Anda di halaman 1dari 120

PCI GIRDER

ANALISIS FORENSIK BERBAGAI KASUS


KEGAGALAN KONSTRUKSI DAN
UPAYA MITIGASINYA

Prof. Ir. Bambang Suhendro, M.Sc., Ph.D.

Kepala Laboratorium Teknik Struktur, DTSL, Universitas Gadjah Mada


Ahli Utama – Himpunan Ahli Konstruksi Indonesia (HAKI)
Anggota Komisi Keamanan Jembatan dan Terowongan Jalan (KKJTJ) – PUPR
Anggota Komite Keselamatan Konstruksi (Komite K2) - PUPR
2019

Copy right : b suhendro 2018


kecelakaan kerja, kegagalan konstruksi, kegagalan bangunan dan forensic engineering

Forensic Engineering ; PCI Girder


PCI Girder pada struktur jembatan
PCI Girder

b suhendro 2018
1. Pendahuluan
kecelakaan kerja, kegagalan konstruksi, kegagalan
bangunan dan forensic engineering

o Kecelakaan Kerja
Kecelakaan yang dialami langsung pada saat proses konstruksi, yang
dapat menimpa para pekerja konstruksi atau mengakibatkan kegagalan
pekerjaan konstruksi, yang dapat diakibatkan oleh :
• kelalaian pengguna jasa (kriteria desain, kontraktual)
• kelalaian penyedia jasa :
o konsultan perencana (code, DED, spesifikasi teknis, drawing,
detailing)
o konsultan pengawas (tidak profesional dalam pengawasan
pelaksanaan)
o pelaksana konstruksi (shop drawing, kendali mutu, Construction
Management, Construction Method - Construction Engineering)
sehingga aspek keamanan, keselamatan, kesehatan dan keberlanjutan
tidak terpenuhi
b suhendro 2018
o Kegagalan Konstruksi (PP RI No 29, 2000 : Penyelenggaraan Jasa
Konstruksi)
Kegagalan pekerjaan konstruksi adalah keadaan hasil pekerjaan
konstruksi yang tidak sesuai dengan spesifikasi pekerjaan
sebagaimana disepakati dalam kontrak kerja konstruksi, baik
sebagian atau keseluruhan sebagai akibat kesalahan pengguna
jasa atau penyedia jasa

o Kegagalan Bangunan (UU RI No 2, 2017 : Jasa Konstruksi)


Kegagalan Bangunan adalah suatu keadaan keruntuhan
bangunan dan/atau tidak berfungsinya bangunan setelah
penyerahan akhir hasil Jasa Konstruksi.
Infrastructure maintenance management system

Design
h'
h
1
I= b h3
12
crack
o Strength
kekuatan material  tegangan σ yg terjadi > σ ijin / ultimit
o Stiffness
kekakuan struktur  EI (modulus, inersia)  deformasi > toleransi

o Serviceability
fungsional tidak terpenuhi  excessive deformation, defects

o Stability
poor structural system , element buckling , overall buckling
o Durability
deterioration , defects , poor maintenance

b suhendro 2018
Forensic Engineering
o Scope of Forensic Structural Engineering
• Engineering investigation of structural failure
• Determination of the causes of structural failures of buildings,
bridges & other facilities
• Rendering opinion
• Giving testimony in judicial proceedings

o Structural failure :
• Catastropic collapse  inadequate strength or stability
• Unacceptable difference : intended & actual structural
performance  durability problem – poor maintenance
• Deficient performance  stiffness - serviceability problems
Peralatan Investigasi

• Material Test
o Non Distructive Test  langsung di lokasi  mekanis, optis, kimia, elektromagnetis, ultrasonik,
dinamis, termis

o Semi distructive  core samples  Laboratory Tests  mekanis, optis, kimia, elektromagnetis,
ultrasonik, dinamis, termis

• Structural Test  langsung di lokasi


o Static Loading Test  bila perlu respons dimonitor selama 24 jam

o Dynamic Loading Test  impact , cyclic , mechanical exiter


B. Suhendro , Januari 2018
b suhendro 2019
Peralatan investigasi FORENSIC ENGINEERING :
o Ultrasonic Pulse Velocity (UPV)
Potential Level (µ V)
o Profometer p-korosi
o Crack Microscope < -200 5%
o Schmidt Hammer
-200 ~ -350 50%
o Accelerometer B. Suhendro , Januari 2018
b suhendro 2019
o Half Cell Potensiometer -350 ~ -500 95%
Potential Level (µ V) p-korosi
< -200 5%
-200 ~ -350 50%
-350 ~ -500 95%
b suhendro 2019
B. Suhendro , Januari 2018
Forensic Engineering
Inclinometer; accelerometer; velocity meter; dataloger;
b suhendro 2019
thermocouple; digital ph-meter
Forensic Engineering :
o Datalogger
o Load cell
o Mechanical exiter

b suhendro 2019
Servicebility :
Visual: Bearing • skid resistance (skidometer)
Pavement Capacity : • roughness (IRI)
condition FWD/HWD • Evenness (profilometer)
index/PCI

b suhendro 2019

13
• defects: crack, void, narrowing
• pile integrity
• unknown pile length

Geo Penetrating Radar (GPR)


Underground profile
o airport pavement
o Building foundation

b suhendro 2019
Integrated Virtual Instrumentation and Wireless Monitoring
for Infrastructure Diagnostics (Farhey, 2006)

WISE system sensor attachment

b suhendro 2019
CORROTION IN MARINE ENVIRONMENT

Marine

b suhendro 2019
ONSHORE & OFFSHORE
STRUCTURES b suhendro 2019
b suhendro 2019
carbonation chlorid attack

b suhendro 2019
LASER PROFILOMETER
ROUGHNESS OF THE BRIDGE DECK
BEFORE INSTALLING FRP

b suhendro 2019
Prinsip Dasar
Forensic Engineering

b suhendro 2019
b suhendro 2019 B. Suhendro , Januari 2018
Forensic Engineering

b suhendro 2019 B. Suhendro , Januari 2018


• Forensic Engineering dalam bidang keteknik-sipilan dapat diartikan sebagai:
aplikasi dari engineering principles pada investigasi teknis atas kecelakaan kerja,
kerusakan dini, kegagalan, keruntuhan atau tidak berfungsinya (sesuai rencana
pemanfaatan) suatu bangunan/infrastruktur, baik sebagian maupun
keseluruhan, yang mengakibatkan adanya kerugian materi, korban terluka,
korban jiwa, ataupun terganggunaya pelayanan publik.

• Jawaban obyektif, profesional, dan proporsional berdasarkan fakta, analisis data


dan sintesis atas “mengapa” kegagalan dapat terjadi, termasuk penyebab dan
mekanisme/prosesnya, merupakan hasil yang ditargetkan untuk dicapai dari
suatu investigasi forensik.

• Penetapan siapa yang bertanggung jawab, dan seberapa ganti rugi bagi fihak
yang dirugikan tidak menjadi cakupan dalam investigasi forensik, namun
merupakan kewenangan pengadilan berdasarkan banyak pertimbangan, salah
satunya adalah hasil investigasi forensik.

b suhendro 2019
B. Suhendro , Januari 2018
• Forensic Engineering lahir di USA pada tahun 1982, dibidani
oleh American Society of Civil Engineers (ASCE),
• setelah mengevaluasi capaian mereka dalam membangun
begitu banyak bangunan/infrastruktur, mengoperasikan
untuk melayani publik, merawat dan merepair selama lebih
dari 150 tahun,
• dan telah mengalami banyak sekali keberhasilan dalam
desain, konstruksi, dan pengelolaan maintenance
infrastruktur, maupun mengalami berbagai kegagalan
konstruksi dan kegagalan bangunan.

• Motto dari Forensic Engineering adalah : “learning from


failures”.

b suhendro 2019
Forensic Engineering
o Scope of Forensic Structural Engineering
• Engineering investigation of structural failure
• Determination of the causes of structural failures of buildings,
bridges & other facilities
• Rendering opinion
• Giving testimony in judicial proceedings
o Structural failure :
• Catastropic collapse  inadequate strength or stability
• Unacceptable difference : intended & actual structural performance
• Deficient performance  serviceability problems Abnormal deterioration (durability problem)
Exessive deformation (inadequate stiffness)
Signs of distress

b suhendro 2019
Berbagai peristiwa yang "tidak diinginkan" seperti:
kecelakaan kerja, kecelakaan saat pengoperasian
kerusakan dini,
degradasi kekuatan, serviceability, dan
keruntuhan
dapat terjadi pada masa :
pelaksanaan, pemeliharaan, atau
pengoperasian suatu infrastruktur,
yang dapat menimbulkan:
kerugian materi,
korban terluka, korban jiwa,
terganggunya stabilitas / pelayanan / aktivitas publik

b suhendro 2019
Infrastructure maintenance management system

Design
Pada kondisi ini berbagai fihak seperti:
a) lembaga pengadilan,
b) kepolisian,
c) pemerintah-daerah setempat yg terkait perijinan bangunan,
d) asuransi,
e) pemilik bangunan, pengelola yg mengoperasikan
f) konsultan perencana/pengawas serta
g) kontraktor pada saat pembangunannya

akan dapat dilibatkan untuk menetapkan


apa penyebabnya / mengapa dapat terjadi
Pihak-pihak yang “bertanggung jawab",
seberapa besar "ganti-rugi" yang harus dibayarkan kepada fihak
yang dirugikan.
b suhendro 2019 B. Suhendro , Januari 2018
Forensic Engineering

• Perlu dicatat bahwa kegagalan di USA saat


Forensic Engineering dilahirkan, adalah 41%
akibat kesalahan desain, 36% akibat
pelaksanaan / konstruksi, 16% akibat kurang
pemeliharaan, dan 7% akibat lain-lain.
• Diingatkan pula oleh TCFE bahwa potensi
kegagalan konstruksi dan kegagalan bangunan
akan cukup tinggi frekuensi kejadiannya pada
negara-negara berkembang.
b suhendro 2019
B. Suhendro , Januari 2018
Situasi yang demikian sangat memerlukan peran Forensic
Engineering untuk membantu mengungkapkan permasalahan yang
sebenarnya secara obyektif, proporsional, dan profesional yang
secara umum akan meliputi aspek-aspek:

Investigasi

Evaluasi , analisis , sintesis

Pendapat ahli, kesaksian ahli di depan


pengadilan
b suhendro 2019
ASCE (American Society of Civil Engineers) resmi
membentuk Committee on Forensic Engineering pada
tahun 1982,

Saat ini telah berganti nama menjadi

Technical Council of Forensic Engineering (TCFE).

Konferensi Nasional pertama digelar oleh ASCE di


Seattle, Washington, pada April 1986, dgn tema:

“ Forensic Engineering: Learning from Failures "


b suhendro 2019 B. Suhendro , Januari 2018
b suhendro 2019
B. Suhendro , Januari 2018
Jurnal ilmiah Forensic Engineering JPCF telah
diterbitkan rutin 3 bulanan sejak Februari 1987
dan mendapatkan respon yang sangat baik dari
berbagai kalangan profesi:
Engineering, lawyer, architects, government,
insurance executives, dan owners.
Konferensi berikutnya digelar oleh TCFE-ASCE
pada tanggal 5~8 Oktober 1997 di Minneapolis,
Minnesota,

b suhendro 2019
B. Suhendro , Januari 2018
Sejak itu secara meluas diikuti oleh berbagai negara di
seluruh dunia
Diikuti berbagi Universitas di USA mulai mengajarkan mata
kuliah Forensic Engineering dlm kurikulum
Berbagai bangunan gedung, stadion, jembatan, pavement,
airport pavement, transportation tunnel, geoteknik,
bendungan, hydraulic structures, bangunan onshore
maupun offshore, dan sejenisnya,
penyebab kegagalannya telah diinvestigasi dan diungkap,
yang hasilnya sangat bermanfaat selain untuk penyelesaian
masalah juga untuk pengetahuan agar kegagalan tidak
terulang lagi.
b suhendro 2019 B. Suhendro , Januari 2018
Pendahuluan
o Competence of Structural Forensic Engineering
• Professional Structural Engineer
• Decades of experience in : analysis, design, construction & inspection
• Familiar applicable codes an strandards
• Process of material degradation (chlorid, acid, carbon, biological attacks,
thermal, fatigue, ageing, etc.)
• Methods of observation, evaluation & assessment of existing structure
• Instrumentation, Non Destructive Testing (NDT), field & Lab Testing
• Repair materials and techniques
• Investigation and detective skill
• Legal implications
• Good communication skill
• Strong sense of ethics
b suhendro 2018
Technical Competency
First, the forensic engineer must have demonstrated competency in his or her
specialized engineering discipline. Competency is the result of education and
experience. A Professional Engineering license is desirable to qualify for courtroom
testimony as a forensic engineer.

Knowledge of Legal Procedures


Along with technical competency, the forensic engineer must have a working
knowledge of legal procedures and the related vocabulary. The vocabulary
used in litigation is quite specific.

Detective Skills
The forensic engineer, acting as investigator, must possess certain detective
skills. Diligence must be exercised in collecting pertinent facts from the field
and from documents [ASCE 1989]. The quantity and reliability of available
data vary widely with each case and with each discipline.
b suhendro 2019
Oral and Written Communication Skills
The forensic engineer must be an effective communicator, both in oral and
written presentations. During the investigation, the news media may interview
the forensic engineer. Contacts with the media should be viewed as
opportunities to restore public confidence and to show professional concern.
This can be accomplished without making premature specific statements, if
the forensic engineer speaks carefully and articulately.

Personality Characteristics
The forensic engineer must be able to maintain objectivity and impartiality in
seeking truth, in the face of constant pressures to take an emotional or
advocacy position.

b suhendro 2019
Possible unexpected cases that result
in accident or structural collapse:
(1) During design stage

Misinterpretation of codes, design criteria, or design


concept

Misuse of Computer Softwares (input


preparation, assumptions, model used, and result
interpretation)

Miscalculation
b suhendro 2019 B. Suhendro , Januari 2018
(2) During construction
Accidents due to inappropriate construction method
Poor quality of resulted works
Collapse
(3) During operation (in service)
Accidents, Failure or Collapse due to misoperation/
management, poor maintenance or structural
degradation
Overloading. Fatigue / fracture
Corrosive or aggressive env. Weathering
Earthquake , wind loading Flood & Scouring
Fire , high/low temperature Function change
Vibration, repetitive load, blast
b suhendro 2019
B. Suhendro , Januari 2018
b suhendro 2019 B. Suhendro , Januari 2018
Tidak seperti civil engineer pada umumnya, dimana
perencanaan (planning), perancangan (design) dan
analisis struktur-baru berikut metode konstruksi dan
manajemen proyek merupakan bekal utama yang harus
dikuasainya, pada forensic engineering selain bekal yang
telah disebut sebelumnya juga dituntut untuk menguasai:

a) penggunaan berbagai instrumentasi dan peralatan


non-distruktif maupun uji sampel di laboratorium,

b) teknik-teknik evaluasi kinerja existing structures di


lapangan,

b suhendro 2019
B. Suhendro , Januari 2018
c) metode analisis-ulang existing structures / back analysis dengan data
saat itu (berupa material properties yang sudah mengalami degradasi
karena berbagai sebab),

d) metode pemeliharaan,
e) metode repair/strengthening existing structures beserta repair
materials yang digunakan, dan
f) pengetahuan yg cukup ttg berbagai peristiwa penyebab keruntuhan
struktur di masa lalu dan pengalaman menangani kasus sejenis.
g) detective skill

b suhendro 2019 B. Suhendro , Januari 2018


Dalam melaksanakan tugasnya, Forensic Engineers
dituntut memiliki pengetahuan dan pengalaman yang luas
dalam :
• perencanaan/perancangan,:
• pelaksanaan/konstruksi dan fabrikasi,
• prosedur maintenance dan teknik repair,
• asesmen teknis dengan peralatan investigasi (baik
nondistructive, semi-distructive maupun uji
laboratorium dan uji lapangan), maupun
• failure analysis, accident reconstruction dan detective
skill.
b suhendro 2019 B. Suhendro , Januari 2018
o Berbagai kasus kegagalan konstruksi di Indonesia, cenderung meningkat,
seperti keruntuhan PCI-girder maupun box girder saat erection jembatan, dan
runtuhnya atap bentang panjang saat erection, serta keruntuhan sebelum
penyerahan akhir hasil jasa konstruksi,

o maupun kegagalan bangunan seperti runtuhnya jembatan, amblasnya pilar


jembatan, runtuhnya komponen gedung maupun struktur gedung bertingkat,
setelah penyerahan akhir hasil jasa konstruksi yang disebabkan oleh
penyelenggaraan jasa konstruksi (tidak memenuhi syarat keamanan,
keselamatan, kesehatan dan keberlanjutan), poor maintenance

o hasil investigasi forensik yang dilakukan oleh forensic engineer dapat menjadi
masukan kepada Dewan Penilai Ahli atau Arbitrase bila ada sengketa kontrak
kerja, untuk menyelesaikan permasalahan.
b suhendro 2019
B. Suhendro , Januari 2018
o Apabila kasus harus berlanjut ke pengadilan karena adanya korban terluka
atau korban jiwa, forensic engineer dapat menjadi saksi ahli dalam
persidangan di pengadilan / judicial forum.
Kondisi tersebut telah sesuai dengan dan melengkapi implementasi UU Jasa
Konstruksi 2017.

o Sudah saatnya Forensic Engineering disosialisasikan kepada masyarakat luas,


utamanya masyarakat jasa konstruksi, dan diimplementasi di Indonesia

b suhendro 2019 B. Suhendro , Januari 2018


b suhendro 2018
b suhendro 2018
b suhendro 2018
b suhendro 2018
b suhendro 2018
b suhendro 2018
b suhendro 2018
b suhendro 2018
segmental
segmental

Saat diangkut dan saat diangkat  antar segmen tidak ada tulangan
menerusnya kecuali pada posisi terdapat tendon prategang;
Hanya terdapat shear key yang tidak mampu menahan momen.

Strength
Problems : Stiffness (lateral / out of plane)  temporary bracing
Stability (lateral/torsioanal buckling)
Saat diangkut
& diangkat

beton masih basah

b suhendro 2018
b suhendro 2018
3. BERBAGAI KASUS
KEGAGALAN KONSTRUKSI
ERECTION PCI GIRDER

b suhendro 2018
Daftar kegagalan konstruksi 8 bln terakhir

No Hari / tanggal Proyek Kontraktor Catatan

1 Minggu, 29 10 2017 Overpass Caringin, Tol A1 Hari libur


Bocimi, Jawa Barat >50 m
2 Minggu, 29 10 2017 Overpass Tol Paspro, A2 Hari libur
Jawa Timur >50 m
3 Sabtu, 29 12 2017 Jembatan Ciputrapinggan, B Hari libur
Banjar-Pangandaran, JaBar >50 m
4 Sabtu, 30 12 2017 Overpass Tol Pemalang – A3 Hari libur
Batang, Jawa Tengah >50 m
5 Selasa, 02 01 2018 Tol Depok – Antasari, C Sehabis libur
Jakarta panjang, 35 m
6 Rabu, 02 08 2017 Jembatan LRT – Jakabaring, D Tengah malam
Palembang (U girder) 35 m, crane
b suhendro 2018
Daftar kegagalan konstruksi 8 bln terakhir

No Hari / tanggal Proyek Kontraktor Catatan

7 Minggu, 23 01 2018 Jembatan LRT – Kayu Putih, E Hari libur


Jakarta (setelah stressing) (box girder) Tengah malam
8 Minggu, 04 02 2018 Girder Launcher runtuh F Hari libur
Double – double track, Lifting equip.
Jatinegara
9 Senin, 05 02 2018 Dinding Under Pass runtuh G Dinding
Perimeter Road Bandara penahan
Soekarno Hatta tanah
10 Senin, 19 02 2018 Bekisting Pier Head A4 03:00
Toll Becakayu - Jakarta Form work

b suhendro 2018
Daftar kegagalan konstruksi 8 bln terakhir

No Hari / tanggal Proyek Kontraktor Catatan

11 Rabu, 22 05 2019 Steel I-Girder 108 m G Jam 04:00


Proyek Jalan Tol Layang pagi
Jakarta-Cikampek
(Elevated) terlepas dari Steel Girder
truk multi-axle.

12 Jumat, 05 07 2019 Steel Girder mengalami H Steel Girder


torsional buckling saat
lifting

b suhendro 2018
Girder terguling setelah
seling dilepas

b suhendro 2018
Girder terguling setelah
b suhendro 2018 seling dilepas
Girder terguling karena
bracing yg tidak
memadai

b suhendro 2018
Girder terguling setelah
Stressing dilaksanakan

b suhendro 2018
Girder terguling karena
bracing yg tidak
memadai

b suhendro 2018
b suhendro 2018
b suhendro 2018
Girder terguling saat melepas “kalung”
beda elevasi tumpuan 2,5 m
(miring 4,5 derajat)
skew bridge
Sistem lifting : “kalung”
Lebar bearing 70% lebar bottom flange
Temporary bracing hanya sekitar tengah
bentang dan tidak menerus

b suhendro 2018
Girder terguling krn
tersenggol alat berat
backhoe yg melakukan
excavation di sekitarnya

b suhendro 2018
b suhendro 2018
U Girder terguling karena
lifting equipment
tidak kuat dan tidak stabil
U Girder terguling karena
lifting equipment
tidak kuat dan tidak stabil

b suhendro 2018
Senin 22 Januari 2018 ; 00.20 WIB
Box Girder Proyek LRT Jakarta
ambruk setelah selesai
melakukan stressing Box Girder
bentang P28 – P29 di area Jl.
Kayu Putih Raya, Pulo Gadung,
Jakarta Timur.

b suhendro 2018
Launching girder ambruk
04 Februari, Proyek
double-double track 4
Jatinegara
pekerja tewas

b suhendro 2018
Runtuhnya form work, saat
pengecoran Pier Head –
Tol Becakayu Jakarta,
20 Februari 2018,
Jam 03:00 pagi menjelang
b suhendro 2018
subuh.
b suhendro 2018
Jembatan LRT – Kayu Putih, Jakarta
• Minggu 23 01 2018  hari libur
• tengah malam (00:20)
• sesaat setelah stressing
b suhendro 2018 • Box girder standard dengan wet joint
Rabu (22/5/2019)
Steel I-Girder Proyek Jalan Tol Layang Jakarta-Cikampek (Elevated)
terlepas dari truk multi-axle.
Rabu pagi sekitar pukul 04.00 WIB di KM 28+600 di Tol Jakarta-Cikampek
arah Cikampek dilakukan pemindahan SIG Japek Elevated.
Saat SIG dalam proses mobilisasi dengan kendaraan multi axle, posisi
SIG sepanjang 108 meter terjatuh dari multi axle.
5 Juli 2019 : Torsional Buckling
Aspek Teknis & Non-Teknis
Teknis :
• PCI Girder - Bentang non standard (>50 m)
• Metode “gendong” saat lifting
• Bracing tidak mencukupi (di support maupun di sepanjang bentang)
• Skew bridge
• Beda elevasi tumpuan pada pier head cukup besar
• Wet joint  stressing diusia 1 hari
• Lebar bearing pad < lebar bottom flange
• Lifting equipment
• Landasan lifting equipment yg tidak stabil
• Torsional buckling saat transporting / mobilisasi (perlu temporary bracings)
• Torsional buckling saat lifting (perlu temporary bracings)

Non Teknis :
• Hari libur (Minggu, Sabtu, hari pertama setelah libur panjang)
• Tengah malam (00:00 , 03:00), lembur dinihari
• Kombinasi dari hari libur dan lembur tengah malam

b suhendro 2018
4
miring 4,5% ; skew bridge

/ landasan berpijak nya

b suhendro 2018
b suhendro 2018
Kemiringan girder yg terlalu besar
(4,5% - beda tinggi tumpuan 2,5 m)

b suhendro 2018
Skew girder orientation

b suhendro 2018
b suhendro 2018
b suhendro 2018
Stability saat diangkat vs posisi lifting point

Roll axis
di bawah
girder axis Lebih mudah
terguling saat
diangkat

b suhendro 2018
Saat diangkut & diangkat

Distribusi tegangan pada girder saat diangkat / diangkut

b suhendro 2018
segmental

Saat diangkut dan saat diangkat  antar segmen tidak ada tulangan
menerusnya kecuali pada posisi terdapat tendon prategang;
Hanya terdapat shear key yang tidak mampu menahan momen.

Strength
Problems : Stiffness (lateral / out of plane)  temporary bracing
Stability (lateral/torsioanal buckling)
b suhendro 2018
b suhendro 2018
• Transporitng pakai trailer truck depan maupun
belakang
• Mengalami puntir, tarik, lentur, getaran akibat jalan
yg tidak rata

b suhendro 2018
digendong pakai kalung sling, segmental (tulangan konvensional putus),
skew, beda elevasi support, lebar bearing pad < lebar bottom flange.
b suhendro 2018
4m

b suhendro 2018
Kombinasi beda tinggi / kemiringan besar dan skew orientation

b suhendro 2018
Akibat kemiringan girder yg terlalu
besar (beda tinggi tumpuan 2,5 m)

Kalung seling
Kalung seling mudah slip bila
mudah slip bila sudut kemiringan
sudut kemiringan besar
besar

b suhendro 2018
b suhendro 2018
Lebar elastomeric bearing dibuat
lebih besar atau sama dengan
lebar bottom flange girder

Memudahkan
penempatan
agar centris :
mencegah
mudah
terguling
setelah girder
duduk

b suhendro 2018
b suhendro 2018
b suhendro 2018
b suhendro 2018
Kegagalan lifting equipment / launching girder / landasan
b suhendro 2018
b suhendro 2018
b suhendro 2018
Wet Joint & Jacking Equipment Problems

Wet joints :
di cor insitu
early strength concrete
stressing ok apabila
kuat tekan > 0,8 fc’
wet joint wet joint Instrumentasi jacking eq :
b suhendro 2018 elongation & manometer
Wet Joint & Jacking Equipment Problems

Early strength concrete :


• mengingat pada usia yang sangat muda  nilai fc’ (strength) dan nilai
Modulus Elastisitas Ec (stiffness - deformasi) beton belum stabil, maka
• Untuk membuktikan bahwa usia wet joint (misal diinginkan stressing pada
usia 1 hari) kuat tekan ditargetkan sudah mencapai > 0,8 fc’ perlu back up :
(a) hasil uji lab tekan silinder sampel minimal 3 buah, sebelum stressing
(b) hasil Non Distructive Test (NDT) pada beberapa titik representatif
langsung pada wet joint di lapangan dengan UPV yg sdh terkalibrasi
• Penggunaan beton yang mutunya sengaja ditinggikan menjadi fc’* agar saat
usia stressing (misalnya 1 hari) persyaratan 0,8 fc’ terpenuhi, harus di back up
dengan perhitungan yang cermat karena akibat dari itu nilai modulus elastis
beton juga meningkat menjadi sekitar 𝑓𝑐 ′∗ sehingga dengan regangan yang
sama, akan menyerap tegangan yang lebih tinggi.

b suhendro 2018
Wet Joint Problems

b suhendro 2018
Wet Joint Problems

Ec usia 28 hari

Ec usia 1 hari

b suhendro 2018
Jacking Equipment Problems

• Instrumentasi jacking eq : elongation & manometer


• Elongation  regangan
• Manometer  hydraulic pressure  jacking force
• Alat hydraulic jack  harus laik fungsi (tersertifikasi)
• Instrumen elongation  harus terkalibrasi
• Instrumen manometer  harus terkalibrasi
• Antara jacking force dan regangan  kesesuaian /
reliabilitas , mana yang menentukan prestressing force
sudah tercapai  mencegah overstressed  beton wet
joint hancur pada usia sangat muda
• Frekuensi pengunaan alat  perlu dicatat  fatigue

b suhendro 2018
b suhendro 2018
b suhendro 2018
b suhendro 2018
4m

b suhendro 2018
b suhendro 2018

Anda mungkin juga menyukai