Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

Estimasi Biaya Konstruksi dan Kontrol ( EBKK )


Disusun untuk memenuhi
Ujian Tengah Semester Genap 2021-2022
Dosen : Dr. Ir. H. Kartono Wibowo, MM., MT.

Oleh:
Aprilia Darmawan ( 20202100012 )

PROGRAM MAGISTER TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG
2022
DAFTAR ISI
Halaman Judul
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang...........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................2
1.3 Manfaat dan Tujuan..................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................4

2.1 Macam-Macam Estimasi Biaya Proyek...................................................3


2.2 Estimasi Biaya............................................................................................5
2.2.1 Jenis-jenis Biaya Proyek.....................................................................7
2.2.2 Metode-Metode Estimasi Biaya Proyek............................................9
2.3 Komponen Biaya Proyek.........................................................................11
2.3.1 Biaya Langsung (Direct Cost)..........................................................11
2.3.2 Biaya Tak Langsung (Indirect Cost)...............................................12
2.3.3 Keuntungan........................................................................................13
2.4 Rencana Anggaran Biaya (RAB)............................................................14
2.4.1 Tahapan Penyusunan RAB..............................................................15
2.5 Hambatan-hambatan dalam menerapkan Estimasi Biaya..................16

BAB III PENUTUP..............................................................................................18

3.1 Kesimpulan...............................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA

i
BAB I
Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Suatu pekerjaan konstruksi dapat di nilai kinerjanya baik atau buruk


berdasarkan biaya, mutu dan waktu yang dihasilkan. Pesatnya pembangunan
di sektor jasa konstruksi perlunya peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM)
khususnya di lingkup ke PUPR-an baik di tingkat pusat maupun di daerah,
yang memiliki kemampuan dalam menghitung pembiayaan suatu konstruksi
baik secara kuantitas ataupun kualitas. Untuk ini institusi yang membidangi
peningkatan SDM harus bertanggung jawab untuk memfasilitasi para
pegawai/staff yang bertugas di tahapan perencanaan untuk memiliki
kemampuan tentang analisis harga satuan pekerjaan (AHSP). Maka
pemahaman terhadap AHSP ini perlu dimiliki oleh para petugas perencanaan
agar pekerjaan konstruksi yang akan dilaksanakan berhasil secara efektif dan
efisien.
Perkembangan industri konstruksi berhubungan erat dengan pelaksanaan
pembangunan di segala bidang yang saat ini masih terus giat dilaksanakan.
Kegiatan konstruksi terdiri dari berbagai tahap, dimana tahap yang paling
menentukan adalah tahap perencanaan dan pelaksanaan konstruksi karena
kualitas keseluruhan proyek sangat bergantung pada pembuatan dan
manajemen pada tahap tersebut. Setiap proyek kontruksi memiliki batasan dan
tujuan yang umumnya disebut triple constrain yaitu mutu, waktu dan biaya
Soeharto, 1999 mengemukakan suatu contoh dimana dapat terjadi bahwa
dalam laporan suatu proyek berlangsung lebih cepat dari jadwal sebagaimana
yang diharapkan akan tetapi biaya yang dikeluarkan melebihi anggaran yang
direncanakan. Bila tidak segera dilakukan tindakan pengendalian maka dapat
berakibat proyek berhenti atau tidak dapat di selesaikan karena kekurangan
dana. Oleh Karena itu pekerjaan konstruksi harus direncanakan dan

1
dikendalikan dengan baik sehingga keterlambatan waktu pelaksaan konstruksi
yang dapat berakibat pada peningkatan biaya konstruksi dapat di hindari.

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang didapatkan rumusan masalah sebagai berikut :


1. Apa saja macam-macam biaya estimasi proyek ?
2. Bagaimana metode estimasi biaya proyek?
3. Bagaimana tahap penyusunan RAB pada suatu proyek?

1.3 Manfaat dan Tujuan

Manfaat dan tujuan makalah ini yaitu :


Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk:
a) Digunakan untuk beberapa tujuan,seperti penentuan kelayakan
ekonomi suatu proyek, evaluasi beberapa alternatif proyek,
perencanaan anggaran proyek, dan penyediaan biaya proyek awal
danpengendalian jadwal proyek.
b) Untuk mengidentifikasi risiko yang mungkin menjadi penyebab
kegagalan dalam mengestimasi proyek dan menurunkan kinerja biaya
proyek
c) Untuk mengetahui macam-macam estimasi biaya pada suatu proyek
konstruksi
d) Untuk mengetahui bagaimana metode untuk memperkirakan biaya
suatu proyek konstruksi
e) Untuk mengetahui bagaimana tahap-tahap penyusunan RAB

2
BAB II

Pembahasan

2.1 Macam-Macam Estimasi Biaya Proyek

Dalam industri kostruksi estimasi biaya adalah istilah yang sering


digunakan untuk menggambarkan perkiraan biaya yang akan digunakan
untuk merealesasikan suatu proyek konstruksi. Proyek konstruksi dilakukan
melalui beberapa tahapan yang membutuhkan rentang waktu tertentu
sehingga estimasi biaya sangat dibutuhkan. Sehingga dapat didefinisikan,
Estimasi biaya adalah penghitungan kebutuhan biaya yang diperlukan untuk
menyelesaikan suatu kegiatan atau pekerjaan sesuai dengan persyaratan atau
kontrak.
Estimasi biaya proyek dapat dilakukan pada berbagai tahapan proyek.
Estimasi ini nilainya akan semakin mendekati nilai biaya proyek bila
estimasi dilakukan pada saat informasi mengenai proyek tersebut sudah
sangat lengkap. Biaya proyek itu sendiri baru dapat diketahui setelah proyek
selesai dikerjakan oleh kontraktor. Secara umum, estimasi biaya proyek
dibagi menjadi dua macam, yaitu
1. Estimasi biaya konseptual
Estimasi biaya berdasarkan konsep bangunan yang akan dibangun.
Estimasi ini dibuat pada tahapan awal suatu proyek. Pihak pemilik pada
mulanya membuat estimasi pendahuluan ini untuk mengetahui apakah
suatu proyek yang direncanakannya secara ekonomis layak untuk
dilaksanakan. Dengan berlangsungnya tahapan-tahapan proyek
selanjutnya, yaitu tahap perencanaan awal dan detail akan dibuat
estimasi biaya lagi yang tentunya akan lebih baik hasilnya. Estimasi-

3
estimasi biaya ini dibuat secara terus -menerus untuk mengontrol agar
biaya proyek tidak lebih besar dari anggaran proyek menurut hasil
estimasi biaya pendahuluan.
Untuk membuat estimasi pendahuluan ini dibutuhkan data-data sebagai
berikut :
 Produk yang dihasilkan oleh proyek, berikut kapasitas produksi
dan lokasinya.
 Gambaran mengenai fasilitas-fasilitas yang terdapat pada
proyek
 Denah / tata Ietak proyek
 Waktu dibuatnya estimasi biaya proyek
 Daftar peralatan utama yang akan dibeli
 Persetujuan pemilik proyek terhadap gambaran rencana proyek
secara umum
2. Estimasi biaya detail
Estimasi yang didasarkan pada dokumen rencana pembangunan
yang lengkap. Estimasi ini dilakukan setelah estimasi pendahuluan
disetujui dan setelah hampir seluruh perencanaan detail selesai dibuat.
Informasi mengenai proyek sudah mencakup gambar-gambar arsitektur,
struktur, mekanikal dan elektrikal yang sudah detail, serta spesifikasi
teknis detail.
Untuk membuat estimasi biaya ini dari informasi yang telah
lengkap di atas kita harus menghitung secara rinci seluruh elemen yang
tercakup dalam proyek, kemudian berbagai elemen proyek tersebut
ditabulasikan dan dihitung jumlahnya. Proses ini disebut perhitungan
kuantitas. Berikutnya, jumlah tiap elemen dikalikan dengan suatu unit
harga sehingga hasil penjumlahannya merupakan estimasi biaya
langsung proyek. Dengan menambahkan biaya-biaya tak langsung,
seperti overhead, keuntungan, eskalasi harga serta biaya tak terduga,
maka didapatkan estimasi biaya proyek total. Perhitungan kuantitas

4
yang teliti akan sangat mempengaruhi keakuratan hasil estimasi detail di
atas. Estimasi detail dibagi menjadi dua jenis yaitu

a) Estimasi Perencana (Engineer's Estimate)


Estimasi biaya ini sebaiknya dibuat berdasarkan dokumen
lelang yang juga dimiliki oleh penawar (calon kontraktor)
dan dibuat sebelum lelang. Estimasi Perencana digunakan
oleh pihak pemilik untuk mengevaluasi penawaran-
penawaran talon kontraktor dalam menentukan pemenang
lelang
b) Estimasi Penawaran Kontraktor
Penawaran Kontraktor dibuat dengan suatu strategi
perusahaan, penawarannya harus cukup rendah agar dapat
memenangkan lelang tetapi juga cukup tinggi agar
mendapatkan cukup keuntungan. Dengan kondisi demikian,
maka hasil estimasi yang dibuat oleh masing-masing
penawar akan sangat berbeda antara penawar tertinggi dan
terendah. Tetapi dengan adanya estimasi perencana, maka
pihak pemilik mempunyai acuan mengenai harga
proyeknya.

2.2 Estimasi Biaya

Pada tahap perencanaan sangat penting untuk memperhatikan perkiraan


biaya untuk membangun proyek karena memiliki fungsi dengan spektrum
yang amat luas bagi masing-masing organisasi peserta proyek dengan
penekanannya yang berbeda-beda. Bagi pemilik, angka yang menunjukkan
jumlah perkiraan biaya akan menjadi salah satu patokan untuk menentukan
kelanjutan investasi. Untuk kontraktor, keuntungan financial yang akan
diperoleh tergantung kepada seberapa jauh kecakapannya membuat perkiraan
biaya, bila penawaran harga yang diajukan terlalu tinggi kemungkinan besar

5
kontraktor yang bersangkutan akan mengalami kekalahan, sebaliknya bila
memenangkan lelang dengan harga terlalu rendah akan mengalami kesulitan
di belakang hari. Untuk konsultan, angka tersebut diajukan kepada pemilik
sebagai usulan jumlah biaya terbaik untuk berbagai kegunaan sesuai
perkembangan proyek dan sampai derajat tertentu, kredibilitasnya terkait
dengan kebenaran atau ketepatan angka-angka yang diusulkan (Soeharto,
1999)
Perkiraan biaya atau estimasi biaya adalah seni memperkirakan (the art of
approximating) kemungkinan jumlah biaya yang diperlukan untuk suatu
kegiatanyang didasarkan atas informasi yang tersedia pada waktu itu
(Soeharto, 1999).Dalam prosesnya, tiap-tiap kategori estimasi harus secara
hati-hati dipersiapkan dari tingkat estimasi konseptual sampai pada estimasi
detail untuk memperoleh keakuratan estimasi biaya konstruksi. Keakuratan
estimasi biaya konstruksi seharusnya meningkat sesuai dengan perubahan
proyek, dari perencanaan, desain hingga estimasi akhir pada saat penyelesaian
proyek. Hal ini bisa diprediksi dari estimasi konseptual yang akan membentuk
batasan, dengan tingkat keakuratannya relatif luas terhadap nilai kontrak
proyek konstruksi, karena tidak semua gambaran desain dan detail disebutkan
selama perencanaan awal.
Tersedianya data dan informasi memegang peranan penting dalam hal
kualitas perkiraan biaya yang dihasilkan. Hal ini juga memerlukan kecakapan,
pengalaman serta judgement dari estimator dan tergantung pula dengan
metode perkiraan biaya yang dipakai. Terkait dengan metode yang digunakan,
dikenal beberapa metode estimasi biaya yaitu :
1) Metode parametrik
2) Metode dengan memakai daftar indeks harga dan informasi proyek
terdahulu
3) Metode menganalisis unsur-unsurnya
4) Menggunakan metode faktor
5) Quantity take off dan harga satuan

6
6) Unit price
7) Memakai data dan informasi proyek yang bersangkutan.
Metode yang akandigunakan tergantung pada keperluan dan
tersedianyadata serta informasi pada waktu itu (Soeharto, 1999).

2.2.1 Jenis-jenis Biaya Proyek


Estimasi biaya dilakukan beberapa kali selama perencanaan maupun
saat proyek berlangsung. Estimasi pada tiap tahap, akan sangat
mempengaruhi performa estimasi tahap berikutnya. Pada tahap pertama,
estimasi biaya dipergunakan untuk mengetahui berapa besar biaya yang
diperlukan untuk membangun proyek atau investasi, selanjutnya estimasi
biaya berkembang, yaitu memiliki fungsi dengan spektrum yang amat luas
dalam merencanakan dan mengendalikan sumber daya seperti material,
tenaga kerja, pelayanan, maupun waktu.
Menurut Schexnayder dan Mayo, jenis-jenis estimasi menurut
peruntukkannya yaitu :
a. Estimasi untuk Perencanaan Konseptual
Estimasi pada tahap ini hanya berdasar pada informasi atau
parameter yang sangat general seperti, ukuran konstruksi, mutu
konstruksi yang diantisipasi, serta kegunaan bangunan. Pada
estimasi tahap konseptual ini, owner harus menyediakanscope
document, yang berfungsi sebagai basis dari mana estimasi tersebut
dijalankan. Estimasi biaya konseptual digunakan untuk menentukan
fisibilitas proyek dan mengembangkan project financing.
Ekspektasi akurasi pada estimasi tahap ini ialah ±15 sampai 20%.
b. Estimasi untuk Studi Kelayakan
Menggunakan informasi desain pendahuluan dan setelah lingkup
proyek terdefinisi secara jelas, suatu estimasi untuk studi kelayakan
dapat disiapkan. Item-item utama yang dibutuhkan dapat dicari
biayanya dan menjadi input bagi estimasi. Dengan identifikasi

7
lingkup proyek yang lebih baik tersebut, ekspektasi akurasi
meningkat menjadi ±10 sampai 15%.

c. Estimasi untuk Engineering dan Desain


Berdasarkan pada dokumen desain level skematik, kebutuhan utama
proyek dapat diukur secara kuantitatif, dan tipe konstruksi dapat
ditentukan. Contohnya kuantitas baja dalam ton, super struktur
menggunakan baja atau beton. Suatu estimasi dengan tingkat
akurasi ±5 sampai dengan 10% dapat disediakan pada tahap ini.
d. Estimasi untuk Konstruksi
Ini merupakan perhitungan biaya berdasarkan set lengkap dari
dokumen kontrak. Estimasi untuk konstruksi dapat dibuat
berdasarkan biaya rata-rata historis atau dengan mendata pekerja
serta pekerjaan dan menghitung biaya produksi.Metode yang
digunakan bergantung pada tipe konstruksi.Seperti contohnya,
konstruksi tipe gedung lebih banyak menggunakan data historis
untuk perhitungannya, sementara konstruksi jalan raya biasanya
mengacu pada produktivitas pekerjaan. Dalam tahap ini, ekspektasi
akurasi ialah ±5%.
e. Estimasi untuk Change Order
Estimasi ini dilakukan pada saat proyek telah berjalan yang
diakibatkan oleh perubahan pekerjaan yang diminta oleh Owner
pada proyek.

8
2.2.2 Metode-Metode Estimasi Biaya Proyek
Untuk melakukan estimasi biaya terdapat beberapa cara atau metode,
sesuai dengan informasi yang tersedia atau tahapan konstruksi. Menurut
Michael D. Dell’Isola, metode estimasi biaya dapat dibagai menjadi empat
kategori utama. Penjelasan akan masing-masing metode yaitu sebagai
berikut:
1. Metode Harga Unit Satuan
Metode harga unit satuan dapat juga dikategorikan menjadi
pembagian empat kategori utama:
- Metode Akomodasi
Metode ini pada dasarnya merupakan metode dengan
perhitungan kalkulasi dari biaya yang diperlukan dalam
membangun suatu fasilitas berdasarkan major measure dari
fasilitas tersebut. Seperti contohnya, estimasi biaya untuk
sebuah tempat parkir. Perhitungan tersebut dapat didasarkan
pada unit price luas parkir bagi tiap unit mobil yang kemudian
dikalikan dengan kapasitas unit mobil yang tersedia pada
tempat parkir tersebut.
- Metode Meter Kubik
Metode ini tidak biasa digunakan pada sistem estimasi biaya,
kecuali untuk konstruksi yang identik dengan volume, seperti
misalnya gudang penyimpanan. Berdasarkan sifat dari
pengukurannya, metode meter kubik akan bersifat sensitif
terhadap volume dari konstruksi dan varian yang
mempengaruhinya. Negara-negara Eropa seperti Jerman sangat

9
sering menggunakan metode ini sebagai perhitungan biaya
konstruksi. Metode ini dapat juga efektif, namun cenderung
rancu saat digunakan pada konstruksi umum.
- Metode Meter Persegi.
Metode biaya per meter persegi merupakan metode yang paling
sering digunakan di Amerika. Metode ini sangat sering
digunakan baik pada proyek pemerintah maupun swasta.
Meskipun efektif, metode meter persegi sangat bergantung
pada bagaimana pengukuran bagi biaya per meter persegi
tersebut dibuat pertama kalinya. Misalnya, unit biaya per meter
persegi pada gedung kantor secara net dan secara gross
sebenarnya memiliki perbedaan sekitar 30 atau 40%.
- Metode Area Fungsional
Metode area fungsional adalah metode estimasi biaya
berdasarkan luas area dengan fungsi tertentu. Area fungsional
ditentukan sesuai dengan ruang dengan masing-masing
kegunaannya pada suatu bangunan; misalnya, pada sekolah,
area fungsionalnya antara lain ruang kelas, kafetaria,
gymnasium, dan lain-lain. Kelebihan metode ini dari metode
meter persegi ialah variasinya terletak pada ruang sehingga
estimasi dapat lebih sesuai.
2. Metode Cost-Modelling dan Parametrik
Metode ini mengutilisasi model yang telah terdeterminasi dari
proyek sebelumnya dan menggunakannya untuk memprediksi
biaya proyek yang akan dibangun. Pendekatan ini biasanya
diaplikasikan pada proyek yang berulang dengan tipe yang serupa
atau mirip lalu mereplikasi anilisa teoritis dan expectation-nya
pada proyek yang diinginkan. Pada prosesnya fasilitas statistik
dapat dimanfaatkan sebagai alat prediksi dan asesmen cost
terutama pada sistem konstruksi yang rumit, seperti piping atau

10
proses komponen. Namun pendekatan ini memiliki aplikasi yang
paling sedikit di dunia konstruksi

3. Metode Survey Kuantitas


Metode survey kuantitas biasanya digunakan saat detail desain
secara terinci tersedia dan estimator diharuskan untuk
menghitungcost keseluruhan proyekatau paling tidak komponen
utamanya. Pricing dapat terdiri dari unit price seluruh bangunan,
atau juga termsuk labor, material dan alat. Tingkatan dari detail
estimasi ialah individual unit pada tiap pekerjaan, agar dapat
diketahui bagaimana pekerjaan akan dilangsungkan.
2.3 Komponen Biaya Proyek
Dalam pekerjaan proyek konstruksi biaya total proyek merupakan jumlah
komponen biaya yang meliputi :
2.3.1 Biaya Langsung (Direct Cost)
Yang dimaksud dengan biaya langsung adalah biaya yang berhubungan
dengan konstruksi / bangunan, diantaranya adalah :
a) Biaya Tenaga Kerja
Estimasi komponen tenaga kerja merupakan aspek paling sulit dari
keseluruhan analisis biaya konstruksi. Banyak sekali faktor berpengaruh
yang harus diperhitungkan antara lain : kondisi tempat kerja, ketrampilan,
lama waktu kerja, kepadatan penduduk, persaingan, produktivitas, dan
indeks biaya hidup setempat. Dari sekian banyak faktor, yang paling sulit
adalah mengukur dan menetapkan tingkat produktivitas, yaitu prestasi
pekerjaan yang dapat dicapai oleh pekerja atau regu kerja setiap satuan
waktu yang ditentukan. Tingkat produktivitas selain tergantung pada

11
keahlian, ketrampilan, juga terkait dengan sikap mental pekerja yang
sangat dipengaruhi oleh keadaan setempat dan lingkungannya.
b) Biaya Material
Analisis meliputi perhitungan seluruh kebutuhan volume dan biaya
material yang digunakan untuk setiap komponen bangunan, baik material
pekerjaan pokok maupun penunjang. Biaya material diperoleh dengan
menerapkan harga satuan yang berlaku pada saat dibeli. Harga satuan
material merupakan harga di tempat pekerjaan yang di dalamnya sudah
termasuk memperhitungkan biaya pengangkutan, menaikkan dan
menurunkan, pengepakan, asuransi, pengujian, penyusutan, penyimpanan
di gudang, dan sebagainya.
c) Biaya Peralatan
Estimasi biaya peralatan termasuk pembelian atau sewa, mobilisasi,
demobilisasi, memindahkan, transportasi, memasang, membongkar, dan
pengoperasian selama konstruksi berlangsung. Apabila kontraktor tidak
mempunyai alat penting yang diperlukan untuk menangani proyek, maka
harus memutuskan untuk membeli atau menyewanya. Sedangkan jika
kontraktor memiliki alat yang dimaksud biasanya masih harus
mempertimbangkan beberapa hal : apakah alat dalam keadaan menganggur
dan siap pakai, butuh biayaperbaikan dan persiapan, biaya mobilisasi, dan
apakah alatnya layak untuk dioperasikan. Adakalanya, dengan
memperhatikan sederetan permasalahan yang dihadapi mungkin masih
akan lebih ekonomis jika diputuskan untuk membeli alat baru atau
menyewa.
2.3.2 Biaya Tak Langsung (Indirect Cost)
Biaya tak langsung adalah biaya yang tidak secara langsung berhubungan
dengan konstruksi / bangunan tetapi harus ada dan tidak dapat dilepaskan dari
proyek tersebut. Biaya tak langsung dibedakan menjadi dua golongan yaitu
biaya umum (overhead cost) dan biaya proyek.
Yang dikelompokkan menjadi sebagai biaya umum adalah

12
a. Gaji personil tetap kantor pusat dan lapangan.
b. Pengeluaran kantor pusat seperti sewa kantor, telepon, dan
sebagainya.
c. Perjalanan beserta akomodasi.
d. Biaya dokumentasi.
e. Bunga bank.
f. Biaya notaris.
g. peralatan kecil dan material habis pakai.
Sedangkan yang dapat dikelompokkan sebagai biaya proyek,
pengeluarannya dapat dibebankan pada proyek tetapi tidak dimasukkan pada
biaya upah tenaga kerja, material, atau peralatan, yaitu :
1. Bangunan kantor lapangan beserta perlengkapannya.
2. Biaya telepon kantor lapangan.
3. Kebutuhan akomodasi lapangan seperti listrik, air bersih.
4. Jalan kerja dan parkir, batas perlindungan, dan pagar di lapangan
5. Pengukuran lapangan.
6. Tanda - tanda untuk pekerjaan dan kebersihan lapangan pada
umumnya
7. Pelayanan keamanan dan keselamatan kerja
8. Pajak pertambahan nilai.
9. Biaya asuransi.
10. Biaya jaminan penawaran, jaminan pelaksanaan, dan jaminan
pemeliharaan.
11. Asuransi risiko pembangunan dan asuransi kerugian.
12. Surat ijin dan lisensi
13. Inspeksi, pengujian, dan pengetesan.
14. Sewa peralatan besar utama.
15. Premi pekerjaan bila diperlukan.
2.3.3 Keuntungan

13
Nilai keuntungan pada umumnya dinyatakan sebagai persentase dari
seluruh jumlah pembiayaan. Secara umum, biasanya untuk proyek kecil
ditetapkan persentase keuntungan yang semakin besar, demikian pula untuk
keadaan yang sebaliknya. Pada prinsipnya penetapan besarnya keuntungan
juga dipengaruhi oleh besarnya risiko atau kesulitan-kesulitan yang akan
dihadapi, yang seringkali tidak tampak nyata.

2.4 Rencana Anggaran Biaya (RAB)


Rencana anggaran biaya merupakan perhitungan banyaknya biaya yang
diperlukan untuk bahan dan upah, serta biaya-biaya lain yang berhubungan
dengan pelaksanaan proyek pembangunan.

Dalam aplikasinya dilapangan, rencana anggaran biaya ini merupakan alat


untuk mengendalikan jumlah biaya penyelesaian pekerjaan secara berurutan
sesuai dengan yang telah direncanakan. Rencana anggaran biaya ini berada
pada proposal biaya diluar proposal teknis yang merupakan kelengkapan
administrasi sebuah perusahaan jasa konstruksi. Tujuan pembuatan RAB
adalah :
a. Agar biaya pembangunan yang dibutuhkan dapat diketahui
sebelumnya
b. Untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya kemacetan dalam
proses pembangunan
c. Untuk mencegah terjadinya pemborosan dalam penggunaan
sumber daya

Rencana Anggaran Biaya pelaksanaan proyek dibuat berdasarkan rencana


anggaran penawaran yang digunakan sebagai patokan biaya penyelesaian

14
proyek yang harus diikuti oleh setiap unit yang dalam kendali seorang
manajer proyek. Susunan RAB disampaikan berupa suatu dokumen yang
isinya secara urut sebagai berikut :

1. Rekapitulasi
2. Rincian RAB (Bill of Quantity/ BoQ)
3. Analisa harga satuan pekerjaan (Unit Cost)
4. Daftar harga satuan bahan dan upah

2.4.1 Tahapan Penyusunan RAB


Pada umumnya biaya proyek terdiri dari biaya tenaga kerja dan biaya
bahan atau peralatan, adapun tahap-tahap yang harus dilakukan dalam
penyusunan RAB adalah sebagai berikut :
a. Menghitung Volume Pekerjaan
Tahapan perhitungan volume ini dapat dikerjakan berdasarkan dari
gambar-gambar denah maupun detail, sehingga gambar – gambar
tersebut dapat terdapat ketidakjelasan pada ukuran maupun gambar
dan mempengaruhi perhitungan volume pekerjaan. Rumus perhitungan
volume pekerjaan :
- Volume untuk luasan item pekerjaan (m2) = panjang x lebar
- Volume untuk kubikasi item pekerjaan (m3) = panjang x lebar x
tinggi
- Volume panjang item pekerjaan (m) = panjang/tinggi
- Volume untuk borongan (Ls, unit, buah) = sesuai kesepakatan
b. Analisis Harga Satuan Pekerjaan
Berisi rincian Harga Satuan Pekerjaan untuk setiap pos pekerjaan.
Upah dan bahan disetiap daerah berbeda sehingga dalam menghitung
dan menyusun anggaran biaya suatu proyek harus berpedoman pada
harga satuan pekerjaan.
Untuk membuat analisa harga pekerjaan bisa dilakukan dengan : •

15
 Analisa BOW (Burgeslijke Openbare Werken, ditetapkan tgl 28
Februari 1921)
 Cara SNI
 Cara dari Bina marga
 Cara Modern
 Gabungan dan pengalaman

c. Hitungan Rincian Bill of Quantity (BoQ)


Berisi rincian perhitungan Rencana Anggaran Biaya yang dibuat untuk
setiap pos pekerjaan. Proses Bill of Quantity (BoQ) diperoleh dari
volume pekerjaan dikalikan harga satuan pekerjaan. Volume pekerjaan
dihitung berdasarkan gambar
d. Membuat Rekapitulasi
Berisi rekapitulasi dari RAB yang telah dibuat untuk dihitug biaya
totalnya dan harga yang ditawarkan setelah ditambahkan pajak (PPN).
Angka terakhir berupa jumlah total yang dibulatkan kemudian
dituliskan dalam bentuk kalimat.
2.5 Hambatan-hambatan dalam menerapkan Estimasi Biaya
Dengan pendeknya waktu yang dimiliki oleh para quantity surveyor di
dalam melaksanakan estimasi biaya, maka akan mungkin muncul hambatan-
hambatan di dalam estimasi tersebut. Victor G. Hajek (1994) menyampaikan
beberapa hambatan yang mungkin muncul dalam pelaksanaan estimasi, yaitu :
a. Adanya hal-hal yang terlewatkan. Apakah ada unsur biaya
penting yang terlupakan, misalnya apakah telah direncanakan
adanya pemeriksaan apakah taksiran telah memperhitungkan
biaya perekayasaan, bahan, dan lain-lain bagi upaya demikian.

16
b. Rincian pekerjaan yang tidak memadai. Apakah struktur rincian
pekerjaan yang sedang digunakan telah memperhatikan secara
cukup segenap sub sistem serta upaya yang diperlukan bagi
proyek tersebut.
c. Salah tafsir tentang fungsi atau data proyek. Tepatkah penafsiran
kerumitan disain tersebut, salah tafsir akan mengakibatkan
taksiran yang terlalu tinggi atau terlalu rendah.
d. Penggunaan teknik penaksiran yang salah. Bagi disain yang
dipermasalahkan harus diterapkan teknik penaksiran yang benar,
misalnya penggunaan statistik biaya yang diperoleh dari jalan
produksi suatu sub sistem yang serupa bagi suatu alat prototipe
yang memerlukan pekerjaan perekayasaan dan/atau
pengembangan pasti akan menghasilkan taksiran yang sangat
terlampau rendah.
e. Gagal dalam mengidentifikasi dan berkonsentrasi pada unsur-
unsur biaya utama. Telah ditetapkan secara statistik bahwa setiap
proyek, 20 persen dari sub sistemsubsistem akan menyebabkan
80 persen biaya total. Dengan demikian para quantity surveyor
seyogyanya memusatkan waktu serta upayanya pada
subsistemsubsistem serta golongan-golongan upaya biaya tinggi
guna meningkatkan peluang mereka memperoleh taksiran biaya
yang tepat.

17
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan diatas maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai


berikut :

1. Macam -macam estimasi biaya pada proyek konstruksi adalah


Estimasi kasar untuk pemilik, Estimasi pendahulu oleh konsultan
perencana, Estimasi detail oleh kontraktor
2. Metode untuk memprakirakan biaya proyek dapat dilakukan dengan
metode estimasi top-down, metode pemodelan parametrik, metode
bottom-up, melalui alat komputerisasi dan metode estimasi biaya
lainnya.
3. Tahap penyusunan RAB pada suatu proyek yaitu a.
- Menghitung volume pekerjaan
- Membuat analisa harga satuan pekerjaan
- Membuat Rincian RAB ( Bill of Quantity/BOQ)
- Membuat Rekapitulasi

18
4. Hambatan-hambatan yang terjadi dalam mempraktikan estimasi
biaya diantaranya adanya hal-hal yang terlewatkan saat
perhitungan, rincian pekerjaan yang tidak memadai, salah tafsir
tentang fungsi atau data proyek, penggunaan teknik penaksiran
yang salah, gagal mengidentifikasi dan berkonsentrasi pada unsur-
unsur biaya utama dsb.

Daftar Pustaka

H. Tarore,H. G.Y. Malingkas,G.Y. Walangitan, D.R.O. Junaidi. 2012.


“Pengendalian Waktu Dan Biaya Pada Tahap Pelaksanaan Proyek Dengan
Menggunakan Metode Nilai Hasil (Studi Kasus : Proyek Lanjutan
Pembangunan Gedung Pip2b Kota Manado)”. Universitas Sam Ratulangi ,
Manado, Indonesia.

Soeharto, Iman. 1999. Buku Manajemen Proyek : Dari konseptual Sampai


Operasional jilid 1. Jakarta : Erlangga.

Soeharto, Iman. 2001. Buku Manajemen Proyek : Dari konseptual Sampai


Operasional jilid 2. Jakarta : Erlangga

A.Rani, Hafnidar.2016. Buku Manajemen Proyek Konstruksi. Sleman: CV BUDI


UTAMA

http://www.pps.unud.ac.id/thesis/pdf

19

Anda mungkin juga menyukai