acara Perubahan Pekerjaan yang
ditandatangani oleh Pemilik, MK, Perencana dan Direksi Lapangan.
4. Biaya akibat perubahan tersebut akan dinegosiasikan kemudian, dan menjadi satu bagian dari
Berita Acara Perubahan Pekerjaan.
5. Perubahan spesifikasi bahan dapat dilakukan dengan persetujuan tertulis terlebih dahulu dari MK
dan Perencana melalui Direksi Lapangan.
6. Selisih harga yang terjadi karena perubahan spesifikasi bahan tersebut menjadi pekerjaan Tambah
Kurang
Pasal 12
PERBAIKAN KERUSAKAN DAN CACAT PEKERJAAN
Pasal 1
PENAWARAN
6. Sistem Tender
Sistem tender diadakan secara Tertutup, 3 Kontraktor termurah akan memasuki tahap selanjutnya
untuk kemudian diklarifikasi. Klarifikasi didasarkan atas perhitungan volume, harga satuan, metode
pelaksanaan untuk menepati time schedule, struktur organisasi lapangan & jumlah tenaga kerja,
jumlah jam kerja per-hari.
Yang lulus klarifikasi diberi kesempatan untuk merevisi penawarannya dan masuk babak final.
Harga penawaran adalah yang terendah dari semua penawaran dan mencakup semua lingkup dan
volume pekerjaan yang diberikan.
Pasal 2
PENGUMUMAN PEMENANG
1. Pengumuman Pemenang Tender akan disampaikan secara tertulis via email kepada semua
Peserta Tender pada saat Pembukaan Surat Penawaran
2. Tender dapat dibatalkan apabila:
i. Harga yang ditawarkan dianggap tidak wajar.
ii. Karena suatu hal, tidak dimungkinkan dilakukan penetapan.
Pasal 3
JAMINAN PEMENANG
1. Pemenang tender harus menyerahkan Jaminan Pemenang berupa cek cash atas nama PT. LOKER
TEKNIK SIPIL sebesar Rp 50.000.000,- (Lima Puluh Juta Rupiah) dan dapat dicairkan oleh PT.
LOKER TEKNIK SIPIL. Jaminan ini harus diserahkan pada saat ditunjuk sebagai pemenang (pada
hari yang sama).
2. Apabila Kontraktor tidak dapat menyerahkan Jaminan Pemenang pada saat ditunjuk sebagai
pemenang, atau Jaminan Pemenang tersebut tidak dapat dicairkan dalam waktu seminggu, maka
Kontraktor tersebut dianggap mengundurkan diri dan pemenang dialihkan ke Kontraktor pemenang
kedua termurah.
3. Jaminan Pemenang akan dikembalikan ke Kontraktor pada saat Kontraktor menyerahkan Jaminan
Pelaksanaan.
Pasal 4
UANG MUKA & JAMINAN PELAKSANAAN
Pasal 5
CARA PENAGIHAN & PEMBAYARAN
Pasal 6
PELAPORAN DAN DOKUMENTASI
1. Pemborong wajib membuat Laporan Harian dengan memberikan catatan yang singkat dan jelas
mengenai :
• Kemajuan dan kondisi terkini dari pekerjaan
• Pekerjaan-pekerjaan yang dikerjakan Sub-Kontraktor (bila ada).
• Catatan dan perintah Direksi Lapangan
• Perubahan-perubahan
• Distribusi bahan dan catatan tenaga kerja
• Catatan keadaan cuaca
• Atau mengikuti format laporan yang diberikan oleh MK melalui Direksi Lapangan
Laporan harian harus diperiksa dan disetujui oleh Direksi Lapangan
2. Laporan harian tersebut kemudian dibukukan sebagai acuan untuk pembuatan Laporan Mingguan,
dibuat rangkap 5 (lima) disetujui Direksi Lapangan sebagai bahan rapat rutin dan diserahkan
kepada PT. LOKER TEKNIK SIPIL setiap awal minggu selanjutnya (hari Senin).
3. Untuk keperluan pembayaran kemudian dibuat Berita Acara Progress dari bobot pekerjaan
mengikuti format yang diberikan MK melalui Direksi Lapangan.
4. Pemborong wajib membuat dan menyerahkan kepada MK foto-foto dokumentasi yang dimasukkan
dalam album proyek tentang pelaksanaan, detail-detail, perkembangan, perubahan dan tahap-
tahap pekerjaan, sebanyak 2 set setiap bulan.
5. Setelah pekerjaan mencapai progres 100%, Kontraktor harus menyerahkan Final Report.
Pasal 7
GAMBAR KERJA, SHOP DRAWING DAN AS BUILT DRAWING
1. Sebelum pelaksanaan pekerjaan Pemborong wajib membuat Shop Drawing sebanyak minimal 2
(dua) copy dan diserahkan melalui Direksi Lapangan kepada MK dan Perencana.
Pasal 8
RAPAT RUTIN TEKNIS
1. Rapat rutin diadakan setiap minggu, setiap bulan dan di waktu-waktu yang dianggap perlu, dipimpin
oleh Direksi Lapangan/MK dan dihadiri oleh Perencana, wakil Pemilik, Site Manajer Kontraktor
dan wakil-wakil dari Sub Kontraktor.
2. Ketidakhadiran kontraktor dan sub-kontraktor dianggap lalai dan dapat dikenakan sanksi.
BAB III
SYARAT – SYARAT TEKNIS
Pasal 1
PEMAKAIAN UKURAN
1. Segera setelah Kontrak ditandatangani, Pemborong disaksikan MK dan Direksi Lapangan akan
melakukan pengukuran kembali tapak proyek dengan teliti untuk mengetahui batas-batas proyek,
dengan alat theodolite dll.
2. Bila terdapat perbedaan antara gambar rencana dan keadaan lapangan, maka MK dan Direksi
Lapangan menentukan tanda patokan dasar untuk pengukuran selanjutnya.
3. Pemborong wajib memeriksa kebenaran ukuran-ukuran dan kapasitas dari mesin ataupun bahan
dalam gambar tender maupun RKS, apabila terjadi kesalahan agar segera memberitahukan
perbedaan tersebut kepada Direksi Lapangan dan baru diijinkan melaksanakannya setelah
mendapat penjelasan dan persetujuan dari MK dan Perencana melalui Direksi Lapangan.
4. Pengambilan ukuran-ukuran atau kapasitas yang keliru dalam pelaksanaan , dalam hal apapun
menjadi tanggungjawab Pemborong.
Pasal 2
JADWAL DAN RENCANA KERJA
Pasal 3
BAHAN DAN ALAT
1. Contoh bahan yang dikehendaki oleh Direksi Lapangan dan MK harus disediakan tanpa
keterlambatan, atas biaya Pemborong dan harus representatif.
2. Pemborong wajib membuat gudang penyimpanan bahan untuk tetap menjaga mutu dan sarana
transportasi untuk pemindahannya.
3. Direksi Lapangan, MK dan Perencana berhak menolak bahan dan alat yang disediakan oleh
Pemborong apabila kwalitasnya tidak memenuhi syarat.
4. Tidak tersedianya bahan dan alat, tidak dapat dijadikan alasan untuk keterlambatan pekerjaan.
Pasal 5
SARANA DAN PRASARANA KANTOR
1. Penentuan lokasi gudang, kantor lapangan, los-los kerja dan penimbunan bahan akan ditentukan
kemudian bersama dengan Direksi Lapangan dan MK.
2. Pemborong wajib membuat jalan serta jembatan (apabila diperlukan) sementara sebagai akses
masuk ke tempat pekerjaan, dimana harus mendapat persetujuan terlebih dahulu dari Direksi
Lapangan.
3. Pemborong wajib menyediakan alat-alat pemadam kebakaran, alat P3K kamar mandi dan sarana
telekomunikasi.
4. Pemborong berkewajiban memperbaiki segala kerusakan dari sarana dan prasarana yang telah
ada di lingkungan proyek yang secara langsung maupun tidak langsung disebabkan oleh
pelaksanaan pekerjaan.
5. Pemborong wajib menyediakan peralatan (termasuk alat berat) yang memadai dan dianggap cukup
untuk dapat mencapai prestasi pekerjaan sesuai jadwal.
Pasal 6
PERATURAN DAN SYARAT TEKNIS
1. Pemborong harus mengikuti tata cara pelaksanaan dan petunjuk lain yang berhubungan dengan
Peraturan Pembangunan yang sah berlaku di Indonesia, kecuali dibatalkan oleh RKS ini.
2. Untuk pelaksanan pekerjaan berlaku peraturan-peraturan sbb:
- Peraturan Umum Untuk Pemeriksaan Bahan-Bahan Bangunan NI-3 (PUBB) 1996, NI-
3-1983, PUBB-1989
- Peraturan Beton Bertulang Indonesia (PBI-NI-2-1985, PBI-NI-2-1971)
- Peraturan Perencanaan Bangunan Baja 1987
- Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia (PKKI-NI-5-1961)
- Peraturan Umum Instalasi Listrik (NI-6)
- Peraturan Pembangunan Pemerintah Daerah Setempat
- Peraturan Semen Portland Indonesia (NI-8-1972)
- Peraturan Pengecatan (NI-12)
- Peraturan Muatan Indonesia (NI-18)
Pasal 7
SPESIFIKASI TEKNIS
1. Umum
Lokasi Proyek
Lokasi proyek terletak ………………….
Lingkup Pekerjaan
▪ Pekerjaan Struktur
TRAINING QUANTITY SURVEYOR | LOKER TEKNIK SIPIL | ERSA BESTARI MULYADI 22
▪ Pekerjaan Arsitek
▪ Pekerjaan ME
Kondisi Lapangan
Kontraktor harus menyediakan sendiri semua keperluan material, tenaga kerja dan alat-lat
bantu lainnya yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan ini. Disediakan alat kerja,
antara lain :
Jaminan / Garansi
Kontraktor wajib memberikan garansi untuk material yang terpasang sesuai standar pabrik
Metode Pelaksanaan dan untuk jaminan / garansi Waterproofing minimal garansi 5 tahun
untuk material dan applikator.
Kontraktor wajib memberikan dan melaksanakan metode pelaksaan yang diberikan.
2. Spesifikasi Teknis
Spesifikasi teknik terlampir, meliputi :
BAB IV
PERJANJIAN PEMBORONGAN
ANTARA
DENGAN
Perjanjian ini di buat di Tangerang, pada hari [ ], tanggal [ ] (“Perjanjian”), oleh dan antara:
1. PT LOKER TEKNIK SIPIL, suatu perseroan terbatas terbuka yang didirikan berdasarkan hukum
negara Republik Indonesia, berkedudukan di Bandung, dengan alamat kantor di Jalan ……..,
dalam hal ini diwakili oleh …… dalam kedudukan selaku Direktur Utama perseroan, dari dan oleh
karenanya sah bertindak untuk dan atas nama Direksi serta mewakili PT LOKER TEKNIK SIPIL
(selanjutnya disebut sebagai “Pemilik”); dan
2. NAMA KONTRAKTOR PEMENANG, suatu perseroan terbatas yang didirikan berdasarkan
hukum negara Republik Indonesia, berkedudukan di Jakarta dengan alamat di Jalan [alamat
Selanjutnya Pemilik dan Kontraktor secara bersama-sama disebut sebagai “Para Pihak” dan secara
sendiri-sendiri disebut “Pihak”.
a. Pemilik adalah suatu perseroan terbatas yang bergerak di bidang perdagangan secara retail dan
merupakan pihak yang sah menyewa tanah dan bangunan ……………... (untuk selanjutnya
disebut “Lokasi Pembangunan”).
b. Pemilik bermaksud membangun Laboratorium berikut fasilitas pendukungnya yang akan
digunakan.
c. Kontraktor adalah suatu perseroan terbatas yang bergerak dibidang jasa konstruksi yang telah
memiliki ijin-ijin yang diperlukan sebagai pelaksana jasa konstruksi dan bermaksud melakukan
pekerjaan sipil, arsitektur, dan ME LABORATORIUM LOKER TEKNIK SIPIL sebagaimana Surat
Perintah Kerja No...................... dan tanggal SPK.
d. Pemilik setuju dan sepakat untuk menunjuk Kontraktor, yang dengan ini bersedia menerima
penunjukan dari Pemilik untuk melakukan Pekerjaan Pembangunan sesuai dengan desain
berikut perubahan-perubahan yang ditentukan Pemilik.
Selanjutnya Para Pihak sepakat dan setuju untuk mengadakan dan melaksanakan Perjanjian ini
dengan syarat dan ketentuan sebagai berikut : --------------------
Pasal 1
RUANG LINGKUP
Ruang Lingkup Pekerjaan yang dimaksud dalam Perjanjian ini adalah Pekerjaan Pembangunan
mencakup pekerjaan sipil, arsitektur, dan ME LABORATORIUM LOKER TEKNIK SIPIL (“Pekerjaan
Pembangunan”) di Lokasi Pembangunan sesuai dengan desain yang ditentukan oleh pemilik, berikut
setiap dan seluruh perubahan-perubahannya.
Pasal 2
1. Para Pihak sepakat bahwa jangka waktu pelaksanaan Pekerjaan Pembangunan terhitung adalah
selama 70 (Tujuh puluh) hari kalender terhitung sejak tanggal ________________ (tanggal,
bulan, tahun) sampai dengan tanggal ________________ (tanggal, bulan, tahun) (untuk
selanjutnya disebut ”Jangka Waktu Pelaksanaan”).
2. Apabila terhenti atau terlambatnya Pekerjaan Pembangunan yang disebabkan karena terjadinya
Force Majeure sebagaimana yang dimaksud dalam Ketentuan Umum, Bab V Perjanjian ini, maka
Kontraktor wajib segera memberitahukan dan mengajukan permohonan penambahan jangka
waktu pelaksanaan secara tertulis kepada Pemilik selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari kalender
sejak terjadinya Force Majeure.
Pasal 3
1. Nilai kontrak Pekerjaan ini disepakati sebesar Rp.............,- (Terbilang) sudah termasuk Pajak
Pertambahan Nilai (PPN) 10% (sepuluh persen).
2. Para Pihak sepakat Pembayaran Nilai Kontrak dilakukan dengan rincian sebagai berikut:------
Pasal 4
LAIN-LAIN
Ketentuan-ketentuan lain yang belum diatur dalam Perjanjian ini selanjutnya akan diatur dalam
Ketentuan Umum, Gambar, Desain, dan lampiran-lampiran lainnya, termasuk segala perubahannya
(jika ada dan/atau yang aka nada di kemudian hari) yang merupakan satu kesatuan dan merupakan
bagian yang tidak dipisahkan dari Perjanjian ini.
Demikianlah Perjanjian ini dibuat dalam 2 (dua) rangkap yang masing-masing memiliki kekuatan hukum
yang sama serta ditandatangani di tempat dan pada tanggal yang disebutkan di awal Perjanjian ini.
Untuk dan atas nama Pemilik, Untuk dan atas nama Kontraktor,
PEKERJAAN PEMBANGUNAN
LABORATORIUM
PT LOKER TEKNIK SIPIL
(“Ketentuan Umum”)
Pasal 1
Definisi
Dalam Ketentuan Umum ini, berikut lampirannya dan/atau perubahannya dan/atau penambahannya
yang akan dibuat di kemudian hari (jika ada), yang kesemuanya merupakan satu kesatuan serta bagian
yang tidak terpisahkan dari Ketentuan Umum ini dan merupakan satu kesatuan dengan Perjanjian
Pemborongan yang ditandatangani oleh PT Atri Pasifik sebagai pemilik (“Pemilik”) dan PT ____
sebagai kontraktor (“Kontraktor”), tanggal _______ (“Perjanjian Pemborongan”). Kata-kata yang
disebut di bawah ini yang dimulai dengan huruf besar harus diartikan sebagai berikut, kecuali rangkaian
kata-kata itu mensyaratkan lain (pengertian ini berlaku baik untuk tunggal maupun bentuk jamak dari
kata-kata dimaksud):
3. Dokumen Tagihan :
adalah kelengkapan dokumen yang wajib dipenuhi oleh Kontraktor sebagai syarat untuk dapat
dilakukannya pembayaran atas Nilai Kontrak oleh Pemilik yang terdiri dari invoice/kwitansi dan
faktur pajak serta kelengkapan lain untuk masing-masing tagihan, yaitu sebagai berikut:
a. Untuk tagihan pertama, wajib dilengkapi dengan copy Surat Perintah Kerja (SPK) yang
ditandatangani oleh Pemilik.
b. Untuk tagihan per-termin, wajib dilengkapi dengan laporan kemajuan pekerjaan, berita
acara, photo dan dokumen pendukung lainnya.
c. Untuk tagihan setelah masa retensi, wajib dilengkapi dengan laporan penyelesaian
pekerjaan dalam masa retensi, berita acara Penyerahan terakhir, photo dan dokumen
pendukung lainnya.
Pasal 2
Prinsip-Prinsip Umum
1. Pemilik dan Kontraktor sepakat untuk melaksanakan seluruh isi dan ketentuan dalam Perjanjian
Pemborongan ini dengan itikad baik dan asas kesetaraan dan penuh tanggung jawab kecuali
ditentukan lain oleh Pemilik dengan berpedoman pada dokumen yang menunjuk data dan
spesifikasi yang terbaik dan tertinggi selanjutnya akan berpedoman pada dan dengan urutan
prioritas sebagai berikut:
a. Perjanjian Pemborongan dan Ketentuan Umum beserta setiap dan seluruh perubahan
dan/atau penambahannya (jika ada);
b. Surat Perintah Kerja No……………………. tanggal ……………… ;
c. Gambar Kontrak dan Dokumen Desain;
d. Bill of Quantity;
e. Dokumen Penawaran Kontraktor beserta Berita Acara Klarifikasi dan Negosiasi yang
disepakati Para Pihak;
f. Ketentuan-ketentuan/peraturan-peraturan administrasi dan teknis yang berlaku sepanjang
mengenai ketentuan-ketentuan yang tidak diatur secara tegas dalam Perjanjian Pemborongan
ini;
g. Peraturan-peraturan Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah setempat tentang
pembangunan; dan
h. Petunjuk-petunjuk dan peringatan-peringatan yang dikeluarkan oleh Pemilik atau pejabat yang
ditunjuk.
2. Dengan memperhatikan ketentuan ayat 1 Pasal Ketentuan Umum ini, apabila ditemukan adanya
perbedaan suatu ketentuan diantara dokumen-dokumen yang disebutkan dalam ayat 1 Pasal ini,
Kontraktor wajib menanyakan dan mengkonfirmasikan terlebih dahulu mana yang diberlakukan
dalam pelaksanaan Perjanjian Pemborongan.
3. Bilamana Kontraktor tidak melaksanakan ketentuan ayat 2 Pasal ini, maka Pemilik berhak dan
tanpa persetujuan Kontraktor untuk membebankan kekurangan ataupun selisih harga yang
ditimbulkan atas perbedaan pekerjaan maupun spesifikasi dalam Perjanjian ini.
Pasal 3
Kontraktor dilarang mengalihkan dan/atau sub-kontrak baik sebagian maupun keseluruhan Pekerjaan
Pembangunan kepada pihak ketiga atau pihak manapun juga tanpa persetujuan tertulis dari Pemilik.
Pasal 4
1. Kontraktor menjamin bahwa seluruh tenaga kerja yang dipekerjakan oleh Kontraktor yang terdiri
dari pimpinan proyek, pengawas, kepala pelaksana, atau karyawan termasuk diantaranya sub-
Pasal 5
1. Kontraktor wajib menggunakan bahan bangunan dan peralatan/perlengkapan yang telah lulus uji
dan biaya-biaya yang timbul berkaitan dengan pemeriksaan atau pengujian bahan bangunan dan
peralatan sebagaimana disyaratkan dalam Dokumen Desain sepenuhnya ditanggung oleh
Kontraktor.
2. Biaya-biaya pemeriksaan atau pengujian bahan bangunan dan peralatan diluar dari standart dan
kaidah konstruksi bangunan yang berlaku di Republik Indonesia maupun yang tidak ditentukan
dalam Dokumen Desain merupakan tanggungan Pemilik.
3. Apabila Pemilik menilai bahwa bahan bangunan dan/atau peralatan/perlengkapan yang
disediakan oleh Kontraktor tidak memenuhi ketentuan sebagaimana yang ditetapkan dalam
Dokumen Desain, maka Pemilik berhak meminta Kontraktor menarik kembali dan menggantinya
dengan bahan bangunan dan/atau peralatan yang lulus uji dan sesuai dengan standard dan
kaidah konstruksi yang berlaku ataupun yang ditetapkan dalam Dokumen Desain dan biaya-biaya
yang timbul akibat hal tersebut sepenuhnya merupakan tanggungan Kontraktor.
4. Bilamana mutu bahan bangunan dan peralatan tidak ditentukan oleh Pemilik dalam Dokumen
Desain, maka Kontraktor diwajibkan menyediakan bahan bangunan atau peralatan yang
sekurang-kurangnya memiliki mutu Standar Nasional Indonesia (SNI) yang berlaku .
Pasal 6
1. Kontraktor dapat meminta kehadiran Pemilik atau wakil sah Pemilik sehubungan dengan
pelaksanaan Pekerjaan Pembangunan, dengan terlebih dahulu melakukan pemberitahuan
kepada Pemilik.
2. Atas setiap pelaksaan Pekerjaan Pembangunan, Kontraktor wajib membuat laporan secara
berkala setiap 2 (dua) mingguan kemajuan pekerjaan, persediaan bahan bangunan, dan photo-
photo hasil Pekerjaan Pembangunan (untuk selanjutnya disebut “Laporan Berkala”).
3. Kontraktor wajib menjamin kemudahan bagi Pemilik untuk setiap saat dapat memasuki Lokasi
Pembangunan dan tempat penyimpanan bahan dan peralatan bangunan.
Pasal 7
Perubahan Kondisi
1. Jika ditemukan adanya kondisi yang tidak dapat diduga sebelumnya di Lokasi Pembangunan di
luar Force Majeur, yang menyebabkan terhambat atau terhentinya Pekerjaan Pembangunan maka
Kontraktor harus secepatnya memberitahukan kepada Pemilik secara tertulis.
2. Pemilik setelah menerima pemberitahuan dari Kontraktor atau mengetahui dengan sendirinya
mengenai adanya kondisi sebagaimana yang disebutkan dalam ayat 1 diatas maka akan segera
memberikan petunjuk atau saran kepada Kontraktor.
3. Jika petunjuk atau saran yang diberikan oleh Pemilik menyebabkan perlu dilakukan perubahan-
perubahan di dalam Pekerjaan Pembangunan seperti Jangka Waktu Pelaksanaan atau Nilai
Kontrak, maka Para Pihak sepakat secara bersama-sama bertemu untuk bermusyawarah dan
melakukan negosiasi mengenai perubahan tersebut.
1. Kontraktor atas biayanya sendiri wajib mengambil tindakan-tindakan yang diperlukan, sesuai
dengan Dokumen Desain dan Undang-Undang, Peraturan-peraturan Pemerintah Indonesia yang
terkait, untuk mencegah timbulnya kerusakan atau kerugian terhadap Pekerjaan Pembagunan,
bahan bangunan, bangunan-bangunan disekitarnya atau pihak ketiga, sampai Pekerjaan
Pembangunan selesai dan diserahterimakan kepada Pemilik.
2. Bilamana ada tindakan untuk atau sehubungan dengan perlindungan bahan bangunan disekitar
Lokasi Pembangunan yang di luar lingkup tindakan sebagaimana disebut dalam ayat 1 pasal ini
dan Pemilik menemukan bahwa tidak dibenarkan memasukkan segala biaya dan/atau
pengeluaran-pengeluaran untuk tindakan tersebut dalam Nilai Kontrak, maka pembebanan atas
biaya atau pengeluaran tersebut akan dimusyawarahkan oleh Para Pihak.
3. Bilamana dianggap perlu untuk mencegah kecelakaan, Kontraktor dapat mengambil tindakan
pencegahan yang diperlukan, dengan terlebih dahulu melakukan pemberitahuan dan permintaan
persetujuan kepada Pemilik, akan tetapi dengan dalam keadaan darurat, Kontraktor dapat
langsung mengambil tindakan pencegahan dan segera memberitahukan kepada Pemilik setelah
mengambil tindakan tersebut.
4. Pemilik berhak meminta Kontraktor untuk segera melakukan tindakan tertentu guna mencengah
terjadi kecelakaan, dan Kontraktor wajib segera melakukan tindakan pencegahan sesuai dengan
instruksi dari Pemilik.
5. Seluruh biaya yang timbul guna melakukan tindakan-tindakan pencegahan sebagaimana yang
dimaksud dalam ayat 3 dan 4 pasal ini, akan ditetapkan melalui negosiasi antara Para Pihak
Pasal 9
1. Jika terjadi kerugian terhadap pihak ketiga yang disebabkan oleh pelaksanaan Pekerjaan
Pembangunan, maka Kontraktor wajib memberikan ganti rugi kepada pihak ketiga atas kerugian
yang dideritanya, kecuali kelalaian yang di sebabkan oleh Pemilik, Pemilik akan menanggung
biaya kerugian terhadap Pihak Ketiga tersebut.
2. Kontraktor wajib menyelesaikan seluruh perselisihan atau persengketaan yang terjadi antara
Kontraktor dengan Pihak Ketiga yang timbul sehubungan dengan pelaksanaan Pekerjaan
Pembangunan, dan apabila diperlukan dapat meminta bantuan atau kerjasama dari Pemilik untuk
turut membantu menyelesaikan permasalahan /sengketa dengan Pihak Ketiga.
3. Apabila perselisihan atau sengketa yang terjadi antara Kontraktor dan Pihak Ketiga menyebabkan
terhambat atau terhentinya Pekerjaan Pembangunan maka Kontraktor dapat mengajukan
permohonan perpanjangan Jangka Waktu Pelaksanaan kepada Pemilik. Persetujuan
perpanjangan Jangka Waktu Pelaksanaan oleh Pemilik semata-mata hanya akan diberikan
berdasarkan alasan-alasan yang dapat diterima oleh pemilik dan jumlah hari perpanjangan akan
ditetapkan melalui negosiasi dan kesepakatan bersama antara Para Pihak.
Pasal 10
1. Jika terjadi kerusakan tehadap hasil Pekerjaan Pembangunan, bahan bangunan, atau Pekerjaan
Pembagunan secara umum, yang timbul sebelum berakhirnya Jangka Waktu Pelaksanaan dan
sebelum diserahterimakan hasil Pekerjaan Pembangunan kepada Pemilik, maka Kontraktor
bertanggung jawab sepenuhnya untuk memperbaiki kerusakan-kerusakan dengan tanpa adanya
perpanjangan Jangka Waktu Pelaksanaan untuk penyelesaian pekerjaan.
2. Dikecualikan dari ayat 1 pasal ini, Kontraktor dapat meminta perpanjangan Jangka Waktu
Pelaksanaan apabila terjadi hal-hal sebagai berikut :
a. Kontraktor tidak mampu memulai Pekerjaan Pembagunan pada tanggal permulaan Jangka
Waktu Pelaksanaan, yang dikarenakan oleh sebab-sebab yang ditimbulkan oleh Pemilik, atau
bilamana Pemilik menunda atau menangguhkan Pekerjaan Pembangunan.
Pasal 11
Force Majeure
1. Yang dimaksud dengan Force Majeure dalam Perjanjian Pemborongan ini adalah terjadinya
peperangan, blokade, pemberontakan, pemogokan, kebakaran, sabotase, epidemi atau bencana
alam seperti banjir, gempa bumi dan hal-hal lain diluar kemampuan Para Pihak.
2. Pihak yang tidak dapat melaksanakan kewajibannya karena terjadinya Force Majeure pada
kesempatan pertama segera memberitahukan mengenai peristiwa Force Majeure melalui
telephone atau faksmili melalui alamat yang diatur dalam Pasal 27 dibawah dan selanjutnya wajib
menyusulkan pemberitahuan tertulis beserta alasan.
3. Penanguhan Perjanjian ini maksimal 7 (tujuh) hari sejak diterimanya pemberitahuan tertulis yang
diatur dalam Pasal 11.2 diatas, jika melebihi 7 (tujuh) hari penangguhan, Para Pihak segera
melakukan hal-hal yang perlu guna mengatasi situasi tersebut sehingga ketentuan-ketentuan
dalam Perjanjian ini tetap dapat dilaksanakan.
4. Keterlambatan atau kelalaian pihak yang mengalami Force Majeure dalam memberitahukan
adanya Force Majeure tersebut, mengakibatkan tidak diakuinya peristiwa tersebut sebagai Force
Majeure dan dianggap tidak pernah terjadi Force Majeure.
5. Tidak ada Pihak yang dapat dikenakan atau dianggap bertanggungjawab untuk kegagalan atau
keterlambatan dalam jumlah atau pelaksanaan dari tanggungjawabnya di bawah ini jika kegagalan
atau keterlambatan yang demikian di luar kontrol/kendalinya, kejadian yang dimaksud dalam Pasal
11 Perjanjian ini, atau sebab-sebab kejadian alam yang hampir sama di luar kontrol yang wajar
dari pihak di sini.
6. Dalam hal terjadinya Force Majeure, Para Pihak setuju bahwa pihak yang tidak terkena Force
Majeure tidak akan mengajukan tuntutan hukum apapun terhadap pihak yang mengalami Force
Majeure jika sudah melukukan pemberitahuan sebagaimana dimaksud dalam Pasla 11 Ketentuan
Umum ini.
7. Jika timbul kerusakan atas hasil Pekerjaan Pembangunan, bahan bangunan, atau Pekerjaan
Pembangunan secara umum yang disebabkan karena terjadinya Force Majeur, maka Kontraktor
wajib segera memberitahukan kepada Pemilik tentang sifat dari kerusakan tersebut segera
setelah terjadinya Force Majeur.
8. Bilamana terjadi keadaan Force Majeure sebagaimana dimaksud diatas sehingga tidak
memungkinkan Para Pihak melaksanakan Perjanjian Pemborongan, maka segala sesuatunya
akan diselesaikan secara musyawarah.
Pasal 12
Kegagalan Bangunan
1. Kontraktor wajib bertanggung jawab terhadap ketidaksempurnaan sebagian atau seluruh hasil
Pekerjaan Bangunan (selanjutnya disebut “Kegagalan Bangunan”) selama 6 (enam) bulan
terhitung sejak tanggal penyerahan terakhir hasil Pekerjaan Pembangunan.
2. Jika terjadi Kegagalan Bangunan yang disebabkan karena kelalaian Pemilik dalam mengelola
Bangunan dan menimbulkan kerugian bagi pihak lain maka hal tersebut menjadi tanggung jawab
Pemilik sepenuhnya.
3. Kegagalan Bangunan sebagaimana dimaksud ayat 1 ditetapkan oleh pihak ketiga selaku Penilai
Ahli.
Pasal 13
As u r a n s i
1. Selama Jangka Waktu Pelaksanaan, Kontraktor wajib mengasuransikan atas segala resiko
(Contractor All Risk) atas Pekerjaan Pembangunan, termasuk bahan dan peralatan bangunan
yang terdapat di Lokasi Pembangunan terhadap bahaya kebakaran, kehilangan, dan bahaya lain
Pasal 14
Penyelesaian, Pemeriksaan dan Penyerahan Pekerjaan
1. Apabila Pekerjaan Pembangunan telah selesai, maka Kontraktor wajib segera memberitahukan
dan meminta kepada Pemilik untuk dilaksanakannya pemeriksaan akhir atas Pekerjaan
Pembangunan. Pemilik akan melakukan pemeriksaan dan pengujian hasil Pekerjaan
Pembangunan sesuai dengan syarat-syarat dan ketentuan yang ditetapkan dalam Dokumen
Desain, apabila hasil Perkerjaan Pembangunan tidak sesuai atau tidak lulus maka Kontraktor
dengan biaya sendiri wajib segera memperbaiki atau membangun ulang sebelum berakhirnya
Jangka Waktu Pelaksanaan atau sebelum berakhirnya tenggang waktu yang diberikan oleh
Pemilik untuk perbaikan atau pembangunan ulang.
2. Apabila Pekerjaan Pembangunan telah selesai dan lulus pemeriksaaan, maka Pemilik dapat
meminta agar Kontraktor segera membongkar bangunan sementara, membersihkan Lokasi
Pembangunan dan melaksanakan tugas-tugas lainnya sebelum berakhirnya Jangka Waktu
Pelaksanaan atau sebelum waktu yang ditentukan oleh Pemilik .
3. Bilamana Pekerjaan Pembangunan telah lulus pemeriksaan oleh Pemilik dan Kontraktor telah
menyelesaikan kewajiban-kewajibannya sebagaimana dimaksud dalam ayat 2 pasal ini, maka
Kontraktor harus menyerahkan hasil Pekerjaan Pembangunan kepada Pemilik, yang akan
dilaksanakan dengan suatu Berita Acara Serah Terima yang ditandatangani oleh Kontraktor dan
Pemilik atau wakil yang ditunjuk oleh Pemilik.
Pasal 15
Pasal 16
Pekerjaan Pembangunan yang tidak sesuai dengan Design Gambar atau Spesifikasi
1. Bilamana ternyata ditemukan sebagian dari Pekerjaan Pembangunan yang tidak sesuai dengan
design gambar dan/atau spefikasi yang terdapat dalam Dokumen Desain maka Kontraktor harus
membangun kembali atas biaya sendiri. Dalam hal demikian, Kontraktor tidak dapat meminta
perpanjangan waktu penyelesaian.
Pasal 17
1. Kontraktor berhak menyampaikan tagihan atas pembayaran Nilai Kontrak sesuai ketentuan
pembayaran yang telah disepakati sebagaimana tertuang dalam Perjanjian Pemborongan.
2. Pemilik wajib membayar tagihan yang disampaikan Kontraktor dengan menyampaikan Dokumen
Tagihan yang disyaratkan, sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
3. Pemilik berhak menolak setiap tagihan yang disampaikan oleh Kontraktor yang tidak dilengkapi
seluruh dokumen tagihan sesuai yang disyaratkan dalam Perjanjian Pemborongan.
Pasal 18
1. Para Pihak sepakat dan setuju masa jaminan atas hasil Pekerjaan Pembangunan adalah selama
6 (enam) bulan terhitung sejak tanggal serah terima terakhir hasil Pekerjaan Pembagunan
sebagaimana yang tercantum dalam Berita Acara Penyerahan Terakhir (untuk selanjutnya disebut
“Masa Retensi”).
2. Selama Masa Retensi apabila terdapat kerusakan dan/atau cacat/cacat tersembunyi terhadap
hasil Pekerjaaan Pembangunan baik sebagian atau seluruhnya, maka Kontraktor wajib segera
memperbaiki dalam waktu yang wajar dan disepakati oleh Para Pihak, dengan biaya sepenuhnya
ditanggung oleh Kontraktor .
3. Selama Masa Retensi Kontraktor wajib melakukan pemeriksaan secara berkala terhadap hasil
Pekerjaan Pembangunan.
4. Bila terjadi kerusakan dan/atau diketahuinya terdapat cacat/cacat tersembunyi, maka Kontraktor
wajib segera datang ke lokasi dalam kurun waktu 24 jam setelah pemberitahuan oleh Pemilik.
5. Untuk setiap penyelesaian/perbaikan kerusakan atau cacat/cacat tersembunyi dari hasil
Pekerjaan Pembangunan maka akan dibuatkan Berita Acara Hasil Perbaikan yang akan
ditandatangani oleh wakil yang berwenang dari Pemilik dan Kontraktor.
6. Apabila masih terdapat kerusakan dan/atau cacat/cacat tersembunyi pada hasil Pekerjaan
Pembangunan yang telah dilakukan perbaikan maka Pemilik berhak meminta Kontraktor
melakukan perbaikan ulang, dengan mengajukan pemberitahuan secara tertulis kepada
Kontraktor selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari kalender sejak tanggal yang tercantum pada Berita
Acara Hasil Perbaikan meskipun telah lampau atau lewatnya Masa Retensi.
Pasal 19
1. Bilamana dianggap perlu, Pemilik dapat minta secara tertulis kepada Kontraktor untuk melakukan
pekerjaan tambahan (additional works) atau melakukan perubahan dan/atau pengurangan pada
Pekerjaan Pembangunan.
Pasal 20
Salah satu pihak dapat meminta perubahan Nilai Kontrak dalam hal terjadi hal– hal sebagai berikut:
Pasal 21
Hak – hak Pemilik untuk Menangguhkan Pekerjaan Pembangunan atau Mengakhiri Perjanjian
Pemborongan
Pasal 22
Kontraktor dapat menangguhkan atau mengakhiri Pekerjaan Pembangunan jika terjadi hal – hal berikut
ini:
2. Jika pelaksaan Pekerjaan Pembangunan tidak dimungkinkan karena Pemilik tidak mampu untuk
menyediakan Lokasi Pembangunan.
3. Jika Nilai Kontrak telah berkurang dua pertiga (2/3) atau lebih karena Pemilik telah sangat banyak
mengurangi jumlah item Pekerjaan Pembangunan;
4. Nyata – nyata diketahui bahwa Pemilik tidak mampu membayar Nilai Kontrak.
Pasal 23
1. Dalam hal terjadinya pengakhiran Perjanjian Pemborongan, Para Pihak harus menyelesaikan
pembukuan sebagaimana mestinya melalui negosiasi antara Pemilik dengan Kontraktor, dengan
ketentuan pekerjaan yang telah dilakukan dan/atau bahan bangunan yang telah disetujui
(termasuk bahan – bahan jadi yang telah dibayar oleh Kontraktor) akan diserahkan kepada
Pemilik.
2. Dalam hal Pemilik mengakhiri kontrak sesuai ketentuan ayat 2 Pasal 21, jika ternyata terdapat
kelebihan pembayaran sebagai akibat dari penyelesaian pembukuan, Kontraktor wajib
mengembalikan kepada Pemilik jumlah kelebihan pembayaran tersebut beserta dengan bunga
yang dihitung secara accrual (bertambah/majemuk) terhitung sejak tanggal penyelesaian
pembukuan sampai dengan dilakukannya pembayaran oleh Kontraktor. Suku bunga yang
disepakati adalah sebesar suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) yang berlaku saat ini.
3. Dalam hal pengakhiran Perjanjian Pemborongan, masing – masing pihak akan memindahkan
harta benda miliknya dan mengambil tindakan – tindakan lain yang diperlukan seperti pembersihan
lokasi pekerjaan oleh Kontraktor dalam batas waktu sebagaimana ditetapkan oleh Pemilik.
Dalam hal keterlambatan yang tidak bisa dibenarkan oleh salah satu pihak dalam mengambil
tindakan – tindakan yang disebut dalam ayat 3 di atas meskipun suatu pemberitahuan telah
disampaikan oleh pihak lainnya, maka pihak lainnya dapat mengambil tindakan – tindakan untuk
pihak yang melakukan keterlambatan dan karenanya memberikan kuasa kepada pihak lainnya
untuk melakukan segala tindakan yang seharusnya dilakukan oleh pihak yang harus melakukan,
termasuk namun tidak terbatas untuk memusnahkan dan atau mengalihkan kepada pihak lain
serta dibebaskan dari segala tuntutan dan atau gugatan atas tindakannya itu dan menuntut
darinya penggantian atas pengeluaran – pengeluaran biaya untuk tindakan tersebut.
4. Para pihak sepakat untuk mengesampingkan ketentuan Pasal 1266 Kitab Undang Undang Hukum
Perdata terhadap Perjanjian ini, sejauh ketentuan tersebut mensyaratkan keputusan Pengadilan
untuk mengakhiri Perjanjian Pemborongan ini.
Pasal 24
Pasal 25
Penyelesaian Sengketa/Perselisihan
1. Jika timbul sengketa/perselisihan antara Para Pihak sehubungan dengan pelaksanaan Perjanjian
Pemborongan ini, maka Para Pihak akan mengupayakan penyelesaian secara musyawarah untuk
mencapai mufakat.
2. Apabila musyawarah yang dilakukan oleh Para Pihak tidak dapat mencapai kata mufakat maka
masing – masing Pihak sepakat untuk menyerahkan persoalannya kepada Badan Arbitrase
Indonesia (BANI) untuk diselesaikan dalam tingkat pertama dan terakhir menurut peraturan
prosedur BANI dengan ketentuan Para Pihak sepakat untuk tunduk kepada semua keputusan
yang ditetapkan oleh BANI.
3. Segala biaya yang timbul dari dan karena adanya penyerahan perselisihan kepada BANI akan
ditanggung oleh Pihak yang dinyatakan bersalah.
Pasal 26
1. Sanksi administrative ataupun lainnya akan dikenakan kepada Kontraktor oleh Pemilik :
a. Dalam hal Kontraktor tidak melakukan pekerjaannya sesuai ruang lingkup pekerjaan yang
termaktub dalam Perjanjian inidan apabila Kontraktor tidak mencapai kemajuan pekerjaan
sesuai dengan Pentahapan Pelaksanaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat 2b
berdasarkan catatan dalam notulen rapat mingguan ataupun Berita Acara Keterlambatan
maka Pemilik atau pihak yang dikuasakan, akan memberikan teguran secara lisan sampai
dengan peringatan tertulis kepada Kontraktor.
b. Apabila dengan 2 (dua) kali peringatan tertulis tidak ada perubahan/perbaikan dari Kontraktor
dalam jangka waktu maksimal 3 (tiga) hari dari Peringatan terakhir, maka Pemilik atau pihak
yang dikuasakan akan mengirimkan surat peringatan akhir (selanjutnya disebut “Surat
Peringatan Akhir”)..
c. Jika dengan Surat Peringatan Akhir tersebut, Kontraktor tetap tidak ada perubahan/perbaikan
dalam jangka waktu 3 (tiga) hari sejak disampaikannya surat tersebut, maka Pemilik atau
pihak yang dikuasakan berhak mempertimbangkan menunjuk pihak lainnya untuk membantu
melaksanakan pekerjaan sebagian kecil maupun besar pembangunan yang terlambat
dengan biaya sepenuhnya menjadi beban Kontraktor.
d. Apabila telah diterapkannya bantuan dalam butir c ayat ini, namun Kontraktor masih tidak
menunjukkan perbaikan maka Pemilik akan mempertimbangkan untuk dan/atau dapat
mengakhiri Perjanjian ini secara sepihak sesuai Pasal 21, dan Pemilik atau pihak yang
dikuasakan berhak sepenuhnya menentukan perhitungan penelitian prestasi kerja yang telah
dicapai sampai diakhirinya Perjanjian ini.
e. Dalam hal butir d ayat ini dilakukan, Pemilik berhak sepenuhnya memberikan pekerjaan
kepada pihak lain (penerus pekerjaan) tanpa diperlukan persetujuan terlebih dahulu dan
dibebaskan dari segala tuntutan dalam bentuk apapun dengan alasan apapun.
Pasal 27
Lain – Lain
1. Kegagalan para pihak dalam melaksanakan hak – haknya sesuai dengan isi Perjanjian ini tidak
berarti sebagai pembatalan atas hak – haknya tersebut atau hak masing – masing pihak dalam
melaksanakan haknya.
Kecuali ditemukan kemudian, di antara ketentuan – ketentuan di dalam Perjanjian ini oleh
sebuah pengadilan atau lembaga tribunal yang memiliki hak hukum (yuridiksi) dan yang
berwenang untuk itu dinyatakan tidak berlaku, tidak sah, ilegal atau tidak dapat diberlakukan
dalam hal apapun juga, maka ketentuan – ketentuan tersebut dalam Perjanjian ini tetap berlaku
penuh.
Seluruh pemberitahuan sehubungan dengan Perjanjian ini harus disampaikan secara tertulis
melalui faksimili atau surat tercatat dan ditujukan kepada Para Pihak dengan menggunakan
alamat sebagaimana ditentukan di bawah ini:
PEMILIK
…………..,
Jl…………………,
Bandung, Indonesia
Telephone :
Faksimili :
U.P. : Udin
2. Perjanjian Pemborongan ini merupakan perjanjian menyeluruh antara Para Pihak dan
menggantikan semua hasil negosiasi atau perjanjian yang sudah ada sebelumnya atau perjanjian
yang bersifat sementara sehubungan dengan masalah pokok di dalam Perjanjian Pemborongan
ini. Setiap perubahan dan/atau modifikasi dan/atau tambahan terhadap Perjanjian Pemborongan
ini akan ditetapkan melalui negosiasi antara Para Pihak dan dinyatakan secara tertulis dan
ditandatangani oleh Para Pihak dalam bentuk amandemen dan/atau addendum.
BAB VI
PENUTUP
1. Semua peraturan dan persyaratan mengenai pekerjaan di atas serta mengenai bahan-bahan yang
berlaku namun belum tercantum dalam Rencana Kerja dan Syarat ini, Kontraktor harus
mematuhinya.
2. Persyaratan dan peraturan bahan yang belum tertulis di RKS ini mengikuti gambar dan BQ.
3. Apabila terdapat perbedaan penafsiran pengertian mengenai pasal pada RKS, BQ dan Gambar Kerja
dapat mengirimkan pertanyaan melalui fax.
4. Pertanyaan ditujukan kepada Erwinda melalui email …………… atau melalui fax di nomor 021- .
pertanyaan terakhir tanggal 4 Agustus 2017 dan dijawab pada tanggal 7 Agustus 2017.
Dokumen Teknik :
Dokumen Biaya/Harga :