Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Jembatan merupakan suatu bangunan konstruksi yang berfungsi untuk


meneruskan atau menyambungkan jalan melalui suatu rintangan yang berada
lebih rendah. Rintangan ini biasanya jalan lain (jalan air atau sungai, dan jalan
lalu lintas biasa). Dengan adanya jembatan transportasi darat yang terputus oleh
sungai, jurang, alur banjir (floodway) dapat teratasi, sehingga akan menghemat
penggunaan bahan bakar dan menghemat waktu perjalanan.
Sebagai salah satu infrastruktur yang sangat penting dalam mendukung pembangunan
baik dalam bidang ekonomi maupun sosial budaya, serta pendorong pengembangan
wilayah, maka diperlukan struktur jembatan yang tidak hanya kuat, namun juga
ekonomis.
Salah satu jembatan yang paling mudah ditemui di Indonesia selain jembatan
prategang adalah jembatan rangka baja. Konstruksi rangka baja adalah suatu
konstruksi yang dibuat dari susunan batang-batang baja yang membentuk
kumpulan segitiga, dimana setriap pertemuan beberapa batang disambung pada
alat pertemuan/simpul dengan menggunakan alat penyambung, baik baut maupun
las.
Dibandingkan jembatan beton bertulang jembatan rangka baja memiliki
kelebihan yaitu kemudahan pelaksanaan dalam pembangunannya sehingga
jembatan rangka baja lebih efisein dalam hal waktu pelaksanaan
pembangunannya. Oleh karena itu perancangan desain jembatan menggunakan
rangka baja.

1
1.2. Jenis-Jenis dan Klasifikasi Jembatan
Jenis-jenis jembatan cukup banyak tergantung dari sudut pandang yang diambil.
Berdasar bahan bangunannya sendiri jembatan dapat dikelompokkan sebagai
berikut :
1.2.1. Jenis Jembatan dari Segi Kegunaanya
Ditinjau dari fungsinya maka jembatan dapat dibedakan menjadi :
a. Jembatan jalan raya (highway bridge)
Jembatan yang direncanakan untuk memikul beban lalu lintas kendaraan
baik kendaraan berat maupun ringan.Jembatan jalan raya ini menghubungkan
antara jalan satu ke jalan lainnya.
b. Jembatan penyeberangan (foot bridge)
Jembatan yang digunakan untuk penyeberangan jalan.Fungsi dari jembatan
ini yaitu untuk memberikan ketertiban pada jalan yang dilewati jembatan
penyeberangan tersebut dan memberikan keamanan serta mengurangi faktor
kecelakaan bagi penyeberang jalan.
c. Jembatan kereta api (railway bridge)
Jembatan yang dirancang khusus untuk dapat dilintasi kereta api.
Perencanaan jembatan ini dari jalan rel kereta api, ruang bebas jembatan, hingga
beban yang diterima oleh jembatan disesuaikan dengan kereta api yang melewati
jembatan tersebut.
d. Jembatan darurat
Jembatan darurat adalah jembatan yang direncanakan dan dibuat untuk
kepentingan darurat dan biasanya dibuat hanya sementara. Umumnya jembatan
darurat dibuat pada saat pembuatan jembatan baru dimana jembatan lama harus
dilakukan pembongkaran, dan jembatan darurat dapat dibongkar setelah jembatan
baru dapat berfungsi.

1.3.2 Jenis Jembatan dari Segi Strukturnya


Ditinjau dari sistem strukturnya maka jembatan dapat dibedakan menjadisebagai
berikut:

2
a. Jembatan lengkung (arch bridge)
Pelengkung adalah bentuk struktur non linier yang mempunyai kemampuan
sangat tinggi terhadap respon momen lengkung.Yang membedakan bentuk
pelengkung dengan bentuk – bentuk lainnya adalah bahwa kedua perletakan
ujungnya berupa sendi sehingga pada perletakan tidak diijinkan adanya
pergerakan kearah horisontal.Bentuk Jembatan lengkung hanya bisa dipakai
apabila tanah pendukung kuat dan stabil.Jembatan tipe lengkung lebih efisien
digunakan untuk jembatan dengan panjang bentang 100 – 300 meter.

Gambar 1.1 Jembatan lengkung (arch bridge)

(Sumber : Jembatan, Arief Taufiq Nurhidayat)

b. Jembatan gelagar (beam bridge)


Jembatan bentuk gelagar terdiri lebih dari satu gelagar tunggal yang terbuat
dari beton, baja atau beton prategang. Jembatan jenis ini dirangkai dengan
menggunakan diafragma, dan umumnya menyatu secara kaku dengan pelat yang
merupakan lantai lalu lintas.Jembatan ini digunakan untuk variasi panjang
bentang 5 – 40 meter.

Gambar 1.2 Jembatan gelagar (beam bridge)


(Sumber : Jembatan, Arief Taufiq Nurhidayat)

3
c. Jembatan cable-stayed
Jembatan cable-stayed menggunakan kabel sebagai elemen pemikul lantai
lalu lintas.Pada cable-stayed kabel langsung ditumpu oleh tower.Jembatan cable-
stayed merupakan gelagar menerus dengan tower satu atau lebih yang terpasang
diatas pilar – pilar jembatan ditengah bentang.
Jembatan cable-stayed memiliki titik pusat massa yang relatif rendah posisinya
sehingga jembatan tipe ini sangat baik digunakan pada daerah dengan resiko
gempa dan digunakan untuk variasi panjang bentang 100 - 600 meter.

Gambar 1.3 Jembatan cable-stayed


(Sumber : Jembatan, Arief Taufiq Nurhidayat)

d. Jembatan gantung (suspension bridge)


Sistem struktur dasar jembatan gantung berupa kabel utama (main cable)
yang memikul kabel gantung (suspension bridge).Lantai lalu lintas jembatan
biasanya tidak terhubungkan langsung dengan pilar, karena prinsip pemikulan
gelagar terletak pada kabel.
Apabila terjadi beban angin dengan intensitas tinggi jembatan dapat ditutup dan
arus lalu lintas dihentikan.Hal ini untuk mencegah sulitnya mengemudi kendaraan
dalam goyangan yang tinggi.Pemasangan gelagar jembatan gantung dilaksanakan
setelah sistem kabel terpasang, dan kabel sekaligus merupakan bagian dari
struktur launching jembatan.Jembatan ini umumnya digunakan untuk panjang
bentang sampai 1400 meter.

4
Gambar 1.4 Jembatan gantung (suspension bridge)
(Sumber : Jembatan, Arief Taufiq Nurhidayat)

e. Jembatan beton prategang (prestressed concrete bridge)


Jembatan beton prategang merupakan suatu perkembangan mutakhir dari
bahan beton. Pada Jembatan beton prategang diberikan gaya prategang awal yang
dimaksudkan untuk mengimbangi tegangan yang terjadi akibat beban. Jembatan
beton prategang dapat dilaksanakan dengan dua system yaitu post tensioning dan
pre tensioning. Pada sistem post tensioning tendon prategang ditempatkan di
dalam duct setelah beton mengeras dan transfer gaya prategang dari tendon pada
beton dilakukan dengan penjangkaran di ujung gelagar.
Pada pre tensioning beton dituang mengelilingi tendon prategang yang sudah
ditegangkan terlebih dahulu dan transfer gaya prategang terlaksana karena adanya
ikatan antara beton dengan tendon. Jembatan beton prategang sangat efisien
karena analisa 11 penampang berdasarkan penampang utuh.Jembatan jenis ini
digunakan untuk variasi bentang jembatan 20 - 40 meter.

f. Jembatan rangka (truss bridge)


Jembatan rangka umumnya terbuat dari baja, dengan bentuk dasar berupa
segitiga. Elemen rangka dianggap bersendi pada kedua ujungnya sehingga setiap
batang hanya menerima gaya aksial tekan atau tarik saja. Jembatan rangka
merupakan salah satu jembatan tertua dan dapat dibuat dalam beragam variasi
bentuk, sebagai gelagar sederhana, lengkung atau kantilever. Jembatan ini
digunakan untuk variasi panjang bentang 50 – 100 meter.

5
Gambar 1.5 Jembatan rangka (truss bridge)
(Sumber : Jembatan, Arief Taufiq Nurhidayat)

g. Jembatan box girder


Jembatan box girder umumnya terbuat dari baja atau beton konvensional
maupun prategang. Box girder terutama digunakan sebagai gelagar jembatan, dan
dapat dikombinasikan dengan sistem jembatan gantung, cable-stayed maupun
bentuk pelengkung. Manfaat utama dari box girder adalah momen inersia yang
tinggi dalam kombinasi dengan berat sendiri yang relatif ringan karena adanya
rongga ditengah penampang.
Box girder dapat diproduksi dalam berbagai bentuk, tetapi bentuk trapesium
adalah yang paling banyak digunakan.Rongga di tengah box memungkinkan
pemasangan tendon prategang diluar penampang beton.Jenis gelagar ini biasanya
dipakai sebagai bagian dari gelagar segmental, yang kemudian disatukan dengan
sistem prategang post tensioning. Analisa full prestressing suatu desain dimana
pada penampang tidak diperkenankan adanya gaya tarik, menjamin kontinuitas
dari gelagar pada pertemuan segmen. Jembatan ini digunakan untuk variasi
panjang bentang 20 – 40 meter.

6
1.3.3 Jenis Jembatan dari Segi bahan bangunan

Berdasarkan bahan bangunannya sendiri jembatan dapat dikelompokkansebagi


berikut:

a. Jembatan kayu
Jembatan kayu merupakan jembatan sederhana yang mempunyai panjang
relatif pendek dengan beban yang diterima relatif ringan. Meskipun
pembuatannya menggunakan bahan utama kayu, struktur dalam perencanaan atau
pembuatannya harus memperhatikan dan mempertimbangkan ilmu gaya
(mekanika).
b. Jembatan pasangan batu dan batu bata
Jembatan pasangan batu dan bata merupakan jembatan yang
konstruksiutamanya terbuat dari batu dan bata.Untuk membuat jembatan
denganbatu dan bata umumnya konstruksi jembatan harus dibuat
melengkung.Seiring perkembangan jaman jembatan ini sudah tidak digunakan
lagi.
c. Jembatan beton bertulang dan jembatan beton prategang (prestressed concrete
bridge)
Jembatan dengan beton bertulang pada umumnya hanya digunakan untuk
bentang jembatan yang pendek.Untuk bentang yang panjang seiring dengan
perkembangan jaman ditemukan beton prategang.Dengan beton prategang
bentang jembatan yang panjang dapat dibuat dengan mudah.
d. Jembatan baja
Jembatan baja pada umumnya digunakan untuk jembatan dengan bentang
yang panjang dengan beban yang diterima cukup besar.Seperti halnya beton
prategang, penggunaan jembatan baja banyak digunakan dan bentuknya lebih
bervariasi, karena dengan jembatan baja bentang yang panjang biayanya lebih
ekonomis.
e. Jembatan komposit
Jembatan komposit merupakan perpaduan antara dua bahan yang sama atau
berbeda dengan memanfaatkan sifat menguntungkan dari masing–masing bahan

7
tersebut, sehingga kombinasinya akan menghasilkan elemen struktur yang lebih
efisien.

8
BAB II
PROSES PERENCANAAN JEMBATAN

2.1. Umum
Konstruksi jembatan adalah suatu konstruksi bangunan pelengkap sarana
transportasi jalan yang menghubungkan suatu tempat ke tempat yang lainnya,
yang dapat dilintasi oleh sesuatu benda bergerak misalnya suatu lintas yang
terputus akibat suatu rintangan atau sebab lainnya, dengan cara melompati
rintangan tersebut tanpa menimbun / menutup rintangan itu dan apabila jembatan
terputus maka lalu lintas akan terhenti. Lintas tersebut bisa merupakan jalan
kendaraan, jalan kereta api atau jalan pejalan kaki, sedangkan rintangan tersebut
dapat berupa jalan kenderaan, jalan kereta api, sungai, lintasan air, lembah atau
jurang.
Jembatan juga merupakan suatu bangunan pelengkap prasarana lalu lintas darat
dengan konstruksi terdiri dari pondasi, struktur bangunan bawah dan struktur
bangunan atas, yang menghubungkan dua ujung jalan yang terputus akibat bentuk
rintangan melalui konstruksi struktur bangunan atas.
Jembatan adalah jenis bangunan yang apabila akan dilakukan perubahan
konstruksi, tidak dapat dimodifikasi secara mudah, biaya yang diperlukan relatif
mahal dan berpengaruh pada kelancaran lalu lintas pada saat pelaksanaan
pekerjaan. Jembatan dibangun dengan umur rencana 100 tahun untuk jembatan
besar, minimum jembatan dapat digunakan 50 tahun.Ini berarti, disamping
kekuatan dan kemampuan untuk melayani beban lalu lintas, perlu diperhatikan
juga bagaimana pemeliharaan jembatan yang baik.
Karena perkembangan lalu lintas yang ada relatip besar, jembatan yang dibangun,
biasanya dalam beberapa tahun tidak mampu lagi menampung volume lalu lintas,
sehingga biasanya perlu diadakan pelebaran.Untuk memudahkan pelebaran perlu
disiapkan desain dari seluruh jembatan sehingga dimungkinkan dilakukan
pelebaran dikemudian hari, sehingga pelebaran dapat dilaksanakan dengan biaya
yang murah dan konstruksi menjadi mudah.
Pada saat pelaksanaan konstruksi jembatan harus dilakukan pengawasan dan
pengujian yang tepat untuk memastikan bahwa seluruh pekerjaan dapat

1
2.2 Tahapan Perencanaan
Dalam perencanaan jembatan dimungkinkan adanya perbedaan antara ahli satu
dengan yang lainnya, tergantung latar belakang dan pengalamannya. Akan tetapi
perbedaan tersebut harus tidak boleh menyebabkan gagalnya proses perencanaan.
Sebelum sampai tahap pelaksanaan konstruksi, paling tidak seseorang ahli atau
perancang telah mempunyai data baik sekunder maupun primer yang berkaitan
dengan pembangunan jembatan.Data tersebut merupakan bahan pemikiran dan
pertimbangan sebelum kita mengambil suattu keputusan akhir. Berikut ini
ditunjukkan tentang suatu proses tahapan perencanaan yang perlu dilaksanakan.
Data yang diperlukan dapat berupa :
a. Lokasi :
1) Topografi
2) Lingkungan : kota dan luar kota
3) Tanah Dasar
b. Keperluan : melintasi sungai melintasi jalan lain
c. Bahan struktur :
1) Karakteristik
2) Ketersediannya
d. Peraturan

2.3 Pemilihan Lokasi Jembatan


Tergantung pada kondisi lalu lintas secara umum jembatan berfungsi untuk
melayani arus lalu lintas dengan baik, kecuali bila terdapat kondisi-kondisi
khusus.Prinsip dasar pembangunan jembatan adalah jembatan untuk jalan raya
bukan jalan raya untuk jembatan.Panjang pendeknya jembatan disesuaikan lokasi
jalan setempat dalam perencanaan dan perancangan tipe jembatan modern
didaerah perkotaan harus mempertimbangkan fungsi kebutuhan transportasi
persyaratan teknis dan estetika arsitektural.
2.3.1 Aspek Lalu Lintas
Meliputi kelancaran arus lalu lintas kendaraan dan pejalan kaki (pedestrians) yang
melintasi jembatan tersebut sehingga diperlukan ketepatan dalam pemilihan tipe
jembatan yang akan digunakan.

2
2.3.2 Aspek Teknis
1. Penentuan geometri struktur, alinyemen horizontal dan vertikal sesuai
lingkungan sekitar.
2. Pemilihan sistem utama jembatan dan posisi dek.
3. Penentuan panjang bentang optimum sesuai syarat hidraulika arsitektural dan
biaya.
4. Pemilihan struktur utama atas dan bawah.
5. Pendetilan struktur atas.
6. Pemilihan bahan yang tepat.

2.3.3 Aspek Estetika

Kesesuaian estetika dan arsitektural akan memberikan nilai lebih kepada jembatan
yang dibangun.

2.4 Layout Jembatan

a. Pandangan ahli jembatan jurang atau jalan rel sering dipilih daripada
perlintasan yang membentuk alinyemen yang miring.
b. Struktur jembatan yang sederhana kenyatan struktur jembatan relatif sederhana
dan sering mengabaikan alinyemen jalan.
c. Layout jembatan bentang panjang bertambahnya tingkat kegunaan jalan dan
panjang bentang merupakan hal yang cukup penting untuk menentukan layout.

2.5 Pertimbangan Layout Jembatan Melintasi Sungai


Pada sungai dengan tipikal meander sangat tidak efisien bila dibangun jembatan
mengikuti jumlah sungai yang akan dilintasi. Pengalihan atau perbaikan aliran
sungai dimungkinkan pula dibuat pada persilangan yang membentuk sudut
tertentu (skewed layout). Pada kedaan seperti ini, justru kebalikan dari kasus yang
pertama, alur sungai dapat dibuat berkelok-kelok dan pada bagian persilangan
dibuat siku (square layout). Pengalihan dan perbaikan sungai tersebut perlu
memperhatikan aspek hidraulika sungai yaitu :

3
1. Persilangan pada sungai (main channel) dan lembah datar (valley flates) layout
jembatan sebaiknya ditempatkan pada bagian lembah yang sempit.
2. sungai dan tribut ary, jembatan dibangun pada bagian sungai yang tidak
bercabang.
3. Sungai permanen.
4. Pengalihan atau perbaikan aliran sungai.

2.6 Penyelidikan Lokasi (Site Investigation)


Setelah lokasi dan layout jembatan ditetapkan pada peta, tahap berikutnya adalah
mempersiapkan tahap preliminary design.sebelum tahap preliminary design, hal
penting untuk dipelajari adalah tentang keadaan lokasi jembatan, terutama kondisi
rencana struktur bawah pada sungai.
Langkah pertama dalam desain dan konstruksi jembatan dalah pendetailan
penyelidikan lokasi. Keseluruhan pekerjaan ini terbagi atas dua bagian yang saling
melengkapi satu sama lainnya, yaitu pekerjaan di kantor (office work) dan
pekerjaan lapangan (field work).
2.6.1 Pekerjaan kantor (office work)
Pekerjaan kantor atau sering disebut dengan desk study meliputi antara lain:
a. Melengkapi pemetaan topografi pemetaan jembatan,
b. pemetaan geometri sungai disekitar jembatan pada site plan dengan skala yang
sesuai,
c. Penggambaran layout jembatan pada site plan,
d. Pengolahan data lapangan.

2.6.2 Pekerjaan Lapangan (field work)


Pada saat perkiraan lokasi ditetapkan, data lapangan tentang lokasi tersebut harus
segera untuk disurvey dan dilengkapi dengan data yang akurat, yaitu:
a. Penyelidikan Lokasi

4
Penyelidikan lokasi perlu dilakukan untuk mengatasi kondisi fisik lokasi dan
perlu dilakukan pula tentang situasi geografi dan geologi ketersediaan bahan, alat,
dan fasilitas lainnya seperti masalah transportasi ke lokasi.
b. Kondisi fondasi Setempat
Faktor yang perlu diperhatikan dengan seksama adalah kondisi fondasi termasuk
titik-titik rencana pilar pada potongan melintang sungai.

2.7 Premilinary Design


Perencanaan dan perancangan jembatan jyga bagian dari unsure-unsur seni dalam
bidang rekayasa, masing-masing jembatan, dengan mengabaikan fungsi manfaat
dan analisis detail merupakan manifestasi dari kemampuan kreatifitas seorang
perencana, dimana terdapat unsure sni dan keindahan. perencanaan mendekati
penyelesaian masalah dalam dua tahapan, pertama dan tahap terpenting adalah
kreasi dari rencana jembatan. Selanjutnya, rencana dicek dan dituangkan dalam
gambar, memungkinkan untuk diketahui dan diperiksa kemampuan imajinasinya.
Pemeriksaan dilakukan sehubungan dengan aplikasinya terhadap kondisi lokasi
(panjang bentang, tinggi konstruksi, profil, dll.), ekonomi (pemilihan konfigurasi
dan struktur bentang), biaya dan estetika (pandangan yang sesuai dan harmonis
dengan lokasi). Karena hal tersebut sangat penting un tuk memperoleh hasil
secara cepat, dan hanya memungkinkan permasalahan aplikasi rencana jembatan
yang didekati dengan metode, formula, dan analogi yang lebih mudah.
disimpulkan bahwa dua tahap diatas memberikan hasil usulan rencana jembatan.
Ruang lingkup dari kedua tahapan tersebut adalah untuk membuktikan
kemungkinan dan rasionalitas dari aplikasi rencana jembatan yang dibuat oleh
perencana.
Preliminary design tidak memberikan penyelesaian yang telah siap pakai
(ready solution) akan tetapi merupakan suatu penentuan akhir alternative yang
disajikan.

Anda mungkin juga menyukai