PENDAHULUAN
1
1.2. Jenis-Jenis dan Klasifikasi Jembatan
Jenis-jenis jembatan cukup banyak tergantung dari sudut pandang yang diambil.
Berdasar bahan bangunannya sendiri jembatan dapat dikelompokkan sebagai
berikut :
1.2.1. Jenis Jembatan dari Segi Kegunaanya
Ditinjau dari fungsinya maka jembatan dapat dibedakan menjadi :
a. Jembatan jalan raya (highway bridge)
Jembatan yang direncanakan untuk memikul beban lalu lintas kendaraan
baik kendaraan berat maupun ringan.Jembatan jalan raya ini menghubungkan
antara jalan satu ke jalan lainnya.
b. Jembatan penyeberangan (foot bridge)
Jembatan yang digunakan untuk penyeberangan jalan.Fungsi dari jembatan
ini yaitu untuk memberikan ketertiban pada jalan yang dilewati jembatan
penyeberangan tersebut dan memberikan keamanan serta mengurangi faktor
kecelakaan bagi penyeberang jalan.
c. Jembatan kereta api (railway bridge)
Jembatan yang dirancang khusus untuk dapat dilintasi kereta api.
Perencanaan jembatan ini dari jalan rel kereta api, ruang bebas jembatan, hingga
beban yang diterima oleh jembatan disesuaikan dengan kereta api yang melewati
jembatan tersebut.
d. Jembatan darurat
Jembatan darurat adalah jembatan yang direncanakan dan dibuat untuk
kepentingan darurat dan biasanya dibuat hanya sementara. Umumnya jembatan
darurat dibuat pada saat pembuatan jembatan baru dimana jembatan lama harus
dilakukan pembongkaran, dan jembatan darurat dapat dibongkar setelah jembatan
baru dapat berfungsi.
2
a. Jembatan lengkung (arch bridge)
Pelengkung adalah bentuk struktur non linier yang mempunyai kemampuan
sangat tinggi terhadap respon momen lengkung.Yang membedakan bentuk
pelengkung dengan bentuk – bentuk lainnya adalah bahwa kedua perletakan
ujungnya berupa sendi sehingga pada perletakan tidak diijinkan adanya
pergerakan kearah horisontal.Bentuk Jembatan lengkung hanya bisa dipakai
apabila tanah pendukung kuat dan stabil.Jembatan tipe lengkung lebih efisien
digunakan untuk jembatan dengan panjang bentang 100 – 300 meter.
3
c. Jembatan cable-stayed
Jembatan cable-stayed menggunakan kabel sebagai elemen pemikul lantai
lalu lintas.Pada cable-stayed kabel langsung ditumpu oleh tower.Jembatan cable-
stayed merupakan gelagar menerus dengan tower satu atau lebih yang terpasang
diatas pilar – pilar jembatan ditengah bentang.
Jembatan cable-stayed memiliki titik pusat massa yang relatif rendah posisinya
sehingga jembatan tipe ini sangat baik digunakan pada daerah dengan resiko
gempa dan digunakan untuk variasi panjang bentang 100 - 600 meter.
4
Gambar 1.4 Jembatan gantung (suspension bridge)
(Sumber : Jembatan, Arief Taufiq Nurhidayat)
5
Gambar 1.5 Jembatan rangka (truss bridge)
(Sumber : Jembatan, Arief Taufiq Nurhidayat)
6
1.3.3 Jenis Jembatan dari Segi bahan bangunan
a. Jembatan kayu
Jembatan kayu merupakan jembatan sederhana yang mempunyai panjang
relatif pendek dengan beban yang diterima relatif ringan. Meskipun
pembuatannya menggunakan bahan utama kayu, struktur dalam perencanaan atau
pembuatannya harus memperhatikan dan mempertimbangkan ilmu gaya
(mekanika).
b. Jembatan pasangan batu dan batu bata
Jembatan pasangan batu dan bata merupakan jembatan yang
konstruksiutamanya terbuat dari batu dan bata.Untuk membuat jembatan
denganbatu dan bata umumnya konstruksi jembatan harus dibuat
melengkung.Seiring perkembangan jaman jembatan ini sudah tidak digunakan
lagi.
c. Jembatan beton bertulang dan jembatan beton prategang (prestressed concrete
bridge)
Jembatan dengan beton bertulang pada umumnya hanya digunakan untuk
bentang jembatan yang pendek.Untuk bentang yang panjang seiring dengan
perkembangan jaman ditemukan beton prategang.Dengan beton prategang
bentang jembatan yang panjang dapat dibuat dengan mudah.
d. Jembatan baja
Jembatan baja pada umumnya digunakan untuk jembatan dengan bentang
yang panjang dengan beban yang diterima cukup besar.Seperti halnya beton
prategang, penggunaan jembatan baja banyak digunakan dan bentuknya lebih
bervariasi, karena dengan jembatan baja bentang yang panjang biayanya lebih
ekonomis.
e. Jembatan komposit
Jembatan komposit merupakan perpaduan antara dua bahan yang sama atau
berbeda dengan memanfaatkan sifat menguntungkan dari masing–masing bahan
7
tersebut, sehingga kombinasinya akan menghasilkan elemen struktur yang lebih
efisien.
8
BAB II
PROSES PERENCANAAN JEMBATAN
2.1. Umum
Konstruksi jembatan adalah suatu konstruksi bangunan pelengkap sarana
transportasi jalan yang menghubungkan suatu tempat ke tempat yang lainnya,
yang dapat dilintasi oleh sesuatu benda bergerak misalnya suatu lintas yang
terputus akibat suatu rintangan atau sebab lainnya, dengan cara melompati
rintangan tersebut tanpa menimbun / menutup rintangan itu dan apabila jembatan
terputus maka lalu lintas akan terhenti. Lintas tersebut bisa merupakan jalan
kendaraan, jalan kereta api atau jalan pejalan kaki, sedangkan rintangan tersebut
dapat berupa jalan kenderaan, jalan kereta api, sungai, lintasan air, lembah atau
jurang.
Jembatan juga merupakan suatu bangunan pelengkap prasarana lalu lintas darat
dengan konstruksi terdiri dari pondasi, struktur bangunan bawah dan struktur
bangunan atas, yang menghubungkan dua ujung jalan yang terputus akibat bentuk
rintangan melalui konstruksi struktur bangunan atas.
Jembatan adalah jenis bangunan yang apabila akan dilakukan perubahan
konstruksi, tidak dapat dimodifikasi secara mudah, biaya yang diperlukan relatif
mahal dan berpengaruh pada kelancaran lalu lintas pada saat pelaksanaan
pekerjaan. Jembatan dibangun dengan umur rencana 100 tahun untuk jembatan
besar, minimum jembatan dapat digunakan 50 tahun.Ini berarti, disamping
kekuatan dan kemampuan untuk melayani beban lalu lintas, perlu diperhatikan
juga bagaimana pemeliharaan jembatan yang baik.
Karena perkembangan lalu lintas yang ada relatip besar, jembatan yang dibangun,
biasanya dalam beberapa tahun tidak mampu lagi menampung volume lalu lintas,
sehingga biasanya perlu diadakan pelebaran.Untuk memudahkan pelebaran perlu
disiapkan desain dari seluruh jembatan sehingga dimungkinkan dilakukan
pelebaran dikemudian hari, sehingga pelebaran dapat dilaksanakan dengan biaya
yang murah dan konstruksi menjadi mudah.
Pada saat pelaksanaan konstruksi jembatan harus dilakukan pengawasan dan
pengujian yang tepat untuk memastikan bahwa seluruh pekerjaan dapat
1
2.2 Tahapan Perencanaan
Dalam perencanaan jembatan dimungkinkan adanya perbedaan antara ahli satu
dengan yang lainnya, tergantung latar belakang dan pengalamannya. Akan tetapi
perbedaan tersebut harus tidak boleh menyebabkan gagalnya proses perencanaan.
Sebelum sampai tahap pelaksanaan konstruksi, paling tidak seseorang ahli atau
perancang telah mempunyai data baik sekunder maupun primer yang berkaitan
dengan pembangunan jembatan.Data tersebut merupakan bahan pemikiran dan
pertimbangan sebelum kita mengambil suattu keputusan akhir. Berikut ini
ditunjukkan tentang suatu proses tahapan perencanaan yang perlu dilaksanakan.
Data yang diperlukan dapat berupa :
a. Lokasi :
1) Topografi
2) Lingkungan : kota dan luar kota
3) Tanah Dasar
b. Keperluan : melintasi sungai melintasi jalan lain
c. Bahan struktur :
1) Karakteristik
2) Ketersediannya
d. Peraturan
2
2.3.2 Aspek Teknis
1. Penentuan geometri struktur, alinyemen horizontal dan vertikal sesuai
lingkungan sekitar.
2. Pemilihan sistem utama jembatan dan posisi dek.
3. Penentuan panjang bentang optimum sesuai syarat hidraulika arsitektural dan
biaya.
4. Pemilihan struktur utama atas dan bawah.
5. Pendetilan struktur atas.
6. Pemilihan bahan yang tepat.
Kesesuaian estetika dan arsitektural akan memberikan nilai lebih kepada jembatan
yang dibangun.
a. Pandangan ahli jembatan jurang atau jalan rel sering dipilih daripada
perlintasan yang membentuk alinyemen yang miring.
b. Struktur jembatan yang sederhana kenyatan struktur jembatan relatif sederhana
dan sering mengabaikan alinyemen jalan.
c. Layout jembatan bentang panjang bertambahnya tingkat kegunaan jalan dan
panjang bentang merupakan hal yang cukup penting untuk menentukan layout.
3
1. Persilangan pada sungai (main channel) dan lembah datar (valley flates) layout
jembatan sebaiknya ditempatkan pada bagian lembah yang sempit.
2. sungai dan tribut ary, jembatan dibangun pada bagian sungai yang tidak
bercabang.
3. Sungai permanen.
4. Pengalihan atau perbaikan aliran sungai.
4
Penyelidikan lokasi perlu dilakukan untuk mengatasi kondisi fisik lokasi dan
perlu dilakukan pula tentang situasi geografi dan geologi ketersediaan bahan, alat,
dan fasilitas lainnya seperti masalah transportasi ke lokasi.
b. Kondisi fondasi Setempat
Faktor yang perlu diperhatikan dengan seksama adalah kondisi fondasi termasuk
titik-titik rencana pilar pada potongan melintang sungai.