Anda di halaman 1dari 13

KEGAGALAN JEMBATAN (BRIDGE FAILURE)

(CONTOH : JEMBATAN SUNGAI LIONG BENGKALIS)

TEKNIK JEMBATAN

OLEH :

I GEDE WANA WEDASTRA

1504105093

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS UDAYANA
2017

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan
anugrah dan rahmat-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini sesuai waktu yang
telah ditentukan. Dalam penyusunan makalah ini, tidak sedikit hambatan yang saya hadapi,
namun saya menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan makalah ini tidak lain berkat
bimbingan dari Bapak/ Ibu Dosen sehingga kendala-kendala yang saya hadapi dapat teratasi.

Semoga makalah ini dapat membantu menambah pengetahuan dan wawasan bagi
para pembaca. Sehingga pembaca mendapat manfaat dari membaca makalah ini. Banyak
kekurangan yang mungkin terdapat dalam makalah ini. Oleh karena itu, saya harapkan
kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun
untuk kesempurnaan makalah ini kedepannya.

Denpasar, 13 September 2017

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................................. i


KATA PENGANTAR ........................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................................ iii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................................ iv
A. PENDAHULUAN .......................................................................................................... 1
B. DEFINISI KEGAGALAN BANGUNAN ..................................................................... 2
C. PENYEBAB KEGAGALAN STRUKTUR JEMBATAN ............................................ 2
D. CONTOH KEGAGALAN JEMBATAN YANG PERNAH TERJADI ........................ 6
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................ 9

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. 1 Tampak Bentang Jembatan yang Melengkung.............................................................. 6


Gambar 1. 2 Para pekerja sedang mengatasi gelagar yang retak-retak dengan cara diplester ........... 7
Gambar 1. 3 Karena tak juga dapat mengatasi masalah, akhirnya jembatan dibongkar ................... 7

iv
A. PENDAHULUAN

Prasarana transportasi (jalan dan jembatan) merupakan salah satu produk dari
kegiatan jasa konstruksi sehingga proses pembangunan prasarana transportasi harus
mengacu pada Undang-Undang no.18 tahun 1999 tentang jasa konstruksi. Kegagalan
bangunan jalan dan jembatan akan menghambat pelayanan transportasi sehingga keempat
unsur yang terkait dengan pembangunan (perencana, pengawas, pelaksana & pengguna jasa)
harus dapat diminta pertanggungjawabannya sesuai dengan tugas dan kewenangannya.
Untuk itu perlindungan terhadap kegagalan bangunan, peran asuransi jasa konstruksi sangat
diperlukan sesuai yang diamanatkan oleh UU Jasa konstruksi.

Sejarah jembatan sudah cukup tua bersamaan dengan terjadinya hubungan


komunikasi/ transportasi antara sesama manusia dan antara manusia dengan lingkungannya.
Macam dan bentuk serta bahan yang digunakan mengalami perubahan sesuai dengan
kemajuan jaman dan teknologi, mulai dari yang sederhana sekali sampai pada kontruksi yang
mutahir.

Pengertian jembatan secara umum adalah suatu kontruksi yang berfungsi untuk
menghubungkan dua bagian jalan yang terputus oleh adanya rintangan-rintangan seperti
lembah yang dalam, alur sungai, dananu, saluran irigasi, kali, jalan kereta api, jalan raya
yang melintang tidak sebidang dan lain-lain (Civeng, 2014).

Jenis jembatan berdasarkan fungsi, lokasi, bahan konstruksi dan tipe struktur
sekarang ini telah mengalami perkembangan pesat sesuai dengan kemajuan jaman dan
teknologi mulai dari yang sederhana sampai pada konstruksi yang mutakhir. Klasifikasi
jembatan dibagi menjadi 3 yaitu (Civeng, 2014) :

1. Menurut kegunaannya ;
2. Menurut jeni materialnya ;
3. Menurut sistem struktur.

Walaupun suatu konstruksi contohnya adalah jembatan telah mengalami tahap


perencanaan yang cukup matang, namun tidak menutup kemungkinan bahwa suatu saat
konstruksi jembatan tersebut tidak akan mengalami kegagalan (Bridge Failure) seperti
keruntuhan atau deformasi yang cukup ekstrim akibat dari kesalahan-kesalahan yang cukup
beragam.

1
B. DEFINISI KEGAGALAN BANGUNAN

Menurut Undang-Undang no.18 tahun 1999 dan PP 29 tahun 2000, Definisi


Kegagalan Bangunan secara umum adalah merupakan keadaan bangunan yang tidak
berfungsi, baik sacara keseluruhan maupun sebagian dari segi teknis, manfaat, keselamatan
dan kesehatan kerja dan/atau keselamatan umum, sebagai akibat kesalahan penyedia jasa
dan atau pengguna jasa setelah penyerahan akhir pekerjaan konstruksi (Muliarsana, 2014).

Jembatan berfungsi sebagai prasarana untuk pergerakan arus lalu lintas. Dengan
demikian Jembatan direncanakan agar dapat memberi pelayanan terhadap perpindahan
kendaraan dari suatu tempat ketempat lain dengan waktu yang sesingkat mungkin dengan
persyaratan nyaman dan aman (Comfortable and Safe). Sehingga dapat dikatakan bahwa
kecepatan (speed) adalah merupakan faktor yang dapat dipakai sebagai indikator untuk
menilai apakah suatu Jalan/ Jembatan mengalami kegagalan fungsi bangunan atau tidak
(Muliarsana, 2014).

C. PENYEBAB KEGAGALAN STRUKTUR JEMBATAN

Kegagalan bangunan untuk jalan dan jembatan adalah suatu kondisi dimana
bangunan jalan dan jembatan tidak mampu melayani pengguna jalan sesuai dengan
kecepatan rencana secara nyaman dan aman (Yahya).

Berikut merupakan macam-macam penyebab kegagalan struktur jembatan yaitu :

1. Kegagalan Perencana
Penyebab kegagalan perencana umumnya disebabkan oleh :
a. Tidak mengikuti TOR
b. Terjadi penyimpangan dari prosedur baku, manual atau peraturan yang
berlaku,
c. Terjadi kesalahan dalam penulisan spesifikasi teknik,
d. Kesalahan atau kurang profesionalnya perencana dalam menafsirkan data
perencanaan dan dalam menghitung kekuatan rencana suatu komponen
konstruksi,
e. Perencanaan dilakukan tanpa dukungan data penunjang perencanaan yang
cukup dan akurat,

2
f. Terjadi kesalahan dalam pengambilan asumsi besaran rencana (misalnya
beban rencana) dalam perencanaan,
g. Terjadi kesalahan perhitungan arithmatik
h. Kesalahan gambar rencana.
2. Kegagalan Pengawas
Penyebab kegagalan pengawas umumnya disebabkan oleh :
a. Tidak melakukan prosedur pengawasan dengan benar,
b. Tidak mengikuti TOR,
c. Menyetujui proposal tahapan pembangunan yang tidak sesuai dengan
spesifikasi,
d. Menyetujui proposal tahapan pembangunan yang tidak didukung oleh
metode konstruksi yang benar,
e. Menyetujui gambar rencana kerja yang tidak didukung perhitungan teknis.
3. Kegagalan Pelaksana
Penyebab kegagalan pengawas umumnya disebabkan oleh :
a. Tidak mengikuti spesifikasi sesuai kontrak,
b. Salah mengartikan spesifikasi,
c. Tidak melaksanakan pengujian mutu dengan benar,
d. Tidak menggunakan material yang benar,
e. Salah membuat metode kerja,
f. Salah membuat gambar kerja,
g. Pemalsuan data profesi,
h. Merekomendasikan penggunaan peralatan yang salah.
4. Kegagalan Pengguna Bangunan
Penyebab kegagalan pengawas umumnya disebabkan oleh :
a. Penggunaan bangunanan yang melebihi kapasitas rencana,
b. Penggunaan bangunan diluar dari peruntukan rencana,
c. Penggunaan bangunan yang tidak didukung dengan program pemeliharaan
yang sudah ditetapkan,
d. Penggunaan bangunan yang sudah habis umur rencananya.

Akibat dari kegagalan atau kesalahan yang telah diuraikan diatas, adapun jenis
keruntuhan yang terjadi pada struktur bangunan akibat dari kesalahan-kesalahan diatas
adalah sebagai berikut :

3
1. Bangunan Bawah
Pondasi adalah merupakan bagian yang paling penting dari bangunan bawah
struktur jembatan yang harus meneruskan beban kendaraan serta bagian-bagian
diatasnya ke lapisan tanah. Kegagalan bangunan bawah (pilar atau abutmen)
terjadi apabila keruntuhan atau amblasnya bangunan bawah tersebut dan atau
terjadi keretakan struktural yang berpengaruh terhadap fungsi struktur bangunan
atas. Kegagalan pondasi dibagi sesuai dengan jenis pondasi yaitu:
a. Pondasi Langsung, kegagalan pada pondasi langsung secara fisik dapat
terjadi apabila struktur tersebut mengalami :
AMBLAS, berarti elevasi pondasi berada pada level yang lebih rendah
daripada elevasi rencana.
MIRING, berarti posisi pondasi langsung tersebut tidak sesuai dengan
posisi vertikal rencana.
PUNTIR, berarti terjadinya suatu amblas yang disertai posisi miring yang
tidak beraturan.
b. Pondasi sumuran, kegagalan pondasi sumuran secara fisik sama dengan
Pondasi Langsung.
c. Pondasi Tiang Pancang Beton/ Baja, kegagalan pondasi tiang pancang
beton/ baja secara fisik dapat terjadi apabila struktur tersebut mengalami:
AMBLAS, berarti elevasi pondasi berada pada level yang lebih rendah
daripada elevasi rencana.
PATAH, yaitu kondisi dimana tidak ada kesatuan antara tiang dan poor
bangunan bawah yang mengakibatkan tiang pancang tidak berfungsi, atau
tiang pancang beton mengalami retak struktural.
2. Bangunan Atas
Kegagalan Bangunan Atas Jembatan dapat dibagi sesuai dengan jenis bangunan
atas yaitu :
a. Retak Struktural
Unsur retak akan mempengaruhi kekuatan struktur adalah lebarnya
dan kedalaman retak yang terjadi. Lebar retak yang berlebihan, disamping
akan secara langsung mengurangi kekuatan struktur juga akan
memberikan peluang udara dan air yang akan mengakibatkan terjadinya
korosi yang pada akhirnya juga mengurangi kekuatan struktrur. Maka
oleh karena itu lebar maksimum dan kedalaman retak harus dibatasi.

4
Besarnya kedalaman maksimum retak yang diizinkan adalah
proporsional dengan tebal struktur itu sendiri.

b. Lendutan
Lendutan yang berlebihan, disamping akan mempengaruhi kekuatan
struktur juga mempunyai dampak psikologis bagi sipengendara. Besarnya
lendutan maksimum yang diizinkan adalah proporsional dengan bentang
jembatan yang bersangkutan.
c. Getaran/ Goyangan
Amplitudo getaran harus dibatasi sedemikian rupa, baik akibat angin
maupun pergerakan lalu lintas disamping sehingga masih memenuhi
persyaratan baik dari segi stabilitas struktur maupun dari dari
kenyamanan sipengendara. Besarnya amplitudo getaran maksimum yang
diizinkan adalah proporsional dengan bentang jembatan yang
bersangkutan.
d. Kerusakan Lantai Kendaraan
Kerusakan lantai kendaran berupa retak, terkelupas dan atau pecah
akan berpengaruh secara langsung terhadap riding quality lantai
kendaraan yang menyebabkan kenyaman sipengendara akan berkurang.
Maka. luas kerusakan dibatasi tidak boleh melebihi angka yang
dipersyaratkan yaitu persentase luas yang rusak terhadap suatu luas
segmen yang ditinjau.
e. Tumpuan (Bearing)
Kerusakan tumpuan pada derajat tertentu akan mempengaruhi sistem
pendukungan tumpuan terhadap beban yang pada akhirnya sistem
distribusi beban berubah. Oleh sebab itu tingkat kerusakan tumpuan ini
harus dibatasi sehinga tidak sampai merubah sistem pembebanan
original. Besarnya tingkat kerusakan maksimum yang diizinkan
tergantung dari jenis tumpuan itu sendiri.
f. Expansion Joint
Kerusakan expansion joint yang berupa robek atau terkelupasnya
joint sealant-nya tidak terlalu berpengaruh terhadap kekuatan struktur.
Namun akan sangat berbahaya jika lubang yang yang terjadi cukup besar
yang dapat mengakibatkan bahaya bagi kendaraan yang melaju dengan

5
kecepatan tinggi. Oleh karena itu tingkat kerusakan expansion joint ini
harus sedemikian rupa sehingga tidak membahayakan kepada pengendara
kendaraan.

D. CONTOH KEGAGALAN JEMBATAN YANG PERNAH TERJADI

Contoh kegagalan struktur akibat pelaksanaan yaitu pada pembangunan jembatan


Sungai Liong Bengkalis dimana kontraktor sebagai pelaksana tidak memperhatikan kondisi
tanah yang berada di bawah konstruksi penopang jembatan (Muliarsana, 2014).

Proyek Pembangunan Jembatan Sungai Liong bernilai Milyaran Rupiah di


Kabupaten Bengkalis. Pihak Kontraktor kewalahan melihat kondisi gelagar Jembatan
melengkung dan retak-retak. Padahal kontraktor pelaksana merupakan perusahaan BUMN
yang sudah jelas memiliki banyak pengalaman mengerjaan perkerjaan tersebut. Kontraktor
sebagai pelaksana tidak memperhitungkan/ mengantispasi kondisi tanah dasar sungai yang
dijadikan dasar untuk mendirikan stelling/ begisting jembatan tersebut, sehingga begisting
tersebut tidak mampu menahan berat beton sebelum beton tersebut mampu menahan beban
dirinya sendiri (Muliarsana, 2014).

Gambar 1. 1 Tampak Bentang Jembatan yang Melengkung

6
Gambar 1. 2 Para pekerja sedang mengatasi gelagar yang retak-retak dengan cara diplester

Gambar 1. 3 Karena tak juga dapat mengatasi masalah, akhirnya jembatan dibongkar

Menurut keterangan dari beberapa sumber, melengkungnya gelagar tersebut terjadi


sesaat setelah dilakukan pengecoran. Jika keterangan ini memang benar, itu berarti pihak
kontraktor memang tidak memperhitungkan/ mengantispasi kondisi tanah dasar sungai yang

7
dijadikan dasar untuk mendirikan stelling/ begisting jembatan tersebut, sehingga begisting
tersebut tidak mampu menahan berat beton sebelum beton tersebut mampu menahan beban
dirinya sendiri (Trianto, 2010).

8
DAFTAR PUSTAKA

Civeng. (2014, March 30). Pengertian dan Jenis Struktur Jembatan. Retrieved from
ilmutekniksipilindonesia.com:
http://www.ilmutekniksipilindonesia.com/2014/03/pengertian-dan-jenis-struktur-
jembatan.html
Muliarsana. (2014). Kegagalan Struktur Jembatan. Retrieved from Berbagi Pengetahuan:
http://muliarsana.blogspot.co.id/2011/04/kegagalan-struktur-jembatan.html
Trianto. (2010). Kegagalan Konstruksi Jembatan Sungai Liong Bengkalis. Retrieved from
http://triantomedia.blogspot.co.id/2010/12/kegagalan-konstruksi-jembatan-
sungai.html
Yahya, R. G. (n.d.). Penyebab Kegagalan Bangunan Jalan dan Jembatan, Pages 1.

Anda mungkin juga menyukai