Anda di halaman 1dari 39

Pendahuluan

Dalam berbagai kegiatan, sebuah perencanaan dan perkiraan memang


perlu dilakukan. Terlebih lagi kegiatan yang membutuhkan anggaran dana
secara khusus maupun proyek pekerjaan yang dilakukan dengan Batasan
waktu. Dalam hal ini, rencana perkiraan atau estimasi, bisa menjadi tolak ukur
dan gambaran umum dana atau waktu yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan pekerjaan. Dari hal tersebut, dapat dipahami bahwa estimasi
adalah metode untuk memperkirakan sesuatu agar bisa mendapat
gambaran umum. ini menjadi salah satu metode yang perlu dipahami oleh
berbagai organisasi atau Lembaga dalam menerapkan setiap kegiatan
kerjanya.

Bukan hanya untuk mengetahui gambaran umum, estimasi juga penting


dilakukan untuk menyusun berbagai rencana guna mengantisipasi situasi
masalah tertentu. Sehingga, jika terjadi suatu kondisi yang menjadi kendala
jalannya kegiatan, dapat diantisipasi dengan baik. Perencanaan estimasi
dalam sebuah kegiatan juga penting dilakukan agar pekerjaan yang akan
dilaksanakan efektif dan sesuai dengan target.

Estimasi biaya memegang peranan penting dalam penyelenggaraan proyek


konstruksi karena selain untuk mengetahui berapa besar investasi yang akan
diperlukan juga untuk merencanakan dan mengendalikan sumber daya
proyek yang akan digunakan. Sebagai contoh yaitu tenaga kerja, material
peralatan dan waktu pelaksanaan.

Di dunia konstruksi bangunan bagian atau divisi yang menghitung estimasi


biaya disebut sebagai Estimator dan Quantity Surveyor. Keduanya
memegang peranan penting karena divisi tersebut yang akan menyusun
dokumen penawaran harga untuk mendapatkan proyek bagi perusahaan
tersebut. Namun kenyataannya, profesi ini kadang kala kurang mendapatkan
perhatian karena dianggap hanya berperan di awal dan tidak berhubungan
secara langsung dengan pelaksanaan proyek tersebut di lapangan. Pada

TRAINING QUANTITY SURVEYOR | LOKER TEKNIK SIPIL | ERSA BESTARI MULYADI 1


kenyataannya kedua profesi ini berperan mendapatkan harga terbaik dan
memastikan kalau suatu proyek tidak mengalami kerugian dalam estimasi
awal. Selain itu, tanggungjawab divisi proyek di lapangan untuk memastikan
proyek dapat dikerjakan secara tepat waktu, sesaui mutu yang
dipersyaratkan dan biaya yang tersedia di dalam rencana anggaran biaya.

Estimator
Estimator adalah profesi yang bertugas memperkirakan suatu biaya (estimasi)
dalam sebuah proyek konstruksi. Seorang estimator diharapkan bisa
mempersepsikan gambar 3 dimensi ke 2 dimensi ataupun sebaliknya. Berikut
ini adalah kualifikasi untuk bisa mengestimasi biaya suatu rancangan
bangunan proyek :

1. Mampu membaca gambar kerja. Di dunia konstruksi, mampu


membaca gambar kerja adalah salah satu syarat wajib untuk semua
elemen yang berhubungan dengan sebuah proyek.
2. Memiliki pemahaman tentang manajemen proyek dan kontrak.
Seorang estimator juga diharapkan memiliki pengetahuan tentang
manajemen proyek dan kontrak karena hal ini menjadi krusial, estimator
tidak hanya sebatas merancang anggaran tetapi juga paham tentang
hal-hal administrasi suatu proyek dalam menyiapkan dokumen tender.
3. Mempunyai pengetahuan tentang matematika dasar. Untuk
menghitung RAB ataupun RAP, kemampuan-kemampuan matematika
dasar sangat diperlukan, seperti cara menghitung volume, luasan
pengetahuan tentang jenis-jenis satuan dan sebagainya.
4. Kemampuan analisis. Beda proyek, metode pelaksanaan yang
digunakan juga berbeda. Langkah-langkah pekerjaan, jumlah man
power juga jelas berbeda. Beda lokasi proyek juga menentukan
perbedaan harga bahan dan material juga upah tukang. Oleh karena
itu, kemampuan analisis pada suatu kasus sangat diperlukan.
5. Memiliki pengetahuan yang luas terhadap bahan dan produk yang
biasa digunakan dalam pekerjana proyek sipil maupun interior.
TRAINING QUANTITY SURVEYOR | LOKER TEKNIK SIPIL | ERSA BESTARI MULYADI 2
6. Mahir dan menguasai Software Microsoft Excel. Seorang estimator juga
diharapkan mampu menguasai Software Microsoft Excel karena dalam
perhitungan proyek skala besar tidak mungkin menggunakan
perhitungan manual, maka diperlukan rumus-rumus dari Microsoft Excel
untuk memudahkan perhitungan dan ketepatan.
7. Cermat dan teliti dalam melakukan perhitungan.
8. Mengetahui secara persis tentang nilai dan upah pekerjaan dari setiap
pekerjaan.
9. Menguasai perhitungan efisien penggunaan alat berat jika dalam suatu
proyek dibutuhkan alat berat.

Peran dan Tugas Estimator


Peran penting Estimator dalam memperkirakan range nilai proyek berguna
bagi owner. Hasil estimasi akan diguanakn oleh owner sebagai landasan
keputusan owner apakah proyek tersebut layak dilakukan atau tidak.

Estimator bertanggung jawab untuk menggorganisir dan menganalisis seluruh


informasi dan memperhitungkan ke dalam estimasi. Secara umum tugas-tugas
estimator adalah sebagai berikut :

1. Menganalisis pekerjaan
2. Menetapkan proses produksi
3. Memilih alat dan bahan sesuai spesifikasi pekerjaan
4. Menetapkan spesifikasi pekerjaan yang diterima
5. Mencari informasi perkembangan harga bahan
6. Menetapkan harga pokok
7. Memberikan alternative harga kepada pimpinan

Selain itu, berikut ini adalah tugas-tugas pokok yang harus dikerjakan oleh
Estimator :

1. Menerima dokumen (drawing dan spec) dari atasan/klien atau divisi


lain. Kemudian melakukan perhitungan (calculating) kebutuhan jumlah,

TRAINING QUANTITY SURVEYOR | LOKER TEKNIK SIPIL | ERSA BESTARI MULYADI 3


spec dan harga material, scope of work, subkontraktor, man hours untuk
keperluan biding (tender) berdasarkan dokumen tersebut.
2. Melakukan perhitungan MTO (material take off) dan Bill of Quantity
(BOQ) untuk keperluan proyek.
3. Estimator membantu surat penawaran (quotation) atau dokumen
proposal lain untuk keperluan tender.
4. Menjalin hubungan/jaringan kerja kepada supplier/pabrik untuk
mendapatkan informasi update harga, spesifikasi material yang
nantinya digunakan untuk keperluan estimasi proposal tender.
5. Melakukan pengadministrasian dokumen-dokumen/surat-
surat/drawing berkaitan dengan hasil estimasi proyek yang sudah
diekrjakan dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan ketentuan yang
berlaku sebagai dokumen arsip jika suatu saat nanti diperlukan.
6. Menjaga dan memelihara asset milik perusahaan, baik yang diguanakn
untuk dana tau berkaitan dengan bidang tugas pekerjaannya maupun
yang langsung berada di bawah tanggung jawabnya.
7. Melaksanakan kegiatan-kegiatan lain sesuai penugasan untuk
kepentingan perusahaan secara menyeluruh.

Quantity Surveyor
Pada dasarnya Quantity Surveyor hampir sama dengan Estimator, semua
kualifikasi Estimator juga dimiliki oleh Quantiy Surveyor. Namun, Quantity
Surveyor biasanya berkonsentrasi pada proyek yang skalanya lebih besar
seperti Highrise Building, Railway Contraction dan sebagainya.

Profesi Quantity Surbeyor adalah profesi yang ahli di bidang ekonomi


pembangunan dan mempunya tujuan untuk memastikan bahwa sumber
daya yang digunakan dalam industri pembangunan dapat bekerja secara
maksimal dan seekonomis mungkin. Profesi ini memberikan jasa konsultasi
biaya pembangunan bagi pihak klien dan tim proyek selama proses
pembangunan.

TRAINING QUANTITY SURVEYOR | LOKER TEKNIK SIPIL | ERSA BESTARI MULYADI 4


Berikut tugas dan tanggungjawab profesi Quantity Surveyor (Christoper dan
Partner, 1994) :

1. Memberikan perkiraan biaya awal suatu proyek.


2. Membuat perancangan biaya termasuk perkiraan investasi suatu
proyek.
3. Merancang perputaran biaya (cash flow) dan analisis nilai (value
analysis).
4. Procurement dan proses tender.
5. Membuat dokumen tender.
6. Mengevaluasi hasil tender.
7. Membuat laporan keuangan dan pembayaran sementara.
8. Membuat laporan akhir keuangan dan penyelesaian jika terjasi
perselisihan pada dokumen kontrak.
9. Menjalankan pengurusan proyek.
10. Memberikan pengarahan tentang pelaksanaan proyek.

Selain yang disebutkan di atas, seorang Quantity Surveyor juga bertugas untuk
pembuatan opname proyek pekerjaan untuk menghitung progress pekerjaan
di lapangan baik dari pihak kontraktor ke pihak owner dan juga dari pihak
subkin ke pihak kontraktor.

Peran Quantity Surveyor


Seorang Quantity Surbeyor memliki peranan penting dalam berjalannya
sebuah proyek. Hal ini karena salah satu peran dari Quantity Surveyor adalah
untuk melakukan supervise terhadap proyek yang sedang dilakukan oleh
perusahaan konstruksi.

1. Berperan sebagai Advisor. Dalam sebuah tim, Quantity Surveyor


mengemban peranan paling krusial karena menjadi penasihat sebuah
proyek. Nantinya, masukkan yang diberikan oleh Quantity Surveyor
akan digunakan untuk menentukan budget dan memilih material yang
akan digunakan. Pada dasarnya, peran Quantity Surveyor tidak

TRAINING QUANTITY SURVEYOR | LOKER TEKNIK SIPIL | ERSA BESTARI MULYADI 5


menggantikan fungsi dari tim legal pada sebuah perusahaan. Namun,
Quantity Surveyor dapat berkolaborasi dengan tim legal untuk
memastikan bahwa kontrak kerja proyek sudah sesuai ekspektasi dari
kedua belah pihak.
2. Sebagai Project Manager. Seorang Quantity Surveyor bisa juga
merangkap peran sebagai project manager. Ini berkaitan dengan
kapasitas QS yang sudah terbiasa menjadi supervisor dan coordinator
sebuah proyek konstruksi.

Pada dasarnya, tugas Quantity Surveyor mencakup hal yang berkaitan


dengan perencanaan dan eksekusi. Berikut ini adalah tambahan dari tugas
Quantity Surveyor :

1. Menghitung ukuran dan kebutuhan material, yang meliputu luas, lebar,


Panjang dan elemen lainnya. Ini dilakukan untuk memastikan
perhitungan budget bisa seefisien mungkin. Perhitungan tersebut
dilakukan agar sesuai dengan pengukuran konstruksi di awal proyek.
2. Menjali relasi dengan logistic. Seorang QS diharapkan dapat
menjalankan relasi dengan pihak logistic. Koneksi yang dimiliki ini bisa
dimanfaatkan untuk mendapatkan material terbaik dengan harga
miring. Artinya, sebuah proyek bisa mendapatkan material berkualitas
dengan harga yang sudah dinegosiasi sebelumnya.
3. Memeriksa penggunaan material. Tugas Quantity Surveyor yang tidak
kalah penting lainnya adalah menjadi penjamin kualitas penggunaan
material. QS wajib memeriksa apakah material lainnya sudah
memenuhi standar yang sudah didtepakan atau belum.
4. Mengecek gambar kerja. Gambar kerja shop drawing menjadi elemen
penting dalam sebuah proyek. Ini berkaitan dengan pandung yang
diperlukan oleh tim kontraktor dalam membangun sebuah konstruksi. QS
harus memastikan gambar kerja yang digunakan sebagai guideline
sesuai dengan brief yang diberikan.

TRAINING QUANTITY SURVEYOR | LOKER TEKNIK SIPIL | ERSA BESTARI MULYADI 6


Apakah Quantity Surveyor (QS) sama dengn Quantity Control (QC)? Secara
sekilas, beberapa orang mengganggap QS dan QC adalah hal yang sama.
Padahal, keduanya memiliki tugas pekerjaan yang sangat berbeda. Seorang
QC bertugas untuk mengecek kualitas atau baik buruknya pekerjaan.
Sementara itu, QS bertugas untuk mengecek kuantitas atau jumlah pekerjaan
dalam sebuah proyek.

Posisi Quantity Surveyor

Gambar 1. Bagan Struktural

TRAINING QUANTITY SURVEYOR | LOKER TEKNIK SIPIL | ERSA BESTARI MULYADI 7


Metode Estimasi Biaya
Metode estimasi biaya proyek terdiri dari berbagai tipe, metode yang akan
diguanakan tergantung pada perusahaan, organinasi yang diterapkan,
estimator dan pemerintahan yang ada. Berdasarkan AACE International – The
Association for the Advancement of Cost Engineering tahun 1992, metode
konseptual terdiri dari beberapa metodelogi, yaitu :

1. Metode End-Product Units. Metode estimasi ini digunakan ketika


estimator telah cukup memiliki dan historis yang sesuai untuk beberapa
proyek yang sejenis. Metode ini melakukan pendekatan estimasi
dengan cara menghubungkan total unit produk yang dihasilkan
(capacity units) dari suatu proyek terhadap biaya konstruksi yang telah
dikeluarkan untuk proyek tersebut. Metode ini hanya memperkirakan
secara tepat terhadap kapasitas produk akhir dari suatu proyek.
2. Metode Physical Dimention. Pendekatan ini serupa seperti metode End-
Products Units, nmaun metode ini menggunakan dimensi fisik seperti
Panjang, volume, area, luasan tertentu. Dimensi tersebut diguanakan
sebagai faktor pengendali dalam estimasi. Contohnya estimasi
bangunan dilakukan dengan pendekatan square feet/metres atau
volume dari bangunan tersebut.
3. Metode Capacity Factor. Metode estimasi ini menuntut estimator untuk
melakukan pendekatan estimasi biaya pembangunan fasilitas baru
dengan menggunakan data yang berasal dari biaya fasilitas yang
sejenis yang telah diketahui. Metode ini memiliki tingkat keakuratan
yang sangat tinggi dikarenakan dalam prosesnya menggunakan data
biaya historis dan data kapasitas untuk kegiatan yang sama. Selain itu,
metode capacity factor ini juga dapat digunakan untuk pengambilan
keputusan oada masa pra-perencanaan suatu proyek.
4. Metode Ration dan Factor. Pendekatan estimasi biaya proyek dengan
metode ratio atau factor merupakan suatu pendekatan estimasi yang

TRAINING QUANTITY SURVEYOR | LOKER TEKNIK SIPIL | ERSA BESTARI MULYADI 8


digunakan dalam situasi dimana biaya total dari suatu item atau fasilitas
diestimasi dari biaya komponen utamanya.
5. Metode Parametric. Merupakan salah satu metode pendekatan ekstrim
yang digunakan dalam estimasi biaya. Hal ini digunakan biasanya
dikarenakan ketika tidak terdapat banyak data Teknik sebagai dasar
untuk estimasi yang lebih detail. Metode parametrik sendiri
menggunakan representasi matematik dari hubungan biaya yang
mencakup keterkaitan logis dan dapat diprediksi antara karakteristik
fungsional dari suatu proses dan biayanya.
6. Metode Deterministic (Detailed) Estimating. Metode ini merupakan
suatu pendekatan estimasi biaya proyek secara detail yang
dipersiapkan untuk mendukung anggaran final yang telah
direncanakan, dokumen penawaran, cost control selama pelaksanaan
proyek dan lain-lain.

Proses Estimasi Biaya Konstruksi


Pada tahao awal perencanaan tentunya informasi mengenai proyek masih
sangat terbatas seperti detailed shop drawing dan perhitungan volumetric
yang belum dilakukan. Estimasi ini disebut dengan estimasi konseptual.

Proses awal dalam mengestimasi biaya proyek baru umumnya dating dari
sebuah permintaan yang dibuat oleh manajemen. Proses awal ini adalah
tugas estimator membuat estimasi kasar dengan mempelajari dan
menginterpensikan beberapa ruang lingkup proyek yang ada di lapangan.

Pada tahap berikutnya estimator akan menentukan metode estimasi yang


tepat berdasarkan informasi-informasi tambahan apa saja yang telah
didapatkan. Bersamaan dengan penetuan metode estimasi yang akan
digunakan, estimator sudah diharuskan membuat konsep proyek,
memperhitungkan aktivitas apa saja dan siapa saja yang diperlukan untuk
memulai waktu pelaksanaan dan waktu penyelesainnya dengan cara

TRAINING QUANTITY SURVEYOR | LOKER TEKNIK SIPIL | ERSA BESTARI MULYADI 9


membandingkan dengan beberapa data proyek yang sudah ada
sebelumnya.

Berdasarkan seluruh informasi yang dikumpulkan, estimator, proses estimasi


akan dapat dihasilkan. Tahap awal ini merupakan tahap utama proses
estimasi karena pada tahap ini akan dihasilkan suatu keputusan awal layak
tidaknya suatu proyek itu diteruskan.

Adapun output dari tahap ini nantinya adalah hasil estimasi dengan berbagai
dokumentasi lingkup proyek berdasarkan data-data informasi yang
dikumpulkan. Hasil estimasi dan dokumen pendukungnya ini kemudian
diserahkan kepada oihak manajemen untuk mendapatkan penetapan
keputusan. Apakah proyek layak untuk dilanjutkan atau tidak?

Dengan diserahkannya output estimasi biaya kepada pihak manajemen,


maka proses estimasi bisa dikatakan selesai. Namun, proses dapat diulang
apabila owner meminta untuk melakukan perubahan dan modifikasi tentang
lingkup proyek.

Kriteria Hasil Estimasi yang Buruk


Kualitas estimasi dapat dinilai dari kelengkapan data dan informasi, Teknik dan
metode yang digunakan oleh Estimator atau Quantity Sureveyor. Berikut ini
adalah kriteria estimasi biaya yang buruk, apabila :

1. Mengalami cost overrun (pembengkakkan biaya) terhadap nilai


estimasi.
2. Estimasi biaya yang dihasilkan kurang konsisten pada setiap item
pekerjaan.
3. Dokumentasi yang buruk atau lemah.
4. Pengalokasian dana yang tidak bisa diandalkan.
5. Pada saat pelaksanaan proyek kontraktor mengalami pengendalian
atau control biaya yang buruk.

Hal yang dapat menyebabkan buruknya estimasi biaya, diantaranya yaitu :

TRAINING QUANTITY SURVEYOR | LOKER TEKNIK SIPIL | ERSA BESTARI MULYADI 10


1. Estimator atau Quantity Surveyor kurang qualified.
2. Estimator atau Quantity Surveyor belum terbiasa dengan objek
bangunan.
3. Data yang kurang lengkap dan metode yang buruk.

Kualitas output estimasi biaya yang baik akan menghasilkan biaya proyek
yang tepat dan akurat jauh dari pengeluaran biaya proyek lebih daripada
seharusnya.

Tahapan-Tahapan Proses Tender Proyek Konstruksi


Untuk melakukan pembangunan suatu proyek, maka Pemilik Proyek/Owner
melakukan tender untuk mendapatkan kontraktor terbaik yang akan
melaksanakan pembangunan proyek tersebut.

Secara umum tahapan proses tender proyek konstruksi dalam memilih


kontraktor dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Tahap Prakualifikasi Tender. Peserta tender yang ikut ambil bagian


dalam proses tender adalah kontraktor-kontraktor yang telah lulus
penilaian secara umum dan diundang secara resmi oleh owner. pada
tahapan ini biasanya Owner akan meminta kontraktor untuk
menyerahkan dokumen prakualifikasi, antara lain :
Data umum perusahaan (Company Profile)
Akta perusahaan
Nomor pokok wajib pajak (NPWP)
Surat ijin usaha jasa konstruksi (SIUJK)
Surat ijin usaha perusahaan (SIUP)
Surat tanda daftar rekanan (TDR)
Surat pengukuhan sebagai pengusaha kena pajak (PKP)

Jika kontraktor mendapat penilaian baik dari pihak owner dan lulus
tahap prakualifikasi maka kontraktor dapat maju ke tahap selanjutnya.

TRAINING QUANTITY SURVEYOR | LOKER TEKNIK SIPIL | ERSA BESTARI MULYADI 11


2. Tahap Pengambilan Dokumen Tender. Dokumen tender akan diberikan
oleh Owner kepada kontraktor-kontraktor yang ikut dalam tender
tersebut. Dokumen tender digunakan sebagai pedoman bagi para
peserta tender untuk mengajukan penawaran atau harga tender.
Umumnya dokumen tender terdiri dari Rencana Kerja dan Syarat-Syarat
(RKS) administrasi, RKS teknis, gambar-gambar dan Bill of Quantity
(BOQ).
Berikut ini adalah contoh RKS (Rencana Kerja dan Syarat-Syarat

BAB I
SYARAT – SYARAT UMUM

Pasal 1
PEMBERI TUGAS, KONSULTAN PENGAWAS, KONSULTAN PERENCANA
DAN KONTRAKTOR/PEMBORONG

1. Pemilik /Bouwher : PT. LOKER TEKNIK SIPIL


2. Manajemen Konstruksi (“MK”) : PT. LOKER TEKNIK SIPIL
3. Konsultan Perencana : PT. TEKNIK SIPIL LOKER
4. Direksi Lapangan : PT. LOKER TEKNIK SIPIL
5. Kontraktor/Pemborong : Perusahaan yang diserahi tugas melaksanakan pekerjaan
pemborong yang diuraikan dalam bestek, adalah pemenang
lelang.
6. Sub Pemborong/kontraktor : Pihak yang diserahi tugas melaksanakan pekerjaan-
pekerjaan dibawah kontraktor utama, dimana
penunjukkannya harus sepengetahuan dan mendapat
persetujuan dari MK.

Pasal 2
NAMA DAN LOKASI PROYEK

Nama Proyek : LABORATORIUM ATRI


Pekerjaan : Sipil, Arsitek, dan M.E
Lokasi : ………………………..

Pasal 3
TUGAS DAN WEWENANG

1. Pemilik
• Pemilik akan memberikan semua instruksi kepada Pemborong melalui MK dilanjutkan kepada
pengawas lapangan dan diketahui oleh Konsultan Perencana.
• Informasi dan bantuan kerjasama yang diperlukan pemborong akan diberikan oleh Pemilik
sepanjang batas wewenang dan kewajiban pemilik.
• Pemilik berhak menghentikan pekerjaan apabila Pemborong tidak sanggup memperbaiki
pekerjaan yang kurang sempurna atau terus menerus gagal mengadakan bahan dan alat
sesuai Dokumen Kontrak, sampai hambatan yang bersangkutan teratasi.
2. Konsultan Perencana :
• Bertanggung jawab kepada Pemilik untuk keseluruhan konsep dan proses design, meliputi
perencanaan ketentuan teknis, spesifikasi dan gambar kerja.
• Bekerjasama dengan Bagian Legal menyediakan data teknis design yang dibutuhkan untuk
kepengurusan izin dan lain-lain.

TRAINING QUANTITY SURVEYOR | LOKER TEKNIK SIPIL | ERSA BESTARI MULYADI 12


• Melakukan peninjauan lapangan secara berkala untuk memeriksa kesesuaian pelaksanaan
dengan gambar kerja, RKS dan perubahan-perubahannya, apabila didapati ketidaksesuaian
maka setelah berkoordinasi dengan MK melalui Konsultan pengawas akan memerintahkan
perbaikan.
• Adalah wakil Pemilik yang berhak menyatakan bahwa pekerjaan, seperti yang tercantum
dalam Dokumen Kontrak telah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan-ketentuan teknis untuk
pekerjaan yang dimaksud.
• Melakukan koreksi, pemeriksaan dan persetujuan terhadap Shop Drawing yang diajukan
Pemborong melalui MK, sebelum pekerjaan dilaksanakan.
• Melakukan persetujuan dan pemeriksaan contoh bahan yang diajukan Pemborong apabila
diperlukan penggantian bahan
• Menginterpretasikan gambar kerja dan RKS apabila terdapat keragu-raguan dan
ketidaksesuaian.
• Tidak bertanggungjawab apabila Pemborong tidak sanggup melaksanakan pekerjaan sesuai
bunyi dalam Dokumen Kontrak.
3. Manajemen Konstruksi/MK
• Bertanggung jawab kepada Pemilik untuk keseluruhan proses pelaksanaan proyek, sejak
perencanaan sampai dengan realisasi lapangan.
• Membuat dan mengembangkan rencana penjadwalan pelaksanaan pekerjaan.
• Melaksanakan proses Tender, Aanwijzing, evaluasi/analisa penawaran dan penunjukan
pemborong.
• Melaksanakan negosiasi penawaran dengan pemborong dan dengan persetujuan Pemilik
menetapkan biaya pelaksanaan pekerjaan.
• Bekerjasama dengan Bagian Legal menyediakan data-data proyek untuk keperluan perizinan.
• Menyelesaikan claim, perselisihan atau persoalan lain mengenai jalannya pelaksanaan
menurut Dokumen Kontrak.
• Mengelola dokumen hasil pengujian laboratorium dan pelaksanaan survey
• Menerbitkan Berita Acara Pembayaran yang menyebutkan jumlah yang berhak diterima
Pemborong.
• Membuat suatu prosedur pengendalian proyek
• Mengelola dokumen pengendalian proyek, laporan-laporan Pemborong, register gambar
(shop drawing/ as build drawing), membuat catatan perkembangan dan foto-foto.
• Mempersiapkan laporan lapangan dan rencana
• MK memberikan laporan dan saran-saran kepada Pemilik dan segala instruksi Pemilik kepada
Pemborong dilakukan melalui Direksi Lapangan.
• Mempersiapkan pengakhiran Kontrak dan Dokumen Serah Terima
4. Direksi Lapangan/Konsultan Pengawas
• Berhak melakukan tindakan-tindakan atas nama Pemilik sejauh sesuai dengan Dokumen
Kontrak, kecuali Pemilik membuat ketentuan tertulis lain melalui MK yang disampaikan juga
kepada Pemborong.
• Direksi Lapangan memberikan laporan dan saran-saran kepada Pemilik melalui MK dan
segala instruksi Pemilik kepada Pemborong hanya dilakukan melalui Direksi Lapangan.
• Melakukan pengawasan secara periodik untuk melihat kemajuan dan kwalitas dari pekerjaan,
serta menugaskan wakilnya untuk melakukan pengawasan secara kontinu pada jam kerja.
• Bertanggungjawab mengenai cara-cara, metode/rekayasa teknik dan urutan pekerjaan.
• Berhak menolak pekerjaan yang dianggap tidak sesuai dengan Dokumen Kontrak.
• Berhak melakukan pemeriksaan khusus dan test-test seperlunya.
• Berhak melakukan perubahan-perubahan yang perlu dalam pekerjaan dan menerbitkan Berita
Acara Perubahan berkoordinasi dengan MK dan Konsultan Perencana.
• Direksi Lapangan tidak bertanggungjawab atas kelalaian-kelalaian Pemborong atau karyawan
Pemborong.
• Berhak menolak pekerjaan dan spesifikasi material yang dianggap tidak sesuai dengan
dokumen kontrak atau spesifikasi material.
5. Pemborong
• Mempelajari Dokumen Kontrak secara teliti dan dengan segera melaporkan kepada Direksi
Lapangan tentang kesalahan, ketidaksamaan atau kekurangan yang ditemukan sebelum
dilaksanakan termasuk perbedaan ukuran antara gambar dengan keadaan lapangan.

TRAINING QUANTITY SURVEYOR | LOKER TEKNIK SIPIL | ERSA BESTARI MULYADI 13


• Bertanggungjawab kepada Pemilik melalui Direksi Lapangan atas akibat-akibat yang mungkin
terjadi karena kesalahan-kesalahan, ketidaksamaan dan kekurangan-kekurangan dalam
Dokumen Kontrak jika hal tersebut belum dilaporkan secara tertulis kepada Direksi Lapangan.
• Bertanggungjawab sepenuhnya atas cara-cara, metode/rekayasa teknik, tahap dan prosedur-
prosedur seperti tersebut dalam Dokumen Kontrak.
• Menyediakan segala bahan, tenaga kerja, alat-alat, perlengkapan, air, listrik, saluran
pembuangan, transportasi, keamanan dan segala sesuatunya yang diperlukan untuk
melakukan pekerjaan dengan cukup dan sesuai target.
• Melaksanakan pengujian dan test laboratorium untuk bahan yang perlu dan menyerahkan
dokumen hasil pengujian kepada Direksi Lapangan.
• Membuat shop drawing dan as build drawing, menyerahkannya kepada Direksi lapangan
kemudian diteruskan kepada MK untuk koordinasi dengan Konsultan Perencana .
• Sebelum mendapat persetujuan dari Direksi Lapangan bahwa pekerjaan telah selesai
dilaksanakan, semua pekerjaan tetap menjadi tanggungjawab Pemborong.
• Bertanggungjawab atas segala pekerjaan, perbuatan dan kelalaian karyawannya ataupun
orang-orang yang mempunyai hubungan kerja dengannya.
• Menyediakan peralatan keselamatan sesuai ketentuan Hukum dan bertanggung jawab
terhadap keselamatan karyawannya.
• Wajib membayar pajak, bea dan pungutan-pungutan apapun yang dikenakan padanya sesuai
undang-undang yang berlaku.
• Membuat laporan harian, laporan cuaca dan rencana kerja, kemudian menyerahkan ke pada
Direksi Lapangan.
• Mengelola dokumen hasil pengujian bahan, shop drawing, Berita Acara Perubahan dan As
Build Drawing.
• Menyediakan peralatan keselamatan sesuai ketentuan hukum dan bertanggung jawab
terhadap keselamatan kariyawan, Jamsostek dan Astek kerusakan P3/lingkungan.
• Memberi seluruh Garansi dan dokumenpendukungnya bersama dengan as built drawing.
6. Sub Pemborong
• Apapun yang tercantum dalam kontrak Pemborong dan Sub Pemborong tidak dapat
menimbulkan ikatan kontraktual antara Sub Pemborong dengan Pemilik atau Direksi
Lapangan dan MK.
• Setiap pelimpahan kontrak kepada Sub Pemborong harus sepengetahuan dan mendapat ijin
dari Pemilik melalui MK dan Direksi Lapangan.
• Pemilik melalui MK dan Direksi Lapangan berhak menolak pelimpahan kontrak dengan alas
an-alasan tertentu.
• Semua pekerjaan yang dilaksanakan Sub Pemborong untuk Pemborong harus dinyatakan
dalam suatu Perjanjian Tertulis yang mana harus memenuhi syarat-syarat :
- Menjamin dan melindungi hak Pemilik, MK dan Direksi Lapangan sesuai dengan Kontrak.
- Tunduk untuk mengikuti ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam RKS, Gambar-
gambar, addenda dan Berita Acara Penjelasan Pekerjaan.

Pasal 4
SYARAT PESERTA LELANG

Syarat-syarat Perusahaan Peserta Lelang meliputi :


• Memiliki Akte Pendirian Perusahaan
• Memiliki NPWP
• Memiliki alamat dan nomor telepon yang benar, jelas dan nyata
• Memiliki Referensi Bank
• Memiliki kemampuan modal usaha dan tidak dinyatakan pailit
• Memiliki referensi pengalaman kerja untuk bidang kerja yang dilaksanakan
• Memiliki tenaga ahli dan peralatan yang diperlukan

Pasal 5
DOKUMEN KONTRAK
Dokumen Kontrak terdiri dari :
• Rencana Kerja dan Syarat
• Risalah Rapat Penjelasan Pekerjaan

TRAINING QUANTITY SURVEYOR | LOKER TEKNIK SIPIL | ERSA BESTARI MULYADI 14


• Surat Penawaran dan lampiran
• Gambar-gambar tender dan addenda
• Berita Acara Negosiasi dan Surat Kesanggupan (bermeterai)
• Surat Perjanjian Kontrak
• Adenda Kontrak

Pasal 6
DOKUMEN TENDER DAN URUTAN PEMBERLAKUANNYA
1. Yang dimaksud dalam dokumen-dokumen pelelangan adalah sebagai berikut:
2. Semua dokumen pelelangan tersebut adalah melekat dan menjadi satu kesatuan yang tidak dapat
dipisahkan, memiliki kekuatan yang sama, saling menunjang dan menutupi kekurangan satu sama
lainnya.
3. Apabila terdapat perbedaan antara gambar-gambar dengan ketentuan-ketentuan dalam uraian,
dan syarat-syarat pelaksanaan ataupun BOQ baik dimensi, volume, spesifikasi teknis maupun
kondisi existing dilapangan, maka keputusan ada ditangan direksi PT LOKER TEKNIK SIPIL
(Owner) yg digunakan sbg dasar keputusan dengan mempertimbangkan masukan dari pengawas
lapangan. ( yang digunakan adalah yang menguntungkan Owner).

Pasal 6
RAPAT PENJELASAN/AANWIJZING

1. Rapat Penjelasan Pekerjaan/Aanwijzing akan dilaksanakan pada Hari/Tanggal, waktu dan tempat
sesuai petunjuk jadwal waktu pada undangan Pelelangan.
2. Dari hasil Rapat Penjelasan kemudian akan dibuat “Risalah Penjelasan” yang juga merupakan
bagian dari Dokumen Kontrak, Risalah Penjelasan tersebut ditandatangani oleh MK dan 2 (dua)
orang wakil Peserta Lelang.
3. Risalah Penjelasan akan diperbanyak dan dibagikan kepada semua peserta lelang yang diundang
dan hadir pada waktu rapat.
4. Rapat Penjelasan akan dilanjutkan dengan peninjauan lapangan.
5. Peserta lelang yang diundang tetapi tidak mengikuti Rapat Penjelasan Pekerjaan tidak
diperkenankan memasukkan Penawaran.
6. Setelah 5 hari dari Aanwijzing, proses klarifikasi final dokumen tender menyangkut perbedaan
dokumen, Gambar, dan BOQ akan dilakukan pada tanggal 7 Agustus 2017. Wajib bagi
kontraktor untuk menyertakan perhitungan volume (versi kontraktor)

Pasal 7
PEMBATALAN LELANG

Pelelangan dapat dibatalkan apabila :


• Harga yang ditawarkan dianggap tidak wajar;
• Data/dokumen yang diberikan tidak benar/palsu; dan
• Karena satu dan lain hal, tidak dimungkinkan dilakukan penetapan

Pasal 8
WAKTU PELAKSANAAN & PENYERAHAN PEKERJAAN

1. Jangka waktu pelaksanaan adalah selama 70 (Tujuh Puluh) hari Kalender terhitung sejak SPK
diberikan.
2. Pelaksanaan Pekerjaan paling lambat 7 (tujuh) hari setelah SPK ditandatangani
3. Apabila setelah 7 (tujuh) hari pekerjaan belum juga dilaksanakan, maka Pemberi Tugas berhak
membatalkan SPK dan semua biaya/kerugian akibat pembatalan tersebut menjadi resiko
Pemborong.
4. Bila terjadi keterlambatan penyelesaian pekerjaan maka Pemborong akan dikenakan sanksi yang
besarannya akan diatur kemudian dalam Kontrak.
5. Rencana dan tanggal penyerahan pertama harus diajukan kepada Direksi / Pengawas selambat-
lambatnya 1 ( satu ) minggu sebelum tanggal yang dimaksud, dan Direksi / Pengawas akan
melakukan pemeriksaan seksama atas hasil keseluruhan. Hasil pemeriksaan ini akan diserahkan
kepada Kontraktor sebelum penyerahan pertama. Pemeriksaan maupun penyerahan dibuat Berita
Acara.
TRAINING QUANTITY SURVEYOR | LOKER TEKNIK SIPIL | ERSA BESTARI MULYADI 15
6. Keadaan yang dapat digunakan sebagai alasan untuk mengajukan permohonan perpanjangan
waktu penyerahan adalah keadaan-keadaan Force Majeure.
7. Keadaan Force Majeure adalah :
a. Banjir
b. Hujan terus menerus selama 3 hari.
c. Kebakaran besar
d. Bencana alam yang bersifat nasional
e. Dan lain-lain yang menurut pertimbangan Direksi dapat diterima
f.
Pasal 9
DENDA-DENDA

1. Bilamana kontraktor terlambat menyelesaikan target pertahap pelaksanaan, maka kontraktor


dikenai denda Rp. 2.000.000,- perhari keterlambatan (target-target tahapan konstruksi dibuat
berdasarkan S-Curve yang diajukan oleh kontraktor. Yang menjadi patokan dalam proses
pemantauan kecepatan pelaksanaan konstruksi.
2. Denda Kelambatan maksimal 5 % (lima persen) dari Nilai Kontrak.

Pasal 10
PELAKSANAAN PEKERJAAN DI LAPANGAN

1. Sebelum pelaksanaan, setiap step pekerjaan harus mengajukan ijin tertulis (Request Pekerjaan)
kepada PT. LOKER TEKNIK SIPIL dan menyerahkan shop drawing.
2. Perubahan bahan dapat dilakukan dengan persetujuan tertulis terlebih dahulu dari PT. LOKER
TEKNIK SIPIL dan selisih harga yang terjadi menjadi pekerjaan tambah / kurang.
3. Tidak diperbolehkan menyerahkan pekerjaan kepada Sub Kontraktor, kecuali untuk pekerjaan
khusus dan harus atas persetujuan tertulis dari PT. LOKER TEKNIK SIPIL.
4. Site Manager minimum 1 orang, berpendidikan Sarjana Teknik Sipil / Arsitektur, berpengalaman
minimal 3 tahun dan dapat bertanggung jawab di lapangan.
5. Site Manager dan Surveyor harus stand-by setiap hari di lapangan.
6. Segala kehilangan peralatan dan bahan material milik Kontraktor menjadi tanggung jawab masing-
masing Kontraktor.
7. Biaya kuli naik / turun barang ditanggung oleh Kontraktor.

Pasal 11
PERUBAHAN DALAM PEKERJAAN

1. Tidak ada pekerjaan tambah / kurang, kecuali ada instruksi tertulis dari PT. LOKER TEKNIK SIPIL
dan tetap harus mengikuti peraturan yang telah ditetapkan oleh PT. LOKER TEKNIK SIPIL.
2. Pemilik tanpa mengurangi arti dari Kontrak melalui MK, dapat memerintahkan perubahan-
perubahan dalam pekerjaan.
3. Semua perubahan pekerjaan harus dikuatkan dengan Berita Acara Perubahan Pekerjaan yang
ditandatangani oleh Pemilik, MK, Perencana dan Direksi Lapangan.
4. Biaya akibat perubahan tersebut akan dinegosiasikan kemudian, dan menjadi satu bagian dari
Berita Acara Perubahan Pekerjaan.
5. Perubahan spesifikasi bahan dapat dilakukan dengan persetujuan tertulis terlebih dahulu dari MK
dan Perencana melalui Direksi Lapangan.
6. Selisih harga yang terjadi karena perubahan spesifikasi bahan tersebut menjadi pekerjaan Tambah
Kurang

Pasal 12
PERBAIKAN KERUSAKAN DAN CACAT PEKERJAAN

1. Pemborong wajib melakukan perbaikan atas kerusakan-kerusakan di sekitar lingkungan pekerjaan


yang diakibatkan oleh pelaksanaan pekerjaan
2. Kesalahan pelaksanaan pekerjaan oleh kontraktor yang tidak mengikuti kontrak dan tahapan
pelaksanaan menjadi tanggung jawab kontraktor.

TRAINING QUANTITY SURVEYOR | LOKER TEKNIK SIPIL | ERSA BESTARI MULYADI 16


3. Pemilik bebas dari segala persoalan tuntutan tenaga kerja dan Sub Kontraktor yang berkenaan
dengan pelaksanaan pekerjaan.
4. Pemborong wajib melaksanakan perbaikan yang diperintahkan Direksi Lapangan apabila terjadi
penyimpangan dari ketentuan-ketentuan dalam RKS ini.

TRAINING QUANTITY SURVEYOR | LOKER TEKNIK SIPIL | ERSA BESTARI MULYADI 17


BAB II
SYARAT –SYARAT ADMINISTRASI

Pasal 1
PENAWARAN

1. Syarat-syarat Surat Penawaran :


• Surat Penawaran dibuat rangkap 3, yaitu 1 asli dan 2 copy.
• Dibuat diatas Kop Perusahaan, tanpa coretan, dicap, ditandatangani Direktur dan yang asli
diberi meterai.
• Format Surat Penawaran mengikuti format yang telah ditentukan (terlampir)
• Harus dibawa sendiri oleh Peserta atau wakilnya yang diberi kuasa.
• Dicantumkan jangka waktu surat Penawaran yang berlaku 3 (tiga bulan)
2. Lampiran Surat Penawaran :
• Analisa Harga Satuan
• Rencana Anggaran Biaya
• Harga satuan bahan dan Harga Satuan Upah
• Daftar Peralatan Lapangan
• Struktur Organisasi Lapangan
• Time Schedule
• Surat Kesanggupan (bermeterai)
3. Harga Penawaran dan Harga Borongan:
• Harga Borongan mempunyai nilai yang tetap dan pasti (Lumpsum Fixed Price), perhitungan
volume berdasarkan gambar kerja tender dan hasil tinjauan lapangan.
• Tidak ada eskalasi harga akibat fluktuasi nilai dollar dan kenaikan BBM.
• Apabila terdapat kesalahan perhitungan perkalian, penjumlahan dan pengurangan harga
satuan dan total, maka hal tersebut menjadi resiko Pemborong dan tidak diadakan koreksi.
• Pemborong wajib memeriksa semua dokumen tender, terutama gambar, spec,BOQ termasuk
volume keseluruhan. Segala kesalahan/ketidaksesuaian wajib diperiksa/koreksi, apabila tidak
ada perubahan menjadi resiko pemborong dan tidak ada koreksi.
• Perubahan dan penambahan item pekerjaan/bahan yang belum tercantum dapat dilakukan
oleh Pemborong dengan mengelompokkannya ke dalam Item Pekerjaan Lain-Lain.
• Harga yang ditawarkan sudah termasuk Ppn 10% dan Pph 3% (tergantung klasifikasi
kontraktor) dan berlaku 3 bulan.
4. Surat Penawaran tidak sah apabila :
• Lampiran tidak lengkap dan tidak memenuhi syarat
• Pengiriman Via Pos
• Penawaran disampaikan diluar batas waktu yang ditetapkan
5. Surat Penawaran ditujukan kepada :

PT. LOKER TEKNIK SIPIL


JL……
BANDUNG
Up. Udin

6. Sistem Tender
Sistem tender diadakan secara Tertutup, 3 Kontraktor termurah akan memasuki tahap selanjutnya
untuk kemudian diklarifikasi. Klarifikasi didasarkan atas perhitungan volume, harga satuan, metode
pelaksanaan untuk menepati time schedule, struktur organisasi lapangan & jumlah tenaga kerja,
jumlah jam kerja per-hari.

Yang lulus klarifikasi diberi kesempatan untuk merevisi penawarannya dan masuk babak final.

Final tender bagi peserta yang lulus klarifikasi.

TRAINING QUANTITY SURVEYOR | LOKER TEKNIK SIPIL | ERSA BESTARI MULYADI 18


7. Waktu Pemasukan dan Pembukaan Surat Penawaran :
a. Pemasukan Surat Penawaran Harga :
- Hari / Tanggal : Rabu, 9 Agustus 2017

- Waktu : 14.00 WIB

- Tempat : PT. LOKER TEKNIK SIPIL


JL………
BANDUNG

8. Kriteria Pemilihan Pemenang :


Memenuhi persyaratan administrasi

Secara teknis dapat dipertanggungjawabkan

Harga yang ditawarkan wajar dan dapat dipertanggungjawabkan

Harga penawaran adalah yang terendah dari semua penawaran dan mencakup semua lingkup dan
volume pekerjaan yang diberikan.

Pasal 2
PENGUMUMAN PEMENANG

1. Pengumuman Pemenang Tender akan disampaikan secara tertulis via email kepada semua
Peserta Tender pada saat Pembukaan Surat Penawaran
2. Tender dapat dibatalkan apabila:
i. Harga yang ditawarkan dianggap tidak wajar.
ii. Karena suatu hal, tidak dimungkinkan dilakukan penetapan.

Pasal 3
JAMINAN PEMENANG

1. Pemenang tender harus menyerahkan Jaminan Pemenang berupa cek cash atas nama PT. LOKER
TEKNIK SIPIL sebesar Rp 50.000.000,- (Lima Puluh Juta Rupiah) dan dapat dicairkan oleh PT.
LOKER TEKNIK SIPIL. Jaminan ini harus diserahkan pada saat ditunjuk sebagai pemenang (pada
hari yang sama).
2. Apabila Kontraktor tidak dapat menyerahkan Jaminan Pemenang pada saat ditunjuk sebagai
pemenang, atau Jaminan Pemenang tersebut tidak dapat dicairkan dalam waktu seminggu, maka
Kontraktor tersebut dianggap mengundurkan diri dan pemenang dialihkan ke Kontraktor pemenang
kedua termurah.
3. Jaminan Pemenang akan dikembalikan ke Kontraktor pada saat Kontraktor menyerahkan Jaminan
Pelaksanaan.

Pasal 4
UANG MUKA & JAMINAN PELAKSANAAN

1. Uang Muka sebesar 20 % dari Nilai Kontrak.


2. Untuk menjamin terlaksananya pekerjaan sebagaimana mestinya, maka saat penagihan Uang
Muka / Down Payment, Pemborong wajib menyerahkan Jaminan Pelaksanaan yang besarnya
sama dengan Uang Muka / Down Payment yang ditagih.
3. Jaminan Pelaksanaan harus berupa Bank Garansi.

Pasal 5
CARA PENAGIHAN & PEMBAYARAN

1. Penagihan setiap 2 minggu berdasarkan progres sesuai prestasi pekerjaan.


2. Penagihan ditujukan kepada PT. LOKER TEKNIK SIPIL dan disetujui oleh PT. LOKER TEKNIK
SIPIL
3. Retensi sebesar 5% selama 6 (enam) bulan.

TRAINING QUANTITY SURVEYOR | LOKER TEKNIK SIPIL | ERSA BESTARI MULYADI 19


4. Dokumen yang disertakan pada saat penagihan:
a. Down Payment
• Kwitansi bermeterai
• Faktur Pajak
• SPK copy
• Jaminan Pelaksanaan berupa Bank Garansi sebesar Uang Muka yang diberikan.
• Surat Perjanjian (copy)
b. Termin
• Kwitansi bermeterai
• Faktur Pajak
• Progres Report
• Berita Acara Progres
• Foto proyek terakhir sebanyak 6 buah
c. 100% Pekerjaan
• Kwitansi bermeterai
• Faktur Pajak
• Progres Report
• Berita Acara Progres
• Foto proyek terakhir sebanyak 6 buah
• Berita Acara Serah Terima Pertama (BAST – I)
d. Retensi
• Kwitansi bermeterai
• Faktur Pajak
• Berita Acara Serah Terima Kedua (BAST – II)
• Asbuilt Drawing dalam bentuk CD / flash disc dan hard copy 3 set format A3.
• Surat-surat Ijin Instalasi dan dokumen-dokumen garansi lengkap
5. Nilai Kontrak dikenakan PPN sebesar 10% dan atas pembayaran ke Kontraktor akan dipotong PPh
sebesar 2% (atau sesuai ketentuan perusahaan masing-masing).

Pasal 6
PELAPORAN DAN DOKUMENTASI

1. Pemborong wajib membuat Laporan Harian dengan memberikan catatan yang singkat dan jelas
mengenai :
• Kemajuan dan kondisi terkini dari pekerjaan
• Pekerjaan-pekerjaan yang dikerjakan Sub-Kontraktor (bila ada).
• Catatan dan perintah Direksi Lapangan
• Perubahan-perubahan
• Distribusi bahan dan catatan tenaga kerja
• Catatan keadaan cuaca
• Atau mengikuti format laporan yang diberikan oleh MK melalui Direksi Lapangan
Laporan harian harus diperiksa dan disetujui oleh Direksi Lapangan
2. Laporan harian tersebut kemudian dibukukan sebagai acuan untuk pembuatan Laporan Mingguan,
dibuat rangkap 5 (lima) disetujui Direksi Lapangan sebagai bahan rapat rutin dan diserahkan
kepada PT. LOKER TEKNIK SIPIL setiap awal minggu selanjutnya (hari Senin).
3. Untuk keperluan pembayaran kemudian dibuat Berita Acara Progress dari bobot pekerjaan
mengikuti format yang diberikan MK melalui Direksi Lapangan.
4. Pemborong wajib membuat dan menyerahkan kepada MK foto-foto dokumentasi yang dimasukkan
dalam album proyek tentang pelaksanaan, detail-detail, perkembangan, perubahan dan tahap-
tahap pekerjaan, sebanyak 2 set setiap bulan.
5. Setelah pekerjaan mencapai progres 100%, Kontraktor harus menyerahkan Final Report.

Pasal 7
GAMBAR KERJA, SHOP DRAWING DAN AS BUILT DRAWING

1. Sebelum pelaksanaan pekerjaan Pemborong wajib membuat Shop Drawing sebanyak minimal 2
(dua) copy dan diserahkan melalui Direksi Lapangan kepada MK dan Perencana.

TRAINING QUANTITY SURVEYOR | LOKER TEKNIK SIPIL | ERSA BESTARI MULYADI 20


2. Pekerjaan baru dapat dilaksanakan apabila Shop Drawing telah mendapat persetujuan dari MK
dan Perencana.
3. Gambar kerja harus selalu ada dilapangan dan selalu di up-date sesuai perubahan-perubahannya.
4. Pemborong wajib menyerahkan As Built Drawing secara berkala dan keseluruhannya pada akhir
pekerjaan, As Built Drawing dibuat rangkap 3 (tiga).
5. Biaya pembuatan dan pengiriman Shop Drawing, As Built Drawing, contoh bahan dan katalog-
katalog menjadi tanggungan Pemborong.

Pasal 8
RAPAT RUTIN TEKNIS

1. Rapat rutin diadakan setiap minggu, setiap bulan dan di waktu-waktu yang dianggap perlu, dipimpin
oleh Direksi Lapangan/MK dan dihadiri oleh Perencana, wakil Pemilik, Site Manajer Kontraktor
dan wakil-wakil dari Sub Kontraktor.
2. Ketidakhadiran kontraktor dan sub-kontraktor dianggap lalai dan dapat dikenakan sanksi.

BAB III
SYARAT – SYARAT TEKNIS

Pasal 1
PEMAKAIAN UKURAN

1. Segera setelah Kontrak ditandatangani, Pemborong disaksikan MK dan Direksi Lapangan akan
melakukan pengukuran kembali tapak proyek dengan teliti untuk mengetahui batas-batas proyek,
dengan alat theodolite dll.
2. Bila terdapat perbedaan antara gambar rencana dan keadaan lapangan, maka MK dan Direksi
Lapangan menentukan tanda patokan dasar untuk pengukuran selanjutnya.
3. Pemborong wajib memeriksa kebenaran ukuran-ukuran dan kapasitas dari mesin ataupun bahan
dalam gambar tender maupun RKS, apabila terjadi kesalahan agar segera memberitahukan
perbedaan tersebut kepada Direksi Lapangan dan baru diijinkan melaksanakannya setelah
mendapat penjelasan dan persetujuan dari MK dan Perencana melalui Direksi Lapangan.
4. Pengambilan ukuran-ukuran atau kapasitas yang keliru dalam pelaksanaan , dalam hal apapun
menjadi tanggungjawab Pemborong.

Pasal 2
JADWAL DAN RENCANA KERJA

1. Pemborong harus membuat Jadwal rencana kerja yang meliputi :


• Bar Chart/Kurva S dan Net Work Planning yang memuat Uraian jenis pekerjaan, Volume
Pekerjaan dan Nilai Bobot dalam %
• Jadwal pemasangan peralatan
• Jadwal pemakaian bahan
• Jadwal pemakaian tenaga kerja beserta jumlahnya
2. Jadwal Rencana Kerja harus sudah diserahkan sebelum pekerjaan mulai dilaksanakan dan dibuat
2 (dua) rangkap :
• 1 (satu) copy diserahkan kepada Direksi Lapangan
• 1 (satu) copy diserahkan kepada MK
3. Pemborong wajib membuat skema organisasi personil proyek, berikut nama dan jabatan.

Pasal 3
BAHAN DAN ALAT

1. Contoh bahan yang dikehendaki oleh Direksi Lapangan dan MK harus disediakan tanpa
keterlambatan, atas biaya Pemborong dan harus representatif.
2. Pemborong wajib membuat gudang penyimpanan bahan untuk tetap menjaga mutu dan sarana
transportasi untuk pemindahannya.
3. Direksi Lapangan, MK dan Perencana berhak menolak bahan dan alat yang disediakan oleh
Pemborong apabila kwalitasnya tidak memenuhi syarat.
4. Tidak tersedianya bahan dan alat, tidak dapat dijadikan alasan untuk keterlambatan pekerjaan.

TRAINING QUANTITY SURVEYOR | LOKER TEKNIK SIPIL | ERSA BESTARI MULYADI 21


Pasal 4
KEAMANAN, KETERTIBAN DAN KEBERSIHAN

1. Pemborong wajib mengadakan penjagaan selama berlangsungnya pekerjaan atas bahan,


peralatan, mesin-mesin dan alat-alat kerja.
2. Kehilangan dan kerusakan bahan dan alat selama masa pekerjaan menjadi tanggung jawab
Pemborong.
3. Pemborong harus selalu menjaga lingkungan pekerjaan untuk bebas dari timbunan sampah,
barang bekas dan barang yang tidak berguna yang dapat mengganggu pekerjaan, lingkungan,
keamanan dan kesehatan.
4. Peraturan lain mengenai penertiban akan dikeluarkan Direksi Lapangan setelah berkoordinasi
dengan Satuan Pengamanan setempat.

Pasal 5
SARANA DAN PRASARANA KANTOR

1. Penentuan lokasi gudang, kantor lapangan, los-los kerja dan penimbunan bahan akan ditentukan
kemudian bersama dengan Direksi Lapangan dan MK.
2. Pemborong wajib membuat jalan serta jembatan (apabila diperlukan) sementara sebagai akses
masuk ke tempat pekerjaan, dimana harus mendapat persetujuan terlebih dahulu dari Direksi
Lapangan.
3. Pemborong wajib menyediakan alat-alat pemadam kebakaran, alat P3K kamar mandi dan sarana
telekomunikasi.
4. Pemborong berkewajiban memperbaiki segala kerusakan dari sarana dan prasarana yang telah
ada di lingkungan proyek yang secara langsung maupun tidak langsung disebabkan oleh
pelaksanaan pekerjaan.
5. Pemborong wajib menyediakan peralatan (termasuk alat berat) yang memadai dan dianggap cukup
untuk dapat mencapai prestasi pekerjaan sesuai jadwal.

Pasal 6
PERATURAN DAN SYARAT TEKNIS

1. Pemborong harus mengikuti tata cara pelaksanaan dan petunjuk lain yang berhubungan dengan
Peraturan Pembangunan yang sah berlaku di Indonesia, kecuali dibatalkan oleh RKS ini.
2. Untuk pelaksanan pekerjaan berlaku peraturan-peraturan sbb:
- Peraturan Umum Untuk Pemeriksaan Bahan-Bahan Bangunan NI-3 (PUBB) 1996, NI-
3-1983, PUBB-1989
- Peraturan Beton Bertulang Indonesia (PBI-NI-2-1985, PBI-NI-2-1971)
- Peraturan Perencanaan Bangunan Baja 1987
- Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia (PKKI-NI-5-1961)
- Peraturan Umum Instalasi Listrik (NI-6)
- Peraturan Pembangunan Pemerintah Daerah Setempat
- Peraturan Semen Portland Indonesia (NI-8-1972)
- Peraturan Pengecatan (NI-12)
- Peraturan Muatan Indonesia (NI-18)

Pasal 7
SPESIFIKASI TEKNIS

1. Umum
 Lokasi Proyek
Lokasi proyek terletak ………………….
Lingkup Pekerjaan

Lingkup pekerjaan yang ditawarkan kepada Kontraktor adalah :

▪ Pekerjaan Struktur
TRAINING QUANTITY SURVEYOR | LOKER TEKNIK SIPIL | ERSA BESTARI MULYADI 22
▪ Pekerjaan Arsitek
▪ Pekerjaan ME

Kondisi Lapangan

Kontraktor harus menyediakan sendiri semua keperluan material, tenaga kerja dan alat-lat
bantu lainnya yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan ini. Disediakan alat kerja,
antara lain :

▪ Genset untuk Kerja Malam


▪ Mobile Crane, Concrete Pump dll
 Pengukuran
Kontraktor harus melakukan survey pengukuran secara tepat di bawah pengawasan ahli
pengukuran / surveyor, termasuk menyediakan alat-alat lainnya, yang diperlukan.

 Jaminan / Garansi
Kontraktor wajib memberikan garansi untuk material yang terpasang sesuai standar pabrik

 Metode Pelaksanaan dan untuk jaminan / garansi Waterproofing minimal garansi 5 tahun
untuk material dan applikator.
Kontraktor wajib memberikan dan melaksanakan metode pelaksaan yang diberikan.

2. Spesifikasi Teknis
Spesifikasi teknik terlampir, meliputi :

 Spesifikasi Pekerjaan Sipil


 Spesifikasi Teknis Pekerjaan Arsitek
 Spesifikasi Pekerjaan ME
3. Material Approfal diajukan sebelum dikirim ke lapangan, bilamana belum mendapat persetujuan
segala resiko tidak diterimanya material menjadi tangung jawab kontraktor.

BAB IV

PERJANJIAN PEMBORONGAN

PERJANJIAN PEMBORONGAN PEKERJAAN LABORATORIUM LOKER TEKNIK SIPIL

ANTARA

PT LOKER TEKNIK SIPIL

DENGAN

(NAMA KONTRAKTOR PEMENANG)

No: AP-……../Konstruksi/ /2017

Perjanjian ini di buat di Tangerang, pada hari [ ], tanggal [ ] (“Perjanjian”), oleh dan antara:

1. PT LOKER TEKNIK SIPIL, suatu perseroan terbatas terbuka yang didirikan berdasarkan hukum
negara Republik Indonesia, berkedudukan di Bandung, dengan alamat kantor di Jalan ……..,
dalam hal ini diwakili oleh …… dalam kedudukan selaku Direktur Utama perseroan, dari dan oleh
karenanya sah bertindak untuk dan atas nama Direksi serta mewakili PT LOKER TEKNIK SIPIL
(selanjutnya disebut sebagai “Pemilik”); dan
2. NAMA KONTRAKTOR PEMENANG, suatu perseroan terbatas yang didirikan berdasarkan
hukum negara Republik Indonesia, berkedudukan di Jakarta dengan alamat di Jalan [alamat

TRAINING QUANTITY SURVEYOR | LOKER TEKNIK SIPIL | ERSA BESTARI MULYADI 23


kontraktor pemenang], dalam hal ini diwakili oleh nama direksi bertindak selaku Direktur, dari
dan oleh karenanya sah bertindak untuk dan atas nama Direksi serta mewakili NAMA
KONTRAKTOR PEMENANG (selanjutnya disebut sebagai “Kontraktor”).

Selanjutnya Pemilik dan Kontraktor secara bersama-sama disebut sebagai “Para Pihak” dan secara
sendiri-sendiri disebut “Pihak”.

Para Pihak terlebih dahulu menjelaskan hal-hal sebagai berikut:

a. Pemilik adalah suatu perseroan terbatas yang bergerak di bidang perdagangan secara retail dan
merupakan pihak yang sah menyewa tanah dan bangunan ……………... (untuk selanjutnya
disebut “Lokasi Pembangunan”).
b. Pemilik bermaksud membangun Laboratorium berikut fasilitas pendukungnya yang akan
digunakan.

c. Kontraktor adalah suatu perseroan terbatas yang bergerak dibidang jasa konstruksi yang telah
memiliki ijin-ijin yang diperlukan sebagai pelaksana jasa konstruksi dan bermaksud melakukan
pekerjaan sipil, arsitektur, dan ME LABORATORIUM LOKER TEKNIK SIPIL sebagaimana Surat
Perintah Kerja No...................... dan tanggal SPK.

d. Pemilik setuju dan sepakat untuk menunjuk Kontraktor, yang dengan ini bersedia menerima
penunjukan dari Pemilik untuk melakukan Pekerjaan Pembangunan sesuai dengan desain
berikut perubahan-perubahan yang ditentukan Pemilik.

Selanjutnya Para Pihak sepakat dan setuju untuk mengadakan dan melaksanakan Perjanjian ini
dengan syarat dan ketentuan sebagai berikut : --------------------

Pasal 1

RUANG LINGKUP

Ruang Lingkup Pekerjaan yang dimaksud dalam Perjanjian ini adalah Pekerjaan Pembangunan
mencakup pekerjaan sipil, arsitektur, dan ME LABORATORIUM LOKER TEKNIK SIPIL (“Pekerjaan
Pembangunan”) di Lokasi Pembangunan sesuai dengan desain yang ditentukan oleh pemilik, berikut
setiap dan seluruh perubahan-perubahannya.

Pasal 2

JANGKA WAKTU PELAKSANAN

1. Para Pihak sepakat bahwa jangka waktu pelaksanaan Pekerjaan Pembangunan terhitung adalah
selama 70 (Tujuh puluh) hari kalender terhitung sejak tanggal ________________ (tanggal,
bulan, tahun) sampai dengan tanggal ________________ (tanggal, bulan, tahun) (untuk
selanjutnya disebut ”Jangka Waktu Pelaksanaan”).
2. Apabila terhenti atau terlambatnya Pekerjaan Pembangunan yang disebabkan karena terjadinya
Force Majeure sebagaimana yang dimaksud dalam Ketentuan Umum, Bab V Perjanjian ini, maka
Kontraktor wajib segera memberitahukan dan mengajukan permohonan penambahan jangka
waktu pelaksanaan secara tertulis kepada Pemilik selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari kalender
sejak terjadinya Force Majeure.

Pasal 3

NILAI KONTRAK DAN CARA PEMBAYARAN

1. Nilai kontrak Pekerjaan ini disepakati sebesar Rp.............,- (Terbilang) sudah termasuk Pajak
Pertambahan Nilai (PPN) 10% (sepuluh persen).
2. Para Pihak sepakat Pembayaran Nilai Kontrak dilakukan dengan rincian sebagai berikut:------

TRAINING QUANTITY SURVEYOR | LOKER TEKNIK SIPIL | ERSA BESTARI MULYADI 24


a. Sebesar 20% (dua puluh persen) dari Nilai Kontrak dibayarkan oleh Pemilik kepada
Kontraktor selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari sejak tagihan pertama yang dilengkapi
dengan Dokumen Tagihan diterima oleh pemilik.
b. 75% (tujuh puluh lima persen) akan dibayarkan secara bertahap oleh pemilik kepada
Kontraktor berdasarkan termin setiap 2 (dua) minggu sekali dalam Jangka Waktu
Perlaksanaan yang besarnya untuk setiap tagihan akan disesuaikan dengan hasil kerja
yang telah dilakukan oleh Kontraktor, dan pembayaran tersebut wajib dilakukan oleh
Pemilik selambat-lambatnya 10 (sepuluh) hari setelah menerima tagihan yang dilengkapi
Dokumen Tagihan.
c. Retensi 5% (lima persen) akan dibayarkan kepada Kontrakor setelah berakhirnya Masa
Jaminan sebagimana dimaksud dalam Ketentuan Umum, yang akan dibayarkan oleh
Pemilik selambat-lambatnya 10 (sepuluh) hari setelah diterimanya tagihan yang dilengkapi
dengan Dokumen Tagihan.
3. Nilai kontrak mengikat berlaku tetap sampai akhir proyek dan tidak terpengaruh dengan inflasi
yang terjadi (lump sum fixed price).
4. Kontraktor wajib memberikan faktur pajak PPN kepada pemilik dan dalam hal Kontraktor tidak
memberikan Faktur Pajak atau bukan sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP), maka Pemilik akan
membayar Nilai Kontrak sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 Pasal ini setelah dikeluarkan nilai
PPNnya.
5. Pemilik berhak memotong Pajak Penghasilan (PPh) atas penghasilan Kontraktor berdasarkan
Perjanjian sesuai ketentuan perpajakan yang berlaku.

Pasal 4

LAIN-LAIN

Ketentuan-ketentuan lain yang belum diatur dalam Perjanjian ini selanjutnya akan diatur dalam
Ketentuan Umum, Gambar, Desain, dan lampiran-lampiran lainnya, termasuk segala perubahannya
(jika ada dan/atau yang aka nada di kemudian hari) yang merupakan satu kesatuan dan merupakan
bagian yang tidak dipisahkan dari Perjanjian ini.

Demikianlah Perjanjian ini dibuat dalam 2 (dua) rangkap yang masing-masing memiliki kekuatan hukum
yang sama serta ditandatangani di tempat dan pada tanggal yang disebutkan di awal Perjanjian ini.

Untuk dan atas nama Pemilik, Untuk dan atas nama Kontraktor,

PT LOKER TKN. SIPIL NAMA KONTRAKTOR PEMENANG

(.........................) (.......................) (............................)

TRAINING QUANTITY SURVEYOR | LOKER TEKNIK SIPIL | ERSA BESTARI MULYADI 25


BAB V

KETENTUAN UMUM PERJANJIAN PEMBORONGAN

KETENTUAN UMUM PERJANJIAN PEMBORONGAN


Tentang

PEKERJAAN PEMBANGUNAN
LABORATORIUM
PT LOKER TEKNIK SIPIL
(“Ketentuan Umum”)

Pasal 1
Definisi

Dalam Ketentuan Umum ini, berikut lampirannya dan/atau perubahannya dan/atau penambahannya
yang akan dibuat di kemudian hari (jika ada), yang kesemuanya merupakan satu kesatuan serta bagian
yang tidak terpisahkan dari Ketentuan Umum ini dan merupakan satu kesatuan dengan Perjanjian
Pemborongan yang ditandatangani oleh PT Atri Pasifik sebagai pemilik (“Pemilik”) dan PT ____
sebagai kontraktor (“Kontraktor”), tanggal _______ (“Perjanjian Pemborongan”). Kata-kata yang
disebut di bawah ini yang dimulai dengan huruf besar harus diartikan sebagai berikut, kecuali rangkaian
kata-kata itu mensyaratkan lain (pengertian ini berlaku baik untuk tunggal maupun bentuk jamak dari
kata-kata dimaksud):

1. Addendum / Amandemen Perjanjian Pemborongan:


adalah setiap dan seluruh perjanjian dan/atau tambahan yang memuat ketentuan yang
mengatur hal – hal yang belum termasuk dalam Perjanjian dan atau dan merupakan hasil
kesepakatan Pemilik dan Kontraktor atas semua perubahan baik berupa
penambahan/pengurangan volume pekerjaan yang berakibat pada perubahan
gambar/pembatalan/pembongkaran yang bukan karena kesalahan Kontraktor dan perubahan
spesifikasi yang akan menambah/mengurangi Nilai Kontrak dan/atau perubahan Jangka Waktu
Pelaksanaan atau hal(-hal) lain yang disepakati Pemilik dan Kontraktor setelah
ditandatanganinya Perjanjian.
2. Dokumen Desain :
adalah uraian detil Pekerjaan Pembangunan, termasuk namun tidak terbatas mengenai syarat-
syarat teknis pelaksanaan pekerjaan dan spesifikasi material, yang merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari Perjanjian Pemborongan.

3. Dokumen Tagihan :
adalah kelengkapan dokumen yang wajib dipenuhi oleh Kontraktor sebagai syarat untuk dapat
dilakukannya pembayaran atas Nilai Kontrak oleh Pemilik yang terdiri dari invoice/kwitansi dan
faktur pajak serta kelengkapan lain untuk masing-masing tagihan, yaitu sebagai berikut:

a. Untuk tagihan pertama, wajib dilengkapi dengan copy Surat Perintah Kerja (SPK) yang
ditandatangani oleh Pemilik.
b. Untuk tagihan per-termin, wajib dilengkapi dengan laporan kemajuan pekerjaan, berita
acara, photo dan dokumen pendukung lainnya.
c. Untuk tagihan setelah masa retensi, wajib dilengkapi dengan laporan penyelesaian
pekerjaan dalam masa retensi, berita acara Penyerahan terakhir, photo dan dokumen
pendukung lainnya.

TRAINING QUANTITY SURVEYOR | LOKER TEKNIK SIPIL | ERSA BESTARI MULYADI 26


4. Gambar Kontrak:
adalah gambar – gambar yang dipakai sebagai dasar pembuatan daftar uraian dan perhitungan
volume pekerjaan (Bill of Quantity), sehingga disepakatinya Nilai Kontrak sebagaimana ditetapkan
dalam Perjanjian.
5. Nilai Kontrak:
adalah sejumlah pembayaran yang wajib dilakukan oleh Pemilik kepada Kontraktor atas
keseluruhan nilai pekerjaan sebagaimana dimaksud dalam Perjanjian yang besarnya telah
disepakati oleh Para Pihak sebagaimana ditetapkan dalam Perjanjian.
6. Perjanjian Pemborongan :
adalah ikatan persetujuan antara Pemilik dengan Kontraktor, dengan ketentuan sebagaimana
tercantum dalam Perjanjian Pemborongan Tentang Pekerjaan Pembangunan LABORATORIUM
di …………………….

kesatuan dan bagian yang tidak terpisahkan dari Perjanjian.

Pasal 2

Prinsip-Prinsip Umum

1. Pemilik dan Kontraktor sepakat untuk melaksanakan seluruh isi dan ketentuan dalam Perjanjian
Pemborongan ini dengan itikad baik dan asas kesetaraan dan penuh tanggung jawab kecuali
ditentukan lain oleh Pemilik dengan berpedoman pada dokumen yang menunjuk data dan
spesifikasi yang terbaik dan tertinggi selanjutnya akan berpedoman pada dan dengan urutan
prioritas sebagai berikut:
a. Perjanjian Pemborongan dan Ketentuan Umum beserta setiap dan seluruh perubahan
dan/atau penambahannya (jika ada);
b. Surat Perintah Kerja No……………………. tanggal ……………… ;
c. Gambar Kontrak dan Dokumen Desain;
d. Bill of Quantity;
e. Dokumen Penawaran Kontraktor beserta Berita Acara Klarifikasi dan Negosiasi yang
disepakati Para Pihak;
f. Ketentuan-ketentuan/peraturan-peraturan administrasi dan teknis yang berlaku sepanjang
mengenai ketentuan-ketentuan yang tidak diatur secara tegas dalam Perjanjian Pemborongan
ini;
g. Peraturan-peraturan Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah setempat tentang
pembangunan; dan
h. Petunjuk-petunjuk dan peringatan-peringatan yang dikeluarkan oleh Pemilik atau pejabat yang
ditunjuk.
2. Dengan memperhatikan ketentuan ayat 1 Pasal Ketentuan Umum ini, apabila ditemukan adanya
perbedaan suatu ketentuan diantara dokumen-dokumen yang disebutkan dalam ayat 1 Pasal ini,
Kontraktor wajib menanyakan dan mengkonfirmasikan terlebih dahulu mana yang diberlakukan
dalam pelaksanaan Perjanjian Pemborongan.
3. Bilamana Kontraktor tidak melaksanakan ketentuan ayat 2 Pasal ini, maka Pemilik berhak dan
tanpa persetujuan Kontraktor untuk membebankan kekurangan ataupun selisih harga yang
ditimbulkan atas perbedaan pekerjaan maupun spesifikasi dalam Perjanjian ini.

Pasal 3

Larangan mengalihkan dan/atau sub-kontrak Pekerjaan Pembangunan

Kontraktor dilarang mengalihkan dan/atau sub-kontrak baik sebagian maupun keseluruhan Pekerjaan
Pembangunan kepada pihak ketiga atau pihak manapun juga tanpa persetujuan tertulis dari Pemilik.

Pasal 4

Tenaga Ahli/Pelaksana Pekerjaan

1. Kontraktor menjamin bahwa seluruh tenaga kerja yang dipekerjakan oleh Kontraktor yang terdiri
dari pimpinan proyek, pengawas, kepala pelaksana, atau karyawan termasuk diantaranya sub-

TRAINING QUANTITY SURVEYOR | LOKER TEKNIK SIPIL | ERSA BESTARI MULYADI 27


kontraktor (bila ada) (untuk selanjutnya disebut “Tenaga Ahli”) yang telah memiliki sertifikat
ketrampilan dan/atau sertifikat keahlian di bidang arsitektur, pembangunan dan jasa konstruksi.
2. Apabila Pemilik memiliki keberatan terhadap salah satu atau beberapa orang Tenaga Ahli
sehubungan dengan pelaksanan Pekerjaan Pembangunan maka Pemilik berhak meminta
Kontraktor untuk mengganti Tenaga Ahli tersebut atau mengambil langkah-langkah lain yang
diperlukan terhadap Tenaga Ahli, dengan terlebih dahulu menyampaikan alasan keberatan secara
jelas dan tertulis kepada Kontraktor.
3. Tenaga Ahli bukan pegawai dan/atau Pekerja dari Pemilik. Pemilik tidak memiliki hubungan tenaga
kerjaan dengan Tenaga Ahli, oleh karena itu Kontraktor bertanggung jawab penuh atas kewajiban
– kewajiban yang timbul untuk ketenagakerjaan Tenaga Ahli.

Pasal 5

Bahan Bangunan dan Peralatan

1. Kontraktor wajib menggunakan bahan bangunan dan peralatan/perlengkapan yang telah lulus uji
dan biaya-biaya yang timbul berkaitan dengan pemeriksaan atau pengujian bahan bangunan dan
peralatan sebagaimana disyaratkan dalam Dokumen Desain sepenuhnya ditanggung oleh
Kontraktor.
2. Biaya-biaya pemeriksaan atau pengujian bahan bangunan dan peralatan diluar dari standart dan
kaidah konstruksi bangunan yang berlaku di Republik Indonesia maupun yang tidak ditentukan
dalam Dokumen Desain merupakan tanggungan Pemilik.
3. Apabila Pemilik menilai bahwa bahan bangunan dan/atau peralatan/perlengkapan yang
disediakan oleh Kontraktor tidak memenuhi ketentuan sebagaimana yang ditetapkan dalam
Dokumen Desain, maka Pemilik berhak meminta Kontraktor menarik kembali dan menggantinya
dengan bahan bangunan dan/atau peralatan yang lulus uji dan sesuai dengan standard dan
kaidah konstruksi yang berlaku ataupun yang ditetapkan dalam Dokumen Desain dan biaya-biaya
yang timbul akibat hal tersebut sepenuhnya merupakan tanggungan Kontraktor.
4. Bilamana mutu bahan bangunan dan peralatan tidak ditentukan oleh Pemilik dalam Dokumen
Desain, maka Kontraktor diwajibkan menyediakan bahan bangunan atau peralatan yang
sekurang-kurangnya memiliki mutu Standar Nasional Indonesia (SNI) yang berlaku .

Pasal 6

Pelaksanaan Perkerjaan Pembangunan

1. Kontraktor dapat meminta kehadiran Pemilik atau wakil sah Pemilik sehubungan dengan
pelaksanaan Pekerjaan Pembangunan, dengan terlebih dahulu melakukan pemberitahuan
kepada Pemilik.
2. Atas setiap pelaksaan Pekerjaan Pembangunan, Kontraktor wajib membuat laporan secara
berkala setiap 2 (dua) mingguan kemajuan pekerjaan, persediaan bahan bangunan, dan photo-
photo hasil Pekerjaan Pembangunan (untuk selanjutnya disebut “Laporan Berkala”).
3. Kontraktor wajib menjamin kemudahan bagi Pemilik untuk setiap saat dapat memasuki Lokasi
Pembangunan dan tempat penyimpanan bahan dan peralatan bangunan.

Pasal 7

Perubahan Kondisi

1. Jika ditemukan adanya kondisi yang tidak dapat diduga sebelumnya di Lokasi Pembangunan di
luar Force Majeur, yang menyebabkan terhambat atau terhentinya Pekerjaan Pembangunan maka
Kontraktor harus secepatnya memberitahukan kepada Pemilik secara tertulis.
2. Pemilik setelah menerima pemberitahuan dari Kontraktor atau mengetahui dengan sendirinya
mengenai adanya kondisi sebagaimana yang disebutkan dalam ayat 1 diatas maka akan segera
memberikan petunjuk atau saran kepada Kontraktor.
3. Jika petunjuk atau saran yang diberikan oleh Pemilik menyebabkan perlu dilakukan perubahan-
perubahan di dalam Pekerjaan Pembangunan seperti Jangka Waktu Pelaksanaan atau Nilai
Kontrak, maka Para Pihak sepakat secara bersama-sama bertemu untuk bermusyawarah dan
melakukan negosiasi mengenai perubahan tersebut.

TRAINING QUANTITY SURVEYOR | LOKER TEKNIK SIPIL | ERSA BESTARI MULYADI 28


Pasal 8

Pencegahan Kerusakan atau Kerugian

1. Kontraktor atas biayanya sendiri wajib mengambil tindakan-tindakan yang diperlukan, sesuai
dengan Dokumen Desain dan Undang-Undang, Peraturan-peraturan Pemerintah Indonesia yang
terkait, untuk mencegah timbulnya kerusakan atau kerugian terhadap Pekerjaan Pembagunan,
bahan bangunan, bangunan-bangunan disekitarnya atau pihak ketiga, sampai Pekerjaan
Pembangunan selesai dan diserahterimakan kepada Pemilik.
2. Bilamana ada tindakan untuk atau sehubungan dengan perlindungan bahan bangunan disekitar
Lokasi Pembangunan yang di luar lingkup tindakan sebagaimana disebut dalam ayat 1 pasal ini
dan Pemilik menemukan bahwa tidak dibenarkan memasukkan segala biaya dan/atau
pengeluaran-pengeluaran untuk tindakan tersebut dalam Nilai Kontrak, maka pembebanan atas
biaya atau pengeluaran tersebut akan dimusyawarahkan oleh Para Pihak.
3. Bilamana dianggap perlu untuk mencegah kecelakaan, Kontraktor dapat mengambil tindakan
pencegahan yang diperlukan, dengan terlebih dahulu melakukan pemberitahuan dan permintaan
persetujuan kepada Pemilik, akan tetapi dengan dalam keadaan darurat, Kontraktor dapat
langsung mengambil tindakan pencegahan dan segera memberitahukan kepada Pemilik setelah
mengambil tindakan tersebut.
4. Pemilik berhak meminta Kontraktor untuk segera melakukan tindakan tertentu guna mencengah
terjadi kecelakaan, dan Kontraktor wajib segera melakukan tindakan pencegahan sesuai dengan
instruksi dari Pemilik.
5. Seluruh biaya yang timbul guna melakukan tindakan-tindakan pencegahan sebagaimana yang
dimaksud dalam ayat 3 dan 4 pasal ini, akan ditetapkan melalui negosiasi antara Para Pihak

Pasal 9

Ganti Kerugian Terhadap Pihak Ketiga

1. Jika terjadi kerugian terhadap pihak ketiga yang disebabkan oleh pelaksanaan Pekerjaan
Pembangunan, maka Kontraktor wajib memberikan ganti rugi kepada pihak ketiga atas kerugian
yang dideritanya, kecuali kelalaian yang di sebabkan oleh Pemilik, Pemilik akan menanggung
biaya kerugian terhadap Pihak Ketiga tersebut.
2. Kontraktor wajib menyelesaikan seluruh perselisihan atau persengketaan yang terjadi antara
Kontraktor dengan Pihak Ketiga yang timbul sehubungan dengan pelaksanaan Pekerjaan
Pembangunan, dan apabila diperlukan dapat meminta bantuan atau kerjasama dari Pemilik untuk
turut membantu menyelesaikan permasalahan /sengketa dengan Pihak Ketiga.
3. Apabila perselisihan atau sengketa yang terjadi antara Kontraktor dan Pihak Ketiga menyebabkan
terhambat atau terhentinya Pekerjaan Pembangunan maka Kontraktor dapat mengajukan
permohonan perpanjangan Jangka Waktu Pelaksanaan kepada Pemilik. Persetujuan
perpanjangan Jangka Waktu Pelaksanaan oleh Pemilik semata-mata hanya akan diberikan
berdasarkan alasan-alasan yang dapat diterima oleh pemilik dan jumlah hari perpanjangan akan
ditetapkan melalui negosiasi dan kesepakatan bersama antara Para Pihak.

Pasal 10

Kerusakan - Kerusakan secara Umum

1. Jika terjadi kerusakan tehadap hasil Pekerjaan Pembangunan, bahan bangunan, atau Pekerjaan
Pembagunan secara umum, yang timbul sebelum berakhirnya Jangka Waktu Pelaksanaan dan
sebelum diserahterimakan hasil Pekerjaan Pembangunan kepada Pemilik, maka Kontraktor
bertanggung jawab sepenuhnya untuk memperbaiki kerusakan-kerusakan dengan tanpa adanya
perpanjangan Jangka Waktu Pelaksanaan untuk penyelesaian pekerjaan.
2. Dikecualikan dari ayat 1 pasal ini, Kontraktor dapat meminta perpanjangan Jangka Waktu
Pelaksanaan apabila terjadi hal-hal sebagai berikut :
a. Kontraktor tidak mampu memulai Pekerjaan Pembagunan pada tanggal permulaan Jangka
Waktu Pelaksanaan, yang dikarenakan oleh sebab-sebab yang ditimbulkan oleh Pemilik, atau
bilamana Pemilik menunda atau menangguhkan Pekerjaan Pembangunan.

TRAINING QUANTITY SURVEYOR | LOKER TEKNIK SIPIL | ERSA BESTARI MULYADI 29


b. Bilamana Kontraktor belum memulai, atau telah menangguhkan Pekerjaan Pembangunan
karena keterlambatan pembayaran atau sebagian dari pembayaran oleh Pemilik.

Pasal 11

Force Majeure

1. Yang dimaksud dengan Force Majeure dalam Perjanjian Pemborongan ini adalah terjadinya
peperangan, blokade, pemberontakan, pemogokan, kebakaran, sabotase, epidemi atau bencana
alam seperti banjir, gempa bumi dan hal-hal lain diluar kemampuan Para Pihak.
2. Pihak yang tidak dapat melaksanakan kewajibannya karena terjadinya Force Majeure pada
kesempatan pertama segera memberitahukan mengenai peristiwa Force Majeure melalui
telephone atau faksmili melalui alamat yang diatur dalam Pasal 27 dibawah dan selanjutnya wajib
menyusulkan pemberitahuan tertulis beserta alasan.
3. Penanguhan Perjanjian ini maksimal 7 (tujuh) hari sejak diterimanya pemberitahuan tertulis yang
diatur dalam Pasal 11.2 diatas, jika melebihi 7 (tujuh) hari penangguhan, Para Pihak segera
melakukan hal-hal yang perlu guna mengatasi situasi tersebut sehingga ketentuan-ketentuan
dalam Perjanjian ini tetap dapat dilaksanakan.
4. Keterlambatan atau kelalaian pihak yang mengalami Force Majeure dalam memberitahukan
adanya Force Majeure tersebut, mengakibatkan tidak diakuinya peristiwa tersebut sebagai Force
Majeure dan dianggap tidak pernah terjadi Force Majeure.
5. Tidak ada Pihak yang dapat dikenakan atau dianggap bertanggungjawab untuk kegagalan atau
keterlambatan dalam jumlah atau pelaksanaan dari tanggungjawabnya di bawah ini jika kegagalan
atau keterlambatan yang demikian di luar kontrol/kendalinya, kejadian yang dimaksud dalam Pasal
11 Perjanjian ini, atau sebab-sebab kejadian alam yang hampir sama di luar kontrol yang wajar
dari pihak di sini.
6. Dalam hal terjadinya Force Majeure, Para Pihak setuju bahwa pihak yang tidak terkena Force
Majeure tidak akan mengajukan tuntutan hukum apapun terhadap pihak yang mengalami Force
Majeure jika sudah melukukan pemberitahuan sebagaimana dimaksud dalam Pasla 11 Ketentuan
Umum ini.
7. Jika timbul kerusakan atas hasil Pekerjaan Pembangunan, bahan bangunan, atau Pekerjaan
Pembangunan secara umum yang disebabkan karena terjadinya Force Majeur, maka Kontraktor
wajib segera memberitahukan kepada Pemilik tentang sifat dari kerusakan tersebut segera
setelah terjadinya Force Majeur.
8. Bilamana terjadi keadaan Force Majeure sebagaimana dimaksud diatas sehingga tidak
memungkinkan Para Pihak melaksanakan Perjanjian Pemborongan, maka segala sesuatunya
akan diselesaikan secara musyawarah.

Pasal 12

Kegagalan Bangunan

1. Kontraktor wajib bertanggung jawab terhadap ketidaksempurnaan sebagian atau seluruh hasil
Pekerjaan Bangunan (selanjutnya disebut “Kegagalan Bangunan”) selama 6 (enam) bulan
terhitung sejak tanggal penyerahan terakhir hasil Pekerjaan Pembangunan.
2. Jika terjadi Kegagalan Bangunan yang disebabkan karena kelalaian Pemilik dalam mengelola
Bangunan dan menimbulkan kerugian bagi pihak lain maka hal tersebut menjadi tanggung jawab
Pemilik sepenuhnya.
3. Kegagalan Bangunan sebagaimana dimaksud ayat 1 ditetapkan oleh pihak ketiga selaku Penilai
Ahli.

Pasal 13

As u r a n s i

1. Selama Jangka Waktu Pelaksanaan, Kontraktor wajib mengasuransikan atas segala resiko
(Contractor All Risk) atas Pekerjaan Pembangunan, termasuk bahan dan peralatan bangunan
yang terdapat di Lokasi Pembangunan terhadap bahaya kebakaran, kehilangan, dan bahaya lain

TRAINING QUANTITY SURVEYOR | LOKER TEKNIK SIPIL | ERSA BESTARI MULYADI 30


yang mungkin terjadi, oleh karena itu Kontraktor dengan ini membebaskan Pemilik dari segala
tuntutan, gugatan, ganti rugi dalam bentuk apapun yang diajukan oleh Kontraktor, maupun pihak
manapun juga atas kehilangan, kerusakan Pekerjaan Pembangunan, bahan dan peralatan
bangunan karena sebab apapupun juga di Lokasi Pembangunan.
2. Selama Jangka Pelaksanaan, Kontraktor wajib membeli polis asuransi yang memberikan jaminan
kepada pihak ketiga atas Pekerjaaan Pembangunan (Third Party Liability Assurance).
3. Selama Jangka Waktu Pelaksanaan, Kontraktor juga akan bertanggung jawab membeli suatu polis
asuransi yang memberikan jaminan terhadap seluruh Tenaga Ahli seperti Asuransi Tenaga Kerja
(ASTEK) dan Asuransi Kesehatan (ASKES).
4. Dalam hal Kontraktor bermaksud membeli premi asuransi yang berkaitan dengan Pekerjaaan
Pembangunan, selain asuransi yang ditentukan pada ayat 1, 2, dan 3 pasal ini, maka Kontraktor
wajib segera memberitahukannya kepada Pemilik.
5. Kontraktor wajib menyerahkan seluruh asli polis asuransi kepada Pemilik.

Pasal 14
Penyelesaian, Pemeriksaan dan Penyerahan Pekerjaan

1. Apabila Pekerjaan Pembangunan telah selesai, maka Kontraktor wajib segera memberitahukan
dan meminta kepada Pemilik untuk dilaksanakannya pemeriksaan akhir atas Pekerjaan
Pembangunan. Pemilik akan melakukan pemeriksaan dan pengujian hasil Pekerjaan
Pembangunan sesuai dengan syarat-syarat dan ketentuan yang ditetapkan dalam Dokumen
Desain, apabila hasil Perkerjaan Pembangunan tidak sesuai atau tidak lulus maka Kontraktor
dengan biaya sendiri wajib segera memperbaiki atau membangun ulang sebelum berakhirnya
Jangka Waktu Pelaksanaan atau sebelum berakhirnya tenggang waktu yang diberikan oleh
Pemilik untuk perbaikan atau pembangunan ulang.
2. Apabila Pekerjaan Pembangunan telah selesai dan lulus pemeriksaaan, maka Pemilik dapat
meminta agar Kontraktor segera membongkar bangunan sementara, membersihkan Lokasi
Pembangunan dan melaksanakan tugas-tugas lainnya sebelum berakhirnya Jangka Waktu
Pelaksanaan atau sebelum waktu yang ditentukan oleh Pemilik .
3. Bilamana Pekerjaan Pembangunan telah lulus pemeriksaan oleh Pemilik dan Kontraktor telah
menyelesaikan kewajiban-kewajibannya sebagaimana dimaksud dalam ayat 2 pasal ini, maka
Kontraktor harus menyerahkan hasil Pekerjaan Pembangunan kepada Pemilik, yang akan
dilaksanakan dengan suatu Berita Acara Serah Terima yang ditandatangani oleh Kontraktor dan
Pemilik atau wakil yang ditunjuk oleh Pemilik.

Pasal 15

Penggunaan Sebagian Hasil Pekerjaan oleh Pemilik Sebelum Penyerahan Pekerjaan


Pembangunan

1. Sebelum penyerahan Pekerjaan Pembangunan sepenuhnya, Pemilik dapat menggunakan


sebagian dari hasil Pekerjaan Pembangunan, setelah memperoleh persetujuan tertulis dari
Kontraktor dan Pemilik bertanggung jawab atas perawatan dan pengawasan bagian-bagian yang
dipergunakan oleh Pemilik.
2. Bilamana timbul kerugian atau kerusakan sebagai akibat dari kelalaian Pemilik dalam penggunaan
sebagian dari hasil Pekerjaan Pembangunan sebagaimana tersebut dalam ayat 1 pasal ini maka
Pemilik akan bertanggung jawab atas kerusakan dan kerugian tersebut.

Pasal 16

Pekerjaan Pembangunan yang tidak sesuai dengan Design Gambar atau Spesifikasi

1. Bilamana ternyata ditemukan sebagian dari Pekerjaan Pembangunan yang tidak sesuai dengan
design gambar dan/atau spefikasi yang terdapat dalam Dokumen Desain maka Kontraktor harus
membangun kembali atas biaya sendiri. Dalam hal demikian, Kontraktor tidak dapat meminta
perpanjangan waktu penyelesaian.

TRAINING QUANTITY SURVEYOR | LOKER TEKNIK SIPIL | ERSA BESTARI MULYADI 31


2. Bilamana Pemilik memiliki keragu-raguan mengenai kesesuaian gambar atau spesifikasi dalam
Dokumen Desain terhadap bagian manapun dari Pekerjaan Pembangunan, maka Pemilik dapat
kapanpun juga bila dianggap perlu, membongkar bagian tersebut untuk pemeriksaan.
3. Jika bagian yang dibongkar atau diperiksa tersebut ternyata tidak sesuai dengan Gambar atau
Spefikasi yang terdapat dalam Dokumen Desain, maka seluruh biaya untuk pembongkaran dan
pemeriksaan dan pembangunan ulang harus ditanggung oleh Kontraktor.
4. Sebaliknya, jika ternyata Pekerjaan Pembangunan sudah sesuai dengan Gambar dan Spesifikasi
dalam Dokumen Desain, maka biaya yang diperlukan untuk pembongkaran dan pemeriksaan dan
pembangunan ulang harus ditanggung oleh Pemilik dengan tanpa tambahan waktu pelaksanaan
Pekerjaan Pembangunan.
5. Bilamana Pemilik menemui ketidaksesuaian gambar atau spesifikasi dalam Dokumen Desain
terhadap bagian manapun dari Pekerjaan Pembangunan, namun karena satu dan lain hal terpaksa
diterima atau tidak dilakukan pembongkaran dan perbaikan, maka selisih nilai ataupun harga atas
perbedaan tersebut harus ditanggung oleh Kontraktor dan dianggap sebagai pekerjaan kurang
yang akan mengurangi Nilai Kontrak.

Pasal 17

Pembayaran Nilai Kontrak

1. Kontraktor berhak menyampaikan tagihan atas pembayaran Nilai Kontrak sesuai ketentuan
pembayaran yang telah disepakati sebagaimana tertuang dalam Perjanjian Pemborongan.
2. Pemilik wajib membayar tagihan yang disampaikan Kontraktor dengan menyampaikan Dokumen
Tagihan yang disyaratkan, sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
3. Pemilik berhak menolak setiap tagihan yang disampaikan oleh Kontraktor yang tidak dilengkapi
seluruh dokumen tagihan sesuai yang disyaratkan dalam Perjanjian Pemborongan.

Pasal 18

Masa Retensi atas Kerusakan atau Cacat dalam Pekerjaan

1. Para Pihak sepakat dan setuju masa jaminan atas hasil Pekerjaan Pembangunan adalah selama
6 (enam) bulan terhitung sejak tanggal serah terima terakhir hasil Pekerjaan Pembagunan
sebagaimana yang tercantum dalam Berita Acara Penyerahan Terakhir (untuk selanjutnya disebut
“Masa Retensi”).
2. Selama Masa Retensi apabila terdapat kerusakan dan/atau cacat/cacat tersembunyi terhadap
hasil Pekerjaaan Pembangunan baik sebagian atau seluruhnya, maka Kontraktor wajib segera
memperbaiki dalam waktu yang wajar dan disepakati oleh Para Pihak, dengan biaya sepenuhnya
ditanggung oleh Kontraktor .
3. Selama Masa Retensi Kontraktor wajib melakukan pemeriksaan secara berkala terhadap hasil
Pekerjaan Pembangunan.
4. Bila terjadi kerusakan dan/atau diketahuinya terdapat cacat/cacat tersembunyi, maka Kontraktor
wajib segera datang ke lokasi dalam kurun waktu 24 jam setelah pemberitahuan oleh Pemilik.
5. Untuk setiap penyelesaian/perbaikan kerusakan atau cacat/cacat tersembunyi dari hasil
Pekerjaan Pembangunan maka akan dibuatkan Berita Acara Hasil Perbaikan yang akan
ditandatangani oleh wakil yang berwenang dari Pemilik dan Kontraktor.
6. Apabila masih terdapat kerusakan dan/atau cacat/cacat tersembunyi pada hasil Pekerjaan
Pembangunan yang telah dilakukan perbaikan maka Pemilik berhak meminta Kontraktor
melakukan perbaikan ulang, dengan mengajukan pemberitahuan secara tertulis kepada
Kontraktor selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari kalender sejak tanggal yang tercantum pada Berita
Acara Hasil Perbaikan meskipun telah lampau atau lewatnya Masa Retensi.

Pasal 19

Perubahan Pekerjaan dan Perubahan Waktu Penyelesaian

1. Bilamana dianggap perlu, Pemilik dapat minta secara tertulis kepada Kontraktor untuk melakukan
pekerjaan tambahan (additional works) atau melakukan perubahan dan/atau pengurangan pada
Pekerjaan Pembangunan.

TRAINING QUANTITY SURVEYOR | LOKER TEKNIK SIPIL | ERSA BESTARI MULYADI 32


2. Pekerjaan yang tidak dilaksanakan karena kondisi sudah mencukupi, akan diperhitungkan sebagai
kerja kurang dan biayanya akan dikurangi atau menyesuaikan Nilai Kontrak.
3. Dalam hal terjadi kerja kurang, bilamana dinilai perlu Pemilik dapat meminta Kontraktor untuk
mempersingkat Jangka Waktu Pelaksanaan.
4. Jika timbul kerugian terhadap Kontraktor sehubungan dengan ayat 1 dan ayat 2 pasal ini,
Kontraktor dapat mengajukan kepada Pemilik suatu ganti rugi yang wajar (arm length) atas
kerugian tersebut.
5. Dalam hal terjadi penambahan atau perubahan atau penangguhan pekerjaan, sehubungan
dengan Force Majeur atau sebab – sebab lain yang bisa dibenarkan, Kontraktor dapat mengajukan
kepada Pemilik untuk mengubah waktu penyelesaian, dengan menyebutkan secara jelas alasan
permintaan tersebut; Jumlah hari perpanjangan akan ditetapkan melalui negosiasi antara Para
Pihak.

Pasal 20

Perubahan Nilai Kontrak

Salah satu pihak dapat meminta perubahan Nilai Kontrak dalam hal terjadi hal– hal sebagai berikut:

a. Jika ada pemesanan pekerjaan tambahan atau pekerjaan diubah;


b. Jika waktu pelaksanaan diubah;
c. Perubahan Nilai Kontrak akan dilakukan berdasarkan negosiasi antar Pemilik dengan Kontraktor.
Untuk kerja kurang penyesuaian perhitungan porsi yang berkurang sesuai dengan Perincian
Kontrak, sedangkan untuk kerja tambah porsi yang bertambah sesuai dengan nilai yang berlaku
pada saat itu.

Pasal 21

Hak – hak Pemilik untuk Menangguhkan Pekerjaan Pembangunan atau Mengakhiri Perjanjian
Pemborongan

1. Pemilik bilamana perlu dapat menangguhkan Pekerjaan Pembangunan atau mengakhiri


Perjanjian Pemborongan. Dalam hal terjadi demikian dan bukan karena sebab-sebab yang diatur
dalam ayat 2 pasal ini Pemilik akan membayar ganti rugi kepada kontraktor atas kerugian nyata
yang timbul sebagai akibat dari penangguhan atau pengakhiran tersebut.
2. Pemilik dapat menangguhkan Pekerjaan Pembangunan atau mengakhiri Perjanjian Pemborongan
jika terjadi hal – hal tersebut di bawah ini dan dalam hal demikian Kontraktor wajib membayar ganti
rugi atas kerugian yang diderita oleh Pemilik :
a. Jika kontraktor gagal, tanpa alasan yang bisa dibenarkan, untuk memulai pekerjaan setelah
tanggal permulaan ( due date of commencement ); dan/atau
b. Jika Kontraktor tidak melaksanakan Pekerjaan Pembangunan sesuai dengan jadwal kerja
(Master Schedule) atau selanjutnya disebut “Jadwal Kerja” yang dikeluarkan dan disetujui
oleh Pemilik, ataupun tidak mencapai kemajuan pekerjaan sesuai dengan pentahapan
pelaksanaan (Milestone of Sequences Completion) atau selanjutnya disebut “Pentahapan
Pelaksanaan” yang disepakati Kontraktor dengan Pemilik atau pihak yang dikuasakan
mengawasi jalannya pelaksanaan pembangunan; dan/atau
c. Jika kemajuan pekerjaan ( progress of work ) jauh tertinggal dari Jadwal Kerja yang ditetapkan
dan dianggap tidak mungkin Kontraktor akan dapat menyelesaikan pekerjaannya dalam
jangka waktu penyelesaian (due date of completion ) atau dalam waktu yang wajar
sesudahnya; dan/atau
d. Jika kemajuan pekerjaan (progress of work) tertinggal atau tidak sesuai jadwal selama 3 (tiga)
minggu berturut-turut dan dianggap oleh Pemilik ataupun pihak yang dikuasakan oleh Pemilik
bahwa Kontraktor tidak berusaha secara maksimal untuk mengejar keterlambatan dalam
menyelesaikan pekerjaan dalam Jangka Waktu Pelaksanaan (due date completion); dan/atau
e. Jika Kontraktor melanggar ketentuan – ketentuan yang terdapat dalam Pasal 5 Ketentuan
Umum ini; dan/atau
f. Jika Kontraktor dicabut ijinnya atau kehilangan ijinnya sebagaimana yang ditetapkan oleh
undang – undang jasa konstruksi; dan/atau

TRAINING QUANTITY SURVEYOR | LOKER TEKNIK SIPIL | ERSA BESTARI MULYADI 33


g. Jika Kontraktor mengusulkan untuk mengakhiri Perjanjian tanpa memiliki alasan – alasan
yang disebut pada butir – butir Pasal 22 Kententuan Umum ini; dan/atau
h. Jika Kontraktor lalai atau terlambat menyerahkan hasil Pekerjaan Pembangunan kepada
Pemilik dan telah tercapainya denda maksimum keterlambatan sebagaimana yang diatur
dalam Ketentuan Umum ini.

Pasal 22

Hak-hak Kontraktor untuk menangguhkan Pekerjaan atau Mengakhiri Kontrak

Kontraktor dapat menangguhkan atau mengakhiri Pekerjaan Pembangunan jika terjadi hal – hal berikut
ini:

1. Jika Pemilik terlambat melakukan pembayaran atau melakukan sebagian pembayaran;

2. Jika pelaksaan Pekerjaan Pembangunan tidak dimungkinkan karena Pemilik tidak mampu untuk
menyediakan Lokasi Pembangunan.

3. Jika Nilai Kontrak telah berkurang dua pertiga (2/3) atau lebih karena Pemilik telah sangat banyak
mengurangi jumlah item Pekerjaan Pembangunan;

4. Nyata – nyata diketahui bahwa Pemilik tidak mampu membayar Nilai Kontrak.

Pasal 23

Akibat Pengakhiran Kontrak

1. Dalam hal terjadinya pengakhiran Perjanjian Pemborongan, Para Pihak harus menyelesaikan
pembukuan sebagaimana mestinya melalui negosiasi antara Pemilik dengan Kontraktor, dengan
ketentuan pekerjaan yang telah dilakukan dan/atau bahan bangunan yang telah disetujui
(termasuk bahan – bahan jadi yang telah dibayar oleh Kontraktor) akan diserahkan kepada
Pemilik.
2. Dalam hal Pemilik mengakhiri kontrak sesuai ketentuan ayat 2 Pasal 21, jika ternyata terdapat
kelebihan pembayaran sebagai akibat dari penyelesaian pembukuan, Kontraktor wajib
mengembalikan kepada Pemilik jumlah kelebihan pembayaran tersebut beserta dengan bunga
yang dihitung secara accrual (bertambah/majemuk) terhitung sejak tanggal penyelesaian
pembukuan sampai dengan dilakukannya pembayaran oleh Kontraktor. Suku bunga yang
disepakati adalah sebesar suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) yang berlaku saat ini.
3. Dalam hal pengakhiran Perjanjian Pemborongan, masing – masing pihak akan memindahkan
harta benda miliknya dan mengambil tindakan – tindakan lain yang diperlukan seperti pembersihan
lokasi pekerjaan oleh Kontraktor dalam batas waktu sebagaimana ditetapkan oleh Pemilik.
Dalam hal keterlambatan yang tidak bisa dibenarkan oleh salah satu pihak dalam mengambil
tindakan – tindakan yang disebut dalam ayat 3 di atas meskipun suatu pemberitahuan telah
disampaikan oleh pihak lainnya, maka pihak lainnya dapat mengambil tindakan – tindakan untuk
pihak yang melakukan keterlambatan dan karenanya memberikan kuasa kepada pihak lainnya
untuk melakukan segala tindakan yang seharusnya dilakukan oleh pihak yang harus melakukan,
termasuk namun tidak terbatas untuk memusnahkan dan atau mengalihkan kepada pihak lain
serta dibebaskan dari segala tuntutan dan atau gugatan atas tindakannya itu dan menuntut
darinya penggantian atas pengeluaran – pengeluaran biaya untuk tindakan tersebut.

4. Para pihak sepakat untuk mengesampingkan ketentuan Pasal 1266 Kitab Undang Undang Hukum
Perdata terhadap Perjanjian ini, sejauh ketentuan tersebut mensyaratkan keputusan Pengadilan
untuk mengakhiri Perjanjian Pemborongan ini.

Pasal 24

Hukum Yang Berlaku

TRAINING QUANTITY SURVEYOR | LOKER TEKNIK SIPIL | ERSA BESTARI MULYADI 34


Perjanjian Pemborongan beserta setiap dan seluruh pelaksanaannya tunduk dan diartikan sesuai
dengan hukum dan peraturan perundang-undangan yang berlaku di Republik Indonesia.

Pasal 25

Penyelesaian Sengketa/Perselisihan

1. Jika timbul sengketa/perselisihan antara Para Pihak sehubungan dengan pelaksanaan Perjanjian
Pemborongan ini, maka Para Pihak akan mengupayakan penyelesaian secara musyawarah untuk
mencapai mufakat.
2. Apabila musyawarah yang dilakukan oleh Para Pihak tidak dapat mencapai kata mufakat maka
masing – masing Pihak sepakat untuk menyerahkan persoalannya kepada Badan Arbitrase
Indonesia (BANI) untuk diselesaikan dalam tingkat pertama dan terakhir menurut peraturan
prosedur BANI dengan ketentuan Para Pihak sepakat untuk tunduk kepada semua keputusan
yang ditetapkan oleh BANI.
3. Segala biaya yang timbul dari dan karena adanya penyerahan perselisihan kepada BANI akan
ditanggung oleh Pihak yang dinyatakan bersalah.

Pasal 26

Akibat Keterlambatan Pelaksanaan, Saksi dan Denda

1. Sanksi administrative ataupun lainnya akan dikenakan kepada Kontraktor oleh Pemilik :
a. Dalam hal Kontraktor tidak melakukan pekerjaannya sesuai ruang lingkup pekerjaan yang
termaktub dalam Perjanjian inidan apabila Kontraktor tidak mencapai kemajuan pekerjaan
sesuai dengan Pentahapan Pelaksanaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat 2b
berdasarkan catatan dalam notulen rapat mingguan ataupun Berita Acara Keterlambatan
maka Pemilik atau pihak yang dikuasakan, akan memberikan teguran secara lisan sampai
dengan peringatan tertulis kepada Kontraktor.
b. Apabila dengan 2 (dua) kali peringatan tertulis tidak ada perubahan/perbaikan dari Kontraktor
dalam jangka waktu maksimal 3 (tiga) hari dari Peringatan terakhir, maka Pemilik atau pihak
yang dikuasakan akan mengirimkan surat peringatan akhir (selanjutnya disebut “Surat
Peringatan Akhir”)..
c. Jika dengan Surat Peringatan Akhir tersebut, Kontraktor tetap tidak ada perubahan/perbaikan
dalam jangka waktu 3 (tiga) hari sejak disampaikannya surat tersebut, maka Pemilik atau
pihak yang dikuasakan berhak mempertimbangkan menunjuk pihak lainnya untuk membantu
melaksanakan pekerjaan sebagian kecil maupun besar pembangunan yang terlambat
dengan biaya sepenuhnya menjadi beban Kontraktor.
d. Apabila telah diterapkannya bantuan dalam butir c ayat ini, namun Kontraktor masih tidak
menunjukkan perbaikan maka Pemilik akan mempertimbangkan untuk dan/atau dapat
mengakhiri Perjanjian ini secara sepihak sesuai Pasal 21, dan Pemilik atau pihak yang
dikuasakan berhak sepenuhnya menentukan perhitungan penelitian prestasi kerja yang telah
dicapai sampai diakhirinya Perjanjian ini.
e. Dalam hal butir d ayat ini dilakukan, Pemilik berhak sepenuhnya memberikan pekerjaan
kepada pihak lain (penerus pekerjaan) tanpa diperlukan persetujuan terlebih dahulu dan
dibebaskan dari segala tuntutan dalam bentuk apapun dengan alasan apapun.

2. Denda akan dikenakan kepada Kontraktor :


a. Dengan tidak mengabaikan ketentuan ayat 1 a, jika Kontraktor tidak melaksanakan
Pentahapan Pelaksanaan, maka Pemilik atau pihak yang dikuasakan berhak menerapkan
denda keterlambatan sebesar Rp.2.000.000 (dua juta Rupiah) per hari kecuali bila Kontraktor
dapat mengejar keterlambatan dalam Pentahapan Pelaksanaan berikutnya dan dapat
menyerahkan pekerjaan sebagaimana disepakati sesuai dengan jangka waktu pelaksanaan
yang ditentukan dalam Perjanjian.
b. Jika Kontraktor tidak dapat menyerahkan pekerjaan sebagaimana telah disepakati sesuai
dengan Jangka Waktu Pelaksanaan yang ditentukan dalam Perjanjian karena sebab – sebab
yang merupakan tanggung jawab Kontraktor, maka Pemilik kecuali disepakati lain, untuk
setiap hari keterlambatan, berhak menuntut kerugian kepada kontraktor dan Kontraktor wajib
mengganti dengan tarif sebesar 1 ‰ ( satu permil/satu perseribu) dari Nilai Kontrak dengan

TRAINING QUANTITY SURVEYOR | LOKER TEKNIK SIPIL | ERSA BESTARI MULYADI 35


maksimal sampai dengan 50 (lima puluh) hari keterlambatan atau maksimal 5 % (lima persen)
dari Nilai Kontrak dengan memperhitungkan denda keterlambatan sebagaimana dimaksud
dalam ayat 2 butir a Pasal ini.

Pasal 27

Lain – Lain

1. Kegagalan para pihak dalam melaksanakan hak – haknya sesuai dengan isi Perjanjian ini tidak
berarti sebagai pembatalan atas hak – haknya tersebut atau hak masing – masing pihak dalam
melaksanakan haknya.
Kecuali ditemukan kemudian, di antara ketentuan – ketentuan di dalam Perjanjian ini oleh
sebuah pengadilan atau lembaga tribunal yang memiliki hak hukum (yuridiksi) dan yang
berwenang untuk itu dinyatakan tidak berlaku, tidak sah, ilegal atau tidak dapat diberlakukan
dalam hal apapun juga, maka ketentuan – ketentuan tersebut dalam Perjanjian ini tetap berlaku
penuh.

Seluruh pemberitahuan sehubungan dengan Perjanjian ini harus disampaikan secara tertulis
melalui faksimili atau surat tercatat dan ditujukan kepada Para Pihak dengan menggunakan
alamat sebagaimana ditentukan di bawah ini:

PEMILIK

PT LOKER TEKNIK SIPIL

…………..,

Jl…………………,

Bandung, Indonesia

Telephone :

Faksimili :

U.P. : Udin

2. Perjanjian Pemborongan ini merupakan perjanjian menyeluruh antara Para Pihak dan
menggantikan semua hasil negosiasi atau perjanjian yang sudah ada sebelumnya atau perjanjian
yang bersifat sementara sehubungan dengan masalah pokok di dalam Perjanjian Pemborongan
ini. Setiap perubahan dan/atau modifikasi dan/atau tambahan terhadap Perjanjian Pemborongan
ini akan ditetapkan melalui negosiasi antara Para Pihak dan dinyatakan secara tertulis dan
ditandatangani oleh Para Pihak dalam bentuk amandemen dan/atau addendum.

BAB VI
PENUTUP

1. Semua peraturan dan persyaratan mengenai pekerjaan di atas serta mengenai bahan-bahan yang
berlaku namun belum tercantum dalam Rencana Kerja dan Syarat ini, Kontraktor harus
mematuhinya.
2. Persyaratan dan peraturan bahan yang belum tertulis di RKS ini mengikuti gambar dan BQ.
3. Apabila terdapat perbedaan penafsiran pengertian mengenai pasal pada RKS, BQ dan Gambar Kerja
dapat mengirimkan pertanyaan melalui fax.
4. Pertanyaan ditujukan kepada Erwinda melalui email …………… atau melalui fax di nomor 021- .
pertanyaan terakhir tanggal 4 Agustus 2017 dan dijawab pada tanggal 7 Agustus 2017.

TRAINING QUANTITY SURVEYOR | LOKER TEKNIK SIPIL | ERSA BESTARI MULYADI 36


3. Tahap Rapat Pemberian Penjelasan (Aanwijzing). Rapat pemberian
penjelasan atau Aanwijzing adalah pertemuan antara peserta tender
dengan Owner dan Konsultan Perencana. Dalam pertemuan ini akan
diadakan tanya jawab mengenai hal-hal yang kurang jelas bagi
peserta tender baik dari sisi administrasi maupun teknis.
Hal tersebut akan sangat mempengaruhi kontraktor peserta tender
dalam mengajukan harga tender ataupun mengubah ketentuan-
ketentuan yang ada dalam dokumen tender sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan aanwizing adalah
sebagai berikut :
Aanwijzing sebaiknya dihadiri oleh semua kontraktor peserta
tender, konsultan perencana dan pihak owner.
Dalam pertemuan ini Konsultan Perencana memberikan
penjelasan secara terperinci mengenai isi dari dokumen tender.
Kemudian para peserta tender dapat mengajukan pertanyaan-
pertanyaan maupun usulan-usulan mengenai berbagai hal yang
dianggap kurang jelas.
Setelah pertemuan selesai, Owner membuat berita secara
penjelasan pekerjaan. Berita acara ini berisikan catatan dan hal-
hal yang dibicarakan dalam rapat, baik itu penjelasan maupun
perubahan-perubahan yang telah disetujui.
Berita acara ini ditandatangani oleh owner dan wkil dari peserta
tender. Berita acara ini sifatnya mengikat.

Pada pertemuan ini juga sebaiknya dilakukan peninjauan ke lapangan


agar peserta tender mendapatkan gambaran tentang kondisi proyek
yang sebenarnya, sehingga para peserta tender dapat mengetahui
tentang akomodasi dan hal-hal lain yang diperlukan dalam
pelaksanaan pembangunan proyek ini.

4. Tahap Pemasukan Penawaran. Setelah mengikuti aanwijzing maka


para peserta tender akan mulai menghitung anggaran biaya proyek ini
TRAINING QUANTITY SURVEYOR | LOKER TEKNIK SIPIL | ERSA BESTARI MULYADI 37
yang akan diajukan sebagai harga penawaran. Anggaran biaya
tersebut disampaikan dalam Surat Penawaran Harga (SPH) yang harus
diserahkan sesuai dengan waktu dan tempat yang telah ditentukan
oleh Owner. Berkas-berkas yang harus dilampirkan oleh kontraktor
dalam pemasukan penawaran umumnya adalah sebagai berikut :
Dokumen Administrasi :
Copy jaminan penawaran/tender bond (asli diserahkan kepada
pemilik proyek) jika dipersyaratkan.
Copy SIUP, SIUJK, NPWP, PKP dan Akte perusahaan yang sudah
dilegalisir oleh instansi yang berwenang.
Kadang diminta juga laporan keuangan atau rekening bank
perusahaan kontraktor.

Dokumen Teknik :

Surat pernyataan kesanggupan menyelesaikan pekerjaan


apabila ditunjuk sebagai pemenang dan mengasuransikan
tenaga kerja (Jamsostek).
Surat penawaran (bermaterai, dibuat di kop perusahaan, dicap,
dan ditandangani).
Struktur organisasi dan personalia pelaksana proyek.
Daftar peralatan yang dimiliki dan akan digunakan dalam
pelaksanaan pekerjaan.
Time schedule berupa barchart dan kurva S.
Metode pelaksanaan pekerjaan.
Spesfikasi teknis dan brosur material yang ditawarkan.

Dokumen Biaya/Harga :

Surat penawaran harga (bermaterai, buat di kop perusahaan,


dicap, dan ditandatangani).
Daftar uraian volume pekerjaan/Bill of Quantity (BOQ) dan harga
satuan yang diisi.
Analisa harga satuan bahan dan upah kerja.

TRAINING QUANTITY SURVEYOR | LOKER TEKNIK SIPIL | ERSA BESTARI MULYADI 38


Dokumen administrasi, teknis dan biaya/harga umumnya dibuat dalam
2 rangkap yaitu 1 dokumen asli dan 1 dokumen copy.

5. Tahap Evaluas Tender. Di sini Owner mengadakan evaluasi terhadap


Surat Penawaran Harga (SPH) yang masuk dan memenuhi persyaratan
yang ada. Evaluasi meliputi evaluasi dokumen administrasi, teknis, dan
harga penawaran. Owner akan membandingkan SPH tersebut dengan
konsep awal dan dengan para peserta tender lainnya, sehingga bila
ada kejanggalan dapat dikertahui.kemudian owner akan menentukan
calon pemenang tender berdasarkan penawaran yang paling sesuai
dengan harga dari pihak Owner dan tidak menyimpang dari syarat-
syarat teknis yang telah ditetapkan.
6. Tahap Klarifikasi. Klarifikasi dilakukan untuk memperoleh penjelasan
mengenai hal-hal yang ada dalam penawaran. Dalam klarifikasi ini juga
Owner dapat meminta pertanggungjawaban atas harga penawaran
dan kejanggalan-kejanggalan yang ditemukan dalam SPH yang
dibuat.
7. Tahap Pengumuman Pemenang Tender. Dari hasil evaluasi dan
klarifikasi maka pihak Owner akan memutuskan siapa kontraktor yang
menjadi pemenang tender. Umumnya system dalam menentukan
pemenang tender adalah The Lowest Responsible Bid (harga terendah
yang dapat dipertanggung jawabkan). Pemenang akan
mendapatkan Surat Keputusan Penunjukkan Pemenang dari Owner
dan dilakukan penandatanganan kontrak dari kedua belah pihak.
Pelaksanaan pekerjaan harus sudah dimulai selamnat-lambatnya 7 hari
kalender setelah diterbitkannya Surat Perintah Kerja (SPK).

TRAINING QUANTITY SURVEYOR | LOKER TEKNIK SIPIL | ERSA BESTARI MULYADI 39

Anda mungkin juga menyukai