PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Quantity Surveyor (QS) adalah suatu profesi yang boleh dikatakan baru di
dunia konstruksi di Indonesia, dibandingkan dengan profesi Arsitek, Perencana
Struktur ataupun Perencana Mekanikal dan Elektrikal. Mengingat pentingnya
profesi QS dalam industri konstruksi, sebanyak 10 praktisi QS Indonesia pada
tanggal 24 Maret 2006 membentuk IQSI sebagai wadah bagi profesi QS di
Indonesia. Yaitu propesi yang menerapkan ilmu dalam mengoptimalkan
pembiayaan suatu proyek.
Profesi ini berkembang berkembang dengan cepat, masuknya melalui
proyek-proyek konstruksi yang di kelola oleh swasta yang juga dikenal
keberadaanya pada pembangunan proyek konstruksi gedung sebagai konsultan
biaya (Consultant Cost Construction) yang berdiri sendiri. Sesuai
perkembangannya secara alami tanpa standarisasi dan aturan, QS di Indonesia
dilakukan oleh berbagai profesi keahlian di bidang ASMET, konsultan manajemen
konstruksi, konsultan penilai aset, yang hampir sama dengan profesi estimator,
yaitu berkaitan dengan analisa dan perhitungan bahan-bahan, volume, biaya proyek
dan terlibat dengan mata rantai hal-hal mendasar antar stakeholder seperti pemilik
proyek, perencana, kontraktor dsn pemasok barang.
Jasa QS dapat mewujudkan eccountability terhadap proyek memberi
goodvalue for money kepada pemilik proyek yang dapat di pertanggungjawabkan.
Selain itu memiliki ruang lingkup kerja mulai dari tahap pra-tender, tender dan
pasca-tender. Keahlian QS dibutuhkan oleh pemilik, konsultan profesional dan juga
kontraktor. Maka untuk meningkatkan pemahaman akan bidang QS diperusahaan-
perusahaan diadakan latihan-latihan yang dibimbing oleh para QS dari negara luar
Indonesia.
1
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Masalah
D. Manfaat
2
BAB II
PEMBAHASAN
4
oleh para praktisi QS yang sebelumnya menimba pengalaman bertahun tahun di
perusahaan QS PMA, dan juga beberapa tenaga lokal yang merupakan lulusan
sekolah QS baik dari Malaysia, UK , Australia walau jumlahnya terbatas.
C. Lahirnya IQSI
5
Konsultasi dengan RICS di Malaysia
6
Pelatihan QS bekerjasama dengan LPJKN Riau di Pekanbaru tahun 2012
Dan yang baru, kami memberikan pelatihan QS untuk anggota dan umum
di bulan November 2012 ini.
Anggota sejauh ini telah terdapat +/- 200 anggota IQSI baik yang aktif dan
pasif. Berdasarkan catatan di atas IQSI tetap berusaha memajukan profesi QS di
Indonesia
D. Profesi QS Di Indonesia
Administrasi Kontrak
7
b. Tahap Paska Kontrak
8
Membuat Sertifikat Pembayaran kontraktor
E. Pengembangan Peran QS
Developer‟s Finance
Manajer Proyek
Facility Manager
Manajer Perawatan
Value Management
Pengakuan Pemerintah
Standarisasi
Persepsi Profesi QS
Beberapa hambatan diatas kini sudah mulai berubah menjadi suatu kemajuan,
walaupun masih harus diperjuangkan terus menerus.
9
F. Pendidikan
10
Tahun 2009 – 2010 di Univ Pancasila dimulai juga pendidikan S1 teknik Sipil
kekhususan QS serta program D3 di Politeknik Negri Jakarta dengan program D3
jurusan construction Management yang sebagian besar silabusnya mengandung
mata kuliah QS, pada awalnya program D3 CM di PNJ bekerja sama dengan HWU
UK.
Tahun 2011 Universitas Pancasila juga sudah mempunyai MOU dengan
Universiti Teknologi Mara (UiTM) yang salah satunya untuk mengembangkan
jurusan QS ini Juga terdapat Lembaga Pendidikan QS di Jakarta (SQS) yang
mengkhususkan mengadakan pelatihan pendidikan QS,
Selain itu Pengembang besar seperti PT. Agung Podomoro Land Tbk, juga
mengadakan
training khusus QS Dan mungkin beberapa pengembang atau kontraktor yang juga
melakukan hal yang sama Dari kondisi yang ada, masih perlu diupayakan lagi
pendidikan QS baru yang menyebar di Indonesia
Selain itu pelatihan-pelatihan, seminar-seminar yang berhubungan dengan Profesi
QS, seperti seminar hari ini sangatlah membantu meningkatkan pengetahuan
masyarakat konstruksi bahwa profesi QS itu penting dan perlu ditingkatkan
perkembangannya.
IQSI adalah organisasi profesi bagi Quantity Surveyor atau Praktisi Quantity
Surveyor di Indonesia baik bagi yang bergerak di bidang konsultasi, pengembang,
kontraktor, pendidikan ataupun bidang lain dalam industri konstruksi pada proyek
pemerintah ataupun swasta.
QS adalah Suatu profesi yang mempunyai keahlian dalam perhitungan volume,
penilaian pekerjaan konstruksi, administrasi kontrak, aspek kontrak konstruksi
sedemikian sehingga suatu pekerjaan dapat dijabarkan, dijalankan dan biayanya
dapat diperkirakan, direncanakan, dianalisa, dikendalikan dan dipercaya.
11
H. Tujuan IQSI
J. Program Kerja
a. Jangka Pendek
13
b. Jangka Menengah
c. Jangka Panjang
K. Keanggotaan
1. Anggota Biasa
3. Anggota Kehormatan
Anggota Biasa
14
Anggota Kualifikasi
15
Pendidikan Sarjana Non Teknik dengan pengalaman kerja selama 8 tahun
dibidang QS secara menyeluruh.
dan mendapat rekomendasi dari 2(dua) orang Anggota Kualifikasi IQSI,
dan disetujui oleh pengurus IQSI.
Anggota kehormatan
Para Profesional atau Tokoh yang diajukan oleh minimal 3 (tiga) orang
pengurus IQSI dan disetujui oleh pengurus IQSI, dan dinilai dapat menyumbangkan
pikiran dan pendapatnya guna meningkatkan kualitas IQSI dalam peranannya
menyumbangkan sesuatu untuk dunia konstruksi di Indonesia.
Secara umum kami ingin mencoba merangkul semua praktisi QS di Indonesia baik
yang berlatar belakang pendidikan QS maupun para praktisi QS yang bukan berlatar
belakang pendidikan QS untuk masuk dalam wadah organisasi ini.
Selanjutnya kami akan mencoba untuk memberikan kursus ataupun modul-modul
pelatihan, yang akan diakhiri dengan adanya ujian kualifikasi, yang akan
menjadikan seseorang menjadi anggota berkualifikasi.
L. Pelayanan
IQSI pada saat ini berusaha untuk memberikan pelayanan bagi para praktisi QS
atau para praktisi di bidang konstruksi, secara umum berupa:-
1. Penjelasan dan penerangan atas fungsi dan tugas QS.
17
seorang QS dapat bekerja untuk Pemberi Tugas, Kontraktor, Badan-badan
pemerintah atau bahkan sebagai Credit Analyse di institusi keuangan (Bank).
Berdasarkan laporan yang dibuat oleh RICS di tahun 1971, fungsi dan peranan
QS didefinisikan sebagai ‘Suatu profesi yang mempunyai keahlian dalam
perhitungan volume, penilaian pekerjaan konstruksi, sedemikian sehingga suatu
pekerjaan dapat dijabarkandan biayanya dapat diperkirakan, direncanakan,
dianalisa, dikendalikan dan dipercayakan’. Karena itu di dalam organisasi proyek
QS, biasanya berperan sebagai pengatur masalah-masalah finansial proyek
(Financial Management). QS akan membuat dan mengelola anggaran proyek
sedemikian sehingga hasil optimum dan efisien dari suatu proyek dapat dicapai. Hal
itu dilakukan mulai dari tahap paling awal dari suatu proses pembangunan sampai
dengan diselesaikannya suatu proyek. Dengan kata lain QS berperan dalam
membuat perencanaan anggaran dan juga sebagai pengendali anggaran, baik pada
masa perencanaan maupun pada masa pelaksanaan proyek. Karena itu perusahaan
jasa QS biasanya menyebut perusahaannya sebagai Konsultan Biaya Konstruksi
(Construction Cost Consultant). Hal lain yang dijalankan oleh QS di dalam
organisasi proyek adalah sebagai Administrator Kontrak (Contract
Administrator). Hal-hal yang berkaitan dengan pelelangan,
dokumentasi kontrak, administrasi kontrak selama pelaksanaan
pekerjaan dan pada saat akhir pekerjaan, biasanya dilakukan oleh QS. Dalam hal
administrasi kontrak selama masa pelaksanaan pekerjaan biasanya QS akan
berperan sebagai penasihat ataupun pembantu Manajer Proyek untuk hal-hal
yang berkaitan dengan kontrak antara Pemberi Tugas dan Kontraktor. Dan
sebagai pengembangan dari fungsi Administrator Kontrak ini QS dapat
berperan sebagai Arbitrator dalam
menyelesaikan perbedaan pendapat antara pihak-pihak yang mengikat kontrak.
19
pengendalian biaya pada tahap perencanaan ini dapat dikategorikan sebagai bagian
dari sistim Value Engineering. Atau dalam istilah QS kegiatan ini dikategorikan
sebagai bagian dari apa yang disebut Life Cycle Costing. Di akhir proyek semua
data biaya tersebut akan diolah kembali oleh QS untuk dijadikan data untuk proyek
yang sejenis di masa mendatang. Hal ini, dalam istilah QS biasa disebut dengan
Cost Analysis.
Kegiatan perencanaan dan pengendalian biaya ini adalah merupakan suatu
keahlian khusus dari QS dan pada pelaksanaan sehari-harinya inilah yang menjadi
inti bisnis (core business) dari jasa QS. Hal ini pula yang sangata membedakan
fungsi QS dengan fungsi Estimator yang biasa dikenal di dunia konstruksi. Fungsi
perencanaan biaya yang dilakukan oleh QS berbeda dengan apa yang dilakukan
oleh Estimator. Estimator biasanya bekerja untuk mendapatkan besarnya biaya
yang akan digunakan untuk melaksanakan suatu proyek atau yang biasa disebut,
dalam istilah QS, dengan pricing.
2. Dokumentasi
20
Kemampuan QS dalam menghitung volume dan menyiapkan BQ ini juga
merupakan keahlian spesifik dari profesi QS. Hal ini juga merupakan suatu trade
mark dari jasa QS yang biasa diberikan kepada Pemberi Tugas. BQ yang dibuat
atau disiapkan oleh QS ini biasanya mencakup seluruh komponen dari suatu proyek
dari mulai pekerjaan tanah sampai dengan pekerjaan furnitur, termasuk pekerjaan
Mekanikal dan Elektrikal. Di beberapa negara BQ untuk pekerjaan Mekanikal dan
Elektrikal biasanya dibuat oleh Perencana Mekanikal dan Elektrikal.
Di dalam dokumen lelang QS juga menyiapkan persyaratan administrasi
dan persyaratan kontrak, yang akan menjadi aturan main dari lelang suatu
pekerjaan. Dengan keahliannya di bidang kontrak ini, QS memang dipercaya untuk
menyiapkan, mengatur dan mengelola kontrak konstruksi oleh Pemberi Tugas.
Adapun syarat-syarat kontrak ini biasanya diambil dari standar-standar
international yang berlaku, seperti JCT, FIDIC, ACA, IFC, ICE dll. Namun
demikian standar-standar internasional tersebut tidak dengan bulat-bulat digunakan,
karena pada dasarnya standar tersebut dibuat berdasarkan hukum yang berlaku di
negara pembuatnya, sehingga jika kita hendak menggunakannya, beberapa
penyesuaian harus dilakukan. Penyesuaian tersebut biasanya dibuat mengikuti
aturan yang berlaku di Indonesia dan menyesuaikan juga dengan aturan main yang
dapat diterima oleh Pemberi Tugas dan Kontraktor. Adalah tugas QS untuk terus
berusaha menyeimbangkan isi kontrak tersebut atas kepentingan ke dua belah pihak.
Syarat kontrak yang terlalu berat kepada Pemberi Tugas akan
mengakibatkan beban resiko kontraktor yang lebih besar dan untuk itu kontraktor
akan menyiapkan tunjangan untuk mengantisipasi resiko tersebut, sehingga pada
akhirnya akan membebani harga penawarannya. Begitu juga sebaliknya syarat
kontrak yang terlalu berat kepada kontraktor akan memberikan Pemberi Tugas
ketidak pastian, baik dalam hal finansial maupun kekuasaannya atas kontraktor. Hal
inilah yang menjadikan QS menggunakan standar-standar yang tersedia, karena
standar kontrak tersebut telah disusun oleh beberapa pihak yang berkompeten
dalam bidangnya, antara lain organisasi Pemberi Tugas, organisasi kontraktor,
organisasi profesi (Arsitek, QS, Perencana dll.) dan dari kalangan pemerintah
21
tempat standar itu dibuat. Dengan demikian standar-standar tersebut minimal telah
mengakomodir kepentingan pihak-pihak penyusunnya secara seimbang.
Demikianlah hal-hal utama yang dilakukan QS dalam kaitannya dengan proses
dokumentasi. Adapun akhir dari proses dokumentasi ini adalah dengan
dikeluarkannya laporan evaluasi lelang yang akan dimasukkan ke Pemberi Tugas
sebagai bahan pertimbangan Pemberi Tugas untuk menentukan pemenang lelang.
3. Administrasi kontrak
22
atau Manajemen Konstruksi atau siapapun Pengelola proyek untuk memberikan
masukkan mengenai langkah-langkah yang sesuai dengan kontrak jika terjadi
sesuatu perselisihan atau perbedaan pendapat antara Kontraktor dan Pengelola
Proyek. Hal-hal tersebut adalah merupakan bagian dari keahlian QS yang berkaitan
dengan kontrak.
Hal lain yang tidak kalah penting pada masa pelaksanaan ini adalah
pembuatan laporan keuangan atas kondisi pelaksanaan proyek. Laporan ini
biasanya dibuat secara periodik sebagai kontrol Pemberi Tugas atas komitmen
finansialnya. Jika terjadi pekerjaan tambah-kurang yang terlalu banyak, yang tentu
saja akan mempengaruhi biaya pembangunan secara keseluruhan, hal ini harus
dilaporkan kepada Pemberi Tugas agar langkah-langkah antisipatif dapat
dilakukan. Jika hal itu terjadi, maka adalh tugas Manajer Proyek atau Manjemen
Konstruksi atau siapapun Pengelola Proyeknya untuk sedapat mungkin
mengembalikan keadaan tersebut ke jalur yang telah disepakati, dalam hal ini
adalah anggaran yang telah disepakati. Hal tersebut dapat berupa adanya
penghematan di beberapa pos pekerjaan ataupun penggantian beberapa material
sehingga didapat penghematan.
Pada akhir proyek, tugas utama QS adalah menyaipkan perhitungan akhir
(Final Account) proyek. Perhitungan akhir ini akan melibatkan perhitungan kembali
kontrak awal kontraktor, tagihan pekerjaan tambah-kurang, tagihan- tagihan antar
kontraktor, kontra klaim dan denda-denda. Hal-hal tersebut harus dibicarakan dan
disetujui oleh kontraktor dan Pemberi Tugas, sehingga harga akhir proyek dapat
ditemukan dan dibayarkan. Pada akhir proyek ini pula QS seringkali dimintakan
bantuannya oleh Pengelola Proyek untuk menyiapkan Serah Terima Pekerjaan, baik
dari segi format serah terimanya maupun dari status pekerjaan tersebut.
Demikianlah secara garis besar fungsi administrasi QS pada masa pelaksanaan
pekerjaan sampai diserahkannya pekerjaan oleh kontraktor kepada Pemberi Tugas.
4. Arbitrasi
23
para Sub-Kontraktornya. Arbitrator yang dimaksud di sini adalah tindakan
pendahuluan penyelesaian masalah sebelum dilimpahkan ke pengadilan atau Badan
Arbitrasi Nasional (BANI).
Di dalam standar kontrak JCT, hal ini dimungkinkan. Jika terjadi
perselisihan antara pihak-pihak yang mengikat kontrak maka kedua belah pihak
dapat menunjuk seorang atau institusi independen yang akan bertindak sebagai
penengah dalam menyelesaikan perselisihan atau perbedaan pendapat tersebut.
Biasanya, orang atau institusi yang ditunjuk tersebut adalah QS. Hal ini disebabkan
karena alasan yang disebutkan di atas, selain untuk mempercepat proses
penyeleaian masalah atau perselisihan. Jika melalui jalur pengadilan atau BANI hal
ini tidak dapat diselesaikan secara cepat. Cepatnya penyelesaian masalah seringkali
diperlukan karena, biasanya perselisihan tersebut menyangkut masalah keuangan
atau ada sangkut pautnya dengan uang, jika terlalu lama diselesaikannya akan
berakibat kepada makin lamanya uang atau tagihan yang diperselisihkan tersebut
menjadi beban bagi kedua belah pihak.
Dalam kaitannya dengan arbitrasi ini, dalam beberapa kasus, QS juga dapat
ditunjuk sebagai Saksi Ahli (Expert Witness) dalam suatu penyelesaian suatu kasus
perselihan atau perbedaan pendapat antara pihak-pihak yang mengikat kontrak yang
telah diajukan atau diproses di pengadilan. Sebagai saksi ahli, QS dapat
memberikan pendapatnya mengenai masalah yang terjadi. Hal inilah yang
membedakannya dengan saksi biasa, yang secara hukum hanya boleh menyatakan
fakta. Dalam prakteknya, di negara asalnya, banyak QS maupun perusahaan jasa
QS yang mengkhususkan diri dalam hal-hal yang berkaitan dengan masalah
arbitrasi atau hal-hal yang bersifat hukum kontrak.
Demikianlah tugas dan fungsi QS secara tradisional berdasarkan keahlian
dasarnya. Di Indonesia sendiri fungsi dan peranan QS, selama ini baru sampai pada
taraf perencanaan dan pengendalian biaya. Hal itulah yang terlintas di benak para
praktisi konstruksi jika disebutkan profesi QS. Hal-hal lain yang dapat dikerjakan
oleh QS, seperti digambarkan di atas, seringkali masih rancu atau tersamar dengan
sistim pengelolaan proyek yang banyak digunakan di Indonesia, seperti sistim
Manajemen Konstruksi, Rancang Bangun dll. Profesi ataupun jasa QS sendiri di
Indonesia kebanyakan masih digunakan oleh para Pengembang atau Pemberi Tugas
24
swasta, terutama jika Pemberi Tugasnya meminjam uang dari Bank (asing) untuk
menjalankan proyeknya.
Untuk proyek-proyek pemerintah jarang menggunakan jasa QS. Namun
secara tidak langsung jasa QS juga digunakan yaitu melalui institusi BAPPENAS
atau BAPPEDA. Di dalam BAPPENAS proyek-proyek dilihat kelayakannya, baik
dari segi finansial, teknis dan sosialnya. Apa yang dilakukan di sana sebenarnya
tidak jauh dari apa yang dilakukan QS pada suatu proyek swasta pada tahap-tahap
awal perencanaan. Fungsi pengendalian biaya, yang merupakan salah satu fungsi
QS, pada proyek pemerintah akan dilakukan oleh BPKP ataupun BPK. Sedangkan
fungsi administrasi kontrak biasanya dijalankan oleh tim proyek, yang dikepalai
oleh seorang Kepala Proyek.
N. Pengembangan Peran QS
25
suatu trend yang ada pada saat itu. Jika mereka membangun dengan biaya
pembangunan yang terlalu tinggi akan mengakibatkan berkurangnya keuntungan
komersial mereka atau makin lamanya modal mereka dapat kembali. Demikian juga
jika mereka membangun dengan kualitas yang terlalu tinggi, maka pasar yang akan
didapat dari produk mereka akan sangat terbatas, yang pada akhirnya akan berakibat
pada pendapatan mereka. Dari segi manajemen, pengembangan fungsi QS banyak
dipengaruhi oleh makin perlunya suatu proyek dikerjakan secara cepat sehingga
hasil yang didapat juga lebih cepat. Dengan persyaratan tersebut, QS mencoba
membuat suatu terobosan sedemikian sehingga proses perencanaan dan
pelaksanaan suatu proyek dapat dipercepat. Percepatan tersebut dimungkinkan
karena makin berkembangnya teknologi konstruksi dan makin berkembangnya
kemampuan para pengelola dan pelaksana konstruksi.
Dari sisi profesi QS sendiri pengembangan atau lebih tepatnya pemenuhan
tuntutan Pemberi Tugas tersebut membuat para QS untuk mencoba
mengembangkan keahlian dasarnya di bidang hukum, ekonomi, manajemen dan
metodologi. Dengan keahlian dasarnya tersebut QS mencoba membuat suatu
turunan-turunan keahlian dengan lebih mengkombinasikan kemampuan dasar
mereka. Beberapa peranan baru yang dapat dijalankan oleh QS dengan
mengkombinasikan kemampuan dasar mereka adalah antara lain :
1. Penilai Pembangunan (Development Appraisal)
Bidang ini dimulai pada saat awal sekali dari suatu proses pembangunan,
yaitu pada tahap ‘Inception’ dan/atau Studi Kelayakan. Adapun yang dimaksud
dengan Development Appraisal ini adalah suatu perhitungan yang melibatkan unsur
pendapatan (income), pengeluaran (outcome) dan keuntungan (profit). Dalam
perhitungan ini pendapatan Pemberi Tugas haruslah sama dengan pengeluarannya
ditambah keuntungan. Dalam perhitungan ini ketiga unsur (pendapatan,
pengeluaran dan keuntungan) dibuat seimbang. Jika pengeluaran lebih besar dari
apa yang diasumsikan, maka dengan sendirinya keuntungan akan berkurang atau
unsur pendapatannya yang harus ditingkatkan untuk menutup ekstra pengeluaran.
Begitu juga jika pendapatannya melebihi asumsi yang dipakai, maka keuntungan
yang akan didapat akan lebih besar dari asumsi yang diambil atau unsur
pengeluaran dapat ditambahkan nilainya.
26
Keperluan akan laporan ini berangkat dari pentingnya Pemberi Tugas
memperhitungkan waktu pengembalian investasi mereka, selain juga dengan makin
banyaknya hal-hal lain yang harus diperhitungkan sebelum keputusan untuk
membangun diambil (seperti masalah inflasi, bunga bank, hukum, pemasaran dll).
Seperti diketahui pengembalian investasi di bidang konstruksi tidaklah secepat di
bidang lainnya, karenanya perhitungan yang matang mengenai pengelolaan
investasinya haruslah dilakukan sebaik dan secermat mungkin. Dengan keahliannya
di bidang biaya konstruksi, QS dapat membantu Pemberi Tugas dalam menentukan
nilai pengeluaran dalam persamaan di atas. Dalam suatu proyek konstruksi
pengeluaran yang berkaitan dengan pembangunan nilainya cukup besar, karenanya
masukan dari QS di awal proses perencanaan sangat berarti bagi Pemberi Tugas
dalam menyelesaikan atau mengambil keputusan akan proses selanjutnya dari
pembangunan suatu proyek konstruksi. Secara teoritis QS dapat membuat laporan
ini, namun secara institusional RICS tidak membenarkan QS melakukan ini. Namun
dalam prakteknya QS banyak terlibat dalam pembuatan laporan ini, baik secara
langsung maupun secara tidak langsung (seperti memberi masukkan pada konsultan
lainnya dalam hal-hal yang berkaitan dengan biaya konstruksi, building economics,
finansial, kontraktual dll). Laporan ini biasanya dibuat atau dikeluarkan oleh
seorang Valuation Surrveyor. Seorang Valuation Surveyorberasal dari divisi
General Practise dari RICS. Di Indonesia Valuation Surveyor banyak bernaung di
bawah perusahaan seperti Jones Lang LaSalle, Colliers Jardine, Knight Frank
Balieu dll.
Di bidang ini, yang merupakan pengembangan kemampuan dasar QS,
banyak QS atau perusahaan QS yang mencoba memberikan jasa ini sebagai jasa
tambahan dari apa yang biasa diberikan kepada Pemberi Tugas.
2. Pendanaan Pembangunan (Developer’s Finance)
27
dalam pembuatan aliran dana (cash flow) dari proyek tersebut. Jasa QS sering
diminta karena biasanya Bank meminta perhitungan biaya pembangunan atau aliran
dana, yang merupakan dasar pemberian pinjaman, itu dibuat atau dikeluarkan oleh
institusi yang independen dan profesional, bukan dari internal Pengembang atau
Pemberi Tugas. Dengan keahliannya di bidang ekonomi konstruksi, QS diharapkan
dapat membuat suatu aliran dana yang meyakinkan dan menarik sehingga pinjaman
tersebut dapat diberikan oleh Bank peminjam.
Untuk membuat aliran dana tersebut meyakinkan dan menarik QS harus mengerti
hal-hal yang berkaitan dengan masalah pendanaan dan sistim penjualan sehingga
dalam aliran dana tersebut dapat terlihat kapan Pemberi Tugas mulai mendapatkan
pemasukkan (hal ini penting karena akan memberikan nilai lebih bagi Bank
peminjam dalam memberikan pinjamannya). Hal-hal seperti sistim
Leasing, Timeshare, Sale and Leaseback harus benar-benar dipahami oleh QS
sehingga pembuatan aliran dana tersebut akan sangat menarik bagi Bank peminjam.
3. Loss Adjuster
28
Pengembangan lain dari kemampuan manajemen, estimasi biaya dan
masalah kontraktual, QS dapat berperan sebagai Facility Manager. Yang dimaksud
dengan Facility Manager adalah seorang manajer yang bertugas untuk menyiapkan
segala fasilitas yang diperlukan oleh operasional suatu perusahaan agar dapat
melakukan operasinya. Segala fasilitas yang diperlukan dari mulai penyediaan
lahan sampai ke peralatan operasional adalah merupakan tanggung jawab seorang
Facility Manager. Dengan kemampuan estimasinya, QS dapat membuat suatu
perencanaan biaya yang diperlukan untuk mengadakan bangunan, tanah maupun
peralatan operasional lainnya. Dengan kemampuan kontraktual yang dimilikinya
QS dapat membuat suatu standar perjanjian pembelian, penyewaan dll. Dengan
kemampuan manajemennya QS dapat membuat suatu prosedur yang tepat untuk
mencapai suatu tujuan. Facility Manager biasa digunakan oleh perusahaan yang
mempunyai divisi operasional yang cukup besar seperti perusahaan ritel,
perusahaan waralaba, perusahaan pertambangan dll.
6. Manajer Perawatan
29
diberikan kepada Pemberi Tugas, baik itu secara khusus dimintakan atau sebagai
ekstra jasa. Hal seperti perhitungan fixed assets dari suatu perusahaan, pembuatan
sistim akunting proyek dan lain-lain hal yang berkaitan dengan estimasi biaya,
masalah kontrak konstruksi maupun administrasi kontrak. Hal lain yang dapat
dilakukan oleh QS dalam pengembangan keahlian dasarnya adalah, sesuai dengan
perkembangan teknologi informasi, adalah pengembangan di bidang informasi
teknologi. Perpaduan antara teknik komputer dengan kemampuan QS dapat
menghasilkan suatu sistim cost data yang dapat digunakan secara mudah. Hal ini
akan membantu, tidak hanya QS saja akan tetapi para Perencana lainnya, dalam
pembuatan estimasi suatu proyek di masa mendatang.
Menimbang:
1. Bahwa lkatan Surveyor lndonesia sebagai organisasi profesi di bidang survei,
pengukuran, dan pemetaan memiliki kewajiban memberikan perlindungan hukum
bagi anggotanya dalam menjalankan profesinya dan perlindungan hukum terhadap
pengguna jasa profesi surveyor. ,'
2. Bahwa lkatan Surveyor lndonesia harus dapat meningkatkan rasa percaya .
masyarakat dan pengguna jasa terhadap profesi surveyor.
3. Sehubungan dengan butir 1 dan 2 di atas, perlu diberlakukan Kode Etik/Pedoman
Perilaku Surveyor bagi seluruh anggota lkatan Surveyor lndonesia dan ditetapkan
30
melalui Keputusan Pengurus.
Mengingat:
1. Anggaran Dasar ISI Pasal 5 tentang Fungsi butir d bahwa ISI sebagai wadah untuk
melindungi anggota dalam melaksanakan profesinya.
2. Anggaran Dasar ISI Pasal9 tentang Kode Etik ISI.
3. Publikasi Federatian lnternatianale des Geometres (FIG) Nomor 17.
4. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 20l1 tentang lnformasi Geospasial.
Memperhatikan:
1. Amanat Musyawarah Nasional ISI pada 3 November 2O17 di Pekanbaru, Riau.
2. Hasil Rapat Kerja Nasional ISI pada tanggal 3 Februari 2018 di TMII, Jakarta.
MEMUTUSKAN
Menetapkan:
1. Kode Etik/Pedoman Perilaku Surveyor lkatan Surveyor lndonesia, sebagaimana
tercantum dalam lampiran.
2. Kode Etik ini berlaku untuk seluruh anggota lkatan Surveyor lndonesia.
3. Surat Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.
4. Apabila diperlukan penambahan dan penyempurnaan di kemudian hari karena
perlu disesuaikan dengan tuntutan perkembangan zaman, maka akan dilakukan
revisi dan di tetapkan kembali
A. PEMBUKAAN
lkatan Surveyor lndonesia adalah organisasi profesi di bidang survei,
pengukuran, dan pemetaan objek dan.kejadian yang ada pada, atas, atau di bawah
permukaan.bumi. lkatan Surveyor lndonesia dengan visi menjadi organisasi yang
kompeten, transparan, akuntabel, serta mampu menegakkan wibawa profesi,
mengayomi pekerjaan survei.
31
Surveyor sebagai insan utama, dalam menjalankan pekerjaan profesinya,
senantiasa dituntut untuk mengasah kepekaan nurani, memelihara integritas,
kecerdasan moral dan selalu meningkatkan frofesionalisme dalam pekerjaan survei,
pengukuran dan pemetaan untuk kepentingan masyaraftat banyak.
Oleh sebab itu semua kewenangan dan tugas yang dilimpahkan oleh pengguna
jasa kepada surveyor harus dilaksanakan secara bertanggungjawab, penuh kejujuran
dan profesional sera tidak membeda-bedakan maksud dan tujuan pekerjaannya.
Wewenang dan tugas surveyor yang sangat strategis tersebut harus bisa
dipertanggungjawabkan
secara horizontal,kepada sesama manusia dan secara vertikal kepada Tuhan Yang
Maha Esa.
Untuk mewujudkan suatu kondisi sebagaimana diatas, perlu terus diupayakan
secara maksimal tugas-tugas pembinaan, pengawasan secara internal dan eksternal
oleh lkatan Surveyor lndonesia
lkatan Surveyor lndonesia harus memilikisistem etika yang mampu menciptakan
disiplin tata kerja dan menyediakan garis batas tata nilai yang dapat dijadikan
pedoman bagi Surveyor untuk menjalankan tugas pokok dan fungsinya dalam
mengemban profesinya, serta berbudi pekerti luhur sehingga dapat menunjukkan
bahwa profesi Surveyor adalah suatu kehormatan.
Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut diatas, maka disusunlah Kode
Etik dan Pedoman Perilaku Surveyor yang merupakan pegangan bagi para Surveyor
lndonesia serta Pedoman bagi Lembaga lkatan Surveyor lndonesia dalam
melaksanakan fungsi pengawasan internal maupun eksternal.
B. TERMINOLOGI
1. Spasial adalah aspek keruangan suatu objek atau kejadian yang mencakup lokasi,
letak, dan posisinya.
2. Geospasial atau ruang kebumian adalah aspek keruangan yang menunjukkan lokasi,
letak, dan posisi suatu objek atau kejadian yang berada di bawah, pada, atau di atas
permukaan bumi yang dinyatakan dalam sistem koordinat tertentu.
3. Data Geospasial adalah data tentang lokasi geografis, dimensi atau ukuran, dan atau
karakteristik objek alam danlatau buatan manusia yang berada di bawah, pada, atau
di atas permukaan bumi.
4. lnformasi Geospasibl adalah data geospasial yang sudah diolah sehingga dapat
32
digunakan sebagai alat bantu dalam perumusan kebijakan, pengambilan keputusan,
dan/atau pelaksanaan kegiatan yang berhubungan dengan ruang kebumian.
5. Survei adalah kegiatan untuk mendapatkan Data dan lnformasi Geospasial.
6. Surveyor adalah seorang profesional dengan kualifikasi akademik dan keahlian
teknis untuk melakukan satu, atau lebih, dari kegiatan berikut;
(1) menentukan, mengukur dan menyajikan data geospasial bgrupa objek tiga
dimensi, titik dan lintasan;
(2) mengumpulkan, mengolah dan menafsirkan informasi geospasial,
menggunakan informasi itu untuk perencanaan dan administrasi yang efisien
mencakup tanah, dasar laut dan segala strukturnya; dan
(3) melakukan penelitian hal-hal tersebut di atas dan mengembangkannya.
7. Dewan Etik adalah anggota lkatan Surveyor lndonesia yang diusulkan oleh Dewan
Pengurus Pusat (DPP) ISI dan atau ditunjuk oleh instansi pemerintah yang memiliki
tugas dan wewenang untuk menegakkan kode etik surveyor.
8. Pengguna jasa adalah individu atau organisasi/lembaga baik pemerintah maupun
swasta yang mengadakan kesepakatan untuk mendapatkan jasa layanan dari
surveyor.
9. Anggota adalah anggota lkatan Surveyor lndonesia.
C. PRINSIP.PRINSIP DASAR
Prinsip-prinsip dasar Kode Etik/Pedoman Perilaku Surveyor diimplementasikan
dalam 10 (sepuluh) aturan perilaku sebagai berikut:
1. Berperilaku Jujur
Kejujuran bermakna dapat dan berani mengatakan bahwa yang benar adalah
benar dan yang salah adalah salah. Kejujuran menumbuhkan terbentuknya
pribadiyang kut dan membangkitkan kesadaran akan hakekat yang hak dan yang
batil.
Dengan demikian akan terwujud sikap pribadi yang tidak berpihak terhadap setiap
orang baik dalam melaksanakan tugas profesi maupun diluar tugas profesi.
Penerapan:
(1) Surveyor harus berperilaku lujur dan menghindari perbuatan yang tercela atau
yang dapat menimbulkan kesan tercela.
(2) Surveyor wajib menyatakan secara tertulis pada dokumen laporan terkait
kompensasi kepada atasan atau pemberi kerja apabila menerima kompensasi biaya
33
untuk kegiatan ekstra penyelenggaraan data geospasial dan informasi geospasial
dari pihak yang tidak mempunyai konflik kepentingan, sepanjang kompensasi
tersebut tidak mempengaruhi pelaksanaan tugas-tugas profesi dari Surveyor.
(3) Perilaku-perilaku lain yang oleh sidang dewan etik dinilai melanggar etika
2. Bersikap Profesional
Profesional harus dilakukan secara terus menerus dengan meningkatkan IPTEK
sehingga menjadi suatu sikap moral yang dilandasi oleh tekad untuk
melaksanakan pekerjaan yang dipilihnya dengan kesungguhan, yang didukung
oleh keahlian atas dasar pengetahuan, keterampilan dan wawasan luas.
Sikap profesional akan mendorong terbentuknya pribadi yang senantiasa
menjaga dan mempertahankan mutu pekerjaan, serta berusaha untuk
meningkatkan pengetahuan dan kinerja, sehingga tercapai setinggi-tingginya
mutu hasil pekerjaan, efektif dan efisien
Penerapan:
1) Surveyor harus mengambil langkah-langkah untuk memelihara dan
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dan kualitas pribadi untuk dapat
melaksanakan tugas-tugas secara profesion
2) Surveyor harus secara tekun melaksanakan tanggung jawab administratif dan
bekerja sama dengan pejabat instansidalam menjalankan sistem administrasi
3) Surveyor wajib mengutamakan tugas-tugas survai, pengukuran dan pemetaan
di atas kegiatan yang lain secara profesional.
4) Surveyor wajib menghindari terjadinya kekeliruan (data blunder) dalam
menyajikan infrjrmasi geospasial yang dapat menjerat secara hukum.
5) Surveyor dilarang menerima pekerjaan diluar kemampuannya.
6) Surveyor wajib menyampaikan metode yang tepat guna sesuai dengan
kebutuhan pengguna jasa
7) Perilaku-perilaku lain yang oleh sidang dewan etik dinilai melanggar etika
professional.
3. Berintegritas
lntegritas bermakna sikap dan kepribadian yang utuh, berwibawa, jujur dan tidak
tergoyahkan. lntegritas tinggi pada hakikat terwujud pada sikap setia dan norma
norma yang berlaku di masyarakat dalam melaksanakan tugas.
lntegritas tinggi akan mendorong terbentuknya pribadi yang berani menolak
34
godaan dan segala bentuk intervensi, dengan mengedepankan tuntutan hati
nurani, selalu " berusaha melakukan tugas dengan cara-cara terbaik, agar
mencapaitujuan terbaik.
Penerapan:
(1) Surveyor harus menghindari perbuatan tercela.
(2) Surveyor harus memastikan bahwa sikap. tingkah laku dan tindakannya, baik
didalam pekerjaanya maupun diluar pekerjaan, selalu menjaga dan
meningkatkan kepercayaan masyarakat.
(3) Surveyor dilarang melaksanakan suatu pekerjaan, apabila memiliki konflik
kepentingan, baik karena hubungan pribadi, kekeluargaan atau
hubunganhubungan lain yang patut diduga mengandung konflik kepentingan.
(4) Perilaku-perilaku lain yang oleh sidang dewan etik dinilai melanggar etika
integritas
4. Bertanggung jawab
Bertanggung jawab bermakna kesediaan untuk melaksanakan sebaik-baiknya
segala sesuatu yang menjadi wewenang dan tugasnya serta memiliki keberanian
untuk menanggung segala akibat atas pelaksanaan wewenang dan tugasnya
tersebut.
Penerapan
1. Surveyor dilarang menyalahgunakan jabatan untuk kepentingan pribadi'
2. Surveyor dilarang mengungkapkan atau menggunakan informasi yang
bersifat rahasia, yang didapat dalam kedudukannya sebagai Surveyor, untuk
tujuantujuan yang tidak ada hubungan dengan tugas-tugas keprofesiannya'
3. perilaku-perilaku lain yang oleh sidang dewan etik dinilai melanggar etika
tanggung jawab.
5. Berlaku adil
Adil bermakna menempatkan seduatu pada tempatnya dan memberikan yang
menjadi hak pengguna jasa, yang didasarkan pada suatu prinsip bahwa semua
pengguna jasa berhak mendapat pelayanan jasa profesi Surveyor
35
Dengan demikian, tuntutan yang paling mendasar kepada Surveyor adalah
memberikan perlakuan dan memberi kesempatan yang sama terhadap semua
pengguna jasa, tanpa membeda-bedakan
Penerapan:
1. Surveyor wajib melaksanakan tugas-tugas profesi keahliannya dengan
menghormati pihak-pihak yang memerlukan jasa pelayanannya
2. Surveyor tetap menjaga serta menumbuhkan kepercayaan kepada
masyarakat
3. Surveyor dalam menjalankan tugasnya dilarang menunjukkan rasa suka, atau
tidak suka keberpihakan, prasangka atau pelecehan terhadap suatu ras, jenis
kelamin, agama, asal kebangsaan, perbedaan kemampuan fisik atau mental
4. Surveyor dilarang bersikap, mengeluarkan perkataan atau melakukan
tindakan lain yang dapat menimbulkan kesan berprasangka, mengancam
atau menyudutkan Pihak tertentu.
5. perilaku-perilaku lain yang oleh sidang dewan etik dinilai melanggar etika
keadilan.
Penerapan
1. Surveyor wajib menghindari hal-hal yang dapat mengakibatkan, pencabutan
kewenangan dan haknya, untuk melaksanakan jasa pelayanan.
2. Surveyor dalam hubungan pribadinya dengan anggota profesi lainnya yang
secara teratur selalu berhubungan, wajib menghindari situasi yang dapat
menimbulkan kecurigaan, atau sikap keberpihakan.
3. Surveyor dilarang menggunakan wibawa lkatan Surveyor lndonesia untuk
kepentingan pribadi, keluarga atau pihak ketiga lainnya.
4. Surveyor berhak melakukan kegiatan ekstra, sepanjang tidak mengganggu
pelaksanaan tugas pokok profesinya, antara lain menulis, memberi kuliah,
mengajar dan turut serta dalam kegiatan-kegiatan yang berkenaan dengan
36
kemasyarakatan.
5. Perilaku-perilaku lain yang oleh sidang dewan etik dinilai melanggar etika
arif dan bijaksana.
8. Berdisplin Tinggi
Disiplin bermakna ketaatan pada norma-norma atau kaidah-kaidah yang diyakini
sebagai panggilan luhur untuk mengemban amanah serta kepercayaan
masyarakat dan pemerintah.
Disiplin tinggi akan mendorong terbentuknya pribadi yang tertib didalam
melaksanakan tugas, ikhlas dalam pengabdian dan berusaha untuk menjadi
teladan dalam lingkungannya, serta tidak menyalahgunakan amanah yang
dipercayakan kepadanya. ..
37
Penerapan:
1. Surveyor berkewajiban mengetahui dan mendahului serta melaksanakan
tugas pokok sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku, agar dapat
mgnerapkan peraturan secara benar dan dapat memenuhi kepuasan bagi
setiap pengambilan keputusan.
2. Surveyor harus menyelesaikan pekerjaannya dan menyerahkan hasil
pekerjaanya kepada pengguna jasa dengan tepat waktu sesuai dengan
perjanjian atau kesepakatan kerja.
3. Surveyor harus mentaati seluruh Standar Operasional Procedure {SOP) yang
berlaku di lingkungan tempat ia bekerja.
4. Surveyor harus menepatijanji yang ia sampaikan kepada pengguna jasa.
5. Perilaku-perilaku lain yang oleh sidang dewan etik dinilai melanggar etika
kedisiplinan.
Penerapan:
1. Surveyor harus melaksanakan pekerjaan sebagai sebuah pengabdian yang
tulus, pekerjaan surveyor bukan semata-mata sebagai mata pencaharian
dalam lapangan kerja untuk mendapat penghasilan materi melainkan sebuah
amanat yang akan dipertanggungjawabkan kepada masyarakat dan Tuhan
Yang Maha Esa.
2. Surveyor dilarang bersikap, bertingkah laku atau melakukan tindakan
mencari popularitas, pujian, penghargaan dan sdanjungan dari siapapun juga.
3. Surveyor dilarang bersikap sombong/arogan terhadap masyarakat dan
pengguna jasa.
4. Surveyor dilarang mempromosikan diri secara tidak patut. Perilaku-perilaku
lain yang oleh sidang dewan etik dinilai melanggar etika menjunjung tinggi
38
harga diri.
Penerapan :
1) Surveyor wajib meyakini atas kebenaran dan kecukupan tentang peralatan
dan metode yang digunakan dalam penyelengaraan informasi geospasial.
2) Surveyor harus menerapkan perangkat jaminan kualitas (quatity
assuronce) sehingga dapat meyakini dan menjamin kebenaran data dan
informasi geospasial yang disajikan.
3) Surveyor wajib menyampaikan (disclose) kualitas setiap data geospasial
dan informasi geospasial yang dihasilkan.
4) Perilaku-perilaku lain yang oleh sidang dewan etik dinilai melanggar etika
menjunjung tinggi harga diri.
Pasal 2
Dewan Etik, Tugas dan Wewenang
1. Dewan Etik adalah perseorangan yang diusulkan oleh Dewan Pengurus Pusat
(APPI ISI dan atau ditunjuk oleh instansi Pemerintah.
2. Keanggotaan Dewan Etik untuk pertama kali diangkat oleh Ketua Umum
lkatan Surveyor lndonesia. Selanjutnya, keanggotaan Dewan Etik diangkat
dan diberhentikan melalui Musyawarah Nasional (Munas) ISI atau
Musyawarah Nasional Luarbiasa (Munaslub) ISI dengan masa kepengurusan
mengikuti masa kepengurusan DPP ISI.
3. Keanggotaan Dewan Etik harus berjumlah ganjil dengan sebanyak-
banyaknya berjumlah 9 (Sembilan) orang, yang berasal dari akademisi,
industri, instansi Pemerintah, ISI, dan masyarakat.
4. Perangkat Dewan Etik terdiri dari satu orang Ketua, satu orang Sekretaris,
dan anggota.
5. Dewan Etik harus memenuhi kualifikasi sebagai berikut:
a) Tidak memiliki motif ekonomi terhadap sebuah perusahaan atau
perseorangan yang berpotensi dapat menimbulkan benturan kepentingan,
b) Tidak pernah dinyatakan bersalah atas kasus penipuan, korupsi atau kasus
lain yang dapat menurunkan kehormatan profesi,
c) Mampu secara psikis dan fisik
6. Kekosongan anggota dewan etik dapat terjadi apabila:
a. Wafat, atau
b. Dinyatakan tidak lagi memenuhi kualifikasi, atau
c. Keluar dari keanggotaan ISI.
7. Dalam hal terjadi kekosongan, DPP ISI dan anggota Dewan Etik lainnya
sesegera mungkin menunjuk penggantinya selama sisa masa kepengurusan.
Selama kekosongan tejadi, tidak mengganggu kedaulatan Dewan Etik.
8. Tugas dan wewenang Dewan Etik antara lain
a. Melakukan investigasi terhadap laporan pelanggaran kode etik ini yang
dituduhkan kepada anggota ISI,
40
b. Menuntut dan mengajukan tuntutan terhadap anggota ISI yang diindikasi
melakukan pelanggaran terhadap kode etik ini, dan
c. Melindungi dan memberikan bantuan terhadap anggota yang telah
mematuhi seluruh kode etik.
Pasal 3
Sanksi
1. Sanksiterhadap anggota yang melakukan pelanggaran Kode Etik antara lain
:
a. Teguran;
b. Surat Peringatan;
c. Rekomendasi pembekuan atau pencabutan lisensi/izin kerja;
d. Sanksi pembekuan dan atau pencabutan keanggotaan ISI.
2. Sanksi diberikan sesuai dengan tingkat pelanggaran.
3. Dalam hal tidak ditemukan pelanggaran, Dewan Etik wajib menyampaikan
hasil pemeriksaan untuk diumumkan. Keputusan dari Dewan Etik ini bersifat
final dan mengikat.
Pasal 4
Penegakan Kode Etik
1. Dewan Etik melakukan investigasi terhadap dugaan pelanggaran kode
etik, baik yang berdasarkan pengaduan masyarakat ataupun dari
peninjauan langsung anggota dewan etik.
2. Dewan Etik dapat melakukan pemanggilan secara tertulis terhadap
anggota terduga pelanggar kode etik untuk diperiksa oleh Dewan Etik.
3. Apabila diperlukan, Dewan Etik dapat memanggil orang atau saksi lain
secara tertulis untuk dimintai keterangan guna kepentingan pemeriksaan.
4. Dewan Etik melakukan pemeriksaan secara tertutup, hanya diketahui dan
dihadiri oleh anggota Dewan Etik dan anggota terduga pelanggar kode
etik.
5. Anggota terduga sebagai pelanggar kode etik wajib menjawab segala
pertanyaan yang diajukan anggota dewan etik dalam pemeriksaan.
6. Apabila anggota terduga sebagai pelanggar kode etik tidak mau
menjawab, maka yang bersangkutan dianggap mengakui dugaan
pelanggaraan kode etik yang dilakukannya. Hasil pemeriksaan
41
dituangkan dalam berita acara pemeriksaan dan ditandatangai oleh
anggota dewan etik yang hadir dan anggota terduga sebagai pelanggar
kode etik.
7. Dewan Etik memberi kesempatan kepada anggota terduga pelanggar kode
etik untuk membela diri dihadapan Dewan Etik sebelum menandatangani
berita acara pemeriksaan. Apabila anggota terduga sebagai pelanggar
kode etik tidak bersedia menandatangani berita acara pemeriksaan, maka
yang bersangkutan dianggap menyetujui segala informasi yang tertuang
dalam berita acara.
8. Dalam hal pengambilan keputusan, Dewan Etik membentuk sidang
Dewan Etik, yang dihadiri oleh sekurang-kurangnya 3 {tiga) orang
anggota Dewan Etik. Ketua Dewan Etik memastikan anggota sidang
Dewan Etik yang hadir berjumlah ganjil.
9. Keputusan Sidang Dewan Etik diambil secara musyawarah mufakat
dalam sidang tanpa dihadiri oleh anggota terduga pelanggar kode etik.
10. Dalam hal musyawarah mufakat tidak tercapai, maka keputusan diambil
dengan suara terbanyak dengan masing-masing anggota memberikan
suaranya (tidak abstain).
11. Hasil keputusan sidang dewan etik ditandatangani oleh anggota Dewan
Etik yang hadir.
12. Keputusan Sidang Dewan Etik bersifat final dan mengikat.
E. PENUTUP
1. Setiap surveyor harus berupaya dengan sungguh-sungguh untuk mematuhi
kode Etik ini.
2. Pelanggaran terhadap Kode Etik ini dapat diberi sanksi. Dalam menentukan
sanksi yang layak dijatuhkan, harus dipertimbangkan faktor-faktor yang
berkaitan dengan pelanggaran, yaitu latarbelakang, tingkat keseriusan, dan
akibat dari pelanggaran tersebut terhadap profesi surveyor ataupun lain.
3. Dewan Etik menyampaikan hasil putusan atas hasil pemeriksaan kepada Ketua
lkatan Surveyor lndonesia untuk disampaikan kepada pihak-pihak yang
berkepentingan.
4. Sidang Dewan Etik mempunyai kewenangan untuk menilai perbuatan-
42
perbuatan surveyor yang belum diatur dalam kode etik/pedoman perilaku
surveyor sebagaimana di atas merupakan pelanggaran etika.
43
44