Oleh:
Aprilia Darmawan – 20.2021.00.012
Dalam hadis lain Nabi bersabda;“Jika kalian berkubang dengan babi yang
berlumuran de–ngan lumpur dan kotoran, itu lebih baik dari pada engkau
menyandarkan bahumu diatas bahu perempuan yang bukan istrimu” (HR. At-
Tabrani).
Jika mencermati pada keberadaan unsur ikrah dan aniaya, maka pada
hakikatnya kasus kekerasan seksual dalam syariat ini juga mencakup kasus
pelecehan seksual.
Hal ini sebagaimana tercermin di dalam Al-Qur’an Surat Al-Isra: 32, Allah SWT
berfirman:
Artinya: “Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah
suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk.” (QS. Al-Isra: 32)
Di dalam ayat ini, Allah SWT melarang seorang hamba melakukan perbuatan
mendekati zina. Tindakan mendekati zina ini digambarkan sebagai tindakan:
1. fâhisyah (tabu)
2. seburuk-buruknya jalan.
Contoh dari perbuatan fâkhisyah (tabu) ini misalnya adalah pandangan yang
bernuansa menelanjangi terhadap lawan jenis atau sesama jenisnya, baik
sendirian atau di depan umum sehingga berujung pada upaya menghilangkan
kehormatan seseorang. Itulah sebabnya, syariat memerintahkan menahan
pandangan bagi muslimin dan muslimat serta perintah menutup aurat.
Bit coin cryptocurrency termasuk dalam uang digital atau e-money yang
pada dasarnya sama seperti uang biasa, memiliki fungsi dan nilai yang sama,
namun dalam bentuk yang berbeda. E-money ini bergantung pada substansi dan
barang yang ditransaksikan. Jadi bisa disimpulkan, bermuamalah dengan uang
elektronik adalah mubah, sah, dan halal, selama memenuhi prinsip-prinsip
syariah muamalah.
Dalam hadis dari Ubadah bin Shamit radhiyallahu ‘anhu. Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Jika emas dibarter dengan emas, perak
ditukar dengan perak, gandum bur (gandum halus) ditukar dengan gandum bur,
gandum syair (kasar) ditukar dengan gandum syair, korma ditukar dengan korma,
garam dibarter dengan garam, maka takarannya harus sama dan tunai. Jika benda
yang dibarterkan berbeda maka takarannya boleh sesuka hati kalian asalkan
tunai” (HR. Muslim 4147).
Pada tinjauan fiqh, muamalah terhadap transaksi Bitcoin pada prosesnya
menggunakan akad Sharf. Sharf artinya kegiatan jual beli mata uang dengan
mata uang, baik yg sejenis juga yang tidak sejenis, mirip jual beli emas dengan
emas, perak dengan perak, atau emas dengan perak. tetapi dalam praktiknya,
akad Sharf wajib memenuhi rukun serta syaratnya yaitu, serah terima objek akad
sebelum kedua pihak yang berakad berpisah, sejenis, tidak terdapat khiyar dan
tidak ditangguhkan.
Dapat disimpulkan sementara bahwa penggunaan bitcoin sebagai mata uang
secara hukum Islam diperbolehkan. Akan tetapi, penggunaannya tidak legal di
Indonesia karena kebijakan Bank Indonesia dalam menetapkan mata uang yang
diakui di Indonesia hanya mata uang Rupiah.
Artinya:
"Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat:
"Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi".
(QS. Al-Baqarah: 30)
2. Agar manusian mrngrtahui maha kuasa allah
Hal tersebut telah dijelaskan dalam firman Allah sebagai berikut :
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
mengabdi kepada-Ku.” (QS. Al-Dzariyat: 56)
Untuk lebih memberikan penjelasan tentang ayat tersebut, Imam Ibnu
Katsir menjelaskan tentang tafsir dari ayat tersebut:
“Sesungguhnya Aku menciptakan mereka hanyalah supaya Aku
memerintah mereka menyembahku, bukan karena Aku butuh terhadap
mereka. ... Makna ayat itu adalah bahwa Allah menciptakan manusia
supaya menyembah Dia saja, tak menyekutukan dengan yang lain. Siapa
yang taat pada Allah, maka Allah akan membalasnya dengan balasan
yang sempurna. Siapa yang bermaksiat pada-Nya, Allah akan
menyiksanya dengan parah.” (Ibnu Katsir, Tafsîr Ibnu Katsîr, VII, 425).
3. Untuk menyembah allah
mengetahui bahwa seluruh bumi, tata surya, dan isinya telah terbentuk
berkat maha kuasa Allah SWT. Hal tersebut telah dijelaskan dalam
firman Allah berikut ini :
Artinya :
“Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi.
Perintah Allah berlaku padanya, agar kamu mengetahui bahwasanya
Allah Maha-Kuasa atas segala sesuatu, dan sesungguhnya Allah ilmu-
Nya benar-benar meliputi segala sesuatu. (QS at-Thalaq: 12)
4. Sebagai bukti kelayakan saat di akhirat
Akhirat mempunyai dua tempat yang bertolak belakang, yakni surga dan
neraka. Allah bisa saja langsung menciptakan manusia untuk seketika
ditempatkan di keduanya tanpa alasan apa pun, tetapi Allah tak
melakukannya. Allah memilih membuat manusia hidup di dunia terlebih
dahulu untuk melihat sendiri amal perbuatannya sehingga layak di tempat
mana. Allah telah berfirman :
“Kepunyaan Allah-lah apa yang ada di langit dan bumi, agar Ia membalas
orang-orang yang berbuat buruk sebab apa yang mereka kerjakan dan
membalas orang-orang yang berbuat baik dengan kebaikan.” (QS. An-
Najm: 31)
1. Wujud
Sifat wajib Allah yang pertama adalah wujud. Dalam bahasa Arab, wujud
artinya "ada" yang maknanya bahwa Allah SWT merupakan zat yang ada,
berdiri sendiri, tidak diciptakan oleh siapa pun. Sifat ini tercermin dalam
firman Allah SWT dalam surah Ta-Ha ayat 14, sebagai berikut:
“Sesungguhnya, Aku ini Allah, tidak ada Tuhan selain Aku, maka
sembahlah Aku dan laksanakanlah salat untuk mengingat Aku,” (QS. Ta-
Ha [20]: 14).
2. Kidam
Kidam berasal dari bahasa Arab yang artinya awal atau terdahulu.
Maknanya, Allah SWT merupakan Sang Pencipta yang ada terlebih
dahulu dari yang diciptakannya. Dalilnya adalah firman Allah dalam surah
Al-Hadid ayat 3: “Dialah Yang Awal, Yang Akhir, Yang Zahir, dan Yang
Batin; dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu,” (QS. Al-Hadid [57]:3).
3. Baka
Baka artinya adalah kekal. Maksudnya, Allah SWT adalah zat yang Maha
Kekal, tidak akan punah atau binasa. Hal ini tergambar dalam firman
Allah SWT dalam surah Al-Qasas ayat 88: “ … segala sesuatu pasti
binasa, kecuali Allah. Segala keputusan menjadi wewenang-Nya, dan
hanya kepada-Nya kamu dikembalikan,” (QS. Al-Qasas [28]: 88).
4. Mukhalafatu Lil Hawaditsi
Allah SWT yang menciptakan alam semesta beserta isinya, maka Allah
pasti berbeda dengan apa pun yang Dia ciptakan. Dalam bahasa Arab,
mukhalafatu lil hawaditsi artinya berbeda dengan sesuatu yang baru
(makhluk ciptaan-Nya). Allah juga mustahil membutuhkan bantuan untuk
menciptakan hal tersebut. Hal tersebut dijelaskan dalam Alqur’an berikut
ini: “Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia. Dan Dia Yang Maha
Mendengar, Maha Melihat," (QS. Asy- Syura [42]: 11).
5. Qiyamuhu Binafsihi
Allah SWT berdiri sendiri, Dia tidak bergantung kepada siapapun, serta
mustahil membutuhkan bantuan dari yang lain. “ … sungguh Allah Maha
Kaya tidak memerlukan sesuatu dari seluruh alam,” (QS. Al-’Ankabut
[29]: 6).
6. Wahdaniah
Sifat wajib Allah SWT yang lain adalah wahdaniah atau esa atau tunggal.
Hamba-Nya mesti mengimani bahwa Allah adalah Yang Maha Esa, yang
artinya Dia adalah satu-satunya Tuhan pencipta alam semesta.
“Katakanlah, Dialah Allah Yang Maha Esa,” (QS. Al-Ikhlas (112): 1).
7. Qudrah
Qudrah berarti bahwa Allah adalah zat Yang Maha Kuasa atas apa pun
dan tidak ada satu pun yang bisa menandingi kekuasaannya. Mustahil bagi
Allah SWT tidak memiliki kuasa. “Sesungguhnya Allah berkuasa atas
segala sesuatu.” (QS. Al-Baqarah [2]: 20)
8. Iradat
Iradat berasal dari bahasa Arab yang artinya berhendak. Maksudnya,
setiap hal yang ada di alam semesta ini berjalan atas kehendak Allah
SWT. Mustahil bagi Allah SWT melakukan sesuatu atas suatu paksaan.
Apabila Dia berkehendak, maka tidak ada yang bisa mencegah-Nya.
Dalilnya adalah firman Allah SWT dalam surah Hud ayat 107:
“Sesungguhnya Tuhanmu Maha Pelaksana terhadap apa yang Dia
Kehendaki,” (QS. Hud (11): 107).
9. Ilmu
Ilmu artinya pengetahuan. Maksudnya, Allah SWT Maha Mengetahui atas
segala sesuatu, baik yang terlihat maupun tidak terlihat, yang gaib maupun
yang nyata. Bahkan, Allah SWT mengetahui apa yang terbayang, terbetik,
dan terlintas di benak manusia. “Dan Allah Maha Mengetahui segala
sesuatu,” (QS. An-Nisa [4]: 176).
10. Hayat
Hayat artinya hidup. Allah SWT adalah zat Yang Maha hidup. Dia tidak
akan binasa, sebab Dia kekal selamanya. “Dan bertawakallah kepada
Allah yang Maha Hidup, Yang tidak mati, dan bertasbihlah dengan
memuji-Nya … ” (QS. Al-Furqan [25]: 58).
11. Sama’
Sama' artinya bahwa Allah SWT Maha Mendengar. Dia mendengar setiap
hal yang diucapkan maupun yang disembunyikan. Mustahil Allah SWT
tuli dan tidak mengetahui. “Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui,” (QS. Al-Baqarah [2]: 256).
12. Basar
Salah satu sifat wajib Allah SWT adalah basar, yang artinya bahwa tidak
ada yang Maha Melihat selain Allah. Segala yang ada di dunia tidak luput
dari penglihatan-Nya. “ … Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu
kerjakan,” (QS. Al-Hujurat [49]: 18).
13. Kalam
Kalam berarti bahwa Allah SWT maha berfirman melalui wahyu yang
tertera dalam kitab-kitab yang diturunkan kepada para nabi-Nya untuk
umat manusia. Dalilnya adalah firman Allah SWT dalam surah Al-A'raf
ayat 143: “Dan ketika Musa datang untuk munajat pada waktu yang telah
Kami tentukan dan Tuhan telah berfirman langsung kepadanya … ” (QS.
Al-A’raf [7]: 143).
14. Qadiran
Sifat qadiran ini mirip dengan qudrah. Artinya, segala hal di alam semesta
berada dalam kekuasaan Allah SWT. Dalilnya adalah sebagai berikut: “ …
sesungguhnya Allah berkuasa atas segala sesuatu,” (QS. Al-Baqarah [2]:
20)
15. Muridan
Selain Maha Berkehendak, Allah SWT juga memiliki sifat Maha
Menghendaki. Sifat muridan ini menyatu dengan sifat iradat sebelumnya.
“…sesungguhnya Tuhanmu Maha Pelaksana terhadap apa yang ia
kehendaki,” (QS. Hud [11]: 107)
16. Aliman
Mirip dengan sifat ilmu, Allah SWT juga bersifat aliman. Artinya, Dia
Maha Mengetahui, artinya Dia mengetahui segala hal dan pengetahuannya
tak terbatas apa pun. “ … dan Allah maha mengetahui segala sesuatu,”
(QS. An-Nisa [4]: 176)
17. Hayyan
Hayyan artinya adalah zat Yang Maha Hidup. Sifat ini menyatu dengan
sifat hayat yang disebutkan sebelumnya .
18. Sami’an
Sami'an artinya bahwa Allah SWT adalah zat Yang Maha Mendengar,
maka mustahil bagi-Nya sebagai zat yang tuli. Sifat ini menyatu dengan
sifat sama' yang disebutkan sebelumnya. Rujukannya adalah firman Allah
dalam surah Al-Baqarah ayat 256: “Dan Allah Maha Mendengar lagi
Maha Mengetahui,” (QS. Al-Baqarah [2]: 256).
19. Basiran
Basiran artinya bahwa Allah SWT bersifat Maha Melihat, mustahil bagi-
Nya untuk tidak melihat atau buta atas segala hal. Sifat ini menyatu
dengan sifat basar sebagaimana disebutkan sebelumnya. “ … Dan Allah
Maha Melihat apa yang kamu kerjakan,” (QS. Al-Hujurat [49]: 18).
20. Mutakalliman
Dalam bahasa Arab, mutakalliman artinya berfirman atau berkata-kata.
Maksudnya, Allah SWT adalah zat Maha Berkata dan mustahil baginya
untuk bisu. Rujukannya adalah firman Allah SWT dalam surah An-Nisa
ayat 164: “Dan Allah telah berbicara kepada Musa dengan langsung,"
(QS. An-Nisa [4]: 164).
sifat-sifat wajib Allah SWT yang berjumlah 20 di atas, oleh para ulama,
dikelompokkan menjadi empat klasifikasi, sebagai berikut:
a) Sifat Nafsiah
Sifat nafsiah adalah sifat yang dikelompokkan sesuai dengan Dzat
Allah SWT itu sendiri. Sifat nafsiah ini terdiri dari satu sifat yaitu
wujud.
b) Sifat Salbiyah
Sifat salbiyah adalah sifat yang meniadakan adanya sifat
sebaliknya. Sifat ini menafikan sifat mustahil, serta sifat yang tidak
sesuai, dan tidak layak dengan kesempurnaan Allah SWT. Sesuai
pengelompokannya, sifat salbiyah Allah SWT ini ada lima, yaitu:
kidam, baka, mukhalafatu lil hawaditsi, qiyamuhu binafsihi, dan
wahdaniah.
c) Sifat Ma’ani
Sifat ma'ani adalah sifat abstrak yang wajib ada pada Allah. Yang
termasuk sifat ma’ani ada tujuh yaitu: qudrah, iradat, ilmu, hayat,
sama', basar, dan kalam.
d) Sifat Maknawi
Jika ada sifat ma'ani, maka lazimnya ada sifat maknawi. Sifat-sifat
ini tidak dapat berdiri sendiri, karena harus menyertai yang disifati.
Sebagai misal, Allah SWT memiliki basar (penglihatan), maka ia
adalah basiran (Maha Melihat). Dia memiliki ilmu (pengetahuan)
tak terbatas, maka Dia adalah aliman [Maha Mengetahui), dan
seterusnya. Sifat-sifat Allah SWT yang maknawi adalah qadirun,
aliman, muridan, hayyan, sami'an, basiran, dan mutakalliman.
Artinya :