Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN
Quantity Surveyor (QS) adalah suatu profesi yang boleh dikatakan baru di
dunia konstruksi di Indonesia, dibandingkan dengan profesi Arsitek,
Perencana Struktur ataupun Perencana Mekanikal dan Elektrikal.
Profesi QS ini berasal dari daratan Inggris yang kemudian berkembang
ke
seluruh
dunia,
terutama
ke
negara-negara
Persemakmuran
(Commonwealth). Profesi ini berangkat dari adanya kebutuhan akan seorang
yang mengkhususkan diri untuk menterjemahkan suatu perencanaan/desain
para Perencana ke dalam suatu bentuk atau format lain yang dapat
menunjukkan suatu parameter-parameter dari perencanaan tersebut agar
dapat dievaluasi, diolah dan dibandingkan yang pada akhirnya dapat
membuat suatu jembatan yang menghubungkan keinginan Pemberi Tugas
(Client) dan perencanaan para Perencana. Jembatan tersebut adalah biaya
atau yang lazim kita sebut anggaran (budget). Dengan keterbatasannya atau
batasan dana Pemberi Tugas itulah para Perencana harus dapat mewujudkan
keinginan Pemberi Tugas dan dengan ketrampilannya atau keahliannya QS
harus menjembatani kedua kepentingan tersebut sehingga suatu
perencanaan yang optimum dapat tercapai. Itulah sebabnya banyak
Konsultan QS yang menjabarkan fungsinya sebagai Construction Cost
Consultant' atau Konsultan Biaya Konstruksi.(QS) adalah suatu profesi yang
boleh dikatakan baru di dunia konstruksi di Indonesia, dibandingkan dengan
profesi Arsitek, Perencana Struktur ataupun Perencana Mekanikal dan
Elektrikal.

Cikal bakal profesi QS di Inggris bermula dari kejadian yang dikenal


dengan The Great Fire of London di abad ke 18, dimana pada waktu itu
terjadi kebakaran besar di London yang menghancurkan banyak bangunan,
baik bangunan umum maupun bangunan pribadi. Setelah kebakaran tersebut
terjadi dan pada saat perusahaan asuransi hendak membayar ganti rugi
bangunan-bangunan yang terbakar tersebut, perusahaan tersebut
menghadapi kesulitan dalam hal menilai ganti rugi yang harus diberikan. Di
saat itu para Arsitek yang biasa membangun bangunan dimintakan
bantuannya untuk membuat perkiraan nilai bangunan tersebut. Selanjutnya,
dengan makin banyaknya permintaan akan penilaian bangunan tersebut
makin banyak Arsitek yang mendalami keahlian ini, keahlian dalam hal
penilaian bangunan. Perkembangan selanjutnya adalah, dengan makin
banyaknya permintaan dari para Pemberi Tugas, dalam hal ini korban
kebakaran tersebut untuk membangun kembali bangunannya yang rusak
atau terbakar. Namun para korban atau para Pemberi Tugas tersebut

menyaratkan untuk membuat perkiraan biayanya terlebih dulu sebelum


pekerjaan dimulai. Dengan makin banyaknya permintaan mengenai perkiraan
biaya ini, maka makin banyak pula Arsitek yang menekuni masalah-masalah
biaya bangunan. Pada tahap selanjutnya para Arsitek yang lebih mendalami
masalah biaya bangunan tersebut, merasa perlu untuk membakukan
keahliannya dan pada akhirnya bahkan para Arsitek tersebut meninggalkan
profesi aslinya sebagai perencana bangunan. Bahkan pada akhir abad ke 19
para Arsitek tersebut membentuk suatu organisasi sendiri dan mulai
membuat suatu sistim pendidikan khusus mengenai hal perencanaan biaya
bangunan, dengan tanpa melibatkan hal-hal yang berkaitan dengan masalahmasalah teknis arsitektur. Hasil pendidikan tersebut kemudian berkembang
dan dikenal sebagai profesi Quantity Surveying atau biasa dikenal dengan
istilah QS.

Pada perkembangan selanjutnya profesi QS ini, di negara asalnya,


ditampung atau berada di dalam suatu organisasi yang bernama Royal
Institution of Chartered Surveyor (RICS). QS mempunyai suatu divisi khusus
di dalam RICS tersebut dan sampai sekarang menjadi yang divisi terbesar
kedua setelah General Practise (GP). Organisasi ini mengatur anggotanya
dalam menjalankan fungsinya sebagai QS baik yang bekerja dalam suatu
perusahaan jasa konsultasi swasta atau di pemerintahan, kontraktor,
pengembang maupun sebagai personil lepasan. Organisasi ini mengatur para
anggotanya dengan membuat suatu persyaratan umum yang harus
dilaksanakan oleh setiap anggotanya, yaitu dengan mewajibkan para
anggotanya untuk mengikuti ujian dasar untuk bisa menjadi Chartered
Surveyor (CS) atau QS yang berlisensi. Dengan menjadi CS, seorang QS
dapat membuka usaha jasa QS atas namanya sendiri ataupun seandainya
mereka bekerja pada satu perusahaan jasa QS besar kemungkinan baginya
menjadi Rekan/Partner dalam usaha tersebut.

Di Indonesia sendiri profesi QS ini masuk di awal dekade 70. Pada awal
perkembangannya tidak setiap proyek konstruksi menggunakan jasa QS baik
di pihak kontraktor maupun di pihak Pemberi Tugas. Selaras dengan
perkembangan industri konstruksi di Indonesia, maka pada dekade 80 jasa
QS ini mulai banyak digunakan di proyek-proyek konstruksi di Indonesia
terutama di sektor swasta. Perkembangan jasa QS ini banyak dipengaruhi
oleh berubahnya cara pendekatan para Pemberi Tugas dalam menyelesaikan
atau menjalankan proyek-proyeknya. Para Pemberi Tugas makin merasa perlu
menghitung besarnya investasi yang harus dikeluarkannya sebelum memulai
proyek-proyeknya. Hal ini dikarenakan, pada prinsipnya Pemberi Tugas harus
memperhitungkan
pengeluaran-pengeluarannya
(a.l.
untuk
biaya

mendapatkan tanah, biaya konstruksi, perijinan dll.) agar tidak melebihi


pendapatan yang akan didapat dari proyek yang dibangunnya. Jika total
pengeluaran ditambah keuntungan lebih kecil dari pendapatan yang akan
didapat maka proyek tersebut dapat dikatakan secara komersil tidak layak.
Hal lain lagi yang membuat profesi berkembang pada dekade ini adalah
dengan makin mengertinya para Pemberi Tugas akan konsep Value for
Money dalam mengembangkan proyek-proyeknya. Pemberi Tugas, dengan
makin berkembangnya industri konstruksi, makin merasa perlu menganalisa
pemakaian bahan-bahan yang akan digunakan pada proyeknya secara
optimum, dalam arti bahwa bahan yang digunakan akan memberikan nilai
yang maksimal sesuai dengan uang yang dikeluarkannya. Katakanlah, jika
penggunaan granit untuk lantai tidak akan menambah nilai komersil
bangunan, maka hal itu sebaiknya dihindari karena akan menambah jumlah
pengeluaran Pemberi Tugas. Selain dua hal di atas yang banyak mendorong
berkembangnya profesi QS di Indonesia, ada hal lain lagi yang juga turut
mendorong, yaitu pengaruh dari institusi keuangan (Bank), dimana institusi
tersebut meminta perincian biaya pembangunan sebelum mereka dapat
memberikan pinjamannya. Pembuatan perincian biaya pembangunan adalah
merupakan salah satu kecakapan QS.

BAB II
TUGAS DAN PERANAN QS
Secara umum kecakapan QS meliputi beberapa bidang, yaitu ekonomi
konstruksi (construction economic), hukum, manajemen proyek, pengukuran
volume dan teknik bangunan (secara umum, bukan yang bersifat
perencanaan). Dengan kecakapan atas bidang-bidang tersebut profesi QS
kemudian berkembang sebagai bagian dari suatu struktur organisasi proyek.
Dengan keahliannya tersebut seorang QS dapat bekerja untuk Pemberi Tugas,
Kontraktor, Badan-badan pemerintah atau bahkan sebagai Credit Analyse di
institusi keuangan (Bank).
Berdasarkan laporan yang dibuat oleh RICS di tahun 1971, fungsi dan
peranan QS didefinisikan sebagai Suatu profesi yang mempunyai keahlian
dalam perhitungan volume, penilaian pekerjaan konstruksi, sedemikian
sehingga suatu pekerjaan dapat dijabarkandan biayanya dapat diperkirakan,
direncanakan, dianalisa, dikendalikan dan dipercayakan. Karena itu di dalam
organisasi proyek QS, biasanya berperan sebagai pengatur masalah-masalah
finansial proyek (Financial Management). QS akan membuat dan mengelola
anggaran proyek sedemikian sehingga hasil optimum dan efisien dari suatu
proyek dapat dicapai. Hal itu dilakukan mulai dari tahap paling awal dari
suatu proses pembangunan sampai dengan diselesaikannya suatu proyek.

Dengan kata lain QS berperan dalam membuat perencanaan anggaran dan


juga sebagai pengendali anggaran, baik pada masa perencanaan maupun
pada masa pelaksanaan proyek. Karena itu perusahaan jasa QS biasanya
menyebut perusahaannya sebagai Konsultan Biaya Konstruksi (Construction
Cost Consultant). Hal lain yang dijalankan oleh QS di dalam organisasi proyek
adalah sebagai Administrator Kontrak (Contract Administrator). Hal-hal yang
berkaitan dengan pelelangan, dokumentasi kontrak, administrasi kontrak
selama pelaksanaan pekerjaan dan pada saat akhir pekerjaan, biasanya
dilakukan oleh QS. Dalam hal administrasi kontrak selama masa pelaksanaan
pekerjaan biasanya QS akan berperan sebagai penasihat ataupun pembantu
Manajer Proyek untuk hal-hal yang berkaitan dengan kontrak antara Pemberi
Tugas dan Kontraktor. Dan sebagai pengembangan dari fungsi Administrator
Kontrak ini QS dapat berperan sebagai Arbitrator dalam menyelesaikan
perbedaan pendapat antara pihak-pihak yang mengikat kontrak.
Secara tradisional, tugas dan peranan QS di dalam organisasi proyek adalah
sebagai berikut :1. Perencanaan dan pengendalian biaya konstruksi
Dalam membuat perencanaan biaya konstruksi ini QS dapat dilibatkan
dari tahap paling awal dari suatu proses perencanaan, yaitu pada tahap
Inception. Pada tahap ini memang tidak ada hasil konkret yang didapat.
Pada tahap ini Pemberi Tugas biasanya baru mulai menjajaki kemungkinan
dia membuat suatu proyek. Untuk keperluan penjajakan ini informasi dari QS
diperlukan. Informasi itu biasanya berupa suatu patokan biaya-biaya
konstruksi untuk jenis-jenis bangunan tertentu. Dari informasi tersebut
Pemberi
Tugas
kemudian
menentukan
sikap
apakah
akan
membangun,membeli atau menyewa. Jika diputuskan membangun, maka
dari informasi-informasi tersebut dapat ditentukan besarnya bangunan yang
dapat dibangun oleh Pemberi Tugas dengan mengingat kemampuan finansial
Pemberi Tugas.
Pada tahap selanjutnya dari proses pembangunan, QS berperan dalam
membuat perencanaan biaya pembangunan proyek tersebut. Seperti juga
perencanaan teknis dari proyek tersebut yang tidak dapat langsung jadi
sekaligus, perencanaan biaya juga mengalami proses sejalan dengan
perkembangan perencanaan. Sampai tahap perencanaan skematik
perencanaan biaya belumlah pasti, dalam arti anggaran tersebut belum
disetujui atau diverifikasi oleh Pemberi Tugas. Begitu perencanaan skematik
disetujui oleh Pemberi Tugas, maka perencanaan biayanya (anggarannya)
harus disetujui. Setelah kedua hal tersebut disetujui oleh Pemberi Tugas,
maka tugas QS, pada tahap selanjutnya dari proses perencanaan, akan
menjadi pengendali biaya konstruksi pada tahap perencanaan. Pengendalian
biaya pada tahap perencanaan ini dimaksudkan untuk membatasi

pengembangan perencanaan agar masih di dalam koridor anggaran yang


telah ditetapkan. Ataupun jika terjadi peningkatan biaya pembangunan yang
cukup besar dapat diketahui dan diantisipasi sedini mungkin. Fungsi
pengendalian biaya ini akan terus dilaksanakan sampai dengan semua
perencanaan selesai.
Di dalam melaksanakan pengendalian biaya, atau dalam istilah QSnya
disebut dengan Cost Check, ini QS akan melaksanakan pemeriksaan atas
beberapa sistim perencanaan, seperti apakah akan lebih ekonomis jika
menggunakan struktur baja atau beton, atau pondasi tiang pancang atau
pondasi bor dll. Dalam hal perencanaan mekanikal dan elektrikal QS dapat
juga melakukan beberapa pemeriksaan alternatif perencanaan seperti,
apakah lebih ekonomis menggunakan sistim AC sentral atau split, atau
penggunaan sistim deteksi kebakaran sistim konvensional atau yang
addressable dll. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan biaya pembangunan
yang optimum tanpa mengurangi kriteria perencanaan ataupun hasil akhir
yang diharapkan, baik oleh Pemberi Tugas maupun Perencana. Kegiatan
pengendalian biaya pada tahap perencanaan ini dapat dikategorikan sebagai
bagian dari sistim Value Engineering. Atau dalam istilah QS kegiatan ini
dikategorikan sebagai bagian dari apa yang disebut Life Cycle Costing. Di
akhir proyek semua data biaya tersebut akan diolah kembali oleh QS untuk
dijadikan data untuk proyek yang sejenis di masa mendatang. Hal ini, dalam
istilah QS biasa disebut dengan Cost Analysis.
Kegiatan perencanaan dan pengendalian biaya ini adalah merupakan
suatu keahlian khusus dari QS dan pada pelaksanaan sehari-harinya inilah
yang menjadi inti bisnis (core business) dari jasa QS. Hal ini pula yang
sangata membedakan fungsi QS dengan fungsi Estimator yang biasa dikenal
di dunia konstruksi. Fungsi perencanaan biaya yang dilakukan oleh QS
berbeda dengan apa yang dilakukan oleh Estimator. Estimator biasanya
bekerja untuk mendapatkan besarnya biaya yang akan digunakan untuk
melaksanakan suatu proyek atau yang biasa disebut, dalam istilah QS,
dengan pricing.
2. Dokumentasi
Setelah para Perencana merampungkan perencanaanya maka tibalah
saatnya QS untuk mempersiapkan Dokumen Lelang. Di dalam dokumen
lelang ini, biasanya dilengkapi dengan Bill of Quantity (BQ) atau dalam
bahasa sehari-harinya dikenal juga sebagai Daftar Uraian Pekerjaan. Di dalam
BQ ini suatu proyek diuraikan menjadi bentuk pokok-pokok pekerjaan yang
akan menunjukkan lingkup pekerjaan yang dilelangkan. Dalam membuat BQ
ini ada aturan-aturan baku yang dimiliki oleh QS, baik dalam perhitungan
volume pekerjaan maupun dalam memerinci pekerjaan menjadi pokok-pokok
pekerjaan. Aturan baku tersebut biasa dituangkan dalam bentuk yang biasa

disebut Standard Method of Measurement (SMM). SMM ini banyak macamnya


dan agak berbeda di setiap negara. Perbedaan tersebut sebenarnya terjadi
dikarenakan adanya perbedaan cara kerja yang biasa dilakukan di suatu
negara. Di Indonesia SMM yang biasa digunakan ada beberapa acuan antara
lain Hong Kong Standard, Singapore Standard, UK Standard maupun yang
biasa digunakan kontraktor asing di Indonesia yang biasa disebut dengan
POMI (Procedure of Measurement International).
Kemampuan QS dalam menghitung volume dan menyiapkan BQ ini
juga merupakan keahlian spesifik dari profesi QS. Hal ini juga merupakan
suatu trade mark dari jasa QS yang biasa diberikan kepada Pemberi Tugas.
BQ yang dibuat atau disiapkan oleh QS ini biasanya mencakup seluruh
komponen dari suatu proyek dari mulai pekerjaan tanah sampai dengan
pekerjaan furnitur, termasuk pekerjaan Mekanikal dan Elektrikal. Di beberapa
negara BQ untuk pekerjaan Mekanikal dan Elektrikal biasanya dibuat oleh
Perencana Mekanikal dan Elektrikal.
Di dalam dokumen lelang QS juga menyiapkan persyaratan
administrasi dan persyaratan kontrak, yang akan menjadi aturan main dari
lelang suatu pekerjaan. Dengan keahliannya di bidang kontrak ini, QS
memang dipercaya untuk menyiapkan, mengatur dan mengelola kontrak
konstruksi oleh Pemberi Tugas. Adapun syarat-syarat kontrak ini biasanya
diambil dari standar-standar international yang berlaku, seperti JCT, FIDIC,
ACA, IFC, ICE dll. Namun demikian standar-standar internasional tersebut
tidak dengan bulat-bulat digunakan, karena pada dasarnya standar tersebut
dibuat berdasarkan hukum yang berlaku di negara pembuatnya, sehingga
jika kita hendak menggunakannya, beberapa penyesuaian harus dilakukan.
Penyesuaian tersebut biasanya dibuat mengikuti aturan yang berlaku di
Indonesia dan menyesuaikan juga dengan aturan main yang dapat diterima
oleh Pemberi Tugas dan Kontraktor. Adalah tugas QS untuk terus berusaha
menyeimbangkan isi kontrak tersebut atas kepentingan ke dua belah pihak.
Syarat kontrak yang terlalu berat kepada Pemberi Tugas akan mengakibatkan
beban resiko kontraktor yang lebih besar dan untuk itu kontraktor akan
menyiapkan tunjangan untuk mengantisipasi resiko tersebut, sehingga pada
akhirnya akan membebani harga penawarannya. Begitu juga sebaliknya
syarat kontrak yang terlalu berat kepada kontraktor akan memberikan
Pemberi Tugas ketidak pastian, baik dalam hal finansial maupun
kekuasaannya atas kontraktor. Hal inilah yang menjadikan QS menggunakan
standar-standar yang tersedia, karena standar kontrak tersebut telah disusun
oleh beberapa pihak yang berkompeten dalam bidangnya, antara lain
organisasi Pemberi Tugas, organisasi kontraktor, organisasi profesi (Arsitek,
QS, Perencana dll.) dan dari kalangan pemerintah tempat standar itu dibuat.
Dengan demikian standar-standar tersebut minimal telah mengakomodir
kepentingan pihak-pihak penyusunnya secara seimbang.

Demikianlah hal-hal utama yang dilakukan QS dalam kaitannya dengan


proses dokumentasi. Adapun akhir dari proses dokumentasi ini adalah
dengan dikeluarkannya laporan evaluasi lelang yang akan dimasukkan ke
Pemberi Tugas sebagai bahan pertimbangan Pemberi Tugas untuk
menentukan pemenang lelang.
3. Administrasi kontrak
Seperti dijelaskan di atas bahwa QS mempersiapkan syarat-syarat
kontrak, maka pada tahap pelaksanaan hal-hal yang berkaitan dengan
administrasi kontrak menjadi bagian dari jasa QS yang diberikan kepada
Pemberi Tugas. Hal-hal yang berkaitan dengan administrasi kontrak ini adalah
dimulai dari masa pelelangan pekerjaan, masa pelaksanaan pekerjaan dan
masa penyelesaian pekerjaan.
Pada masa pelelangan QS, selain menyiapkan dokumen lelang,
mengatur tata cara pelelangan, mengeluarkan risalah-risalah rapat
pelelangan, mengikuti rapat-rapat klarifikasi lelang, mengikuti proses
negosiasi dan diakhiri dengan pembuatan evaluasi lelang yang akan
diberikan kepada Pemberi Tugas sebagai bahan pertimbangan pemilihan
kontraktor. Selain itu QS juga memberikan evaluasi dan rekomendasi atas
sistim Procurement yang akan digunakan oleh Pemberi Tugas untuk
melaksanakan proyeknya tersebut. Yang dimaksud dengan sistim
Procurement di sini adalah sistim manajemen pelaksanaan proyek, apakah
menggunakan sistim tradisional (Main Contractor), Design and Build,
Manajemen Konstruksi, Manajemen Kontraktor, Project Manager dll. Pemilihan
sistim Procurement ini harus dibicarakan dengan seksama oleh QS dan
Pemberi Tugas dengan mempertimbangkan prioritas Pemberi Tugas. Dari
prioritas tersebut kemudian dianalisa untuk dicarikan sistim yang tepat untuk
digunakan pada suatu proyek.
Pada masa pelaksanaan, QS melakukan kegiatan-kegiatan yang
berkaitan dengan administrasi kontrak yang berupa pembayaran berkala
(Interim Valuation), memeriksa tagihan dan klaim-klaim kontraktor yang
berkaitan dengan kerja tambah-kurang, membantu dokumentasi instruksiinstruksi lapangan, menentukan status kontraktor secara kontraktual dan halhal lain yang berkaitan dengan masalah administrasi. Selama masa ini
seringkali QS dimintai bantuan oleh Manajer Proyek atau Manajemen
Konstruksi atau siapapun Pengelola proyek untuk memberikan masukkan
mengenai langkah-langkah yang sesuai dengan kontrak jika terjadi sesuatu
perselisihan atau perbedaan pendapat antara Kontraktor dan Pengelola
Proyek. Hal-hal tersebut adalah merupakan bagian dari keahlian QS yang
berkaitan dengan kontrak.
Hal lain yang tidak kalah penting pada masa pelaksanaan ini adalah

pembuatan laporan keuangan atas kondisi pelaksanaan proyek. Laporan ini


biasanya dibuat secara periodik sebagai kontrol Pemberi Tugas atas
komitmen finansialnya. Jika terjadi pekerjaan tambah-kurang yang terlalu
banyak, yang tentu saja akan mempengaruhi biaya pembangunan secara
keseluruhan, hal ini harus dilaporkan kepada Pemberi Tugas agar langkahlangkah antisipatif dapat dilakukan. Jika hal itu terjadi, maka adalh tugas
Manajer Proyek atau Manjemen Konstruksi atau siapapun Pengelola
Proyeknya untuk sedapat mungkin mengembalikan keadaan tersebut ke jalur
yang telah disepakati, dalam hal ini adalah anggaran yang telah disepakati.
Hal tersebut dapat berupa adanya penghematan di beberapa pos pekerjaan
ataupun penggantian beberapa material sehingga didapat penghematan.
Pada akhir proyek, tugas utama QS adalah menyaipkan perhitungan
akhir (Final Account) proyek. Perhitungan akhir ini akan melibatkan
perhitungan kembali kontrak awal kontraktor, tagihan pekerjaan tambahkurang, tagihan-tagihan antar kontraktor, kontra klaim dan denda-denda. Halhal tersebut harus dibicarakan dan disetujui oleh kontraktor dan Pemberi
Tugas, sehingga harga akhir proyek dapat ditemukan dan dibayarkan. Pada
akhir proyek ini pula QS seringkali dimintakan bantuannya oleh Pengelola
Proyek untuk menyiapkan Serah Terima Pekerjaan, baik dari segi format serah
terimanya maupun dari status pekerjaan tersebut. Demikianlah secara garis
besar fungsi administrasi QS pada masa pelaksanaan pekerjaan sampai
diserahkannya pekerjaan oleh kontraktor kepada Pemberi Tugas.
4. Arbitrasi
Dengan kemampuannya dan pemahamannya di bidang kontrak dan
administrasi kontrak, QS dapat ditunjuk sebagai Arbitrator dalam
menyelesaikan masalah antara Pemberi Tugas dengan Kontraktor atau antara
Kontraktor dengan para Sub-Kontraktornya. Arbitrator yang dimaksud di sini
adalah tindakan pendahuluan penyelesaian masalah sebelum dilimpahkan ke
pengadilan atau Badan Arbitrasi Nasional (BANI).
Di dalam standar kontrak JCT, hal ini dimungkinkan. Jika terjadi
perselisihan antara pihak-pihak yang mengikat kontrak maka kedua belah
pihak dapat menunjuk seorang atau institusi independen yang akan
bertindak sebagai penengah dalam menyelesaikan perselisihan atau
perbedaan pendapat tersebut. Biasanya, orang atau institusi yang ditunjuk
tersebut adalah QS. Hal ini disebabkan karena alasan yang disebutkan di
atas, selain untuk mempercepat proses penyeleaian masalah atau
perselisihan. Jika melalui jalur pengadilan atau BANI hal ini tidak dapat
diselesaikan secara cepat. Cepatnya penyelesaian masalah seringkali
diperlukan karena, biasanya perselisihan tersebut menyangkut masalah
keuangan atau ada sangkut pautnya dengan uang, jika terlalu lama
diselesaikannya akan berakibat kepada makin lamanya uang atau tagihan

yang diperselisihkan tersebut menjadi beban bagi kedua belah pihak.


Dalam kaitannya dengan arbitrasi ini, dalam beberapa kasus, QS juga
dapat ditunjuk sebagai Saksi Ahli (Expert Witness) dalam suatu penyelesaian
suatu kasus perselihan atau perbedaan pendapat antara pihak-pihak yang
mengikat kontrak yang telah diajukan atau diproses di pengadilan. Sebagai
saksi ahli, QS dapat memberikan pendapatnya mengenai masalah yang
terjadi. Hal inilah yang membedakannya dengan saksi biasa, yang secara
hukum hanya boleh menyatakan fakta.
Dalam prakteknya, di negara asalnya, banyak QS maupun perusahaan
jasa QS yang mengkhususkan diri dalam hal-hal yang berkaitan dengan
masalah arbitrasi atau hal-hal yang bersifat hukum kontrak.
Demikianlah tugas dan fungsi QS secara tradisional berdasarkan
keahlian dasarnya. Di Indonesia sendiri fungsi dan peranan QS, selama ini
baru sampai pada taraf perencanaan dan pengendalian biaya. Hal itulah yang
terlintas di benak para praktisi konstruksi jika disebutkan profesi QS. Hal-hal
lain yang dapat dikerjakan oleh QS, seperti digambarkan di atas, seringkali
masih rancu atau tersamar dengan sistim pengelolaan proyek yang banyak
digunakan di Indonesia, seperti sistim Manajemen Konstruksi, Rancang
Bangun dll. Profesi ataupun jasa QS sendiri di Indonesia kebanyakan masih
digunakan oleh para Pengembang atau Pemberi Tugas swasta, terutama jika
Pemberi Tugasnya meminjam uang dari Bank (asing) untuk menjalankan
pRoyeknya.
Untuk proyek-proyek pemerintah jarang menggunakan jasa QS. Namun
secara tidak langsung jasa QS juga digunakan yaitu melalui institusi
BAPPENAS atau BAPPEDA. Di dalam BAPPENAS proyek-proyek dilihat
kelayakannya, baik dari segi finansial, teknis dan sosialnya. Apa yang
dilakukan di sana sebenarnya tidak jauh dari apa yang dilakukan QS pada
suatu proyek swasta pada tahap-tahap awal perencanaan. Fungsi
pengendalian biaya, yang merupakan salah satu fungsi QS, pada proyek
pemerintah akan dilakukan oleh BPKP ataupun BPK. Sedangkan fungsi
administrasi kontrak biasanya dijalankan oleh tim proyek, yang dikepalai oleh
seorang Kepala Proyek.
III. PENGEMBANGAN PERAN QS
Seiring dengan kemajuan dan perkembangan yang terjadi di bidang
konstruksi, baik yang berkaitan dengan teknologi maupun manajemen
sekarang ini, maka peran dan fungsi QS juga turut berkembang. Hal ini
tertuang dalam suatu laporan yang dibuat oleh RICS mengenai
pengembangan profesi QS di masa datang. Dalam laporan tersebut fungsi QS
dijabarkan lebih jauh bahwa Profesi QS telah berkembang atau telah
mengembangkan keahliannya dalam hal-hal yang berkaitan dengan

perencanaan tenaga kerja, pengendalian sumber daya dan penilaian atas


pengaruh waktu dalam pelaksanaan proyek konstruksi. Selain itu profesi QS
juga sudah meluaskan pengaruhnya ke dalam bidang-bidang kontraktual,
pekerjaan sipil dan industri, pekerjaan mekanikal dan elektrikal dan
manajemen proyek.
Perubahan atau pengembangan peranan QS ini banyak dipengaruhi
oleh meningkatnya pengetahuan para Pemberi Tugas akan suatu proses
pembangunan, selain juga dengan meningkatnya level kompetisi diantara
mereka. Hal ini berakibat pada makin kritisnya Pemberi Tugas dalam
memperhitungkan keuntungan komersialnya dalam membangun sebuah
proyek. Pemberi Tugas makin sadar akan perlunya membangun dengan cara
yang benar, cepat dan efisien baik dalam arti ekonomi, teknis, kualitas dan
waktu. Jika mereka mebangun suatu proyek dengan jangka waktu yang
terlalu lama, maka mereka akan ketinggalan momentum dari suatu trend
yang ada pada saat itu. Jika mereka membangun dengan biaya
pembangunan yang terlalu tinggi akan mengakibatkan berkurangnya
keuntungan komersial mereka atau makin lamanya modal mereka dapat
kembali. Demikian juga jika mereka membangun dengan kualitas yang terlalu
tinggi, maka pasar yang akan didapat dari produk mereka akan sangat
terbatas, yang pada akhirnya akan berakibat pada pendapatan mereka. Dari
segi manajemen, pengembangan fungsi QS banyak dipengaruhi oleh makin
perlunya suatu proyek dikerjakan secara cepat sehingga hasil yang didapat
juga lebih cepat. Dengan persyaratan tersebut, QS mencoba membuat suatu
terobosan sedemikian sehingga proses perencanaan dan pelaksanaan suatu
proyek dapat dipercepat. Percepatan tersebut dimungkinkan karena makin
berkembangnya teknologi konstruksi dan makin berkembangnya kemampuan
para pengelola dan pelaksana konstruksi.
Dari sisi profesi QS sendiri pengembangan atau lebih tepatnya
pemenuhan tuntutan Pemberi Tugas tersebut membuat para QS untuk
mencoba mengembangkan keahlian dasarnya di bidang hukum, ekonomi,
manajemen dan metodologi. Dengan keahlian dasarnya tersebut QS
mencoba membuat suatu turunan-turunan keahlian dengan lebih
mengkombinasikan kemampuan dasar mereka. Beberapa peranan baru yang
dapat dijalankan oleh QS dengan mengkombinasikan kemampuan dasar
mereka adalah antara lain :1. Penilai Pembangunan (Development Appraisal)
Bidang ini dimulai pada saat awal sekali dari suatu proses
pembangunan, yaitu pada tahap Inception dan/atau Studi Kelayakan.
Adapun yang dimaksud dengan Development Appraisal ini adalah suatu
perhitungan yang melibatkan unsur pendapatan (income), pengeluaran
(outcome) dan keuntungan (profit). Dalam perhitungan ini pendapatan

Pemberi Tugas haruslah sama dengan pengeluarannya ditambah keuntungan.


Dalam perhitungan ini ketiga unsur (pendapatan, pengeluaran dan
keuntungan) dibuat seimbang. Jika pengeluaran lebih besar dari apa yang
diasumsikan, maka dengan sendirinya keuntungan akan berkurang atau
unsur pendapatannya yang harus ditingkatkan untuk menutup ekstra
pengeluaran. Begitu juga jika pendapatannya melebihi asumsi yang dipakai,
maka keuntungan yang akan didapat akan lebih besar dari asumsi yang
diambil atau unsur pengeluaran dapat ditambahkan nilainya.
Keperluan akan laporan ini berangkat dari pentingnya Pemberi Tugas
memperhitungkan waktu pengembalian investasi mereka, selain juga dengan
makin banyaknya hal-hal lain yang harus diperhitungkan sebelum keputusan
untuk membangun diambil (seperti masalah inflasi, bunga bank, hukum,
pemasaran dll). Seperti diketahui pengembalian investasi di bidang
konstruksi tidaklah secepat di bidang lainnya, karenanya perhitungan yang
matang mengenai pengelolaan investasinya haruslah dilakukan sebaik dan
secermat mungkin. Dengan keahliannya di bidang biaya konstruksi, QS dapat
membantu Pemberi Tugas dalam menentukan nilai pengeluaran dalam
persamaan di atas. Dalam suatu proyek konstruksi pengeluaran yang
berkaitan dengan pembangunan nilainya cukup besar, karenanya masukan
dari QS di awal proses perencanaan sangat berarti bagi Pemberi Tugas dalam
menyelesaikan atau mengambil keputusan akan proses selanjutnya dari
pembangunan suatu proyek konstruksi. Secara teoritis QS dapat membuat
laporan ini, namun secara institusional RICS tidak membenarkan QS
melakukan ini. Namun dalam prakteknya QS banyak terlibat dalam
pembuatan laporan ini, baik secara langsung maupun secara tidak langsung
(seperti memberi masukkan pada konsultan lainnya dalam hal-hal yang
berkaitan dengan biaya konstruksi, building economics, finansial, kontraktual
dll). Laporan ini biasanya dibuat atau dikeluarkan oleh seorang Valuation
Surrveyor. Seorang Valuation Surveyor berasal dari divisi General Practise
dari RICS. Di Indonesia Valuation Surveyor banyak bernaung di bawah
perusahaan seperti Jones Lang LaSalle, Colliers Jardine, Knight Frank Balieu
dll.
Di bidang ini, yang merupakan pengembangan kemampuan dasar QS,
banyak QS atau perusahaan QS yang mencoba memberikan jasa ini sebagai
jasa tambahan dari apa yang biasa diberikan kepada Pemberi Tugas.
2. Pendanaan Pembangunan (Developers Finance)
Sekarang ini para Pengembang atau Pemberi Tugas banyak
menggunakan dana yang ukan berasal dari bisnisnya, melainkan berasal dari
pinjaman Bank atau badan-badan pemberi pinjaman lainnya. Dana-dana
tersebut ada yang dipinjamkan secara jangka panjang maupun jangka
pendek. Pencarian dana ini oleh Pemberi Tugas sering dilakukan sejalan

dengan tahap awal dari proses perencanaan dan karenanya, untuk keperluan
pencarian dana ini, QS sering dilibatkan terutama dalam pembuatan aliran
dana (cash flow) dari proyek tersebut. Jasa QS sering diminta karena
biasanya Bank meminta perhitungan biaya pembangunan atau aliran dana,
yang merupakan dasar pemberian pinjaman, itu dibuat atau dikeluarkan oleh
institusi yang independen dan profesional, bukan dari internal Pengembang
atau Pemberi Tugas. Dengan keahliannya di bidang ekonomi konstruksi, QS
diharapkan dapat membuat suatu aliran dana yang meyakinkan dan menarik
sehingga pinjaman tersebut dapat diberikan oleh Bank peminjam.
Untuk membuat aliran dana tersebut meyakinkan dan menarik QS harus
mengerti hal-hal yang berkaitan dengan masalah pendanaan dan sistim
penjualan sehingga dalam aliran dana tersebut dapat terlihat kapan Pemberi
Tugas mulai mendapatkan pemasukkan (hal ini penting karena akan
memberikan nilai lebih bagi Bank peminjam dalam memberikan
pinjamannya). Hal-hal seperti sistim Leasing, Timeshare, Sale and Leaseback
harus benar-benar dipahami oleh QS sehingga pembuatan aliran dana
tersebut akan sangat menarik bagi Bank peminjam.
3. Loss Adjuster
Dengan keahliannya dalam bidang penilaian bangunan atau biaya
konstruksi QS sering dimintakan bantuannya oleh para Loss Adjuster dalam
menilai suatu bangunan. Penentuan nilai bangunan tersebut berguna bagi
asuransi untuk menentukan besarnya premi asuransi ataupun besarnya ganti
rugi yang dapat diberikan.
4. Manajer Proyek
Dengan kemampuannya dan keahliannya di bidang administrasi
kontrak dan manajemen proyek, QS atau perusahaan jasa QS sering
melaksanakan peran sebagai Manajer Proyek. Sebagai Manajer Proyek QS,
yang pada dasarnya sangat paham akan tahapan-tahapan perencanaan,
diharapkan dapat mengendalikan para perencana dalam melaksanakan
perencanaan selain tentunya juga mengendalikan biayanya. Pada tahap
pelaksanaan pekerjaan dengan kemampuannya di bidang kontrak dan
administrasi kontrak QS diharapkan dapat mengendalikan kontraktor secara
penuh, baik dari sisi waktu pelaksanaan maupun biaya pelaksanaan.
5. Facility Manager
Pengembangan lain dari kemampuan manajemen, estimasi biaya dan
masalah kontraktual, QS dapat berperan sebagai Facility Manager. Yang
dimaksud dengan Facility Manager adalah seorang manajer yang bertugas
untuk menyiapkan segala fasilitas yang diperlukan oleh operasional suatu
perusahaan agar dapat melakukan operasinya. Segala fasilitas yang

diperlukan dari mulai penyediaan lahan sampai ke peralatan operasional


adalah merupakan tanggung jawab seorang Facility Manager. Dengan
kemampuan estimasinya, QS dapat membuat suatu perencanaan biaya yang
diperlukan untuk mengadakan bangunan, tanah maupun peralatan
operasional lainnya. Dengan kemampuan kontraktual yang dimilikinya QS
dapat membuat suatu standar perjanjian pembelian, penyewaan dll. Dengan
kemampuan manajemennya QS dapat membuat suatu prosedur yang tepat
untuk mencapai suatu tujuan. Facility Manager biasa digunakan oleh
perusahaan yang mempunyai divisi operasional yang cukup besar seperti
perusahaan ritel, perusahaan waralaba, perusahaan pertambangan dll.
6. Manajer Perawatan
Perawatan suatu bangunan memerlukan suatu perkiraan biaya yang
cukup akurat, karena akan mempengaruhi biaya operasional. Selain itu
pemahaman yang baik mengenai konsep biaya total (total cost) juga sangat
diperlukan untuk dapat menjadi seorang Manajer Perawatan yang baik. Dua
hal tersebut dapat dikatakan sebagai salah satu keahlian QS. Konsep Total
Cost dikenal sebagai konsep Life Cycle Costing di QS. Konsep tersebut
membahas total biaya yang diperlukan jika kita menggunakan suatu barang.
Perhitungan Total Cost tersebut akan melibatkan biaya awal, biaya
operasional, biaya perawatan dan nilai sisa suatu barang. Hal ini sangat
diperlukan untuk membuat pilihan atas beberapa barang yang diperlukan
untuk perawatan suatu bangunan ataupun suatu peralatan.
Dengan kemampuannya itu banyak QS atau perusahaan jasa QS yang
bergerak dalam bidang perawatan bangunan. Dampak lain yang bisa didapat
dari pengkhususan diri di bidang perawatan ini adalah kemungkinannya
menjadi konsultan pajak dalam arti perhitungan nilai kena pajak.
Demikianlah beberapa bidang yang dapat dijalani oleh QS sebagai
akibat dari pengembangan kemampuan atau keahlian dasarnya. Sebenarnya
banyak hal lagi yang dapat dikerjakan oleh QS sebagai pengembangan dari
jasa yang dapat diberikan kepada Pemberi Tugas, baik itu secara khusus
dimintakan atau sebagai ekstra jasa. Hal seperti perhitungan fixed assets dari
suatu perusahaan, pembuatan sistim akunting proyek dan lain-lain hal yang
berkaitan dengan estimasi biaya, masalah kontrak konstruksi maupun
administrasi kontrak. Hal lain yang dapat dilakukan oleh QS dalam
pengembangan keahlian dasarnya adalah, sesuai dengan perkembangan
teknologi informasi, adalah pengembangan di bidang informasi teknologi.
Perpaduan antara teknik komputer dengan kemampuan QS dapat
menghasilkan suatu sistim cost data yang dapat digunakan secara mudah.
Hal ini akan membantu, tidak hanya QS saja akan tetapi para Perencana
lainnya, dalam pembuatan estimasi suatu proyek di masa mendatang.

IV. HUBUNGAN QS DAN PERENCANA


Secara struktural, dalam organisasi proyek, posisi QS adalah setara
atau setingkat dengan para Perencana lainnya seperti Arsitek, Perencana
Struktur, Perencana Mekanikal dan Elektrikal, Perencana Interior dll. Secara
kontraktual posisi QS juga sama dengan para Perencana lainnya yang
mengikat kontrak secara langsung dengan Pemberi Tugas. Hal ini biasa
terjadi pada proyek-proyek swasta.
Dalam pelaksanaan suatu proyek QS secara kolektif dengan para
Perencana lainnya berusaha mewujudkan apa yang diinginkan oleh Pemberi
Tugas secara optimal. Dari segi kronologis perencanaan QS dapat ditunjuk di
awal sekali dari suatu perencanaan, yaitu pada tahap Inception. Jika ini
terjadi maka QS akan cukup berperan dalam menentukan garis besar
perencanaan (Outline Design) karena di awal perencanaan QS sudah
memberikan suatu batasan biaya pembangunan yang dapat digunakan
sedemikian sehingga Perencana harus membatasi juga desainnya. Namun di
Indonesia, QS seringkali ditunjuk setelah tahap Schematic Design. Hal ini
sebenarnya kurang efektif, karena pada tahap itu desain telah disetujui
Pemberi Tugas sehingga QS tidak bisa memberi masukkan akan masalah
design efficiency.
Walaupun secara struktural dan kontraktual posisi QS setara dengan
para Perencana lainnya, namun karena bidang yang dikerjakan oleh QS
berkaitan dengan anggaran biaya proyek maka seringkali dalam memberikan
laporan yang berkaitan dengan biaya informasi tersebut tidak tersebar
kepada para Perencana lainnya. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga
independensi QS sehingga tidak terpengaruh oleh kepentingan apapun.
Tetapi untuk beberapa kasus, terutama yang berkaitan dengan telah
terlampauinya target anggaran yang disebabkan oleh pengembangan
perencanaan yang terlalu besar, hal ini akan diberitahukan kepada Perencana
yang bersangkutan. Karena hal ini pula seringkali QS dianggap sebagai cost
cutter dari perencanaan yang coba dikembangkan oleh Perencana. Anggapan
ini sebenarnya agak salah, karena apa yang dilakukan QS sebenarnya adalah
membatasi pengembangan desain yang terlalu berlebihan yang telah
melebihi target anggaran yang dimiliki oleh Pemberi Tugas. Jika hal ini terjadi
dan, menurut Perencana, pengembangan tersebut tidak bisa dihindari maka
QS harus memberi tahu Pemberi Tugas untuk menyiapkan dana tambahan
untuk mengakomodasikan keinginan Perencana tersebut atau QS harus dapat
mencarikan dana ekstra dari bagian desain lainnya.
Karena QS hanya memberikan laporan langsung kepada Pemberi Tugas
seringkali QS mempunyai hubungan yang lebih eksklusif dibandingkan
Perencana lainnya. Namun, sebenarnya, masalahnya bukanlah seperti itu. QS
dapat saja memberitahukan apa yang diberikan kepada Pemberi Tugas,

asalkan diperbolehkan oleh Pemberi Tugas karena informasi yang diberikan


kepada Pemberi Tugas adalah sepenuhnya milik Pemberi Tugas. Jadi jika ada
informasi yang berkaitan dengan anggaran yang harus diberi tahukan kepada
Perencana lainnya hal itu adalah sepenuhnya hak Pemberi Tugas. Hal ini
harus benar-benar dipahami oleh QS untuk menjaga independensi dan
kredibilitasnya.
Pada proyek pemerintah posisi QS sedikit berbeda, karena biasanya QS
disewa atau dikontrak bersama dengan Arsitek. Jadi secara kontraktual QS
akan mengikat kontrak dengan Arsitek dan Arsitek akan mengikat kontrak
dengan Pemberi Tugas. Namun demikian tugas-tugas QS harus tetap
dilaksanakan secara independen dan profesional tanpa terpengaruh
kepentingan Arsitek atau Perencana lainnya. Posisi QS yang berada di dalam
Arsitek ini terjadi karena berdasarkan peraturan pemerintah yang berlaku
tugas-tugas QS tercakup sebagai bagian dari pekerjaan atau jasa Arsitek.
Pada sistim Rancang Bangun (Design and Build), posisi QS dan
Perencana lainnya akan berada di bawah struktur organisasi kontraktor. QS
dan Perencana lainnya akan mengikat kontrak dengan kontraktor sebagai
bagian dari paket perencanaan yang ditawarkan kepada Pemberi Tugas.
Namun demikian, sering kali, Pemberi Tugas juga mempunyai QS atau
Perencananya sendiri yang akan bertugas sebagai penilai dari penawaran
yang diajukan oleh kontraktor. Walaupun secara struktural posisi QS berada
di dalam organisasi kontraktor, namun QS harus tetap menjaga
independensinya tanpa terlampau banyak terpengaruh kepentingan
kontraktor. Hal ini akan sangat membantunya dalam menjaga kredibilitasnya.
V. PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
Di negara asalnya, untuk menjadi seorang QS dapat ditempuh melalui
beberapa cara. Cara pertama adalah menjadi jalur pendidikan formal di
universitas dengan langsung mengambil jurusan Quantity Surveying yang
ada di dalam fakultas Built and Environment. Pendidikan tersebut dilakukan
selama 4 tahun untuk program sandwich dan 5 tahun untuk program parttime. Yang dimaksud dengan program sandwich adalah suatu sistim
pendidikan yang menyelipkan program praktek kerja selama 1 tahun diantara
masa pendidikannya yang 4 tahun itu. Sedangkan program part-time
dilakukan seperti kuliah biasa hanya perkuliahannya dilakukan 1 atau 2 hari
dalam satu minggu. Setelah lulus dari universitas tersebut seorang QS belum
dapat membuka prakteknya sendiri atau menjadi partner atau rekanan dalam
suatu perusahaan jasa QS. Untuk dapat membuka prakteknya sendiri atau
menjadi rekanan seorang QS harus menjadi seorang Chartered QS terlebih
dahulu. Untuk dapat menjadi seorang Chartered QS, seorang harus lulus ujian
yang diselenggarakan oleh RICS. Ujian tersebut, yang biasa disebut dengan
APC (Application of Professional Competence), baru dapat diambil atau

dilakukan jika seorang QS sudah bekerja di bidangnya selama 3 tahun.


Selama masa 3 tahun itu ia harus mengisi catatan harian (diary) yang
mencatat kegiatan selama bekerja. Sedapat mungkin di dalam masa 3 tahun
tersebut ia sudah melalui semua bidang pekerjaan yang merupakan keahlian
QS (yaitu perencanaan dan pengendalian biaya, kontrak, administrasi kontrak
dll.). Sebelum catatan harian tersebut dimasukkan kepada panitia penguji,
catatan harian tersebut harus diverifikasi oleh pemimpin perusahaan tempat
ia bekerja, yang haruslah seorang Chartered QS. Setelah QS lulus dari ujian
APC, yang ditandai dengan pemberian atribut Associate of Royal Institution of
Chartered Surveyor (ARICS), tersebut barulah ia dapat dikatakan menjadi
seorang Profesional QS atau Chartered QS.
Setelah mendapatkan predikat Associate bukan berarti seorang
Chartered QS selesai melaksanakan pendidikannya. Selama melaksanakan
tugas-tugasnya sebagai seorang Chartered QS ia dapat terus melanjutkan
pendidikannya di bidang yang lebih spesifik dari pekerjaan QS, seperti
mendalami masalah perencanaan biaya, kontrak, manajemen proyek dll. Ia
dapat mengambil program S2 untuk mendalami hal-hal tersebut bahkan
sampai jenjang S3. Secara profesional predikat Associate itu dapat
ditingkatkan menjadi apa yang disebut dengan Felowship of Royal Institution
of Chartered Surveyor (FRICS), Hal ini dapat dilakukan dengan cara mengikuti
program CPD (Continuation of Professional Development). Untuk mengikuti
program ini seorang ARICS harus membuat suatu makalah dan telah bekerja
di bidangnya selama masa tertentu (biasanya lebih dari 15 tahun). Selain itu
ia harus mempunyai sponsor yang berpredikat Fellow minimal 2 orang.
Setelah makalahnya diverifikasi oleh sponsornya dan dinyatakan lulus
barulah ia dapat dikatakan menjadi seorang Fellow. Dengan menjadi Fellow,
selain dapat meningkatkan prestisenya secara profesional, ia dapat menjadi
seorang Senior Partner dari suatu perusahaan jasa QS atau bahkan menjadi
Regional Partner pada suatu perusahaan jasa QS yang mempunyai cabang di
banyak tempat di dunia.
Cara kedua untuk menjadi QS adalah dengan mengambil sistim kuliah
terbuka. Namun syarat untuk mengikuti kuliah terbuka ini adalah si peserta
harus bekerja pada suatu perusahaan QS dan ada sponsor yang akan
bertindak sebagai pembimbingnya. Sponsornya tersebut haruslah yang telah
menjadi Chartered QS (minimal seorang ARICS). Dengan cara kuliah terbuka
ini ujian akan dilakukan secara bertahap dengan mengacu kepada sistim
ujian yang dibuat oleh RICS. Ujian level 1 dapat dilakukan jika peserta telah
selesai mempelajari suatu modul yang ditentukan oleh RICS, begitu
selanjutnya sampai selesainya ujian level 4. Dengan cara seperti ini lama
masa kuliah ditentukan sendiri oleh pesertanya. Makin cepat ia
menyelesaikan
modul-modulnya,
makin
cepat
pula
ia
dapat
menyelesaikannya. Hal selanjutnya setelah ia lulus dari program kuliah

terbuka ini adalah sama seperti yang harus dilakukan oleh peserta yang
menjalani kuliah normal di universitas.
Di Indonesia pendidikan formal QS belum ada atau belum dibuat oleh
universitas manapun. Namun beberapa institusi penyelenggara kursus telah
mengadakan pelatihan QS dalam bentuk paket-paket keahlian QS. Dalam
prakteknya QS di Indonesia sebenarnya banyak, jika tidak mau disebut
selalu, dilakukan baik oleh Pemberi Tugas, Kontraktor maupun Konsultan
Perencana lainnya. Negara tetangga kita, yang kebanyakan adalah
merupakan negara Commonwealth (seperti Malaysia, Singapore dan
Australia), telah mempunyai jurusan QS di banyak universitasnya.
CARA MENGHITUNG RAB
I. Pekerjaan Awal
Teknik Sipil - PengukuranYang dimaksud dengan pengukuran adalah
sebelum memulai pekerjaan, untuk menentukan posisi dari bangunan
dilakukan pengukuran batas-batas, volume pengukuran adalah dihitung dg
satuan lumpsum, missal diperkirakan dikerjakan 2 hari dengan 2 tukang,
sehingga perhitungan sbb ,upah tukang Rp.50.000, maka biaya 50.000 x 2 x
2 = Rp. 200.000.
Bowplank Digunakan untuk membantu menentukan As atau letak titik
dari bangunan, dengan cara membuat pagar menggunakan papan2/15
dipaku pada kayu ukuran 5/7 sebagai tiang, dibuat dengan jarak 1 meterdari
as bangunan dipasang keliling bangunan. Misal rumah ukuran 6 x 7 , maka
volume bowplank adalah (6+1+1) + (7+1+1) =17m. Harga dan kebutuhan
material dapat dilihat pada Analisa pekerjaan.

II. Pekerjaan Galian dan urugan


Galian Adalah pekerjaan menggali yang berhubungan dengan
pembuatan fondasi, dalam dan lebarnya fondasi ditentukan oleh type
fondasi. Misal lebar bawah fondasi 70 cm, maka lebar dari galian adalah 70
cm ditambah kiri 10 cm kanan10 cm menjadi 70 + 20 = 90 cm, sedangkan
kedalaman galian juga ditentukan oleh keadaan tanah baik, tetapi kalau
kondisi tanah biasa umumnya kedalaman galian 70 cm, maka volume galian
adalah 0.9 m x 0.7 m x panjang fondasi = satuan m3, sedangkan untuk
menentukan berapa jumlah tenaga atau upah dapat dilihat analisa pekerjaan
galian.
Urugan Adalah pekerjaan mengurug lantai bangunan, volume dihitung
luas bangunan dikalikan tinggi urugan satuan m3, kebutuhan material urugan
dan jumlah tenaga atau upah dapat dilihat pada analisa pekerjaan.

Mengurug kembali Adalah mengurug bekas galian Fondasi, volume


biasanya dihitung 1/3 dari volume galian, contoh volume galian 60 m3 maka
urugan kembali adalah 60m3/3 = 20 m3.

III. Pekerjaan Fondasi


Lantai Kerja Adalah suatu item pekerjaan yang lokasinya dibawah
fondasi (lihat fondasi Rumah), lantai kerja dapat berupa urugan pasir dengan
tebal 10 cm, pasangan batu kali kosong, atau beton dengan campuran 1:3:5
tebal 5 s/d 10 cm. Cara perhitungan adalah luas dikalikan tebal dengan
satuan m3, kebutuhan material dan upah lihat analisa pekerjaan.
Pasangan Fondasi yang kami maksudkan disini adalah fondasi batu kali
(stal) untuk bangunan rumah lantai 1, cara menghitung volume hitung semua
panjang fondasi kemudian dikalikan tinggi fondasi, dan dikalikan (lebar atas
+ lebar bawah dibagi 2), satuan m3. Contoh: panjang seluruh fondasi 50
meter, tinggi fondasi 0,7 meter, lebar atas fondasi 0.3 meter lebar bawah
fondasi 0.7 meter, maka volumenya adalah 50 x0,7 x ((0,3 + 0,7) / 2) = 17,5
m3.

IV. Pekerjaan Beton


Sloof Yang dimaksud dengan sloof adalah struktur bangunan yang
berada diatas fondasi untuk lebih jelas lihat sloof rumah lantai 1 dan
Cara menghitung volume sebagai berikut : untuk volume beton
panjang total sloof x lebar x tinggi = satuan m3. Untuk perhitungan jumlah
besi beton, pertama yang dicari adalah jumlah begel, dengan cara panjang
total sloof dibagi jarak begel ditambah 1 = jumlah begel, jumlah begel
dikalikan panjang satu begel = panjang total besi beton yang dibutuhkan.
Misal sloof 15/20, begel d 8 15, panjang total 25 meter, jumlah begel
=(25/0.15)+1=167,6 bh = 168 bh, sedangkan panjang satu begel = ((15 -5)x
2)+((20-5) x 2)= 50 cm, maka total besi beton untuk begel adalah 0,5 x 168
= 84meter, satu batang besi beton panjang standar adalah 12 m, 84/12= 7
batang. Untuk menghitung besi beton tulangan pokok yaitu dengan cara
jumlah tulangan pokok dikalikan panjang total.
Sedangkan untuk perhitungan RAB besi beton tidak dihitung, yang
ditampilkan adalah volume beton.
Kolom Cara menghitung Volume adalah tentukan atau hitung jumlah
kolom kemudian dikalikan tinggi kolom, sehingga mendapat total panjang
kolom x lebar x tinggi = volume kolom satuan m3. Ring balk. Cara

menghitung volume sama dengan perhitungan sloof dan kolom.


V. Pekerjaan Dinding
Pasangan Bata. Dinding pasangan bata ada 2 cara menghitung yaitu
dengan cara perhitungan luas dan dengan cara perhitungan isi, untuk
perhitungan isi jarang sekali digunakan, akan tetapi bila suatu saat
dibutuhkan dengan cara perhitungan isi, caranya adalah luas x tebal, untuk
tebal tergantung jenis pasangan bata, pasangan 1 bata atau bata ,untuk
ukuran 1 bata yaitu 30 cm sedangkan ukuran bata 15 cm. Cara
menghitung luas pasangan bata adalah sebagai berikut, pertama hitung
keliling dari dinding, kalikan dengan tinggi dinding, dan dikurang luas dari
daun jendela, daun pintu, boven, satuan m2. PlesteranVolume plesteran
adalah 2 x dari volume pasangan bata. AcianSama dengan cara menghitung
volume plesteran tetapi dikurangi, daerah yang tidak di aci seperti dinding
keramik dll. Sponengan atau tali air Sponengan atau tali air adalah batas
antara kusen dan plesteran, bila lebar kusen kurang dari lebar dinding (15
cm) maka batas antara kusen dan plesteran disebut sponengan, sedangkan
bila lebar kusen sama dengan lebar dinding maka batas antara kusen dan
plesteran disebut tali air.

VI. Pekerjaan Kusen dan Pintu, Jendela


Pembuatan Kusen Cara perhitungan kusen pada RAB ada 2 macan
yaitu dengan satuan jadi, atau m3, untuk satuan m3 yaitu hitung semua
panjang dari bahan pembuat kusen kemudian dikalikan dengan tebal dan
lebar dari kayu, satuan m3. Kebutuhan material dan upah dapat dilihat pada
analisa pekerjaan.
Daun Pintu. Daun pintu ada beberapa macam, missal daun pintu panil
atau doble plywood, dalam perhitungan volume untuk RAB biasanya di hitung
perunit. Pasang Kusen Pintu dan Jendela Volume pemasangan bermacammacam, antara lain dg cara panjang keliling kusen, perlubang, atau perunit.
Pasang Daun Pintu dan Jendela Volume pemasangan dihitung perunit, diluar
pemasangan kunci tanam, hak angin, slot.
VII. Pekerjaan Rangka Atap.
Pembuatan Kuda-Kuda Volume dihitung dengan satuan m3, yaitu panjang
total bahan dikalikan dimensi kayu yang dipakai. Contoh, panjang total bahan
yang digunakan untuk kuda-kuda adalah 25meter kayu yang digunakan 8/12
maka volume adalah 25 x 0.08 x 0.12 =0.24 m3.untuk harga dapat dilihat
analisa pekerjaan.
Pembuatan Gording. Yang dimaksud dengan pembuatan gording

adalah pembuatan sambungan antara gording, satuan adalah m3, cara


mencari volume sama dengan cara mencari volume pada perhitungan kudakuda. Pembuatan Jurai. Sama dengan pembuatan gording, Pembuatan Balok
Nok. Sama dengan pembuatan gording, dan Jurai. Untuk ketiga item
pekerjaan tersebut dimensi kayu biasanya sama hanya letak saja yang
membedakan nama item pekerjaan.
Pasang Kuda-kuda.Yang dimaksud pasang kuda-kuda biasanya disebut
erextion kuda-kuda, adalah pemasangan kuda-kuda dilokasi tempatnya kudakuda. Tidak membutuhkan material tambahan karna kuda-kuda dipasang
setelahdibuat. Biaya biasanya diambil 50 % dari biaya pembuatan kuda-kuda.
Begitu juga untuk pemasangan jurai, gording, balok nok. Satuanvolumenya
adalah m3.
Pasang Papan Suri. Yang dimaksud dengan papan suri adalah, papan
yang letaknya diatas balok nok, yang berfungsi untuk menahan kerpus,
ukuran yg digunakanbiasanya 2/20 dapat juga lebih kecil atau lebih besar
sesuai kebutuhandilapangan. Satuan volumenya adalah m.
Pasang Usuk. Usuk biasanya menggunakan kayu ukuran 4/6 atau 5/7,
yg sering digunakan adalah kayu ukuran 5/7, untuk atap yg menggunkan
asbes atau seng tidak memakai usuk, cukup dengan gording. Perhitungan
usuk yaitu luas dengan satuan m2. kebutuhan matererial dan upah lihat
analisa pekerjaan.
Pasang Alumunium poil. Pemasangan alumunium poil dimaksudkan
untuk mengurangi panas danmencegah tampias saat terjadi hujan yang
disertai angin, bahan yang digunakan tidak mutlak alumunium poil, dapat
diganti dengan karpetatau seng plat. letak alumunium poil adalah diantara
usuk dan reng. Satuannya adalah m2.
Pasang Reng. Reng ukuran yang digunakan ada dua macam yaitu 2/3
atau, tergantung jenis genteng yang dipakai, untuk genteng beton
biasanya menggunakan ukuran , perhitungan reng adalah sama dengan
menghitung usuk yaitu luas dengan satuan m2. (luas reng sama dengan luas
dari usuk).
Pasang Genteng ada beberapa jenis, akan tetapi yang umum adalah
genteng beton dan genteng keramik. Perhitungan volume adalah luas dengan
satuan m2. biasanya sama dengan luas reng maupun usuk.
Pasang talang Talang ada beberapa jenis bahan yang digunakan,
talang seng, talang PVC, talang beton, untuk setiap jenis bahan cara
perhitungan volume berbeda-beda, untuk talang yang terbuat dari seng
volume nya adalah luas dengan satuan m2, talang yang terbuat dari PVC
volumenya adalah panjang dengan satuan m, sedangkan untuk talang beton

dapat dihitung dengan m3 ataupun m2.


List plank ada beberapa jenis bahan yang digunakan, yaitu bahan
darikayu, beton, pvc, fiber dll, tetapi saat ini list plank yang sering digunakan
adalah terbuat dari kayu dan beton, perhitungan volume ada yang
menggunakan m,m2,m3. perhitungan volume tidak mengikat.

VIII. Pekerjaan Penggantung dan Pengunci.


Rangka Plafond Rangka plafon ada beberapa jenis bahan yang
digunakan, yaitu rangka kayu 4/6, rangka besi (bermacam-macam). Untuk
perhitungan volume kalau menggunakan kayu biasanya dihitung luas,
sedangkan untuk besi dihitung dengan berat (kg).
Pasang PlafonPlafon bermacam-macam dari jenis bahan yang
digunakan, seperti, bahan kayu, eternit, asbes plat, playwood, gibsum dll,
untuk perhitungan volume adalah luas dengan satuan m2.
Pasang Kunci tanam, grendel, hak angin. Perhitungan menggunakan
satuan unit, atau buah. Pasang Kaca.Pemasangan kaca yaitu dengan
perhitungan luas satuan m2.5. List plafond Yang dimaksud dengan list plafon
adalah list yang berada dipinggir pertemuan antara plafond dengan dinding,
tujuan pemasangan list, agarterlihat rapi. Satuan volume adalah m

IX. Pekerjaan Lantai dan keramik.


Beton Lantai 1:3:5 Yang dimaksud dengan beton lantai, biasanya
disebut floor, ataup lesteran lantai, tebal beton lantai untuk rumah tinggal
mulai dari 5 cmsampai dengan 10 cm. sebelum lantai diplester sebaiknya
diberi urugan pasir setebal 10 cm. Untuk perhitungan volume lantai beton
m3, tetapi kadang-kadang ada yang membuat m2.
Pasang keramik lantai utama dan wc. Pemasangan keramik lantai
volume yang digunakan adalah luas dg satuanm2. Pasang Keramik Dinding.
Pemasangan keramik dinding volume yang digunakan adalah luas dg satuan
m2.

X. Pekerjaan Sanitasi
Pasang Saluran air bersih pvc . Perhitungan volume adalah panjang
dengan satuan m.

Pasang Saluran Air kotor pvc 4 Perhitungan volume adalah panjang dengan
satuan m.
Pasang Closet, kran Perhitungan volume adalah buah atau unit.
Pembuatan Septick tank atau beerput. Septick tank atau beerput
adalah suatu tempat untuk menampung kotoran manusia, perbedaan septick
tank dan beerput adalah dari bentuk medan bahan yang digunakan akan
tetapi fungsinya sama. Septick tank bahan yang digunakan adalah pasangan
bata, dengan ukuran persegi panjang, sedangkan kalau beerput bahan yang
digunakan buis beton diameter 80 cm s/d 90 cm. biasanya perhitungan
volume adalah unit (lansung jadi).
Saluran Peresapan atau Sumur Peresapan. Saluran peresapan atau
sumur peresapan adalah suatu bangunan yangberfungsi sebagai peresapan
air dari buangan septick tank.

BAB III

METODE PENELITIAN
PRINSIP KERJA QUANTITY SURVEYOR
Peran seorang Quantity Surveyor (QS) dalam suatu proyek dibagi dalam 2
tahap pekerjaan/fase, yaitu :
Tahap Pra Kontrak
Rencana pekerjaan (Project brief)
Rencana pekerjaan (The Project Brief) adalah sebuah dokumen kunci
yang berisi arahan, lingkup pekerjaan dan bentuk kontrak antara pihak-pihak
yang terkait. Dalam sebuah proyek konstruksi dokumen ini menjadi bagian
dari rencana pelaksanaan proyek. Selain itu, Studi Kelayakan (Feasibility
studies) dilakukan pada tahap ini untuk memperoleh gambaran dan
kelayakan suatu proyek. Quantity Surveyor memberikan saran kepada owner
dari segi ekonomi (Cost Planning, Estimating, Cost Analysis, Cost-in-use
Studies dan Value Management ). Tahap selanjutnya adalah Perkiraan Awal
(Preliminary estimates). Perkiraan awal dalam hal ini adalah pembiayaan
awal diperoleh berdasarkan sketsa awal dari arsitek (data dan sketsa awal).
Menurut Mirza (2009), pendekatan yang digunakan oleh Quantity

Surveyor untuk menghitung volume dan merinci pekerjaan umumnya


menggunakan aturan baku dalam bentuk yang biasa disebut Standard
Method of Measurement (SMM); dikarenakan di Indonesia belum memiliki
SMM sendiri maka biasanya mengacu pada:
Hong Kong Standard,
Singapore Standard,
Malaysian standard
UK Standard maupun
POMI (Procedure of Measurement International)
Pendekatan dengan menggunakan SMM dan harga yang pernah
dikerjakan sesuai harga berlaku saat ini untuk membuat rencana anggaran
pada awal kerja dapat dilakukan dengan akurat.
2. Desain
Pada tahap ini seorang Quantity Surveyor diminta mempersiapkan :
Perkiraan biaya secara detail (Detail estimates)
Perkiraan biaya secara detil berdasarkan gambar desain dari
arsitek,dan
perkiraan pembiayaan ini sebaiknya ditelaah terlebih dahulu sebelum
diserahkan kepada klien.
2. Bill of Quantities
Bila tahap desain dan penggambaran selesai, Quantity Surveyor
menyiapkan Bill of Quantities berikut spesifikasinya yang nantinya akan
digunakan kontraktor untuk mengikuti tender. Disini Quantity Surveyor
bertindak sebagai seorang profesional pembiayaan. Quantity Surveyor dari
pihak Kontraktor membantu menyiapkan dokumen tender berikut alternatif
harga biaya proyek sebagai bahan pertimbangan dan perbandingan. Sebuah
form atau dokumen perencanaan biaya perlu disiapkan untuk memonitor dan
mengkontrol biaya konstruksi selama tahap konstruksi berlangsung.
Bill of Quantities berfungsi sebagai berikut :
Sebagai rincian (breakdown) dari harga tender dan berisi informasi dari pihak
penender (tenderers);
Sebuah perkiraan pengukuran dari pekerjaan untuk harga tender yang
nantinya akan digunakan dalam kontrak, merupakan dokumen pengukuran
dalam kontrak.

Sebuah dokumen akan nilai setiap item pekerjaan. Dasar untk mengukur nilai
pekerjaan yang telah selesai untuk keperluan hal pembayaran.
3. Rencana Kerja dan Syarat (Writing of specifications)
Selama tahap desain ini seorang Quantity Surveyor memastikan
bahwa biaya proyek tidak melebihi rencana anggaran yang ada. Penambahan
item pekerjaan dan pembiayaan sudah diperkiraan dan masuk dalam saving
pembiayaan.
Spesifikasi merupakan hal yang sangat penting dan vital bagi suplier,
pembeli, dan para pengguna material, produk atau jasa untuk mengerti dan
menyetujui semua permintaan dan syarat yang ada. Spesifikasi merupakan
sebuah standar yang biasanya direferensikan oleh kontraktor atau dokument
lelang yang memberikan detail yang diperlukan tentang sebuah permintaan
khusus atau tertentu. Spesifikasi dapat didefinisikan sebagai sebuah
pernyataan akan permintaah kebutuhan yang harus dipenuhi dalam
procurement dari sumber eksternal. Selain itu spesifikasi juga merupakan
permintaan operasional, permintaan kebutuhan, permintaan jasa dan output
berdasar spesifikasi. Tujuan adanya spesifikasi ini adalah memberikan
kejelasan, keakuratan dan deskripsi yang cukup pada suplier sehingga
permintaan dan kebutuhan yang ada bisa diterjemahkan dengan baik untuk
mencapai hasil yang diinginkan. Seringkali pihak suplier juga dilibatkan
dalam negosiasi spesifikasi ini.
3. Tender
Quantity Surveyor biasanya terlibat dalam penyiapan dokumen tender.
Selain itu seorang Quantity Surveyor juga terlibat dalam menilai tender dan
juga dimintai pendapat, saran dan masukan mengenai tipe/jenis kontrak
ataupun tentang isi klausul/pasal khusus di dalam kontrak kerja yang akan
dilaksanakan. Quantity Surveyor harus mengerti dan mampu membaca
gambar kerja dari arsitek dan enngineer dan pengukuran lapangan sehingga
mampu mengukur dan menghitung secara detil dan akurat. Dari pengukuran
itu, Quantity Surveyor bisa menilai harga elemen-elemen pekerjaan yang ada
sesuai dengan harga yang ada di pasaran. Dengan demikian nilai perkiraan
harga tender kontrak dapat dibuat. Hasil ini dapat digunakan klien untuk
memilih penender yang sesuai dan baik.
2. Tahap Pasca Kontrak
Penilaian Lahan (Site valuation)
Penilaian site/ lapangan proyek tentang status proyek
tersebut.
Verifikasi pekerjaan proyek yang akan dilaksanakan oleh kontraktor , yang
melibatkan seluruh pihak terkait proyek (Kontraktor, Arsitek, Engineer, Klien).

2. Dokumen Pembiayaan Berkala (Progress payment)


Dokumen pembayaran berkala (biasanya setiap bulan, tergantung
kontrak). Quantity Surveyor menyiapkan dokumen pembayaran ini dengan
persetujuan dari arsitek, engineer, dan client. Dokumen dikeluarkan untuk
pembayaran ke kontraktor secara berkala selama pekerjaan berlangsung
3. Dokumen Akhir Pembiayaan (Final account)
Dokumen pembiayaan total, diterbitkan di akhir proyek (selesai) dan
disyahkan oleh pihak berwenang (pemerintah/ badan hukum). Sebagai
bentuk dokumen kerjasama antara kontraktor dan client (referensi
pengalaman kontraktor).
4. Saran dan masukan kontrak (Contractual advisor)
Quantity Surveyor adalah penasehat profesional dalam proyek
konstruksi . Quantity Surveyor memberikan saran dan masukan dalam
pembuatan kontrak kerja konstruksi (jenis, isi/ klausul).
TINJAUAN KHUSUS QUANTITY SURVEYOR
Kemampuan dasar seorang Quantity Surveyor dapat disimpulkan sebagai
berikut :
Mengukur dan menilai pekerjaan konstruksi
Mengevaluasi hubungan antara waktu dan biaya
Memberikan saran dan masukan dalam procurement, implementasinya dan
bidang administrasi
Kontrol biaya
Selain hal-hal di atas, dalam lingkup mengakomodasikan keinginan klien,
kemampuan tambahan seorang Quantity Surveyor dalam sektor tertentu
antara lain :
bisa bertindak sebagai seorang project management atas nama klien
mampu menilai, memperkirakan dan mengelola resiko
memiliki kepekaan akan aspek legal dan pembiayaan (saran dan masukan
akan kontrol biaya)
kemampuan presentasi (presentation skills).
Dalam melaksanakan tugas-tugasnya, Quantity Surveyor juga harus memiliki
karakteristik sebagai berikut :

Mampu membuat kesimpulan dengan baik dan akurat kondisi dari aspekaspek yang ada
Sebagai sumber informasi (information managers)
Sebagai konsultan dalam procurement (consultants for procurement)
Sebagai akuntan konstruksi (accountants for construction)
Sebagai perencana dan pelaksana (strategic planners and implementers)
Mampu mengelola resiko (risk manager)
Quantity Surveyor, juga dikenal sebagai Construction Economist, atau Cost
Manager,masuk dalam satu tim penasehat profesional dalam dunia industri,
yang bertugas :
Menyiapkan pembiayaan suatu proyek
Memberikan saran dan masukan akan efek/dampak kualitas dari suatu
pembiayaan
Menyiapkan
Documents)

dokumen

kontrak

(Bills

of

Quantities

and

Cost

Control

Merekomendasikan jenis kontrak dan proses pembayaran terkait waktu dan


pembiayaan
Menyiapkan dan menghitung pajak yang ada
Quantity Surveyor sebagai seorang Konsultan Pembiayaan (Cost Consultant)
berperan :
Memberikan saran pembiayaan dalam pemilihan material alternatif
Memberikan saran pembiayaan dalam pemilihan metode-metode konstruksi
Memberikan saran dan masukan akan efek/dampak pembiayaan akan kondisi
site
Memberikan saran dan masukan tentang kelayakan alternatif-alternatif
pilihan site
Sebagai seorang Construction Economists, dalam lingkup penilaian kuantitas
seorang Quantity Surveyor menggunakan kemampuannya dalam bidang
teknik dan pembiayaan konstruksi untuk memberikan saran dan masukan
kepada klien tentang cara paling ekonomis untuk mencapai keinginan klien.
Di sini, seorang Quantity Surveyor bisa saja menggunakan bermagai macam
metode dan teknik pendekatan, antara lain : Cost Planning, Estimating, Cost

Analysis, Cost-in-se Studies dan Value Management untuk mempersiapkan


pembiayaan proyek.
Lingkup Pelayanan (Core services) Quantity Surveyor :
Perencana Biaya (Cost Planning)
Life Cycle Costing
Value Management
Facilities Management
Project Management
Preliminary Cost Advice
Procurement Methods
Contractual Advice
Tendering
Valuation of Construction Work
Cost Control & Financial Management
Financial Claims & Programme Analysis
Dispute Resolution
Insurance Advice
Dalam lingkup Pemerintahan di Indonesia, khususnya di bidang
konstruksi belum ada spesifikasi secara khusus peran seorang Quantity
Surveyor sebagai sebuah aspek dan profesi yang diakui. Namun kegiatan
Quantity Surveying ini sudah ada dalam setiap kegiatan proyek konstruksi
yang ada dalam pemerintahan. Diharapkan dengan adanya Quantity
Surveyor dalam sebuah tim proyek konstruksi atau pun industri, proyek bisa
berjalan dengan lebih baik, efisien, terkendali dan sesuai dengan apa yang
diinginkan (hasil optimal) klien (owner). Saat ini, profesi Quantity Surveyor di
Indonesia mulai berkembang, terlihat dengan mulai munculnya organisasi
perkumpulan di bidang ini, yaitu Ikatan Quantity Surveyor Indonesia (IQSI).
IQSI ini adalah organisasi profesi bagi Quantity Surveyor atau Praktisi
Quantity Surveyor di Indonesia baik bagi yang bergerak di bidang konsultasi,
pengembang, kontraktor, pendidikan ataupun bidang lain dalam industri
konstruksi pada proyek pemerintah ataupun swasta.
Tujuan organisasi profesi ini antara lain :

Berusaha memberikan persamaan persepsi profesi Quantity Surveyor di


Indonesia.
Mengembangkan kerja sama aktif dengan organisasi profesi lain di Indonesia
untuk pengembangan pelaksanaan proyek konstruksi di Indonesia.
Menyiapkan standar-standar, yang dapat diterima, dipahami dan digunakan
bersama dalam proyek konstruksi di Indonesia.
Peningkatan kualitas praktisi Quantity Surveyor di Indonesia
Menyiapkan dan mengembangkan sistim kualifikasi dan standarisasi profesi
Quantity Surveyor di Indonesia
Profesi Quantity Surveyor sering kali dituntut adanya loyalitas dan
integritas terhadap perusahaan atau badan dimana ia bernaung. Dalam
menentukan analisa, item pekerjaan dan kuantitas sangat memungkinkan
untuk melakukan mark up yang dapat merugikan salah satu pihak. Hal ini
tentunya menjadi mudah bagi Quantity Surveyor yang teguh dalam
memegang komitmen terhadap pekerjaannya.
Seringkali dalam sebuah proyek konstruksi yang melibatkan banyak
pihak dan kepentingan (perbedaan persepsi dan interpretasi) timbul berbagai
macam konflik dan permasalahan, mulai dari tahap pra kontrak maupun
pasca kontrak. Di sini seorang Quantity Surveyor berkemampuan untuk bisa
memberikan saran dan masukan dalam penyelesaian konflik ini (dispute
management).
Sumber-sumber sengketa antara lain : Perintah, Nilai tukar, Istilah yang
tersirat dalam kontrak, Jumlah yang berbeda, Kondisi kerja, Perubahan
perjanjian, Tahapan pekerjaan, Pekerjaan yang sudah selesai tapi tidak
berfungsi, Memberikan pekerjaan pada pihak lain, Penundaan, dll. Dalam hal
ini perlu dilakukan penelaahan lebih lanjut dalam kontrak konstruksi yang
ada, yang mungkin saja melibatkan banyak faktor, antara lain : syarat-syarat
dan kondisi kontrak, isu teknologi yang digunakan dalam pembangunan
konstruksi, karakter dari pihak yang terlibat (personel proyek), nilai
pembiayaan dan waktu yang tersedia, realisasi keinginan pihak yang terlibat,
faktor lingkungan sekitar proyek, aspek hukum, serta keseriusan masalah dan
konflik sengketa yang muncul itu sendiri. Konflik sengketa dan permasalahan
tersebut akan memunculkan klaim (claim) dari pihak yang merasa dirugikan,
baik secara material maupun non material.
Dasar pengajuan klaim antara lain :
Dinyatakan dalam kontrak
Surat dan/atau gambar yang memerintahkan perubahan kerja

Keharusan yang tidak masuk akal


Hak untuk menyelesaikan pekerjaan
Hak untuk dibayar
Kategori klaim meliputi :
Dari pemilik/pemberi tugas/pengguna jasa
pengurangan nilai
percepatan waktu
kompensasi atas kelalaian kontraktor/penyedia jasa
2. Dari kontraktor/penyedia jasa
tambahan waktu pelaksanaan
tambahan kompensasi
pengurangan spesifikasi teknis atau bahan
Jenis-jenis klaim antara lain :
tambahan biaya dan waktu
biaya overhead
tambahan waktu
kompensasi lain
Beberapa hal yang bisa digunakan sebagai jalan keluar dari
permasalahan yang muncul antara lain : mengganti dan memperbaiki
dokumen, desain, proses atau metode yang ada untuk penyelesaian masalah
antara pihak yang terlibat dalam proyek konstruksi tersebut. Bila cara-cara
negosiasi tidak berhasil, pihak-pihak yang berseteru bisa mendatangkan
pihak ketiga untuk melakukan arbitrasi dan atau ligitasi. Tahap terakhir bila
sengketa masih tetap berlangsung adalah melewati jalur hukum.

BAB IV
DESKRIPSI PROYEK
ANALISA RAB
EVALUASI RAB

BAB V
KESIMPULAN
Quantity Surveyor sangat diperlukan dalam dunia konstruksi untuk
memperoleh hasil konstruksi dengan tingkat efisiensi optimal, hemat, dan
berkualitas serta berwawasan pembangunan yang berkelanjutan. Keseriusan
berbagai pihak khususnya pemerintah untuk menggunakan Quantity
Surveyor sebagai alat yang dapat meningkatkan pembangunan yang lebih
efisien hemat dan berkualitas perlu ditingkatkan dengan langkah-langkah
yang terstruktur dan ditindaklanjuti dengan adanya perbaikan dan peraturan
baru yang mendukung dan memanfaatkan keunggulan Quantity Surveyor
dalam sebuah proyek konstruksi maupun industri.

Perlu dimulai adanya spesifikasi dan keterlibatan Quantity Surveyor dalam


setiap proyek pekerjaan konstruksi baik skala kecil, menengah, dan besar
untuk meningkatkan efisiensi, dan kualitas hasil pekerjaan yang optimal di
setiap divisi instansi pemerintahan.

Kegiatan-kegiatan peningkatan kapasitas sumber daya manusia dan lembaga


yang berkaitan dengan bidang Quantity Surveyor baik yang dilakukan oleh
pemerintah, organisasi profesi, maupun bidang akademisi harus lebih
diintensifkan, terintegrasi dan terstruktur, agar kemampuan konsultan,
pengawas maupun aparat pemerintah meningkat, sehingga pengguna jasa
memperoleh hasil yang optimal.

DAFAR PUSTAKA

http://www.iqsi.org/index.php?
option=com_content&view=article&id=70:pengenalan-dan-peranan-quantitysurveyor&catid=48:jurnal-iqsi&Itemid=64
http://www.fab.utm.my/download/ConferenceSemiar/ICCI2006S4PP04.pdf
http://ftsp.bunghatta.ac.id/page.php?22

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai