2019
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Pengertian
Estimasi merupakan pengetahuan yang relatif baru perkembangannya,
dimana pengetahuan ini dahulunya merupakan kegiatan dari Ilmu Teknik
(Rekayasa Teknik).
Seiring dengan perkembangan kemajuan ilmu dan teknologi, maka estimasi
tidak hanya mempelajari teknik-teknik estimasi saja tetapi juga dapat digunakan
antara lain :
untuk mengetahui besar biaya total
dasar untuk membuat sistem pembiayaan dan jadwal pelaksanaan
konstruksi
peramalan kejadian pada proses pelaksanaan dan memberi nilai pada
masing-masing kejadian tersebut.
dilakukan berdasarkan gambar kerja , gambar rencana dan spesifikasi.
Estimasi pada proyek konstruksi tidak sama dengan estimasi pada pada
manufaktur , hal ini disebabkan proyek itu sendiri bersifat unik dimana tidak ada
proyek yang sama.
Feasibility Study
Pra Design
Design
Detail Design
Final Design
Pelaksanaan Proyek
Suatu proyek ada karena adanya ide atau keinginan dari seseorang
(owner), kemudian dilakukan studi kelayakan apakah ide tersebut dapat terwujud
atau tidak. Dari studi kelayakan dilanjutkan dengan pra design yaitu desain awal
untuk mewujudkan keinginan owner, jika pra desain yang diajukan oleh konsultan
perencana disetujui oleh owner. Kemudian desain yaitu perencanaan dari awal
sampai akhir ( desain lengkap tentang suatu bangunan seperti yang diharapkan
oleh owner ). Untuk dapat melaksanakan desain tersebut dibutuhkan kontraktor
pelaksana , dalam hal ini untuk mengetahui kualitas kontraktor dilakukan dengan
proses tender. Dalam kaitannya proses estimasi yang diperlukan pada proses
penawaran suatu proyek, maka dapat dirinci dengan tahapan-tahapan sebagai
berikut :
1. Pengumuman lelang
2. Undangan lelang
3. Pertemuan penjelasan / Aanwyzing dan Peninjauan Lapangan
4. Penyusunan Harga Penawaran
5. Pemasukan Penawaran
6. Evaluasi Penawaran
Setelah didapatkan kontraktor pelaksana maka dibuat kontrak / perjanjian antara
owner dengan kontraktor, dan pelaksanaan proyek tersebut dapat segera
dilaksanakan , sehingga ide dari pemilik / owner dapat segera terwujud.
Dari tabel di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa peranan estimator pada jasa
kontraktor adalah :
1. Menghitung dan menganalisa, harga nyata (real cost) yang akan
diajukan kontraktor dalam suatu penawaran (tender) pekerjaan jasa
kontraktor
2. Turut mengendalikan jalannya pekerjaan apabila proyek tersebut
dimenangkan / dikerjakan oleh kontraktor yang bersangkutan.
Adapun pengendalian yang dilakukan antara lain :
Pengendalian cash flow biaya pelaksanaan
Pengendalian kebutuhan bahan, tenaga dan peralatan.
Estimasi Konseptual
Estimasi yang dilakukan selama proses perancangan berlangsung. Untuk
setiap revisi estimasi, tingkat ketelitian biaya akan meningkat sesuai tahap
perancangan
Estimasi Konseptual terdiri dari :
Estimasi harga satuan fungsional , yang menggunakan fungsi dari
fasilitas sebagai dasar penetapan biaya
Estimasi biaya satuan per meter persegi
Estimasi biaya satuan per meter kubik
Estimasi factorial
Estimasi sistematis (Elemental estimates atau Parametric estimates)
Dimana proyek dibagi atas sistem fungsionalnya. Harga satuan
ditentukan oleh penjumlahan tiap harga satuan elemen dalam setiap
sistem atau mengalikan dengan data faktor pengali yang ada.
Contoh :
Faktor Estimasi
Jenis Kegiatan Faktor
Estimasi detail
Langkah pertama yang harus diambil adalah membuat quantity take off
berdasarkan gambar kerja dan spesifikasi yang kemudian dapat
Studi kelayakan
Perencanaan / perancangan
Estimasi Konseptual
Estimasi harga satuan Fungsional
Estimasi Harga per Satuan Luas
Estimasi Harga per Satuan Isi
Estimasi factorial
Penyiapan dokumen kontrak Estimasi Sistematis
Penyerahan proyek kepada kontraktor Sistem Estimasi dan Analisis Sub Kontraktor
dokumen kontrak
Penyelesaian Proyek
Estimasi
BAB II
DOKUMEN KONTRAK DALAM PROYEK KONSTRUKSI
2.1. Pendahuluan
Dokumen Kontrak memegang peranan yang sangat penting bagi
pelaksanaan dan pengembangan proyek konstruksi. Dokumen ini merupakan
jembatan penghubung antara citra konseptual pemberi tugas (owner) dengan
kegiatan konstruksi fisik dari fasilitas / bangunan seperti yang diharapkan oleh
pemberi tugas. Pada setiap proyek konstruksi jembatan penghubung yang vital ini
diselenggarakan oleh pihak-pihak pemberi tugas, perancang / perencana,
kontraktor, dan berbagai pihak lainnya yang hampir dapat dipastikan belum
pernah bekerja sama sebelumnya. Satu-satunya media yang memungkinkan untuk
mengakomodasi semua kepentingan mereka adalah dokumen kontrak.
Bentuknya berupa perjanjian tertulis yang mengacu pada ketentuan hukum
dan berlaku antara pemberi pekerjaan dan kontraktor serta berisi aspek tentang
pelaksaanaan pekerjaan.
Ikatan antara pemberi pekerjaan dan kontraktor ini dijelaskan dalam pasal-
pasal serta ayat-ayat kontrak tentang hak dan kewajiban masing-masing yang
menandatangani kontrak tersebut yang didasarkan pada penawaran dan
kesepakatan bersama.
Sebelum suatu kontrak ditandatangani biasanya terdapat proses yang
mendahului dan proses ini merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari
administrasi kontrak. Proses tersebut dapat melalui pelelangan / pemilihan
ataupun pengadaan langsung kontraktor.
Suatu dokumen kontrak pada dasarnya terdiri dari :
1. lembar perjanjian
2. gambar-gambar rencana
3. syarat-syarat umum
4. persyaratan khusus
5. spesifikasi teknis
6. addenda
Dokumen ini disiapkan konsultan perancang sebagai media komunikasi antara
pemberi tugas dan kontraktor.
Menurut sumber dana maka proyek konstruksi dapat dibagi menjadi dua yaitu :
Dana pemerintah, dimana proses pelelangan umumnya kompetitif, dan
harus sesuai dengan prosedur yang berlaku.
Dana swasta, dimana proses pelelangan umumnya dapat dinegoisasikan
dan ditentukan oleh aturan yang diadakan sendiri oleh pemilik dengan
bantuan konsultan perencana.
Kontraktor Utama
Supplier Pekerja
Metode swakelola
Pemilik Proyek
Kontraktor Utama
Pekerja Supplier
BAB III
METODE ESTIMASI BIAYA PROYEK
3.1. Pendahuluan
Kebutuhan AC
Perhitungan kebutuhan instalasi listrik
3.2.2. Metode Luasan
Cara ini dilakukan berdasarkan besarnya luas pekerjaan yang dilakukan,
sehingga dapat diperkirakan besarnya biaya yang dibutuhkan.
Contoh :
Harga bangunan perumahan
Pekerjaan lantai
Pengaspalan jalan
3.2.3. Metode Volume (kubikasi)
Metode ini menggunakan volume bangunan sebagai dasar, yaitu metode
harga satuan didasarkan pada biaya per m3 dari bangunan. Metode kubik ini
dapat lebih teliti daripada metode luas karena banyak informasi yang
terkandung di dalamnya bila yang dibahas volume.
Cara ini dilakukan dalam memperkirakan biaya-biaya pekerjaan :
- Galian/timbunan tanah
- Pembetonan
- Pondasi
3.2.4. Metode Storey Enclosure (metode harga satuan pekerjaan)
Metode ini adalah metode harga satuan yang direncanakan untuk
menanggulangi masalah yang muncul pada metode perkiraan permulaan
lainnya. Ini diharapkan dapat digunakan untuk variasi bentuk rencana dan
ketinggian bangunan.
Namun , metode ini tidak pernah digunakan secara keseluruhan, karena alasan
sebagai berikut :
Perhitungan jauh lebih banyak daripada metode lainnya.
Data yang lalu dalam bentuk harga satuan tidak tersedia , terutama
diperlukan analisa sejumlah pekerjaan yang kompleks untuk melengkapi
data yang diperlukan sebagai penuntun.
Dasar teori metode ini terdiri dari pengukuran luas dinding luar, lantai,luas
atap (yang secara efektif menutup bangunan), dan pada luas itu dikalikan
Metode ini juga membuat perhitungan biaya secara otomatis untuk bentuk
tinggi dan ukuran lokasi. Bila perkiraan ini dikumpulkan terlalu awal, sebelum
semua informasi tersedia lengkap, maka akan menghasilkan perhitungan yang
tidak tepat.
Pengukuran dalam metode ini diambil secara kasar untuk keseluruhan kecuali
bukaan yang sangat besar, jendela dan pintu dihargai sebagai unit lengkap
secara terpisah.
Pondasi normal diukur per meter, termasuk saluran-saluran, beton dan
pembataan sehingga dapat dibuat harga satuan.
Dinding termasuk perlengkapannya, jendela diukur sebagai tambahan pada
dinding termasuk kaca, cat dan sebagainya.
Biaya total untuk elemen yang dimaksud = pengukuran x “ harga “
Metode ini lebih teliti dalam memperkirakan biaya , terutama untuk pekerjaan
konstruksi yang tidak biasa.
Informasi yang dibutuhkan :
a. Sketsa perencanaan atau gambar kerja :
- Perencanaan tiap lantai skala 1 : 100
- Potongan skala 1 : 100
- Potongan khusus melalui bangunan skala 1 : 20
b. Catatan spesifikasi : seluruh informasi ditabelkan dalam metode luas.
Contoh :
Galian pondasi selokan sedalam 1 meter, mendatarkan dan memadatkan dasar
selokan, pendukung pekerjaan tanah, penimbunan, pembuangan tanah galian
yang berlebihan, pondasi beton tebal 300 mm, rongga brickwork sampai 150
mm di atas tanah, bata merah tampak luar, panjang selokan 50 meter.
Jika biaya per meter selokan Rp. 255.000,00. Maka biaya total adalah : 50
meter dikalikan dengan biaya per meter Rp. 255.000,00
9. Pekerjaan kayu
a) Kusen pintu / jendela / tiang kayu (dihitung volume kayu yang
diperlukan dalam m3)
b) Daun pintu / jendela (dihitung panjang listplank dalam m1 atau luasnya
dalam m2)
c) Papan listplank (dihitung panjang listplank dalam m1)
d) Talang (dihitung panjang talang dalam m1)
e) Kuda-kuda (dihitung volume kayu yang diperlukanuntuk pembuatan
kuda-kuda tersebut dalam m3)
f) Rangka atap dihitung berdasarkan luas permukaan atap(m 2)yang perlu
ditutup.
g) Rangka plafond dihitung berdasarkan luas plafond (m2) atau bahan
kayu yang diperlukan(m3)
h) Penutup atap dihitung berdasarkan luas atap yang ditutupi (m2)
i) Jurai dihitung berdasarkan panjang jurai (m1)
10. Pekerjaan cat / labur , dihitung berdasarkan luas permukaan yang akan
dicat untuk masing-masing jenis material konstruksi (tembok , besi , kayu)
3. Tembok
Satuan m 3
Cara menghitung : luas bidang tembok x tebal
Luas bidang = jumlah panjang pondasi x tinggi tembok dikurangi
jumlah luas pintu / jendela / ventilasi
Tebal tembok : ½ batu, ¾ batu, 1 batu dsb.
4. Beton bertulang
Satuan m 3
Cara menghitung : panjang x lebar x tinggi
5. Plesteran trasram / kedap air
Satuan m 2
Cara menghitung : 2 x luas bidang luar trasram ditambah luas
bidang pondasi yang nampak pada tepi luar di atas muka tanah
6. Laburan
Laburan trasram = luas plesteran trasram
Laburan tembok = luas plesteran tembok
7. Lantai
Satuan m 2
Cara menghitung : panjang x lebar ( lihat denah )
8. Tegel plint
Satuan m 1
Cara menghitung : keliling / panjang tembok yang terpasang tegel
plint. ( Catatan : banyaknya tegel plint harus diperhitungkan
kehilangan sebesar 2 – 5 % ).
Satuan m 2
Cara menghitung : lebar x tinggi lubang ditambah 10 %
3. Papan lisplank
Satuan m 2 atau m 1
Cara menghitung : panjang seluruh x lebar + 10 %
4. Pekerjaan talang
Satuan m 1
Cara menghitung : menjumlahkan panjang seluruhnya
5. Kuda-kuda
Satuan m 3
Cara menghitung : penampang tiap jenis ukuran x jumlah panjang
masing-masing + 10 % kayu terbuang
6. Rangka Atap
Satuan m 2
Cara menghitung :
menghitung luas sesuai atap segitiga = alas x ½ tinggi bidang atap
bentuk atap trapesium = ( panjang tritis + bubungan ) x ½ tinggi
bidang atap
bentuk atap segi empat = panjang x tinggi bidang atap
7. Rangka Plafond
Satuan m 3 atau m2
Cara menghitung ada dua cara :
a. penanpang x panjang kayu + 10 %
b. luas bidang plafond = panjang x lebar tiap kamar ( m2)
8. Menutup atap
Satuan m 3
Cara menghitung : luas rangka atap.
Untuk genting ditambah 2 -3 % akibat pecah dan lain-lain
9. Bubungan / jurai luar
Satuan m 1
Cara menghitung : jumlah panjang bubungan / jurai luar
10. Plafond
Satuan m 2
Cara menghitung : luas bidang rangka plafond
F. Pekerjaan penggantung
1. Pasang kaca pintu / jendela
Satuan m 2
Cara menghitung : lebar x tinggi bidang
Alat penggantung dan pengunci dihitung berdasarkan jumlah
pemakaian.
G. Pekerjaan Instalasi
1. Listrik
Biaya : ongkos pemasangan, bahan yang dibutuhkan, administrasi
dan lain-lain
Cara menghitung : jumlah lampu = jumlah stop kontak x harga tiap
jenis ( tidak termasuk bola lampu )
Rumus RAB = px q + s = pq + s
p = jumlah mata lampu
q = harga per mata lampu
s = harga bola lampu
2. Air
Kalkulasi seluruh pipa dan perlengkapannya
Ongkos pemasangan
H. Pekerjaan lain-lain
1. Besi sengkang , angker, mur baut dihitung dalam kg
2. Rooster udara dihitung jumlahnya dalam bh
3. Kloset, urinoir, wastafel dll dihitung per buah
BAB IV
PENYUSUNAN ANGGARAN BIAYA
4.1. Pendahuluan
Penyusunan anggaran biaya adalah suatu kegiatan pada tahap perencanaan
maupun pada awal pemasukan penawaran dan merupakan proses awal dari
pembangunan dari suatu proyek konstruksi. Kegiatan tersebut diperlukan agar
dihasilkan perkiraan biaya proyek yang optimal dan dapat dipertanggung
jawabkan atau sesuai dengan dana dan waktu yang disediakan.
Anggaran biaya adalah rincian perkiraan biaya dari sebagian atau keseluruhan
kegiatan proyek yang dihubungkan dengan waktu (lamanya kegiatan), sedangkan
perkiraan biaya terbatas pada tabulasi biaya yang diperlukan untuk suatu kegiatan
tertentu proyek atau proyek keseluruhan.
Anggaran biaya memegang peranan penting dalam penyelenggaraan / pengadaan
proyek, pertama dipergunakan untuk mengetahui berapa besarnya biaya yang
diperlukan untuk membangun proyek atau investasi berikutnya memiliki cakupan
yang sangat luas yaitu merencanakan dan mengendalikan sumber daya seperti
material, tenaga kerja, peralatan maupun waktu.
Dan kaitan erat dengan analisa biaya yaitu pekerjaan yang menyangkut
pengkajian biaya kegiatan-kegiatan terdahulu yang akan dipakai sebagai bahan
atau acuan untuk menyusun anggaran biaya. Dengan kata lain menyusun anggaran
biaya berarti melihat masa depan, menghitungkan dan mengadakan prakiraan atas
hal-hal yang akan mungkin terjadi. Sedangkan analisa biaya menitikberatkan pada
pengkajian dan pembahasan biaya kegiatan masa lalu yang akan dipakai sebagai
masukan.
Seperti telah disebutkan di atas, bahwa anggaran biaya proyek dihasilkan dari “
perkiraan” biaya komponen-komponen proyek atau pekerjaan dengan
memperhatikan faktor waktu pelaksanaan pekerjaan. Kata “perkiraan” di atas
menyiratkan bahwa angka yang dihasilkan tidak akan akurat 100 % tepat. Namun
demikian diharapkan agar penyimpangannya tidak terlalu jauh, sehingga dapat
berfungsi sebagai alat perencanaan .
Dalam kenyataan anggaran biaya ada dua macam yaitu Rencana Anggaran Biaya
(RAB) dan Rencana Anggaran Pelaksaanaan ( RAP )
4.2. Macam R . A . B
Macam Anggaran Biaya dapat dibagi dalam 2 cara :
a. Anggaran biaya sementara / taksiran ( perkiraan )
Anggaran biaya sementara atau yang disebut juga Rencana Biaya taksiran
dibuat berdasarkan pengalaman.
Misalnya untuk bangunan rumah tinggal dibedakan antara bangunan
pokok, bangunan samping, dan teras, dimana masing-masing bangunan
tersebut mempunyai harga yang barlainan untuk tiap ukuran luas meter
persegi.
Contoh :
a. Untuk bangunan bertingkat, maka perhitungan ialah m 3 luas lantai
dikalikan harga pokok pada lantai I ditambah prosentase biaya dari
harga pokok.
b. Tingkat V sampai dengan tingkat VII prosentasenya naik 10 %
c. Cara menghitung :
Lantai bawah LI x Hp ( masing-masing)
Lantai II LII x ( 1 + 8 % ) Hp
Lantai III LIII x ( 1 + 14 % ) Hp
Pemilik proyek, angka yang menunjukkan jumlah anggaran biaya akan menjadi
salah satu acuan untuk menentukan kelanjutan investasi.
RAB, sebagai rincian dari Owner Estimates adalah dasar pemberi tugas untuk
mengevaluasi penawaran yang diajukan oleh rekanan agar dapat menentukan
penawaran yang paling menguntungkan
RAB, yang dibuat sebagai rincian dari biaya pekerjaan konstruksi, adalah RAB
yang diajukan dalam penawaran dan merupakan lampiran dalam Surat Penawaran
Harga ( SPH ).
b. Biaya Peralatan
Peralatan yang dimaksud disini adalah semua alat yang dipakai oleh
kontraktor dalam melaksanakan pekerjaan konstruksi, dan tidak akan memjadi
permanen dari proyek
Pada umumnya peralatan yang digunakan sebagai sarana bantu untuk
menyelesaikan pekerjaan konstruksi meliputi : alat-alat berat, mesin-mesin
dan alat- alat tangan atau ringan dan tidak akan menjadi bagian yang
permanen dari suatu konstruksi atau hasil akhir proyek. Peralatan ini sifatnya
ada yang hanya sekali pakai , ada yang pernah dipakai pada proyek
sebelumnya atau nantinya akan dipakai pada proyek berikutnya.
Biaya yang diperlukan untuk alat-alat berat jauh lebih besar daripada alat
ringan atau tangan dan pada proyek dengan skala besar biaya peralatan ini
akan sangat menentukan dalam penyusunan harga satuan pekerjaan, sehingga
perkiraan biaya alat-alat berat ini harus diteliti serta mendekati kenyataan.
Guna memperkirakan biaya yang cukup akurat, maka harus diputuskan
terlebih dahulu mengenai ukuran dan jenis peralatan yang akan dipakai,
dimana berdasarkan lamanya proyek akan dapat ditentukan apakah peralatan
akan dibeli atau cukup disewa saja.
Berdasarkan tingkat produktifitas, harga peralatan ( kepemilikan ) dan volume
pekerjaan, maka biaya peralatan dihitung per satuan waktu tertentu seperti per
jam, minggu, atau bulan dapat juga berdasarkan besarnya produk yang
dihasilkan persatuan waktu tertentu.
- Kontingensi yaitu biaya yang diperlukan untuk menutup hal –hal yang
belum pasti , seperti :
Kecelakaan kerja
Kesalahan metode kerja
Kegagalan pelaksanaan pekerjaan
Faktor alam yang tidak menentu
Penyimpangan kondisi proyek ( site )
Akibat pengaruh perubahan moneter (misal : kenaikan harga material)
Biaya kontingensi disisipkan pada pengajuan harga satuan pekerjaan
dengan distribusi tidak menentu.
Selain kelompok biaya di atas dikenal juga biaya – biaya sebagai berikut :
1. Keuntungan : Biaya yang diperlukan untuk jasa kontraktor sebagai
keuntungannya, yang besarnya merupakan prosentase ( misal 10 % )
dari biaya langsung ( biaya konstruksi ). Keuntungan diajukan secara
formal sebagai salah satu item pembiayaan
Sub kontraktor
Overhead umum
Overhead proyek
Pemilihan pekerjaan
Biaya langsung
Teknik penyusunan perkiraan biaya antara lain dengan quantity take off dan harga
satuan, yaitu membuat perkiraan biaya dengan mengukur kuantitas komponen-
komponen bangunan proyek dari gambar-gambar perencanaan dengan spesifikasi
o Angka koefisien harga satuan upah diperoleh berdasarkan hasil survai atau
analisa pelaksanaan di lapangan.
4) Koefisien Upah
Dalam membuat analisa harga satuan pekerjaan, akan kita jumpai suatu
besaran angka sebagai faktor atau koefisien, yang besarnya/nilainya
tergantung dari keahlian / profesionalnya tenaga tersebut. Ada beberapa
Contoh :
Pekerjaan galian tanah ukuran kecil (galian kabel, galian pondasi) dengan
kedalaman kurang dari 1 meter dan bekas galian disebarkan disekitarnya,
maka besaran koefisien upah sebagai berikut :
Koefisien upah per m3 galian
No. Jenis Tanah Galian
Maksimum Minimum
1 Tanah Biasa 0,800 0,0270
2 Tanah Keras 1,050 0,0370
3 Tanah Bercampur Batu 1,575 0,0525
4 Tanah Lumpur 1,605 0,0625
5 Tanah Cadas 2,140 0,0642
Untuk tanah galian yang hasil galiannya diangkut ketempat lain, besarnya
koefisien tergantung dari jarak angkut serta peralatan yang digunakan
Contoh :
1 m3 tanah diangkut sejauh 30 m :
0,375 pekerja
0,107 mandor
atau dapat memakai rumus sebagai berikut :
a
K = -------- ( L + 75 )
275
dimana :
K = biaya yang dicari per m3
Contoh :
1 m3 pekerjaan galian tanah berlumpur
1,605 pekerja @ Rp. 17.500 Rp.
1,605 pekerja @ Rp. 17.500 Rp
--------------------------------------------
Jumlah Rp. XY
Maka kebutuhan biaya untuk galian tanah berlumpur 48,5 m3 adalah 48,5 x
Rp. XY = Rp.CT
5. Koefisien Bahan
Pada prinsipnya cara penentuan koefisien bahan hampir sama dengan cara
penentuan besaran koefisien upah. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
penentuan koefisien bahan adalah :
a. Macam pekerjaan
b. Komposisi campuran
c. Tingkat ketelitian dan kesulitan pembuatan
Koefisien bahan maupun koefisien upah sudah banyak ditulis oleh ahli seperti
buku BOW, sampai dengan hasil kajian penulis sekarang. Seperti pada penentuan
koefisien upah, koefisien bahan dilakukan uji coba lalu dipraktekkan di lapangan.
Berikut ini contoh perhitungan koefisien dan biaya satuan dari suatu alat berat
pada pekerjaan 1 m3 galian tanah serta meratakan dan merapikan hasil galian
dengan menggunakan excavator dan bulldozer, jarak perataan 20 meter.
Menghitung kapasitas excavator, Komatsu PC-200 :
Kapasitas alat : 0,80 m 3
Factor alat : 0,84
Faktor material : 1,20 (swell)
Q = 232,526 m3 / jam
Maka untuk meratakan 1 m3 tanah membutuhkan waktu :
T = ( 232,526 ) –1
= 0,0043 jam
Menghitung koefisien tenaga kerja (pekerja)
Inflasi adalah kenaikan harga barang sedangkan eskalasi adalah perubahan harga
akibat adanya inflasi ditambah factor – factor lain seperti upah tenaga kerja, sub
kontraktor dan lain-lain. Seorang estimatoer dalam menganalisa eskalasi biaya
proyek dihadapkan pada sutu kenyataan bahea harga penjualan barang dan jasa
yang sesungguhnya dipengaruhi oleh kegiatan atau situasi ekonomi pada saat itu,
dan tidak hanya memperhitungkan biaya sesungguhnya yang dikeluarkan
perusahaan yang memproduksi barang tersebut.
Jadi eskalasi adalah cadangan pada perkiraan biaya yang dimaksudkan untuk
menutupkenaikan tingkat harga karena waktu. Cara yang sering digunakan untuk
menghitung eskalasi adalah menggunakan angka indeks harga atau factor indeks
yang diterbitkan oleh kalangan dagang dan industri atau oleh pemerintah.
Demikian juga biaya umum (over head) sudah diperinci menjadi biaya pembelian
kertas, alat-alat tulis, gaji, ongkos angkutan, biaya kesehatan dan lain-lain
administrasi proyek.
oleh tenaga maupun alat yang digunakan. Sehingga jumlah tenaga, jenis alat,
kapasitas alat dan komposisi alat dapat ditetapkan sesuai dengan kebutuhan.
Informasi mengenai harga satuan upah dan bahan perlu diketahui, sehingga dapat
dihitung jumlah biaya yang diperlukan untuk pembayaran upah dan pembelian
bahan.
Contoh :
Sehingga untuk keseluruhan pekerjaan dapat diperoleh jumlah biaya untuk : upah,
bahan, dan alat. Disini tampak perbedaan antara harga penawaran dengan biaya
pelaksanaan.
Pada contoh ni terdapat perbedaan sebesar :
Rp. 148.000,00 – Rp. 80.000,00 = Rp. 68.000,00
Hasil perhitungan biaya pelaksanaan ini harus dijadikan patokan biaya pada
pelaksanaan pekerjaan, sehingga sebelum dimulainya pelaksanaan sudah
diketahui pos biaya pekerjaan apa yang berlebih atau kurang. Dengan demikian
dapat dikendalikan biaya yang dikeluarkan selama pelaksanaan pekerjaan,
sehingga perusahaan tidak mengalami kerugian.
BAB V
Pengendalian Proyek
5.1. Pendahuluan
Pada saat pelaksanaan , estimasi biaya proyek merupakan anggaran biaya
yang tidak boleh terlampaui besarnya sehingga kontraktor mendapatkan
keuntungan yang sebesar – besarnya. Agar pengeluaran proyek sesuai dengan
rencana anggaran yang telah ditetapkan maka harus ada pengendalian yang terus
menerus selama proyek berlangsung. Salah satu cara pengendalian biaya
pelaksanaan proyek adalah dengan bantuan kurva S.
5.2.Program Pengendalian
Untuk pengendalian pelaksanaan sebaiknya dibuat apa yang disebut “
Program Plan Controle “atau “ Perencanaan Pengendalian “. Pelaksanaan “
Program Plan Controle “ untuk mengikuti perkembangan atau kemajuan
pekerjaan yang telah dicapai.
5.2.1.Jenis Pengendalian
Program Plan Control pada umumnya dilakukan dalam tiga hal yaitu :
Pengendalian biaya ( B )
Pengendalian mutu (M )
Pengendalian waktu (W )
Pelaksanaan ketiga pengendalian ini harus sedemikian rupa sehingga terdapat
keserasian dan keseimbangan yang baik.
a. Sasaran Evaluasi
Mendeteksi apakah hasil kerja sesuai dengan rencana yang telah
dibuat
Menggali masalah yang menjadi penghambat dalam pelaksanaan
kerja dan mencari jalan keluar untk mengatasinya
b. Jenis evaluasi proyek
Evaluasi laju prestasi
Evaluasi produktifitas
Evaluasi biaya
Evaluasi keuangan
c. Data yang diperlukan
Rencana kerja dan rencana keuangan pada proyek yang lalu
Reaisasi kerja yang telah dilakukan
d. Alat yang digunakan
Admnistrasi proyek
Rencana kerja dan rencana keuangan
Harga satuan terlaksana item pekerjaan
Evaluasi biaya proyek
Rapat proyek
e. Evaluasi Laju prestasi
Adalah dengan membandingkan bobot prestasi yang dilaksanakan dengan
program bobot yang direncanakan sebelumnya