Anda di halaman 1dari 44

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Quantity Surveyor (QS) adalah suatu profesi yang boleh dikatakan baru di
dunia konstruksi di Indonesia, dibandingkan dengan profesi Arsitek, Perencana
Struktur ataupun Perencana Mekanikal dan Elektrikal. Mengingat pentingnya
profesi QS dalam industri konstruksi, sebanyak 10 praktisi QS Indonesia pada
tanggal 24 Maret 2006 membentuk IQSI sebagai wadah bagi profesi QS di
Indonesia. Yaitu propesi yang menerapkan ilmu dalam mengoptimalkan
pembiayaan suatu proyek.
Profesi ini berkembang berkembang dengan cepat, masuknya melalui
proyek-proyek konstruksi yang di kelola oleh swasta yang juga dikenal
keberadaanya pada pembangunan proyek konstruksi gedung sebagai konsultan
biaya (Consultant Cost Construction) yang berdiri sendiri. Sesuai
perkembangannya secara alami tanpa standarisasi dan aturan, QS di Indonesia
dilakukan oleh berbagai profesi keahlian di bidang ASMET, konsultan manajemen
konstruksi, konsultan penilai aset, yang hampir sama dengan profesi estimator,
yaitu berkaitan dengan analisa dan perhitungan bahan-bahan, volume, biaya proyek
dan terlibat dengan mata rantai hal-hal mendasar antar stakeholder seperti pemilik
proyek, perencana, kontraktor dsn pemasok barang.
Jasa QS dapat mewujudkan eccountability terhadap proyek memberi
goodvalue for money kepada pemilik proyek yang dapat di pertanggungjawabkan.
Selain itu memiliki ruang lingkup kerja mulai dari tahap pra-tender, tender dan
pasca-tender. Keahlian QS dibutuhkan oleh pemilik, konsultan profesional dan juga
kontraktor. Maka untuk meningkatkan pemahaman akan bidang QS diperusahaan-
perusahaan diadakan latihan-latihan yang dibimbing oleh para QS dari negara luar
Indonesia.

1
B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana sejarah berdirinya IQSI ?

2. Apa pengertian dari IQSI ?

3. Apa saja visi dan misi dari IQSI ?

4. Apa saja tujuan didirikannya IQSI ?

5. Apa saja peranan dan tanggungjawab IQSI ?

C. Tujuan Masalah

1. Untuk mengetahui sejarah berdirinya IQSI

2. Untuk mengetahui pengertian tentang IQSI

3. Untuk mengetahui visi dan misi dari IQSI

4. Untuk mengetahui tujuan berdirinya IQSI

5. Untuk mengetahui peranan dan tanggungjawab IQSI

D. Manfaat

1. Mahasiswa mampu mengetahui sejarah berdirinya IQSI

2. Mahasiswa mampu mengetahui apa artinya IQSI

3. Mahasiswa mampu mengetahui tujuan berdirinya IQSI

4. Mahasiswa mampu mengetahui apa visi dan misi IQSI

5. Mahasiswa mampu mengetahui peranan dan tanggungjawab IQSI

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Perkenalan Ikatan Quantity Surveyor Indonesia (IQSI)

Perkembangan industri konstruksi di Indonesia berkembang cukup pesat pada


beberapa dekade terakhir. Perkembangan ini juga dibarengi dengan meningkatnya
atau berkembangnya beberapa profesi di bidang tersebut. Salah satu bidang yang
tumbuh bersamaan dengan berkembangnya dunia konstruksi tersebut adalah
Quantity Surveyor atau Quantity Surveying (QS), sebagai disiplin ilmu. Bidang ini
memang cukup baru di Indonesia, dibandingkan dengan bidang lain seperti Arsitek,
Insinyur Teknis dan lain-lain.
Namun, dalam dua dekade terakhir ini bidang QS cukup berperan dalam dunia
konstruksi di Indonesia dan cukup memberikan manfaat baik bagi Pengembang,
Konsultan, Kontraktor maupun para Pemasok. Mengingat akan hal ini dan makin
banyaknya personil yang melakukan praktek QS, maka kami, praktisi QS di
Indonesia dan di Jakarta khususnya, bersepakat untuk membuat organisasi bagi para
praktisi QS di Indonesia.
Pada tanggal 24 Maret 2006 kami mendeklarasikan berdirinya IQSI dan pada
tanggal 19 Mei 2006 di hadapan Notaris Karlita Rubianti, SH. Kami menanda
tangani akte pendirian Ikatan Quantity Surveyor Indonesia (IQSI).
IQSI kami bentuk dengan maksud sebagai organisasi profesi bagi para Quantity
Surveyor atau praktisi Quantity Surveyor di Indonesia baik yang bergerak di bidang
konsultasi, pengembang, kontraktor, pendidikan ataupun bidang lain dalam industri
konstruksi pada proyek pemerintah maupun swasta. Adapun untuk susunan
kepengurusan IQSI periode tahun 2006 – 2009 seperti terlampir.
Sebagai suatu organisasi profesi yang baru kami berkeinginan untuk
menghimpun seluruh Quantity Surveyor dan para praktisi Quantity Surveyor di
Indonesia untuk ikut bergabung dalam organisasi ini. Kami mencoba untuk
menyatukan para QS dalam wadah organisasi ini dan merumuskan fungsi QS dalam
industri konstruksi di Indonesia yang pada akhirnya, kami harapkan, akan
memberikan sumbangan positif bagi kemajuan industri di Indonesia. Adalah
menjadi cita-cita kami untuk dapat memberikan persepsi yang komprehensif akan
3
fungsi dan tugas QS bagi masyarakat ataupun industri konstruksi di Indonesia
umumnya. Mengenai rencana kerja kami dapat dilihat di lampiran.
Kami sangat mengharapkan partisipasi dari Bapak/Ibu pimpinan
perusahaan/organisasi profesi/institusi pendidikan untuk dapat memberitahukan
kepada para karyawan atau anggotanya akan keberadaan kami. Secara umum kami
akan sangat senang dan menerima jika ada karyawan atau anggota Bapak/Ibu yang
berkeinginan untuk menjadi anggota organisasi kami ataupun ingin lebih
mengetahui mengenai organisasi kami ataupun mengenai profesi QS. Kamipun
tidak akan segan bila Bapak/Ibu memerlukan informasi mengenai profesi QS
ataupun Quantity Surveying, sebagai satu disiplin ilmu, untuk menjelasakannya
baik secara umum maupun secara yang lebih komprehensif.
Besar harapan kami jika Bapak/Ibu dapat memberikan data karyawan ataupun
anggotanya yang bertugas sebagai QS ataupun menjalankan fungsi QS dalam tugas
kesehariannya agar kami dapat membuat data yang akurat dari para praktisi QS di
Indonesia. Kami juga mengharapkan dengan terbentuknya organisasi profesi QS ini
kami dapat bekerja sama dan berinteraksi dengan Bapak/Ibu pimpinan
perusahaan/organisai profesi dengan baik dan dapat memberikan bantuan, sesuai
fungsinya dan secara proporsional, demi kemajuan industri konstruksi di Indonesia.
Demikianlah surat pemberitahuan ataupun perkenalan kami ini yang mudah-
mudahan akan menjadi titik awal dari satu kerja sama yang positif di masa
mendatang.

B. Sejarah Quantity Surveyor Di Indonesia

Sejak pertengahan tahun 70‟an nama “Quantity Surveyor” sudah ada di


Indonesia. Waktu itu profesi Quantity Surveyor masih relatif baru di Indonesia dan
para profesionalnya masih tenaga-tenaga asing, umumnya dari Malaysia dan
Inggris. Sejak itu profesi “QS” pun mulai terlibat dibeberapa proyek sebagai salah
satu professional di dalam tim konsultan diproyek-proyek. Quantity Surveying
adalah ilmunya, sementara pelaku atau profesinya atau orang yang melakukannya
disebut Quantity Surveyor.
Sekarang ini terdapat lebih kurang 18 (delapan belas) perusahaan QS di Indonesia
termasuk 5 (lima) perusahaan PMA, perusahaan-perusahaan QS lokal dijalankan

4
oleh para praktisi QS yang sebelumnya menimba pengalaman bertahun tahun di
perusahaan QS PMA, dan juga beberapa tenaga lokal yang merupakan lulusan
sekolah QS baik dari Malaysia, UK , Australia walau jumlahnya terbatas.

C. Lahirnya IQSI

Seperti dijelaskan sebelumnya dimana sejak tahun 1970 an profesi QS sudah


berjalan di Indonesia walau masih di sektor swasta, tetapi tidak ada wadah yang
menyatukan para praktisi QS lokal. Yang adalah RICS cabang Indonesia, dimana
para praktisi QS asing dan praktisi QS lokal yang berkualifikasi dapat bergabung.
Dengan berjalannya waktu para praktisi QS local akhirnya membentuk Ikatan
Quantity Surveyor Indonesia (IQSI). Pada tanggal 24 Maret 2006 didirikan IQSI
dan pada tanggal 19 Mei 2006 di hadapan Notaris Karlita Rubianti, SH.
IQSI dibentuk dengan maksud sebagai organisasi profesi non profit bagi para
Quantity Surveyor atau praktisi Quantity Surveyor di Indonesia baik yang bergerak
dibidang konsultasi, pengembang, kontraktor, pendidikan ataupun bidang lain
dalam industri konstruksi pada proyek pemerintah maupun swasta. Beberapa
kegiatan yang sudah dilakukan IQSI antara lain adalah:
 Pelatihan praktis QS untuk umum dan anggota

 Pelatihan praktis QS untuk kontraktor BUMN dan Swasta Nasional

 Pelatihan praktis QS untuk kontraktor lingkungan PU

 Partisipasi Workshop Standar Metoda Pengukuran Indonesia

 Bekerjasama dengan PU, LPJKN mempersiapkan Standarisasi Bakuan


Kompetensi QS Nasional (SKKNI)
 Bekerjasama dengan PU, LPJKN mempersiapkan skema silabus
standarisasi QS Nasional
 Membantu dengan mengirim tenaga untuk mengajar beberapa mata kuliah
di Politeknik Negri Jakarta, dan Univ Pancasila (sejak tahun 2008 dan masih
berjalan)
 Observer member di “14th The Pacific Association of Quantity Surveyors
(PAQS) congress“ di Singapura thn 2010
 MoC dengan ISM Malaysia tahun 2011,

5
 Konsultasi dengan RICS di Malaysia

6
 Pelatihan QS bekerjasama dengan LPJKN Riau di Pekanbaru tahun 2012

 Dan yang baru, kami memberikan pelatihan QS untuk anggota dan umum
di bulan November 2012 ini.
Anggota sejauh ini telah terdapat +/- 200 anggota IQSI baik yang aktif dan
pasif. Berdasarkan catatan di atas IQSI tetap berusaha memajukan profesi QS di
Indonesia

D. Profesi QS Di Indonesia

Seperti dinegeri asalnya uk dan juga di negara-negara persemakmuran, QS


menjalankan fungsi sebagai berikut :
 Perencanaan dan pengendalian biaya konstruksi

 Dokumentasi (Persiapan Tender, termasuk BQ dll)

 Administrasi Kontrak

 Arbitrator (Tindakan awal penyelesaian masalah antara pihak yang


berselisih dalam kontrak, sebelum dilimpahkan ke pengadilan atau BANI)
Atau dapat dibagi menjadi dua tahap :

a. Tahap Pra Kontrak

 Pembuatan Feasibility Study (Cost Advise)

 Memberikan nasihat pemilihan sistem tender dan sistem kontrak

 Preliminary Budget Estimate

 Cost Plan dan Cost Studies

 Pembuatan Dokumen Tender

 Membantu penyelenggaraan tender

 Membantu evaluasi tender

 Melakukan klarifikasi dan negosiasi awal dengan peserta tender

 Membuat laporan tender

 Mempersiapkan dokumen kontrak

7
b. Tahap Paska Kontrak

 Melakukan evaluasi kemajuan pekerjaan kontraktor dilapangan, bersinergi


dengan tim Manajemen Konstruksi
 Melakukan evaluasi perubahan pekerjaan, termasuk klarifikasi dan
negosiasi dengan kontraktor

8
 Membuat Sertifikat Pembayaran kontraktor

 Membuat laporan keuangan proyek secara periodic

 Membuat laporan akhir proyek

E. Pengembangan Peran QS

Seiring dengan kemajuan dan perkembangan yang terjadi di bidang konstruksi,


peran QS makin berkembang dan dapat terlibat di bidang-bidang sebagai berikut :
 Development Appraisal

 Developer‟s Finance

 Loss Adjuster untuk asuransi

 Manajer Proyek

 Facility Manager

 Manajer Perawatan

 Value Management

 Expert Witness, dll

Di era tahun 1990 an terindikasi beberapa hambatan perkembangan QS di Indonesia

 Pendidikan formal yang belum ada

 Asosiasi Profesi yang belum ada

 Pengakuan Pemerintah

 Standarisasi

 Persepsi Profesi QS

Beberapa hambatan diatas kini sudah mulai berubah menjadi suatu kemajuan,
walaupun masih harus diperjuangkan terus menerus.

9
F. Pendidikan

Pendidikan QS di Indonesia dimulai sekitar tahun 1970 an dengan pelatihan-


pelatihan di UI, PU dan internal perusahaan-perusahaan QS PMA yang ada. Di
tahun 2005 dimulai pendidikan QS setingkat D3 di Univ Bung Hatta, dimana
beberapa dosen dibantu dari Universiti Teknologi Malaysia, bahkan kini sedang
diupayakan membuka di tingkat S1

10
Tahun 2009 – 2010 di Univ Pancasila dimulai juga pendidikan S1 teknik Sipil
kekhususan QS serta program D3 di Politeknik Negri Jakarta dengan program D3
jurusan construction Management yang sebagian besar silabusnya mengandung
mata kuliah QS, pada awalnya program D3 CM di PNJ bekerja sama dengan HWU
UK.
Tahun 2011 Universitas Pancasila juga sudah mempunyai MOU dengan
Universiti Teknologi Mara (UiTM) yang salah satunya untuk mengembangkan
jurusan QS ini Juga terdapat Lembaga Pendidikan QS di Jakarta (SQS) yang
mengkhususkan mengadakan pelatihan pendidikan QS,
Selain itu Pengembang besar seperti PT. Agung Podomoro Land Tbk, juga
mengadakan
training khusus QS Dan mungkin beberapa pengembang atau kontraktor yang juga
melakukan hal yang sama Dari kondisi yang ada, masih perlu diupayakan lagi
pendidikan QS baru yang menyebar di Indonesia
Selain itu pelatihan-pelatihan, seminar-seminar yang berhubungan dengan Profesi
QS, seperti seminar hari ini sangatlah membantu meningkatkan pengetahuan
masyarakat konstruksi bahwa profesi QS itu penting dan perlu ditingkatkan
perkembangannya.

G. Pengertian Ikatan Quantity Surveyor Indonesia (IQSI)

IQSI adalah organisasi profesi bagi Quantity Surveyor atau Praktisi Quantity
Surveyor di Indonesia baik bagi yang bergerak di bidang konsultasi, pengembang,
kontraktor, pendidikan ataupun bidang lain dalam industri konstruksi pada proyek
pemerintah ataupun swasta.
QS adalah Suatu profesi yang mempunyai keahlian dalam perhitungan volume,
penilaian pekerjaan konstruksi, administrasi kontrak, aspek kontrak konstruksi
sedemikian sehingga suatu pekerjaan dapat dijabarkan, dijalankan dan biayanya
dapat diperkirakan, direncanakan, dianalisa, dikendalikan dan dipercaya.

11
H. Tujuan IQSI

1. Berusaha memberikan persamaan persepsi profesi QS di Indonesia.

2. Mengembangkan kerja sama aktif dengan organisasi profesi lain di


Indonesia untuk pengembangan pelaksanaan proyek konstruksi di
Indonesia.
3. Menyiapkan standar-standar, yang dapat diterima, dipahami dan
digunakan bersama dalam proyek konstruksi di Indonesia.
4. Peningkatan kualitas praktisi QS di Indonesia

5. Menyiapkan dan mengembangkan sistim kualifikasi dan standarisasi


profesi QS di Indonesia.

I. Visi Dan Misi IQSI

1. Sebagai organisasi non profit.

2. Meningkatkan kualitas jasa QS dalam aplikasinya di industri konstruksi


di Indonesia.
3. Bekerjasama dengan organisasi profesi lain untuk meningkatkan
kualitas jasa di industri konstruksi di Indonesia.
4. Bekerjasama dengan perguruan tinggi baik negri maupun swasta untuk
memperkenalkan dan mengembangkan pendidikan Quantity Surveying.

J. Program Kerja

a. Jangka Pendek

1. Inventarisasi praktisi QS di Indonesia.

2. Konsolidasi dan pengembangan organisasi di seluruh Indonesia.

3. Sosialisasi fungsi dan peranan QS.

4. Peningkatan kualitas praktisi QS.

5. Pengadaan atau pembuatan perpustakaan.

6. Kerja sama aktif dengan organisasi profesi, institusi pendidikan dan


12
lembaga pemerintahan yang terkait.
7. Membentuk "Building Cost Information Centre".

13
b. Jangka Menengah

1. Menyiapkan infrastruktur dan kelengkapan untuk sertifikasi dan


standarisasi profesi QS di Indonesia.
2. Kerja sama dalam menyiapkan adanya pendidikan QS di Indonesia.

3. Pemantapan organisasi di seluruh Indonesia.

c. Jangka Panjang

1. Penyiapan standar perhitungan untuk Indonesia (SMM Indonesia)

2. Penyiapan standar kontrak konstruksi di Indonesia.

3. Pengembangan organisasi dan afiliasi dengan organisasi profesi


sejenis.
4. Pengembangan profesi QS untuk bidang di luar industri konstruksi.

K. Keanggotaan

Terdapat 3 (tiga) keanggotaan dalam IQSI:

1. Anggota Biasa

2. Anggota Kualifikasi dan

3. Anggota Kehormatan

 Anggota Biasa

Praktisi QS dengan latar belakang :

 Pendidikan QS atau Pendidikan Sarjana Teknik dan memiliki


pengalaman kerja dibidang QS minimal 1(satu) tahun
 Atau yang berpengalaman kerja dibidang QS minimal 5(lima) tahun
dan disetujui oleh pengurus IQSI.

14
 Anggota Kualifikasi

Praktisi QS dengan latar belakang:

 Pendidikan QS dengan pengalaman kerja selama 3 (tiga) tahun dibidang


QS secara menyeluruh.
 Pendidikan Sarjana Teknik dengan pengalaman kerja selama 5 (lima)
tahun dibidang QS secara menyeluruh.

15
 Pendidikan Sarjana Non Teknik dengan pengalaman kerja selama 8 tahun
dibidang QS secara menyeluruh.
 dan mendapat rekomendasi dari 2(dua) orang Anggota Kualifikasi IQSI,
dan disetujui oleh pengurus IQSI.
 Anggota kehormatan

Para Profesional atau Tokoh yang diajukan oleh minimal 3 (tiga) orang
pengurus IQSI dan disetujui oleh pengurus IQSI, dan dinilai dapat menyumbangkan
pikiran dan pendapatnya guna meningkatkan kualitas IQSI dalam peranannya
menyumbangkan sesuatu untuk dunia konstruksi di Indonesia.
Secara umum kami ingin mencoba merangkul semua praktisi QS di Indonesia baik
yang berlatar belakang pendidikan QS maupun para praktisi QS yang bukan berlatar
belakang pendidikan QS untuk masuk dalam wadah organisasi ini.
Selanjutnya kami akan mencoba untuk memberikan kursus ataupun modul-modul
pelatihan, yang akan diakhiri dengan adanya ujian kualifikasi, yang akan
menjadikan seseorang menjadi anggota berkualifikasi.

L. Pelayanan

IQSI pada saat ini berusaha untuk memberikan pelayanan bagi para praktisi QS
atau para praktisi di bidang konstruksi, secara umum berupa:-
1. Penjelasan dan penerangan atas fungsi dan tugas QS.

2. Pelatihan atas disiplin ilmu QS.

3. Perpustakaan untuk anggota dan masyarakat umum.

4. Konsultasi mengenai administrasi kontrak, gugatan (klaim), tagihan dan hal-


hal yang menyangkut lingkup kerja QS.

M. Tugas dan Peranan QS

Secara umum kecakapan QS meliputi beberapa bidang, yaitu ekonomi


konstruksi (construction economic), hukum, manajemen proyek, pengukuran
volume dan teknik bangunan (secara umum, bukan yang bersifat perencanaan).
16
Dengan kecakapan atas bidang-bidang tersebut profesi QS kemudian berkembang
sebagai bagian dari suatu struktur organisasi proyek. Dengan keahliannya tersebut

17
seorang QS dapat bekerja untuk Pemberi Tugas, Kontraktor, Badan-badan
pemerintah atau bahkan sebagai Credit Analyse di institusi keuangan (Bank).
Berdasarkan laporan yang dibuat oleh RICS di tahun 1971, fungsi dan peranan
QS didefinisikan sebagai ‘Suatu profesi yang mempunyai keahlian dalam
perhitungan volume, penilaian pekerjaan konstruksi, sedemikian sehingga suatu
pekerjaan dapat dijabarkandan biayanya dapat diperkirakan, direncanakan,
dianalisa, dikendalikan dan dipercayakan’. Karena itu di dalam organisasi proyek
QS, biasanya berperan sebagai pengatur masalah-masalah finansial proyek
(Financial Management). QS akan membuat dan mengelola anggaran proyek
sedemikian sehingga hasil optimum dan efisien dari suatu proyek dapat dicapai. Hal
itu dilakukan mulai dari tahap paling awal dari suatu proses pembangunan sampai
dengan diselesaikannya suatu proyek. Dengan kata lain QS berperan dalam
membuat perencanaan anggaran dan juga sebagai pengendali anggaran, baik pada
masa perencanaan maupun pada masa pelaksanaan proyek. Karena itu perusahaan
jasa QS biasanya menyebut perusahaannya sebagai Konsultan Biaya Konstruksi
(Construction Cost Consultant). Hal lain yang dijalankan oleh QS di dalam
organisasi proyek adalah sebagai Administrator Kontrak (Contract
Administrator). Hal-hal yang berkaitan dengan pelelangan,
dokumentasi kontrak, administrasi kontrak selama pelaksanaan
pekerjaan dan pada saat akhir pekerjaan, biasanya dilakukan oleh QS. Dalam hal
administrasi kontrak selama masa pelaksanaan pekerjaan biasanya QS akan
berperan sebagai penasihat ataupun pembantu Manajer Proyek untuk hal-hal
yang berkaitan dengan kontrak antara Pemberi Tugas dan Kontraktor. Dan
sebagai pengembangan dari fungsi Administrator Kontrak ini QS dapat
berperan sebagai Arbitrator dalam
menyelesaikan perbedaan pendapat antara pihak-pihak yang mengikat kontrak.

Secara tradisional, tugas dan peranan QS di dalam organisasi proyek adalah


sebagai berikut :-
1. Perencanaan dan pengendalian biaya konstruksi

Dalam membuat perencanaan biaya konstruksi ini QS dapat dilibatkan dari


tahap paling awal dari suatu proses perencanaan, yaitu pada tahap ‘Inception’. Pada
tahap ini memang tidak ada hasil konkret yang didapat. Pada tahap ini Pemberi
Tugas biasanya baru mulai menjajaki kemungkinan dia membuat suatu proyek.
18
Untuk keperluan penjajakan ini informasi dari QS diperlukan. Informasi itu
biasanya berupa suatu patokan biaya-biaya konstruksi untuk jenis-jenis bangunan
tertentu. Dari informasi tersebut Pemberi Tugas kemudian menentukan sikap
apakah akan membangun,membeli atau menyewa. Jika diputuskan membangun,
maka dari informasi-informasi tersebut dapat ditentukan besarnya bangunan yang
dapat dibangun oleh Pemberi Tugas dengan mengingat kemampuan finansial
Pemberi Tugas.
Pada tahap selanjutnya dari proses pembangunan, QS berperan dalam
membuat perencanaan biaya pembangunan proyek tersebut. Seperti juga
perencanaan teknis dari proyek tersebut yang tidak dapat langsung jadi sekaligus,
perencanaan biaya juga mengalami proses sejalan dengan perkembangan
perencanaan. Sampai tahap perencanaan skematik perencanaan biaya belumlah
pasti, dalam arti anggaran tersebut belum disetujui atau diverifikasi oleh Pemberi
Tugas. Begitu perencanaan skematik disetujui oleh Pemberi Tugas, maka
perencanaan biayanya (anggarannya) harus disetujui. Setelah kedua hal tersebut
disetujui oleh Pemberi Tugas, maka tugas QS, pada tahap selanjutnya dari proses
perencanaan, akan menjadi pengendali biaya konstruksi pada tahap perencanaan.
Pengendalian biaya pada tahap perencanaan ini dimaksudkan untuk membatasi
pengembangan perencanaan agar masih di dalam koridor anggaran yang telah
ditetapkan. Ataupun jika terjadi peningkatan biaya pembangunan yang cukup besar
dapat diketahui dan diantisipasi sedini mungkin. Fungsi pengendalian biaya ini
akan terus dilaksanakan sampai dengan semua perencanaan selesai.
Di dalam melaksanakan pengendalian biaya, atau dalam istilah QSnya
disebut dengan Cost Check, ini QS akan melaksanakan pemeriksaan atas beberapa
sistim perencanaan, seperti apakah akan lebih ekonomis jika menggunakan struktur
baja atau beton, atau pondasi tiang pancang atau pondasi bor dll. Dalam hal
perencanaan mekanikal dan elektrikal QS dapat juga melakukan beberapa
pemeriksaan alternatif perencanaan seperti, apakah lebih ekonomis menggunakan
sistim AC sentral atau split, atau penggunaan sistim deteksi kebakaran sistim
konvensional atau yang addressable dll. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan
biaya pembangunan yang optimum tanpa mengurangi kriteria perencanaan ataupun
hasil akhir yang diharapkan, baik oleh Pemberi Tugas maupun Perencana. Kegiatan

19
pengendalian biaya pada tahap perencanaan ini dapat dikategorikan sebagai bagian
dari sistim Value Engineering. Atau dalam istilah QS kegiatan ini dikategorikan
sebagai bagian dari apa yang disebut Life Cycle Costing. Di akhir proyek semua
data biaya tersebut akan diolah kembali oleh QS untuk dijadikan data untuk proyek
yang sejenis di masa mendatang. Hal ini, dalam istilah QS biasa disebut dengan
Cost Analysis.
Kegiatan perencanaan dan pengendalian biaya ini adalah merupakan suatu
keahlian khusus dari QS dan pada pelaksanaan sehari-harinya inilah yang menjadi
inti bisnis (core business) dari jasa QS. Hal ini pula yang sangata membedakan
fungsi QS dengan fungsi Estimator yang biasa dikenal di dunia konstruksi. Fungsi
perencanaan biaya yang dilakukan oleh QS berbeda dengan apa yang dilakukan
oleh Estimator. Estimator biasanya bekerja untuk mendapatkan besarnya biaya
yang akan digunakan untuk melaksanakan suatu proyek atau yang biasa disebut,
dalam istilah QS, dengan pricing.
2. Dokumentasi

Setelah para Perencana merampungkan perencanaanya maka tibalah


saatnya QS untuk mempersiapkan Dokumen Lelang. Di dalam dokumen lelang ini,
biasanya dilengkapi dengan Bill of Quantity (BQ) atau dalam bahasa sehari-harinya
dikenal juga sebagai Daftar Uraian Pekerjaan. Di dalam BQ ini suatu proyek
diuraikan menjadi bentuk pokok-pokok pekerjaan yang akan menunjukkan lingkup
pekerjaan yang dilelangkan. Dalam membuat BQ ini ada aturan-aturan baku yang
dimiliki oleh QS, baik dalam perhitungan volume pekerjaan maupun dalam
memerinci pekerjaan menjadi pokok-pokok pekerjaan. Aturan baku tersebut biasa
dituangkan dalam bentuk yang biasa disebut Standard Method of Measurement
(SMM). SMM ini banyak macamnya dan agak berbeda di setiap negara. Perbedaan
tersebut sebenarnya terjadi dikarenakan adanya perbedaan cara kerja yang biasa
dilakukan di suatu negara. Di Indonesia SMM yang biasa digunakan ada beberapa
acuan antara lain Hong Kong Standard, Singapore Standard, UK Standard maupun
yang biasa digunakan kontraktor asing di Indonesia yang biasa disebut dengan
POMI (Procedure of Measurement International).

20
Kemampuan QS dalam menghitung volume dan menyiapkan BQ ini juga
merupakan keahlian spesifik dari profesi QS. Hal ini juga merupakan suatu trade
mark dari jasa QS yang biasa diberikan kepada Pemberi Tugas. BQ yang dibuat
atau disiapkan oleh QS ini biasanya mencakup seluruh komponen dari suatu proyek
dari mulai pekerjaan tanah sampai dengan pekerjaan furnitur, termasuk pekerjaan
Mekanikal dan Elektrikal. Di beberapa negara BQ untuk pekerjaan Mekanikal dan
Elektrikal biasanya dibuat oleh Perencana Mekanikal dan Elektrikal.
Di dalam dokumen lelang QS juga menyiapkan persyaratan administrasi
dan persyaratan kontrak, yang akan menjadi aturan main dari lelang suatu
pekerjaan. Dengan keahliannya di bidang kontrak ini, QS memang dipercaya untuk
menyiapkan, mengatur dan mengelola kontrak konstruksi oleh Pemberi Tugas.
Adapun syarat-syarat kontrak ini biasanya diambil dari standar-standar
international yang berlaku, seperti JCT, FIDIC, ACA, IFC, ICE dll. Namun
demikian standar-standar internasional tersebut tidak dengan bulat-bulat digunakan,
karena pada dasarnya standar tersebut dibuat berdasarkan hukum yang berlaku di
negara pembuatnya, sehingga jika kita hendak menggunakannya, beberapa
penyesuaian harus dilakukan. Penyesuaian tersebut biasanya dibuat mengikuti
aturan yang berlaku di Indonesia dan menyesuaikan juga dengan aturan main yang
dapat diterima oleh Pemberi Tugas dan Kontraktor. Adalah tugas QS untuk terus
berusaha menyeimbangkan isi kontrak tersebut atas kepentingan ke dua belah pihak.
Syarat kontrak yang terlalu berat kepada Pemberi Tugas akan
mengakibatkan beban resiko kontraktor yang lebih besar dan untuk itu kontraktor
akan menyiapkan tunjangan untuk mengantisipasi resiko tersebut, sehingga pada
akhirnya akan membebani harga penawarannya. Begitu juga sebaliknya syarat
kontrak yang terlalu berat kepada kontraktor akan memberikan Pemberi Tugas
ketidak pastian, baik dalam hal finansial maupun kekuasaannya atas kontraktor. Hal
inilah yang menjadikan QS menggunakan standar-standar yang tersedia, karena
standar kontrak tersebut telah disusun oleh beberapa pihak yang berkompeten
dalam bidangnya, antara lain organisasi Pemberi Tugas, organisasi kontraktor,
organisasi profesi (Arsitek, QS, Perencana dll.) dan dari kalangan pemerintah

21
tempat standar itu dibuat. Dengan demikian standar-standar tersebut minimal telah
mengakomodir kepentingan pihak-pihak penyusunnya secara seimbang.
Demikianlah hal-hal utama yang dilakukan QS dalam kaitannya dengan proses
dokumentasi. Adapun akhir dari proses dokumentasi ini adalah dengan
dikeluarkannya laporan evaluasi lelang yang akan dimasukkan ke Pemberi Tugas
sebagai bahan pertimbangan Pemberi Tugas untuk menentukan pemenang lelang.
3. Administrasi kontrak

Seperti dijelaskan di atas bahwa QS mempersiapkan syarat-syarat kontrak, maka


pada tahap pelaksanaan hal-hal yang berkaitan dengan administrasi kontrak
menjadi bagian dari jasa QS yang diberikan kepada Pemberi Tugas. Hal-hal yang
berkaitan dengan administrasi kontrak ini adalah dimulai dari masa pelelangan
pekerjaan, masa pelaksanaan pekerjaan dan masa penyelesaian pekerjaan.
Pada masa pelelangan QS, selain menyiapkan dokumen lelang, mengatur
tata cara pelelangan, mengeluarkan risalah-risalah rapat pelelangan, mengikuti
rapat-rapat klarifikasi lelang, mengikuti proses negosiasi dan diakhiri dengan
pembuatan evaluasi lelang yang akan diberikan kepada Pemberi Tugas sebagai
bahan pertimbangan pemilihan kontraktor. Selain itu QS juga memberikan evaluasi
dan rekomendasi atas sistim Procurement yang akan digunakan oleh Pemberi Tugas
untuk melaksanakan proyeknya tersebut. Yang dimaksud dengan sistim
Procurement di sini adalah sistim manajemen pelaksanaan proyek, apakah
menggunakan sistim tradisional (Main Contractor), Design and Build, Manajemen
Konstruksi, Manajemen Kontraktor, Project Manager dll. Pemilihan sistim
Procurement ini harus dibicarakan dengan seksama oleh QS dan Pemberi Tugas
dengan mempertimbangkan prioritas Pemberi Tugas. Dari prioritas tersebut
kemudian dianalisa untuk dicarikan sistim yang tepat untuk digunakan pada suatu
proyek.
Pada masa pelaksanaan, QS melakukan kegiatan-kegiatan yang berkaitan
dengan administrasi kontrak yang berupa pembayaran berkala (Interim Valuation),
memeriksa tagihan dan klaim-klaim kontraktor yang berkaitan dengan kerja
tambah-kurang, membantu dokumentasi instruksi-instruksi lapangan, menentukan
status kontraktor secara kontraktual dan hal-hal lain yang berkaitan dengan masalah
administrasi. Selama masa ini seringkali QS dimintai bantuan oleh Manajer Proyek

22
atau Manajemen Konstruksi atau siapapun Pengelola proyek untuk memberikan
masukkan mengenai langkah-langkah yang sesuai dengan kontrak jika terjadi
sesuatu perselisihan atau perbedaan pendapat antara Kontraktor dan Pengelola
Proyek. Hal-hal tersebut adalah merupakan bagian dari keahlian QS yang berkaitan
dengan kontrak.
Hal lain yang tidak kalah penting pada masa pelaksanaan ini adalah
pembuatan laporan keuangan atas kondisi pelaksanaan proyek. Laporan ini
biasanya dibuat secara periodik sebagai kontrol Pemberi Tugas atas komitmen
finansialnya. Jika terjadi pekerjaan tambah-kurang yang terlalu banyak, yang tentu
saja akan mempengaruhi biaya pembangunan secara keseluruhan, hal ini harus
dilaporkan kepada Pemberi Tugas agar langkah-langkah antisipatif dapat
dilakukan. Jika hal itu terjadi, maka adalh tugas Manajer Proyek atau Manjemen
Konstruksi atau siapapun Pengelola Proyeknya untuk sedapat mungkin
mengembalikan keadaan tersebut ke jalur yang telah disepakati, dalam hal ini
adalah anggaran yang telah disepakati. Hal tersebut dapat berupa adanya
penghematan di beberapa pos pekerjaan ataupun penggantian beberapa material
sehingga didapat penghematan.
Pada akhir proyek, tugas utama QS adalah menyaipkan perhitungan akhir
(Final Account) proyek. Perhitungan akhir ini akan melibatkan perhitungan kembali
kontrak awal kontraktor, tagihan pekerjaan tambah-kurang, tagihan- tagihan antar
kontraktor, kontra klaim dan denda-denda. Hal-hal tersebut harus dibicarakan dan
disetujui oleh kontraktor dan Pemberi Tugas, sehingga harga akhir proyek dapat
ditemukan dan dibayarkan. Pada akhir proyek ini pula QS seringkali dimintakan
bantuannya oleh Pengelola Proyek untuk menyiapkan Serah Terima Pekerjaan, baik
dari segi format serah terimanya maupun dari status pekerjaan tersebut.
Demikianlah secara garis besar fungsi administrasi QS pada masa pelaksanaan
pekerjaan sampai diserahkannya pekerjaan oleh kontraktor kepada Pemberi Tugas.
4. Arbitrasi

Dengan kemampuannya dan pemahamannya di bidang kontrak dan


administrasi kontrak, QS dapat ditunjuk sebagai Arbitrator dalam menyelesaikan
masalah antara Pemberi Tugas dengan Kontraktor atau antara Kontraktor dengan

23
para Sub-Kontraktornya. Arbitrator yang dimaksud di sini adalah tindakan
pendahuluan penyelesaian masalah sebelum dilimpahkan ke pengadilan atau Badan
Arbitrasi Nasional (BANI).
Di dalam standar kontrak JCT, hal ini dimungkinkan. Jika terjadi
perselisihan antara pihak-pihak yang mengikat kontrak maka kedua belah pihak
dapat menunjuk seorang atau institusi independen yang akan bertindak sebagai
penengah dalam menyelesaikan perselisihan atau perbedaan pendapat tersebut.
Biasanya, orang atau institusi yang ditunjuk tersebut adalah QS. Hal ini disebabkan
karena alasan yang disebutkan di atas, selain untuk mempercepat proses
penyeleaian masalah atau perselisihan. Jika melalui jalur pengadilan atau BANI hal
ini tidak dapat diselesaikan secara cepat. Cepatnya penyelesaian masalah seringkali
diperlukan karena, biasanya perselisihan tersebut menyangkut masalah keuangan
atau ada sangkut pautnya dengan uang, jika terlalu lama diselesaikannya akan
berakibat kepada makin lamanya uang atau tagihan yang diperselisihkan tersebut
menjadi beban bagi kedua belah pihak.
Dalam kaitannya dengan arbitrasi ini, dalam beberapa kasus, QS juga dapat
ditunjuk sebagai Saksi Ahli (Expert Witness) dalam suatu penyelesaian suatu kasus
perselihan atau perbedaan pendapat antara pihak-pihak yang mengikat kontrak yang
telah diajukan atau diproses di pengadilan. Sebagai saksi ahli, QS dapat
memberikan pendapatnya mengenai masalah yang terjadi. Hal inilah yang
membedakannya dengan saksi biasa, yang secara hukum hanya boleh menyatakan
fakta. Dalam prakteknya, di negara asalnya, banyak QS maupun perusahaan jasa
QS yang mengkhususkan diri dalam hal-hal yang berkaitan dengan masalah
arbitrasi atau hal-hal yang bersifat hukum kontrak.
Demikianlah tugas dan fungsi QS secara tradisional berdasarkan keahlian
dasarnya. Di Indonesia sendiri fungsi dan peranan QS, selama ini baru sampai pada
taraf perencanaan dan pengendalian biaya. Hal itulah yang terlintas di benak para
praktisi konstruksi jika disebutkan profesi QS. Hal-hal lain yang dapat dikerjakan
oleh QS, seperti digambarkan di atas, seringkali masih rancu atau tersamar dengan
sistim pengelolaan proyek yang banyak digunakan di Indonesia, seperti sistim
Manajemen Konstruksi, Rancang Bangun dll. Profesi ataupun jasa QS sendiri di
Indonesia kebanyakan masih digunakan oleh para Pengembang atau Pemberi Tugas

24
swasta, terutama jika Pemberi Tugasnya meminjam uang dari Bank (asing) untuk
menjalankan proyeknya.
Untuk proyek-proyek pemerintah jarang menggunakan jasa QS. Namun
secara tidak langsung jasa QS juga digunakan yaitu melalui institusi BAPPENAS
atau BAPPEDA. Di dalam BAPPENAS proyek-proyek dilihat kelayakannya, baik
dari segi finansial, teknis dan sosialnya. Apa yang dilakukan di sana sebenarnya
tidak jauh dari apa yang dilakukan QS pada suatu proyek swasta pada tahap-tahap
awal perencanaan. Fungsi pengendalian biaya, yang merupakan salah satu fungsi
QS, pada proyek pemerintah akan dilakukan oleh BPKP ataupun BPK. Sedangkan
fungsi administrasi kontrak biasanya dijalankan oleh tim proyek, yang dikepalai
oleh seorang Kepala Proyek.

N. Pengembangan Peran QS

Seiring dengan kemajuan dan perkembangan yang terjadi di bidang


konstruksi, baik yang berkaitan dengan teknologi maupun manajemen sekarang ini,
maka peran dan fungsi QS juga turut berkembang. Hal ini tertuang dalam suatu
laporan yang dibuat oleh RICS mengenai pengembangan profesi QS di masa
datang. Dalam laporan tersebut fungsi QS dijabarkan lebih jauh bahwa ‘Profesi QS
telah berkembang atau telah mengembangkan keahliannya dalam hal-hal yang
berkaitan dengan perencanaan tenaga kerja, pengendalian sumber daya dan
penilaian atas pengaruh waktu dalam pelaksanaan proyek konstruksi. Selain itu
profesi QS juga sudah meluaskan pengaruhnya ke dalam bidang-bidang
kontraktual, pekerjaan sipil dan industri, pekerjaan mekanikal dan elektrikal dan
manajemen proyek’.
Perubahan atau pengembangan peranan QS ini banyak dipengaruhi oleh
meningkatnya pengetahuan para Pemberi Tugas akan suatu proses pembangunan,
selain juga dengan meningkatnya level kompetisi diantara mereka. Hal ini berakibat
pada makin kritisnya Pemberi Tugas dalam memperhitungkan keuntungan
komersialnya dalam membangun sebuah proyek. Pemberi Tugas makin sadar akan
perlunya membangun dengan cara yang benar, cepat dan efisien baik dalam arti
ekonomi, teknis, kualitas dan waktu. Jika mereka mebangun suatu proyek dengan
jangka waktu yang terlalu lama, maka mereka akan ketinggalan momentum dari

25
suatu trend yang ada pada saat itu. Jika mereka membangun dengan biaya
pembangunan yang terlalu tinggi akan mengakibatkan berkurangnya keuntungan
komersial mereka atau makin lamanya modal mereka dapat kembali. Demikian juga
jika mereka membangun dengan kualitas yang terlalu tinggi, maka pasar yang akan
didapat dari produk mereka akan sangat terbatas, yang pada akhirnya akan berakibat
pada pendapatan mereka. Dari segi manajemen, pengembangan fungsi QS banyak
dipengaruhi oleh makin perlunya suatu proyek dikerjakan secara cepat sehingga
hasil yang didapat juga lebih cepat. Dengan persyaratan tersebut, QS mencoba
membuat suatu terobosan sedemikian sehingga proses perencanaan dan
pelaksanaan suatu proyek dapat dipercepat. Percepatan tersebut dimungkinkan
karena makin berkembangnya teknologi konstruksi dan makin berkembangnya
kemampuan para pengelola dan pelaksana konstruksi.
Dari sisi profesi QS sendiri pengembangan atau lebih tepatnya pemenuhan
tuntutan Pemberi Tugas tersebut membuat para QS untuk mencoba
mengembangkan keahlian dasarnya di bidang hukum, ekonomi, manajemen dan
metodologi. Dengan keahlian dasarnya tersebut QS mencoba membuat suatu
turunan-turunan keahlian dengan lebih mengkombinasikan kemampuan dasar
mereka. Beberapa peranan baru yang dapat dijalankan oleh QS dengan
mengkombinasikan kemampuan dasar mereka adalah antara lain :
1. Penilai Pembangunan (Development Appraisal)

Bidang ini dimulai pada saat awal sekali dari suatu proses pembangunan,
yaitu pada tahap ‘Inception’ dan/atau Studi Kelayakan. Adapun yang dimaksud
dengan Development Appraisal ini adalah suatu perhitungan yang melibatkan unsur
pendapatan (income), pengeluaran (outcome) dan keuntungan (profit). Dalam
perhitungan ini pendapatan Pemberi Tugas haruslah sama dengan pengeluarannya
ditambah keuntungan. Dalam perhitungan ini ketiga unsur (pendapatan,
pengeluaran dan keuntungan) dibuat seimbang. Jika pengeluaran lebih besar dari
apa yang diasumsikan, maka dengan sendirinya keuntungan akan berkurang atau
unsur pendapatannya yang harus ditingkatkan untuk menutup ekstra pengeluaran.
Begitu juga jika pendapatannya melebihi asumsi yang dipakai, maka keuntungan
yang akan didapat akan lebih besar dari asumsi yang diambil atau unsur
pengeluaran dapat ditambahkan nilainya.

26
Keperluan akan laporan ini berangkat dari pentingnya Pemberi Tugas
memperhitungkan waktu pengembalian investasi mereka, selain juga dengan makin
banyaknya hal-hal lain yang harus diperhitungkan sebelum keputusan untuk
membangun diambil (seperti masalah inflasi, bunga bank, hukum, pemasaran dll).
Seperti diketahui pengembalian investasi di bidang konstruksi tidaklah secepat di
bidang lainnya, karenanya perhitungan yang matang mengenai pengelolaan
investasinya haruslah dilakukan sebaik dan secermat mungkin. Dengan keahliannya
di bidang biaya konstruksi, QS dapat membantu Pemberi Tugas dalam menentukan
nilai pengeluaran dalam persamaan di atas. Dalam suatu proyek konstruksi
pengeluaran yang berkaitan dengan pembangunan nilainya cukup besar, karenanya
masukan dari QS di awal proses perencanaan sangat berarti bagi Pemberi Tugas
dalam menyelesaikan atau mengambil keputusan akan proses selanjutnya dari
pembangunan suatu proyek konstruksi. Secara teoritis QS dapat membuat laporan
ini, namun secara institusional RICS tidak membenarkan QS melakukan ini. Namun
dalam prakteknya QS banyak terlibat dalam pembuatan laporan ini, baik secara
langsung maupun secara tidak langsung (seperti memberi masukkan pada konsultan
lainnya dalam hal-hal yang berkaitan dengan biaya konstruksi, building economics,
finansial, kontraktual dll). Laporan ini biasanya dibuat atau dikeluarkan oleh
seorang Valuation Surrveyor. Seorang Valuation Surveyorberasal dari divisi
General Practise dari RICS. Di Indonesia Valuation Surveyor banyak bernaung di
bawah perusahaan seperti Jones Lang LaSalle, Colliers Jardine, Knight Frank
Balieu dll.
Di bidang ini, yang merupakan pengembangan kemampuan dasar QS,
banyak QS atau perusahaan QS yang mencoba memberikan jasa ini sebagai jasa
tambahan dari apa yang biasa diberikan kepada Pemberi Tugas.
2. Pendanaan Pembangunan (Developer’s Finance)

Sekarang ini para Pengembang atau Pemberi Tugas banyak menggunakan


dana yang ukan berasal dari bisnisnya, melainkan berasal dari pinjaman Bank atau
badan-badan pemberi pinjaman lainnya. Dana-dana tersebut ada yang dipinjamkan
secara jangka panjang maupun jangka pendek. Pencarian dana ini oleh Pemberi
Tugas sering dilakukan sejalan dengan tahap awal dari proses perencanaan dan
karenanya, untuk keperluan pencarian dana ini, QS sering dilibatkan terutama

27
dalam pembuatan aliran dana (cash flow) dari proyek tersebut. Jasa QS sering
diminta karena biasanya Bank meminta perhitungan biaya pembangunan atau aliran
dana, yang merupakan dasar pemberian pinjaman, itu dibuat atau dikeluarkan oleh
institusi yang independen dan profesional, bukan dari internal Pengembang atau
Pemberi Tugas. Dengan keahliannya di bidang ekonomi konstruksi, QS diharapkan
dapat membuat suatu aliran dana yang meyakinkan dan menarik sehingga pinjaman
tersebut dapat diberikan oleh Bank peminjam.
Untuk membuat aliran dana tersebut meyakinkan dan menarik QS harus mengerti
hal-hal yang berkaitan dengan masalah pendanaan dan sistim penjualan sehingga
dalam aliran dana tersebut dapat terlihat kapan Pemberi Tugas mulai mendapatkan
pemasukkan (hal ini penting karena akan memberikan nilai lebih bagi Bank
peminjam dalam memberikan pinjamannya). Hal-hal seperti sistim
Leasing, Timeshare, Sale and Leaseback harus benar-benar dipahami oleh QS
sehingga pembuatan aliran dana tersebut akan sangat menarik bagi Bank peminjam.
3. Loss Adjuster

Dengan keahliannya dalam bidang penilaian bangunan atau biaya


konstruksi QS sering dimintakan bantuannya oleh para Loss Adjuster dalam menilai
suatu bangunan. Penentuan nilai bangunan tersebut berguna bagi asuransi untuk
menentukan besarnya premi asuransi ataupun besarnya ganti rugi yang dapat
diberikan.
4. Manajer Proyek

Dengan kemampuannya dan keahliannya di bidang administrasi kontrak


dan manajemen proyek, QS atau perusahaan jasa QS sering melaksanakan peran
sebagai Manajer Proyek. Sebagai Manajer Proyek QS, yang pada dasarnya sangat
paham akan tahapan-tahapan perencanaan, diharapkan dapat mengendalikan para
perencana dalam melaksanakan perencanaan selain tentunya juga mengendalikan
biayanya. Pada tahap pelaksanaan pekerjaan dengan kemampuannya di bidang
kontrak dan administrasi kontrak QS diharapkan dapat mengendalikan kontraktor
secara penuh, baik dari sisi waktu pelaksanaan maupun biaya pelaksanaan.
5. Facility Manager

28
Pengembangan lain dari kemampuan manajemen, estimasi biaya dan
masalah kontraktual, QS dapat berperan sebagai Facility Manager. Yang dimaksud
dengan Facility Manager adalah seorang manajer yang bertugas untuk menyiapkan
segala fasilitas yang diperlukan oleh operasional suatu perusahaan agar dapat
melakukan operasinya. Segala fasilitas yang diperlukan dari mulai penyediaan
lahan sampai ke peralatan operasional adalah merupakan tanggung jawab seorang
Facility Manager. Dengan kemampuan estimasinya, QS dapat membuat suatu
perencanaan biaya yang diperlukan untuk mengadakan bangunan, tanah maupun
peralatan operasional lainnya. Dengan kemampuan kontraktual yang dimilikinya
QS dapat membuat suatu standar perjanjian pembelian, penyewaan dll. Dengan
kemampuan manajemennya QS dapat membuat suatu prosedur yang tepat untuk
mencapai suatu tujuan. Facility Manager biasa digunakan oleh perusahaan yang
mempunyai divisi operasional yang cukup besar seperti perusahaan ritel,
perusahaan waralaba, perusahaan pertambangan dll.
6. Manajer Perawatan

Perawatan suatu bangunan memerlukan suatu perkiraan biaya yang cukup


akurat, karena akan mempengaruhi biaya operasional. Selain itu pemahaman yang
baik mengenai konsep biaya total (total cost) juga sangat diperlukan untuk dapat
menjadi seorang Manajer Perawatan yang baik. Dua hal tersebut dapat dikatakan
sebagai salah satu keahlian QS. Konsep Total Cost dikenal sebagai konsep Life
Cycle Costing di QS. Konsep tersebut membahas total biaya yang diperlukan jika
kita menggunakan suatu barang. Perhitungan Total Cost tersebut akan melibatkan
biaya awal, biaya operasional, biaya perawatan dan nilai sisa suatu barang. Hal ini
sangat diperlukan untuk membuat pilihan atas beberapa barang yang diperlukan
untuk perawatan suatu bangunan ataupun suatu peralatan.
Dengan kemampuannya itu banyak QS atau perusahaan jasa QS yang
bergerak dalam bidang perawatan bangunan. Dampak lain yang bisa didapat dari
pengkhususan diri di bidang perawatan ini adalah kemungkinannya menjadi
konsultan pajak dalam arti perhitungan nilai kena pajak.
Demikianlah beberapa bidang yang dapat dijalani oleh QS sebagai akibat
dari pengembangan kemampuan atau keahlian dasarnya. Sebenarnya banyak hal
lagi yang dapat dikerjakan oleh QS sebagai pengembangan dari jasa yang dapat

29
diberikan kepada Pemberi Tugas, baik itu secara khusus dimintakan atau sebagai
ekstra jasa. Hal seperti perhitungan fixed assets dari suatu perusahaan, pembuatan
sistim akunting proyek dan lain-lain hal yang berkaitan dengan estimasi biaya,
masalah kontrak konstruksi maupun administrasi kontrak. Hal lain yang dapat
dilakukan oleh QS dalam pengembangan keahlian dasarnya adalah, sesuai dengan
perkembangan teknologi informasi, adalah pengembangan di bidang informasi
teknologi. Perpaduan antara teknik komputer dengan kemampuan QS dapat
menghasilkan suatu sistim cost data yang dapat digunakan secara mudah. Hal ini
akan membantu, tidak hanya QS saja akan tetapi para Perencana lainnya, dalam
pembuatan estimasi suatu proyek di masa mendatang.

O. Keunggulan Asosiasi Iqsi Pada Jasa Konstruksi

P. Kode Etik IQSI


Surat Keputusan
Dewan Pengurus Pusat (DPP)
Ikatan Surveyor Indonesia (ISI)
Nomor: 01/SK/DPP/ISI/V/2O19
Tentang
Kode Etik/Pedoman Perilaku Surveyor
Ikatan Surveyor Indonesia

Menimbang:
1. Bahwa lkatan Surveyor lndonesia sebagai organisasi profesi di bidang survei,
pengukuran, dan pemetaan memiliki kewajiban memberikan perlindungan hukum
bagi anggotanya dalam menjalankan profesinya dan perlindungan hukum terhadap
pengguna jasa profesi surveyor. ,'
2. Bahwa lkatan Surveyor lndonesia harus dapat meningkatkan rasa percaya .
masyarakat dan pengguna jasa terhadap profesi surveyor.
3. Sehubungan dengan butir 1 dan 2 di atas, perlu diberlakukan Kode Etik/Pedoman
Perilaku Surveyor bagi seluruh anggota lkatan Surveyor lndonesia dan ditetapkan
30
melalui Keputusan Pengurus.

Mengingat:
1. Anggaran Dasar ISI Pasal 5 tentang Fungsi butir d bahwa ISI sebagai wadah untuk
melindungi anggota dalam melaksanakan profesinya.
2. Anggaran Dasar ISI Pasal9 tentang Kode Etik ISI.
3. Publikasi Federatian lnternatianale des Geometres (FIG) Nomor 17.
4. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 20l1 tentang lnformasi Geospasial.

Memperhatikan:
1. Amanat Musyawarah Nasional ISI pada 3 November 2O17 di Pekanbaru, Riau.
2. Hasil Rapat Kerja Nasional ISI pada tanggal 3 Februari 2018 di TMII, Jakarta.

MEMUTUSKAN
Menetapkan:
1. Kode Etik/Pedoman Perilaku Surveyor lkatan Surveyor lndonesia, sebagaimana
tercantum dalam lampiran.
2. Kode Etik ini berlaku untuk seluruh anggota lkatan Surveyor lndonesia.
3. Surat Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.
4. Apabila diperlukan penambahan dan penyempurnaan di kemudian hari karena
perlu disesuaikan dengan tuntutan perkembangan zaman, maka akan dilakukan
revisi dan di tetapkan kembali

KODE ETIK/PEDOMAN PERIAKU SURVEYOR


IKATAN SURVEYOR INDONESIA

A. PEMBUKAAN
lkatan Surveyor lndonesia adalah organisasi profesi di bidang survei,
pengukuran, dan pemetaan objek dan.kejadian yang ada pada, atas, atau di bawah
permukaan.bumi. lkatan Surveyor lndonesia dengan visi menjadi organisasi yang
kompeten, transparan, akuntabel, serta mampu menegakkan wibawa profesi,
mengayomi pekerjaan survei.
31
Surveyor sebagai insan utama, dalam menjalankan pekerjaan profesinya,
senantiasa dituntut untuk mengasah kepekaan nurani, memelihara integritas,
kecerdasan moral dan selalu meningkatkan frofesionalisme dalam pekerjaan survei,
pengukuran dan pemetaan untuk kepentingan masyaraftat banyak.
Oleh sebab itu semua kewenangan dan tugas yang dilimpahkan oleh pengguna
jasa kepada surveyor harus dilaksanakan secara bertanggungjawab, penuh kejujuran
dan profesional sera tidak membeda-bedakan maksud dan tujuan pekerjaannya.
Wewenang dan tugas surveyor yang sangat strategis tersebut harus bisa
dipertanggungjawabkan
secara horizontal,kepada sesama manusia dan secara vertikal kepada Tuhan Yang
Maha Esa.
Untuk mewujudkan suatu kondisi sebagaimana diatas, perlu terus diupayakan
secara maksimal tugas-tugas pembinaan, pengawasan secara internal dan eksternal
oleh lkatan Surveyor lndonesia
lkatan Surveyor lndonesia harus memilikisistem etika yang mampu menciptakan
disiplin tata kerja dan menyediakan garis batas tata nilai yang dapat dijadikan
pedoman bagi Surveyor untuk menjalankan tugas pokok dan fungsinya dalam
mengemban profesinya, serta berbudi pekerti luhur sehingga dapat menunjukkan
bahwa profesi Surveyor adalah suatu kehormatan.
Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut diatas, maka disusunlah Kode
Etik dan Pedoman Perilaku Surveyor yang merupakan pegangan bagi para Surveyor
lndonesia serta Pedoman bagi Lembaga lkatan Surveyor lndonesia dalam
melaksanakan fungsi pengawasan internal maupun eksternal.

B. TERMINOLOGI
1. Spasial adalah aspek keruangan suatu objek atau kejadian yang mencakup lokasi,
letak, dan posisinya.
2. Geospasial atau ruang kebumian adalah aspek keruangan yang menunjukkan lokasi,
letak, dan posisi suatu objek atau kejadian yang berada di bawah, pada, atau di atas
permukaan bumi yang dinyatakan dalam sistem koordinat tertentu.
3. Data Geospasial adalah data tentang lokasi geografis, dimensi atau ukuran, dan atau
karakteristik objek alam danlatau buatan manusia yang berada di bawah, pada, atau
di atas permukaan bumi.
4. lnformasi Geospasibl adalah data geospasial yang sudah diolah sehingga dapat
32
digunakan sebagai alat bantu dalam perumusan kebijakan, pengambilan keputusan,
dan/atau pelaksanaan kegiatan yang berhubungan dengan ruang kebumian.
5. Survei adalah kegiatan untuk mendapatkan Data dan lnformasi Geospasial.
6. Surveyor adalah seorang profesional dengan kualifikasi akademik dan keahlian
teknis untuk melakukan satu, atau lebih, dari kegiatan berikut;
(1) menentukan, mengukur dan menyajikan data geospasial bgrupa objek tiga
dimensi, titik dan lintasan;
(2) mengumpulkan, mengolah dan menafsirkan informasi geospasial,
menggunakan informasi itu untuk perencanaan dan administrasi yang efisien
mencakup tanah, dasar laut dan segala strukturnya; dan
(3) melakukan penelitian hal-hal tersebut di atas dan mengembangkannya.
7. Dewan Etik adalah anggota lkatan Surveyor lndonesia yang diusulkan oleh Dewan
Pengurus Pusat (DPP) ISI dan atau ditunjuk oleh instansi pemerintah yang memiliki
tugas dan wewenang untuk menegakkan kode etik surveyor.
8. Pengguna jasa adalah individu atau organisasi/lembaga baik pemerintah maupun
swasta yang mengadakan kesepakatan untuk mendapatkan jasa layanan dari
surveyor.
9. Anggota adalah anggota lkatan Surveyor lndonesia.

C. PRINSIP.PRINSIP DASAR
Prinsip-prinsip dasar Kode Etik/Pedoman Perilaku Surveyor diimplementasikan
dalam 10 (sepuluh) aturan perilaku sebagai berikut:
1. Berperilaku Jujur
Kejujuran bermakna dapat dan berani mengatakan bahwa yang benar adalah
benar dan yang salah adalah salah. Kejujuran menumbuhkan terbentuknya
pribadiyang kut dan membangkitkan kesadaran akan hakekat yang hak dan yang
batil.
Dengan demikian akan terwujud sikap pribadi yang tidak berpihak terhadap setiap
orang baik dalam melaksanakan tugas profesi maupun diluar tugas profesi.
Penerapan:
(1) Surveyor harus berperilaku lujur dan menghindari perbuatan yang tercela atau
yang dapat menimbulkan kesan tercela.
(2) Surveyor wajib menyatakan secara tertulis pada dokumen laporan terkait
kompensasi kepada atasan atau pemberi kerja apabila menerima kompensasi biaya
33
untuk kegiatan ekstra penyelenggaraan data geospasial dan informasi geospasial
dari pihak yang tidak mempunyai konflik kepentingan, sepanjang kompensasi
tersebut tidak mempengaruhi pelaksanaan tugas-tugas profesi dari Surveyor.
(3) Perilaku-perilaku lain yang oleh sidang dewan etik dinilai melanggar etika
2. Bersikap Profesional
Profesional harus dilakukan secara terus menerus dengan meningkatkan IPTEK
sehingga menjadi suatu sikap moral yang dilandasi oleh tekad untuk
melaksanakan pekerjaan yang dipilihnya dengan kesungguhan, yang didukung
oleh keahlian atas dasar pengetahuan, keterampilan dan wawasan luas.
Sikap profesional akan mendorong terbentuknya pribadi yang senantiasa
menjaga dan mempertahankan mutu pekerjaan, serta berusaha untuk
meningkatkan pengetahuan dan kinerja, sehingga tercapai setinggi-tingginya
mutu hasil pekerjaan, efektif dan efisien
Penerapan:
1) Surveyor harus mengambil langkah-langkah untuk memelihara dan
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dan kualitas pribadi untuk dapat
melaksanakan tugas-tugas secara profesion
2) Surveyor harus secara tekun melaksanakan tanggung jawab administratif dan
bekerja sama dengan pejabat instansidalam menjalankan sistem administrasi
3) Surveyor wajib mengutamakan tugas-tugas survai, pengukuran dan pemetaan
di atas kegiatan yang lain secara profesional.
4) Surveyor wajib menghindari terjadinya kekeliruan (data blunder) dalam
menyajikan infrjrmasi geospasial yang dapat menjerat secara hukum.
5) Surveyor dilarang menerima pekerjaan diluar kemampuannya.
6) Surveyor wajib menyampaikan metode yang tepat guna sesuai dengan
kebutuhan pengguna jasa
7) Perilaku-perilaku lain yang oleh sidang dewan etik dinilai melanggar etika
professional.

3. Berintegritas
lntegritas bermakna sikap dan kepribadian yang utuh, berwibawa, jujur dan tidak
tergoyahkan. lntegritas tinggi pada hakikat terwujud pada sikap setia dan norma
norma yang berlaku di masyarakat dalam melaksanakan tugas.
lntegritas tinggi akan mendorong terbentuknya pribadi yang berani menolak
34
godaan dan segala bentuk intervensi, dengan mengedepankan tuntutan hati
nurani, selalu " berusaha melakukan tugas dengan cara-cara terbaik, agar
mencapaitujuan terbaik.

Penerapan:
(1) Surveyor harus menghindari perbuatan tercela.
(2) Surveyor harus memastikan bahwa sikap. tingkah laku dan tindakannya, baik
didalam pekerjaanya maupun diluar pekerjaan, selalu menjaga dan
meningkatkan kepercayaan masyarakat.
(3) Surveyor dilarang melaksanakan suatu pekerjaan, apabila memiliki konflik
kepentingan, baik karena hubungan pribadi, kekeluargaan atau
hubunganhubungan lain yang patut diduga mengandung konflik kepentingan.
(4) Perilaku-perilaku lain yang oleh sidang dewan etik dinilai melanggar etika
integritas

4. Bertanggung jawab
Bertanggung jawab bermakna kesediaan untuk melaksanakan sebaik-baiknya
segala sesuatu yang menjadi wewenang dan tugasnya serta memiliki keberanian
untuk menanggung segala akibat atas pelaksanaan wewenang dan tugasnya
tersebut.

Penerapan
1. Surveyor dilarang menyalahgunakan jabatan untuk kepentingan pribadi'
2. Surveyor dilarang mengungkapkan atau menggunakan informasi yang
bersifat rahasia, yang didapat dalam kedudukannya sebagai Surveyor, untuk
tujuantujuan yang tidak ada hubungan dengan tugas-tugas keprofesiannya'
3. perilaku-perilaku lain yang oleh sidang dewan etik dinilai melanggar etika
tanggung jawab.

5. Berlaku adil
Adil bermakna menempatkan seduatu pada tempatnya dan memberikan yang
menjadi hak pengguna jasa, yang didasarkan pada suatu prinsip bahwa semua
pengguna jasa berhak mendapat pelayanan jasa profesi Surveyor
35
Dengan demikian, tuntutan yang paling mendasar kepada Surveyor adalah
memberikan perlakuan dan memberi kesempatan yang sama terhadap semua
pengguna jasa, tanpa membeda-bedakan
Penerapan:
1. Surveyor wajib melaksanakan tugas-tugas profesi keahliannya dengan
menghormati pihak-pihak yang memerlukan jasa pelayanannya
2. Surveyor tetap menjaga serta menumbuhkan kepercayaan kepada
masyarakat
3. Surveyor dalam menjalankan tugasnya dilarang menunjukkan rasa suka, atau
tidak suka keberpihakan, prasangka atau pelecehan terhadap suatu ras, jenis
kelamin, agama, asal kebangsaan, perbedaan kemampuan fisik atau mental
4. Surveyor dilarang bersikap, mengeluarkan perkataan atau melakukan
tindakan lain yang dapat menimbulkan kesan berprasangka, mengancam
atau menyudutkan Pihak tertentu.
5. perilaku-perilaku lain yang oleh sidang dewan etik dinilai melanggar etika
keadilan.

6. Berlaku arif dan bijaksana


Arif dan bijaksana bermakna mampu bertindak sesuai dengan norma-norma yng
hidup dalam masyarakat baik norma-norma hukum, norma-norma keagamaan,
kebiasaan-kebiasaan maupun kesusilaan dengan memperhatikan situasi dan
kondisi pada saat itu, serta mampu mempertimbangkan akibat dari tindakannya

Penerapan
1. Surveyor wajib menghindari hal-hal yang dapat mengakibatkan, pencabutan
kewenangan dan haknya, untuk melaksanakan jasa pelayanan.
2. Surveyor dalam hubungan pribadinya dengan anggota profesi lainnya yang
secara teratur selalu berhubungan, wajib menghindari situasi yang dapat
menimbulkan kecurigaan, atau sikap keberpihakan.
3. Surveyor dilarang menggunakan wibawa lkatan Surveyor lndonesia untuk
kepentingan pribadi, keluarga atau pihak ketiga lainnya.
4. Surveyor berhak melakukan kegiatan ekstra, sepanjang tidak mengganggu
pelaksanaan tugas pokok profesinya, antara lain menulis, memberi kuliah,
mengajar dan turut serta dalam kegiatan-kegiatan yang berkenaan dengan
36
kemasyarakatan.
5. Perilaku-perilaku lain yang oleh sidang dewan etik dinilai melanggar etika
arif dan bijaksana.

7. Menjunjung tinggi harga diri


Harga diri bermakna, bahwa pada diri manusia melekat martabat da kehormatan
yang harus dipertahankan dan dijunjung tinggi oleh setiap orang. " Khusus
Surveyor, prinsip menjunjung tinggi harga diri akan mendorong dan membentuk
pribadi yang kuat dan tangguh, sehingga terbentuk pribadi yang senantiasa
menjaga kehormatan & martabat sebagai insan Surveyor.
Penerapan:
1. Surveyor dilarang meminta atau menerima dan harus mencegah segala
bentuk pemberian, pinjaman atau fasilitas dari pihak-pihak-pihak lain yang
memiliki kepentingan yang patut diduga; untuk merubah data ataupun
informasi geospasialyang akan ia sajikan.
2. Surveyor dilarang berorientasi hanya kepada finansial dalam hal menerima
suatu pekerjaan.
3. Surveyor dilarang melakukan kecurangan dalam bentuk apapun pada
pekerjaannya
4. Surveyor wajib menghargai dan tidak merendahkan profesi lain.
5. Surveyor wajib mengerti tugas dan kewajibannya dalam suatu pekerjaan
yang menjadi tanggung jawabnya.
6. Perilaku-perilaku lain yang oleh sidang dewan etik dinilai melanggar etika
menjunjung tinggi harga diri.

8. Berdisplin Tinggi
Disiplin bermakna ketaatan pada norma-norma atau kaidah-kaidah yang diyakini
sebagai panggilan luhur untuk mengemban amanah serta kepercayaan
masyarakat dan pemerintah.
Disiplin tinggi akan mendorong terbentuknya pribadi yang tertib didalam
melaksanakan tugas, ikhlas dalam pengabdian dan berusaha untuk menjadi
teladan dalam lingkungannya, serta tidak menyalahgunakan amanah yang
dipercayakan kepadanya. ..

37
Penerapan:
1. Surveyor berkewajiban mengetahui dan mendahului serta melaksanakan
tugas pokok sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku, agar dapat
mgnerapkan peraturan secara benar dan dapat memenuhi kepuasan bagi
setiap pengambilan keputusan.
2. Surveyor harus menyelesaikan pekerjaannya dan menyerahkan hasil
pekerjaanya kepada pengguna jasa dengan tepat waktu sesuai dengan
perjanjian atau kesepakatan kerja.
3. Surveyor harus mentaati seluruh Standar Operasional Procedure {SOP) yang
berlaku di lingkungan tempat ia bekerja.
4. Surveyor harus menepatijanji yang ia sampaikan kepada pengguna jasa.
5. Perilaku-perilaku lain yang oleh sidang dewan etik dinilai melanggar etika
kedisiplinan.

9. Berperilaku Rendah Hati


Rendah hati bermakna kesadaran akan keterbatasan kemampuan diri, jauh dari
kesempurnaan dan terhindar dari setiap bentuk keangkuhan.
Rendah hati akan mendorong terbentuknya sikap realistis, mau membuka diri
untuk terus belajar, menghargai pendapat orang lain, menumbuh kembangkan
sikap tenggang rasa, serta mewujudkan kesederhanaan, penuh rasa syukur dan
ikhlas di dalam mengemban tugas

Penerapan:
1. Surveyor harus melaksanakan pekerjaan sebagai sebuah pengabdian yang
tulus, pekerjaan surveyor bukan semata-mata sebagai mata pencaharian
dalam lapangan kerja untuk mendapat penghasilan materi melainkan sebuah
amanat yang akan dipertanggungjawabkan kepada masyarakat dan Tuhan
Yang Maha Esa.
2. Surveyor dilarang bersikap, bertingkah laku atau melakukan tindakan
mencari popularitas, pujian, penghargaan dan sdanjungan dari siapapun juga.
3. Surveyor dilarang bersikap sombong/arogan terhadap masyarakat dan
pengguna jasa.
4. Surveyor dilarang mempromosikan diri secara tidak patut. Perilaku-perilaku
lain yang oleh sidang dewan etik dinilai melanggar etika menjunjung tinggi
38
harga diri.

10. Yakin akan Kebenaran


Bermakna, meyakini akan data mentah yang dikumpulkan surveyor sendiri dan
diperoleh Iangsung dari sumbernya yang berwenang.
Keyakinan ini mendorong perilaku Surveyor yang tangguh, berpegangteguh
pada prinsip keyakinan atas kebenaran sesuai tuntutan moral dan ketentuan
hukum yang berlaku.

Penerapan :
1) Surveyor wajib meyakini atas kebenaran dan kecukupan tentang peralatan
dan metode yang digunakan dalam penyelengaraan informasi geospasial.
2) Surveyor harus menerapkan perangkat jaminan kualitas (quatity
assuronce) sehingga dapat meyakini dan menjamin kebenaran data dan
informasi geospasial yang disajikan.
3) Surveyor wajib menyampaikan (disclose) kualitas setiap data geospasial
dan informasi geospasial yang dihasilkan.
4) Perilaku-perilaku lain yang oleh sidang dewan etik dinilai melanggar etika
menjunjung tinggi harga diri.

D. PERANGKAT KODE ETIK/PEDOMAN PERI LAKU


Pasal 1
Tujuan dan Batasan
1. Kode Etik lkatan Surveyor lndonesia yang selanjutnya disebut Kode Etik
Surveyor merupakan pedoman yang mengikat bagi surveyor yang
merupakan anggota lkatan Surveyor lndonesia (ISI) dalam menjalankan
profesinya.
2. Tujuan dari Kode Etik ini adalah memastikan bahwa perilaku perseorangan
atau perusahaan yang merupakan penyelenggara lnformasi Geospasial
memenuhi standar dan diawasi oleh seluruh anggota ISI.
3. Kode Etik ini memberikan standar minimum perilaku yang harus diikuti
oleh seluruh anggota ISI. Pelanggaran terhadap Kode Etik ini menjadi dasar
seorang anggota dapat diberi sanksi sesuai dengan Prosedur Penanganan
39
Keluhan ISI yang dijalankan oleh Dewan Etik.
4. Kode Etik ini berlaku dan wajib ditaati setiap saat oleh seluruh anggota ISI

Pasal 2
Dewan Etik, Tugas dan Wewenang
1. Dewan Etik adalah perseorangan yang diusulkan oleh Dewan Pengurus Pusat
(APPI ISI dan atau ditunjuk oleh instansi Pemerintah.
2. Keanggotaan Dewan Etik untuk pertama kali diangkat oleh Ketua Umum
lkatan Surveyor lndonesia. Selanjutnya, keanggotaan Dewan Etik diangkat
dan diberhentikan melalui Musyawarah Nasional (Munas) ISI atau
Musyawarah Nasional Luarbiasa (Munaslub) ISI dengan masa kepengurusan
mengikuti masa kepengurusan DPP ISI.
3. Keanggotaan Dewan Etik harus berjumlah ganjil dengan sebanyak-
banyaknya berjumlah 9 (Sembilan) orang, yang berasal dari akademisi,
industri, instansi Pemerintah, ISI, dan masyarakat.
4. Perangkat Dewan Etik terdiri dari satu orang Ketua, satu orang Sekretaris,
dan anggota.
5. Dewan Etik harus memenuhi kualifikasi sebagai berikut:
a) Tidak memiliki motif ekonomi terhadap sebuah perusahaan atau
perseorangan yang berpotensi dapat menimbulkan benturan kepentingan,
b) Tidak pernah dinyatakan bersalah atas kasus penipuan, korupsi atau kasus
lain yang dapat menurunkan kehormatan profesi,
c) Mampu secara psikis dan fisik
6. Kekosongan anggota dewan etik dapat terjadi apabila:
a. Wafat, atau
b. Dinyatakan tidak lagi memenuhi kualifikasi, atau
c. Keluar dari keanggotaan ISI.
7. Dalam hal terjadi kekosongan, DPP ISI dan anggota Dewan Etik lainnya
sesegera mungkin menunjuk penggantinya selama sisa masa kepengurusan.
Selama kekosongan tejadi, tidak mengganggu kedaulatan Dewan Etik.
8. Tugas dan wewenang Dewan Etik antara lain
a. Melakukan investigasi terhadap laporan pelanggaran kode etik ini yang
dituduhkan kepada anggota ISI,
40
b. Menuntut dan mengajukan tuntutan terhadap anggota ISI yang diindikasi
melakukan pelanggaran terhadap kode etik ini, dan
c. Melindungi dan memberikan bantuan terhadap anggota yang telah
mematuhi seluruh kode etik.
Pasal 3
Sanksi
1. Sanksiterhadap anggota yang melakukan pelanggaran Kode Etik antara lain
:
a. Teguran;
b. Surat Peringatan;
c. Rekomendasi pembekuan atau pencabutan lisensi/izin kerja;
d. Sanksi pembekuan dan atau pencabutan keanggotaan ISI.
2. Sanksi diberikan sesuai dengan tingkat pelanggaran.
3. Dalam hal tidak ditemukan pelanggaran, Dewan Etik wajib menyampaikan
hasil pemeriksaan untuk diumumkan. Keputusan dari Dewan Etik ini bersifat
final dan mengikat.

Pasal 4
Penegakan Kode Etik
1. Dewan Etik melakukan investigasi terhadap dugaan pelanggaran kode
etik, baik yang berdasarkan pengaduan masyarakat ataupun dari
peninjauan langsung anggota dewan etik.
2. Dewan Etik dapat melakukan pemanggilan secara tertulis terhadap
anggota terduga pelanggar kode etik untuk diperiksa oleh Dewan Etik.
3. Apabila diperlukan, Dewan Etik dapat memanggil orang atau saksi lain
secara tertulis untuk dimintai keterangan guna kepentingan pemeriksaan.
4. Dewan Etik melakukan pemeriksaan secara tertutup, hanya diketahui dan
dihadiri oleh anggota Dewan Etik dan anggota terduga pelanggar kode
etik.
5. Anggota terduga sebagai pelanggar kode etik wajib menjawab segala
pertanyaan yang diajukan anggota dewan etik dalam pemeriksaan.
6. Apabila anggota terduga sebagai pelanggar kode etik tidak mau
menjawab, maka yang bersangkutan dianggap mengakui dugaan
pelanggaraan kode etik yang dilakukannya. Hasil pemeriksaan
41
dituangkan dalam berita acara pemeriksaan dan ditandatangai oleh
anggota dewan etik yang hadir dan anggota terduga sebagai pelanggar
kode etik.
7. Dewan Etik memberi kesempatan kepada anggota terduga pelanggar kode
etik untuk membela diri dihadapan Dewan Etik sebelum menandatangani
berita acara pemeriksaan. Apabila anggota terduga sebagai pelanggar
kode etik tidak bersedia menandatangani berita acara pemeriksaan, maka
yang bersangkutan dianggap menyetujui segala informasi yang tertuang
dalam berita acara.
8. Dalam hal pengambilan keputusan, Dewan Etik membentuk sidang
Dewan Etik, yang dihadiri oleh sekurang-kurangnya 3 {tiga) orang
anggota Dewan Etik. Ketua Dewan Etik memastikan anggota sidang
Dewan Etik yang hadir berjumlah ganjil.
9. Keputusan Sidang Dewan Etik diambil secara musyawarah mufakat
dalam sidang tanpa dihadiri oleh anggota terduga pelanggar kode etik.
10. Dalam hal musyawarah mufakat tidak tercapai, maka keputusan diambil
dengan suara terbanyak dengan masing-masing anggota memberikan
suaranya (tidak abstain).
11. Hasil keputusan sidang dewan etik ditandatangani oleh anggota Dewan
Etik yang hadir.
12. Keputusan Sidang Dewan Etik bersifat final dan mengikat.

E. PENUTUP
1. Setiap surveyor harus berupaya dengan sungguh-sungguh untuk mematuhi
kode Etik ini.
2. Pelanggaran terhadap Kode Etik ini dapat diberi sanksi. Dalam menentukan
sanksi yang layak dijatuhkan, harus dipertimbangkan faktor-faktor yang
berkaitan dengan pelanggaran, yaitu latarbelakang, tingkat keseriusan, dan
akibat dari pelanggaran tersebut terhadap profesi surveyor ataupun lain.
3. Dewan Etik menyampaikan hasil putusan atas hasil pemeriksaan kepada Ketua
lkatan Surveyor lndonesia untuk disampaikan kepada pihak-pihak yang
berkepentingan.
4. Sidang Dewan Etik mempunyai kewenangan untuk menilai perbuatan-
42
perbuatan surveyor yang belum diatur dalam kode etik/pedoman perilaku
surveyor sebagaimana di atas merupakan pelanggaran etika.

43
44

Anda mungkin juga menyukai